Top Banner
ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN (Pertemuan 2) Dosen : Ellysa, ST, MT
49

IUT Pertemuan 2_2012A

Nov 06, 2015

Download

Documents

Farlan Nag Bgf

n
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ILMU UKUR TANAH & PEMETAAN(Pertemuan 2)Dosen : Ellysa, ST, MT

  • Pekerjaan SurveyTitik KontrolTitik kontrol adalah sejumlah titik yang diketahui koordinatnya (absis, ordinat, tinggi) dalam satu sistem koordinat tertentu.

    Fungsi khusus : Kerangka Dasar Acuan Pengikatan Kontrol Ukuran

  • Pekerjaan SurveyTitik Triangulasi adalah titik-titik yang tersebar cukup merata dengan kerapatan tertentu, yang meliputi seluruh daerah yang dipetakan.

    Titik triangulasi dinyatakan secara fisik dilapangan dengan pilar-pilar beton.

    Titik triangulasi merupakan titik kontrol horizontal.

  • Pekerjaan SurveyTitik kontrol vertikal yaitu titik-titik kontrol tinggi teliti.

    Titik kontrol vertikal dikenal sebagai N.W.P. (Nauwkeurigheid Waterpas Peil).

    Titik kontrol vertikal dapat dinyatakan dalam sistem umum tehadap muka air laut rata-rata (MSL/Mean Sea Level), dan dalam sistem lokal terhadap tinggi satu titik referensi (BM/Bench Mark).

  • Pekerjaan SurveyPrinsip-prinsip PengukuranPenentuan Posisi HorizontalPosisi horizontal suatu titik dapat ditentukan minimal dari 2 (dua) buah titik yang telah diketahui posisi horizontalnya.

    Penentuan Posisi Vertikal Posisi vertikal suatu titik dapat ditentukan minimal dari satu titik lain yang diketahui posisi vertikalnya.

  • Pekerjaan SurveyPenentuan Kerangka Dasar PemetaanPekerjaan PemetaanPekerjaan Lapangan- Penyuluhan- PengukuranPekerjaan Kantor- Menghitung posisi horizontal dan posisi vertikal untuk keperluan plotting.- Melakukan penggambaran- Melakukan perencanaan/Desain

  • Pengukuran JarakCara LangsungPengukuran jarak cara langsung dapat dilakukan dengan jenis peralatan pita ukur/rantai ukur.

    Bila jarak yang diukur tidak panjang, maka dapat dilakukan dengan sekali pengukuran.

    Bila jarak yang diukur panjang sekali, sehingga tidak memungkinkan untuk sekali pengukuran, maka dilakukan dengan pengukuran bertahap.

  • Pengukuran JarakKesalahan-kesalahan Pengukuran Jarak Dengan Pita Ukur/Rantai Ukur

    Kesalahan pada pengukuran jarak dengan pita ukur/rantai ukur biasanya bersumber dari:Surveyor (manusia)Alat Ukur (Pita ukur/rantai ukur)Alam (temperatur udara)

  • Pengukuran JarakKesalahan pengukuran jarak dengan alat ini dibagi menjadi :Kesalahan TeraturPanjang alat ukur yang digunakan.Pada saat mendatarkan alat ukur.Perubahan tegangan yang diberikan pada alat ukur.Melengkungnya alat ukur.Penempatan alat ukur tidak digaris yang akan diukur.Perubahan temperatur.

  • Pengukuran JarakKesalahan Tidak TeraturTidak tepatnya menghimpitkan kedua ujung alat ukur.Pembacaan skala alat ukur.Kesalahan mencatat data hasil ukuran.

    Ketelitian pengukuran jarak dengan pita ukur/rantai ukur tergantung dari beberapa faktor antara lain:Kecermatan surveyor, alat ukur yang digunakan, Keadaan daerah topografi yang diukur, cuaca.

  • Pengukuran JarakToleransi Pengukuran JarakUntuk medan yang mudah (datar) ti = 0,008D + 0,0003D + 0,005Untuk medan yang agak sukar (lereng) ti = 0,010D + 0,0004D + 0,005 Untuk medan yang sangat sukar (curam) ti = 0,012D + 0,0005D + 0,005

    Dimana : ti = toleransi (kesalahan yang diperbolehkan) D = jarak yang diukur (m)

  • Pengukuran JarakCara Tidak LangsungPengukuran jarak cara tidak langsung dapat dilakukan dengan jenis peralatan Theodolit dan EDM (Electronic Distance Measurement)

    Peralatan TheodolitJarak Optis Pengukuran jarak secara optis dilakukan dengan peralatan theodolit dan rambu ukur, dimana bacaan pada rambu masih terbaca.

  • Pengukuran JarakJarak Basis TegakPengukuran jarak basis tegak dilakukan dengan peralatan theodolit dan rambu ukur beserta dua buah target.

    Kegunaan dari dua target tersebut adalah untuk menentukan nilai basisnya karena pada pengukuran cara ini bacaan rambu ukur tidak terbaca, sehingga yang dibidik adalah target-targetnya.

  • Pengukuran SudutPengukuran SudutAlat yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran sudut adalah Theodolit.Sudut yang diukur meliputi :Sudut Jurusan/AzimutSudut VertikalSudut Horizontal

  • Pengukuran SudutSudut Jurusan/AzimutSudut jurusan dari suatu titik adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan.Sudut jurusan biasanya berputar mulai dari arah Utara ke arah Tujuan.Sudut jurusan dari suatu titik A searah Jarum jam ke titik B dinyatakan dengan A-B.Sudut jurusan dari suatu titik B searah Jarum jam ke titik A dinyatakan dengan B-A.

  • Pengukuran SudutSudut Jurusan/Azimut

  • Sistem KoordinatPengukuran Menentukan Koordinat

    Dasar Perhitungan KoordinatHal yang harus diperhitungkan dalam hitungan koordinat :Sudut JurusanJarakKoordinat titik awal

  • Sistem KoordinatMengetahui koordinat titik awal (A)Xb = Xa + dAB.sin A-BYb = Ya + dAB.cos A-B

    Dalam I. U. T

    I. U. TKuadran IKuadran IIKuadran IIIKuadran IVCos+--+Sin++--Tan+-+-Cotan+-+-

  • Pengukuran Beda TinggiSipat DatarMenentukan beda tinggi berdasarkan garis bidik yang telah mendatar dari alat ukur sipat datar, dan garis bidik yang telah mendatar tersebut diarahkan ke rambu yang didirikan di suatu titik yang hendak ditentukan beda tingginya dengan titik lain yang juga didirikan rambu.

  • Pengukuran Beda TinggiMetoda Pengukuran Sipat DatarSipat Datar MemanjangSipat Datar ProfilSipat datar profil memanjangSipat datar profil melintangSipat datar luas (Spot Levelling)Sipat datar penyeberangan (Reciprocal Levelling)Sipat Datar Teliti (Precise Levelling)

  • Pengukuran Beda TinggiTrigonometrisPengukuran beda tinggi secara tidak langsung, sebab beda tinggi tidak langsung di dapatkan dari hasil pengukuran tetapi dari hasil hitungan.

    BarometrisPengukuran yang didasarkan pada penentuan/pengukuran tekanan udara pada lapisan-lapisan atmosfir.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Pengukuran Sudut VertikalTujuan :Menentukan besarnya sudut tegak yang terbentuk antara 2 titik terhadap arah mendatar atau arah vertikal.Menentukan jarak mendatar antara 2 titik (Jarak Optis)Menentukan jarak tegak antara 2 titik (Beda Tinggi = h)

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Sistem Dasar Pengukuran Sudut VertikalSudut yang dihitung terhadap arah mendatar pada skala lingkaran vertikal yang disebut Sudut Miring (helling = h)Artinya : Bila teropong dalam keadaan mendatar, bacaan sudut vertikal = 0o Untuk jenis theodolit yang menggunakan helling sebagai sudut vertikal h : Besarnya sudut miring dengan batasan -90o h 90h 0o bila target lebih tinggi dari pada teropong theodolith 0o bila lebih rendah dari pada teropong theodolit

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Sudut yang dihitung terhadap arah vertikal (tegak) pada skala lingkaran vertikal yang disebut Sudut Zenit (Z)Artinya : Bila teropong dalam keadaan mendatar, bacaan sudut vertikal = 90o Untuk jenis theodolit yang menggunakan zenit sebagai sudut vertikal Z : Besarnya sudut zenit dengan batasan 0o, Z, 180o dan 180o Z 360Z 90o atau 270o Z 270 bila target bidik lebih tinggi dari pada teropong theodolitHubungan antara sudut miring helling (h) dan sudut zenit (Z) adalah : h + Z = 90o

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Keterangan :A, B= Nama titik / patokDm= Jarak miringD= Jarak Datarh= Jarak vertikal / Beda tinggiZ= Sudut ZenitTi= Tinggi alatP= Jarak vertikal / Garis mendatar terhadap bacaan tengah benang

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Jarak MiringJarak miring dengan sudut Zenit :Dm = (Ba Bb) x 100.sin ZJarak miring dengan sudut helling :Dm = (Ba Bb) x 100.cos h

    Jarak DatarJarak datar dengan sudut Zenit :Dm = Dm x sin ZDm = (Ba Bb) x 100.sin2 Z

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Jarak datar dengan sudut helling :Dm = Dm x cos hDm = (Ba Bb) x 100.cos2 h

    Beda tinggi antara titik A dan titik B :h = (P + Ti) BtP = D x Ctg ZP = D x 1/tan Z

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Sipat Datar Memanjang

    Dilakukan apabila jarak antara dua buah titik yang akan ditentukan beda tingginya terlalu jauh.

    Jarak antara dua buah titik dibagi menjadi jarak-jarak yang lebih pendek.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Syarat pengukuran sipat datar memanjangBanyaknya slag tiap seksi harus genapSebelum dan sesudah pengukuran harus dilakukan pemeriksaan garis bidikPengukuran beda tinggi dilakukan pergi-pulangMasing-masing pengukuran tiap slag dilakukan double standPengukuran satu seksi harus selesai dalam satu hari

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Diusahakan tiap seksi memenuhi syarat jumlah jarak belakang sama dengan jumlah jarak mukaPembacaan selalu dilakukan ke rambu belakang baru ke rambu mukaSetiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang, dan sebaliknya untuk slag berikutnyaSelisih stand I dan stan II tidak boleh lebih dari 2 mm

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Jarak antara rambu denganalat ukur dihitung secara optis, yaitu :Jarak belakang : Db = (Ba blk Bb blk)Jarak muka Dm = (Ba mk Bb mk)Rambu harus diletakkan tegak lurud di atas titik/pilar atau tatakan rambuBeda Tinggi dihitung dengan rumush = Bt blk Bt mk

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Sipat Datar ProfilSipat Datar Profil MemanjangTeknik Pengukuran :Pengukuran beda tinggi dilakukan pada setiap tempat yang mengalami perbedaan relief ketinggian dan pada titik/pilar tetap.Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur/rantai ukur, setiap panjang 50 meter diberi tanda untuk keperluan profil melintang.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Sipat Datar Profil MelintangTeknik Pengukuran :Pengukuran profil melintang dilakukan setiap jarak 50 m dan pada setiap titik/pilar yang dilewati.Pengukuran profil melintang berjarak 25 m ke sebelah kiri dan kanan sumbu profil memanjang, dimana pada setiap 5 m diukur ketinggiannya.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)Sipat Datar Profil MelintangTeknik Pengukuran :Pada titik/pilar tetap yang membentuk sudut, profil melintangnya dibuat dalam arah membagi sudut sama besar.Bila jarak antara titik/pilar tetap kurang dari 50 m, maka pada sisi tersebut ujung dan pangkalnya dibuat profil melintangnya.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH) Pengukuran PoligonPengertian : Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon (gone) : titik.

    Poligon digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik-titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X & Y.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Jenis PoligonPoligon TertutupPoligon Terbuka Terikat SempurnaPoligon Terbuka Tidak Terikat SempurnaPoligon Terbuka Tidak TerikatPoligon Dengan 2 atau Lebih Titik Referensi

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Satuan Yang DigunakanSatuan jarak yang di pakai adalah meter, dimana 1m = 100cm = 1000mm.Satuan sudut adalah derajat, dimana 1derajat sama dengan 60 menit atau 3600 detik, dan 1 putaran penuh memiliki besaran 360 derajat.Contoh : 1265030 di baca : 126 derajat, 50 menit, 30 detik

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Metode Pengukuran JarakJarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang dapat dihasilkan dari berbagai cara diantaranya :Dari pengamatan sebuah pita ukur.Dari pengamatan rambu ukur dengan theodolite.Dari penghitungan data jarak miring dan besaran sudut vertikal.Dari hasil penghitungan instant oleh Total Station.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Contoh Soal 1: Dari gambar di samping :ba= 04.50 dm bt= 04.25 dm bb= 04.00 dm V= 300020

    (V adalah hasil pengurangan dari 90-bacaan vertikal, karena pada keadaan datar bacaan vertikal pada angka 90)

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Jawaban :d (slope distance) dapat dihitung : d = 100*(ba-bb) *catatan (ba-bt=bt-bb) d = 100*(4.50-04.00) d = 100*0.50 d = 50 dm d = 5mMenghitung jarak datar :hd = d*cosV hd = 5*cos300020 hd = 4.33 m

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Pengukuran Sudut HorizontalDalam pengukuran poligon, sudut yang digunakan adalah sudut yang mempunyai putaran searah jarum jam, jika anda membuat sudut 90 berlawanan arah jarum jam maka sudut yang dihasilkan adalah 270 (sesuai dengan arah jarum jam).

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Cara pengukuran sudut dilakukan seperti gambar di bawah ini :

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Pertama bidik target 1, Set 0 pada bacaan horizontalnya.Setelah itu bidik target 2 Catat bacaan horisontalnya.Sudut yang dibentuk dari gambar di atas adalah hasil pengurangan dari bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1.Jika pada bacaan target 2 sebesar 2700030 maka sudut yang di hasilkan adalah 2700030 - 000000 = 2700030

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)(dikarenakan bacaan target 1 diset nol derajat) Ulangi sampai 2 atau 3 kali dengan set bacaan horizontal yang berbeda di target 1, (contoh : 30, 90).

    Pengulangan ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan dan mengindari human error atau salah pencatatan.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Selain itu gunakan bacaan luar biasa dan biasa, (satu sesi atau satu seri).Sudut biasaBidik target 1.Set nol pada bacaan horisontalnya, jangan lupa dicatat!Bidik target 2 dan catat bacaannya.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Selain itu gunakan bacaan luar biasa dan biasa, (satu sesi atau satu seri).Sudut luar biasaPutar 180 derajat baik vertikal ataupun secara harisontal.Kembali bidik target 2, tanpa mengubah hasil bacaan horisontalnya.Catat hasil bacaan di target 2, Hasil bacaan di target 2 seharusnya memiliki selisih kurang lebih 180 derajat dengan bacaan target 2 saat pengukuran sudut biasa.Setelah itu kembali bidik ke target 1, catat hasil bacaannya.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Contoh pencatatan hasil pengukuran beserta penghitungan perataannya.

  • Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (KDH)Pada kolom Rata rata Sudut Horisontal merupakan hasil pengurangan bacaan target 2 dikurangi bacaan target 1, sedangkan pada baris paling bawah sendiri di kolom yang sama adalah perataan sudut horizontal.Pada rata rata jarak datar adalah perataan jarak hasil pengukuran. Jadi setiap kali kita mendirikan alat data yang kita dapat adalah 2 jarak antara alat dan kedua target serta satu sudut yang membentuk di tempat berdiri alat dengan kedua target.