Top Banner
1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan World Health Organisation (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Sebuah kematian yang seharusnya tidak perlu terjadi sesungguhnya dapat dihindari. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. (PP dan KPA, 2010). Angka kematian maternal merupakan yang tertinggi di antara negara – negara Association South East Asia Nation (ASEAN). Angka kematian
149

Izma (Bab i, II, III, IV, V)

Nov 30, 2015

Download

Documents

Indo Canova
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

1

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan World Health Organisation (WHO) memperkirakan di

seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau

bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal.

Sebuah kematian yang seharusnya tidak perlu terjadi sesungguhnya dapat

dihindari.

Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat

dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya

berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen.

(PP dan KPA, 2010).

Angka kematian maternal merupakan yang tertinggi di antara

negara – negara Association South East Asia Nation (ASEAN). Angka

kematian maternal di Singapura dan Malaysia masing – masing 5 dan 70

orang per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia menurut Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 Angka Kematian Ibu

(AKI) masih cukup tinggi, yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup,

sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 AKI secara nasional 228 per

100.000 per kelahiran hidup.

1

Page 2: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

2

Angka tersebut masih cukup jauh dari tekad pemerintah yang

menginginkan penurunan angka maternal menjadi 125 per 100.000

kelahiran hidup untuk tahun 2010 dan program yang telah dicanangkan

oleh PBB melalui Millenium Development Goals (MDGs).

Salah satu sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun

2010 - 2014 yaitu meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat

antara lain dengan meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 tahun

menjadi 72 tahun, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228

menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, dan menurunnya angka

kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

(Kemenkes RI, 2010).

Penyebab kematian ibu terbesar adalah karena perdarahan dan

eklamsi yaitu sebanyak 58,1 %. Kedua penyebab itu sebenarnya dapat

dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang memadai.

Walaupun proporsi perempuan usia 15 – 45 tahun melakukan ANC

minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80 %, tetapi menurut survei

hanya 43,2 % yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah, sebesar 54 %

persalinan masih ditolong oleh dukun.

Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu nomor satu di

Indonesia yaitu sebanyak (40 – 60 %). Di Indonesia insidens perdarahan

pasca persalinan akibat retensio plasenta berkisar (16 - 17%).

Page 3: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

3

Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus retensio plasenta yaitu

sebanyak (0,68%) berakhir dengan kematian ibu.

Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam

kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami

perdarahan sampai meninggal. Perdarahan pasca persalinan terutama

perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan  yang paling banyak

menyebabkan kematian ibu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari angka kejadian retensio

plasenta di Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat jumlah ibu

bersalin pada tahun 2011 berjumlah 15 kasus, pada tahun 2012 berjumlah

19 kasus. Jika dijumlah dari tahun 2011 sampai 2012 ibu bersalin normal

berjumlah 257 pasien, dengan rujukan ke Rumah Sakit 73 pasien.

Berdasarkan data di atas di dapatkan bahwa Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun 2011 sampai dengan

tahun 2012 mengalami pasang surut bahkan cenderung meningkat dan

didapatkan pada tahun 2012 terdapat 19 kasus persalinan dengan retensio

plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk mengkaji kasus Ibu Bersalin dengan Retensio Plasenta di

Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei Tahun 2013.

Page 4: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

4

B. Rumusan Masalah

Melihat tingginya angka kematian ibu pada tahun 2009 Angka

Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 226 per 100.000 kelahiran

hidup, sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 AKI secara nasional 228 per

100.000 per kelahiran hidup, maka penulis merumuskan masalah dalam

adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. G dengan

Retensio Plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat tahun 2013 ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pada ibu bersalin dengan retensio

plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat dengan menggunakan

metode pendekatan manajemen 7 langkah Varney dan

pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data dasar ibu

bersalin pada Ny.G, G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio

plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei

Tahun 2013.

b. Mampu melakukan interpretasi data dasar terdiri dari diagnosa

masalah dan kebutuhan ibu bersalin pada Ny.G, G2P1A0, hamil 39

minggu dengan retensio plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta

Barat Periode 15 – 16 Mei Tahun 2013.

Page 5: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

5

c. Mampu mengantisipasi masalah dan mendiagnosa potensial pada

ibu bersalin pada Ny.G, G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio

plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei

Tahun 2013.

d. Mampu melakukan tindakan atau kolaborasi segera pada ibu

bersalin pada Ny.G, G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio

plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei

Tahun 2013.

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.G,

G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio plasenta di Puskesmas

Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei Tahun 2013.

f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan ibu bersalin

pada Ny.G, G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio plasenta di

Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei Tahun

2013.

g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan ibu

bersalin pada Ny.G, G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio

plasenta di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei

Tahun 2013.

h. Mampu melakukan pendokumentasian SOAP ibu bersalin pada

Ny.G, G2P1A0, hamil 39 minggu dengan retensio plasenta di

Puskesmas Palmerah Jakarta Barat Periode 15 – 16 Mei Tahun

2013.

Page 6: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

6

D. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Asuhan Kebidanan ibu bersalin pada Ny. G usia 24 tahun G2P1A0, hamil 39

minggu dengan retensio plasenta.

2. Tempat

Di Puskesmas Palmerah Jakarta Barat

3. Waktu

Pemberian asuhan kebidanan dimulai pada tanggal 15 – 16 Mei tahun

2013.

E. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dan mengaplikasikannya di dalam

praktek kebidanan dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ny.G,

dengan retensio plasenta.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat bermanfaat sebagai bahan dokumentasi, informasi dan bahan

perbandingan untuk studi kasus lainnya.

3. Bagi Puskesmas Palmerah Jakarta Barat

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada klien dengan penerapan

manajemen asuhan kebidanan pada kasus retensio plasenta.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Page 7: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

7

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Ruang Lingkup

E. Sistematika Penulisan

BAB II Tinjauan Teori

A. Persalinan

B. Retensio Plasenta

C. Manajemen Kebidanan Menurut Langkah Helen Varney

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan

E. Landasan Kewenangan Bidan

BAB III Tinjauan Kasus

A. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan menggunakan

metode Manajemen Kebidanan Varney.

B. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan menggunakan

metode pendokumentasian SOAP.

BAB IV Pembahasan

A. Pengkajian Pengumpulan Data Dasar

B. Interpretasi Data dan Diagnosa Masalah

C. Mengidentifikasi Masalah Potensial

D. Menetapkan Kebutuhan dan Tindakan Segera

Page 8: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

8

E. Perencanaan

F. Pelaksanaan

G. Evaluasi

H. Pendokumentasian SOAP

BAB V Penutup

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 9: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

9

A. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan normal menurut World Health Organization (WHO)

adalah persalinan yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada

awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi

dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada usia

kehamilan antara 37 hingga 42 minggu. Setelah persalinan ibu dan

bayi dalam keadaan baik.

Persalinan normal adalah persalinan yang berjalan dengan

kekuatan sendiri, spontan dengan presentase belakang kepala, aterm

dan hidup.

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) (JNPK-KR DepKes RI, 2008).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban terdorong keluar melalui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 9

Page 10: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

10

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

(Saifuddin, 2008).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk

konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering

dan kuat yang nampakanya tidak saling berhubungan bekerja dalam

keharmonisan untuk melahirkan bayi.

2. Bentuk – Bentuk Persalinan

Bentuk persalinan menurut Manuaba (2009) adalah :

a. Persalinan spontan

Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa

bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Persalinan bantuan

Proses persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar

misalnya ekstraksi dengan forsep atau dilakukan operasi seksio

caesaria.

c. Persalinan anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila sudah besar untuk

hidup di luar, tetapi sedemikian besarnya sehingga menimbulkan

Page 11: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

11

kesulitan dalam persalinan, kadang – kadang persalinan tidak di

mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah

pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

3. Tanda – Tanda Persalinan

Menurut (Manuaba dkk, 2010) tanda-tanda persalinan antara lain :

1) Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa (pengeluaran lendir, lendir

bercampur darah).

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, ada

pembukaan.

Tanda persalinan dikategorikan sebagai tanda kemungkinan, tanda

awal dan tanda positif. Kategori ini membantu memutuskan kapan ibu

benar – benar mengalami persalinan.

Perhatikan bahwa tidak semua tanda ini mungkin dialami dan bahwa

tanda – tanda tersebut tidak harus terjadi berurutan.

a. Tanda kemungkinan persalinan

1) Tanda kemungkinan persalinan adalah bisa atau tidak menjadi

awal dari persalinan, waktu akan menentukan.

Page 12: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

12

2) Sakit pinggang, nyeri yang merasa, ringan, mengganggu dapat

hilang timbul dapat disebabkan oleh kontraksi dini.

3) Kram pada perut bagian bawah. Seperti kram menstruasi, dapat

disertai rasa nyaman di paha. Dapat terus – menerus atau

terputus.

4) Tinja yang lunak, buang air beberapa kali dalam beberapa jam,

dapat disertai dengan kram perut atau gangguan pencernaan.

5) Desakan untuk bebenah, lonjakan energi yang mendadak

menyebabkan anda banyak melakukan aktivitas ekstra.

Ini sebagai tanda bahwa mempunyai kekuatan dan stamina

untuk menjalani persalinan, cobalah menghindari aktivitas

yang melelahkan.

b. Tanda awal persalinan

1) Kontraksi yang tidak berkembang

Kontraksi cenderung mempunyai panjang kekuatan dan

frekuensi yang sama. Kontraksi pra persalinan ini dapat

berlangsung singkat atau terus – menerus selama beberapa jam

sebelum berhenti atau mulai berkembang.

Menyebabkan pelunakan dan penipisan dari leher rahim,

meskipun sebagian besar pembukaan belum terjadi sampai

mengalami tanda positif.

2) Keluar darah

Page 13: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

13

Aliran lendir yang bernoda darah dari vagina. Dikaitkan

dengan penipisan dan pembukaan awal dari leher rahim, dapat

berlangsung beberapa hari sebelum tanda lain atau baru muncul

setelah kontraksi persalinan yang berkembang dimulai,

berlanjut sepanjang persalinan.

3) Rembesan cairan ketuban dari vagina disebabkan oleh robekan

kecil pada membran (ROM). Kadang – kadang bila membran

timbul selama berjam – jam atau berhari – hari.

4. Tanda Positif Persalinan

a. Kontraksi yang berkembang

Menjadi lebih lama, lebih kuat, dan atau lebih dekat jaraknya

bersama dengan jalannya waktu, biasa disebut “sakit” atau “sangat

kuat” dan terasa di daerah perut pinggang atau keduanya.

Leher rahim yang melebar ini, tidak berkurang oleh aktifitas,

gunakan catatan persalinan awal untuk menentukan pola kontraksi.

b. Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina

Disebabkan oleh robekan membran yang besar (ROM). Sering

disertai atau segera diikuti dengan kontraksi yang berkembang.

Tanda ini tidak dirasa oleh calon ini, tetapi dapat dilihat pada

pemeriksaan vagina.

5. Faktor – Faktor Yang Penting Dalam Persalinan

a. Power ( tenaga / kekuatan )

Page 14: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

14

b. HIS ( kontraksi otot rahim ), kontraksi otot dinding perut, kontraksi

diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, ketegangan ligamentum

rotundum.

c. Passenger ( janin)

d. Janin dan plasenta

e. Passage ( jalan lahir )

f. Jalan lahir yang lunak (otot – otot, jaringan – jaringan, dan

ligament – ligament) dan jalan lahir tulang.(Manuaba, 2010).

6. Proses Persalinan

Menurut Manuaba, 2010 pembagian tahap persalinan sebagai berikut :

a. Kala I persalinan ( kala pembukaan )

Permulaan persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah karena serviks mulai mendatar dan membuka. Kala pembuka

dibagi menjadi dua fase :

a) Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai

pembukaan 3 cm yang berlangsung dalam tujuh sampai

delapan jam.

b) Fase aktif: berlangsung selama enam jam yang dibagi atas tiga

subvase, antara lain :

1)  Periode akselerasi, pembukaan menjadi 4 cm yang

berlangsung selama dua jam.

2) Periode dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 9 cm.

Page 15: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

15

3)  Periode deselerasi, yaitu pembukaan berlangsung lambat

kembali dalam waktu dua jam pembukaan dari 9 cm

mencapai lengkap 10 cm. Lamanya kala I untuk

primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan

multigravida sekitar 8 jam. Bardasarkan kurva Friedman

diperhitungkan pembukaan primigravida adalah 1 cm tiap

jam dan untuk multigravida 2 cm tiap jam.

Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembukaan

lengkap dapat diperkirakan.

b. Kala II persalinan ( kala pengeluaran )

Menurut mochtar (2010), pada kala pengeluaran janin, his

terkoordinir, kuat, interval 2 - 3 menit dengan durasi 50 sampai

100 detik.

Pada akhir kala I ketuban akan pecah disertai pengeluaran cairan

mendadak, kepala janin turun masuk ruang panggul, sehingga

terjadi tekanan pada otot dasar panggul yang akan menimbulkan

keinginan untuk mengejan.

Oleh karena tertekannya fleksus Franken Hauser, ibu merasa

seperti ingin buang air besar karena adanya tekanan pada rektum.

Tanda-tanda kala II antara lain:

a) Pemeriksaan vaginal serviks sudah dilatasi penuh.

b) Selaput amnion biasanya sudah pecah.

Page 16: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

16

c)  His atau kontraksi uterus yang berlangsung panjang kuat, dan

tidak begitu sering bukan 2 - 3 menit lagi, melainkan sekitar 3 -

5 menit sekali.

d) Mungkin terdapat tetesan darah dari vagina.

e)  Ibu mengalami desakan kuat untuk mengejan.

f) Sfingter ani terlihat berdilatasi.

g) Perineum tampak menonjol.

c. Kala III ( kala plasenta )

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai

10 menit. Lepasnya plasenta secara Schultze yang biasanya tidak

ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan

darah setelah plasenta lahir.

Sedangkan pengeluaran plasenta cara Duncan yaitu plasenta lepas

dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput

ketuban. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memerhatikan tanda-tanda:

a) uterus menjadi bundar

b) fundus uterus mengalami kontraksi kuat

c) uterus terdorong ke atas karena plasenta lepas ke segmen

bawah  rahim

d) tali pusat bertambah panjang

e) terjadi perdarahan

Page 17: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

17

d. Kala IV ( pemulihan dan hubungan interaksi )

Kala IV dimaksudkan untuk observasi pendarahan

postpartum. Paling sering terjadi pendarahan pada dua jam

pertama, yang perlu diobservasi adalah:

a) Tingkat kesadaran

b) Tanda - tanda vital

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya pendarahan. Pendarahan dikatakan normal jika

jumlahnya tidak lebih dari 500 ml.

e. Asuhan persalinan normal

1) Tujuan Persalinan normal

Tujuan dilakukan asuhan persalinan normal adalah menjaga

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang

tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi

dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan dapat tarjaga pada tingkat

yang optimal.

Kemudian tujuan yang lain yaitu memberikan asuhan yang

memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek

sayang ibu dan sayang bayi. (Wiknjosastro, 2008)

2) 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

a) Melihat tanda dan gejala kala dua

Page 18: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

18

(1) Mengamati tanda dan gejala kala dua

(a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

(b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat

pada rectum dan vaginanya

(c) Perineum menonjol

(d) Vulva vagina dan sfingter anal membuka

b) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan

esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah

siku.

Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih

yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan

handuk sekali pakai atau pribadi yang bersih.

(5) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau

steril untuk semua pemeriksaan dalam.

(6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik

(dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat

tinggi atau steril) dan meletakkannya kembali di partus

Page 19: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

19

set atau wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengkontaminasi tabung suntik.

c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati – hati dari depan ke belakang dengan

menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi air

desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum

atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara

menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas

atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar

di dalam larutan dekontaminasi, langkah 9 ).

(8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks telah lengkap. Bila selaput ketuban

belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan

kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

Page 20: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

20

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit. Mencuci tangan seperti di atas.

(10) Memeriksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah

kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam

batas normal ( 120 – 160 kali/ menit ).

(a) Mengambil tindakan yang sesuai dengan DJJ tidak

normal.

(b) Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan

dalam, DJJ dan semua hasil – hasil penilaian serta

asuhan lainnya pada partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran.

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi

yang nyaman sesuai keinginannya.

(a) Menunggu hingga mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan –

temuan.

(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberikan

semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

Page 21: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

21

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu untuk meneran ( pada saat ada his, bantu ibu dalam

posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman ).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran :

(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinginan untuk meneran.

(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring

terlentang).

(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi.

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

(f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

(g) Menilai DJJ setiap lima menit.

(h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum

akan terjadi segera dalam waktu 120 menit ( 2 jam )

meneran untuk primipara atau 60 menit ( 1 jam )

untuk multipara, merujuk segera.

Page 22: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

22

(i) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk

meneran : menganjurkan ibu untuk berjalan,

berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman.

Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

menganjurkan ibu untuk memulai meneran pada

puncak kontraksi –kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum

akan terjadi segera setelah 60 menit meneran

merujuk ibu dengan segera.

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5 – 6 cm, meletakkan handuk bersih di atas

perut ibu untuk mengeringkan bayi.

Sediakan tempat untuk antisipasi terjadinya komplikasi

persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu tempat

yang datar alas keras. Beralaskan 2 kain 1 handuk.

Dengan lampu sorot 60 watt ( jarak 60 cm dari tubuh

bayi ).

Page 23: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

23

(15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di

bawah bokong ibu.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

f) Menolong kelahiran bayi

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5

– 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala

bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi.

Membiarkan kepala keluar perlahan – lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan – lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap

mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir

menggunakan penghisap lender dee lee desinfeksi

tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang

baru dan bersih.

(19) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian

meneruskan segera proses kelahiran bayi.

Page 24: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

24

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(20) Memeriksa hingga kepala bayi melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

g) Lahirnya bahu

(21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,

tempatkan kedua tangan di masing – masing sisi muka

bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

berikutnya.

Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah

luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan

ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

h) Lahirnya badan dan tungkai

(22) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan

tangan mulai kepala bayi yang berda di bagian bawah

ke arah perineum, tangan membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan

kelahiran siku dan dan tangan bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

Page 25: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

25

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduanya lahir.

(23) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan

tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke

arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan

kaki bayi lahir. Memegang kedua mata bayi dengan hati

– hati membantu kelahiran kaki.

i) Penanganan bayi baru lahir

(24) Menilai bayi dengan cepat ( jika dalam penilaian

terdapat jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan

langkah awal).

Kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan

posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya (bila tali

pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan).

(25) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala

bayi dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

(26) Memegang tali pusat dengan satu tangan,

melindungi bayi dari gunting dan memotong pusat

diantara dua klem tersebut.

(27) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Page 26: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

26

(28) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan

ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian

ASI jika ibu menghendakinya. (Wiknjosastro, 2008).

j) Penatalaksanaan manajemen aktif kala III

Oksitosin

(29) Meletakkan kain yang bersih dan kering.

Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan

kemungkinan adanya bayi kedua.

(30) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

(31) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,

memberikan suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha

kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya

terlebih dulu.

k) Peregangan tali pusat terkendali

(32) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 – 10

cm dari vulva.

(33) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di

perut ibu, tepat diatas tulang pubis dan menggunakan

tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilkan uterus.

Page 27: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

27

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang

lain.

(34) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian

melakukan peregangan ke arah bawah [pada tali pusat

dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus

ke arah atas dan belakang ( dorso cranial) dengan hati –

hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri.

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

menghentikan peregangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.

(35) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seseorang anggota keluarga untuk melakukan

rangsangan puting susu.

l) Mengeluarkan plasenta

(36) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk

meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah

kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jelan lahir

sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada

uterus.

Page 28: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

28

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

(b) Jika plaenta tidak lepas setelah melakukan

peregangan tali pusat selama 15 menit.

1) Mengulanhi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik

aseptic jika perlu.

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Mengurangi peregangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam

waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

(c) Jika plasenta terlihat di introitus vagina,

melanjutkan kelahiran plasenta dengan

menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan

hati – hati memutar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

(d) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

Page 29: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

29

vagina dan serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari – jari tangan atau klem atau

forseps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

m) Rangsangan taktil ( pemijatan ) uterus

(37) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

( fundus menjadi keras).

n) Menilai perdarahan

(38) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel

ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk

memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau

tempat khusus.

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selama 15 detik mengambil tindakan yang

sesuai.

(39) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan

perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami

perdarahan aktif.

o) Melakukan prosedur pasca persalinan

Page 30: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

30

(40) Menilai ulang uterus dan memastikan kontraksi

dengan baik.

Mengevaluasi perdarahan pervaginam.

(41) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua

tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan

kain yang bersih dan kering.

(42) Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat

tinggi atau steril atau mengikat tali pusat desinfeksi

tingkat tinggi dengan simpul mati disekeliling tali pusat

sekitar 1 cm dari pusat.

(43) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat

yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

(44) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di

dalam larutan klorin 0,5 %.

(45) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian

kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.

(46) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

p) Evaluasi

(47) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam.

Page 31: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

31

(a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan.

(c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca

persalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

melaksanakan perawatan yang sesuai untuk

menatalaksanakan atonia uterus.

Jika ditemukan laserasi yang memerlukan

penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi local

dan menggunakan teknik yang sesuai.

(48) Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana

melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi

uterus.

(49) Mengevaluasi kehilangan darah.

(50) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan

kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam

kedua pasca persalinan.

(a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pasca persalinan.

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

tidak normal.

Page 32: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

32

q) Kebersihan

(51) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan

klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci

dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(52) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke

dalam tempat sampah yang sesuai.

(53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air

desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan lendir dan darah. Membantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

(54) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan minuman yang

diinginkannya.

(55) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan

membilasnya dengan air bersih.

(56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5 %, mengembalikan bagian dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit.

(57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air

mengalir. (Wiknjosastro, 2008).

Page 33: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

33

r) Dokumentasi

(58) Melengkapi partograf (halaman depan dan

belakang).

s) Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

persalinan dan memantau petugas kesehatan dalam

mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf

dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).

Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu bersalin, tanpa

menghiraukan persalinan tersebut normal atau dengan

komplikasi. (Wiknjosastro, 2008).

Untuk menggunakan partograf dengan benar, petugas

harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

(1) Denyut jantung janin, dicatat setiap setengah jam per 30

menit.

(2) Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan vagina.

(a) U, selaput utuh

(b) J, selaput pecah, air ketuban jernih

(c) M, air ketuban bercampur mekonium

(d) D, air ketuban bernoda darah

(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

(a) O, sutura terpisah

Page 34: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

34

(b) 1, sutura (pertemuan dua tengkorak ) yang tepat

atau bersesuaian

(c) 2, sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

(d) 3, sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

(4) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai pada setiap

pemeriksaan pervaginam dan diberi tanda silang (X).

(5) Penurunan, mengacu pada bagian kepala (di bagi 5

bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar)

di atas simpisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (0)

pada setiap pemeriksaan dalam pada posisi 0/5, sinsiput

(S) atau paruh atas kepala berada di simpisis pubis.

(6) Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah di

jalani sesudah diterima.

(7) Jam, catat jam sesungguhnya.

(8) Kontraksi, catat setiap setengah jam, lakukan palpasi

untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit

dan lamanya masing – masing kontraksi dalam hitungan

detik.

7. Teori Persalinan

Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya persalinan

(Sarwono, 2008).

a. Teori Keregangan

Page 35: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

35

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan

menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot – otot uterus.

b. Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu.

c. Teori Oksitosin Internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan posgesteron dapat

mengubah sensivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi

brakston hiks.

d. Teori Prostaglandin

Konsetrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga terjadi persalinan.

e. Teori Hipotalamus – Pituitari dan Gandula Supranalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan anensefalus sering

terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus.

Page 36: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

36

f. Teori Berkurangnya Nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh

Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin

berkurang makan hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

g. Faktor Lain

Tekanan ganglion servikale dari pleksus frankenhauser

yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini ditekan, maka

kontraksi uterus dapat dibandingkan.

8. Patofisiologi (Sarwono, 2008)

1) His adekuat ,pengeluaran lendir dan darah

2) Serviks membuka dan mendorong janin ke bawah

3) Kepala turun dan masuk PAP

4) Kepala dalam keadaan sinklitismus/asinklitismus

5) Kepala fleksi

6) Kepala memasuki ruang panggul

7) Putar paksi dalam

8) Kepala defleksi

9) Doran, teknus,perjol, vulka

10) Ada his dan meneran

11) Putar paksi luar

12) Melahirkan Bahu

13) Bayi lahir

Page 37: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

37

B. Retensio Plasenta

1. Pengertian Retensio Plasenta

Istilah retensio plasenta dipergunakan jika plasenta belum lahir ½

jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008).

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta

selamasetengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat

terjadiretensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta

harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,

infeksi karenasebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,

dapat terjadi polipplasenta, dan terjadi degenerasi ganas

korio karsinoma (Manuaba, 2010).

Retensio plasenta (Placental Retention) merupakan plasenta yang

belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa

plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam

rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini

(Early Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan postpartum lambat

(Late Postpartum Hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari

pasca persalinan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio

plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam lahir dalam setengah

jam setelah janin lahir. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang

banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga

memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.

Page 38: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

38

2. Jenis-jenis Retensio Plasenta

Jenis Retensio Plasenta :

a. Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai atau memasuki miometrium.

d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding

uterus.

e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum

uteri,disebabkann oleh kontraksi kavum uteri .

3. Penyebab Retensio Plasenta

Penyebab retensio plasenta adalah :

a. Fungsional :

1) His kurang kuat (penyebab terpenting)

2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut

tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis),

Page 39: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

39

dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang

sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.

b. Patologi – anatomi :

Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau

seluruhnya telah lepas dari dinding rahim.

Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian

plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui

periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah

plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka

kita dapat melakukan plasenta manual.

Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar

karena ini menentukan sikap pada saat bidan akan mengambil

keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena retensio bisa

disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

a. Plasenta Adhesiva

Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga

menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

b. Plasenta Ikreta

Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau

melewati lapisan endometrium.

c. Plasenta Inkarserata

Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan

oleh kontriksi ostium uteri.

Page 40: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

40

1) Konsistensi uterus keras

2) TFU 2 jari di bawah pusat

3) Bentuk uterus globuler

4) Perdarahan sedang

5) Tali pusat terjulur

6) Ostium uteri terbuka

7) Separasi plasenta sudah lepas

8) Syok jarang

d. Plasenta Akreta

Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian

lapisan miometrium, perlengketan plasenta sebagian atau total

pada dinding uterus. Pada plasenta akreta vili chorialis

menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding rahim daripada

biasa adalah sampai ke batas atas lapisan.otot rahim. Plasenta

akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaannya

melekat dengan erat pada dinding rahim.

Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian

dari permukaannya lebih erat hubungannya dengan dinding

rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta dan

Page 41: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

41

percreta jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah

kelainan desidua, misalnya desidua yang terlalu tipis.

1) Konsistensi uterus cukup

2) TFU setinggi pusat

3) Bentuk uterus discoid

4) Perdarahan sedikit atau tidak ada

5) Tali pusat tidak terjulur

e. Plasenta Perkreta

Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan

miometrium hingga mencapai lapisan serosa.

4. Patogenesis (Sarwono, 2008)

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.

Kontraksi dan retraksi otot - otot uterus menyelesaikan proses ini

pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, selama miometrium

tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih

tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium

menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran

juga mengecil.

Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah

tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta

berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai

Page 42: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

42

terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya

menyebabkan lapisan dan desidua spongiosa yang longgar memberi

jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh

darah yang terdapat di uterus berada diantara serat – serat

otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat - serat

otot ini menekan pembuluh darah dan retraksi otot ini mengakibatkan

pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.

Tanda - tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah

yang mendadak, menjadi globuler dan konsitensinya semakin padat,

uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan

turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang.

Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka

tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan

plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas

vagina.

5. Anatomi

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15

sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500

gram.

Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah

(insertiosentralis).Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada

kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi

Page 43: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

43

seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya

berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang

berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal

dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal

dari spiral arteries yang berada di desidua basalis.

Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg

seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai

chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut

membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan

tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.

(Winkjosastro, 2010).

6. Fungsi

Plasenta berfungsi:

a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin

b. Mengeluarkan sisa metabolisme janin

c. Memberi zat asam dan mengeluarkan CO2

d. Membentuk hormon

e. Penyalur berbagai antibodi ke janin

7. Faktor – faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta :

Page 44: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

44

1) Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;

kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang

tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring.

2) Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau

plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.

3) Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari

uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta

menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik.

Pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat

menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta

pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

(Rukiyah, 2010)

8. indikasi

Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada perdarahan

kala III persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat di hentikan

dengan uterotonikadan masase, retensio plasenta selama 30 menit anak

lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forcep tinggi, versi

ekstraksi, perforasi dan dibutuhkan eksplorasi jalan lahir dan tali pusat

putus. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2010).

9. Gejala Klinis

Page 45: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

45

a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta

informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya,

paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta

riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara

spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. Pada

pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam

kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di

dalam uterus.

(Ida Bagus Gde Manuaba, 2010).

10. Pemeriksaan Penunjang (Manuaba, 2010)

a. Hitung darah lengkap

Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct),

melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada

keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.

b. Menentukan adanya gangguan koagulasi

Dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial

Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting

Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk

menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

11. Diagnosa Banding

Page 46: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

46

Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat

pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis

spons desidua.

12. Prognosis

Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang,

keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan

penatalaksanaan yang tepat sangat penting. (Soepardan, 2008)

13. Penanganan

Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:

a. Drip oksitosin 20 IU dalam 500 ml larutan ringer laktat atau Nacl

0,9%(normal saline) sampai uterus berkontraksi.

b. Plasenta coba dilahirkan dengan brandt Andrews, jika berhasil

lanjutkandengan drip oksitosin untuk mempertahankan uterus.

c. Jika plasenta tidak lepas, dicoba dengan tindakan manual plasenta.

Indikasimanual plasenta adalah : perdarahan pada kala III

persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit

anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forcep

tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dandibutuhkan untuk eksplorasi

jalan lahir, tali pusat putus.

d. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan

dapatdikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret

Page 47: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

47

sisa plasenta.Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan

dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan

hati-hati karena dindingrahim relative tipis dibandingkan dengan

kuretase pada abortus.

e. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan

denganpemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

f. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk

pencegahan infeksi sekunder.

Manual plasenta merupakan tindakan untuk melepas plasenta

secaramanual (mengunakan tangan) dari tempat implantasinya dan

kemudianmelahirkannya keluar lewat cavum uteri.

(Winkjosastro, 2008).

Teknik Plasenta Manual

Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi.

Keadaanumum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau di infus

Nacl atau ringer laktat.Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring

dengan memberikan suntikandiazepam 10 mg intramuscular.

Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau

duduk di hadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri)

Page 48: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

48

meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari

dikuncupkan  membentuk kerucut. Pelaksanaan Manual Plasenta :

a. Tindakan Penetrasi ke dalam kavum uteri.

b. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.

c. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,

tegangkandengan satu tangan dan sejajar lantai.

d. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan

menghadap ke arah bawah) ke dalam vagina dengan menelususri

sisi bawah tali pusat.

e. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong

lainuntuk menegangkan klem talipusat kemudian pindahkan tangan

luar untuk menahan fundus uteri.

f. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan dalam hingga ke

kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

g. Bentangkan tangan secara obstetrik menjadi datar seperti memberi

salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling

merapat).

h. Melepas plasenta dari dinding uterus

1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling

bawah.

a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat

tetap disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan

Page 49: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

49

diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan

menghadap ke bawah (posterior ibu).

b) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah

atas tali pusatdan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara

plasenta dan dinding uterusdimana punggung tangan

menghadap ke atas (anterior ibu).

c) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan

dinding uterusmaka perluas pelepasan plasenta dengan

jalan menggeser tangan kekanan dan kiri sambil di

geserkan keatas (kranial ibu) hingga semuaperlekatan

plasenta terlepas dari dinding uteus.

Catatan:

(1) Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada

dataran yangsama tinggi dengan dinding uterus maka

hentikan upaya plasentamanual karena hal itu

menunjukkan plasenta inkreta.

(2) Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat

dilepaskan danbagian lainnya melekat erat maka

hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut

adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini sebaiknya ibu

diberi uterotonika tambahan (misoprostal 600 mcg

Page 50: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

50

perrektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan

rujukan.(Winkjosastro, 2008).

i. Mengeluarkan plasenta

a) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan

eksplorasiuntuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.

b) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan

segmen bawah rahim uterus) kemudian intruksikan asisten atau

penolong untuk menarik talipusat sambil tangan dalam

membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).

c) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan

suprasimfisis) uterus kearah dorsokranial setelah plasenta

dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah

disediakan.(Winkjosastro, 2008).

j. Pencegahan infeksi pasca tindakan.

a) Dekontaminasikan sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralat

-an lain yang digunakan.

b) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

c) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

d) Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.

(Winkjosastro, 2008).

k. Pemantauan pasca tindakan.

Page 51: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

51

a) Periksa kembali tanda vital ibu.

b) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

c) Tulis rencanakan pengobatan, tindakan yang masih diperlukan

dan asuhan lanjutan.

d) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan sudah selesai

tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.

e) Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum

dipindahkan ke ruang rawat gabung. (Winkjosastro, 2008).

C. Manajemen Kebidanan Menurut Langkah Helen Varney

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh

bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan

pendekatan metode pemecahan masalah. (Varney, 2008).

Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang digunakan

bidan dalam memberikan alur pikir bidan, pengambilan keputusan

klinis.

Asuhan yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas,

logis sehingga perlu sesuatu metode pendokumentasian.

(Varney, 2008).

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah berturut –

turut yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir

Page 52: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

52

dengan evaluasi. Langah – langkah tersebut membentuk kerangka

yang lengkap yang diaplikasikan dalam semua situasi.

Akan tetapi semua langkah tersebut dapat dipecah – pecah ke dalam

tugas – tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi

klien.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan,

manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan oleh bidan

dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan

pendekatan metode pemecahan masalah yang digunakan sebagai

metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan

teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang

logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

2. Proses manajemen Kebidanan

Menurut Varney proses manajemen keidanan terdiri dari langkah –

langkah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien

secara keseluruhan.

b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau

masalah.

c. Mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Page 53: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

53

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan

kondisi klien.

e. Menyusun rencana asuhan secra menyeluruh dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek – aspek sosial yang tidak

efektif.

f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan

mengulang kembali manajemen proses untuk aspek – aspek asuhan

yang tidak efektif. Melihat penjelasan diatas maka proses

manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang

merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan klien

diharapkan menggunakan pendekatan masalah yang sistematis dan

rasional, sehingga seluruh aktivitas atau tindakan yang diberikan

oleh bidan kepada klien akan efektif. Bidan akan terhindar dari

tindakan yang bersifat coba – coba yang akan berdampak kurang

baik untuk klien.

3. Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney

a. Langkah I (Tahap Pengumpulan Data Dasar)

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

1) Anamnesa

Page 54: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

54

a) Biodata

b) Riwayat Menstruasi

c) Riwayat Kesehatan

d) Riwayat kehamilan, persalina dan nifas

e) Biopsikososial spiritual

f) Pengetahuan Klien

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tanda – tanda vital

3) Pemeriksaan Khusus

a) Inspeksi

b) Palpasi

c) Auskultasi

d) Perkusi

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Laboratorium

b) Catatan terbaru dan sebelumnya

b. Langkah II (Interpretasi Data)

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau

masalah berdasakan interpretasi yang benar atas data – data yang

telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan

masalah yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal – hal

Page 55: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

55

yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai

dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

c. Langkah III (Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial)

Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial

atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat

waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah

potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting

sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan

masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak

terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang

bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang

diidentifikasi sudah tepat.

d. Langkah IV (Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera)

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien.

Page 56: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

56

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan.

Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau

kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.

Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat

dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan

keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru mungkin saja

dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi

dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan

tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari

preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes,

atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita

mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau

seorang ahli perawatan klinis bayi  baru lahir. Dalam hal ini bidan

harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan

Page 57: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

57

kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam

manajemen asuhan kebidanan.

Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

e. Langkah V (Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose

yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan

akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan.

Konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada  masalah-

masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi - kultural atau

masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita

tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap

aspek asuhan kesehatan.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu

oleh bidan dank klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif

karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama

Page 58: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

58

klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum

melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi

tentang apa yang akan dilakukan klien.

f. Langkah VI (Pelaksanaan Asuhan)

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan

secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh

oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul

tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya

memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap

bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan

menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan

klien.Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.

Page 59: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

59

g. Langkah VII (Mengevaluasi)

Evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif

sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses

manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap

asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta

melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan

pengkajian yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada

proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di

dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien

dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini

dievaluasi dalam tulisan saja.

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan

Page 60: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

60

1. Pengertian

Dokumentasi dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang

tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda - benda tertulis, seperti nilai ulangan yang diperoleh dari

dokumentasi pendidik.

Dokumentasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah

sebagai sesuatu yang tertulis,tercetak atau terekam yang dapat dipakai

sebagai bukti atau keterangan.

Secara umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau

dokumen asli yang apat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Sedangkan dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan

dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap

yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan

berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan

sendiri. (A. Aziz Alimul, 2010).

2. Fungsi Dokumentasi Kebidanan

Dokumentasi kebidanan (A. Aziz Alimul, 2010) memiliki

beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut.

1) Aspek administrasi, terdapatnya dokumentasi kebidanan yang berisi

tentang tindakan bidan, berdasarkan wewenang dan tanggung jawab

sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan.

Page 61: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

61

2) Aspek meths, dokumentasi yang berisi catatan yang dipergunakan

sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang

harus diberikan kepada pasien.

3) Aspek hukum, melalui dokumentasi maka terdapat jaminan

kepastian hukum atas dasar keadilan, sama halnya dalam rangka

usaha menegakkan hukum dan penyediaan bahan tanda bukti untuk

menegakkan keadilan, karena semua catatan tentang pasien

merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum.

Hal tersebut sangat bermanfaat apabila dijumpai suatu masalah yang

berhubungan dengan profesi bidan, di mana bidan sebagai pemberi

jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi

diperlukan sewaktu-waktu, karena dapat digunakan sebagai barang

bukti di pengadilan, maka dalam pencatatan data, data harus

diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh

bidan.

4) Aspek keuangan, dengan adanya dokumentasi data atau informasi

baik tentang tindakan serta perawatan pada pasien, dokumentasi

dapat dipergunakan sebagai dasar untuk perincian biaya atau

keuangan.

5) Aspek penelitian, dokumentasi kebidanan berisi data atau informasi

pasien. Hal ini dapat dipergunakan sebagai data dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan melalui studi dokumentasi.

Page 62: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

62

6) Aspek pendidikan, dokumentasi kebidanan berisi data informasi

tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik

yang diberikan kepada pasien. Maka informasi tersebut dapat

dipergunakan sebagai bahan atau referensi pendidikan.

7) Aspek dokumentasi, berisi sumber informasi yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban

dalam proses dan laporan pelayanan kesehatan.

8) Aspek jaminan mutu, pengorganisasian data pasien yang lengkap

dan akurat melalui dokumentasi kebidanan akan memberikan

kemudahan bagi bidan dalam membantu menyelesaikan masalah

pasien. Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan

memberi kemudahan bagi bidan dalam membantu penyelesaian

masalah pasien.

Selain itu, juga untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat

teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan

dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu untuk

meningkatkan mutu asuhan kebidanan.

9) Aspek akreditasi, melalui dokumentasi akan tercermin banyaknya

permasalahan pasien yang berhasil diatasi atau tidak.

Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan tentang tingkat

keberhasilan pemberian asuhan kebidanan yang diberikan guna

pembinaan lebih lanjut.

Page 63: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

63

Selain itu, dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada pasien. Melalui akreditasi pula

kita dapat memantau kualitas layanan kebidanan yang telah

diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan

asuhan kebidanan.

10) Aspek statistik, informasi statistik dari dokumentasi dapat

membantu suatu institusi untuk rnengantisipasi kebutuhan tenaga

dan menyusun rencana sesuai dengan kebutuhan.

11) Aspek komunikasi, komunikasi digunakan sebagai koordinasi

asuhan kebidanan yang diberikan oleh beberapa orang untuk

mencegah pemberian informasi yang berulang-ulang kepada pasien

oleh anggota tim kesehatan, mengurangi kesalahan dan

meningkatkan ketelitian dalam asuhan kebidanan, membantu tenaga

bidan untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, serta

mencegah kegiatan yang tumpang tindih. Sebagai alat komunikasi,

dokumentasi dapat mewujudkan pemberian asuhan kebidanan yang

terkoordinasi dengan baik.

3. Dokumentasi Dalam Bentuk SOAP

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis,

dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan

dari proses pemikiran penatalaksaan kebidanan. Dipakai untuk

mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien

Page 64: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

64

sebagai catatan kemajuan. Model SOAP sering digunakan dalam

catatan perkembangan pasien. Seorang bidan hendaknya

menggunakan SOAP setiap kali dia bertemu dengan pasiennya.

Selama antepartum, seorang bidan bisa menulis satu catatan SOAP

untuk setiap kunjungan, sementara dalam masa intrapartum,

seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu

pasien dalam satu hari. Bentuk penerapannya adalah sebagai

berikut (Mufdlilah, 2009).

Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari

proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk

mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien

sebagai catatan kemajuan. Bentuk SOAP umumnya digunakan

untuk pengkajian awal pasien, dengan cara penulisannya adalah

sebagai berikut:

S (subjektif)                  :  Data subektif

Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang

merupakan ungkapan langsung

                                        O (objektif)                  :  Data objektif

Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik

A (assesment)               :  Analisis dan interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah

potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.

Page 65: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

65

P (plan)                        : Perencanaan

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau labolatorium, serta

konseling untuk tindak lanjut.

1) Pentingnya melakukan pendokumentasikan SOAP

a. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan

yang diberikan kepada pasien.

b. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi

asuhan.

c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan.

d. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan

e. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistic

mortalitas morbiditas.

f. Meningkatakan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu

tinggi pada klien.

2) Alasan SOAP digunakan sebagai pendokumentasian

a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan progesi

informasi yang systematis yang mengorganisir penemuan

dan konklusi bidan menjadi suatu rencana asuhan.

b. Metode ini merupakan penyulingan inti sari dari proses

penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan

pendokumentasian asuhan.

Page 66: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

66

c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu

bidan dalam mengorganisir pikiran bidan dan memberikan

asuhan yang menyeluruh.

4. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan

lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat

(registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan

praktek. (Nazriah,2009)

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang

mempunyai posisi penting dan strategis terutama dalam

menurunkan AKI dan AKB, berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan RI NOMOR 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar

profesi bidan tanggal 27 Maret 2007 ditetapkan bahwa bidan

mempunyai standar kompetensi dalam menangani situasi

kegawatdaruratan kebidanan yang salah satunya penanganan

terhadap retensio plasenta yaitu dengan melakukan pengeluaran

secara manual plasenta. (Alhamsyah, 2009).

Profesi bidan mampu mengenali tanda – tanda retensio

plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk manual

plasenta dan penanganan perdarahan sesuai indikasi. Sehingga

telah didapati hasilnya berupa penurunan kejadian perdarahan

Page 67: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

67

hebat akibat retensio plasenta. Ibu dengan retensio plasenta

mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat dan penyelamatan

ibu dengan kasus retensio plasenta pun meningkat. (Ikatan Bidan

Indonesia, 2009).

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

I. Pengumpulan Data Dasar

1. Identitas (biodata)

Nama Pasien : Ny. G Nama Suami : Tn. K

Page 68: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

68

Umur : 24 tahun Umur : 29 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat Rumah : Jl. Setia Raya Simpruk 1 RT 011/ RW 010 Grogol

Selatan, Jakarta Selatan

1) Anamnesa (Data Subyektif) Tanggal : 15 Mei 2013 , pukul : 17.00 WIB

a. Keluhan Utama Pada Waktu Masuk :

Ibu datang dengan keluhan mules – mules pukul 07.00 WIB dan belum

keluar air – air, keluar lendir bercampur darah sejak pukul 07.30 WIB.

b. Riwayat Menstruasi

a) Haid Pertama : umur 13 tahun

b) Siklus : 28 hari

c) Banyaknya : 3 kali ganti pembalut dalam sehari

d) Teratur / tidak : teratur

e) Lamanya : 7 hari

f) Sifat darah : encer

g) Dismenorhoe : tidak

2) Riwayat Perkawinan

a. Status Perkawinan: syah, kawin 1 kali

68

Page 69: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

69

b. Kawin 1 : umur 21 tahun, dengan suami umur 26 tahun

Lamanya : 3 tahun, anak : 1 (satu)

3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

No Tgl/Th

Partus

Tempat

Partus

Umur

Hamil

Jenis

Persalinan

Penolong Penyulit Anak Nifas Keadaan

Anak

Sekarang

Jenis BB PB

1. 09-08-

2009

Bidan 39

minggu

Spontan Bidan Tidak

ada

perempuan 2900

gram

48

cm

baik baik

2. Hamil

ini

Page 70: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

70

4) Riwayat Laktasi : belum ada riwayat laktasi

5) Riwayat Hamil Ini : -

a. HPHT : 11 – 08 - 2012

b. Tafsiran Persalinan : 18 – 05 - 2013

c. Hamil Muda

a) Keluhan : merasakan mual tetapi tidak berlebihan

b) ANC : ± 4 kali, teratur

Imunisasi (TT1) : 1 kali, Usia Kehamilan 16 minggu

d. Hamil Tua

a) Keluhan : tidak ada keluhan yang dirasakan

b) ANC : ± 4 kali, teratur

Imunisasi (TT2) : 1 kali, Usia Kehamilan 28 minggu

6) Riwayat Keluarga Berencana : Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi

7) Riwayat Penyakit Sistemik : Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai

riwayat penyakit seperti jantung, hipertensi, asma, ginjal diabetes millitus

dan lain – lain.

8) Riwayat Penyakit Yang Lalu / Riwayat Operasi : Ibu mengatakan

tidak mempunyai penyakit yang lalu dan tidak pernah operasi

9) Riwayat Penyakit Keluarga / Keturunan Kembar : Ibu mengatakan

tidak mempunyai penyakit keturunan dari keluarga dan tidak ada

keturunan kembar

10) Psikososial : Ibu senang dengan kehamilannya dan status ekonomi yang

cukup.

Page 71: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

71

2. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Pemeriksaan Fisik :

a) Keadaan umum : baik

b) Kesadaran : composmentis

c) Tekanan darah : 110/70 mmHg

d) Suhu : 36,50C

e) Nadi : 80 x/menit

f) Respirasi : 20 x/menit

g) Tinggi badan : 155 cm

h) Berat badan hamil : 45 kg

i) Berat badan sebelum hamil : 55 kg

j) Lingkar lengan atas : 24,5 cm

2) Pemeriksaan sistematis :

a. Kepala :

a) Rambut : bersih, tidak rontok

b) Muka :tidak ada oedema

c) Mata

Conjungtiva : tidak pucat

Sklera : tidak kuning

d) Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip

e) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

f) Mulut / gigi : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries

Page 72: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

72

g) Leher :

Kelenjar gondok (thyroid) : tidak ada pembengkakan

Tumor : tidak ada pembesaran

Pembengkakan : tidak ada pembengkakan

b. Dada & axilla (ketiak)

a) Mamae:

Membesar : ya, kanan kiri

Tumor : tidak ada, kanan kiri

Simetris : ya, kanan kiri

Aerola : normal kanan kiri

Puting susu : menonjol, kanan kiri

Kolostrum : ya, sudah ada pengeluaran kanan kiri

b) Axilla :

Tumor : tidak ada, kanan kiri

Nyeri : tidak ada, kanan kiri

Perut : membesar sesuai usia kehamilan dan tidak

ada luka

c. Ekstremitas :

a) Tungkai : normal, kanan kiri

b) Varises : tidak ada, kanan kiri

c) Oedema : tidak ada

d) Refleks patella : + kanan kiri

Page 73: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

73

3) Pemeriksaan khusus obstetri :

a. Abdomen

a) Inspeksi :

Membesar : ya, dengan arah memanjang

Pelebaran vena : ada, linea nigra

Striae albican : ya

b) Palpasi :

TFU : 31 cm

Leopold l : fundus : teraba lunak, bulat, tidak melenting

(bokong)

Leopold ll : kanan : teraba keras, memanjang seperti

papan (punggung)

kiri : teraba bagian – bagian kecil janin

(ekstremitas)

Leopold lll : teraba bulat, keras, tidak melenting

(kepala)

Leopold IV : 4/5 sudah masuk PAP

Taksiran berat janin : (31 – 11) x 155 = 3100 gram

c) Auskultasi :

DJJ : Punctum maksimum : satu tempat, setinggi pusat kanan

perut ibu

Page 74: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

74

Frekuensi : 140 x/menit, teratur

b. Ano genitalia

a) Kelainan : tidak ada

b) Pengeluaran : lendir dan darah

c) Inspekulo : vagina : tidak ada kelainan

warna : kemerahan

Porsio : tebal, lunak

d) Vagina toucher (periksa dalam) :

Vagina : tidak ada kelainan

Porsio : tebal, lunak

Pembukaan : 5 cm

Ketuban : positif

Presentasi : kepala

Posisi : UUK kanan depan

Penurunan : hodge III

Kesan panggul : luas (normal)

4) Pemeriksaan laboratorium

Darah : hemoglobin : 11 gr%

golongan darah : A

Urine : protein : negatif

reduksi : negatif

Page 75: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

75

II. Interpretasi Data

1. Diagnosa

a. Ibu : Ny.G, usia 24 tahun, G2P1A0, hamil 39

minggu.

Inpartu kala 1 fase aktif.

Dasar : Ibu mengatakan perutnya mules semakin

sering, dan belum keluar air – air.

b. Janin : janin tunggal hidup intra uterine presentasi

kepala.

Dasar : DJJ (+) 140 X/menit, pergerakan janin (+).

III. Masalah Potensial

Masalah : Ibu merasakan mules semakin sering dan

gelisah.

Kebutuhan : berikan dukungan emosional.

IV. Tindakan segera

Tidak ada

V. PERENCANAAN

1) Lakukan informed consent

2) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

3) Penuhi kebutuhan nutrisi ibu seperti makan dan minum

4) Anjurkan ibu untuk tidak menahan apabila ingin BAB atau BAK

5) Jelaskan posisi dalam bersalin seperti jongkok, berdiri, setengah duduk

Page 76: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

76

6) Hadirkan pendamping pada saat proses persalinan

7) Jelaskan cara meneran yang baik seperti tarik napas panjang

8) Lakukan observasi his, DJJ

9) Pantau kemajuan persalinan setiap empat jam

10) Siapkan alat – alat partus set, heacting set, resusitasi set

11) Siapkan perlengkapan ibu dan bayi

12) Lakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan ke dalam SOAP

dan patograf

VI. PELAKSANAAN

1) Melakukan informed consent

2) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

3) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi pada ibu seperti makan dan

minum pada saat tidak ada his

4) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan apabila ingin BAB atau BAK

5) Menjelaskan posisi dalam bersalin seperti jongkok, berdiri, setengah

duduk

6) Menghadirkan pendamping pada saat proses persalinan

7) Menjelaskan cara meneran yang baik seperti tarik napas panjang

8) Melakukan observasi His dan DJJ

9) Memantau kemajuan persalinan setiap 4 jam

10) Menyiapkan alat – alat partus set, heacting set, resusitasi set

11) Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi

Page 77: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

77

12) Melakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan ke dalan SOAP

dan Patograf

VII. EVALUASI

1) Informed consent sudah disetujui

2) Hasil pemeriksaan telah dijelaskan kepada ibu dan keluarga

3) Kebutuhan nutrisi dan hidrasi telah terpenuhi

4) Ibu mengerti dan tidak menahan pada saat ingin BAB atau BAK

5) Ibu memilih posisi setengah duduk

6) Ibu memilih suaminya untuk mendampingi pada saat proses persalinan

7) Ibu bisa meneran dengan baik yaitu tarik napas panjang pada saat ada his

8) Observasi his, DJJ, serta pemantauan kemajuan persalinan telah dilakukan

9) Kemajuan persalinan setiap 4 jam telah dilakukan

10) Alat – alat partus set, heating set, resusitasi set telah disiapkan

11) Perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan

12) Asuhan yang telah diberikan didokumentasikan ke dalam SOAP dan

patograf

Page 78: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

78

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

KALA II

Pukul : 20.40 WIB

Hari / Tanggal : Rabu / 15 Mei 2013

S : Ibu mengatakan mules semakin sering dan merasa ingin buang air besar,

keluar cairan di kemaluan semakin banyak, nyeri di kemaluan semakin

hebat.

O : keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, keadaan emosiol :stabil

Tanda – tanda vital :

TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84 x/menit, suhu : 36,50C, Rr : 20 x/menit

Periksa dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, anus membuka,

perineum menonjol, vulva membuka, pembukaan lengkap, portio tidak

teraba, ketuban (-), warna : jernih, presentasi kepala, penurunan H.III,

UUK, kanan depan.

His : 4x dalam 10 menit lamanya 42 detik, kekuatan : kuat

DJJ (+) 145 X/menit, teratur.

Page 79: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

79

A : Ny. G umur 24 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu 4 hari partus kala ll

Janin tunggal hidup intra uterine, presentasi kepala.

P :

1) Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa kepala janin sudah masuk ke

dasar panggul dan pembukaan lengkap, ibu akan segera melahirkan.

Ibu dan suami telah mengetahui hasil pemeriksaan.

2) Mendekatkan alat – alat partus, heacting set dan resusitasi set.

Alat partus, heacting set dan resusitasi set sudah disiapkan.

3) Mencuci tangan dengan 7 langkah.

Mencuci tangan sudah dilakukan dengan 7 langkah.

4) Mengatur posisi ibu, ibu dalam posisi setengah duduk.

5) Mengajarkan ibu teknik meneran senyaman mungkin, ibu bisa tarik

napas panjang lewat hidung dan keluarkan lewat mulut.

6) Memberikan ibu nutrisi di sela – sela his.

Ibu minum segelas teh manis hangat dan makan sepotong roti.

7) Istirahatkan ibu diantara his dan memantau BJJ.

Ibu bisa istirahat diantara his, DJJ (+) 142 X/menit.

Page 80: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

80

8) Jam 20.45 melahirkan bayi spontan.

Bayi lahir spontan, langsung menangis, gerakan aktif, kulit kemerahan,

warna air ketuban jernih, bayi cukup bulan, jenis kelamin : laki – laki,

BB = 3200 gram, PB = 48 cm, anus (+), cacat (-), meco (-), A/S = 9/10.

9) Meletakkan bayi diatas perut ibu, dikeringkan dan dihangatkan dari

kepala sampai seluruh tubuh, bayi dalam keadaan hangat.

10) Menjepit tali pusat dengan 2 klem, klem pertama 3 cm dari pusat, klem

kedua 3 cm dari klem pertama, potong tali pusat, ikat, dan bungkus

dengan kasa.

Tali pusat sudah terbungkus dengan kasa.

11) Melakukan IMD.

IMD dilakukan selama setengah jam.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

KALA III

Pukul : 20.50 WIB

Hari / Tanggal : Rabu / 15 Mei 2013

Page 81: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

81

S : Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan merasa senang dengan kelahiran

bayinya.

O : Keadaan umum : baik, kesadaran :composmentis, keadaan emosional :

stabil

Kontraksi uterus : baik, TFU sepusat, perdarahan 350 cc, kandung kemih

Kosong, tidak ada janin kedua.

A : Ny. G umur 24 tahun P2A0 partus kala III

P :

1. Memberitahu kepada ibu bahwa plasenta akan segera dilahirkan.

Ibu menyetujui untuk tindakan melahirkan plasenta.

2. Melakukan manajemen aktif kala III :

- menyuntikkan oxitocyin 10 IU 1/3 atas bagian luar

- melakukan peregangan tali pusat terkendali.

Oxitocyin 10 IU sudah disuntikkan dan peregangan tali pusat

terkendali sudah dilakukan.

Tanda – tanda pelepasan plasenta belum ada.

3. Pukul 21.15 WIB plasenta belum lahir

Plasenta masih belum bisa dilahirkan.

Page 82: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

82

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

KALA III

Pukul : 21.15 WIB

Hari / Tanggal : Rabu / 15 Mei 2013

S : Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan merasa senang dengan kelahiran

bayinya.

O : Keadaan umum : baik, kesadaran :composmentis, keadaan emosional :

stabil

Kontraksi uterus : baik, TFU sepusat, perdarahan 350 cc, kandung kemih

Kosong, tidak ada janin kedua, plasenta belum lahir.

A : Ny. G umur 24 tahun P2A0 partus kala III dengan retensio plasenta

P : 1. Memasang infus RL sebanyak 20 tetes/ menit + synto 10 IU

Infus RL + Synto 10 IU sudah menetes secara drip.

4. Menyiapkan alat untuk melakukan manual plasenta

Alat – alat manual plasenta sudah disiapkan.

Page 83: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

83

5. Melakukan manual plasenta :

- Mengatur pasien dalam posisi litotomi.

- Memasukkan salah satu tangan, tangan kiri meregangkan tali pusat,

tangan kanan dengan jari – jari dikuncupkan membentuk kerucut.

- Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar

dengan lantai.

- secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke

dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.

- setelah tangan mencapai pembukaan serviks, tangan lain menahan

fundus dengan punggung tangan menghadap ke dinding dalam uterus.

- Bila plasenta di depan, dinding tangan pada dinding kavum uteri, tetapi

tali pusat berada dibawah telapak tangan kanan.

- Menggerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial

sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

Pukul 21.30 WIB plasenta lahir secara manual.

6. Melakukan masase fundus uterus selama 15 detik.

Kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong.

Page 84: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

84

7. Memeriksa kelengkapan plasenta.

Kotiledon lengkap dan selaput ketuban korion dan amnion utuh yang

mengarah ke ibu dan janin berdiameter 18 cm, insersia tali pusat sentralis,

panjang tali pusat 50 cm, berat 500 gram.

8. Memeriksa robekan jalan lahir.

Heacting grade 1 dilakukan.

9. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

menggunakan SOAP.

Hasil tindakan sudah didokumentasikan ke dalam SOAP.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

KALA IV

Pukul : 22.00 WIB

Hari / Tanggal : Rabu / 15 Mei 2013

S : Ibu mengatakan lelah setelah melahirkan dan ibu merasa senang atas

kelahiran bayinya.

O : Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, keadaan emosional :

stabil. TTV : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, suhu : 360C axilla,

Respirasi : 21 x/menit, kontraksi uterus : baik, TFU : 3 jari di bawah

Page 85: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

85

pusat, kandung kemih kosong, terdapat laserasi grade I pada mucosa

vagina, kulit perineum, lochea rubra, perdarahan ± 250 cc.

A : Ny.G, umur 24 tahun, P2A0, partus kala IV

P :

1. Mengobservasi TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, jumlah

perdarahan, robekan jalan lahir.

TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

kosong, jumlah perdarahan ± 250 cc, robekan heacting grade I

dilakukan.

2. Membersihkan badan ibu dengan air DTT, mengganti pakaian ibu dan

memakaikan pembalut, celana dan kain sarung agar ibu nyaman.

Ibu dalam keadaan bersih dan nyaman.

3. Membersihkan alat – alat bekas pakai dengan merendam ke dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit setelah itu di cuci dan di bilas di

bawah air mengalir dengan menggunakan sarung tangan rumah tangga

serta membersihkannya.

Alat – alat bekas pakai sudah di cuci bersih dan siap disterilkan.

10. Mengajarkan ibu cara massase uterus untuk mempertahankan kontraksi

uterus, jika rahim ibu teraba bulat dan keras, maka rahim ibu

Page 86: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

86

berkontraksi dengan baik, tetapi jika rahim ibu terasa lembek maka

rahim ibu tidak berkontraksi sehingga akan menimbulkan perdarahan

dan segera beritahu Bidan jika tidak ada kontraksi dan terjadi

perdarahan yang keluar melebihi darah menstruasi.

Ibu mengerti dan melakukan semua yang dijelaskan oleh Bidan.

11. Menganjurkan ibu makan dan minum untuk mengganti tenaga yang

sudah dikeluarkan saat persalinan.

Ibu makan seporsi nasi dan segelas teh manis hangat.

12. Memberikan obat : 10 tablet Amoksilin 3 x 500 mg/hari, 40 tablet fe 1 x

250 mg/hari, 10 tablet Asam mefenamat 3 x 500 mg/hari.

Ibu sudah meminum obat yang diberikan sehabis makan.

13. Mengobservasi kala IV selama 2 jam pertama yaitu tanda – tanda vital,

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan

setiap 15 menit sekali jam pertama dan jam kedua setiap 30 menit

sekali.Hasilnya baik dan normal.

14. Memindahkan ibu dan bayi ke ruang nifas setelah 2 jam postpartum.

Hasil : ibu dan bayi dipindahkan ke ruang nifas pukul : 23.30 WIB.

15. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

Seluruh hasil pemeriksaan telah didokumentasikan.

Page 87: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

87

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melihat apakah asuhan yang akan diberikan

pada Ny.G, umur 24 tahun dengan retensio plasenta di Puskesmas Palmerah

Jakarta Barat yang dilakukan pada tanggal 15 Mei tahun 2013 sesuai dengan

teori, pembahasan ini dibuat berdasarkan teori dan asuhan yang nyata dengan

pendekatan proses manajemen kebidanan yang terdiri dari 7 langkah varney.

A. Pengumpulan data dasar

Data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang

ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan, baik berupa

kesehatan fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data dilakukan

melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium.

( Soepardan : 2008 ).

Dari data subjektif pada kasus Ny.G, pada tanggal 15 Mei tahun

2013 pukul : 17.00 WIB, mempunyai keluhan pertama pada waktu masuk

yaitu ibu datang dengan keluhan mules – mules sejak pukul 07.00 WIB

dan belum keluar air – air, sudah keluar lendir bercampur darah pukul

07.30 WIB.

Page 88: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

88

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Ny.G, G2P1A0

dengan HPHT : 11 Agustus 2012, tafsiran persalinan : 18 Mei 2013,

dengan keluhan selama hamil pada trimester l merasa mual, muntah dan

ANC ± 10 kali teratur.

Dari data pemeriksaan objektif didapatkan hasil pemeriksaan yaitu

keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, keadaan emosional :

stabil, TFU : 31 cm, Leopold I : di fundus teraba satu bagian besar bundar,

lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II : bagian kanan perut ibu

teraba keras, memanjang seperti papan (punggung), bagian kiri perut ibu

teraba bagian – bagian terkecil dari janin (ekstremitas).

Leopold III : bagian terendah teraba bulat, keras, melenting (kepala),

Leopold IV : 4/5 sudah masuk PAP, TBJ : (31 – 11) x 155 = 3100 gram.

Auskultasi denyut jantung janin (+) 140 x/menit (teratur), punctum

maximum terdengar di satu tempat setinggi pusat kanan perut ibu. His 3 x

10’ x 35”. Pemeriksaan dalam : vagina tidak ada kelainan, porsio teraba

tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban utuh (+), presentasi kepala, posisi

ubun – ubun kecil kanan depan, penurunan kepala Hodge III, molase tidak

ada.

Berdasarkan data diatas gejala dari retensio plasenta pada Ny.G,

adalah konsistensi uterus kenyal, tinggi fundus uteri 1 jari di atas pusat,

bentuk uterus diskoid, perdarahan sedang, tali pusat terjulur sebagian,

ostium uteri terbuka, sehingga hal tersebut sesuai dengan teori.

Page 89: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

89

Bahwa konsistensi uterus kenyal, tinggi fundus uteri 1 jari di atas pusat,

bentuk uterus diskoid, perdarahan sedang, tali pusat terjulur sebagian,

ostium uteri terbuka, sehingga ada persamaan gejala antara teori dan kasus

di lahan praktek.

Penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena pada saat

pengumpulan data baik keluarga, klien, bidan dan dokter di lahan praktek

bersedia untuk memberikan informasi atau data yang diperlukan yang ada

hubungannya dengan kasus dan perawatan ibu sehingga memudahkan

dalam pengumpulan data.

B. Interprestasi Data Untuk Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah

Dalam menegakkan suatu diagnosa atau masalah klien harus

berdasarkan : pada pendekatan asuhan kebidanan yang didukung dan

ditunjang oleh beberapa data, baik data subjektif dan data objektif dari

hasil pengkajian.

Dalam kasus yang ditemukan pada Ny.G, proses persalinan kala III

mengalami hambatan yaitu plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah

dilakukan manajemen aktif kala III yaitu penyuntikkan 10 IU oksitosin 1/3

paha atas bagian luar pukul : 20.50 WIB, melakukan peregangan tali pusat

terkendali dan melakukan masase uterus. Plasenta belum juga lahir

lakukan pennyuntikkan 10 IU oksitosin kedua pukul 21.20 WIB,

melakukan PTT kembali dan melakukan manual plasenta.

Page 90: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

90

Berdasarkan kasus di atas, sehingga dapat ditegakkan diagnosa

Ny.G, umur 24 tahun, P2A0, partus kala III dengan retensio plasenta. Hal

ini sesuai dengan teori bahwa diagnosa retensio plasenta dapat ditegakkan

apabila plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata,

2008 : 174). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

C. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya

Berdasarkan hasil diagnosa yang sudah ditegakkan, maka masalah

potensial dari kasus retensio plasenta adalah dapat terjadi perdarahan

postpartum primer dan sekunder, infeksi endometrium, dan syok.

Hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan masalah potensial dari

kasus retensio plasenta adalah perdarahan postpartum primer dan

sekunder, infeksi endometrium dan syok. (Mochtar : 2010).

D. Melakukan tindakan segera untuk memenuhi kebutuhan

Melakukan suatu tindakan harus disesuaikan dengan prioritas

masalah atau kondisi keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah Bidan

merumuskan hal – hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosis atau masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga

merumuskan tindakan emergensi atau darurat yang harus dilakukan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. (Soepardan : 2008)

Page 91: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

91

Adapun tindakan segera yang harus dilakukan pada Ny.G, yaitu

memasang infus RL 500 ml sebanyak 20 tetes permenit, melakukan

manual plasenta. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bila kontraksi

terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta

secara hati – hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan

perdarahan. (Rukiyah, 2010).

Sehingga penulis menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

dalam melakukan tindakan segera pada Ny.G.

E. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada manajemen

asuhan kebidanan

Suatu rencana tindakan yang komprehensif ditunjukkan pada

indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungannya

dengan masalah yang dialami klien dan juga meliputi antisipasi dengan

bimbingan terhadap klien serta konseling rencana tindakan harus disetujui

klien dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya.

Berdasarkan kasus retensio plasenta dapat direncanakan asuhan

kebidanan yaitu dilakukan informed consent untuk persetujuan keluarga

dan memberikan dukungan psikologis pada pasien, melakukan

pemeriksaan tanda – tanda vital mulai dari tekanan darah 110/70 mmHg,

suhu badan 36,50 C, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, dan

mencegah perdarahan dengan cara pemberian infus 500 ml cairan Ringer

Page 92: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

92

Laktat (RL) dengan kecepatan 20 tetes permenit + synto 10 IU secara drip,

dan melakukan tindakan manual plasenta. Hal ini sesuai teori yang

dijelaskan dalam referensi Asuhan Kebidanan IV Patologi 2010. Sehingga

penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan dalam teori dan praktek

Dalam menyusun rencana asuhan.

F. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisiensi dan aman

Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, maka tahap

selanjutnya adalah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.G, yaitu

dengan memasang infus RL 500 ml sebanyak 20 tetes permenit + synto 10

IU secara drip, dan melakukan manual plasenta yaitu dengan cara labia

dibuka dan tangan kanan masuk secara obstetrik ke dalam vagina.

Tangan luar menahan fundus uteri. Tangan dalam sekarang menyusuri tali

pusat, yang sedapat – dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan

dalam sampai ke plasenta, tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat –

dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi

tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan antara bagian plasenta yang

sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dinding

rahim. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan

perlahan – lahan ditarik keluar.

Berdasarkan kasus retensio plasenta ini pelaksanaan asuhan

kebidanan secara keseluruhan tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan praktek. (Rukiyah, 2010).

Page 93: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

93

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Sebagai langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan

evaluasi terhadap hasil dan proses manajemen kebidanan yang diterapkan.

Hasil evaluasi pada Ny.G sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan

yaitu telah dilakukan tindakan manual plasenta, dan plasenta dapat

dikeluarkan seluruhnya. Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan setelah 2

jam post partum didapatkan tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu :

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu badan 36,50 C,

pernapasan 20 x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,

perdarahan ± 250 cc, kandung kemih kosong.

Berdasarkan kasus retensio plasenta ini evaluasi asuhan kebidanan

secara keseluruhan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

(Rukiyah, 2010).

Page 94: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan

saran untuk memberikan gambaran dan informasi studi kasus tentang retensio

plasenta.

A. Simpulan

1. Pengumpulan Data Dasar

Ny.G, usia 24 tahun, G2P1A0, hamil 39 minggu inpartu kala 1 aktif,

janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala.

2. Pada studi kasus di atas Ny.G, mengalami retensio plasenta dimana

plasenta belum lahir selama setengah jam setelah bayi lahir.

3. Berdasarkan masalah potensial retensio plasenta apabila tidak

ditangani dengan cepat dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan,

infeksi endometrium dan syok.

4. Tindakan segera dari retensio plasenta yaitu memberikan oksitosin

pertama 10 IU di 1/3 paha atas bagian luar, dan oksitosin kedua

sebanyak 10 IU secara drip. Pasang infus 500 ml cairan ringer laktat

(RL) dengan kecepatan 20 tetes permenit dan melakukan manual

plasenta dengan memperbaiki keadaan umum klien.

94

Page 95: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

95

5. Perencanaan, lakukan informed consent untuk persetujuan keluarga

dan berikan dukungan psikologis pada pasien, lakukan pemeriksaan

tanda – tanda vital, pasang infus, manual plasenta.

6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.G, dengan retensio plasenta

yaitu melakukan manual plasenta dengan cara labia dibuka dan tangan

kanan masuk secara obstetrik ke dalam vagina, tangan kanan menahan

fundus uteri. Tangan dalam menyusuri tali pusat, yang sedapat –

dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke

plasenta, tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat – dapatnya

mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan

sebelah kelingking, plasenta dilepaskan antara bagian plasenta yang

sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dinding

rahim. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan

dengan perlahan – lahan ditarik ke luar.

7. Hasil yang didapatkan yaitu : keadaan umum : baik, kesadaran :

composmentis, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, suhu : 36,50 C,

TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahan ± 250 cc, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong.

Page 96: Izma (Bab i, II, III, IV, V)

96

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan bagi para mahasiswa dengan memberikan bimbingan

selama proses pengambilan studi kasus.

3. Bagi Puskesmas Palmerah Jakarta Barat

Sebagai tempat pelayanan tenaga kesehatan diharapkan untuk

lebih meningkatkan status derajat kesehatan pada umumnya dan

khususnya dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan ketentuan yang

ada di Puskesmas Palmerah.