+ All Categories
Home > Documents > Izam Proses CD

Izam Proses CD

Date post: 20-Jul-2015
Category:
Author: ofar-abdul
View: 65 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Embed Size (px)
of 74 /74
 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA TERHADAP AKHLAK SANTRI MADRASAH DINIYAH PONDOK PESANTREN NURUL MADINAH KWANGSAN KALIREJO KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.1) Oleh : MASLAKHATUZ ZAMHARIRO  NIM : 2 00769008  NIMKO : 200 7.4.0 69.00 01.1.01296 SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH BANGIL JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN 2011
Transcript

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA TERHADAP AKHLAK SANTRI MADRASAH DINIYAH PONDOK PESANTREN NURUL MADINAH KWANGSAN KALIREJO KECAMATAN BANGIL KABUPATEN PASURUAN

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.1)

Oleh : MASLAKHATUZ ZAMHARIRO NIM : 200769008 NIMKO : 2007.4.069.0001.1.01296

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH BANGIL JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN 2011

NOTA PEMBIMBING Lampiran Hal : : Naskah Skripsi Bangil, 2011 Kepada Yth Bapak Ketua STIT Muhammadiyah Bangil Di Tempat

Assalamualaikum Wr.Wb. Setelah diadakan pemeriksaan, penelitian dan perbaikan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat skripsi saudara : Nama : MASLAKHATUZ ZAMHARIROH NIM : 200769008 NIMKO : 2007.4.069.0001.1.01296 Program Studi : Sarjana S1 Jurusan: Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Akhlak Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madina Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam munaqosah skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Bangil. Untuk itu kami mengharap segera dapat diuji. Demikian harap maklum Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Dr. ATIM SUBEKTI, M.Pdi, M.Hi

MOTTO

: ( )

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah saw. Bersabda : orang mukmin yang sempurna imannya yang terbaik budi pekertinya. (H.R. At Tirmidzi)

PERSEMBAHAN

Sujud syukurku tak henti hentinya untuk-Mu Ya Rabby Shalawat dan salamku untuk-Mu Ya Rasuly Dengan penuh cinta dan sayang guratan sederhana ini penulis persembahkan kepada : 1. M. Zaini, Nimah ayah dan ibuku tersayang yang telah memberikan doa dan dorongan moril maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Kakak dan adik adikku terkasih. 3. Apin, kucingku tercinta yang senantiasa menemaniku dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Generasi penerusku pelanjut cerita penerus sejarah.

ABSTRAK

Nama : MASLAKHATUZ ZAMHARIROH NIM : 200769008 NIMKO : 2007.4.069.0001.1.01296 Program Studi : Sarjana S1 Jurusan: Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Akhlak Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madina Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Rumah merupakan basis utama dalam pendikan. Dari rumah dibangun budaya pendidikan yang kondusif. Motivasi belajar senantiasa dipupuk terutama dalam bentuk sikap dan perilaku anak. Orangtua sebagai figur panutan akan sangat menentukan dalam membangun budaya pendidikan dirumah. Maka penelitian ini bertujuan mendiskripsikan tingkat pendidikan orangtua terhadap akhlak santri. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data berupa kuesioner, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan statistik regresi yang menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan orangtua berpengaruh terhadap akhlak santri walaupun tidak cukup signifikan. Berdasarkan hasil dari analisis tersebut diharapkan para orangtua hendaknya selalu menekankan pendidikan agama dengan memberikan teladan yang baik pada anak sedini dan seitensif mungkin agar anak terbiasa sejak dini melakukan hal-hal yang baik. Begitu pula pada dewan guru hendaknya memperhatikan akhlak santri dan santri pun juga harus mengamalkan dan mempraktekkan pendidikan akhlak yang telah diterima Namun, karena pengaruh dari tingkat pendidikan orangtua kurang signifikan maka diharapkan pada peneliti-peneliti selanjutnya untuk meninjau hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi akhlak anak.

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas limpah rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Akhlak Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madina Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pdi) di STIT Muhammadiyah Bangil. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. H. Yusuf Ande, MSc. selaku ketua STIT Muhammadiyah Bangil. 2. Bapak Dr. Atim Subekti, M.Pdi, M.Hi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan setulus hati dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak H.Ahmad Jufri Tajuddin, S.Psi selaku kepala Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madina yang telah berkenan memberi izin melaksanakan penelitian. 4. Bapak dan Ibu Dewan Guru Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madina yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. 5. Keluargaku dan sahabat sahabatku serta pihak lain yang cukup besar peranannya dalam penulisan skripsi ini.

ii

Akhirnya semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Pasuruan, Penulis

2011

MASLAKHATUZ ZAMHARIROH

iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN NOTA PEMBIMBING MOTTO PERSEMBAHAN ABSTRAK ...............................................................................................................i KATA PENGANTAR ............................................................................................ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1...............................................................................................................La tar Belakang Masalah ................................................................................1 1.2...............................................................................................................Ru musan Masalah ..........................................................................................4 1.3...............................................................................................................Tu juan Penelitian ...........................................................................................4 1.4...............................................................................................................Hi potesis ........................................................................................................5 1.5...............................................................................................................M anfaat Penelitian ........................................................................................5 1.6...............................................................................................................Li ngkup Penelitian ........................................................................................6 1.7...............................................................................................................De finisi Operasional Variabel .......................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Pendidikan Orangtua ...................................................8 2.1.1 Pengertian Pendidikan Orangtua.....................................................8 2.1.2 Macam-Macam Pendidikan Orangtua ............................................10 2.1.3. Tugas dan Kewajiban Orangtua .....................................................11 2.1.4. Peran Orangtua dalam Pendidikan .................................................13 2.1.5 Pengawasan dan Peranan Orangtua Terhadap Akhlak Anak .........17 iv 2.2 Tinjauan tentang Akhlak ...........................................................................23 2.2.1 Pengertian Akhlak ...........................................................................23 2.2.2 Ruang Lingkup Akhlak ...................................................................24 2.2.3 Aspek-Aspek Akhlak .......................................................................27 2.2.4 Metode Pembelajaran dalam Pembentukan Tingkah Laku ............34 2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak ...................................37 2.2.6 Hubungan Tingkat Pendidkan Orangtua dengan Akhlak Santri .....41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian.......................................................................................42 3.2 Populasi dan Sampel .................................................................................42 3.3 Observasi Penelitian .................................................................................43 3.4 Langkah-langkah Pengumpulan Data.......................................................44 3.5 Teknik Analisa Data..................................................................................45 BAB IV HASIL PENELITIHAN 4.1 Penyajian dan Analisa Data.......................................................................47 4.2 Uji Hipotesis...............................................................................................55 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................55

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...............................................................................................57 5.2 Saran Saran..............................................................................................58 DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN LAMPIRAN

v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu dan sebagai calon anggota masyarakat, merupakan potensi yang berkembang dan dapat di kembangkan. Sebagai individu yang utuh, anak memiliki dasar mental yang mencirikan potensi anak. Dasar mental tadi meliputi dorongan ingin tahu, minat, dorongan untuk melihat kenyataan, dorongan menemukan sendiri hal hal dan gejala-gejala dalam kehidupan. Dasar mental tersebut di atas merupakan modal yang berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan. Anak merupakan anugerah dan amanat dari Allah swt. Oleh sebab itu, kita harus merawat dan mendidiknya dengan baik. Di samping itu, anak juga mempunyai hak dasar yang harus di penuhi, yang bisa di sebut dengan hak asasi, yang meliputi hak untuk hidup, hak mendapatkan pendidikan dan hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan sebagainya. Hak untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2, yang berbunyi "tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan." Dengan perkembangan zaman yang semakin modern sebagai orangtua hendaknya memperhatikan perkembangan kemampuan anak dalam

hubungannya dengan pendidikan agama. Pendidikan agama akan dapat mencetak manusia dengan mutu yang lebih baik. Dengan pendidikan agama yang baik sejak dini terbentuklah akhlak anak yang baik. Jika pendidikan agama di kesampingkan akan terjadi moral anak yang kurang terkendali. 1

2

Dengan modernnya zaman yang sangat meningkat cepat, kebudayaan yang kurang menguntungkan terhadap anak, banyak ditiru dan dilaksanakan dalam perbuatannya dan tingkah lakunya setiap hari, kesemuanya itu karena pendidikan agama diakui kebenarannya dan tidak di lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak bahwa potensi melakukan kebaikan itu sudah ada sejak manusia dalam kandungan. Begitu terlahir ke bumi maka terjadi pertarungan yang begitu dahsyat antara kebaikan dan keburukan. Ketika ingin mengembangkan potensi keburukan yang ada pada diri anak tidak banyak membutuhkan pendidikan sekolah. Namun, ketika hendak mengembangkan potensi kebaikan yang ada pada diri anak, maka kerjasama antara orangtua, sekolah dan masyarakat harus dilakukan. Potensi yang begitu besar pada diri anak tidak bisa di abaikan. Potensi itu harus di kembangkan. Mengembangkan potensi kebaikan pada anak berarti menciptakan tanggung jawab yang mulia kepada orangtua. Namun, orangtua tidak bisa sendiri, perlu kerjasama dengan lembaga formal yaitu sekolah begitu juga dengan masyarakat tempat tinggal. Rumah merupakan basis utama dalam pendidikan. Dari rumah dibangun budaya pendidikan yang kondusif. Motifasi belajar senantiasa dipupuk

3

terutama dalam bentuk sikap dan perilaku anak. Orangtua sebagai figur panutan akan sangat menentukan dalam membangun budaya pendidikan dirumah. Dengan majunya pendidikan agama, tidak kalah pentingnya dengan pendidikan tingkah laku anak, dalam artian peningkatan moral yang baik. Dengan akhlak yang baik akan terjalin keakraban antara yang satu dengan yang lainnya. Tapi perlu diingat bahwa akhlak yang baik untuk dijadikan pedoman manusia terutama bagi kaum muslimin adalah akhlak al-Quran. Hal demikian dikatakan bahwa "Akhlak-akhlak dalam al-Quran mengatur perbuatan manusia terhadap dirinya sendiri, dan perbuatan manusia terhadap orang lain yaitu masyarakat. Maka akhlak dalam islam ialah akhlak perseorangan dan akhlak kemasyarakatan." (Yunus, 1999). Dengan dasar tersebut, pencapaian pendidikan agama yang baik terutama moral terbina akan dapat mencetak anak terbiasa melakukan yang baik atau akhlak karimah dijadikan sarana dalam melakukan segala perbuatan yang baik, terutama dengan keluarga, guru, dan lebih-lebih terhadap lingkungannya. Dengan akhlak yang baik dapat menciptakan keharmonisan yang baik sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya. Sumbangsih orangtua dapat dilakukan dengan membimbing putra-putrinya untuk berakhlakkul karimah di rumah. Latar berlakang pendidikan orangtua sangat mendukung dalam membimbing putra-putrinya. Dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis tertarik mengadakan suatu penelitian yang berjudul : " Pengaruh Pendidikan Orangtua Terhadap Akhlak Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana pendidikan orangtua santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan ? 1.2.2 Bagaimana akhlak santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan? 1.2.3 Seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan orangtua terhadap akhlak santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan ? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap melangkah khususnya akan belajar pasti mempunyai tujuan. Tujuan merupakan motifasi dari setiap gerak perbuatan tersebut. sehubungan dengan penelitian yang berpijak pada rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Mendiskripsikan tingkat pendidikan orangtua santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. 1.3.2. Mendiskripsikan akhlak santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

5

1.3.3. Menggambarkan pengaruh pendidikan orangtua tcrhadap akhlak santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan 1.4 Hipotesis Hipotesisi berasal dari kata hypo yang artinya dibawah dan thesa yang artinya kebenaran (Arikunto, 2006). Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah (Sugiyono, 2010). Dalam skripsi ini, penulis menggunakan hipotesis kerja (Ha) yaitu Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan akhlak santri. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua cenderung semakin baik akhlak santri. Jenis-jenis pendidikan orangtua berpengaruh terhadap akhlak santri.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.2. Merupakan kewajiban penulis tertuntut untuk menyumbangkan pikiran terutama membenkan informasi pada orangtua untuk membimbing putraputrinya dalam berakhlakul karimah. 1.5.3. Menuangkan kemampuan penulis untuk mengembangkan dan mendidik untuk menjadi anak yang muslim beriman dan bertakwa kepada Allah swt. serta berakhlal mulia baik sebagai pribadi, anggota masyarakat dan sebagai warganegara. 1.5.4. Setelah mengetahui kekurangan dan kelemahannya, penulis memberikan jalan keluarnya terutama dalam hal pendidikan akhlak di lingkungan 6

Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. 1.6 Lingkup Penelitian Untuk lebih mudahnya pembahasan dalam skripsi ini, penulis memberikan ruang lingkup masalah, supaya tidak terlalu menyimpang dari tujuan pembahasan skripsi yang dikelompokkan kedalam dua variabel yaitu : 1.6.1 Pendidikan orangtua dalam hal ini yaitu pendidikan formalitas orangtua santri di Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. 1.6.2 Akhlak (tingkah laku) yang meliputi: a. Akhlak terhadap guru b. Akhlak terhadap orangtua c. Akhlak terhadap teman Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2011 / 2012 semester ganjil 1.7 Definisi Operasional Variabel 1.7.1 Pendidikan Orangtua Yang dimaksud penulis tentang pendidikan orangtua adalah : a. b. Pendidikan formal (SD, SLTP, SLTA, PT) Pendidikan non formal (pendidikan pondok pesantren, 7

pendidikan umum, kursus) c. Pendidikan informal (pendidikan keluarga, TV, majalah)

1.7.2 Akhlak Atau Tingkah Laku Santri

Yang dimaksud dengan akhlak atau tingkah laku santri dalam skripsi ini adalah sikap santri yang meliputi : a. b. c. d. Akhlak terhadap guru Akhlak terhadap teman Akhlak terhadap orangtua Akhlak terhadap peribadatan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Pendidikan Orangtua 2.1.1 Pengertian Pendidikan Orangtua Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan

mempengaruhi secara timbal balik antara orangtua dan anak Pada dasarya kenyataan-kenyataan yang ada pada kehidupan keluarga atau rumah tangga yang bagaimana keadaanya. Hal itu menunjukkan ciriciri dari watak tanggung jawab setiap orangtua pada umumnya merasa bertanggung jawab atas segalanya. Dari kelangsungan hidup anak-anak mereka karenaya tidaklah di ragukan bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikul kepada orangtua. Apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya atau tidak hal itu merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah swt.

8

9

kepada setiap orangtua. Mereka tidak mengelak tanggung jawab karena telah merupakan amanat Allah swt. yang dibebankan kepada mereka. Pendidikan itu sendiri mempunyai pengertian usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara(Sisdiknas, 2003). Pendidikan sebagai pemberi bimbingan dan penolong rohani orangtua kepada mereka yang masih memerlukan (Wesh Soemanto, 1995) sedankan Crow berpendapat bahwa pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan dan penyesuaian bagi seorang yang menyebabkan ia berkembang. Dari semua pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa pendidikan merupakan suatu bimbingan dan proses pengalaman orang dewasa pada anak didik untuk perkembangan kepribadian dan intelektual anak. Pendidikan orangtua adalah pendidikan yang pernah dilakukan orangtua selama hidupnya. Pengertian lain dari pendidikan orangtua yaitu segala upaya bimbingan yang dilakukan orangtua kepada anaknya untuk mencapai kedewasaan dan untuk perkembangan anaknya.

10

2.1.2 Macam-Macam Pendidikan Orangtua Pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : Pertama penidikan formal yaitu pendidikan yang ditempuh dengan jalur yang telah terstruktur dan berjenjang misal : SD, MP, SMU, PT. Sekolah juga menjadi sarana sosialisasi bagi para muridnya di sekolah mereka juga mempelajari sopan santun, ketetapan waktu, ketaatan, kebersihan, kompetisiser dan persaingan yang sehat. Kedua pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang ditempuh dengan jalur di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan terstruktur dan berjenjang seperti: kursus keterampilan, kursus bahasa dan kursus computer. Pendidikan nonformal biasanya diikuti oleh para peserta yang ingin cepat memperoleh pekerjaan dengan waktu belajar yang singkat. Program kegiatannyapun disesuaikan dengan tuntutan dari peserta didik. Ketiga pendidikan informal, yaitu pendidikan yang ditempuh dengan jalur pendidikan keluarga, dan lingkungan pendidikan dalam keluarga dapat berlangsung tanpa terlihat oleh waktu dan tempat. Di antara anggota keluarga itu sendiri tidak mengenal persyaratannya seperti layaknya pelajaran di sekolah. Pendidikan informal diperoleh dari televisi, surat kabar, buku, majalah, komik, dan film. Film yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan anak.

11

2.1.3 Tugas dan Kewajiban Orangtua Orangtua mempunyai kewajiban terhadap anak yang harus di tunaikan. Kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas hak hak anak yang harus di penuhi oleh orangtua, dan kewajiban itu antara lain : a.Orangtua berkewajiban agar anak tetap hidup. Allah berfirman dalam Qs. Al - Anam : 151 janganlah kamu membunuh anakanakmu Karena takut miskin kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka b.Menyusui anak yang masih kecil firman allah yang artinya para ibu hendaklah menyusui anak anaknya selama dua tahun penuh yaitu : bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya (QS. Al Baqarah : 233)

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. c.Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orangtua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia d.Melindungi dan menjamin keselamatan baik jasmani maupun rohani dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dengan tujuan hidup yang sesuai falsafat hidup dengan agama

12

e.Memberikan pelajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat di capainya f. Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat sesuai dengan pandangan dan hidup muslim Islam telah mengatur kehidupan ini dengan bagitu sempurna sehingga kewajiban orangtua pun telah teratur dengan rapi, sabda nabi : 13

: anas mengatakan bahwa rasulullah bersabda anak itu pada hari ke 7 dari kelahirannya di sembelihkan aqiqahnya serta di beri namanya dan di singkirkan daru segala kotorankotoran jika ia telah berumur 6 tahun ia didik beradap susila, jika ia berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya, dan jika ia berumur 13 tahun di pukul agar mau sembahyang (di haruskan), bila ia berumur 16 tahun boleh dikawinkan setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan : saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu saya mohon perlindungan kepada allah dari fitnahan fitnahan di dunia dan siksaan akhirat (AlGazaly, Ikhya Ulumuddina). 2.1.4 Peran Orangtua dalam Pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadianya agar sesuai dengan normanorma atau aturan dalam masyarakat. Orangtua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya

disinilah di mulai suatu proses pendidikan,sehingga orangtua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga Menurut Hasbullah (1997) orangtua sebagai lembaga pendidikan mempunyai beberapa fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah antara lain : 14

a. b. c. d. e.

Sebagai pengalaman pertama masa kanakkanak Menjamin kehidupan emosional anak Menanamkan dasar pendidikan moral anak Memberikan dasar pendidikan sosial Meletakkan dasardasar pendidikan agama Anak merupakan amanat yang diberikan Allah SWT kepada

orangtua untuk dididik dengan baik sehingga menjadi anak yang sholeh atau sholehah, yang dapat menentramkan hati dan menyejukan mata, juga bertanggung jawab serta bergnna bagi bangsa dan negara (Turmudy, 1996:28). Keluarga adalah satuan terkecil dalam kehidupan masyarakat. Di dalam keluarga seorang anak belajar berbagai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga merupakan kelompok primer (primary group) yang pertama bagi seorang anak dan disitulah perkembangan kepribadiannya bermula ketika anak sudah cukup umur untuk memasuki kelompok

lain di luar keluarga, pondasi dasar kepribadiannya sudah ditanamkan secara kuat. Keluarga juga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh anak dan memberi pengalaman pendidikan yang pertama. Pendidikan dalam kelurga yang dilakukan oleh orangtua merupakan tugas yang harus dilakukan kepada anak-anak dan merubahnya bila diperlukan. 15 Pendidikan anak pada masa kecil merupakan hal yang penting. Rumah tangga atau keluarga adalah taman kanak-kanak pertama yang mempunyai pengaruh besar sekali bagi perkembangan anak orangtua harus mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang baik

serat apa saja yang harus dipersiapkan dalam pendidikan John Loske mengemukakan bahwa posisi pertama dalam pendidikan anak terletak dalam keluarga. Melalui konsep tabularasa, John Locke menjelaskan bahwa individu ibarat sebuah kertas putih yang dibentuk dan coraknya tergantung pada orangtua yang mengisinya. Melalui pengasuhan, perawatan dan pengawasan yang terus menerus, maka kepribadian anak akan terbentuk anak-anak dididik dan dibina melalui naluri bukan dengan teori. Pepatah lama mengatakan : "Belajar diwaktu kecil ibarat melukis di atas batu dan pendidikan diwaktu besar ibarat melukis di atas air.

Anak harus dididik dengan cara-cara yang baik, sehat dan bersih, supaya ia memiliki kesehatan yang optimal memiliki intelektual yang maksimal. Semua hak anak di atas adalah kewajiban orangtua untuk memenuhinya. Orangtua rela hidup menderita demi kebahagian anaknya. Orangtua juga akan melakukan apa saja (selama tidak melanggar larangan Allah) untuk Repeating, anaknya. Orangtua akan berkerja keras untuk memenuhi kebutuhan anaknya dengan hati yang ikhlas dan insya allah akan mendapatkan pahala, sebagaimanan hadist nabi yang berbunyi: 16

"Barang siapa yang keluar dari rumahnya untuk kepentingan anaknya berarti dia berjalan dijalan Allah, dan barang siapa yang keluar dari rumahnya ingin dipuji/sombong berarti dai berjalan dijalan setan" (HR. Ahmad). Agar pendidikan itu dapat berhasil maka situasi kependidikan sangatlah di perlukan, bahanbahan serat metode pendidikan yang tepat situasi pendidikan adalah situasi yang dapat menunjang tercapainya upaya pendidikan. Situasi yang di maksud sebagai berikut :

a.

Keluarga yang Diliputi oleh Rasa Cinta Kasih Cinta kasih merupakan pupuk dalam pertumbuhan anak bila

keluarga diliputi rasa cinta kasih maka akan tercipta keharmonisan dalam sebuah keluarga dengan mempunyai rasa cinta kasih akan berguna bagi anak untuk mencintai orang lain. Keluarga merupakan tempat mencurahkan kasih sayang, rasa gembira dan juga rasa sedih sehingga anak akan merasa tentram dan tenang dalam mencari pendidikan. b. Keluarga yang Tidak Otoriter Otoriter adalah sikap yang mau menang sendiri atau sewenang wenang. Dalam hidup di lingkungan keluarga yang otoriter, anak dapat menderita gagap. Penakut, rasa rendah diri dan sebagainya. Karena itu situasi keluarga harus demokratis, saling memberi dan menerima antara anak dan orangtua c. Jangan Terlalu Banyak Peraturan Anak yang hidup dalam keluarga yang terlalu banyak aturan dapat menyebabkan anak mempunyai rasa penakut, peragu, sulit memutuskan sesuatu cenderung menjadi anak yang bandel di luar rumah sebab dia menginginkan kebebasan. d. Tidak Terlalu Dilindungi Anak yang terlalu dilindungi dapat menjadikan anak yang cenderung cengeng, manja dan sulit untuk hidup mandiri. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama sehingga menjadi pangkal atau dasar hidup 17

pada masa depan. Pendidikan keluarga ini besar pengaruhnya atas diri anak agar dalam menjalankan kehidupannya. 2.1.5 Pengawasan dan Peranan Orangtua Terhadap Akhlak Anak Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga, orangtua dalam melakukan pengawasan harus mencakup segala segi kehidupan diantaranya dari segi pendidikan aqidah dan moral, pengamalan agama dan aktivitas ibadah anak. Berikut ini diuraikan mengenai empat bidang pengawasan tersebut:

18

1) Pengawasan Orangtua Terhadap Pendidikan Aqidah Anak Setiap individu dilahirkan dalam keadaan berfitrah agama, hal ini kita lihat pada waktu Allah SWT selaku khalik berdialog dengan manusia sejak makhluk di alam arwah, yaitu sewaktu Allah bertanya kepada roh-roh manusia adakah aku ini Tuhanmu? Benar! Kami telah menyaksikan. Pada hakekatnya semua manusia berada dalam keadaan suci atau dalam keadaan beragama Islam tapi karena orangtua dan lingkungannyalah yang menjadikan mereka itu berada di luar Islam. 2) Pengawasan Orangtua Terhadap Pendidikan Akhlak dan Moral Anak

Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan manusia bermoral, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak yang tinggi, kemauan yang keras, cita-cita yang benar dan berakhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan

pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia. Firman Allah swt dalam surat al-Qalam ayat 4 :

Sesungguhnya engkau memiliki akhlak dan moral yang tinggi (Depag RI, 1989 : 9607). 3) Pengawasan orangtua terhadap pengamalan agama anak Pada mulanya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dialaminya pada masa kecilnya. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapat pendidikan agama, maka masa selanjutnya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang pada masa kecilnya mempunyai pengalamanpengalaman agama, misalnya ibu Bapaknya yang tahun beragama, ditambah pula denan pendidikan agama di rumah, sekolah dan masyarakat. Setiap orangtua ingin membina anaknya agar menjadi orang yang berguna dan baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Semuanya itu tidak diusahakan melalui pendidikan, baik informal, formal dan non formal. Setiap pengalaman yang dilalui oleh anak akan ikut menentukan keperibadiannya. 4) Pengawasan orangtua terhadap aktivitas ibadah anak Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah 19

20 digariskan oleh Allah SWT. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah adalah beribadah kepadanya. Ini diketahui dari firmannya dalam Al-Quran surat Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut.

Dan aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku. Aspek ibadah yang pertama ialah apa yang oleh fuqaha disebutkan ibadah, sedangkan aspek ibadah yang kedua adalah aspek amal untuk mencari rezeki. Dalam Islam ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu, semua ibadah yang ada dalam Islam, shalat, puasa, haji, dan zakat bertujuan membuat rohani manusia tidak lupa pada Tuhan sebagai zat yang maha suci dapat mempertajam kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilia-nilai moral, peraturan dan hukuman yang berlaku dalam memenuhi keinginannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan Tujuan ibadah dalam Islam adalah bukan menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan agar dengan demikian roh manusia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci, sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Mengingat pentingnya ibadah sebagai sarana latihan mental dan latihan moral seseorang maka orangtua harus memberikan

21 pelajaran dan laithan-latihan kepada anak untuk melakukan ibadah baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan sesama manusia. Orangtua dalam melakukan pengawasan terhadap aktifitas anak harus melaksanakan hal-hak berikut. :

Orangtua harus senantiasa menyuruh anaknya untuk melakukan ibadah-ibadah yang mahdha dan ghairu maqdu, agar mereka tetap berada dalam berbudi pekerti luhur dan terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Orang tua selaku pendidik dalam lingkungan keluarga harus mengajarkan anak-anaknya tentang cara dan urgensi dari pada orang-orang yang melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Orang tua harus mempunyai waktu luang untuk mengawasi dan mengontrol aktivitas ibadah agar mereka rutin dalam melakukan ibadah.

Orang tua harus mengevaluasi praktek ibadah yang dilakukan anaknya, agar mereka tetap shalat dengan benar dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW

Pengawasan orang tua dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat (Kusuma, 1973 : 29-30).

22 Firman Allah dalam suat Al-Ankabut ayat 45

Sesungguhnya shalat mencegah orang dari perbuatan keji dan munkar. Menurut Dr. Zakiah Drajat, dalam bukunya : Ilmu Pendidikan Islam, 1992 : 32) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh orangtua adalah sebagai berikut: 1) Mengawasi anak dalam memilih teman bergaul Anak memerlukan teman bergaul dan bermain, ini adalah

merupakan kebutuhan psikologis anak, dalam bermain dengan temannya, misalnya dalam mengembangkan rasa kemasyarakatan anak, berlatih menjadi pemimpin juga dalam bermain anak menemukan jati diri. Dengan berteman akan Pendapat yang mengatakan salah satu faktor yang sering mengganggu perkembangan anak dan remaja ialah tidak memanfaatkan waktu luang secara tepat. Itulah sebabnya orangtua sebaiknya memanfaatkan waktu luang anak-anaknya dengan kegiatan yang bersifat rekreasi, santai, libur panjang ada baiknya diisi dengan mengikuti kegiatan yang bermanfaat. 2) Mengawasi anak dalam memilih tontonan dan hiburan Kemajuan ilmu dan pengetahuan didukung oleh teknologi yang semakin canggih, konsekuensinya manusia dapat membuat apa saja

termasuk berbagai macam bentuk hiburan dan tontonan yang menarik. Dalam kaitannya, dengan tontonan hendaknya orangtua selalu mengawasi anaknya agar mereka tidak menonton sadis dan fornografi yang dapat pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

23

2.2 Tinjauan Tentang Akhlak 2.1.1 Pengertian Akhlak Kata akhlak berasal dari bahas Arab bentuk jamak dari mufradnya khuluq yang berarti budi pekerti sinonimnya etika moral/etika berasal dari bahasa latin etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin juga mores yang berarti kebiasaan (Jatniko, 1987) Akhlak menurut istilah bermacam-macam pendapat a. Menurut Ibnu Maskawaih

Beliau memberi tarif atau pengertian akhlak adalah Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu (Djatmiko, 1987) b. Menurut H. Anwar Masyari

Akhlak adalah sifatsifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Masyari, 1990) Dari beberapa pengertian akhlak dikemukakan tokoh-tokoh diatas, penulis menyimpulkan akhlak merupakan pekerjaan yang melekat pada jiwa dan dilakukan dengan sadar, perbuatan itu dengan spontan tanpa

24

memerlukan waktu yang panjang atau berfikir lama sekali. Akhlak itu bukanlah semata-mata perbuatan, akan tetapi juga merupakan sikap batin 2.2.2 Ruang Lingkup Akhlak a) Akhlak Pribadi Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan. b) Akhlak Berkeluarga Akhlak ini meliputi kewajiban orangtua, anak, dan karib kerabat. Kewjiban orangtua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orangtua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaranajaran yang bijak, islam telah

memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.

25 Seorang anak haruslah mencintai kedua orangtuanya karena mereka lebih berhak dari segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putra ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan. c) Akhlak Bermasyarakat Tetanggamu ikut bersyukur jika orangtuamu bergembira dan ikut susah jika orangtuamu susah, mereka menolong, dan bersama-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orangtuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga. Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendirisendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan

26

saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma-norma kesusilaan yang berlaku.

d) Akhlak Bernegara Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.

e) Akhlak Beragama Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan. Berangkat dari sistematika diatas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan ruang lingkup akhlak antar lain:

27 1. Akhlak terhadap Allah SWT 2. Akhlak terhadap Rasullah Swt 3. Akhlak Pribadi 4. Akhlak dalam keluarga 5. Akhlak bermasyarakat 6. Akhl;ak bernegara

2.2.3 Aspek Aspek Akhlak a. Akhlak kepada Orangtua Agama islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada Ibu-Bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orangtua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, cara berbakti dan sopan santun kepada orangtua adalah sikap dan pebuatan yang tepuji, cara berbakti dan sopan santun kepada orangtua ialah melaksanakan segala perintahnya. Oleh karena itu akhlak anak kepada orangtua akan terurai dalam keterangan sebagai berikut : Mematuhi perintahnya selama perintah itu bukan dalam

mendurhakai Allah. Sebagaimana Q.S Lukman Ayat 15

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. Tidak berjalan didepan keduanya, tetapi di samping atau

28

dibelakangnya. Jika ia berjalan didepannya karena sesuatu hal, maka tidaklah mengapa ketika itu. Menjawab panggilan mereka dengan mereka dengan

jawaban yang lunak. Berusaha keras untuk mencari keridhoan mereka dengan

perkataan dan perbuatan Bersikap rendah hati dan lemah lembut kepada kedua

orangtua seperti melayani mereka, menyuapi makan ketika mereka tidak mampu mengutamakan keduanya diatas diri dan anaknya Tidak cemberut didepan mereka Tidak bepergian kecuali dengan izin keduanya

b. Akhlak kepada Guru Guru adalah orangtua kedua, yaitu orang yang mendidik muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Allah swt. sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orangtua, maka wajib pula mematuhi perintah guru selama perinta tersebut

29 tidak bertentangan dengan syariat agama. Di antara akhlak kepada guru adalah : guru Mendatangi tempat belajar dengan penuh ikhlas dan Memuliakan dengan tidak menghina dan mencaci maki

semangat Datang ke tempat belajar dengan penampilan rapi

) , Sesungguhnya Allah itu indah dan suka kepada keindahan. (H.R. Ahmad, Muslim dan Al Hakim) Bertanya tentang pelajaran yang belum dimengerti dengan cara yang baik sebagaimana yang tercantum dalam surat Al Anbiya ayat 7 Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. hormat Tidak berjalan di depan guru ketika berjalan bersamanya Menegur guru yang melakukan kesalahan dengan penuh

Tidak terbahak-bahak di depan guru Duduk dengan sikap yang sopan Bersilahturahmi secara berkala kepada guru Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan 30

sebagaimana hadist Abu Said Al Khudri ra.

( ) Orang-orangpun diam seakan-akan ada burung diatas kepala mereka (H.R. Bukhori) Mengirim fatikhah dan menempatkan nama guru dalam susunan orangorang tercatat. Keberhasilan dan kemudahan dalam proses menuntut ilmu terletak pada kelakukan baik (adab) si penuntut ilmu, terutama adab kepada guru. Sayyidina Ali Radhiallahuanhu berkata Aku ibarat budak dari orang yang mengajarkanku walaupun hanya satu huruf berkataan Ali ini merupakan ungkapan bahwa begitu besar penghormatan beliau kepada gurunya. c. Akhlak kepada Teman Di antara akhlak kepada teman atau kawan, baik di sekolah, dilingkungan maupun di tempat tempat lain adalah menghormati yang lebih tua dan menyanyangi yang lebih muda sebagaimana sabda Rasullullah saw.

Tidak termasuk golonganku orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyanyangi orang yang lebih muda (HR Akhmad dan Tirmidzi). 31 Di antara akhlak kepada teman adalah : Selalu bersikap ramah kepada teman

Senyumanmu kepada wajah saudaramu terhitung sodaqoh bagimu (H.R At Tirmidz) Saling tolong menolong dalam kebaikan sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Al-Maidah ayat 2

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Tidak mencela atau mengolokolok Tidak memangil dengan sebutan yang buruk sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 11

Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

32 Tidak menggunjing atau menyebarkan aib dan kekurangan teman sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 12

Janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Tidak saling mendengki dan menipu Tidak mendiamkan lebih dari tiga hari Memaafkan kesalahan teman Saling mengoreksi dengan semangat persaudaraan

d. Akhlak terhadap Peribadatan Di antara makna dari Al Birr adalah mengerjakan seluruh ketaatan baik secara lahir maupun secara batin. Makna ini tertuang dalam firman allah taala Surat Al Baqarah ayat 177 Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam

33

kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Dari penjelasan ayat dalam Surat AlBaqarah tersebut kita dapat memahami dengan jelas bahwa yang dinamakan kebajikan turut mencangkup keimanan yang benar kepada Allah, mengerjakan perintahNya (dan tentunya meninggalkan laranganNya) serta berbuat kepada semua makhluk Allah. Dengan kata lain seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah taala dan sesamanya. Imam Ibnul Qoyyim mengatakan keluhuran akhlak itu terbagi menjadi dua : Pertama akhlak yang baik kepada allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang kita kerjakan mesti mengandung kekurangan atau ketidaksempurnaan, sehingga

membutuhkan udzur dariNya dan segala sesuatu yang berasal dariNya harus di syukuri. Dengan demikian, kita senantiasa bersyukur kepadanya dan meminta maaf kepadanya serta berjalan kepadanya

34 sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan dan amalan diri. Kedua akhlak yang baik kepada sesama, kuncinya terdapat dalam dua perkara yaitu berbuat baik dan tidak menganggu sesama dalam bentuk berkataan dan perbuatan.

2.2.4 Metode Pembelajaran dalam Pembentukan Tingkah Laku Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sering kita dengar ungkapan : "Metode jauh lebih penting dari materi". Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran,sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederet komponen-komponen pembelajaran yaitu tujuan,metode; materi,media,dan evaluasi. (Arief, 2002) Seorang guru di tuntut agar cermat memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Metode sangat banyak macamnya. Dalam buku pengantar Umu dan Metodoiogi PA1, Dr. Armai Arief, MA. Mengemukakan macam-macam metode yang dapat dtpakai dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam.terutairia tingkali laku :

a. Metode pembiasaan

Secara etimologi pembiasaan asal katanya "biasa" dengan adanya perfiks "pe" dan sufiks "an" menunjukkan arti proses (Depdikbud, 1995). Pembiasaan dapat diartikan proses

membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam

pendidikan Islam?dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir,bersikap,dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. (Arief, 2002) Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman, ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang. Sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu,sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah usia remaja dan dewasa. Pendekatan pembiasaan sangat efektif dalam menanamkan nilai yang positif ke dalam anak didik baik pada aspek kognitif, afektif' dan psikomotorik, Selain itu pendekatan pembiasaan dapat mengubah kebiasaan negarif menjadi positif.

36 Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik (guru). Maka dari itu seorang pendidik harus memperhatikan akhlaknya sendiri.

b. Metode keteladanan Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa : "keteladanan" dasar katanya "teladan" yaitu perbuatan yang patut ditiru atau dicontoh. (Depag, 1995). Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh ( Arief MA, 2002). Metode keteladanan sebagai suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik agar peserta didik dapat berkembang baik fisik atau mental agar mereka memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan

ibadah,akhlak,untuk menciptakan anak sholeh pendidik tidak hanya cukup memberikan prinsip saja. Karena yang lebih penting bagi siswa adalah fungsi yang memberikan keteladanan dalam merupakan prinsip tersebut, sehingga sebanyak apapun prinsip diberikan tanpa disertai contoh tauladan ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak bermakna. Tercela seorang guru mengajarkan suatu kebaikan kepada siswanya sedangkan ia sendiri tidak menerapkan dalam 37

kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Allah Swt mengingatkan dalam firmannya surat Al Baqarah ayat 44 :

"Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan sedang kamu melupakan dirimu sendiri,dan kamu memhaca kitab,tidakkah kamu pikirkan?" Dan firman Allah Swt di atas dapat hanya diambil mampu

pelajaran,bahwa orangtua hendaknya tidak memerintah

atau memberikan teori kepada anak, tetapi lebih

dari itu ia harus mampu menjadi panutan bagi anak, sehingga anak dapat mengikut tanpa merasakan adanya unsur paksaan.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akhlak a. Manusia Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh sebagai manusia dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Dalam situasi pergaulan dengan orangtua pada

khususnya, dalam limgkungan budaya yang mengelilingi, setiap anak akan mengalami proses pendidikan secara alamiah. Tanpa pendidikan, anak tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya. Keterbatasan dan kelemahan anak manusia dikuatkan oleh

kepercayaan dan sikap pasrah kepada kewibawaan orangtua dan nilai

38

moral yang dijunjungnya dalam tanggung jawab diri dengan upaya pendidikan potensial dasar universal anak akan tumbuh dan membentuk diri anak sesuai dengan pembawaan, lingkungan budaya dan jamannya yang manusia. Dengan pengalaman pendidikannya ia menjadi dewasa, mampu mandiri, mampu berdiri sendiri dalam tanggung jawab sendiri. b. Naluri Para psikolog berpendapat bahwa berdasarkan hasil penyelidikan, dalam jiwa anak semenjak kecil telah tumbuh perasaan beragama, kemudian akan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Berhubungan dengan masalah naluri Hamzah Yakub (1993) mengatakan bahwa : naluri itu laksana pedang bermata dua, dapat merusak diri sendiri dan dapat juga mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya, hal ini tergantung pada nalurinya. Naluri dapat menjerumuskan pada kehinaan karena kesalahan dalam menyalurkan tetapi juga dapat mendatangkan kemuliaan jika disalurkan kepada jalur yang baik dengan tuntunan cahaya kebenaran. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, islam memandang dan mengajarkan agar naluri tidak dirusak dengan menganiaya diri sendiri melainkan harus disalurkan dengan wajar sesuai dengan tuntunan hidayah Allah swt. merusakkan naluri seperti halnya membendung air yang mengalir, maka biarkanlah mengalir asal melalui saluran yang baik dan wajar, sehingga akan mendatangkan manfaat.

39

Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah diketahui bahwa naluri itu juga merupakan motor penggerak yang dapat menentukan sikap dan perbuatan manusia. c. Adat Kebiasaan Di antara faktor yang terpenting dalam tingkah laku adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku manusia sangat erat dengan adab kebiasaan. Menurut Rahmat Djatnika (1997) mengatakan Bahwa banyak sebab-sebab yang menjadikan adab kebiasaan yang sudah ada sejak nenek moyang sehingga menerima sebagai sesuatu yang sudah ada kemudian melanjutkannya karena ketinggalan orangtuanya mungkin juga memilih tempat dia bergaul dan membawa dan memberikan pengaruh yang kuat dalam hidupnya sehari-hari. Ada dua faktor yang melahirkan adap kebiasaan. Pertama karena ada kencenderungan hati kepada perbuatan itu, dia merasa senang untuk melakukannya, dengan lain perkataan dia tertarik oleh setiap dari perbuatan tersebut. Kedua, diarahkannya kecenderungan hati itu dengan praktik yang di ulang-ulang sehingga menjadi biasa. 40 Dari kedua aksioma di atas maka hendaklah manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu berbuat baik, sehingga menjadi kebiasaan adat. d. Kemauan

Salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak atau tingkah laku manusia adalah kemauan dan faktor inilah yang menggerakkan manusia untuk berbuat sesuatu. Seorang dapat melakukan perbuatan yang baik walaupun hidup dalam lingkungan yang bagaimanapun, itu semua karena kemauan. Kehidupan orang-orang yang besar dan terkemuka dalam sejarah hidupnya digerakkan hidup dan tanda bukti mereka, mereka menderita dan tidak akan luntur semangatnya dalam melaksanakan urusan karena memiliki kemauan yang demikian kuat. Dari penjelasan di atas diartikan bahwa kemampuan atau kehendak kuat itulah yang menjadikan perbuatan-perbuatan baik atau buruk, karena adanya faktor kehendak yang kuat maka akan muncul niat yang baik atau buruk. Dalam Islam hendaknya kita selalu mempunyai kemauan yang baik dan menghindari kemauan yang jelek atau terlarang, dari sinilah akan terbentuk akhlak yang mulia.

41

2.2.6

Hubungan Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Akhlak Santri a. Meningkatkan kesadaran sosial keagamaan b. Dapat menjalankan ajaran islam secara konsisten c. Memnyelamatkan generasi muda selanjutnya

d. Dapat menjadikan manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah swt. serta berakhlak mulai dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian Dalam hal ini penulis melakukan metode penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Akhlak Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nudul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan dalam jenis desain regresi dengan tujuan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dalam hubungan kausal. Dan hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut : x y x : tingkat pendidikan orangtua y : akhlak santri madrasah diniyah pondok pesantren nurul madinah

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pengertian populasi adalah penghuni suatu tempat atau jumlah orang yang mempunyai kesamaan ciri atau kelompok orang yang menjadi pengambilan sampel. Sedangkan pengertian lain dari populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada pada wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi pengambilan juga disebut studi populasi atau studi sensus (arikunto, 2006 : 130) 42

43

Dari pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksu dengan populasi dalam skripsi ini adalah santri kelas 2 Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo

Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.2.2 Sampel Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah setengah dari jumlah santri kelas 2 laki-laki (15 anak) dan setengah dari jumlah santri kelas 2 perempuan (15 anak). Teknik pengambilan sampelnya adalah random sampling yaitu mengambil sampel secara acak dengan jalan unit populasi diberi nomor urut kemudian diambil nomor secara sistematis (selang satu) sehingga sesuai dengan jumlah individu yang dibutuhkan.

3.3 Observasi Penelitian 3.3.1 Kuesioner Metode kuesioner adalah metode yang menggunakan instrument berupa angket atau sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

44 3.3.2 Observasi

Observasi meupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan mengguaan seluruh alat indra. Arikunto (2006). Dalam hal ini penulis menggunakan metode observasi dengan instrument berupa panduan observasi. 3.3.3 Dokumentasi Selain metode kuesione dan observasi penulis juga menggunakan metode dokumentasi dalam memperoleh data dari responden dengan menggunakan instrument check list.

3.4 Langkah Langkah Pengumpuan Data 3.4.1 Penyebaran Angket Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunaan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2006). Metode angket dijadikan metode yang utama dalam memperoleh data, sebab hasil angket ini dianggap sudah mewakili dari hasil penelitin yang kemudian penulis menganalisa untuk membuktikan hipotesis. Angket disebar oleh penulis pada subyek untuk mengetahui tentang : a. Tingkat dan jenis pendidikan orangtua santri madrasah

diniyah pondok pesantren nurul madinah kwangsan kalirejo kecamatan bangil kabupaten pasuruan

45 b. Akhlak atau tingkah laku santri madrasah diniyah pondok

pesantren nurul madinah kwangsan kalirejo kecamatan bangil kabupaten pasuruan

3.4.2 Pelaksanaan Observasi Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006). Maka obsevasi ini penulis lakukan berkenaan dengan a. Akhlak atau tingkah laku santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. b. Informasi tentang tingkat dan jenis pendidikan orangtua santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. c. Kelancaran dan penguatan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. 3.4.3 Perekaman Dokumentasi terlampir 3.5 Teknik Analisa Data Untuk menganalisis data tersebut penulis menggunakan analisis statistic karena bersifat penelitin kuantitatif, dengan maksud data yang diperoleh harus sudah terwujud dalam bentuk angka baik, baik bentuk data maupun bentuk grafis.

46 Maka untuk memperoleh data penulis menggunakan analisis, dengan analisis statistic regresi. Analisis data ini dikerjakan dengan sistem SPSS versi 15. Hal ini mengingat bahwa analisis statistik hasilnya lebih akurat daripada analisis manual atau logika.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

47

48

Interpretasi a. Tabel Descriptive Statistics Tabel tersebut menyatakan rerata nilai perilaku/akhlak siswa/santri sebesar 38,00 dengan standar deviasi sebesar 0,94686 (0,95) dan rerata taraf latar belakang pendidikan orangtua dari 30 siswa/santri siswa sebesar 32.60 dengan standar deviasi sebesar 3.399980 (3.40). b. Tabel Correlation Nilai 0.032 merupakan nilai r hitung, yang menunjukkan korelasi

negatif (bertanda minus) antara latar belakang pendidikan orangtua

siswa/santri dengan perilaku (akhlak) mereka. Artinya, jika makin tinggi latar belakang pendidikan orangtua santri, makin menurun akhlak santri/siswa. Kenyataan ini boleh jadi karena makin sibuk/kurangnya perhatian orangtua yang berpendidikan tinggi (dengan kemungkinan kecil, 0,032) Sig. (1-tailed) atau probabilitas = 0,433. karena diketahui

49

korelasinya negatif, dilakukan uji kiri satu sisi. Terlihat probabilitasnya 0,433 atau lebih besar dari taraf signifikansi (0.05) yang berarti korelasi tidak signifikan. c. Tabel Variables Entered/Removed(b) Variabel Entered (variabel yang masuk persamaan), variabel

prediktor yang dimasukkan berdasarkan kriteria Use Probability of Entry 0,05. dapat dilihat bahwa variabel latar belakang pendidikan orangtua masuk dalam persamaan karena telah memenuhi kriteria. Variables Removed (variabel yang dikeluarkan dari persamaan)

kosong. Artinya tidak ada variabel yang dikeluarkan. Method merupakan pilihan metode yang digunakan. Dalam hal ini

digunakan metode Enter. d. Tabel Model Summary Angka R menunjukkan hubungan antara latar belakang pendidikan

orangtua dengan akhlak siswa/santri sebesar 0,032. Ini berarti bahwa koefisien korelasi kedua variabel itu menunjukkan hubungan yang tidak erat.

50 Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan angka 0.10.

Kenyataan tersebut memberi pengertian bahwa 0,10% perubahan akhlak siswa/santri adalah karena pengaruh latar belakang pendidikan orangtua mereka, sedang selebihnya (90%) disebabkan oleh faktor faktor lain (diantarnya proses pembelajaran dan lingkungan). Adjusted R Square merupakan koreksi dari R3 sehingga

gambarannya lebih mendekati mutu penjajagan model populasi sebesar 0,035. Standart error of estimate sebesar 0,96313. Pada analisis

sebelumnya, standar deviasi sebesar 0,94686 (lebih dari standar error of estimate). Oleh karena itu, model regreasi lebih bagus dalam bertindak sebagai prediktor perubahan perilaku siswa/santri daripada rerata perilaku siswa/santri itu sendiri. e. Tabel ANOVA(b) Fhitung digunakan untuk menguji apakah model persamaan yang

diajukan dapat diterima. Caranya dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung > Ftabel model dapat diterima. Jika sebaliknya, model tidak dapat diterima Ternyatan Fhitung sebesar 0,29 denagn tingkat signifikan 0,42 lebih

besar daripada taraf probabilitas 0,05, Ho diterima Jika Probabilitas < 0,05 Ho ditolak

52 Kesimpulan Terlihan bahwa pada kolom Sig ada angka sebesar -0,017 atau probabilitas > 0,05. Dengan demikian Ho ditolak. Artinya koefisien regresi signifikan. Dengan kata lain, variable independent (latar belakang pendidikan orangtua) berpengaruh walaupun tidak cukup signifikan terhadap variable dependen (perubana perilaku/akhlak siswa/santri)

53

54 1. Grafik Histogram Grafik tersebut menggambarkan distribusi frekuensi dari nilai perubahan perilaku/akhlak santri/siswa dibandingkan dengan distribusi normal (yang berbentuk kurva normal). Hal itu menunjukkan bahwa perubahan gejala variabel dependen terjadi berdasarkan kurva normal (gejala yang frekuensinya rendah dan tinggi sama-sama sedikitnya; frekuensi gejala yang jumlahnya sedang relatif banyak). 2. Grafik P-P Plot Grafik tersebut menggambarkan distribusi frekuensi dari nilai y dibandingkan dengan distribusi frekuensi yang ditentukan. Jika titik-titik distribusi terseban dalam kesejajaran (konkordans) di sekitar garis lurus, berarti data terdistribusi secara normal. Dari grafik berderet di bebrapa tempat secara diskoordanasi sepanjang garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi y tidak mengikuti distribusi normal (sebagaimana ditunjukkan oleh histogram) 3. Grafik Penyebaran Residual Regresi Grafik ini digunakan untuk memeriksa linearitas hubungan antara variable independent dan variable dependen. Dari grafik terlihat bahwa residual negatif dan positif (pada wilayah ordinat) diikuti oleh residual positif dan negatif (pada wilayah absis) secara hampir seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa analisis tidak menyalahi asumsi model regresi yang telah dibuat.

55 4.2 Uji Hipotesis

Berdasarkan dari hipotesis yang menunjukkkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua maka semakin baik akhlak santri, namun pada uji hipotesis ini peneliti mendapatkan hasil bahwa terlihat dalam tabel model summary menunjukkan koefisien determinasi (R Square) menunjukkan perubahan akhlak santri karena adanya pengaruh latar belakang pendidikan orangtua. Terlihat juga dalam kolom sig ada angka sebesar 0,170 atau probabilitas > 0,05 dengan demikian (Ho) hipotesisi nol ditolak, artinya koefisien regresi signifikan. Dengan kata lain latar belakang pendidikan orangtua berpengaruh walaupun tidak cukup signifikan terhadap perubahan akhlak santri.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Dalam tabel correlations terdapat nilai -0,032 ini merupakan nilai r hitung, yang menunjukkan korelasi negative (bertanda minus) antara latar belakang pendidikan orangtua santri dengan perilaku (akhlak) mereka. Artinya jika makin tinggi latar belakang pendidikan orangtua santri, makin menurun akhlak santri. Kenyataan ini boleh jadi karena makin sibuk atau kurangnya perhatian orangtua yang berpendidikan tinggi. Angka R menjunjukkan hubungan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan akhlak santri sebesar 0,032 ini berarti berarti koefisien korelasi kedua variabel itu menunjukkan hubungan yang tidak erat. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien determinasi yang menunjukkan angka 0,10 kenyataan ini memberikan pengertian bahwa 10% perubahan akhlak santri adalah karena pengaruh latar belakang pendidikan orangtua mereka sedang selebihnya (90%)

56

disebabkan oleh faktor-faktor lain (diantaranya proses pembelajaran dan lingkungan). Pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata F hitung sebesar 0,29 dengan tingkat signifikan 0,42 lebih besar daripada taraf probabilitas < 0,05 yang berarti hubungan latar belakang pendidikan orangtua santri dengan akhlak mereka tidak cukup signifikan (tidak begitu berpengaruh). Dan juga terlihat pada kolom sig ada angka sebesar 0,170 atau probabilitas > 0,05 dengan demikian hipotesis nol ditolak, dengan kata lain latar belakang pendidikan orangtua berpengaruh walaupun tidak cukup signifikan terhadap perubahan akhlak santri.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Dari semua pembahasan, baik pembahasan yang bersifat teoritis, maupun interis serta analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan angka 0,10

kanyataan tersebut memberikan pengertian bahwa latar belakang pendidikan orangtua berpengaruh terhadap akhlak santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan sebesar 10%. 2. Terlihat bahwa pada kolom sig ada angka -0.170 atau

probabilitas > 0,05. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak. Artinya koefisien regresi signifikan dengan kata lain latar belakang pendidikan orangtua berpengaruh terhadal akhlak santri walaupun tidak cukup signifikan. 3. Sebesar 90% perubahan akhlak santri dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain diantaranya proses pembelajaran dan lingkungan. Jadi ada pengaruh yang tidak cukup signifikan tingkat pendidikan orangtua terhadap santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

57 38

58 5.2 Saran-Saran Bertitik tolak dari kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan : 1. Kepada orangtua hendaknya selalu menekankan pendidikan agama

dengan cara memberi teladan yang baik pada anak sedini dan seintensif mungkin agar anak tebiasa sejak dini melakukan hal-hal yang baik, baik di rumah, di sekolah, maupun di tengah masyarakat. 2. Kepada segenap dewan guru hendaknya memperhatikan tingkah

laku atau akhlak santri, agar santri senantiasa berakhlakul karimah. 3. Kepada para santri hendaknya mempraktekkan atau mengamalkan

pendidikan akhlak yang telah diterima di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat. 4. Kepada generasi penerusku hendaknya dapat menemukan jawaban

yang sangat signifikan faktor faktor lain penyebab perubahan akhlak santri atau anak didik dengan penelitian berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN Al-Jumanatul Ali. Al-quran dan Terjemahan, CV. Penerbit J-Art. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. Asrori, A. Maruf. 1996. Etika Belajar Bagi Penuntut Ilmu. Surabaya. Al-Miftah. Daradjat. Zakiyah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara. Depdiknas. 2003. Ensiklopedi Islam. Jakarta. Pusat Pembukuan. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Jatmiko. Rahmat. 1987. Sistem Etika Islam. Surabaya. Pustaka Islam. Kaelang. 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakata. Jakarta. Bumi Aksara. Muhyidin. Muhammad. 2004. Mengajar Anak Beraklak Al-Quran. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Soemanto. Westy. 1995. Pedoman Pelaksanaan Mengajar. Sulhan. Najib. 2006. Pembangunan Karakter Pada Anak. Surabaya. Intelektual Club. Undang-Undang Dasar RI 1945 dan Penjelasannya. 2000. Surabaya. Apollo. Yunus. Mahmud. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Hilda Karya Agung. Akhlak Terhadap Guru. Diakses 18 Juli 2011

www.mail.archive.com/../msg00751.htm. Akhlak Kepada Orangtua Dan Kaum Kerabat. Diakses 18 Juli 2011. dakwa.net46.net/

SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan dibawah ini, kami Kepala Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan. Nama Jabatan Alamat : H. Ach. Jufri Tajuddin, S.Psi : Kepala Madrasah Diniyah : Kwangsan-Kalirejo-Bangil

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa : Nama Tempat Tanggal Lahir Judul Skripsi : Maslakhatuz Zamhariro : Pasuruan, 10 Mei 1981 : Pengaruh Tingkat Pendikan Orangtua Terhadap Akhlak Santri Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Madinah Kwangsan Kalirejo Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

Adalah benar-benar melakukan penelitian di Madrasah Pondok Pesantren Nurul Madinah pada tanggal 11 Juli 2011 sampai 16 Agustus 2011. Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bangil, 20 Agustus 2011 Kepala Madrasaah Diniyah Nurul Madinah

H. Ach. Jufri Tajuddin, S.Psi


Recommended