Top Banner
MANAJEMEN SISTEM REKAYASA (ENCH800013) Tugas Kuliah Akhir Semester Value Engineering City Gas Analisa Rekayasa Nilai Pengembangan Jaringan Gas Kota Di DKI Jakarta Pengajar: Mohammed Ali Berawi, M.Eng.Sc., Ph.D. Disusun oleh: KELOMPOK 7 1. Luthfie Ahmaddani (1406507612) 2. Abdullah Barii Redhanta (1406507335) 3. Muhamad Rais (1406507713) 4. Hibrah (1406507524) 5. Nurlela (1406507524) 6. Muhammad Al Fatih (1406507695) FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
31

Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

Dec 02, 2015

Download

Documents

dhanta_1412
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MANAJEMEN SISTEM REKAYASA (ENCH800013)

Tugas Kuliah Akhir Semester

Value Engineering City Gas

Analisa Rekayasa Nilai Pengembangan Jaringan Gas Kota

Di DKI Jakarta

Pengajar: Mohammed Ali Berawi, M.Eng.Sc., Ph.D.

Disusun oleh:

KELOMPOK 7

1. Luthfie Ahmaddani (1406507612)2. Abdullah Barii Redhanta (1406507335)3. Muhamad Rais (1406507713)4. Hibrah (1406507524)5. Nurlela (1406507524)6. Muhammad Al Fatih (1406507695)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

MAGISTER MANAJEMEN GAS

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

2015

2

Page 3: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

Analisa Rekayasa Nilai Pengembangan Jaringan Gas Kota Di DKI Jakarta

dibuat olehLuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais,

Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

Abstrak

Tulisan ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen Sistem Rekayasa pada Program Magister Managemen Gas, Teknik Kimia, Universitas Indonesia pada Semester Genap 2014 – 2015. Tulisan ini membahas mengenai Analisa Rekayasa Nilai Pengembangan Jaringan Gas Kota di DKI Jakarta yang akan dibangun oleh Perseroan dan Pemda DKI Jakarta dari sudut pandang value added (nilai tambah) pada proyek tersebut. Latar belakang dari topik ini adalah karena semakin meningkatnya kebutuhan permintaan energi, khususnya Gas di DKI Jakarta dimana kurangnya infrastruktur distribusi gas yang dikarenakan kesulitan dalam hal pembiayaan & perijinan. Besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan yaitu pembebasan lahan di daerah DKI Jakarta menjadi penyebab utama. Pada akhirnya, kajian analisa ini diharapkan menjadi gambaran nilai ekonomi yang optimal dalam memperkirakan kelayakan pengembangan jaringan gas kota di daerah DKI Jakarta.

Kata Kunci: Gas Kota, Jakarta, Rekayasa Nilai

This paper is one of assignment to fullfill Management of Engineering System course for Management of Natural Gas Program, Faculty of Engineering, University of Indonesia on Semester Genap 2014-2015. Its discusses about Value Engineering Analysis of City Gas Network Development on DKI Jakarta which will be built by Companies and Pemda DKI Jakarta from value added point of view. Background of this topik is because the increasing of energy demmand, especially Natural Gas on DKI Jakarta which is less numbers of natural gas distribution infrastructure because of funding and permit obstacle. High value of investment that must be spent for site clearing on DKI Jakarta is the main reason. Finally, this analysys is objected to become the optimum economical view to estimate feasibility of city gas network development on DKI Jakarta

Key word: City Gas, Jakarta, Value Engineering

1

Page 4: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan Energi

Gas bumi merupakan salah satu sumber energi terpenting selain minyak bumi dewasa ini di Indonesia. Kebutuhan akan energi gas bumi dalam pembangunan nasional meningkat tajam, dikarenakan menurunnya supply minyak bumi yang semakin menipis. Menanggapi hal tersebut, pemerintah telah menetapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri. Hal tersebut ditegaskan melalui PP No.35 Tahun 2004 Pasal 46 dan Peraturan Menteri ESDM No.3 Tahun 2010, di mana pemerintah mewajibkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk menyerahkan 25 persen dari produksi gas bumi bagian kontraktor guna memenuhi keperluan dalam negeri.

Seiring dengan kebutuhan gas nasional yang terus meningkat, tingkat permintaan akan energi gas bumi di pulau jawa menyumbang permintaan akan kebutuhan gas nasional terbesar saat ini. Untuk kebutuhan saat ini di pulau jawa membutuhkan pasokan gas sebesar kurang lebih sekitar 3,000 MMSCFD dan pada tahun 2020 nanti diperkirakan permintaan gas diperkirakan mencapai 10.7 TCF (skenario rendah) atau 12 TCF (skenario tinggi), sedangkan pasokan gas dari sumur-sumur gas yang menyuplai pulau jawa saat ini adalah sebesar kurang lebih 2,200 MMSCFD. Penyediaan supplai gas dari sumur-sumur gas tersebut diperkirakan akan menurun seiring dengan tidak adanya tambahan dari sumur-sumur gas baru. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah telah merencanakan LNG supplai untuk menutupi kebutuhan gas bumi di pulau jawa.

Grafik 2.1. Neraca Gas Indonesia Periode 2014-2030 (Sumber: SKK Migas 2014)

Grafik 2.2. Perkiraan Ekspor dan Impor Gas Periode 2012-2035 (Sumber: BPPT 2014)

2

Page 5: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

1.2 Kebutuhan Gas di DKI Jakarta

Semakin tingginya pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta membuat kebutuhan di daerah tersebut menjadi besar. Pembangunan daerah-daerah komersial perkotaan di Jakarta Pusat, area residensial perumahan di Jakarta Selatan dan Timur , dan kawasan-kawasan perekonomian terpadu di Jakarta Barat dan Utara membuat tingkat konsumsi energi menjadi bertambah setiap tahunnya. Lebih lanjut, rencana pemerintah dalam konversi Bahan Bakar Minyak untuk transportasi menjadi Bahan Bakar Gas turut menambah kebutuhan gas. Sehingga DKI Jakarta membutuhkan perencanaan pengelolaan gas bumi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Grafik 2.3. Proyeksi Pemanfaatan Gas Periode 2012-2035 (Sumber: BPPT 2014)

Skenario Pertumbuhan GDP Low High

GDP 3% 6%

Sektor Industri 1% 2%

Sektor Komersial 5% 10%

Sektor Residensial 5% 10%

Sektor Transportasi 5% 10%

Sektor Pembangkit (2008 – +) 3% 6%

Tabel 2.1,Skenario pertumbuhan GDP terkait Pemanfaatan Gas

Supplai gas di DKI Jakarta untuk saat ini masih terbatas pada area-area tertentu yang memiliki infrastruktur pipa gas. Penyediaan gas masih di dominasi oleh Perusahaan Gas Negara (PGN, Tbk) dan Pertamina. Dengan pertumbuhan GDP berkisar 3-6% per tahun dan hilangnya subsidi Pemerintah pada BBM, permintaan gas alam di pulau Jawa khususnya DKI Jakarta.

3

Page 6: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

1.3 Infrastruktur Gas di DKI Jakarta

DKI Jakarta telah memiliki infrastruktur gas alam yang telah dibangun seiring dengan proyek Transmisi Gas Jawa Bagian Barat di tahun 1975 sepanjang 350 KM. Pengelolaan pemanfaatan dari pipa transmisi gas tersebut dilakukan oleh Pertamina, sedangkan untuk distribusi dilakukan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN, Tbk) khususnya untuk didaerah DKI Jakarta.

1.4 Kendala Pembangunan Infrastruktur Gas di DKI Jakarta

1. Pasar gas berjarak lebih dari 2000 km dari lapangan produksi.

2. Biaya produksi gas hingga kilang gas kurang dari 1 US$/MMBTU.

3. Gas mengandung sedikit impuritas seperti CO₂ dan H₂S.

4. Cadangan gas mengadung setidaknya 3 hingga 5 trilyun juta kaki kubik gas alam, meskipun proyek-proyek baru seperti LNG Equatorial Guinea telah dibangun dengan cadangan terbukti kurang dari 2 triltun juta kaki kubik.

5. Marine port yang dapat dibangun relatif dekat dengan lapangan.

6. Situasi politik dinilai cukup stabil untuk mendukung investasi jangka panjang.

7. Harga pasar dinegara importir cukup tinggi untuk mendukung seluruh rantai nilai LNG dan memberikan return cukup kompetitif untuk perusahaan eksportir gas dan negara tuan rumah proyek.

8. Alternatif jaringan pipa melibatkan negara pihak ketiga dan pembeli khawatir akan keamanan supply gas.

Investasi untuk jaringan pipa lepas pantai besarnya dapat mencapai dua kali lipat jaringan pipa didaratan.Investasi sebuah jaringan pipa pada umumnya banyak ditentukan oleh diameter pipa, panjang pipa, kompresi yang dibutuhkan dan untuk kawasan urban, biaya right of way atau ROW.Stasiun kompresi yang diperlukan untuk transportasi jarak jauh dapat mencapai 40% dari biaya investasi sedangkan biaya operasional tahunan dapat mencapai 5%. Biaya transportasi LNG 1 US$/MMBTU untuk jarak 1000 – 8000 km. Biaya transportasi LNG menurut EIA adalah 0.05/MMBTU dengan tambahan biaya 0.00015/mil sedangkan Henry Lee menyatakan persamaan biaya transportasi sebagai fungsi dari jarak bolak-balik (mil) sebagai berikut.

Biaya indikatif rantai nilai LNG (Chandra, 2006)

4

Page 7: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infrastruktur Gas Kota

2.2 Fasilitas Pengembangan Gas Kota

Kesulitan utama dari penggunaan gas alam adalah transportasi danstorage karena densitasnya yang rendah.Pipeline gas alam adalah ekonomis, tetapi tidak praktis bila menyeberangi lautan yang langsung ke end user atau ke titik pipa distribusi untuk transport lebih jauh.Ini membutuhkan biaya yang lebih tinggi bagi fasilitas tambahan untukliquefaction pada titik produksi dan kemudian gasifikasi dititik fasilitas pengguna akhir atau masuk ke jaringan pipa.

Tujuan utama terminal penerimaan atau regasifikasi LNG adalah untuk menerima pengiriman LNG dari tanker LNG di laut, menyimpan dan meregasifikasi LNG, serta mentransmisikan gas bumi.

LNG Receiving Terminal secara umum terdiri atas empat bagian utama, yaitu;

1. Unit penerimaan LNG/Unloading;

Untuk unit penerima LNG yang disalurkan dari kapal tanker pembawa LNG yang bersandar pada dermaga ke tanki timbun melalui unloading arm. Terdapat dua unloading arm yang berfungsi menyalurkan LNG dari tanker ke tanki timbun serta BOG (Boil Off Gas) kembali ke kapal tanker.

2. Unit penyimpanan/Storage;

Unit tanki penyimpanan adalah tempat LNG disimpan sebelum memasuki unit regasifikasi untuk dikonversi menjadi Natural Gas kembali.Tanki LNG yang digunakan beroperasi pada tekanan rendah (dekat dengan tekanan atmosferik) serta temperatur sekita -162˚C.

3. Unit regasifikasi/Vaporizer;

Unit regasifikasi adalah unit untuk mengubah LNG menjadi Natural Gas.Peralatan utamanya yaituvaporizer yang menyalurkan panas pada LNG sehingga mengalami perubahan wujud menjadi fase uap. Sebelum proses ini, LNG terlebih dahulu dinaikkan tekanannya hingga sekitar 700 psig menyesuaikan dengan tekanan pada pipa transmisi.

4. Unit Distribusi;

Unit penyaluran gas adalah untuk menyalurkan gas hasil dari unit regasifikasi ke pengguna/pelanggan gas.Terminal LNG dikembangkan dalam ukuran skala yang cukup luas, dari ukuran yang kurang dari satu juta per tahun (MTPA) hingga 10 juta ton per tahun (MTPA) terhadap gas yang dihasilkan. Pengguna akhir untuk gas ini meliputi:

Pembangkit listrik untuk wilayah metropolitan yang luas

Industri/bahan bakar domestik dalam wilayah metropolitan

Pembangkit listrik untuk pemakaian regional

Industri/bahan bakar domestik via jaringan pipa untuk kegunaan regional

Feedstock untuk manufaktur dari industri kimia lainnya.

Sistem yang terdapat pada 4 (empat) bagian utama dari suatu Terminal LNG dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Sistem Unloading

5

Page 8: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

Sistem unloading LNG seperti pada gambar dibawah, terdiri dari semua fasilitas, infrastruktur dan peralatan yang diperlukan untuk merapatnya kapal LNG dengan aman, untuk menetapkan hubungan interface kapal ke pantai dan memindahkan muatan dari kapal ke pipa yang ada didarat. Sistem ini juga meliputi fasilitas untuk pelepasan interface kapal ke pantai pada akhir kegiatan unloading dan untuk mejauhkannya kapal dalam perjalanan kembalinya. Secara spesifik sistem unloading terdiri dari:

Merapatkan dan memindahkan jangkar untuk keamanan kapal LNG dermaga unloading.

Platform unloading yang mendukung.

2. Sistem Penyimpanan

Sistem penyimpanan menyediakan suatu penyangga antara penyaluran LNG dari kapal dan penguapan yang meregasifikasi LNG.Sistem terdiri dari satu atau lebih tanki-tanki yang didesign khusus.Kapal pembawa LNG tiba di terminal pada interval tertentu.Persyaratan kapasitas minimum penyimpananadalah volume penyaluran LNG dari kapal terbesar yang diperkirakan ada di terminal.Secara praktis, penyimpanan yang terpasang adalah lebih besar daripara syarat minimumnya.Kelebihan kapasitas penyimpanan disediakan untuk antisipasi keterlambatan kedatangan kapal yang terjadwal atau tidak terjadwal.

Tanki penyimpanan dapat dikategorikan atas dua jenis yaitu inground dan above ground. Umumnya tanki above ground yang digunakan karena sudah teruji penggunaannya dan terdiri dari empat macam, yaitu;

1. Single Containment

Tanki bagian dalam terbuat dari baja Nikel 9% yang berdiri sendiri.Bagian dalam tanki dikelilingi oleh dinding bagian luar yang terbuat dari baja karbon yang memberikaninsulasi perlit pada ruang annular.Bagian luar tanki yang berupa baja karbon tidak memiliki kemampuan untuk diisi material cryogenic, sehingga perlindungan hanya dilakukan oleh tanki bagian dalam.Tanki ini adalah tanki pertama kali yang dikembangkan dan sekarang utamanya digunakan pada lokasiremote.

2. Double Containment

Tanki jenis ini terdapat dinding luar dari beton pre-stressed sehingga bila bagian dalam gagal maka bagian luar dapat menampung cairan cryogenic, serta uap akan keluar melalui celah annular. Beton untuk dinding bagian luar tersebut bisa menambah biaya, tetapi jumlah lahan berkurang karena tidak adanya saluran diluar seperti padasigle containment.

3. Full Containment

Celah annular antara bagian dalam dan luar tanki ditutup. Umumnya jenis tanki ini memiliki atap beton maupun dinding bagian luar yang terbuat dari beton pre-stressedserta dilengkapi insulasi yang memadai untuk memindahkan kebocoran panas (boil off). Dinding bagian luar dan atapnya

6

Page 9: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

dapat menampung baik cairan cryogenicmaupun uap yang dihasilkan.

4. Membrane

Tanki beton pre-stressed yang ditutup dengan suatu layer insulasi dari membran baja stainless tipis. Tanki beton menahan beban hidrostatik yang ditransfer melalui membran dan insulasi (dengan kata lain, membran tidak menahan sendiri).Membran dapat menyusut dan mengembang dengan perubahan temperatur.

Saat ini, jenis tanki yang paling banyak digunakan adalah jenis Single Containmentseperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Single Containment Type 320

Double Containment Type 15

Full Containment Type 110

Membrane Containment Type 30

Membrane In-ground Containment Type 50

 Tabel 2.5World LNG Containment System (Suprapto. Yoga P)

3. Sistem Pemompaan Keluar (pump out)

Tanki LNG beroperasi pada tekanan sangat rendah, sedikit diatas tekanan atmosfir.Gas dari terminal perlu disalurkan pada tekanan yang dinaikan.Karena pemompaan cairan lebih mudah dan tidak begitu mahal dibandingkan penekanan gas, LNG dipompa pada tekanan keluaran yang diinginkan untuk regasifikasi.Sistem pemompaan dapat terdiri dari satu atau dua tingkat pompa, tergantung pada batasan tekanan gas dan konfigurasi sistem mengatasi gas boil-off.Pemompaan cairan cryogenic, terutama pada tingkat persyaratan tinggi dalam fasilitas LNG, adalah teknologi yang khusus. Dalam terminal modern pompa tingkat satu hampir selalu dipasang dalam tanki penyimpanan, dan dikenal sebagai in-tank pumps (pompa tanki-dalam). Pompa tingkat dua, apabila dibutuhkan diletakkan diluar tanki, atau dalam ‘proses area’.Pompa tingkat dua disalurkan pada tekanan cukup tinggi untuk keamanan batasan tekanan dipagar terminal. Sebagai contoh, apabila tekanan disalurkan pada pembangkit listrik yang bersebelahan, limit batas tekanan akan relatif rendah. Pada kesempatan lain, jika gas disalurkan dalam jaringan perpipaan yang panjang, limit batas tekanan dapat mencapai 70 hingga 80 bar atau bahkan lebih tinggi.

 

4. Penguapan LNG (Voporizer Equipment)

Dalam sistem penguapan, LNG di uapkan (vaporized) atau diregasifikasi. Transformasi fisik dari bentuk cair (LNG) ke bentuk gas membutuhkan transfer panas kedalam LNG. Peralatan penguapan memenuhi transfer panas kedalam LNG. Peralatan penguapan memenuhi transfer panas secara efisien, aman.

7

Page 10: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

Beberapa design dari peralatan penguapan tersedia. Dalam industri base-loadLNG dua dari design-design ini telah mendapat penerimaan yang luas.Yaitu Open-rack Seawater Vaporizers (ORV) dan Submerged Combustion Vaporizers (SCV).Perbedaan utama diantara kedua tipe ini adalah dalam sumber panas untuk penguapan.Perbedaan dalam hasil sumber panas sedikit berbeda karakteristik fisiknya untuk kedua jenis peralatan.

Dalam jenis ORV, keuntungan diambil dari perbedaan dalam temperatur antara air laut dan LNG. Sejumlah besar air laut dibawa dalam kontak tidak langsung dengan LNG bertekanan melalui tubing berdesign khusus.Panas ditransfer dari air laut ke LNG, menyebabkan LNG menjadi panas dan menguap.Air laut menyerap ‘cold’ dari LNG dan dikembalikan ke laut dari beberapa derajat lebih dingin daripada temperatur air laut sekitarnya. Panas air laut secara kebetulan didapatkan bebas/gratis, namun investasi yang cukup berarti dibutuhkan untuk memompa dan perpipaan untuk volume air laut yang besar ke area proses ORV, dan untuk mengembalikan air laut ke lautan/samudra. Penggunaan ORV mungkin tidak efektif bila temperatur air laut lebih rendah dari 5˚C hingga 7˚C.

Pada SCV, panas dihasilkan dengan membakar gas alam. Istilah submerged comburtion telah berkembang karena panas gas dari pembakaran gas alam digelembungkan melalui sebuah bak air. Tubing atau koil yang membawa LNG dibenamkan dalam bak ini, sehingga air bertindak sebagai media pambatas antara gas yang panas dengan LNG yang dingin.Peralatan SCV lebih kompak dan tidak semahal dari tipe ORV. Tapi bagaimanapun, sekitar 1,5% gas alam yang diimpor dikonsumsi sebagai bahan bakar. Bahan bakar gas alam ini membawa harga yang sama seperti gas yang ada pada terminal batas kepemilikan dan dalam pertimbangan ekonomi yang singkat akan menyetujui tipe ORV.

8

Page 11: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

BAB III

PENGEMBANGAN GAS KOTA JAKARTA

3.1 Pemetaan Kebutuhan Infrastruktur3.2 Pengembangan Infrastruktur

Tahapan pekerjaan

Intro

Jaringan pipa transmisi adalah suatu jaringan pipa yang menyalurkan gas dari stasiun pengumpul ke stasiun penerima jaringan distribusi (Off take Station) dan atau ke pelanggan dalam kebutuhan besar (Bulk Customer) dengan tekanan operasi 25-45 bar (365-660 psi), dan berdiameter pipa 32”, dimana dalam pelaksanaan pemasangan jaringan pipa transmisi, harus memiliki ROW (Right of Way) atau jalur batas Kepemilikan utilitas(1:3)

Pipa Distribusi Adalah sistem jaringan pipa yang dipasang untuk menyalurkan gas mulai dari stasiun penerima (Off take Station) sampai ke meter pelanggan, dengan diameter pipa dari 4” sampai 24” dan tekanan 1 bar-25 bar (14-365 psi), dimana dalam pemasangan jaringan pipa distribusi, ROW tidak harus ada.1:3)Jaringan pipa distribusi terdiri dari3:2)Ø Mainline / pipa induk adalah adalah pipa penyalur gas bumi dari sistem pengatur tekanan dan metering ke pipa servis.

Ø Branchline atau pipa cabang adalah percabangan pipa dari pipa induk yang akan menuju ke pipa servisØ CB/pipa servis adalah pipa penyalur dalam area pelanggan yang menghubungkan pipa cabang ke pengatur tekanan atau meter pelanggan.

Selain itu untuk kelengkapan jaringan pipa sampai ke pelanggan atau industri, maka dibutuhkan suatu jaringan pipa yang menghubungkan meter pelanggan ke penggunaan peralatan pelanggan yang disebut sebagai pipa IB.

Pipa transmisi 12 inch

Prosedur Konstruksi Pipa Baja Sistem Jaringan Pipa Distribusi Gas

1. Survei dan PematokanProsedur Survei 8:2) :

9

Page 12: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

a) Sebelum pelaksanaan konstruksi, harus dilakukan survei mengenai kelayakan dan kejelasan rute jalur pipa. Periksa pengumpulan data yang relevan tentang jalur pipa yang akan dibangun pada saat survei awal.

b) Periksa data-data perubahan-perubahan rute yang terjadi dari posisi sebelumnya.

Periksa data-data sebagai berikut: Rintangan (obstacle) yang dihadapi dalam pelaksanaan konstruksi:

utilitas existing : utilitas PAM, Pertamina, PLN, Telpon dan instalasi bawah tanah lainnya

bangunan semi permanen: warung, kios, taman, tempat parkir dll.b Periksa kondisi dan keadaan jalan disekitar jalur sebelum penggalian, catat dan potret hasilnya. Periksa dan catat keadaaan lalu lintas di sekitar rencana jalur pipa yang dekat dengan perumahan, pasar dll.d) Periksa dan catat jalur rencana pipa yang berhubungan langsung dengan perlintasan kereta api, sungai, jalan tol, dll. Setelah survei, harus diberi tanda untuk memudahkan dalam pelaksanaan konstruksi nantinya.

3.4.2 Pembersihan Jalur PipaProsedur 8:6):1) Pelaksanaan persiapan jalur pipa harus berada pada jalur yang telah ditetapkan pada survei konstruksi.2) Jenis peralatan untuk pembersihan dan persiapan lahan harus memperhatikan kondisi lapangan dan jenis pipa yang akan dipasang,3) Pekerjaan persiapan jalur pipa yang akan melewati jalan-jalan rumah, pintu masuk ke tanah milik pribadi atau jalur-jalur jalan akses lainnya, harus memberikan pemberitahuan sebelumnya setidaknya selama 24 jam dan tidak lebih dari 48 jam tentang penyelesaian proses.4) Penebangan pohon hanya dilakukan jika benar-benar diperlukan, dan diusahakan seminimal mungkin terutama daerah jalur hijau, pohon-pohon tanaman pelindung dan semak-semak juga tidak boleh ditebang tanpa seizin dari pemiliknya.5) Jika diperlukan perbersihan dan pengerukan pada daerah luas dan terbuka dapat dilakukan dengan memakai excavator, dozer, dan dump truck.

3.4.3 Pengangkutan dan Penyimpanan PipaPenyimpanan Pipa 8:16) :· Daerah tidak tertutupPipa mungkin disimpan di tempat terbuka dalam posisi horisontal, baik di depot maupun di lapang. Pemilihan lokasi harus memperhatikan hal berikut:

10

Page 13: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

– Bantalan kayu harus digelar untuk menaikkan pipa di atas tanah.– Perlindungan dari cahaya matahari langsung.– Ketetapan dari suatu anti-corrosion yang yang pantas yang mantel diberlakukan bagi akhir yang socketed atau disenrup.– Pertimbangan harus diberikan kepada jenis mantel dan maksimum diantisipasi suhu lingkungan ketika memutuskan [atas/ketika] tingginya tumpukan yang diizinkan.

· Daerah tertutupJika memungkinkan penyimpanan pipa harus terlindungi. Pipa yang lebih besar sampai dengan ukuran diameter 150 mm (6 inchi) mungkin disimpan di luar ruangan jika terdapat tindakan pencegahan yang sesuai.1) Penyimpanan secara horizontal– Ikatan pipa dapat ditempatkan ke dalam rak penyimpanan dengan berisi satu atau dua ikatan.– Ikatan pipa dapat ditumpuk secara aman tanpa penyokong sampai ketinggian kurang dari 1.5 m pada permukaan yang bersih dan rata.– Landasan harus diletakkan untuk mendukung lapisan dasar dari ikatan pipa untuk menghindari kerusakan dari batu atau lainnya dan untuk memudahkan dalam penanganan.– Ikatan pipa harus kuat dengan penahan bantalan dari setiap insidenTiga jenis tumpukan yang dikenal yaitu 8:17): 1) Tumpukan Piramida– Di dalam tumpukan piramida perhatian harus dilakukan terhadap keamanan pipa bagian luar dari lapisan paling bawah karena mereka harus melawan sisi resultan dari beban tumpukan pipa di atasnya.– Lapisan paling bawah harus didukung oleh sandrows atau penyangga dari kayu.– Diantara tumpukan harus diberi penyangga.2) Tumpukan paralel– Penyangga yang sama yang digunakan sebagai dasar dudukan keras harus ditempatkan diantara masing-masing strata pipa.– Jumlah penyangga yang cukup dengan dimensi tidak kurang dari yang ditentukan.– Lapisan harus memisahkan kayu dan penyangga dari setiap lapisan pipa bagian atas dan bawah.3) Tumpukan tersusun Segi-empat– Tumpukan segi-empat tersusun harus digunakan hanya di dalam dinding penopang yang tepat.– Pertimbangan harus diberikan terhadap perlindungan di mana pipa akan berhubungan langsung dengan permukaan horisontal atau vertikal.– Ketelitian harus dilakukan untuk memastikan distribusi beban secara cukup.

11

Page 14: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

– Harus ada bantalan diantara strata.2) Penyimpanan secara vertikalPipa tunggal mungkin disimpan secara vertikal tetapi harus didukung secara baik dalam rak dan dengan ujung menyandar pada kayu.

Pengangkutan PipaPemuatan pada kendaran 8:14):1) Kendaraan mungkin mengangkut dalam bentuk piramida atau segi-empat. Bentuk tersebut umum digunakan untuk pipa dengan diameter lebih dari 150 mm (6 inch).2) Dalam pemuatan berbentuk piramida, pipa pada lapisan paling bawah harus ditahan dengan menggunakan landasan kayu berbentuk cradle atau ganjalan papan kayu yang kuat pada landasan kendaraan dan pipa di atasnya harus berjajar. Landasan harus ditempatkan diantara pipa untuk memisahkan mereka dan mencegah gesekan.3) Dalam pemuatan berbentuk segi-empat, secara normal digunakan untuk pipa dengan diameter tidak lebih dari 150 mm, baik ganjalan atau papan kayu harus ditempatkan diantara masing-masing lapisan pipa. Dalam kasus ini papan kayu pelapis harus dijamin aman dengan kayu yang kuat.4) Pipa harus tidak ditumpuk lebih dari empat (4) lapis atau maksimum 3 meter tingginya atau ada persetujuan dari PGN.5) Ketelitian dalam memuat pipa harus diperhatikan untuk memastikan kestabilannya dalam kondisi jalan tidak normal, seperti kemungkinan adanya pipa yang terlempar.

2. Stringing

a. Pengawas harus memeriksa terlebih dahulu jalur pipa sesuai perijinan (dari PEMDA) dan tanda-tanda pada saat pengukuran dan pematokan

b. Pengawas harus memeriksa persiapan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana untuk kegiatan penjajaran pipa ini baik bahan/material maupun peralatan yang akan digunakan termasuk juga tanda-tanda pengaman dan tanda-tanda/rambu lalu lintas yang diperlukan.

c. Pastikan penjajaran pipa sepanjang jalur pipa diletakkan di atas balok kayu penahan, karung pasir, gundukan tanah atau bentuk lain yang berfungsi mencegah kerusakan pipa atau lapisan pelindungnya. Peletakan pipa langsung diatas tanah tidak diperbolehkan.

12

Page 15: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

d. Pastikan diameter pipa, grade dan ketebalan telah diidentifikasi dan dijajarkan pada lokasi yang benar berdasarkan Alignment Sheet yang telah disetujui.

e. Pastikan overlap pipa diminimalkan untuk mengurangi pengembalian pipa pada saat kegiatan pengembalian.

f. Pada kondisi tanah buruk pastikan pipa diturunkan dan disimpan pada daerah tertentu dan dibawa secara terpisah menggunakan alat angkut khusus atau alat angkut lain yang layak.

g. Dalam pelaksanaan penjajaran harus dipertimbangkan kebutuhan akan akses lokal bagi pihak ke tiga untuk melewati wilayah kerja (jalan masuk, pintu pagar, dll)

h. Pengawas harus yakin bahwa alat-alat pengangkat misalnya pipe hook telah terlindung dengan material yang sesuai, sehingga tidak merusak bevel end pipa dan harus sesuai dengan kapasitasnya.

i. Jumlah pipa yang terjajar, nomor pipa (heat number) serta kerusakan/cacat yang terjadi pada pipa harus ditandai dan dimintakan untuk dicatat oleh pelaksana, kemudian dilampirkan pada checklist.

2. Welding

Prosedur 8:47:

a. Semua Welding Prosedur dan tukang lasan sudah di tes dan disetujui sebelum pelaksanaan pengelasan.

b. Sertifikat tukang las harus masih berlaku serta harus mengacu pada Welding Prosedur Specification yang ditetapkan.

c. Area las dari pipa yang akan disambung dan bagian dalam pipa harus bersih dari kotoran, kayu, atau batu.

d. Pipa pertama diangkat/ditumpukan pada balok kayu/skid dengan jarak ± 60 cm dari permukaan tanah atau di atas galian.

e. External Clamp harus terpasang pada pipa yang akan disambung.

f. Tergantung dari diameter, maka satu atau dua welder bersamaan memulai pengelasan rootbead dan hotpass, paling tidak 50 % rootbead sudah selesai sebelum external clamp boleh dilepaskan.

g. Selama operasi pengelasan tidak boleh ada pipa yang digesar/dipindahkan.

h. Pengelasan hotpass dilaksanakan ± 5 menit setelah rootbead diselesaikan.

13

Page 16: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

i. Selanjutnya dilaksanakan pengelasan filler dan cap.

j. Joint diidentifikasi dengan mengidentifikasi welder dan nomor joint di dekat daerah lasan.

k. Selanjutnya dilakukan urutan seperti di atas untuk pipa selanjutnya.

l. Pada akhir hari, ujung-ujung pipa tidak boleh terbuka dan harus dipasang dengan temporary cap dengan menggunakan plat atau lainnya untuk menjamin agar tidak ada kotoran masuk kedalam pipa.

m. Inspeksi dilakukan setelah selesai pengelasan, apabila las cap melebihi 3 mm dari permukaan pipa maka perlu digerinda.

n. Apabila daerah las basah sebelum pengelasan selesai, maka daerah tersebut harus dikeringakan terlebih dahulu sebelum pengelasan dilanjutkan.

o. Gunakan tenda untuk pengelasan apabila cuaca mendung/gerimis.

3. Radiography

Proses pemeriksaaan pengelasan yang utama mencakup 8:53:

a. Pengujian radiografi harus dilakukan dengan menggunakan X-ray sesuai prosedur yang disetujui.

b. Penggunaan isotop radiografi (sinar gamma) dalam situasi tertentu mungkin diperlukan dan di setiap kasus tunduk pada kesepakatan.

c. Pemrosesan film radiografi.

d. Pelaporan dan rekaman hasil radiografi.

e. Dye Penetrant untuk las yang tidak mungkin diradiografi (las weld o let).

4. Field Joint CoatingProsedur 8:74) :

a. Setelah daerah yang disambung dengan pengelasan telah diterima dan sambungan telah lolos NDT, maka joint coating baru dapat dilakukan.

b. Hilangkan semua minyak atau gemuk dari permukaan yang akan dilapisi cat dengan cara menggosok memakai lap bersih yang dicelupkan ke dalam Thinner dan biarkan kering atau ditiup memakai angin kering dari kompressor.

c. Material pengisi sambungan harus sesuai dengan coating yang berdekatan.

14

Page 17: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

d. Pemanasan awal harus dilakukan di sekeliling field joint. Field joint coating dilakukan hanya setelah hasil lasan menjadi dingin pada temperatur ambient.

e. Field joint coating yang telah selesai harus halus dan bebas dari lekukan, gelembung, kobocoran, kerusakan atau tanda adanya lapisan benda asing.

f. Setiap bagian yang telah selesai harus diperiksa dengan holiday detector tegangan tinggi untuk menandai jika ada kerusakan lapisan coating, jika ada kerusakan harus diperbaiki.

5. Trenching

Prosedur 8:28):

a. Penggalian dilaksanakan dengan mengacu pada beberapa hal sebagai berikut :

- lebar bawah : diameter pipa + 30 cm.- kedalaman : 150 cm + diameter pipa.- kemiringan galian : ± 60° terhadap horisontal atau disesuaikan dengan persyaratan instansi terkait.Bila kondisi lapangan tidak memungkinkan dicapainya kedalaman minimum, maka pengawas harus melaporkan dan meminta ijin kepada Kepala Pelaksana Teknik untuk menerima kedalaman dibawah minimum tetapi tetap diusahakan lebih dari 100 cm + diameter (mengacu pada Kepmen PE No. 300.K/38/M.PE/1997 tanggal 28 April 1997) 9:3).

b. Arah jalur galian harus dibuat selurus mungkin agar tidak menyulitkan penurunan pipa serta tidak merusak material coating, sedangkan perubahan arah galian karena adanya belokan disesuaikan dengan sudut bend (elbow) yang telah ditentukan. Perubahan arah yang tidak memerlukan material bend/elbow (natural bend) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan stress pipa yang akan terjadi sehingga perlu diperhitungkan radius serta diameter pipa yang akan dipasang.

c. Persimpangan dengan utilitas lain dapat dilakukan dengan tetap mengusahakan jarak terdekat kedua utilitas minimum 30 cm. Apabila kedalaman utilitas lain tersebut sesuai dengan kedalaman pipa, maka diusahakan agar pelaksanaannya dibawah utilitas existing tersebut serta dibuatkan berita acara yang menyangkut jenis utilitas serta kedalaman galian yang diperlukan untuk persimpangan tersebut.

d. Apabila sepanjang jalur galian terdapat utilitas di atas tanah seperti tiang listrik/telpon, maka pengawas harus memastikan dahulu bahwa tiang-tiang tersebut telah diberi penyangga dan mengambil gambar fotonya terlebih dahulu agar tidak menimbulkan claim/tuntutan dikemudian hari.

15

Page 18: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

e. Dasar lubang galian harus benar-benar rata dan harus bebas dari berbagai macam kotoran (batu-batu, kayu, akar, dll).

f. Kedalaman galian dihitung dari permukaan aspal.Tabel 3.1 Crossing Fasilitas UmumJalan biasaKedalaman min. 150 cm + dia. pipaCrosing jalanDilakukan dengan sistem boring mesin atau manualCrossing rel kereta apiMinimal 200 cm + dia. pipa

6. Lowering

Prosedur 8:78):

a. Sebelum pelaksanana penurunan pipa ke dalam galian dilakukan, pastikan bahwa pipa dan sambungan dalam kondisi baik dan secara teknis siap untuk diturunkan.

b. Dasar galian harus mempunyai stabilitas yang memadai, tetap kering dan bebas dari material yang dapat merusak pipa atau menyebabkan topangan terhadap pipa menjadi tidak stabil.

c. Pipa harus diturunkan kedalam galian pipa secara manual atau dengan menggunakan peralatan, tergantung dari ukuran pipa dan kondisi galian pipa.

d. Tidak diperkenankan menyeret, melempar, atau menggulingkan pipa ke dalam galian pipa.

e. Ujung pipa yang terbuka di dalam galian pipa harus ditutup rapat, yaitu menggunakan Night Caps untuk mencegah masuknya binatang, benda asing, atau air.

f. Pipa harus sesuai dengan profil galian untuk menyesuaikan dengan bentuk galian tidak boleh menggunakan kekuatan eksternal. Pipa yang tidak sesuai dengan profil galian, harus dikeluarkan atau galian diperbaiki. Pada saat penurunan pipia, kedalaman dan profil pipa harus dicatat. Setelah diturunkan, galian siap diurug kembali.

7. Backfilling

Prosedur 8:83) :

a. Sebelum dilakukan penimbunan, dasar galian harus dibuat rata dan bebas dari batuan dan material padat lainnya yang dapat merusak coating pipa.

16

Page 19: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

b. Pastikan pipa dan sambungan berada dalam kondisi yang baik.

c. Penimbunan pipa harus segera dilaksanakan begitu proses penurunan pipa ke dalam galian selesai setelah mendapat persetujuan bahwa posisi pipa sudah sesuai, pipa memiliki penutup yang disyaratkan serta tidak ada kerusakan pada pipa.

d. Lapisan bagian dasar harus memiliki ketebalan 150 mm. Diperlukan kehati-hatian untuk mencegah kerusakan coating pipa dengan memasukkan material dasar di sekitar pipa dengan menggunakan clamshell bucket, front end loaders dan backhoe dengan cara yang benar.

e. Material bagian dasar harus dibersihkan dari material yang berasal dari jalur pipa dan lingkungan sekitarnya, termasuk dari milik perorangan, apabila diperlukan, maka harus dengan cara pemilihan dan penghalusan untuk memperoleh material untuk bagian dasar.

f. Apabila pengisian lapisan dasar telah dilakukan maka penutup akhir harus diisi dengan material asli dari galian. Tidak boleh ada batu yang berukuran lebih besar dari pada 150 mm dalam jarak 300 mm dari pipa. Untuk sisa penimbunan, batu yang berukuran lebih besar 500 mm tidak boleh diikut sertakan dalam galian.

g. Pada daerah-daerah dimana ada material tanah asli mengandung batuan dan pecahan butiran batu besar yang bisa merusak pipa seperti batu atau pecahan batu yang dapat merusak pipa, maka harus digunakan pasir atau material yang yang sesuai sebagai material dasar/alas untuk melindungi pipa sebelum penimbunan dengan material yang asli dari tempat galian tersebut.

h. Penimbunan awal harus memiliki ketebalan sekitar 150 mm dengan material penimbun yang sesuai sehingga bisa mencegah kemungkinan kerusakan pada pipa.

i. Penimbunan akhir harus segera dilakukan, tidak boleh lebih dari 48 jam setelah penimbunan awal dan menutup sisa kedalaman galian, termasuk 300 mm lapisan pemadatan pada galian normal dan 600 mm pada galian berbatu untuk melindungi pipa dari lalu lintas kendaraan yang ada di atasnya.

j. Lubang yang berada di bawah pipa harus diisi dengan menggunakan tangan dan dipadatkan. Jangan menggunakan peralatan pemadat mekanis pada ± 150 mm penimbunan pertama.

k. Pita pengenal (marker tape) dipasang sekitar ± 50 Cm dari permukaan pipa.

l. Tanah lapisan atas dari galian dimasukan belakangan sehingga daerah tersebut sedapat mungkin dikembalikan menyerupai aslinya.

17

Page 20: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

m. Jika backfill penuh dengan batu, pipa harus diberi bantalan dari tanah/lumpur sebelum backfill dilakukan untuk menjaga kerusakan pipa.

n. Untuk jaringan pipa tekanan menengah harus diberi perlindungan tambahan dengan beton kotak yang diletakan di atas jalur pipa tersebut.

o. Pemadatan (compacting) dilakukan setiap 30 cm.

8. Hidrotest

a) Prosedur 8:138) :Sebelum pengisian air, pipa telah dibersihkan lebih dahulu dengan brushing pig kemudian foam pig dimasukkan dan air dimasukkan dengan menggunakan pompa air sampai penuh dan diusahakan tidak ada lagi udara yang terperangkap dalam pipa.

b) Setelah jalur pipa terisi penuh, pipa siap untuk diuji tekan. Tekanan uji dinaikkan secara bertahap sebelum ditahan selama 24 jam. Besarnya tekanan uji harus lebih rendah dari desain tekanan uji, dimana desain tekanan uji dapat ditentukan dari rumus7:29):.........(3.1) P = tekanan design (psig) F = design factor t = wall thickness (inchi) T = temperature derating factorD = diameter luar (inchi) E = longitudinal joint factor

c) Pemberian tekanan uji harus dilakukan bertahap :* Tahap I : 30% dari tekanan uji ( selama 1 jam )* Tahap II : 50% dari tekanan uji ( 1 jam )* Tahap III : 100% dari tekanan uji ( selama 24 jam )Penurunan tekanan hanya diperbolehkan maksimal 0,2% dari tekanan uji.

9. Reinstatement

a) Prosedur 8:86) :Sisa penimbunan akhir harus ditempatkan dan disebarkan secara merata sehingga dapat menutupi lubang galian secara sempurna dengan demikian tidak ada ruangan yang tidak terisi. Batuan yang besar atau puing-puing yang berdiameter lebih besar dari 76 mm harus dibuang.

b) Mesin gilas vibrasi bisa digunakan untuk pemadatan permukaan akhir. Untuk pekerjaan yang besar, pemadatan permukaan galian dapat menggunakan alat mesin gilas mekanis yang berukuran lebih besar.

c) Perbaikan semua sisi jalan secara permanen yang dapat digunakan masyarakat umum (jalan raya), drainase, kanal, serta bangunan-bangunan lain yang terkena imbas

18

Page 21: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan dan diawasi oleh petugas yang berwewang seperti Dinas PU, Dinas Pengairan maupun Otoritas setempat.

d) Setiap material yang tersisa dari penutupan kembali galian harus ditempatkan ditengah-tengah jalur galian, dengan sedikit pembuatan saluran untuk aliran air di permukaan.5) Penggenangan air harus dikurangi seminimal mungkin. Permukaan tanah bekas galian harus diratakan di sepanjang jalur pipa.

Pekerjaan Fiber Optik

Tahapan instalasi fiber optic:Sebelum dilakukan penarikan optik melalui polongan pada system duct, polongan tersebut harus dipasang sub duct terlebih dahulu.Dalam satu polongan duct dipasang sub duct. Sub duct ini perlu karena digunakan untuk memudahkan penarikan optik.Sesuatu yang perlu diperhatikan dalam pemasangan sub duct yaitu :

Tegangan penarikan dan kelengkungan sub duct harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang berlaku.

Pemasangan maupun penarikan seub duct ada baiknya dilakukan oleh tenaga manusia. Bila menggunakan winch, tegangan tarik harus terus diawasi melalui pengukur tegangan yang umumnya terpasang pada winch truck.

Tegangan dan speed tarik sub duct harus lebih rendah dari spesifikasi teknis yang berlaku.

Hindari penarikan yang dapat menyebabkan sub duct cacat atau rusak, missal yaitu penarikan yang dilakukan secara paksa, karena dapat merusak serat bagian dalam.

Tegangan dan kecepatan tarik yang diizinkan pada waktu pemasangan adalah sbb:

· Tegangan tarik maksimal : 200 kg· Pull Speed maksimal : 20 m/min

MaterialPipa PVC/Paralon

Ukuran pipa PVC yang digunakan mempunyai diameter dalam 100 mm dan tebal dinding pipa 2,2 mm ,sedang pada lintasan (crossing) jalan atau saluran digunakan pipa PVC dengan diameter dalam 100 mm dan tebal pipa 5,5 mm.Pipa PVC tersebut harus memenuhi syarat spesifikasi PT. TELKOM STEL-L-008.Untuk pembuatan route duct dipakai pipa PVC karena mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yaitu :

19

Page 22: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

a)    Permukaan licin; b)    Ringan mudah dibawa;c)    Kedap air; d)    Tidak berkarat karena terbuat dari PVC; e)    Tahan terhadap zat-zat kimia; f)     Mempunyai sifat lentur, sehingga bisa dibuat tikungan; g)    Mudah penyambungan dengan lem dan sekat pipa.

20

Page 23: Jakarta City Gas_Kelompok 7_Rev0

MAGISTER MANAJEMEN GAS 2015 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIALuthfie Ahmaddani, Abdullah Barii Redhanta, Muhamad Rais, Hibrah, Nurlela, Muhammad Al Fatih

3.3 Analisa Keekonomian 3.4 Analisa Value3.5 Benchmark

BAB IV

KESIMPULAN

3.6 Kesimpulan3.7 Saran

BAB V

REFERENSI

21