2. 1. Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari makanan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, disamping udara (oksigen). Menurut World Health Organization (WHO), makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-substansi yang digunakan untuk pengobatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia mendefenisikan makanan dan minuman sebagai semua bahan, baik dalam bentuk alamiah maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia, kecuali air dan obat-obatan. Makanan yang kita konsumsi harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Berdasarkan segi kualitasnya, makanan harus memenuhi syarat-syarat, yakni enak rasanya, bersih dan sehat, memenuhi gizi yang cukup, serta mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Sedangkan dari segi kuantitasnya, makanan harus disesuaikan dengan usia seseorang, jenis kelamin, macam pekerjaan yang dilakukan, iklim, tinggi dan berat
Jajanan sehat merupakan kebutuhan bagi anak terutama di zaman sekarang ini. Para orang tua harus lebih selektif dalam memilihkan jajan bagi anak-anaknya.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
2. 1. Makanan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari makanan.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,
disamping udara (oksigen).
Menurut World Health Organization (WHO), makanan adalah semua
substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-
substansi yang digunakan untuk pengobatan. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia mendefenisikan makanan dan minuman sebagai semua bahan, baik
dalam bentuk alamiah maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia,
kecuali air dan obat-obatan.
Makanan yang kita konsumsi harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya.
Berdasarkan segi kualitasnya, makanan harus memenuhi syarat-syarat, yakni enak
rasanya, bersih dan sehat, memenuhi gizi yang cukup, serta mudah dicerna dan
diserap oleh tubuh. Sedangkan dari segi kuantitasnya, makanan harus disesuaikan
dengan usia seseorang, jenis kelamin, macam pekerjaan yang dilakukan, iklim,
tinggi dan berat badan, serta keadaan individu. Makanan juga harus memberikan
panas dan tenaga pada tubuh, membangun jaringan tubuh yang baru, memelihara
dan memperbaiki yang tua, serta mengatur proses alamiah, kimiawi, atau faali
tubuh.
Menurut Notoadmodjo (2003), ada empat fungsi pokok makanan bagi
kehidupan manusia, yaitu:
1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/ perkembangan serta mengganti
jaringan tubuh yang rusak.
2. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan
cairan tubuh yang lain.
4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
2.2. Makanan Jajanan
Makanan yang kita konsumsi biasanya selain makanan pokok juga ada
makanan jajanan. Makanan Jajanan adalah jenis-jenis masakan yang dimasak
sepanjang hari, tidak terbatas pada waktu, tempat, dan jumlah yang dimakan.
Makanan jajanan adalah makanan yang diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk di jual
bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan/restorant dan
hotel.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
Makanan Jajanan, terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan
makanan jajanan, yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan,
penyajian, sarana penjaja dan lokasi penjualan. Beberapa aspek tersebut sangat
mempengaruhi kualitas makanan.
Makanan jajanan sebagai salah satu jasa pelayanan masyarakat dibidang
makanan, yang keberadaan sering kali masih jauh dari memenuhi persyaratan
kesehatan sehingga menimbulkan dampak penyakit kepada masyarakat. Dengan
melihat potensi makanan jajanan yang demikian besar dan tingkat kerawanan
yang cukup tinggi perlu diupayakan pengawasan kualitas pengelolaan makanan
jajanan dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebersihan hygiene dan sanitasi
serta persyaratan kesehatan. Sekitar 80% penyakit yang tertular melalui makanan
disebabkan oleh bakteri pathogen. Beberapa jenis bakteri yang sering
menimbulkan penyakit antara lain : Salmonella, Staphylocokkus, Escherichia coli,
Vibrio, Clostridium, Shigella dan Psedomonas Cocovenenous.
Bakteri Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram
negatif. Bakteri ini merupakan flora normal saluran pencernaan manusia dan hewan.
Pada umumnya bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan, seperti diare, muntaber, dan masalah pencernaan lainnya.
Menurut Kepmenkes RI No. 942/ MENKES/ SK/ VII/ 2003 Tentang
persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, yang dimaksud dengan makanan
jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/ restoran, dan hotel.
Fungsi makanan jajanan yang kita konsumsi adalah:
1. Sebagai pengganti makanan utama, misalnya makanan pada waktu bepergian
atau bekerja.
2. Menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama.
3. Sebagai hiburan.
2.3. Zat Tambahan dan Pencemar Makanan
Dengan semakin meningkatnya penduduk dunia, kebutuhan makanan akan
semakin meningkat. Bebagai cara fisik dan kimia dikembangkan dan digunakan
untuk meningkatkan pasokan makanan. Meningkatnya efisiensi pertanian
mengurangi jumlah petani. Selain itu, dengan industrialisasi dan urbanisasi,
semakin banyak orang yang bertempat tinggal jauh dari tanah pertanian.
Perubahan sosial ini mengakibatkan makin meningkatnya kebutuhan akan
makanan olahan yang diangkut dari daerah pertanian ke kota dengan tetap
mempertahankan nilai gizi serta sifat organoleptiknya. Kebutuhan ini sebagian
besar dapat dipenuhi oleh penambahan bahan kimia yang dikenal sebagai zat
tambahan makanan.
Zat tambahan makanan menurut Komisi Codex Alimentarius adalah bahan
apa pun yang biasanya tidak dimakan sendiri sebagai suatu makanan dan biasanya
tidak digunakan sebagai bahan-bahan khas untuk makanan, baik mempunyai nilai
gizi atau tidak, yang bila ditambahkan dengan sengaja pada makanan untuk tujuan
teknologi (termasuk organoleptik) dalam pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, pengangkutan, atau penanganan makanan
akan mengakibatkan, atau dapat diharapkan berakibat (secara langsung atau tak
langsung) makanan itu atau hasil sampingannya menjadi bagian komponen
makanan itu atau mempengaruhi ciri-ciri makanan itu. Istilah ini tidak mencakup
“pencemar” atau zat-zat yang ditambahkan pada makanan untuk mempertahankan
atau memperbaiki mutu gizi.
Zat tambahan makanan dapat diklasifikasikan menjadi: (1) zat tambahan
makanan langsung, dan (2) zat tambahan makanan tidak langsung.
2.3.1. Zat Tambahan Makanan Langsung
Beberapa zat kimia ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan
keawetannya, untuk membuat makanan itu dapat diproduksi secara massal, atau
untuk meningkatkan daya tarik bagi konsumennya dalam segi warna, rasa, bentuk,
dan kemudahan. Bahan kimia ini dikelompokkan berdasarkan fungsi
teknologinya. Daftar yang rinci dari berbagai kelompok zat tambahan makanan
dan penggunaannya diberikan dalam suatu terbitan NAS (1965) dan suatu
dokumen Codex. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
1. Bahan pengawet ditambahkan untuk memperpanjang shelf-life makanan
dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroba.
2. Antioksidan ditambahkan pada minyak untuk mencegah tengik yang
merupakan hasil perubahan oksidatif. Sebagian ditambahkan pada buah
dan sayuran untuk mencegah pencokelatan enzimatik.
3. Zat pengemulsi, pemantap, dan pengental ditambahkan untuk
memperbaiki kehomogenan, stabilitas, dan “badan” dari berbagai jenis
produk makanan.
4. Zat warna digunakan untuk mempertinggi daya tarik visual produk
makanan.
5. Bumbu dan penyedap, merupakan kelompok terbanyak zat tambahan
makanan. Umumnya zat tamabahan ini digunakan dalam jumlah sedikit
dalam makanan.
6. Bahan pemanis buatan, mempunyai rasa manis yang kuat tetapi nilai
kalorinya sedikit atau tidak ada.
7. Zat gizi, antara lain vitamin, mineral, dan asam amino esesensial.
8. Kelompok lain-lain, mencakup (a) pengaturan keasaman (asam dan
basa) yang digunakan untuk menyesuaikan pH minuman dari buah
kalengan dan sayur-sayuran kalengan; (b) zat anti-gumpal yang
ditambahkan pada garam, gula, dll. untuk mempertahankan sifatnya
yang dapat bergerak bebas; (c) zat anti-busa yang ditambahkan pada
cairan untuk mencegah busa; (d) zat pengolah tepung yang
ditambahkan dalam tepung untuk memperbaiki mutu
pemanggangannya; (e) zat pengilap; (f) propelan; dan (g) zat
pengembang.
2.3.2. Zat Tambahan Makanan Tidak Langsung
Selain zat tambahan makanan langsung, ada sejumlah besar zat tambahan
tidak langsung dan beberapa pencemar yang merupakan masalah toksikologi
makanan dan membutuhkan upaya pengendalian yang berbeda. Yang terpenting
dari zat tambahan makanan tidak langsung ini adalah unsur dalam bahan
pengemas yang dapat berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya.
Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita
konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus
makanan dan cenderung dianggap sebagai “pelindung” makanan. Namun
sebenarnya kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan,
pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu
banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu
kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan
ini aman bagi makanan yang dikemasnya.
Beberapa zat dapat berpindah dari wadah makanan, pembungkus, dan lain-
lain ke dalam makanan yang dibungkus di dalamnya. Kebanyakan bahan kimia
yang dapat berpindah dari bahan konvensional, misalnya kertas dan kayu
dianggap aman dan tercantum dalam GRAS (Generally Recognized as Safe) FDA.
Tetapi belakangan ini banyak dipakai kemasan yang terbuat dari bahan polimer.
Polimer sendiri biasanya bersifat lambat, tetapi komponen-komponennya, yaitu
monomer yang ada dalam jumlah tertentu, sisa reaktan, zat antara, bahan bantu
pengolahan, pelarut, dan zat tambahan plastik, serta hasil reaksi sampingan dan
degradasi kimia dapat berpindah ke dalam makanan yang bersentuhan dengannya.
Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan bahan
makanan adalah jenis termoplastik. Plastik ini dapat menjadi lunak jika
dipanaskan dan mengeras lagi setelah dingin. Contoh plastik yang banyak
digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari adalah polietilena (sebagai bahan
pembungkus, kantung plastik, mainan anak, dan botol), teflon (sebagai pengganti
logam, pelapis alat-alat masak), polivinilklorida (untuk pipa, alat rumah tangga,