Top Banner
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kecamatan Pangalengan terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung yang berjarak 51 kilometer dari pusat Kota Bandung dan 23 kilometer dari Ibu kota Kabupaten Bandung yaitu Soreang. Dibatasi oleh Kecamatan Cimaung di sebelah utara, Kecamatan Talegong Kabupaten Garut di sebelah selatan, Kecamatan Pasirjambu di sebelah barat, Kecamatan Kertasari dan Kecamatan Pacet di sebelah timur. Kecamatan Pangalengan terbagi menjadi 13 desa yaitu Lamajang, Margaluyu, Margamekar, Margamukti, Margamulya, Pangalengan, Pulosari, Sukaluru, Sukamanah, Tribaktimulya, Wanasuka dan Warnasari. Pembahasan keadaan umum daerah penelitian yang akan diuraikan berasal dari data profil Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Desa Warnasari Desa Warnasari merupakan bagian dari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Desa Warnasari memiliki luas wilayah 2.354,119 Hektar, terletak pada ketinggian ±1442 mdpl dan memiliki suhu udara rata-rata 12 o C 25 o C. Batas wilayah Desa Warnasari adalah : Sebelah utara : Desa Pulosari Sebelah timur : Desa Pulosari Sebelah selatan : Desa Margaluyu Sebelah barat : Kecamatan Pasir Jambu
32

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

Mar 14, 2019

Download

Documents

lamkhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Pangalengan terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung

yang berjarak 51 kilometer dari pusat Kota Bandung dan 23 kilometer dari Ibu

kota Kabupaten Bandung yaitu Soreang. Dibatasi oleh Kecamatan Cimaung di

sebelah utara, Kecamatan Talegong Kabupaten Garut di sebelah selatan,

Kecamatan Pasirjambu di sebelah barat, Kecamatan Kertasari dan Kecamatan

Pacet di sebelah timur. Kecamatan Pangalengan terbagi menjadi 13 desa yaitu

Lamajang, Margaluyu, Margamekar, Margamukti, Margamulya, Pangalengan,

Pulosari, Sukaluru, Sukamanah, Tribaktimulya, Wanasuka dan Warnasari.

Pembahasan keadaan umum daerah penelitian yang akan diuraikan berasal dari

data profil Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Desa Warnasari

Desa Warnasari merupakan bagian dari Kecamatan Pangalengan

Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Desa Warnasari memiliki luas wilayah

2.354,119 Hektar, terletak pada ketinggian ±1442 mdpl dan memiliki suhu udara

rata-rata 12oC – 25oC. Batas wilayah Desa Warnasari adalah :

Sebelah utara : Desa Pulosari

Sebelah timur : Desa Pulosari

Sebelah selatan : Desa Margaluyu

Sebelah barat : Kecamatan Pasir Jambu

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

64

Desa Warnasari memiliki 17 Rukun Warga dan 17 kampung yaitu Baru

Taraje, Ciawitali, Cibeunying, Cibunihayu, Cidurian, Cipangisikan, Citiis, Kapas,

Kiaracondong, Munjul, Neglasari, Padahurip, Palayangan, Parabon, Pasir Ucing,

Singkur, dan Wanasari. Lokasi TPK Warnasari berada didepan Jalan utama Desa

Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah barat

dari kantor Desa Warnasari. Penempatan TPK Warnasari yang terletak di lokasi

pusat desa mudah dijangkau oleh para peternak di daerah utara dan selatan serta

memudahkan truk untuk mendistribusikan susu yang dikumpulkan peternak ke

lokasi industri pengolahan susu (PT. Frissian Flag).

4.1.2 Keadaan Penduduk Desa Warnasari

Pola guna lahan berdasarkan Monografi Desa Warnasari pada tahun 2017,

Tata guna lahan Desa Warnasari adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Warnasari

No Kegunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Jumlah (%)

1 Pemukiman 51,003 2,17

2 Perkebunan 314,610 13,37

3 Fasilitas Umum 198,610 8,44

4 Ladang/Tegal 437,561 18,58

5 Perhutanan 1352,335 57,44

Total Luas Lahan 2354,119 100,00

Sumber : Monografi Desa Warnsari Tahun 2017.

Tabel 2 menunjukkan bahwa luas lahan yang terbesar yaitu lahan

perhutanan seluas 1.352 Hektar (57,44%). Lahan perhutanan biasa dimanfaatkan

oleh para peternak untuk mencari pakan hijauan rumput terutama ketika musim

kemarau. Luas pemukiman sebesar 51,003 Ha ditempati oleh 2.613 kepala

keluarga dengan total penduduk 8.748 jiwa yang terdiri dari 4.396 laki-laki dan

4.352 perempuan.

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

65

4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian warga desa Warnasari pada tahun 2017 disajikan

sebagai berikut :

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Warnasari

No Jenis Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan Orang %

1 Petani 421 97 520 15,21

2 Buruh tani 867 681 1.548 45,40

3 Pegawai negeri sipil 12 14 26 0,77

4 Pengrajin industri

rumah tangga

19 43 62 1,81

5 Pedagang keliling 228 129 357 10,47

6 Peternak 394 21 415 12,17

8 Lainnya 222 261 483 14,17

Total 2.163 1.248 3.411

100,0

Sumber : Monografi Desa Warnasari Tahun 2017.

Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat desa Warnasari

bekerja sebagai buruh tani dengan jumlah jiwa sebanyak 1.548 (45,40%). Mata

pencaharian sebagai peternak menempati urutan ke 4 penduduk desa Warnasari

sebanyak 415 (12,17%) dengan mayoritas komoditas sapi perah sebagai sumber

pendapatan. Hal tersebut tidak terlepas dari realitas bahwa umumnya peternak

menjadikan beternak sapi perah sebagai pekerjaan sampingan, dan pekerjaan

utama menjadi buruh tani. Selain karena geografis daerah yang menunjang

peternakan sapi perah, keberadaan KPBS juga membantu peternak dalam

menjalankan kegiatan beternak sapi perah.

4.1.4 Keadaan Umum Peternakan Sapi Perah

Berdasarkan Monografi Desa Warnasari pada tahun 2017 diperkirakan

jumlah populasi sapi perah milik warga sebanyak 1.334 ekor dengan jumlah total

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

66

produksi susu pada tahun tersebut sebesar 10.672 kg. Pada umumnya mayoritas

peternak sapi perah di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan merupakan

peternak sapi perah rakyat atau dengan skala kepemilikan kecil yaitu kurang dari

10 ekor sapi perah betina produktif. Hal tersebut didukung dengan pendapat Sjahir

(2003) yang menyatakan bahwa usaha peternakan sapi perah di Indonesia

sebagian besar (90%) masih merupakan usaha peternakan sapi perah rakyat.

Ketersediaan tanaman pakan ternak (rumput gajah, dll) di Desa Warnasari seluas

46 Ha dengan produksi 3.680 ton/Ha. Sejak tahun 2015 TPK Warnasari telah

menerapkan program Milk Collection Point (MCP) yang merupakan kerjasama

antara Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) dengan PT. Frissian Flag

Indonesia (PT. FFI) yang mengutamakan penanganan susu oleh para peternak

pada fase pra pemerahan sampai paska pemerahan hingga susu dikumpulkan di

MCP.

4.2 Identitas Responden

Identitas responden merupakan karakteristik pribadi responden yang

dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu : umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman

beternak responden.

4.2.1 Umur Responden

Umur akan mempengaruhi produktivitas seseorang dan juga berpengaruh

terhadap pendapatan untuk beberapa jenis pekerjaan. Kekuatan fisik sangat

dibutuhkan oleh peternak dalam menunjang kegiatan peternakan dan kekuatan

fisik akan mulai menurun apabila sudah melewati umur produktif. Umur juga

berpengaruh terhadap daya serap informasi, ketika pada kelompok umur produktif

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

67

daya serap informasi akan semakin efektif. Tabel 4 menyajikan pengelompokkan

umur responden.

Tabel 4. Pengelompokkan Umur Responden

No Kelompok Umur Jumlah

Tahun Orang %

1 < 15 0 00,00

2 15 - 64 30 100,00

3 > 64 0 00,00

Jumlah 30 100,00

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden tergolong dalam umur produktif

(100,00%). Umur 15 sampai 64 tahun termasuk kedalam umur produktif dan

umur dibawah 15 tahun dan 65 keatas merupakan umur tidak produktif (BPS,

2018). Banyaknya responden yang tergolong pada umur produktif dapat

mendukung usaha ternak sapi perah terus ditingkatkan, karena peternak memiliki

tenaga dan etos kerja yang tinggi.

4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penerapan inovasi oleh peternak sehingga lebih mudah menerima ide-ide dan

teknologi. Pendidikan merupakan faktor pelancar pembangunan peternakan,

karena dengan pendidikan, petani akan lebih mengenal pengetahuan, keterampilan

dan cara baru dalam melakukan kegiatan (Mosher, 1981).

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

68

Tingkat pendidikan formal responden bervariasi mulai dari SD, SMP

hingga SMA. Responden dengan tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi

memiliki pola pikir yang sudah terarah serta memiliki keinginan untuk mencari

serta mendapatkan informasi baru untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan dalam berinovasi. Tingkat pendidikan formal responden dapat

dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang %

1 Tamat SD 24 80,00

2 Tamat SMP 1 3,33

3 Tamat SMA 5 16,67

Jumlah 30 100,00

Sebagian besar tingkat pendidikan formal responden adalah tamat SD

(80,00%). Hal ini menunjukkan keadaan pendidikan peternak anggota TPK

Warnasari tergolong rendah sehingga kemampuan peternak dalam penyerapan

informasi yang terbatas. Terdapat berbagai alasan dari peternak diantaranya

beberapa peternak menyampaikan bahwa sekolah tidak memiliki pengaruh yang

besar terhadap kegiatan beternak yang telah mereka kenali sejak usia SD.

Sedangkan tingkat pendidikan formal seseorang akan berkaitan dengan cepat

lambatnya proses penerimaan informasi. Jika seseorang tingkat pendidikannya

rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,

informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

4.3.3 Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak dapat mempengaruhi kelancaran usaha, hal ini

berkaitan dengan kemampuan peternak untuk menyelesaikan masalah yang terjadi

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

69

dengan upaya berupa tindakan dalam beternak agar tidak melakukan kesalahan

yang sama. Tingkat pengalaman beternak responden disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Pengalaman Beternak Responden

No Pengalaman Beternak Jumlah

Tahun Orang %

1 <5 1 3,33

2 5-10 4 13,33

3 >10 25 83,34

Jumlah 30 100,00

Umumnya peternak dilokasi penelitian memiliki pengalaman berternak

berasal dari mengikuti kegiatan berternak orangtuanya. Berdasarkan Tabel 9,

sebagian besar peternak yang menjadi responden memiliki pengalaman beternak

lama yaitu lebih dari 10 tahun (83,34%). Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar peternak memiliki pengalaman dalam beternak dan pengetahuan

memerah susu yang memadai karena telah dilakukan sejak lama sehingga sudah

menjadi suatu kebiasaan.

Pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa

pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak

sudah cukup baik. Pengalaman beternak sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan usaha. Semakin lama seseorang memiliki pengelaman beternak akan

semakin mudah peternak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya (Febrina

dan Liana, 2008). Menurut Homzah (1986) banyaknya peternak yang memiliki

pengalaman beternak lebih dari 10 tahun berkaitan juga dengan sejarah

Kecamatan Pangalengan yang memang sejak dulu menjadi sentra peternakan sapi

perah. Sapi perah masuk ke Pangalengan sebelum tahun 1860 dan dipelihara oleh

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

70

keluarga Belanda dengan tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah

tangganya.

4.3 Karakteristik Sikap dan Perilaku Kewirausahaan

Karakteristik menurut Suyanto dalam Wibowo dan Hamrin (2012) adalah

cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam dunia wirausaha diperlukan sikap dan perilaku yang tepat dalam mengatasi

setiap hambatan agar hambatan tersebut dapat terselesaikan dan tidak

mengganggu jalannya aktivitas usaha. Zimmerer dan Scarborough (1996)

menjelaskan ukuran karakteristik sikap dan perilaku yang baik dan perlu dimiliki

oleh wirausahawan menjadi 12 aspek sikap dan perilaku dan disajikan dalam

Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki karakteristik

sikap dan perilaku kewirausahaan pada kategori tinggi (43,33%). Penilaian

terhadap karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang dimiliki oleh

peternak terhadap 12 aspek. Aspek rasa tanggung jawab, belajar dari kegagalan,

dan kepemimpinan merupakan aspek pada kategori tinggi dan mendukung hasil

rekapitulasi namun 9 aspek lainnya berada pada kategori sedang dan rendah.

Aspek pada kategori sedang dan rendah tentunya memiliki poin dan jika

digabungkan dengan aspek lainnya membuat sebanyak 43,33% responden berada

pada kategori tinggi (Lampiran 5). Pertanyaan yang diberikan merupakan

permasalahan umum seputar peternakan sapi perah dengan dasar teori yang ada

sehingga tanggapan yang diberikan peternak dapat menggambarkan sikap dan

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

71

perilaku peternak. Pembahasan yang lebih terperinci dari setiap aspek akan

dibahas pada uraian berikut perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 7. Penilaian Responden terhadap Karakteristik Sikap dan Perilaku

Kewirausahaan

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Komitmen dan determinasi 26,67 46,66 26,67

2. Rasa tanggung jawab 46,67 23,33 30,00

3. Ambisi dalam mencari peluang 16,67 66,66 16,67

4. Daya tahan terhadap resiko dan ketidak

pastian

30,00 70,00 00,00

5. Percaya diri 30,00 20,00 50,00

6. Kreatif dan luwes 10,00 30,00 60,00

7. Umpan balik yang segera 30,00 33,33 36,67

8. Tingkat energi yang tinggi 30,00 30,00 40,00

9. Motivasi untuk unggul 23,33 26,67 50,00

10. Harapan di masa depan 36,67 40,00 23,33

11. Belajar dari kegagalan 50,00 30,00 20,00

12. Kemampuan kepemimpinan 53,33 26,67 20,00

Hasil Rekapitulasi Skor Kategori

Karakteristik Sikap dan Perilaku

Kewirausahaan

43,33 26,67 30,00

4.3.1 Komitmen dan Determinasi

Komitmen dan determinasi adalah kesediaan seseorang untuk meyakini

suatu alasan tertentu sehingga tetap melakukan pekerjaanya tersebut. Setiap

peternak yang telah lama berternak tentu memiliki alasan yang jelas dirinya tetap

bekerja dan memilih berternak sebagai jalan mencari pendapatannya.

Tabel 8. Penilaian Responden terhadap Komitmen dan Determinasi dalam Usaha

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Komitmen terhadap usaha 43,33 26,67 30,00

2. Determinasi terhadap usaha 40,00 40,00 20,00

Rekapitulasi Skor Komitmen

dan Determinasi

26,67 46,66 26,67

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

72

Tabel 8 menunjukkan bahwa komitmen dan determinasi peternak

termasuk dalam kategori sedang (46,66%). Kebanyakan peternak memiliki

komitmen yang tinggi namun tidak diikuti oleh determinasi yang tinggi pula

ataupun sebaliknya. Memiliki komitmen tinggi terhadap suatu pekerjaan perlu

disertai dengan determinasi tinggi sehingga setiap hambatan mampu dilewati

dalam mencapai tujuan. Sesuai dengan pendapat Timmons bahwa, (1989)

komitmen dan determinasi merupakan faktor karakteristik yang paling penting

diantara faktor lainnya, wirausahawan dengan komitmen dan determinasi tinggi

mampu mengatasi hambatan dalam usahanya serta menutupi kelemahan dan

kekurangan usahanya.

Menurut Luthans (1998) komitmen organisasional merupakan keinginan

kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi, keinginan untuk berusaha keras

sesuai keinginan organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan

organisasi. Menurut Jochen (2000) menjabarkan bahwa koperasi adalah suatu

organisasi bisnis dan peternak sebagai anggota dari koperasi tentunya memiliki

komitmen baik terhadap usaha yang dijalankan maupun koperasi. Allen dan

Meyer (1993) menyampaikan tiga komponen dari komitmen organisasional yaitu:

1) Komitmen afektif yang didasarkan ikatan emosional 2) Komitmen kontinyu

yang didasarkan atas keuntungan yang didapatkan atau karena tidak ada pekerjaan

lain 3) Komitmen normatif yang didasarkan atas persamaan nilai, tujuan, dan

keinginan. Alasan utama peternak tetap menjalankan usaha sapi perah adalah

komponen komitmen kontinyu karena dengan tetap berternak peternak

memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebanyak 43,33%

peternak yang termasuk pada kategori komitmen tinggi karena mereka memang

memiliki hasrat untuk berternak sapi perah sebagai bagian dari komitmen afektif

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

73

dan tujuan hidup atau keinginan akan tercapai dengan berternak sapi perah karena

tujuan koperasi sebagai agen yang membantu meningkatkan kesejahteraan

anggotanya sebagai bagian dari komitmen normatif.

Menurut Deci & Ryan (dalam Field, Hoffman & Posch. 1997) berdasarkan

prespektif psikologi mendefinisikan determinasi diri sebagai kapasitas seseorang

untuk memilih dan memiliki beberapa pilihan untuk menentukan suatu tindakan

atau dikatakan kebulatan tekad seseorang atau ketetapan hati seseorang pada suatu

tujuan yang hendak dicapainya. Niemic dan Ryan (2009) mengungkapkan bahwa

komponen determinasi diri terdiri dari otonomi (autonomy), kompetensi

(competence), dan relasi (relatedness). Otonomi dalam artian memiliki kontrol

dan kekuasaan dalam melakukan sesuatu, kompetensi dalam artian kemampuan

seseorang pada suatu bidang dalam mencapai tujuan, dan relasi dalam artian

memiliki ikatan terhadap sesuatu, seseorang maupun sekelompok orang (Schunk,

2012). Pada penilaian aspek determinasi peternak terbagi dua dalam kategori

tinggi dan sedang (40,00%). Peternak pada kategori tinggi memiliki keyakinan

bahwa mereka memiliki otonomi terhadap usaha yang dijalankan sehingga usaha

yang dijalankan mampu memberikan keuntungan atau dalam kata lain peternak

mampu mengarahkan usahanya untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Selain

itu peternak juga meyakini bahwa mereka memiliki kompetensi untuk

menjalankan dan mengembangkan usahanya dan percaya bahwa keterikatan

tempat tinggal dengan Desa Warnasari sebagai salah satu sentra peternakan sapi

perah menyebabkan kecocokan bagi peternak sapi perah untuk menjalankan

usahanya pada masa sekarang.

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

74

4.3.2 Rasa Tanggung Jawab

Bentuk rasa tanggung jawab peternak tidak hanya dalam hal akibat yang

ditimbulkan terhadap kegiatan usaha yang dilakukan seperti polusi yang

mencemari lingkungan namun juga terhadap ternak peliharaannya juga. Penilaian

responden terhadap aspek rasa tanggung jawab dapat dilihat pada Tabel 7.

Penilaian peternak terhadap rasa tanggung jawab terhadap lingkungan

usaha termasuk dalam kategori tinggi (46,67%). Peternak memiliki tanggung

jawab agar menjaga lingkungan agar tidak tercemar selain itu mengerjakan tugas

harian dan menepati janji yang berkaitan dengan usahanya juga menjadi bagian

dari tanggung jawab. Sesuai dengan pendapat Mustari (2014) bahwa, bertanggung

jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan.

4.3.3 Ambisi Dalam Mencari Peluang

Peluang usaha salah satunya bersumber dari informasi yang relevan

terhadap usaha tersebut. Peluang usaha berkaitan dengan jaringan informasi yang

dimiliki oleh seorang wirausahawan, semakin banyak jaringan yang dimiliki maka

semakin banyak akses terhadap informasi yang dibutuhkan. Penilaian responden

terhadap aspek ambisi dalam mencari peluang dan informasi dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 66,66% peternak berada dalam

kategori sedang karena para peternak hanya mendapatkan informasi dari peternak

lain dan petugas koperasi dan tidak memperoleh informasi lain seperti dari media

cetak maupun media internet. Kesulitan sinyal telepon genggam masih menjadi

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

75

kendala untuk memperoleh informasi melalui internet selain itu peternak juga

tidak memiliki telepon genggam smartphone dan bagi peternak yang sudah

memiliki masih menemui kesulitan dalam menggunakannya hal tersebut tidak

terlepas dari penggunaan internet di desa yang masih jarang serta tingkat

pendidikan peternak yang masih rendah. Sesuai dengan pendapat Setiawan (2017)

bahwa penggunaan internet di daerah rural mencapai 48,25%, selain itu pada

masyarakat dengan tingkat pendidikan SD sebesar 25,10%.

4.3.4 Daya Tahan Terhadap Resiko dan Ketidakpastian

Resiko dan ketidakpastian merupakan hal yang selalu dihadapi oleh

seorang wirausahawan karena dunia wirausaha cenderung tidak stabil. Setiap

pilihan yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan tentu memiliki resiko yang

perlu diperhitungkan. Pengambilan resiko membutuhkan keberanian dan juga

kesiapan untuk menanggulangi resiko dan ketidakpastian. Penilaian daya tahan

terhadap resiko dan ketidak pastian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 menunjukkan bahwa daya tahan terhadap resiko peternak

termasuk dalam kategori sedang (70,00%). Peternak pada umumnya memiliki

keberanian untuk mengambil keputusan oleh diri sendiri namun tidak diikuti

dengan kesiapan mengambil resiko yang ditimbulkan oleh kegiatan usahanya.

Akibat dari keputusan yang keliru dapat menyebabkan kerugian secara langsung

seperti kurang memperhatikan asupan pakan sapi bunting sehingga sapi ambruk,

maupun tidak langsung seperti menjual sapi produktif untuk membangun rumah

yang menyebabkan peternak vakum beternak atau beralih mata pencaharian.

Kesiapan dalam menghadapi ketidakpastian yang tidak matang dan tidak berfikir

dalam jangka panjang.

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

76

Tabel 9. Penilaian Responden terhadap Daya Tahan Resiko dan

Ketidakpastian dalam Usaha

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Keberanian mengambil

keputusan seputar usaha

73,33 26,67 00,00

2. Kesiapan menghadapi

ketidakpastian

43,33 56,67 00,00

Hasil Rekapitulasi Skor Daya

Tahan Terhadap Resiko

30,00 70,00 00,00

Peternak melakukan musyawarah dengan anggota keluarga lainnya dalam

menentukan pilihan terkait usaha yang dijalankan namun sebanyak (73,33%)

peternak mengambil keputusan akhir seputar usaha oleh dirinya sendiri. Sesuai

dengan pendapat Rahmawati (2017) yang menyatakan bahwa keberanian dalam

mengambil keputusan merupakan akumulasi dari dukungan pribadi dan dukungan

orang disekitarnya.

Peternak juga memilih menjual beberapa sapinya apabila mengalami

kerugian atau kegagalan dalam usaha (56,67%). Menjual sapi produktif bukan

merupakan solusi yang bijak karena sapi produktif tentunya masih memiliki nilai

ekonomis yang menguntungkan. Kerugian paling dirasakan peternak ketika sapi

mengalami milk fever dan peternak secara cepat memilih menjual sapinya

sehingga menyebabkan kerugian karena hasil penjualan sapi ambruk mengalami

penyusutan harga sampai 50%. Padahal menurut Payne (1989) angka kesembuhan

milk fever cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera

diketahui dan diberi pertolongan. Berkaitan dengan pengambilan resiko Suryana

(2001) menyampaikan bahwa resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses

yang relatif rendah, sebaliknya resiko yang terlalu tinggi kemungkinan akan

memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan resiko kegagalan yang sangat

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

77

tinggi pula, oleh sebab itu Wirausaha biasanya akan lebih menyukai resiko yang

paling seimbang.

4.3.5 Percaya Diri

Kepercayaan diri dapat membantu peternak dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kepercayaan diri peternak bersumber dari tiga hal yaitu

kemampuan pribadi, dukungan lingkungan, dan tujuan yang ingin diraih sebagai

motivasi. Penilaian aspek kepercayaan diri peternak dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa kepercayaan diri peternak ada pada kategori

rendah (50,00%). Pada umumnya peternak setuju bahwa lingkungan Desa

Warnasari sebagai salah satu sentra peternakan di wilayah Pangalengan dan

sangat mendukung peternak untuk berternak sapi perah. Peternak dengan

kepercayaan diri yang rendah umumnya tidak memiliki tujuan yang lebih

ambisius, tujuan mereka berternak hanya untuk membiayai kebutuhan

keluarganya saja agar tercukupi. Peternak juga memahami bahwa kemampuan

pribadi terutama pengetahuan sapi perah perlu ditingkatkan, mereka merasa

tingkat pendidikannya yang rendah membuat pengetahuan mereka terbatas

dibanding dengan orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai

dengan pendapat Widoyoko (2009) bahwa individu yang memiliki sikap kurang

percaya diri cenderung sulit menerima realita diri (terutama kekurangan diri) dan

memandang rendah kemampuan diri sendiri.

4.3.6 Kreatif dan Luwes

Kreatifitas pada tingkat peternak tidak hanya berpusat pada penemuan

baru namun juga dapat dilihat dari penerapan inovasi berupa cara atau metode

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

78

yang masih awam digunakan oleh peternak lain. Penerapan inovasi dalam bidang

pakan dan limbah merupakan contoh kreatifitas yang bisa dilakukan peternak

karena bahan utamanya sudah tersedia dan hanya membutuhkan bahan pelengkap

lain. Contohnya pada inovasi limbah yang bahan utamanya feses sapi perah jika

dicampurkan dengan jerami secara merata dan disimpan secara anaerob dapat

menghasilkan media tanam cacing ataupun dengan perlakuan yang dipercaya

peternak namun tentunya membutuhkan bibit cacing untuk ditanam. Sikap luwes

juga diperlukan dalam menghadapi ketidak pastian dunia wirausaha seperti

kelangkaan rumput yang sering terjadi di musim kemarau.

Tabel 10. Penilaian Responden terhadap Kreatifitas dalam Berinovasi dan

Keluwesan terhadap Kelangkaan

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Kreatif dalam

penerapan inovasi

10,00 23,33 66,67

2. Luwes dan adaptif

dalam menghadapi

kelangkaan

43,33 23,33 33,33

Hasil Rekapitulasi Kreatif dan

Luwes

10,00 30,00 60,00

Tabel 10 menunjukkan penilaian peternak terhadap kreatifitas dan

keluwesan termasuk ke dalam kategori rendah (60,00%). Peternak kurang kreatif

dalam mencoba inovasi namun sangat luwes dalam menghadapi kelangkaan.

Kurangnya kreatifitas peternak menyebabkan potensi sumberdaya yang dimiliki

usahanya tidak dapat dimaksimalkan namun hal tersebut tidak berdampak pada

keluwesan peternak terutama dalam menghadapi kelangkaan karena peternak

telah terbiasa bekerja keras dalam mencari barang yang dibutuhkan. Peran

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

79

koperasi juga memudahkan peternak mencari barang yang dibutuhkan dari alat

perkandangan hingga sapi dapat dengan mudah dibeli peternak dari koperasi.

Sebanyak 66,67% peternak menyatakan bahwa mereka tidak pernah

melakukan inovasi baik dari bidang pakan maupun limbah. Peternak beralasan

bahwa mereka sangat jarang mendapatkan penyuluhan maupun pelatihan terkait

ilmu peternakan sapi perah. Pada umumnya hanya ketua kelompok yang aktif

mengikuti penyuluhan ataupun mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan,

ketua kelompok biasanya mensosialisasikan kepada anggotanya namun dalam

bidang pakan dan limbah tidak diterapkan oleh ketua kelompok sehingga tidak

diikuti anggotanya.

Pada penilaian keluwesan sebanyak 43,33% peternak termasuk dalam

kategori tinggi yang berarti bahwa pada saat terjadi kelangkaan baik dari pakan

maupun barang lain yang dibutuhkan peternak berusaha mencarinya hingga dapat

walaupun dengan jarak tempuh yang jauh. Pilihan lain yang dilakukan peternak

apabila terjadi kelangkaan yaitu mengganti barang yang dibutuhkan dengan

barang subtitusif seperti contohnya pada saat musim kemarau dengan kelangkaan

rumput peternak menggantinya dengan barang lain mendapatkan secara gratis dari

kebun sendiri, kerabat, atau tetangga maupun membelinya. Daun jagung dihargai

10 ribu/ikat (± 15kg) dan memberikan 1 ikat/hari untuk satu ekor sapi.

4.4.7 Umpan Balik yang Segera

Umpan balik dibutuhkan oleh peternak sebagai acuan atas hasil kerja yang

dilakukan. Semakin cepat suatu umpan balik maka semakin cepat pula evaluasi

terhadap kinerja dapat dilakukan. Umpan balik yang positif juga akan berbanding

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

80

lurus dengan tingginya efektitfitas dan efisiensi kinerja yang telah dilakukan.

Penilaian terhadap aspek umpan balik yang segera dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 menunjukan bahwa peternak termasuk dalam kategori rendah

(36,67%). Umpan balik merupakan informasi yang diterima seseorang sebagai

hasil dari kegiatan yang dilakukan (Rink 1985). Umpan balik digunakan untuk

memberikan hadiah dan hukuman sehingga mampu meningkatkan atau

menurunkan kemungkinan untuk melakukan suatu hal yang sama di masa depan

(Weinberg dan Gould 1995) .Umpan balik yang diterima peternak salah satunya

berasal dari struk gaji yang diterima oleh peternak. Pada kertas struk gaji terdapat

kolom hasil uji lab susu yang diterima PT FFI dari peternak. Hasil uji lab tersebut

mempengaruhi harga susu dan berimbas pada pendapatan yang diterima peternak.

Peternak merasa harga susu tidak mencerminkan usaha yang telah dilakukan

namun hasil uji lab bersifat objektif dan klaim peternak tidak sepenuhnya benar.

Peternak juga tidak menginginkan pemberian struk yang lebih cepat dan tidak

melakukan evaluasi terhadap struk yang diberikan.

4.3.8 Tingkat Energi yang Tinggi

Seorang wirausahawan perlu mencurahkan setiap pemikiran dan

tenaganya terhadap usahanya. Sikap semangat dalam bekerja merupakan energi

yang didapat dalam diri sehingga dapat menghabiskan waktu lebih lama untuk

bekerja. Mengatasi kebosanan dan melakukan pekerjaan dengan perasaan senang

merupakan hal yang dapat meningkatkan perasaan semangat kerja seseorang

karena pada hakikatnya berwirausaha bertujuan untuk mencapai kepuasan pribadi.

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

81

Tabel 11. Penilaian Responden terhadap Tingkat Energi

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Semangat kerja 36,67 26,67 36,67

2. Waktu 56,67 16,67 26,67

Hasil Rekapitulasi Skor

Tingkat Energi yang Tinggi

30,00 30,00 40,00

Tabel 11 menunjukkan bahwa aspek tingkat energi yang tinggi

kebanyakan peternak termasuk ke dalam kategori rendah (40,00%). Peternak pada

umumnya merasa bahwa berternak sapi perah merupakan keterpaksaan sehingga

menyebabkan kurangnya hasrat dan tidak menyenangi kegiatan berternak, selain

itu penggunaan waktu yang lama untuk beternak menyebabkan rasa bosan.

Sebanyak 36,67% peternak dalam aspek semangat kerja pada kategori

tinggi dan rendah. Bagi peternak dalam kategori tinggi mereka beralasan bahwa

mereka bersemangat dan menyenangi kegiatan berternak, selain itu mereka

mampu mengatasi kebosanan yang ada sementara pada kategori rendah

sebaliknya. Tujuan utama peternak dalam melakukan kegiatan berternak adalah

memperoleh pendapatan sehingga aspek seperti perasaan dapat dikesampingkan.

Pada aspek waktu peternak banyak menghabiskan waktu untuk mencari

rumput mereka bisa menghabiskan 3-5 jam sehari untuk mencari rumput

kebanyakan peternak pada aspek ini berada pada kategori tinggi (56,67%) atau

biasa menghabiskan 9-12 jam dalam sehari untuk berternak. Sesuai dengan

pendapat McCelland (1965) yang menyatakan bahwa seorang wirausaha biasa

bekerja dalam waktu yang panjang semisal 70-80 jam per minggu waktu tersebut

dapat dijalani dengan dorongan dari faktor semangat.

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

82

4.3.9 Motivasi untuk Unggul

Motivasi merupakan dorongan yang dapat berasal dari luar maupun dalam

diri seseorang untuk mengerjakan suatu tindakan dengan tujuan terterntu. Berfikir

secara positif dalam melihat suatu permasalahan merupakan salah satu cara

memotivasi diri sendiri sehingga dia dapat mendorong dirinya sendiri untuk

bertindak menuju ke arah yang lebih baik lagi. Penilaian motivasi untuk unggul

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 50,00% peternak termasuk dalam

kategori rendah. Para peternak dengan kategori rendah kurang bisa memotivasi

dirinya sendiri terutama dalam hal melihat peternak yang lain bukanlah saingan

mereka. Menjadi unggul dengan menjadikan peternak yang lain merupakan

pesaing dalam usaha dapat mendorong seseorang untuk berindak lebih baik lagi.

Menurut Wiryasaputra (2004) menjadi pesaing yang baik diperlukan dalam dunia

usaha yang merupakan dunia persaingan, persaingan tidak dipandang sebagai

sesuatu yang membuat stress namun merupakan dorongan untuk membuat kita

menjadi lebih maju dan berfikir lebih baik.

4.3.10 Harapan di Masa Depan

Setiap wirusahawan pasti memiliki tujuan pribadi terhadap usaha yang

dijalankannya namun setiap tujuan perlu memiliki rencana yang matang dan

keyakinan bahwa tujuan tersebut dapat dicapai hingga rentang waktu tertentu.

Penilaian terhadap aspek harapan di masa depan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel

7 menunjukan bahwa sebanyak 40,00% peternak termasuk dalam kategori sedang.

Nurmi (dalam Lerner dan Steinberg, 2009) mendefinisikan orientasi masa depan

merupakan fenomena yang luas yang berhubungan dengan bagaimana seseorang

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

83

berpikir dan bertingkah laku menuju masa depan yang dapat digambarkan dalam

proses pembentukan orientasi masa depan, secara umum dibagi menjadi tiga tahap

yaitu: 1) Tahap motivasi 2) Tahap perencananaan 3) Tahap evaluasi. Umumnya

peternak memiliki harapan terhadap usahanya di masa depan sebagai motivasi

dirinya untuk berkembang, namun peternak belum memiliki perencanaan yang

matang dan belum melakukan evaluasi terhadap pekerjaan yang dijalankan agar

harapannya tersebut terwujud.

4.3.11 Belajar dari Kegagalan

Kegagalan dalam berwirausaha salah satunya diakibatkan oleh kesalahan

dalam menyikapi suatu hambatan usaha dan hal yang lumrah dialami oleh seorang

wirausahawan. Penilaian terhadap aspek belajar dari kegagalan dapat dilihat pada

Tabel 7. Peternak sepakat bahwa dalam menyikapi kegagalan perlu dibarengi oleh

sikap dan perilaku yang tepat. Sikap dan perilaku yang tepat dapat menghindarkan

peternak untuk melakukan kesalahan yang sama yang berujung pada kegagalan.

Sebanyak 50,00% peternak setuju bahwa dalam menghindari melakukan

kesalahan yang sama peternak tidak boleh bermalas-malasan, tidak menunda-

nunda pekerjaan yang menyebabkan peternak lupa dan selalu bersabar apabila

melakukan kesalahan sehingga menderita kegagalan. Menurut Suryana (2011)

seorang wirausahawan merupakan seseorang yang tidak pernah menyerah, dalam

menyikapi kegagalan seorang wirausahawan selalu menemukan cara lain dan

belum dikategorikan sebagai kegagalan sebelum dia benar-benar berhenti.

4.3.12 Kepemimpinan

Penilaian kepemimpinan mencerminkan sifat peternak apabila menjadi

pemimpin yang dihadapkan pada suatu permasalaha. Intensitas komunikasi yang

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

84

dilakukan terhadap peternak yang lain terkait permasalahan seputar peternakan

sapi perah juga sangat dibutuhkan oleh seorang pemipin untuk memahami

keresahan peternak terhadap usahanya.

Pada Tabel 12 menunjukan bahwa peternak berada dalam kategori tinggi

(53,33%). Peternak merasa bahwa seorang pemimpin merupakan pengayom

anggotanya dan mampu mendengarkan aspirasi serta merupakan seseorang yang

sering berinteraksi dengan anggotanya.

Tabel 12. Penilaian Responden terhadap Nilai Kepemimpinan

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Sifat kepemimpinan 80,00 00,00 20,00

2. Komunikasi 53,33 16,67 30,00

Hasil Rekapitulasi Skor

Kepemimpinan

53,33 26,67 20,00

Sebanyak 80,00% peternak merasa sifat kepemimpinan yang demokratis

merupakan sifat pemimpin yang ideal. Pemimpin yang demokratis mengambil

keputusan atas dasar kesepakatan bersama sehingga tidak ada anggota yang akan

kecewa pada setiap kebijakan yang dihasilkan. Sesuai dengan pendapat

Wiryasaputra (2004) yang menyatakan bahwa pemimpin yang demokratis

merupakan sosok pemimpin yang ideal yang mampu menjadi teladan dan

inspirator serta mampu mengayomi anggotanya untuk bersama-sama meraih

tujuan yang ingin dicapai tanpa kehilangan identitas dirinya.

Aspek komunikasi juga merupakan aspek yang penting dimana 53,33%

peternak merepresentasikan seorang pemimpin sebagai orang yang aktif dalam

berkomunikasi dengan anggotanya.

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

85

4.4 Keberlanjutan Usaha Peternak

Keberlanjutan usaha merupakan suatu upaya seseorang atau sekelompok

orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan segala

kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta kekayaan yang dimiliki

secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan pribadinya

dengan berkerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi agar dapat

bertahan dalam kondisi berbagai perubahan (Chambers dan Conway, 1992 dalam

Nurlina 2005). Keberlanjutan usaha merupakan gabungan dari tiga hal penting

yaitu kemampuan pribadi atau kapabilitas, kekayaan pribadi atau aset, dan

pekerjaan itu sendiri atau mata pencaharian. Penilaian terhadap keberlanjutan

usaha dapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Penilaian Responden terhadap Keberlanjutan Usaha

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Kapabilitas Peternak 63,33 26,67 10,00

2. Aset Peternak 76,67 23,33 00,00

3. Variasi Mata Pencaharian 20,00 60,00 20,00

Hasil Rekapitulasi Skor

Keberlanjutan Usaha

73,33 26,67 20,00

Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 73,33% peternak termasuk

dalam kategori tinggi dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil ini

ditunjang oleh aspek kapabilitas dan aset pada kategori tinggi karena ilmu

berternak diturunkan oleh orang tuanya, selain itu status peternak sebagai warga

lokal menyebabkan aset yang dimiliki juga merupakan warisan dari

pendahulunya. Aspek mata pencharian yang sedang menunjukan bahwa pada

umumnya peternak hanya berternak dan tidak memiliki pekerjaan sampingan

Page 24: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

86

yang lain. Uraian yang lebih terperinci akan dibahas pada uraian berikut dan

perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.4.1 Kapabilitas Peternak

Kapabilitas merupakan kemampuan dan pengetahuan peternak seputar

peternakan sapi perah. Kapabilitas dapat diartikan sebagai kompetensi dalam

pekerjaan, memiliki kapabilitas yang tinggi menunjukan bahwa peternak telah

mengetahui, melaksanakan dan mengatasi permasalahan tata laksana

pemeliharaan sapi perah secara baik. Penilaian terhadap aspek kapabilitas

disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Penilaian Responden terhadap dimensi Kapabilitas Peternak

Sapi Perah

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Persyaratan perkandangan 100,00 00,00 00,00

2. Manajemen penyediaan pakan 40,00 56,67 13,33

3. Manajemen pemerahan 80,00 6,67 13,33

4. Kriteria pemilihan bibit 46,67 50,00 3,33

5. Penanganan penyakit dan

reproduksi

46,67 50,00 3,33

Hasil Rekapitulasi Skor

Kapabilitas

63,33 26,67 10,00

Pada tabel diatas menunjukan bahwa 63,33% peternak memiliki

kapabilitas mengenai kemampuan teknis sapi perah yang tinggi. Kapabilitas

peternak yang tinggi merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan oleh peternak

dalam proses perkembangan usaha sapi perah. Kapabilitas merupakan

kemampuan teknis manajemen ternak sapi perah sebagai sumber produsen susu

sapi yang merupakan sumber pendapatan peternak.

Page 25: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

87

Persyaratan perkandangan yang baik merupakan hal yang perlu dilakukan

oleh peternak terutama bagi peternak yang memelihara sapi perah secara

dikandangkan. Semua responden memiliki penilaian persyaratan perkandangan

yang tinggi yakni 100%. Peternak memahami bahwa sapi perah memerlukan

ruang yang nyaman sehingga dapat berproduksi secara maksimal. Kenyamanan

pada ternak seperti; kemudahan dalam menjangkau pakan, mudah berdiri dan

berbaring, teduh dan tidak panas karena menggunakan genting, tidak terpapar

polusi berlebih, dan penggunaan karpet karet agar menghindarkan luka akibat

gesekan dengan lantai telah dilakukan peternak. Sesuai dengan pendapat Egen

(1987 dalam Firman 2010) yang menyatakan bahwa tujuan ternak dikandangkan

diantaranya adalah melindungi ternak dari cuaca buruk, meminimalisir luka dan

penyakit, dan berdiri di area yang sesuai aturan pemerintah dan nyaman bagi

ternak.

Struktur kandang peternak juga sudah baik seperti; terdapatnya saluran

pembuangan kotoran ternak agar mudah dibersihkan; kontruksi lantai beton agar

kandang cukup kuat; serta ventilasi udara dan sinar matahari yang cukup. Aspek

lain yang diperhatikan peternak adalah daerah warnasari yang tidak terdapat

sejarah penyakit endemik dan akses air yang mudah didapat. Beberapa peternak

memiliki kandang yang dekat dengan tempat tinggal dan berada pada daerah yang

ramai penduduk namun secara keseluruhan persyaratan kandang peternak sudah

baik.

Sebanyak 56,67% penilaian peternak terhadap penyediaan pakan tergolong

dalam kategori sedang. Peternak memberikan pakan dan air secara rutin ternaknya

setiap hari, selain itu peternak juga mengontrol pakan dari benda asing seperti

plastik ataupun tanaman yang berduri. Peternak masih belum memahami dan

Page 26: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

88

melakukan penyediaan pakan yang baik terutama dalam menyimpan cadangan

pakan berupa silage maupun hay. Akibatnya pada musim kemarau peternak

kesuiltan dalam mencari rumput dan peternak mengurangi pemberian pakan

rumput pada sapi perah. Pakan ransum diperoleh dari koperasi dengan metode

pembayaran melalui pemotongan hasil produksi susu sapi perah milik peternak.

Sebanyak 80,00% peternak pada aspek pemerahan termasuk pada kategori

tinggi. Secara umum peternak telah melakukan prosedur pemerahan yang baik

karena pengalaman berternak mereka yang sudah cukup lama dan hanya beberapa

poin prosedur yang belum mereka lakukan. Beberapa poin pemerahan yang

dilakukan peternak seperti; membersihkan kandang sebelum memerah,

membersihkan ambing dan mengelapnya, melakukan pemerahan dengan teknik

pemerahan mengurut putting dari pangkal hingga bawah, menyaring susu ke

dalam milk can, mengantar susu ke TPK dan segera mencuci milk can hingga

bersih.

Penilaian kriteria pemilihan bibit peternak 50,00% tergolong sedang

karena hanya melihat 3-5 poin kriteria dalam memilih bibit yang baik. Peternak

umumnya memiliki preferensi tersendiri dalam melihat bibit ternak yang baik.

Kriteria dalam memilih bibit yaitu; jenis sapi, catatan produksi indukannya, pola

warna, dan nilai kondisi tubuh. Sesuai dengan pendapat Makin (2011) yang

menyatakan bahwa kriteria dalam pemilihan bibit sapi perah diantaranya Breed

(bangsa); Physical appearance (keadaan fisik); Pedigree (silsilah/keturunan);

Production record (catatan produksi); Healt (kesehatan).

Pada aspek penanganan reproduksi dan penyakit peternak termasuk pada

kategori sedang (50,00%). Penanganan reproduksi dan penyakit peternak sangat

terbantu oleh peran mantri/dokter hewan. Selain melakukan inseminasi terhadap

Page 27: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

89

sapi perah milik peternak, mantri juga membantu dalam proses kelahiran,

pengecekan kebuntingan, melakukan pencatatan kelahiran dan mengobati ternak

yang sakit. Peternak juga paham mengenai ciri-ciri ternak yang birahi maupun

ternak yang sakit dilihat dari kebiasaan sehari-harinya yang berbeda namun

peternak tidak mengisolasi/ memisahkan ternak yang sakit. Peranan mantri

membantu peternak untuk meningkatkan efisiensi reproduksi agar menghasilkan

anak dalam satu tahun sesuai dengan pendapat Ball and Peters, (2004) yang

menyatakan bahwa efisiensi reproduksi dikatakan baik apabila seekor induk sapi

dapat menghasilkan satu pedet dalam satu tahun.

Pemeliharaan kesehatan ternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan

difasilitasi oleh unit usaha KPBS, yaitu unit kesehatan ternak dan anggota. KPBS

menyediakan dokter hewan, mantri, serta penyuluh lapang untuk mengawasi,

mengarahkan, dan membantu mengatasi masalah kesehatan ternak. Peternak

dibebankan potongan 4% dari produksi susu untuk pembiayaan dana kesehatan

hewan dan anggota, sehingga peternak tidak perlu lagi memikirkan biaya dokter

hewan dan obatobatan yang diperlukan. Perkawinan ternak dilakukan dengan

menggunakan kawin suntik atau IB (Inseminasi Buatan) (Agusta dkk, 2014).

Semua kompetensi teknis peternak termasuk dalam variabel yang diteliti oleh

Muatip (2008).

4.5.2 Aset Peternak

Penilaian peternak yang tinggi terhadap dimensi aset salah satunya

dikarenakan para peternak merupakan warga lokal yang sebagian besar aset

terutama lahan hunian didapatkan dengan proses waris dari orang tuanya.

Page 28: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

90

Tabel 15. Penilaian Responden terhadap dimensi Aset

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Status kepemilikan rumah 100,00 00,00 00,00

2. Status kepemilikan kandang 90,00 00,00 10,00

3. Status kepemilikan lahan

rumput

26,67 56,67 16,67

4. Alat perkandangan 86,67 00,00 13,33

5. Barang dan persediaan 26,67 43,33 30,00

6. Jumlah kepemilikan sapi perah 36,67 40,00 23,33

7. Status kepemilikan sapi perah 100,00 00,00 00,00

Hasil Rekapitulasi Skor Aset 76,67 23,33 00,00

Peternak mengatakan bahwa selain orang tua mereka dahulu mewariskan

ilmu berternak juga memberikan bantuan berupa rumah/ lahan untuk membangun

kandang dan hewan ternak sebagai modal pertama mereka untuk memulai

menjalankan usaha. Hal ini dibuktikan dengan penilaian status kepemilikan rumah

dan kandang yang tinggi yaitu 100% dan 90%. Berbeda halnya dengan

kepemilikan rumah dan kandang, pada penilaian kepemilikan lahan rumput

sebanyak 56,67% peternak menyewa lahan milik pemerintah baik perhutani

maupun perkebunan dan membayar secara ikhlas kepada penjaga wilayah

tersebut.

Peternak memahami bahwa kelengkapan peralatan dibutuhkan dalam

menjalankan kegiatan peternakan. Pada aspek alat perkandangan peternak

termasuk dalam kategori tinggi (86,67%). Selain memperlancar kegiatan usaha

kelengkapan peralatan juga merupakan salah satu peraturan MCP dalam

meningkatkan proses penanganan susu secara baik. Alat-alat yang wajib dimiliki

oleh peternak diantaranya; milk can, saringan susu, ember khusus air panas, lap

ambing, maupun barang lain yang dapat memperlancar kegiatan usaha seperti

Page 29: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

91

golok, cangkul, arit, dan motor untuk mencari rumput. Pembelian alat yang

dibutuhkan dirasa mudah dengan cara memotong hasil pendapatan dari susu untuk

membayar pembelian peralatan kandang. Aktifitas pembelian peralatan kandang

dapat dilihat melalui struk pendapatan peternak yang diterima setiap 2 minggu

sekali sekaligus dengan uang hasil pendapatan dari susu.

Penilaian barang dan persediaan dapat dilihat dari kepemilikan barang

yang memiliki manfaat ekonomis dalam bentuk emas, berlian, ataupun tabungan

yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu apabila kegiatan peternakan

membutuhkan modal untuk berkembang. Sebanyak 46,67% peternak pada aspek

persediaan barang termasuk pada kategori sedang. Persediaan barang yang

dimiliki peternak seperti; beras, emas/berlian, tabungan uang, asuransi kesehatan

baik bagi peternak dan anggota keluarga maupun bagi ternak, dan barang berharga

lainnya yang memiliki nilai ekonomis seperti motor dan mobil. Struk gaji yang

diterima peternak dapat memantau persediaan barang peternak dan aktifitas

pembelian maupun pinjaman modal yang dilakukan oleh peternak. Selain aktifitas

pembelian peralatan kandang terdapat aktifitas lain yang dapat dilihat melalui

struk gaji diantaranya hasil uji lab susu peternak, jumlah tabungan, aktifitas

pembelian bahan pangan berupa beras dan pakan ternak, dan hutang peternak.

Peternak dapat mengajukan pinjaman karena koperasi berkerja sama dengan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR), selain itu peternak juga diwajibkan untuk menabung

sebanyak Rp.50/liter susu dan biasanya diambil apabila jumlahnya sudah cukup

banyak atau dalam situasi tidak terduga.

Kebanyakan responden merupakan peternak dengan memelihara sapi

perah 2 ekor atau 40,00% dari total responden dan semua responden (100%)

memiliki kepemilikan sapi perahnya dan tidak ada yang memelihara sapi dari paro

Page 30: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

92

(pinjaman dengan ketentuan pembagian hasil) atau sedang tidak memelihara

karena suatu hal seperti; sudah dijual atau mati.

Pembahasan mengenai aset sesuai dengan pendapat Kieso dan Warfield

(2011) yang mengemukakan pengertian aset tetap atau yang disebut property,

plant, and equipment adalah aset berwujud yang dimiliki perusahaan yang

digunakan untuk memproduksi atau menyuplai barang atau jasa, yang digunakan

untuk disewakan kepada orang lain, atau tujuan administrasi, dan diharapkan

dapat digunakan lebih dari satu periode. Tempat tinggal dan kandang sebagai aset

property, hewan ternak sebagai aset biologis, alat perkandangan sebagai aset

equipment dan barang serta persediaan seperti emas, tabungan, dan aset lain yang

memiliki nilai ekonomis dalam membantu proses produksi sesuai dengan

pendapat Krantz (2001) yang menyatakan bahwa aset dalam keberlanjutan usaha

seperti persediaan barang (emas, berlian, tabungan) dan sumber daya (air, tanah,

ternak, dan peralatan).

4.4.3 Mata pencaharian

Tabel 13 dilihat bahwa sebanyak 60% penilaian responden terhadap aspek

mata pencaharian termasuk dalam kategori sedang yang artinya peternak hanya

melaksanakan kegiatan berternak sapi perah saja. Menurut peternak kegiatan sapi

perah cukup menghabiskan banyak waktu dan tenaga sehingga mereka tidak

melakukan pekerjaan sampingan lain. Bagi peternak yang memiliki mata

pencaharian pokok maupun sampingan selain beternak dikarenakan anggota

keluarganya yang lain mampu melaksanakan kegiatan peternakan walaupun

peternak tersebut tidak ikut serta dalam kegiatan peternakan.

Page 31: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

93

Perbedaan pekerjaan pokok dan sampingan disampaikan Barthos (1999)

yang menyampaikan bahwa pekerjaan utama/pokok dimiliki seseorang apabila

orang tersesbut hanya memiliki satu pekerjaan, apabila memiliki dua pekerjaan

maka penentuan pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu

terbanyak dan apabila memiliki waktu yang digunakan sama maka pekerjaan

utama adalah yang memiliki penghasilan terbesar dan yang lainnya adalah

pekerjaan sampingan. Berkaitan dengan penggunaan waktu McCelland (1961)

menyampaikan bahwa wirausahawan lebih banyak menghabiskan waktu terhadap

usaha yang dijalankan karena merasa senang dengan pekerjaan yang dilakukan.

4.5 Hubungan Antara Karakteristik Sikap dan Perilaku Kewirausahaan

dengan Keberlanjutan Usaha.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs),

hubungan antara karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan dengan

keberlanjutan usaha peternak Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung, menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,827 dan V < α

(Lampiran 9). Mengacu pada aturan Guilford (dalam Rakhmat, 1997) interpretasi

nilai koefisien hubungan antara kedua variabel dengan rs = 0,827 berada pada

kisaran 0,70 ≤ rs < 0,90. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara

karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan dengan keberlanjutan usaha

peternak dan adanya suatu hubungan yang searah atau positif antara keduanya.

Nilai korelasi yang positif menandakan bahwa sifat hubungan yang searah

menandakan bahwa semakin tinggi nilai karakteristik sikap dan perilaku

kewirausahaan maka usaha yang dijalankan dapat berkelanjutan.

Page 32: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130425_4_3573.pdf · Warnasari di RW 02 Kampung Wanasari berjarak ±300 meter ke sebelah

94

Tabel 16. Persentase penilaian Responden terhadap Karakteristik Sikap dan

Perilaku Kewirausahaan dengan Keberlanjutan Usaha

No Uraian Penilaian Responden (%)

Tinggi Sedang Rendah

1.

2.

Hasil Rekapitulasi

Karakteristik Sikap dan

Perilaku Kewirausahaan

Hasil Rekapitulasi

Keberlanjutan Usaha

43,33

73,33

26,67

26,67

30,00

00,00

Tabel 16 dapat dilihat bahwa karakteristik sikap dan perilaku

kewirausahaan termasuk dalam kategori tinggi (43,33%, hasil perhitungan pada

Lampiran 5). Hal ini menunjukan bahwa peternak telah memiliki karakteristik

yang dibutuhkan untuk menjadi wirausahawan yang baik. Karakteristik yang

terbentuk salah satunya karena faktor pengalaman berternak sebagian besar

peternak yang sudah lama menggeluti dunia usaha sehingga sudah banyak

hambatan dalam usaha yang telah dialami dan dapat diselesaikan.

Pada penilaian keberlanjutan usaha peternak memiliki penilaian yang

tinggi (73,33%, hasil perhitungan pada Lampiran 7). Hal tersebut menunjukan

bahwa aspek kapabilitas, aset, dan mata pencaharian yang dimiliki peternak telah

mampu mempertahankan usahanya pada skala kecil (1-3 ekor sapi perah).

Keberlanjutan usaha yang tinggi juga merefleksikan kemampuan usaha peternak

untuk berkembang lebih baik lagi seperti mengembangkan skala kepemilikan sapi

perah namun tentunya perlu diikuti oleh peningkatan nilai investasi.