Top Banner
JUMAT, 8 APRIL 2011 28 F OKUS Jakarta Masyarakat tak lagi membutuhkan jargon-jargon yang selama ini digunakan kandidat untuk memenangi kursi Gubernur DKI periode 2012-2017. NESTY TRIOKA PAMUNGKAS R EKLAME berisi gam- bar dan pesan simpa- tik tokoh-tokoh yang ingin menduduki kursi Gubernur DKI periode 2012-2017 bermunculan dalam tiga bulan terakhir. Spanduk yang paling santer terlihat antara lain bergambar Ketua DPD Partai Demokrat Nachrowi Ramli, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Aziz Syam- suddin dari Partai Golkar, serta Wakil Ketua DPRD DKI Triwi- saksana dari PKS. Pemasangan spanduk yang mematutkan diri itu dinilai menambah kumuh wajah Ibu Kota dan merupakan pencurian start kampanye. Menurut pengamat politik Burhanudin Muhtadi dari Lembaga Survei Indonesia, aksi promo gratis itu dapat terjadi karena ketiadaan peraturan yang jelas. Pada hakikatnya, tanggung jawab pembuatan dan pene- gakan peraturan di tangan insti- tusi pemerintah seperti komisi pemilihan umum daerah (KPUD). Sebagai penanggung jawab, KPUD harus menyosia- lisasikan penerapan peraturan proses kampanye hingga pemi- lu kepada para kandidat. Misalnya saja, bayar pajak reklame atau tidak, pemasang- annya sesuai izin pemda dan warga setempat atau tidak, pe- masangannya mengganggu tanaman dan penghijauan atau tidak. Aksi curi start beberapa bakal calon Gubernur DKI itu, lanjut- nya, merupakan wujud nar- sisme politikus. Narsisme tidak lagi memuaskan para calon pemilih. Bahkan cenderung melecehkan tingkat intelektual para calon pemilih. Intelektualitas para calon pemilih tidak bisa dibandingkan dengan sekadar jargon-jargon para bakal calon gubernur. “Narsisme karena merasa popu- laritasnya tinggi. Yang ada ha- nya jargon atau slogan yang tidak lagi dibutuhkan oleh P EKERJAAN yang digeluti Aan, 37, tak jauh beda dengan pedagang musiman. Peruntungannya sebagai produsen spanduk dan pernak-pernik partai atau organisasi membubung ketika musim kampanye datang. Berbagai pemesanan kemeja, rompi, poster, jaket, ikat kepala, spanduk, dan stiker akan banjir menjelang pemilihan presiden, gubernur, dan anggota dewan. Jika masa kampanye berlalu, rezeki sangat bergantung pada keberuntungan. “Perbandingannya sangat jauh. Kalau bukan musim kampanye, permintaan barang turun 80%. Kadang saking sepinya, ya bengong-bengong saja,” ungkap Aan saat ditemui Media Indonesia di Gedung Proyek Senen, Jakarta Pusat, Rabu (6/4). Pemilik Toko Harapan Perdana yang terletak di Gedung Proyek Senen, Blok I lantai I No 39-40, itu telah lama menggeluti profesi sablon dan pernak-pernik partai. Sebelum menempati tokonya yang sekarang, Aan sempat membuka toko di gedung lama Pasar Senen. “Saya berusaha di Pasar Senen sejak 1993. Di Proyek Senen yang merupakan bangunan baru sudah selama 10 tahun. Sebelumnya saya delapan tahun di gedung lama. Kami pindah dari gedung lama Pasar Senen karena sudah tua dan rusak,” tutur Aan sambil mencetak desain gelas mug pesanan konsumen. Pengalaman 18 tahun menggeluti dunia sablon membuatnya lebih sabar dalam menjalani pahit manisnya kehidupan. Musim kampanye akan terasa sangat manis karena pesanan membeludak. Pemesan menggelontorkan dana puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. “Saya sudah menangani tiga kali kampanye. Pernah saat ramai-ramainya kampanye, saya bisa membeli sebuah mobil,” kata ayah satu anak itu menceritakan berapa besar keuntungan yang bisa diperoleh dalam satu putaran. Seperti roda berputar, bisnis sablon tak selamanya indah. Saingan juga sangat banyak. Namun, masalah terbesar adalah klien menghindar dari kewajiban. Rugi besar Layaknya bisnis sehat, seharusnya ada uang ada barang. Namun, praktik di lapangan menunjukkan banyak klien minta barang dulu baru bayar. Kalau menolak cara demikian, calon pelanggan pindah ke tempat lain. Pengusaha sablon lain berani demikian. Di situlah sering terjadi masalah, bahkan mendatangkan rugi besar. “Bisnis ini harus saling percaya. Karena faktor kepercayaan, saya sering menjadi korban. Pemesan maunya ada barang dan bayarnya belakangan. Eh, pas kalah, tidak ada yang mau bayar. Dicari sangat susah, bahkan ada yang sampai gila. Kalau sudah begitu, kita pasrah walau rugi belasan juta rupiah. Habis, bagaimana, itu sudah risiko pekerjaan seperti ini,” jelas pria asal Sumatra Barat tersebut. Menurutnya, kondisi kampanye dulu dan sekarang jauh berbeda. Awal pemilihan langsung presiden pada 1999 dan 2004, antusiasme masyarakat terhadap calon sangat tinggi. Pengikut membeli sendiri pernik- pernik calon dan partai yang mendukungnya. Namun, sekarang para calon yang aktif membagikan pernik- pernik. “Hal ini memengaruhi penjualan. Dulu banyak pernik terjual selain pesanan langsung partai,” lanjutnya. Saat ini, Aan sedang sepi pesanan. Maklum, pemilihan Gubernur DKI masih satu tahun lagi. Saat ini perusahaannya bergantung pada kegiatan organisasi kemasyarakatan, sekolah, dan perkantoran. Jumlah pesanan mereka biasanya sedikit. Paling hanya stiker atau kemeja. “Namun, pemasukan tetap cukup untuk membiayai pengeluaran rumah tangga. Pasang surut usaha kan wajar. Keterampilan saya hanya ini. Saya tidak akan pindah kerjaan,” ujarnya. (SN/J-1) Sekali Putaran Bisa Beli Mobil MI/RAMDANI MACET: Kendaraan terjebak macet di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (6/4). Kemacetan menjadi salah satu permasalahan terbesar yang dituntut masyarakat Jakarta untuk diselesaikan oleh Gubernur DKI periode 2012-2017. ATRIBUT PEMILU KADA: Ann, pemilik percetakan, menyelesaikan pesanan payung untuk pemilukada di kios miliknya yang ada di Pasar Senen, Jakarta, kemarin. TEMA: El Terrible Bersiap Menerkam Kembali OLAHRAGA SABTU (9/4/2011) FOKUS
1

Jakarta - ftp.unpad.ac.id fileProyek Senen, Jakarta Pusat, Rabu ... Pasar Senen karena sudah tua dan rusak,” tutur Aan sambil ... Paling hanya stiker atau kemeja.

Mar 14, 2019

Download

Documents

TrươngTuyến
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jakarta - ftp.unpad.ac.id fileProyek Senen, Jakarta Pusat, Rabu ... Pasar Senen karena sudah tua dan rusak,” tutur Aan sambil ... Paling hanya stiker atau kemeja.

JUMAT, 8 APRIL 201128 FOKUS

Jakarta

Masyarakat tak lagi

membutuhkan jargon-jargon yang selama

ini digunakan kandidat untuk

memenangi kursi Gubernur DKI

periode 2012-2017.

NESTY TRIOKA PAMUNGKAS

REKLAME berisi gam-bar dan pesan simpa-tik tokoh-tokoh yang ingin menduduki

kursi Gubernur DKI periode 2012-2017 bermunculan dalam tiga bulan terakhir.

Spanduk yang paling santer terlihat antara lain bergambar Ketua DPD Partai Demokrat Nachrowi Ramli, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Aziz Syam-suddin dari Partai Golkar, serta Wakil Ketua DPRD DKI Triwi-saksana dari PKS.

Pemasangan spanduk yang mematutkan diri itu dinilai menambah kumuh wajah Ibu Kota dan merupakan pencurian start kampanye. Menurut pengamat politik Burhanudin Muhtadi dari Lembaga Survei Indonesia, aksi promo gratis itu dapat terjadi karena ketiadaan peraturan yang jelas.

Pada hakikatnya, tanggung jawab pembuatan dan pene-gakan peraturan di tangan insti-

tusi pemerintah seperti komisi pemil ihan umum daerah (KPUD). Sebagai penanggung jawab, KPUD harus menyosia-lisasikan penerapan peraturan proses kampanye hingga pemi-lu kepada para kandidat.

Misalnya saja, bayar pajak reklame atau tidak, pemasang-annya sesuai izin pemda dan warga setempat atau tidak, pe-masangannya mengganggu tanaman dan penghijauan atau tidak.

Aksi curi start beberapa bakal calon Gubernur DKI itu, lanjut-nya, merupakan wujud nar-sisme politikus. Narsisme tidak lagi memuaskan para calon pemilih. Bahkan cenderung melecehkan tingkat intelektual para calon pemilih.

Intelektualitas para calon pemilih tidak bisa dibandingkan dengan sekadar jargon-jargon para bakal calon gubernur. “Narsisme karena merasa popu-laritasnya tinggi. Yang ada ha-nya jargon atau slogan yang tidak lagi dibutuhkan oleh

PEKERJAAN yang digeluti Aan, 37, tak jauh beda dengan pedagang

musiman. Peruntungannya sebagai produsen spanduk dan pernak-pernik partai atau organisasi membubung ketika musim kampanye datang.

Berbagai pemesanan kemeja, rompi, poster, jaket, ikat kepala, spanduk, dan stiker akan banjir menjelang pemilihan presiden, gubernur, dan anggota dewan. Jika masa kampanye berlalu, rezeki sangat bergantung pada keberuntungan.

“Perbandingannya sangat jauh. Kalau bukan musim kampanye, permintaan barang turun 80%. Kadang saking sepinya, ya bengong-bengong saja,” ungkap Aan saat ditemui Media Indonesia di Gedung Proyek Senen, Jakarta Pusat, Rabu (6/4).

Pemilik Toko Harapan Perdana yang terletak di Gedung Proyek Senen, Blok I lantai I No 39-40, itu telah lama menggeluti profesi sablon dan pernak-pernik partai.

Sebelum menempati tokonya yang sekarang, Aan sempat membuka toko di gedung lama Pasar Senen. “Saya berusaha di Pasar Senen sejak 1993. Di Proyek Senen

yang merupakan bangunan baru sudah selama 10 tahun. Sebelumnya saya delapan tahun di gedung lama. Kami pindah dari gedung lama Pasar Senen karena sudah tua dan rusak,” tutur Aan sambil mencetak desain gelas mug pesanan konsumen.

Pengalaman 18 tahun menggeluti dunia sablon membuatnya lebih sabar dalam menjalani pahit manisnya kehidupan. Musim kampanye akan terasa sangat manis karena pesanan membeludak. Pemesan menggelontorkan dana puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.

“Saya sudah menangani tiga kali kampanye. Pernah saat ramai-ramainya kampanye, saya bisa membeli sebuah mobil,” kata ayah satu anak itu menceritakan berapa besar keuntungan yang bisa diperoleh dalam satu putaran.

Seperti roda berputar, bisnis sablon tak selamanya indah. Saingan juga sangat banyak. Namun, masalah terbesar adalah klien menghindar dari kewajiban.

Rugi besarLayaknya bisnis sehat,

seharusnya ada uang ada

barang. Namun, praktik di lapangan menunjukkan banyak klien minta barang dulu baru bayar. Kalau menolak cara demikian, calon pelanggan pindah ke tempat lain. Pengusaha sablon lain berani demikian. Di situlah sering terjadi masalah, bahkan mendatangkan rugi besar.

“Bisnis ini harus saling percaya. Karena faktor kepercayaan, saya sering menjadi korban. Pemesan maunya ada barang dan bayarnya belakangan. Eh, pas kalah, tidak ada yang mau bayar. Dicari sangat susah, bahkan ada yang sampai gila. Kalau sudah begitu, kita pasrah walau rugi belasan juta rupiah. Habis, bagaimana, itu sudah risiko pekerjaan seperti ini,” jelas pria asal Sumatra Barat tersebut.

Menurutnya, kondisi kampanye dulu dan sekarang jauh berbeda. Awal pemilihan langsung presiden pada 1999 dan 2004, antusiasme masyarakat terhadap calon sangat tinggi. Pengikut membeli sendiri pernik-pernik calon dan partai yang mendukungnya. Namun, sekarang para calon yang aktif membagikan pernik-pernik.

“Hal ini memengaruhi penjualan. Dulu banyak pernik terjual selain pesanan langsung partai,” lanjutnya.

Saat ini, Aan sedang sepi pesanan. Maklum, pemilihan Gubernur DKI masih satu tahun lagi.

Saat ini perusahaannya bergantung pada kegiatan organisasi kemasyarakatan, sekolah, dan perkantoran. Jumlah pesanan mereka biasanya sedikit. Paling hanya stiker atau kemeja.

“Namun, pemasukan tetap cukup untuk membiayai pengeluaran rumah tangga. Pasang surut usaha kan wajar. Keterampilan saya hanya ini. Saya tidak akan pindah kerjaan,” ujarnya. (SN/J-1)

Sekali Putaran Bisa Beli Mobil

MI/RAMDANI

MACET: Kendaraan terjebak macet di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (6/4). Kemacetan menjadi salah satu permasalahan terbesar yang dituntut masyarakat Jakarta untuk diselesaikan oleh Gubernur DKI periode 2012-2017.

ATRIBUT PEMILU KADA: Ann, pemilik percetakan, menyelesaikan pesanan

payung untuk pemilukada di kios miliknya yang ada di Pasar Senen, Jakarta,

kemarin.

TEMA:El Terrible Bersiap

MenerkamKembali

OLAHRAGASABTU (9/4/2011)

FOKUS