Top Banner
ISSN : 2355-9284 Jurnal Desain Interior Vol.1 No.1 Hal. 01-63 Juni 2014 ISSN : 2355-9284
71

ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

May 04, 2019

Download

Documents

truongdang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

ISSN : 2355-9284

Jurnal Desain Interior Vol.1 No.1 Hal. 01-63 Juni 2014 ISSN : 2355-9284

Page 2: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

i

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Desain Interior “Sekolah Tinggi Desain Bali” Volume 1 Nomor 1 Juni 2014 merupakan

edisi pertama yang bertemakan “Interior dalam Dunia Pendidikan”. Edisi ini diawali dengan

artikel yang berjudul tentang Kajian Interior Elemen Pembentuk dan Pelengkap Pembentuk

Ruang oleh Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T. Artikel kedua dengan judul Variasi Desain

Interior Coffee Shop di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung oleh Freddy Hendrawan, ST, MT.

Artikel ketiga dari I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI dengan judul Penerapan Elemen-Elemen

Interior Gaya Jepang pada Restoran Ryosi Ubud. Artikel keempat yaitu Signifikansi Pencahayaan

Buatan pada Perancangan Interior Galeri oleh I Wayan Juliatmika, S.T., M.T. Artikel berikutnya

oleh Bambang S. Yudhistira yang berjudul Presentasi Visual dalam Proses Desain Interior. Dan

artikel terakhir adalah Lokal Genius pada Interior Etnik Bali Masa Kini oleh Ni Nyoman Sri

Rahayu, ST, MT.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Desain Bali atas motivasi dan

masukannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi

Desain Bali atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran selanjutnya sangat

kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca

yang budiman, kami ucapkan terimakasih.

Redaksi :

Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali

Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459

Website: http://www. std-bali.ac.id

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 3: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

ii

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak.

Kadek Sudrajat, S.Kom

Penasehat :

Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA, Dipl.LMP

Ketua Dewan Redaksi :

Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T.

Mitra Bestari :

Martin Morrell (Morrell Architects, Newcastle, Nsw, Australia)

I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI

I Wayan Juliatmika, ST, MT

Dewan Editor :

Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T.

Freddy Hendrawan, ST, MT

Redaktur Pelaksana :

Inten Pertiwi, S.I.P

Indah Puspita Sari, S.Ds

Desain Cover :

Aditya Wahyu Ramadhan

Alamat Redaksi : Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali

Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459

Website: http://www. std-bali.ac.id

Jurnal ini diterbitkan sebagai media publikasi bagi karya-karya tulis dosen-dosen dan civitas akademika pada Program Studi

Desain Interior STD Bali. Selain itu juga sebagai wahana informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni,

desain interior dan arsitektur. Karya yang disajikan berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review

buku maupun tulisan ilmiah terkait dalam lingkup desain interior. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan

frekuensi terbit secara berkala 1 (satu) kali setahun yaitu Juni. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan

Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 4: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

iii

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH : 1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah popular (aplikasi,

ulasan, opini) dan diskusi.

2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4, spasi

Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.

3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5 halaman.

4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New Roman

16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas (nama penulis

naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).

5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulis dan

alamat email dibawah nama.

6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar kata kunci

(keyword) diletakkan setelah abstrak.

7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1 spasi.

Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.

8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Roman 12 pt

9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dan tabel

tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).

10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas dengan huruf

kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan untuk nomor dan

judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan foto yang bersangkutan.

11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatan kaki yang

berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip). Rumus-rumus

hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan. Ukuran huruf dalam

rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).

12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasi

diletakkan sebelum daftar pustaka.

13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannya

harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota: penerbit. Judul dicetak

miring.

KETERANGAN UMUM :

1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan naskah

bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.

2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.

3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria

yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis

naskah untuk ditanggapi.

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 5: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

iv

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 1 NOMOR 1 JUNI 2014

DAFTAR ISI

COVER

PENGANTAR REDAKSI

i

TIM DEWAN REDAKSI

ii

PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH

iii

DAFTAR ISI iv

KUMPULAN JURNAL

KAJIAN INTERIOR ELEMEN PEMBENTUK DAN PELENGKAP

PEMBENTUK RUANG

Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, ST, MT

1

VARIASI DESAIN INTERIOR COFFEE SHOP DI KOTA DENPASAR

DAN KABUPATEN BADUNG

Freddy Hendrawan, ST, MT

18

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN INTERIOR GAYA JEPANG PADA

RESTORAN RYOSI UBUD

I Kadek Pranajaya, ST, MT, IAI

28

SIGNIFIKANSI PENCAHAYAAN BUATAN PADA PERANCANGAN

INTERIOR GALERI

I Wayan Juliatmika, ST, MT

38

PRESENTASI VISUAL DALAM PROSES DESAIN INTERIOR

Bambang S. Yudhistira

47

LOKAL GENIUS PADA INTERIOR ETNIK BALI MASA KINI

Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT

55

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 6: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

1

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

KAJIAN INTERIOR ELEMEN PEMBENTUK DAN

PELENGKAP PEMBENTUK RUANG

Oleh:

Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, ST, MT

Ketua Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

Abstrak

Ruang merupakan bagian pokok yang menjadi objek dalam perancangan interior. Hal ini

dikarenakan segala sesuatu yang berada di dalam sebuah ruang memerlukan suatu rancangan

interior yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam suatu

perancangan interior yaitu perancangan elemen pembentuk ruang yaitu lantai, dinding dan

plafon serta pelengkap pembentuk ruang yaitu pintu, jendela dan ventilasi. Maka dari itu

sebelum merancang elemen-elemen tersebut, diperlukan suatu kajian yang menjelaskan apa

saja bagian-bagian yang perlu dirancang dan diperhatikan. Kajian tersebut berisi mengenai

penjelasan masing-masing elemen tersebut yang terdiri dari bahan/material, jenis-jenis, kesan

atau suasana yang ditimbulkan serta contoh-contoh visual desainnya. Kajian mengenai elemen

pembentuk dan pelengkap pembentuk ruang ini bertujuan menambah pengetahuan didalam

merancang bagian-bagian suatu interior bangunan sehingga dapat menghasilkan suatu desain

yang bermanfaat dan memiliki nilai estetika.

Kata kunci : elemen pembentuk ruang, elemen pelengkap pembentuk ruang, kajian interior.

Abstract

Space is the main part of the object in interior design. It’s because the entire thing inside the

space need an interior design according the needs. One thing that needs to be concern in

interior design is the element design of forming space (floor, wall and ceiling) and the

complementary elements of space (door, window and ventilation). Therefore, before designing

those elements, we need an analysis which are explains what is the part that need to be

designed and concerned. The analysis will explain about each element which is including the

materials, the types, the produce of impressions and environments also the example of the

visual design. The analysis about the forming and complementary space elements will

increase the design knowledge parts of a building interior, in order to creates an useful

design and have aesthetic values.

Keywords : the elements of forming space, the complementary elements of forming space,

interior analysis.

Page 7: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

2

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

1. PENDAHULUAN

Ruang merupakan wadah yang berperan

utama dalam proses perancangan interior.

Sedangkan unsur-unsur pembentuknya

yang merupakan bagian dari perancangan

interior adalah elemen pembentuk interior

yang terdiri dari lantai, dinding dan plafon

serta elemen pelengkap pembentuk

interiornya terdiri dari pintu, jendela dan

ventilasi. Didalam merancang elemen-

elemen tersebut yang harus diperhatikan

yaitu jenis-jenisnya, material, kesesuaian

dengan tema dan konsep, kebutuhan civitas

dan aktivitas.

Seiring dengan perkembangan jaman,

terjadi perubahan dalam segala bidang

khususnya yang berhubungan dengan

elemen-elemen perancangan interior. Selain

itu umumnya para desainer belum

memahami secara keseluruhan apa yang

akan dirancang. Sehingga diperlukan suatu

kajian yang membahas segala sesuatu yang

akan dirancang khususnya yang

berhubungan dengan elemen-elemen dasar

yang membentuk suatu ruang.

Maka dalam pembahasan ini akan dibahas

mengenai elemen pembentuk dan

pelengkap pembentuk interior seperti

fungsi/manfaatnya, jenis-jenisnya,

karakteristik, material dan sebagainya.

2. TUJUAN DAN METODE

PENGUMPULAN DATA

2.1 Tujuan

Tujuan pembuatan artikel ilmiah ini untuk

mengetahui unsur-unsur dan penjelasan

mengenai elemen pembentuk dan

pelengkap pembentuk ruang.

2.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan melalui studi

kepustakaan baik dari buku maupun internet.

3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK

INTERIOR RUANG

3.1 Elemen Pembentuk Ruang

Elemen pembentuk ruang adalah unsur-

unsur yang terdiri dari struktur wadah suatu

ruang sehingga menjadi satu kesatuan

dalam suatu bangunan. Adapun elemen

pembentuk ruang terdiri dari 3 yaitu :

3.1.1 Lantai

Lantai adalah bagian dari ruang interior

yang merupakan unsur bagian dasar suatu

ruang serta penutup ruang bagian bawah

yang berfungsi menjadi pemikul beban atau

benda yang berada diatasnya baik benda

mati seperti furniture, aksesoris, maupun

benda hidup berupa aktivitas manusia (Y.B.

Mangun Wijaya, 1980 ; 329). Dalam

pemilihan jenis pelapis lantai ditinjau dari

macam atau jenis kegiatannya, dan pada

umumnya dikenal beberapa klasifikasi

yaitu:

a. Untuk lantai keras sifat pemakaian lebih

baik dan banyak menguntungkan, karena

pembersihan yang mudah.

b. Sedangkan lantai yang jenisnya medium

lebih bersifat hati-hati.

Syarat-syarat bentuk lantai antara lain:

1. Kuat, lantai harus dapat menahan beban,

2. Mudah dibersihkan

Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup

ruang bagian bawah serta lainnya adalah

untuk mendukung beban-beban yang ada di

dalam ruang (D. K. Ching, 1999). Selain itu

Fungsi lantai juga sebagai unsur dekorasi

dan sebagai penyerap / peredam suara (The

Encyclopedia Americana, 1990 : 263 dalam

Edy Dharma, 2012).

Dalam rangka pemanfaatan lantai sebagai

penutup bagian dasar suatu ruang maka

antara ruang luar dan dalam dibedakan jenis

bahannya. Ruang luar pada umumnya

(exsterior) digunakan lantai yang bertexstur

kasar supaya tidak licin apabila terkena air.

Sedangkan untuk ruang dalam (interior)

digunakan bahan lantai yang mempunyai

warna, pola, dan dimensi serta texstur yang

halus. Macam-macam material penutup

lantai yaitu :

a. Lantai Tegel

Lantai tegel merupakan lantai yang terbuat

dari campuran semen dan pasir dengan

kombinasi warna yang beragam seperti abu-

abu, merah, biru, kuning dan lain

sebagainya serta pada umumnya memiliki

Page 8: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

3

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

ukuran (panjang x lebar) 30 cm x 30 cm

atau 40 cm x 40 cm. Ciri khas lantai ini

mengikuti iklim Indonesia dan memberikan

kesan sejuk terhadap ruangan. Kelebihan

lantai tegel dibandingkan dengan lantai

yang lainya adalah harganya yang lumayan

murah dan pemasangan yang mudah.

Namun lantai tegel juga mempunyai

kekurangan yaitu jika terkena asam (cuka)

akan membekas/bernoda yang sulit untuk di

bersihkan.

Gambar 1. Contoh Lantai Tegel

Sumber:

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,

diakses tanggal 27 Juni 2014

b. Lantai Teraso

Lantai teraso merupakan lantai yang terbuat

dari semen dan pasir yang pada bagian

atasnya dilapisi bahan keras dengan

beberapa beberapa kombinasi campuran

antara kulit kerang laut dan pecahan

marmer, sehingga tampak berbagai corak

dan texstur sesuai bahan yang digunakan.

Gambar 2. Contoh Lantai Teraso

Sumber:

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,

diakses tanggal 27 Juni 2014

Pada umumnya ukuran lantai jenis ini yang

dijual dipasaran yaitu ukuran (panjang x

lebar) 20 cm x 20 cm atau 30 cm x 30 cm

dan berwarna putih. Untuk sifat lantai tegel

ini hamper mirip dengan lantai tegel namun

kekurangannya lebih mudah berlumut jika

sering terkena air sehingga untuk

menanggulangi dilakukan pemolesan ulang.

c. Lantai Keramik

Lantai keramik merupakan lantai sifatnya

sesuai dengan iklim Indonesia dan memiliki

warna, corak dan ukuran lantai yang

beraneka ragam. Dari segi perawatan lantai

keramik relative murah karena jika terkena

cairan atau kotoran, cairan atau kotoran

tidak akan membekas.

Untuk pemilihan jenis tekstur, dibedakan

menjadi dua yaitu untuk ruang yang terkena

air secara langsung, menggunakan keramik

yang bertexstur kasar agar tidak licin.

Sedangkan untuk ruangan yang lain seperti

ruangan tamu, ruang tidur, dan ruang

keluarga yang jarang terkena air secara

langsung menggunakan lantai bertekstur

halus.

Gambar 3. Contoh Lantai Keramik

Sumber: http://www.imagebali.net/detail-

artikel/913-mengenal-jenis-jenis-keramik.php,

diakses tanggal 27 Juni 2014

d. Lantai Marmer

Lantai Marmer terbuat dari batu marmer

yang terbentuk dari proses alam yang

memakan waktu lama yang ukuran awalnya

berupa bongkahan yang kemudian dipotong

dan diolah dipabrik dengan membutuhkan

waktu yang lama juga. Jenis marmer yang

terdapat dipasaran ada dua yaitu lokal

seperti berasal dari Lampung, Tulungagung

dan Makasar serta impor seperti berasal dari

Italia, Australia dan Amerika.

Dari segi warna, motif dan ukuran

bervariasi karena ditentukan sesuai dengan

pesanan. Keunggulan lantai marmer yaitu

memiliki tampilan yang mewah,

menyejukkan suhu ruangan, tahan api dan

memiliki struktur kuat sebagai penahan

Page 9: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

4

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

beban yang berat dibandingkan jenis lantai

yang lain. Namun lantai marmer juga

memiliki kekurangan yaitu :

1. Perawatannya susah dan harga yang

relative mahal

2. Sulit menghilangkan noda dari cairan

yang berwarna seperti kopi, teh, tinta,

dan lainnya.

3. Marmer jika terkena cahaya matahari

secara terus-menerus akan berlumut dan

mengalami perubahan warna.

Dari kelemahan tersebut maka marmer pada

umumnya lebih cocok digunakan untuk

interior seperti ruang tamu, kamar tidur,

ruang keluarga, dan lain-lain.

Gambar 4. Contoh Lantai Marmer

Sumber: http://architectaria.com/memilih-

lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah-

anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

e. Lantai Granit

Lantai Granit berasal dari Italia, Australia

dan Amerika dan merupakan jenis batuan

yang terbentuk dalam waktu ratusan tahun

dan tidak dapat diperbaharui sehingga

harganya lebih mahal dari batu marmer.

Gambar 5. Contoh Lantai Granit

Sumber: http://architectaria.com/memilih-

lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah-

anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

Sifat dari lantai granit sama seperti marmer

yaitu tahan api dan memiliki struktur kuat

sebagai penahan beban yang berat dan jika

terkena cairan berwarna akan meresap dan

tidak mudah hilang namun perawatannya

lebih mudah. Motif dan warna serta ukuran

yang terdapat dipasaran pada umumnya

sesuai dengan desain yang telah

direncanakan.

f. Lantai Kayu (Parquet)

Lantai kayu atau parquet berasal dari kata

parquetry yang berarti seni memasang atau

menata bilah-bilah kayu tipis dengan pola

geometris pada sebidang lantai

(Chaerunnisa, 2008). Lantai kayu alami ini

dibagi menjadi dua jenis yaitu lantai yang

tidak memerlukan pengolahan dan

pemasangan secara khusus, biasanya

berbentuk balok atau papan dan lantai kayu

alami yang diolah dahulu untuk dapat

menimbulkan kesan estetika, misalnya parket.

Jenis parket ada 2 yaitu parket yang terbuat

dari kayu solid dan parket yang terbuat dari

kayu asli dengan teknologi layer (engineer

parquet) untuk mencapai tingkat kestabilan

yang sempurna.

Gambar 6. Contoh Lantai Kayu/ Parket

Sumber: http://architectaria.com/memilih-

lapisan-penutup-lantai-yang-tepat-untuk-rumah-

anda.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

Kekurangan dari lantai kayu yaitu :

1. Mudah terbakar dan tergores

2. Mudah menyusut dan memuai terhadap

cuaca

3. Memerlukan persiapan dan perawatan

khusus agar tidak terserang rayap atau

hama kayu, dengan cara diberi obat anti

rayap atau hama kayu

4. Plesteran dasar sebelum dipasang lantai

kayu juga harus kedap air sehingga lantai

Page 10: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

5

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

kayu tidak lembab atau basah sehingga

bisa menyebabkan kebusukan lantai.

g. Lantai Vinyl

Lantai vinyl merupakan lantai yang terbuat

dari bahan dasar PVC (bahan untuk

plastik). Lantai vinyl terdiri dari dua jenis

yaitu vinyl tile (kotak/persegi) dan vinyl

sheet (bentuk gulungan/rol). Karakter dari

lantai vinyl ini yaitu ringan, elastis (lentur),

mudah menyerap suara, tahan guncangan

dan gerakan, tahan terhadap cuaca, mudah

untuk perawatannya, tahan rayap dan jamur

serta mudah untuk direnovasi ulang.

Gambar 7. Contoh Lantai Vinyl

Sumber: http://desainrumahkeren.com/dekorasi-

rumah/cara-pemasangan-lantai-vinyl-untuk-

ruang-interior-rumah-minimalis.html, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Lantai vinyl memiliki berbagai macam jenis

dan spesifikasi kegunaan antara lain :

a. Anti microbakterial, yaitu mempunyai

ketahanan dan tidak mudah

terkontaminasi oleh bakteri maupun

jamur sehingga selalu higienis dan

biasanya digunakan di rumah sakit.

b. Anti static, yaitu tahan terhadap

goncangan dan pergeseran ringan dan

tidak mudah rusak oleh hal tersebut.

c. Anti chemical, yaitu mempunyai

ketahanan pada berbagai macam

chemical dan tidak mudah rusak apabila

ketumpahan chemical. Jenis ini biasa

digunakan dilaboratorium dan pabrik

chemical.

d. Moving load resistant, yaitu mempunyai

ketahanan pada beban berat yang

bergerak seperti lintasan forklift trolley

dan juga mempunyai heavy resistance

dan biasa digunakan di pabrik dan

gudang

e. Anti slip, lantai Yaitu mempunyai daya

resistance yang tinggi dan mempunyai

permukaan yang tidak licin sehingga

tidak menimbulkan slip atau terpeleset

biasa digunakan pada jalan yang miring

atau tangga datar (untuk kaum difable)

h. Lantai Karpet

Lantai karpet merupakan lantai yang terbuat

dari bahan seperti wol, wol sintetis, bulu

sisntetis, katun dan anyaman rami serta

cocok digunakan di daerah subtropis atau

dalam kondisi ruangan yang dingin (AC).

Lantai ini dapat dibagi dua yaitu :

a. Karpet satuan yang dipakai sebagai

aksen pemanis ruangan (tidak

permanen). Motif, warna, dan ukurannya

bermacam-macam serta bentuknya

terdiri dari kotak, persegi dan lingkaran.

b. Karpet yang secara permanen ditempel

pada lantai seluruh ruangan. Bentuk dan

ukurannya disesuaikan dengan kondisi

ruangan.

Lantai karpet memiliki kekurangan yaitu

dalam hal perawatannya lebih susah dari

jenis lantai lainnya seperti susah

dibersihkan jika terkena noda dan cairan,

pembersihannya menggunakan penyedot

debu atau dibawa ke dry cleaning.

Gambar 8. Contoh Lantai Karpet

Sumber:

http://blog.propertykita.com/interior/lantai-

cantik-dengan-hamparan-karpet-indah/, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Page 11: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

6

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Beberapa bahan yang dipakai akan untuk

finishing lantai akan berpengaruh terhadap pembentukan suasana ruang,

antara lain ( J. Pamudji Suptandar, 1991):

a. Lantai :

- Bahan penutup lantai yang memberi

suasana hangat, misanya: karpet, parket,

jalur kayu, serat kayu, dan sebagainya.

- Bahan penutup lantai yang memberi

suasana dingin/sejuk. misalnya: marmer batuan alami lantai keramik. dan

sebagainya.

- Bahan marmer, mempunyai karakteristik

permanen dan kaku. Penggunaan bahan marmer sebagai penutup lantai

memberikan suasana yang indah dan sejuk

(nyaman)

-Bahan keramik tile. mempunyai

karakteristik indah, sejuk, dan luas.

- Bahan kayu, mempunyai karakteristik

alamiah, kedap suara, tahan lama, dan

penghantar hangat yang baik. Suasana yang

tercipta adalah suasana hangat, alami, dan

indah.

3.1.2 Dinding

Dinding merupakan salah satu elemen

bangunan yang membatasi satu ruang

dengan ruang lainnya dan memiliki

beberapa fungsi yaitu :

1. Pembatas ruang luar dengan ruang dalam

2. Penahan cahaya, angin, hujan, debu,

suara, dan lain-lain yang bersumber dari

alam

3. Pembatas antar ruang di dalam rumah

4. Pemisah ruang yang bersifat pribadi dan

ruang yang bersifat umum

5. Sebagai fungsi artistik tertentu.

Fungsi dinding lainnya yaitu sebagai

peredam suara serta pelindung bagian

dalam bangunan dari cuaca dan sebagainya.

Berdasarkan fungsinya, dinding terbagi

menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Dinding Struktur ( bearing wall )

Dinding jenis ini merupakan dinding yang

mendukung sruktur diatasnya, misalnya

sebagai pendukung atau tumpuan atap atau

sebagai penumpu lantai ( pada bangunan

bertingkat ). Secara konstruksi ada tiga

macam dinding, yaitu:

a) Dinding pemikul, ialah suatu dinding

dimana dinding tersebut menerima beban

atap atau beban lantai, maka dinding ini

berfungsi sebagai struktur pokok.

b) Dinding penahan, ialah suatu dinding

yang menahan gaya-gaya horizontal.

Biasanya dibuat untuk menjaga

kemungkinan dari pengaruh air, dingin,

tanah. Dinding ini umumnya digunakan di

area yang tanahnya berkontur dan

dibutuhkan struktur tambahan untuk

menahan tekanan/ pergerakan tanahnya, air

atau batu.

c) Dinding pengisi, ialah suatu dinding

yang fungsinya mengisi bagian-bagian di

antara struktur pokok.

2. Dinding non struktur (non bearing wall)

Pada bangunan yang menggunakan sistem

non struktur kebebasan peletakan dinding

dan permukaan pada dinding dapat diatur

menurut kehendak perencana, karena

tumpuan atap terletak pada kolom-kolom

pendukung. Dinding non bearing wall

terdiri dari: pasangan batu bata, pasangan

batako, multipleks, asbes, plat alumunium,

dan lain sebagainya. Beberapa dinding jenis

ini, diantaranya :

a. Dinding pembatas (Party walls), adalah

dinding pemisah/pembatas antara dua

bangunan yang bersandar pada masing-

masing bangunan. Selain untuk

menandakan batas lahan atau batas area luar

dan dalam hunian, dinding pembatas juga

berfungsi sebagai dinding privasi.

b. Fire walls, adalah dinding yang

digunakan sebagai pelindung dari pancaran

kobaran api.

c. Certain or Panels walls, adalah dinding

yang digunakan sebagai pengisi pada suatu

konstruksi rangka baja atau beton.

d. Dinding tirai atau curtain wall, yaitu

dinding yang digunakan pada bangunan

tinggi sebagai pelindung dari cuaca. Kaca

digunakan sebagai material non-struktur

yang ringan, sehingga bangunan tak harus

menanggung beban berat.

e. Dinding Partisi (Partition walls), adalah

dinding yang digunakan sebagai

pemisah/pembagi dan pembentuk ruang

Page 12: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

7

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

yang lebih kecil didalam ruang yang besar,

dibedakan menjadi :

1) Partisi permanen, yaitu sistem partisi

yang dibuat untuk membagi ruang seperti

halnya dinding struktural, tetapi tidak

membutuhkan pondasi karena hanya

menahan beratnya sendiri.

2) Partisi semi permanen, yaitu sistem

partisi buatan pabrik yang mudah dibongkar

sesuai layout. Partisi ini biasa disebut

portable walls, yaitu pemisah ruang yang

digunakan di ruang yang luas dan

membaginya menjadi beberapa ruang yang

lebih kecil seperti contoh : bangunan

sekolah, gereja, convention centres, hotel

dan lain-lain.

3) Partisi moveable, yaitu partisi yang

dipakai pada hal-hal dimana suatu ruang

dibuka untuk mendapatkan bentuk ruang

satu lantai yang lebih luas/partisi yang

dapat digerakkan atau dipindahkan sesuai

kebutuhan.

Gambar 9. Contoh Partisi Moveable

Sumber: http://www.bintanghome.com/rubrik-

utama/tematik/1485-macam-macam-

dinding.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

Warna dinding berpengaruh pada kesan

ruang yaitu warna-warna yang mengkilat

lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya

warna buram kurang memantulkan sinar.

Warna-warna yang terang memberikan

kesan ringan dan luas pada suatu ruang,

sedangkan warna gelap memberikan kesan

berat dan sempit (Suptandar, 1982: 46).

Selain warna, dinding juga merupakan

bidang yang dapat dihias seperti (Pamuji

Suptandar 1985: 30):

1. Membuat motif-motif dekorasi dengan

digambar, dicat, dicetak, diaplikasikan

dan dilukis secara langsung didinding.

2. Dinding ditutup atau dilapisi dengan

bahan yang ornamentik atau dengan

memasang hiasan-hiasan yang ditempel

pada dinding.

Material penutup dinding (finishing) terdiri

dari beberapa jenis yaitu :

a. Cat

Finishing yang paling umum dilakukan

adalah mengecat dinding menjadi berwarna

dan memiliki sifat fungsional, seperti untuk

memberi suasana tertentu pada interior,

membuat rumah terlihat luas, lebih tinggi,

lebih cerah dan lain-lain. Terdapat beberapa

metode mengecat dinding, seperti metode

mentutulkan kuas atau spons, serta

melakukan gerakan khusus pada kuas

ketika mengecat, sehingga menghasilkan

motif tertentu.

Gambar 10. Contoh Finishing Cat

Sumber:

http://www.drogpatravel.biz/2013/06/kombinasi-

warna-cat-rumah-minimalis.html, diakses

tanggal 27 Juni 2014

b. Wallpaper

Wallpaper terbagi menjadi beberapa jenis

tergantung pada bahan pembuatnya seperti

kertas, vinil, non woven, aluminium foil

dan natural weaves. Selain itu variasi lain

dari wallpaper, pada warna dan motifnya.

Wallpaper dapat diaplikasikan ke seluruh

permukaan dinding, maupun pada bagian

tertentu saja, misalnya memberi aksen

border. Wallpaper motif seperti contoh :

daun, bunga, garis, abstrak dan lainnya.

Kesan yang ditimbulkan oleh wallpaper

seperti kesan modern, kreatif, elegan dan

lainnya.

Page 13: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

8

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Gambar 11. Contoh Finishing Cat

Sumber:

http://contohrumahminimalis.com/motif-

wallpaper-rumah-minimalis/, diakses tanggal 27

Juni 2014

c. Panel

Terdapat banyak variasi panel dekorasi

dinding, baik yang sudah jadi, tinggal

dipasang, maupun yang harus dikreasikan.

Umumnya panel dekoratif terbuat dari

material kayu dan gypsum. Di permukaan

panel dapat dikreasikan dengan memberi

lapisan wallpaper, berguna untuk menutupi

cacat pada dinding yang diakibatkan retak

rambut atau lembab. Jenis panel lainnya

yaitu carving panel yang dapat

diaplikasikan di semua bagian interior,

seperti menjadi partisi, dekorasi dinding,

panel pada furnitur dan lain-lain.

Gambar 12. Contoh Penerapan Panel pada

Dinding

Sumber:

http://www.bintanghome.com/dari-

ahli/konsultasi-interior/312-wall-panel-klasik-

modern.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

Keunikkan carving panel dibanding partisi

lainnya, terletak pada ukiran (carving) yang

tembus. Hasil carvingnya dapat

dimanfaatkan sebagai ventilasi atau lubang

pencahayaan dan penghawaan. Carving

merupakan salah satu cara membuat panel

tampil beda dengan menggunakan tampilan

3 dimensi.

d. Lubang, Ceruk dan Relief pada Dinding

Selain memfinishing dinding rata dan polos,

dapat juga mengolah dinding tersebut

menjadi “tidak rata”. Seperti membuat

lubang yang bisa berfungsi sebagai tempat

“mengintip”, mendapatkan cahaya dari

ruang di sebelahnya yang lebih terang, serta

memberi efek luas pada ruangan tersebut.

Selain itu juga dinding dapat dibuat tidak

rata dengan pembuatan ceruk yang

difungsikan sebagai rak untuk

menempatkan pernak-pernik pajangan dan

art work yang memperindah ruang.

Sedangkan pembuatan relief pada dinding

dapat dilakukan dengan semen atau gypsum

dan dibentuk sesuai kreasi.

Gambar 13. Contoh Relief pada Dinding

Sumber:

http://mgr.ideaonline.co.id/iDEA2013/Interior/Re

novasi-Interior/Cantik-dengan-Relief-Paras-

Yogya, diakses tanggal 27 Juni 2014

Beberapa bahan yang dipakai akan untuk

finishing dinding akan berpengaruh

terhadap pembentukan suasana ruang,

antara lain ( J. Pamudji Suptandar, 1991):

Batu : Bermacam-macam batu alam (batu

kali. batu bata, batako dan sebagainya) .

Memberi kesan dan suasana relief mirip

dengan dinding goa sehingga terasa adanya

pendekatan dengan alam indah hangat dan

merupakan sebuah usaha untuk

menciptakan suasana dan unsur yang

berlainan.

- Cat : Penggunaan bahan cat sebagai

penutup dinding memberi suasana yang

bersih, luas, dan rapi. Disamping itu juga

tergantung warna yang digunakan.

-Fiberglass:Penggunaan bahan fiberglass

pada ruangmemberikan suasana ruang yang

luas, bersih, modern, dan rapi.

Page 14: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

9

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

- Gelas : Cermin, kaca (kaca bening,

rayben, kaca es) memberikan suasana indah

dan modern, memperluas kesan ruang dan

terang

3.1.3 Plafon (Langit-langit)

Plafon dapat diartikan sebagai pembatas

antara ruang atas (atap) dengan ruangan

bawah (Fred Lawson, 1994 : 126). Fungsi

utama dari plafon dalam suatu disain yaitu

sebagai penutup ruang bagian atas. Selain

itu juga berfungsi untuk pengaturan udara

atau ventilasi panas (Erns Neufert, 1989 :

93). Fungsi pendukung lainnya yaitu untuk

menjaga kondisi suhu di dalam ruangan

akibat sinar matahari yang menyinari atap

bangunan, menyembunyikan peralatan

engineering (seperti: kabel instalasi listrik,

telfon, pipa hawa), terminal equipment

serta struktur atap sehingga interior ruangan

tampak lebih indah dan untuk melindungi

ruangan-ruangan didalam rumah dari

rembesan air yang masuk dari atas atap,

menetralkan bunyi atau suara yang bising

pada atap pada saat hujan, serta sebagai

pemberi kesan estetika khususnya pada

interior ruangan.

Ketinggian plafon mempunyai pengaruh

besar terhadap skala ruang yaitu jika tinggi

cenderung menjadikan ruang terasa terbuka,

segar dan luas, memberi suasana

agung atau resmi, khususnya jika rupa dan

bentuknya beraturan. Sedangkan plafon

yang rendah, sebaliknya, mempertegas

kualitas ruangnya dan cenderung

menciptakan suasana intim dan ramah

(Ching, 1996 : 193).

Kualitas plafond rumah dipengaruhi oleh

bahan atau material plafond yang dipakai,

dimana setiap bahan atau material plafond

tentunya mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda. Beberapa contoh bahan

plafon yaitu :

1. Tripleks

Plafon dengan bahan tripleks merupakan

jenis penutup plafond yang sering dipakai.

Ukuran tripleks dipasaran adalah 122 cm x

244 cm dengan ketebalan 3 mm, 4 mm dan

6 mm. Pemasangan plafond ini dapat

dipasang lembaran tanpa dipotong-potong

maupun dapat dibagi menjadi empat bagian

supaya lebih mudah dalam penataan dan

pemasangannya.

Keunggulan jenis plafond tripleks proses

pengerjaannya lebih mudah, harga yang

relatif murah dan bahan yang ringan

memudahkan pengguna dalam perbaikan

apabila terjadi kerusakan untuk

menggantinya. Kelemahan bahan tripleks

tidak tahan terhadap rayap dan api sehingga

mudah terbakar dan apabila sering terkena

air atau rembesan maka akan mudah rusak.

Gambar 14. Contoh Plafond dari Bahan Triplex

Sumber:

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,

diakses tanggal 27 Juni 2014

2. Eternit atau Asbes

Dalam pasaran ukuran plafond eternit atau

asbes adalah 1.00 m x 1.00 m dan 0.50 m x

1.00 m. Keunggulannya proses

pengerjaannya mudah sehingga tidak

menemui kendala serta bahannya yang

ringan memudahkan pengguna untuk dapat

mengganti apabila terjadi kerusakan.

Kelemahan bahan dari eternit atau asbes

tidak tahan terhadap goncangan dan

benturan sehingga harus berhati-hati dalam

proses pemasangan plafond supaya tidak

patah atau retak.

Gambar 15. Contoh Plafond dari Bahan Asbes

Sumber:

http://www.hunianmungil.com/2013/09/asbes-

material-plafon.html, diakses tanggal 27 Juni

2014

Page 15: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

10

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

3. Serat (Fiber)

Saat ini plafond fiber sudah banyak

digunakan. Dalam aplikasi untuk plafond

menggunakan papan GRC (Glassfiber

Reinforced Cement) Board. Harganya

relatif murah dibandingkan dengan tripleks.

GRC Board mempunyai ukuran 60 cm x

120 cm dengan ketebalan standar 4 mm.

Keunggulan plafond GRC tahan terhadap

api dan air, lebih kuat, ringan dan luwes

serta proses pengerjaannya cukup mudah.

Kelemahan sama dengan plafond eternit

atau asbes tak tahan benturan.

Gambar 16. Contoh Plafond dari Bahan Fiber

Sumber:

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,

diakses tanggal 27 Juni 2014

4. Gypsum Board

Plafond gypsum memiliki ukuran 122 cm x

244 cm. Keunggulan, pada saat terpasang

plafond gypsum memiliki permukaan yang

terlihat tanpa sambungan, proses

pengerjaanya lebih cepat dan rapi, mudah

diperoleh, diperbaiki serta diganti, tidak

mudah terbakar, tahan rayap dan modelnya

bervariasi.

Kelemahan, tidak tahan terhadap benturan

dan air sehingga mudah rusak ketika

terkena air atau rembesan air serta

memerlukan keahlian khusus untuk

mengaplikasikannya.

Gambar 17. Contoh Plafond dari Bahan Gypsum

Sumber:

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,

diakses tanggal 27 Juni 2014

5. Akustik Board

Plafond akustik merupakan solusi dalam

merencanakan sebuah ruangan yang dapat

meredam kebisingan. Ukurannya pada

umumnya yaitu 60 cm x 60 cm dan 60 cm x

120 cm. Keunggulan, dapat meredam suara,

bobotnya relatif ringan sehingga mudah

untuk perbaikan atau diganti dan proses

pengerjaannya cepat. Kelemahan, tidak

tahan air dan di daerah tertentu masih

jarang dijumpai serta harganya relatif lebih

mahal.

Gambar 18. Contoh Plafond dari Akustik Board

Sumber:

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/123/,

diakses tanggal 27 Juni 2014

6. Polivynil Chloride (PVC)

Plafon PVC adalah jenis plafon yang

terbuat dari bahan PVC yang biasa

digunakan untuk bahan pipa air.

Penggunaan PVC ini untuk plafon

dikarenakan bersifat lentur dan ringan, dan

dapat digunakan dalam jangka lama.

Keunggulannya yaitu kuat/tahan lama,

kedap suara, tidak merambat api, anti rayap,

anti karat, tahan air, tidak rentan udara

lembab, cepat dan mudah pemasangnnya,

motif bervariasi, hemat biaya dan tidak

perlu finising (dempul/cat).

Gambar 19. Contoh Plafond dari Bahan PVC

Sumber: http://www.plafonpartisi.com/plafon-

pvc/, diakses tanggal 27 Juni 2014

Page 16: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

11

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

3.2 Elemen Pelengkap Pembentuk

Ruang

3.2.1 Pintu

Pintu merupakan bukaan ruang yang

berfungsi sebagai tempat keluar dan

masuknya orang-orang yang melakukan

kegiatan dalam ruang (Suptandar, 1982 :

56). Pintu juga merupakan jalan masuk

untuk akses fisik seperti manusia, perabot,

dan barang-barang untuk masuk dan keluar

bangunan dari satu ruang ke ruang lain

dalam bangunan (Ching, 1996 : 220).

Penempatan pintu berpengaruh pada sistem

sirkulasi yang dipergunakan, pengarahan

atau pembimbingan jalan. Keberadaan pintu

juga dapat mengendalikan jalan keluar

masuk cahaya, suara, udara, panas dan

dingin (Ching, 1996 : 112). Jalan masuk

bisa dibuat lebar atau sempit. Jalan masuk

yang lebar pada umumnya banyak dipakai

oleh bangunan kelas atas, sementara jalan

masuk yang sempit, banyak dipakai oleh

bangunan kelas menengah dan bawah

(Ma’ruf, 2005 : 206). Terdapat beberapa

jenis pintu yaitu :

a. Pintu Panel

Pintu panel adalah model pintu yang dibuat

dengan menggunakan konstruksi frame dan

panel. Panel merupakan istilah lain dari

papan kayu yang berukuran besar yang

dipasang diantara frame - frame. Panel ini

membuat pintu menjadi kuat konstruksinya.

Gambar 20. Contoh Pintu Panel

Sumber:

http://www.sari-jati.com/pintu-panel-solid-

raised.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

b. Pintu Plank

Pintu plank memiliki disain yang hampir

mirip dengan pintu panel namun ukuran

panelnya jauh lebih besar. Plank kayu

disusun secara vertikal diantara frame -

framenya.

Gambar 21. Contoh Pintu Plank

Sumber:

http://www.entryways.com, diakses tanggal 27

Juni 2014

c. Pintu Flush

Pintu model flush ini merupakan pintu

dengan permukaan yang datar dan rata yang

dibuat dari frame dan bagian inti tengah

pintu kemudian ditutup dengan veneer kayu

yang halus. Sebagian besar pintu gaya

modern dan kontemporer menggunakan

model pintu flush ini.

d. Pintu Art dan Craft

Tidak ada patokan baku mengenai model

pintu jenis ini karena pada dasarnya model

pintu art dan craft merupakan model pintu

yang penuh dengan nilai seni. Pada pintu

ini, pembuat/desainer pintu dapat dengan

bebas menuangkan rasa seninya pada model

pintu ini.

Gambar 22. Contoh

Pintu Flush

Sumber:

http://www.made-in-

china.com, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Gambar 23. Contoh

Pintu Art dan Craft

Sumber:

http://www.heartofoak

workshop.com, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Page 17: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

12

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

e. Pintu Louver

Pintu model ini terbuat dari frame dan slat -

slat kecil yang dipasang menyerupai sirip.

Bentuk sirip kayu yang horisontal inilah

yang disebut dengan louver atau bilah.

Dengan menggunakan model pintu ini,

memungkinkan udara masuk dengan bebas

sehingga bisa berfungsi sebagai ventilasi

udara juga.

f. Pintu Kaca

Sesuai dengan namanya, pintu model ini

menggunakan material kaca. Baik itu

seluruh bagian terdiri dari kaca atau tetap

menggunakan frame dan bagian inti terdiri

dari kaca.

3.2.2 Jendela

Jendela adalah salah satu bukaan yang

berfungsi sebagai penghubung ruang dalam

(interior) dan ruang luar (eksterior) maupun

sebagai tempat keluar masuknya udara dan

cahaya. (Suptandar, 1982: 61). Jendela yang

transparan secara visual dapat menyatukan

sebuah ruang interior dengan ruang luar

atau dengan ruang interior disebelahnya

(Ching, 1996 : 224). Jendela mempunyai

tiga fungsi yaitu sebagai penerima cahaya

dari luar, ventilasi dan mengatur

pemandangan.

Ukuran jendela mempengaruhi suasana dan

perasaan bagi penghuni didalamnya.

Susunan jendela yang kecil dan tinggi

memberi kesan sesak mengakibatkan

perasaan seakan-akan tersekap dalam sel

tahanan. Lain halnya dengan jendela yang

berukuran besar dan ditempatkan rendah

akan memberikan perasaan bebas

(Wilkening, 1989: 43). Ukuran jendela juga

berkaitan dengan cahaya penerangan

intensitas dan warnanya ditentukan oleh

orientasi jendela dan penempatanya dalam

ruang (Ching, 1996 : 208).

Adapun tipe-tipe jendela adalah sebagai

berikut:

1. Jendela Geser (Sliding Window)

Sesuai namanya, jendela dengan tipe ini,

dibuka dengan cara digeser (sliding

window), baik horizontal maupun vertikal

(double hung).

Gambar 26. Contoh Jendela Geser

Sumber:

http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/

memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses

tanggal 27 Juni 2014

2. Jendela dengan Engsel atau Jendela

Ayun

Beberapa jenis jendela ayun (swinging

window) adalah casement (buka samping),

jungkit atau awning (engsel terletak di atas

kusen), hopper (engsel terletak di bawah

kusen), dan nako (jalusi).

Gambar 27. Contoh Jendela Ayun

Sumber:

http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/

memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Jendela ayun memiliki daun jendela yang

salah satu sisinya terkait dan di operasikan

Gambar 24. Contoh

Pintu Louver

Sumber:

http://www.masonite.co

m, diakses tanggal 27

Juni 2014

Gambar 25. Contoh

Pintu Kaca

Sumber:

http://www.modernpiv

otdoors.com, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Page 18: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

13

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

dengan cara di ayun keluar atau ke dalam.

Kelebihan jendela ini mampu menyediakan

bukaan 100%.

3. Fixed Windows

Jendela mati adalah tipe jendela yang tidak

berventilasi sehingga hanya bisa

memasukan sumber cahaya. Tipe jendela

seperti ini umumnya hanya berupa lubang

kaca yang tidak dapat dibuka sehingga tidak

berfungsi untuk mengalirkan udara.

Gambar 28. Contoh Fixed Windows

Sumber:

http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/

memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses

tanggal 27 Juni 2014

4. Double Hung Window

Merupakan jendela yang terdiri atas 2 daun

di susun vertikal dan di operasikan dengan

cara menggeser salah satu daun jendela

secara vertikal.

5. Single Hung Window

adalah jendela yang memiliki bentuk fisik

yang sama dengan Double Hung Window

yang membedakannya adalah hanya 1 daun

yang dapat di geser, Single Hung Window

hanya bisa menyediakan 50% bukaan.

6. Awning dan Hopper

Tipe jendela ini memiliki prinsip kerja yang

mirip dengan jendela ayun hanya saja sisi

jendela yang di kaitkan adalah sisi atas atau

bawahnya.

7. French Window

Adalah tipe jendela dengan sepasang

jendela ayun yang di juga berfungsi sebagai

aksen keluar masuk. Karena memiliki

fungsi ganda sebagai pintu ruang kamar

tidur merupakan lokasi yang tepat untuk

French Window karena sebagian besar

bukaan mengarah ke dalam, Biasanya

aplikasi jendela ini menghadap ke taman

yang berdekatan dengan kamar tidur.

8. Pivoted Window

Merupakan tipe jendela yang daun

jendelanya dapat berputar 90 derajat atau

180 derajat secara horinsontal maupun

vertikal.

9. Jalousie Window

Adalah jendela yang memiliki pelat-pelat

panjang horizontal (Sirip) dari kayu yang

tersusun rapat.

10. Bay Window

Bay Window merupakan jendela yang

posisinya menjorok atau menonjol kebagian

depan dan terletak di fasad. Salah satu efek

utama dari penggunaan jendela ini adalah

dapat menciptakan daerah cekung dalam

ruang atau interior. Ukuran sudut pada

cekungan tersebut adalah 150, 135 dan 90

derajat. Untuk bentuknya bervariasi dapat

berupa kubus atau polygonal. Selain

berfungsi sebagai jendela, bay window juga

menciptakan ruang tersendiri di bagian

dalam.

Gambar 29. Contoh Bay Window

Sumber: http://hpmirror.com/24-tips-decoration-

bay-window-to-ventilate-your-home-elegant-

decor/, diakses tanggal 27 Juni 2014

11. Bow Window

Merupakan tipe jendela yang hampir mirip

dengan Bay Window hanya saja

perbedaannya terletak pada format

jendelanya di buat melengkung.

12. Ox-Eye/Bull’s Eye Window

Adalah jendela kecil yang berbentuk

lingkaran, bundar atau oval sering di sebut

juga Oeil de boeuf window (jendela mata

banteng). Pada umumnya dipasang di

bagian fasad, dibuat di lantai dua atau jika

hanya terdiri dari satu lantai saja maka

diletakkan bukan ditengah dinding

melainkan dipuncaknya atau diatas pintu.

Aplikasi tipe jendela satu ini sering terlihat

menggunakan elemen kaca patri atau kaca

warna-warni.

Page 19: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

14

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Gambar 30. Contoh Oeil de Boeuf Window

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Oeil-de-

boeuf, diakses tanggal 27 Juni 2014

13. Ribbon Window

Tipe jendela satu ini selalu bentuk

horizontal memanjang seperti pita, jendela

ini bisa di buat bersegmen atau menerus

tanpa segmen keberadaan tipe jendela

Ribbon Window menjadi salah satu ciri

bangunan bergaya minimalis modern.

14. Sidelight Window

Merupakan jendela yang letaknya

disamping kiri atau kanan pintu utamanya.

Bentuk jendela ini selalu mengikuti bentuk

pintu karena letaknya berdekatan dengan

pintu namun ukurannya lebih vertical dan

menyempit. Pada umumnya jenis jendela

ini diaplikasikan pada bangunan yang

memerlukan pencahayaan yang cukup.

Gambar 31. Contoh Sidelight Window

Sumber: http://hpmirror.com/24-tips-decoration-

bay-window-to-ventilate-your-home-elegant-

decor/, diakses tanggal 27 Juni 2014

15. Fanlight Window

Jendela model ini bentuknya sangat spesifik

yaitu setengah lingkaran atau seperti kipas

yang sedang terbuka. Hal ini dikarenakan

pada bagian dalamnya terdapat sekat-sekat

atau teralis dibagian kacanya. Jendela ini

lebih sering berada diatas pintu atau dibuat

menyatu dengan pintu serta dibuat dalam

dua sistem yaitu permanen sehingga tidak

bisa dibuka atau memakai engsel sehingga

bisa dibuka dan ditutup kembali.

Gambar 32. Contoh Fanlight Window

Sumber:

http://www.hfmillwork.com/1818_federal_style_li

brary_.html, diakses tanggal 27 Juni 2014

16. Fortochka Window

Fortochka merupakan sebutan dari bahasa

rusia yang artinya ventilasi kecil pada

jendela. Sehingga jendela ini pada umunya

dibuat menyatu dengan jendela lain atau

dibuat secara permanen ukuran jendela ini

kecil dan terletak pada bagian pojok atas

jendela utama.

Gambar 33. Contoh Fortochka Window

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Fortochka,

diakses tanggal 27 Juni 2014

17. Louvre Window

Jendela yang terdiri dari beberapa lembar

(strip) kaca horizontal serta memerlukan

engkol untuk membukanya (Kaca Nako).

Gambar 34. Contoh LouverWindow

Sumber:

http://www.abandw.com/product/windows-

system/winsuite/louver-windows.php, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Page 20: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

15

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

18. Skylight Window

Jendela yang berada di atap untuk

menampung cahaya alami sinar matahari.

Gambar 35. Contoh Skylight Window

Sumber: http://www.rumahuni.com/skylight-

solusi-ruang-terang-alami/, diakses tanggal 27

Juni 2014

Beberapa material jendela yang umum

digunakan yaitu :

a. Jendela dan Kusen Kayu

Kayu merupakan salah satu material yang

sangat mudah untuk dibentuk dan dihias

dalam berbagai bentuk dan warna, serta

kusen dan jendela dapat menahan beban

yang lebih kuat. Kelemahan kayu adalah

mudah rusak bila sering terkena hujan dan

adanya perubahan cuaca panas ke musim

hujan, mengalami pemuaian atau susut,

rentan terhadap rayap.

Gambar 36. Contoh Jendela dan Kusen Kayu

Sumber:

http://mandorbangunan.wordpress.com/artikel/

memilih-jenis-dan-material-jendela/, diakses

tanggal 27 Juni 2014

b. Jendela dan Kusen Alumunium

Untuk model jendela jenis ini biasanya

lebih ringan daripada kayu, oleh karena itu

wajib diperhatikan pemasangannya guna

menghindari kebocoran serta cukup kuat

terhadap cuaca. Untuk perawatan dilakukan

pembersihan secara berkala adalah hal yang

mudah dilakukan supaya permukaan tidak

mengalami pertumbuhan jamur.

Gambar 37. Contoh Jendela dan Kusen

Aluminium

Sumber:

http://kusenalumuniumbandung.wordpress.com/

page/2/, diakses tanggal 27 Juni 2014

c. Jendela dan Kusen Fiberglass

Jenis kusen ini mempunyai keunggulan

cukup ringan dan mudah untuk

mengerjakannya, biayanya cukup efisien.

Keunggulan lainnya adalah jenis fiberglass

kelihatan lebih segar dan lebih bersih.

Penempatan jendela untuk bahan ini cocok

untuk interior dan eksterior.

d. Jendela dan Kusen Vinyl

Bahan jendela yang popular karena

memiliki keunggulan seperti efisien energi,

terjangkau, dan terlihat bagus dan cocok

dengan berbagai bentuk bangunan modern,

penggunaan bahan ini cukup mudah

dikerjakan dan sangat tahan lama.

3.2.3 Ventilasi

Ventilasi ialah salah satu pelengkap

pembentuk ruang yang berfungsi dalam

penyediaan udara segar ke dalam suatu

ruangan dan pengeluaran udara kotor suatu

ruangan baik alamiah maupun secara

buatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan

harus mempunyai syarat-syarat,

diantaranya:

a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum

5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas

lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka

dan ditutup) minimum 5%. Jumlah

keduanya menjadi 10% kali luas lantai

ruangan.

b) Udara yang masuk harus udara bersih,

tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari

pabrik, sampah, debu dan lainnya.

c) Aliran udara diusahakan Cross

Ventilation dengan menempatkan dua

lubang jendela berhadapan antara dua

Page 21: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

16

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

dinding ruangan sehingga proses aliran

udara lebih lancar.

Gambar 38. Contoh Ventilasi dalam Ruangan

Sumber:

http://yudhisoegian.wordpress.com/2009/12/27/m

erancang-rumah-sehat-nyaman-1/, diakses

tanggal 27 Juni 2014

Ventilasi terdiri dari dua prinsip, yaitu :

a. Ventilasi Horisontal

Ventilasi horizontal timbul karena udara

dari sumber yang datang secara horizontal.

Kondisi ini bisa terjadi bila ada satu sisi

(bagian rumah) yang sengaja dibuat panas

sementara di sisi lain kondisinya lebih

sejuk. Prinsip dasar udara yang mengalir

dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke

daerah bertekanan rendah/panas.

Gambar 39. Ventilasi Horisontal

Sumber:

http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge

nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal

27 Juni 2014

b. Ventilasi Vertikal

Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah

memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan

udara, baik di dalam maupun di luar yang

memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi

vertikal ini akan sangat bermanfaat untuk

bangunan rumah 2 lantai atau lebih.

Gambar 40. Ventilasi Vertikal

Sumber:

http://19design.wordpress.com/2011/04/23/menge

nal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/, diakses tanggal

27 Juni 2014

4. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Adapun simpulan dan rekomendasi dari

kajian ini yaitu :

4.1 Simpulan

Kesimpulan dari kajian elemen pembentuk

dan pelengkap pembentuk ruang yaitu :

1. Elemen pembentuk ruang terdiri lantai,

dinding dan plafon. Lantai merupakan

penutup ruang bagian bawah yang

jenisnya terdiri dari lantai tegel, teraso,

keramik, marmer, vinyl dan karpet.

Dinding merupakan salah satu elemen

bangunan yang membatasi satu ruang

dengan ruang lainnya yang terdiri dari

dinding struktur dan nonsturuktur serta

untuk finishingnya berupa cat,

wallpaper, panel, lubang, ceruk dan

relief. Plafon merupakan penutup ruang

bagian atas dan finishing bahannya

terdiri atas tripleks, eternity/asbes,

serat/fiber, gypsum board, akustik board

dan Polivynil Chloride (PVC).

2. Elemen pelengkap pembentuk ruang

terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi.

Pintu merupakan bukaan ruang yang

berfungsi sebagai tempat keluar dan

masuk serta jenis-jenisnya yaitu pintu

panel, pintu plank, pintu flush, pintu art

dan craft, pintu kaca dan pintu louver.

Jendela adalah salah satu bukaan yang

berfungsi sebagai penghubung ruang

dalam dan luar dan sebagaitempat keluar

masuknya udara dan cahaya. Type-type

jendela yaitu jendela geser, ayun, fixed,

double hung, single hung, awning dan

hopper, french, pivoted, jalousie, bay,

bow, bull’s eye, ribbon, sidelight,

fanlight, fortochka, louvre dan skylight.

Untuk bahan finishing jendela yaitu

kayu, aluminium, fiberglass dan vinyl.

Ventilasi merupakan bukaan ruang yang

berfungsi sebagai sirkulasi udara yang

terdiri dari dua prinsip yaitu ventilasi

horizontal dan vertikal.

4.2 Rekomendasi

Maka dari pembahasan diatas rekomendasi

yang dapat diberikan yaitu perancangan

interior sangat penting untuk diperhatikan

Page 22: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

17

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 1-17

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

sehingga unsur-unsur didalamnya perlu

dikaji terlebih dahulu. Sehingga nantinya

dalam melakukan perancangan sudah

menguasai terlebih dahulu apa saja yang

perlu diperhatikan dalam merancang agar

mendapat hasil rancangan yang terbaik.

5. DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain

Interior. Erlangga, Jakarta

Chressetianto, Ayhwien. 2013. Pengaruh

Aksesoris Dan Elemen Pembentuk

Ruang Terhadap Suasana Dan

Karakter Interior Lobi Hotel Artotel

Surabaya. Jurnal Intra Vol. 1, No. 1,

1-7. Surabaya : Program Studi Desain

Interior, Universitas Kristen Petra

D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur:

Bentuk, Ruang dan Susunannya.

Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga.

Dwi Wahyuni, Klara. 2012. Desain Interior

Restoran “Waroeng Spesial Sambal”

dengan Konsep Rustic of Javanese.

Artikel Ilmiah. Denpasar : Program

Studi Desain Interior, FSRD ISI.

Ernst Neufert ; Amril Sjamsu .1989. Data

Arsitek Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Kusumawardhani, Martha. 2006.

Perencanaan dan Perancangan

Interior Restaurant, Coffee Shop dan

Lobby. Tugas Akhir. Surakarta :

Jurusan Desain Interior Universitas

Sebelas Maret.

Lawson, Fred. 1994. Restaurant Planning

and Design. Cambridge : Cambridge

University Press

Mangunwijaya, Y.B. 1980. Pasal-Pasal

Penghantar Fisika Bangunan.

Jakarta: PT Gramedia.

Ma’ruf Hendri. 2005. Pemasaran Ritel.

Jakarta (p3) : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Putra, Edy Dharma. 2012. Desain Interior

Restoran “Hu’u”. Artikel Ilmiah.

Denpasar : Fakultas Seni Rupa dan

Desain, ISI.

Suptandar, Pamudji. 1982. Interior Design

II. Jakarta : Erlangga Suptandar, Pamudji. 1985. Perancangan Tata

Ruang Dalam: Interior Design. Jakarta: Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan, Universitas Trisakti.

Suptandar, J.Pamudji. 1991. Desain

Interior : Pengantar Merencana

Interior untuk Mahasiswa Desain dan

Arsitektur. Jakarta: Djambatan.

Sutaryono, Putu. 2011. Desain Interior

Paul Ropp Boutique. Pengantar Karya

Tugas Akhir. Denpasar : Program

Studi Desain Interior, FSRD ISI.

Wilkening, Fritz. (1989). Tata Ruang.

Semarang : Penerbit Kanisius.

Sumber Internet

http://www.tipsrawatrumah.com/2013/05/la

ntai-vinyl.html

http://www.bintanghome.com/rubrik-

utama/tematik/1485-macam-macam-

dinding.html

http://www.desainminimalismodern.com/11

2-material-plafon-gipsumtripleks-

atau-fiber-semen/

http://rikaarba.wordpress.com/2013/12/22/1

23/, diakses tanggal 27 Juni 2014

http://www.supplierbahanbangunan.com/pl

afon-pvc-2/plafon-pvc

http://www.plafonpartisi.com/plafon-pvc/

http://www.desainminimalismodern.com/11

2-material-plafon-gipsumtripleks-

atau-fiber-semen/

http://carapedia.com/model_pintu_rumah_i

nfo2404.html

http://mandorbangunan.wordpress.com/arti

kel/memilih-jenis-dan-material-

jendela/

http://www.gudangart.com/2011/12/tipe-

dan-jenis-jendela-rumah.html

http://www.imagebali.net/detail-

artikel/1181-mengenal-jenis-jenis-

jendela.php

http://19design.wordpress.com/2011/04/23/

mengenal-lebih-jauh-sistem-ventilasi/

Page 23: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

18

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

VARIASI DESAIN INTERIOR COFFEE SHOP DI KOTA

DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

Oleh:

Freddy Hendrawan, ST, MT

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

Abstrak

Setiap manusia selain dilahirkan sebagai seorang makhluk individu juga memiliki peran

sebagai makhluk sosial. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan untuk berinteraksi dengan

sesamanya mempengaruhi gaya hidup mereka sehari-hari. Semakin maraknya kedai-kedai

kopi (coffee shop) yang mewarnai pembangunan kota Denpasar merupakan salah satu

fenomena di dalam lingkungan masyarakat sebagai sebuah bentuk kreatifitas di dalam

menciptakan wadah untuk berinteraksi sosial. Keberadaan coffee shop menuntut adanya

sebuah kenyamanan, keamanan dan tampilan estetis yang mampu memberikan sebuah daya

tarik bagi setiap penikmat kopi. Di dalam penelitian kualitatif ini akan dilakukan identifikasi

terhadap variasi desain interior coffee shop dengan mengambil beberapa objek di Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung sebagai case study. Beberapa simpulan yang diperoleh

adalah konsep simpel dan moderen pada desain interior coffee shop terlihat melalui penerapan

wujud dasar segi empat dan lingkaran, kejujuran material menjadi salah satu komponen utama

untuk memperkuat karakteristik orisinalitas, suasana hangat, nyaman dan intim, serta adanya

penggunaan dekorasi berupa tulisan dan gambar yang mempromosikan mengenai kopi.

Kata kunci: Variasi, Desain Interior, Coffee Shop

Abstract

Every human was born as an individual and social creature as well. Currently, an interaction

requirement with the other are affects people lifestyle. The growths of coffee shop had given

the color for Denpasar City development which is one of the phenomenon in society as a form

of the creativity to create a social interaction community. The presence of coffee shops

requires a comfortable, security and aesthetic visual, so it will be able gives an attraction to

each coffee drinkers. This qualitative research will identifies the variations of the coffee shop

interior design through some objects in Denpasar City and Badung Regency as a case study.

Some conclusions are the simple and modern concepts on the coffee shop interior design is

visible through the application of the rectangular and circle basic shape, the honestly of the

material become one of the component to makes a strength characteristic of originalities,

warm, comfort and intimae, also the application of word and picture decorations to promote

about coffee.

Key words : Variations, Interior Design, Coffee Shop

Page 24: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

18

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

1. PENDAHULUAN

Menurut International Coffee Organization,

penyebaran kopi di dunia dan budaya

meminum kopi berawal di benua Afrika.

Menurut sejarah dikatakan bahwa pohon

kopi berasal dari Kaffa, Ethopia dan

biasanya buah kopi ini dikonsumsi oleh

para budak dari Sudan. Menurut Ir. Mudrig

Yahmadi dalam bukunya Rangkaian

Perkembangan dan Permasalahan Budidaya

dan Pengolahan Kopi di Indonesia, kopi

pertama kali masuk ke Indonesia pada

tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi ini

masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta)

yang dibawa oleh Komandan Pasukan

Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar -

India, kemudian ditanam dan

dikembangkan di tempat yang sekarang

dikenal dengan Pondok Kopi, Jakarta Timur

dengan menggunakan tanah partikelir

Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian

mati akibat banjir, maka tahun 1699

didatangkan lagi bibit-bibit baru yang

kemudian berkembang di sekitar Jakarta

dan Jawa Barat antara lain di Priangan dan

akhirnya menyebar ke berbagai bagian di

kepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali,

Sulawesi dan Timor.

Di negara-negara barat, meminum kopi di

pagi hari bahkan sudah menjadi semacam

ritual dan budaya. Tidak lengkap rasanya

apabila memulai aktivitas tanpa menyeruput

secangkir kopi. Bahkan di Amerika, kopi

menjadi minuman tradisional bagi

masyarakat. Kopi menjadi menu untuk

minuman pagi, sore dan malam hari. Di

sana terdapat istilah Coffee Morning dalam

lingkungan masyarakat yang berarti saat itu

adalah saat yang tepat untuk berbincang-

bincang sambil menikmati aroma dan rasa

kopi (Sara Perry dalam Amer Risnadi,

1991).

Kebiasaan meminum kopi di Indonesia juga

telah dilakukan dan terlihat sejak dulu serta

telah menjadi sebuah tradisi di Indonesia.

Tradisi meminum kopi di pagi hari saat

akan memulai aktivitas dan di malam hari

untuk menghilangkan kantuk bagi mereka

yang melakukan ronda, lembur ataupun

mahasiswa yang menyelesaikan tugas

hingga larut malam sudah menjadi

pemandangan yang biasa. Bahkan tradisi

meminum kopi sangat erat kaitannya

dengan kebiasaan berkumpul dan

berbincang-bincang di dalam lingkungan

sosial. Hal inilah yang dapat terlihat hingga

saat ini, ketika perkembangan jaman

mentransformasikan tradisi meminum kopi

yang awalnya hanya sebagai kebutuhan

biologis menjadi kebutuhan sosial. Terbukti

dengan semakin maraknya bermunculan

public facility maupun commercial facility

sebagai wadah untuk melakukan interaksi

sosial, salah satunya adalah coffee shop.

Fenomena sosial ini menyebabkan semakin

banyak produsen maupun pengusaha untuk

menciptakan sebuah coffee shop yang

menarik dan unik, sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan para penikmat kopi

dan tempat untuk melakukan interaksi

sosial. Seperti halnya kota Denpasar dan

Kabupaten Badung khususnya Kuta yang

memiliki potensi di dalam bidang

perdagangan dan pariwisata. Perkembangan

coffee shop setiap tahunnya menawarkan

desain interior yang variatif dan kreatif.

Oleh karena itu, di dalam penelitian ini

akan dilakukan identifikasi terhadap variasi

desain interior di Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung (Kecamatan Kuta)

untuk memberikan sebuah gambaran

keberadaan coffee shop yang berkembang

menjadi sebuah wadah interaksi sosial.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif, yaitu dengan

melakukan observasi langsung terhadap

desain interior coffee shop yang ada di Kota

Denpasar dan Kabupaten Badung

(Kecamatan Kuta) dengan mengambil

sampel beberapa objek sebagai case study,

yaitu Mangsi Coffee Shop, Castro Coffee

Shop, Anomali Coffee Shop dan Starbucks

Coffee Shop. Analisa dilakukan dengan

mengindentifikasi desain interior masing-

masing coffee shop dan akan dikaji

menggunakan teori bentuk.

Page 25: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

19

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

3. TINJAUAN TEORI

Menurut Ching (2000:34), bentuk

didefinisikan sebagai sebuah istilah inklusif

yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk

tidak hanya dapat dikatakan sebagai

penampilan luar saja, namun bentuk juga

dapat dihubungkan dengan struktur internal

maupun garis eksternal serta prinsip yang

memberikan kesatuan secara menyeluruh.

Ching juga menjabarkan ciri-ciri visual dari

bentuk terdiri dari unsur-unsur wujud,

dimensi, warna, tekstur, posisi, orientasi

dan inersia visual. Demikian pula dengan

Wong (1996:10-11) yang menjabarkan

bahwa unsur rupa atau bentuk terdiri dari

wujud, dimensi atau ukuran, warna dan

tekstur.

Menurut Kusmiati (2004:13), persepsi

visual dari bentuk fisik suatu karya terdiri

dari berbagai elemen, seperti elemen titik,

garis, bentuk, warna, tekstur dan pola.

Selain itu, Kusmiati juga menyatakan

bahwa rasa estetika desain dan arsitektur

didasarkan pada elemen dan prinsip

perancangan yang bisa dijelaskan secara

rasional dalam dua kategori, yaitu

perbendaharaan desain dan elemen

pendukung. Perbendaharaan desain meliputi

titik, garis, bidang, bentuk, tekstur, pola,

warna, cahaya, nada dan proporsi.

Sedangkan elemen pendukung estetika

terdiri dari keseimbangan, harmoni, irama,

kesatuan, komposisi, dekorasi, dan material.

Perbedaan yang jelas antara warna

permukaan suatu bidang dan daerah

sekelilingnya dapat memperjelas wujud

suatu benda, sedangkan merubah tingkat

kegelapan warna permukaan dapat

menambah atau mengurangi bobot visual

suatu bidang. Tekstur dan warna, bersama-

sama mempengaruhi bobot visual dan skala

suatu bidang, serta tingkat kemampuan

menyerap atau memantulkan cahaya dan

bunyi (Ching, 2000:86). Terkait dengan hal

tersebut, maka unsur tekstur dan warna

merupakan bagian yang menentukan wujud

suatu benda, dan akan menjadi satu bagian

dengan unsur wujud.

Tabel 1 Perumusan Variabel Ciri-ciri Visual

bentuk

Sumber Ciri-ciri visual

bentuk

Variabel ciri-

ciri visual

bentuk yang

digunakan

D.K.

Ching

a. wujud

b. dimensi

c. warna

d. tekstur

e. posisi

f.orientasi

g. inersia visual.

a. Wujud

(horisontal,v

ertikal,

tekstur dan

warna)

b. Material

(alami dan

buatan)

c. Ragam hias

(dekorasi &

ornamen)

Wucius

Wong

a. wujud

b. dimensi/ ukuran

c. warna

d. tekstur

Artini

Kusmiati

Perbendaharaan

desain meliputi:

a. titik

b. garis

c. bidang

d. bentuk

e. tekstur

f. pola

g. warna

h. cahaya

i. nada

j. proporsi.

Elemen

Pendukung

Estetika:

a. keseimbangan

b. harmoni

c. irama

d. Kesatuan

e. komposisi

f. dekorasi

g. material.

Sumber: Modifikasi Ching, Wong, Kusmiati

Berdasarkan perumusan variabel ciri-ciri

visual bentuk tersebut dan hasil pengamatan

di lapangan maka diperoleh variabel ciri

visual bentuk yang akan digunakan dalam

penelitian ini, yaitu wujud, material, serta

ragam hias.

A. Wujud

Ching (2000:34) menyatakan bahwa wujud

merupakan sisi luar karakteristik atau

konfigurasi permukaan suatu bentuk

tertentu. Wujud juga merupakan aspek

dimana bentuk-bentuk dapat diidentifikasi

dan dikategorikan. Selain itu dikatakan pula

bahwa wujud adalah karakter utama yang

Page 26: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

20

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

dimiliki sebuah bidang dan ditentukan oleh

kontur garis yang membentuk sisi-sisi

sebuah bidang. Karena persepsi tentang

wujud dapat dikaburkan oleh pandangan

perspektif, maka wujud sebenarnya dari

sebuah bidang hanya dapat dilihat jika

dipandang dari arah depan saja (Ching,

2000:18). Wong (1996:10) juga

mengatakan bahwa wujud merupakan rupa

keliling sebuah rancang dan jati diri utama

rancang tersebut.

Secara psikologis manusia akan

menyederhanakan lingkungan visualnya

untuk memudahkan pemahaman. Dalam

setiap komposisi bentuk, manusia

cenderung mengurangi subjek utama dalam

daerah pandang ke bentuk yang paling

sederhana dan teratur. Semakin sederhana

dan teraturnya suatu wujud, semakin mudah

untuk diterima dan dimengerti. Hal ini

dapat dilihat secara geometri (gambar 1)

bahwa wujud dasar terdiri dari lingkaran,

segitiga, dan bujur sangkar atau persegi

(Ching, 2000:38).

Wong (1996:11) mengatakan warna atau

nilai terang dan gelap, membedakan sebuah

bentuk dengan jelas dari lingkungannya dan

dapat berupa warna alam atau buatan

(gambar 2). Pada warna alam, warna asli

bahanlah yang ditampilkan, sedangkan pada

warna buatan, warna asli bahan ditutup

dengan lapisan cat atau diubah dengan cara

lain. Menurut Ching (2000:34) warna

merupakan sebuah fenomena pencahayaan

dan persepsi visual yang menjelaskan

persepsi individu dalam corak, intensitas

dan nada. Warna adalah atribut yang paling

menyolok membedakan suatu bentuk dari

lingkungannya. Warna juga mempengaruhi

bobot visual suatu bentuk.

Tekstur adalah nilai raba pada suatu

permukaan, baik itu nyata maupun semu.

Suatu permukaan mungkin kasar, halus,

keras atau lunak, kasar atau licin. Tekstur

merupakan karakter nilai raba yang dapat

dirasakan secara fisik dan secara imajiner.

Tekstur kasar ketika diraba secara fisik

memang menunjukkan suatu permukaan

yang kasar, sedangkan tekstur semu hanya

nampak oleh mata, karakternya kasar

namun ketika diraba tidak dapat dirasakan

sebagaimana yang dilihat sehingga tekstur

semacam ini hanya memberi kesan

imajinatif pada perasaan (Gulendra,

2010:2).

Menurut Kusmiati (2004:77-79) fungsi

utama dari warna dalam perancangan

adalah untuk: 1) meningkatkan kualitas atau

memberi nilai tambah, 2) sebagai media

komunikasi yang memiliki makna untuk

penyalur pesan dan informasi, 3) untuk

lebih menjelaskan suatu masalah karena

warna memiliki daya tarik khusus, 4)

membantu membangun citra keagungan

karena warna memiliki sifat yang kuat

dalam membentuk kesan dan kewibawaan,

5) berfungsi untuk menutupi kelemahan

atau kekurangan permukaan suatu bentuk

atau benda yang dianggap kurang menarik.

B. Material

Material adalah bahan yang menjadi bakal

untuk membuat bahan baru, bahan mentah

bangunan seperti batu, semen, kapur dan

Gambar 1. Wujud Dasar dan Modifikasinya

Sumber: Ching, 2000:38-41

Gambar 2. Warna asli dan buatan

Sumber: http://www.flickr.com

Lingkaran Bujur Sangkar

Segitiga

Page 27: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

21

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

sebagainya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2010:520). Menurut Kusmiati

(2004:116) bahan bangunan (building

material) memiliki sifat kekakuan

(stiffness), kekerasan (hardness), dan daya

tahan (durability). Perbandingan dari ketiga

sifat tersebut dapat dihitung secara

matematika. Masing-masing bahan

memiliki keterbatasan kekuatan, sehingga

dapat retak, patah, atau melentur bila diberi

beban yang melebihi kemampuannya .

C. Ragam hias

Gomudha dalam Herlina (2010:20)

mengatakan bahwa ragam hias digolongkan

menjadi dua, yaitu ornamen dan dekorasi

(gambar 3). Perbedaannya adalah ornamen

muncul sebagai akibat penyelesaian

konstruksi sedangkan dekorasi dipasang

semata-mata hanya sebagai penampilan

estetis atau tempelan.

Istilah ornamen berasal dari bahasa Yunani,

yaitu ornare yang artinya hiasan atau

perhiasan. Ornamen merupakan elemen

pelengkap dalam suatu karya arsitektur

yang keberadaanya membuat suatu karya

arsitektur menjadi lebih menarik, memiliki

jiwa dan karakter yang khas. Selain itu,

ornamen menjadi sarana untuk

mengkomunikasikan konsep, ajaran dan

falsafah dalam kehidupan masyarakat.

Ornamen memiliki makna yang lebih dari

sekedar tujuan estetika (Depdiknas dalam

Erisca, 2008:42). Sedangkan menurut

Prijotomo dalam Herlina (2010:20)

dekorasi merupakan unsur tata hias yang

dipasang pada elemen-elemen arsitektur,

tetapi bukan merupakan bagian integral dari

konstruksi dan semata-mata dipasang

sebagai elemen estetis serta merupakan satu

kesatuan dengan tempat dekorasi tersebut

dipasang.

4. ANALISA

Analisa akan dilakukan dengan

mengidentifikasi objek penelitian yang

telah ditentukan sebagai case study, yaitu

Mangsi Coffee Shop, Castro Coffee Shop,

Anomali Coffee Shop dan Starbucks Coffee

Shop. Keempat objek tersebut akan dikaji

menggunakan variable ciri-ciri visual

bentuk wujud, material dan ragam hias.

1. Mangsi Coffee Shop

Mangsi Coffee Shop adalah sebuah kedai

kopi yang berada di Jalan Hayam Wuruk

No. 195 Denpasar. Menurut pemiliknya

Made Windu Segara Senet, nama Mangsi

diadopsi dari istilah Bali yang merupakan

sebuah hasil proses akumulasi pembakaran

api dengan kekuatan Brahma (Dewa Api

dalam terminologi Agama Hindu).

A. Wujud

Wujud interior Mangsi Coffee Shop dapat

terlihat dari denah lantai setiap ruangan dan

tampak interior yang sebagian besar berupa

wujud dasar segi empat. Selain itu,

bangunan yang memilih konsep mural

sebagai warna buatan dalam menutup

permukaan bidang ini menggunakan wujud

dasar lingkaran yang diaplikasikan pada

furnitur ruangan, seperti meja, lampu hias

dan beberapa dekorasi dinding.

Gambar 3. Ornamen dan dekorasi

Sumber: http://www.flickr.com

Dekorasi Ornamen

Gambar 4. Tampak Depan Mangsi Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Page 28: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

22

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Tampilan visual terhadap wujud dasar segi

empat terlihat dengan penggunaan potongan

papan kayu dengan tetap mempertahankan

warna dan tekstur alaminya pada meja,

dekorasi dan dinding pantry serta susunan

bata merah pada kolom interior bangunan.

Sedangkan untuk tampilan visual terhadap

wujud dasar lingkaran terlihat pada meja,

lampu gantung dan dekorasi dinding.

B. Material

Material pada interior Mangsi Coffee Shop

ini sebagian besar menggunakan kayu pada

dinding, furnitur maupun dekorasinya.

Selain itu terdapat beberapa kaleng minyak

bekas berukuran besar yang dimanfaatkan

sebagai kursi bar. Kejujuran material

diaplikasikan dengan mempertahankan

warna dan tesktur papan kayu pada dinding

pantry dan penggunaan bata merah pada

kolom serta dinding area bar. Demikian

pula pengaplikasian lantai plester halus

tanpa menggunakan penutup keramik atau

sejenisnya yang memperkuat konsep alami.

Sedangkan penggunaan warna buatan

dilakukan dengan menciptakan mural pada

permukaan bidang dinding dan furnitur

dibandingkan menutupi permukaan bidang

dengan warna solid.

C. Ragam Hias

Ragam hias yang terdapat pada Mangsi

Coffee Shop didominasi dengan dekorasi

mural baik pada furnitur, dinding dan

dekorasi. Mural pada interior bangunan ini

adalah berupa tulisan-tulisan jargon Mangsi

Coffee Shop dan informasi pelayanan yang

disediakan. Terdapat pula beberapa gambar

labirin, penikmat kopi dan flora baik pada

dinding maupun dekorasi.

2. Castro Coffee Shop

Castro Coffee Shop adalah sebuah

bangunan komersil yang berada di tengah-

tengah permukiman penduduk di pusat kota

Denpasar, yaitu tepatnya di Jalan Suli

No.14. Coffee shop dengan konsep desain

interior yang unik ini sering dijadikan

tempat bagi para musisi untuk

menampilkan keahlian mereka.

Gambar 5. Wujud Dasar Mangsi Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 6. Material pada Mangsi Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 7. Dekorasi pada Mangsi Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Page 29: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

23

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

A. Wujud

Wujud dasar segi empat mendominasi

denah lantai hingga furnitur dan dekorasi

interior. Pengaplikasian balok-balok kayu

dengan mempertahankan warna alami

sebagai partisi dan drop down ceiling

semakin menekankan penggunaaan wujud

segi empat pada desain interior ini.

Tampilan visual lainnya yang

memperlihatkan penerapan wujud dasar

segi empat tampak pada dekorasi interior

dinding adalah adanya penggunaan frame

foto dengan wujud dasar segi empat.

Bahkan pada beberapa bagian permukaan

dinding digunakan penutup dinding seperti

yang digunakan pada dinding interior studio

musik dengan grid segi empat. Penggunaan

warna buatan hanya terlihat pada ceiling

dan sebagian permukaan dinding.

B. Material

Beberapa jenis material yang digunakan

pada interior Castro Coffee Shop ini adalah

kayu pada furnitur meja, kursi, list dinding

dan partisi interior, stainless steel pada

furnitur kursi, gypsum pada ceiling,

keramik 40x40 cm sebagai penutup lantai,

serta lapisan akustik pada beberapa

permukaan dinding untuk memperkuat

konsep Rock & Roll. Sebagian besar

furnitur masih menggunakan warna alami

dari bahan yang digunakan, sedangkan

pewarnaan buatan terlihat hanya pada

ceiling dan sebagian kecil permukaan

dinding.

C. Ragam Hias

Gambar 8. Wujud Dasar Castro Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 9. Material pada Castro Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 10. Dekorasi pada Castro Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Page 30: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

24

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Interior Castro Coffee Shop menggunakan

dekorasi berupa gambar-gambar musisi

Rock & Roll yang dibingkai dalam frame

hitam, gambar biji kopi berukuran besar

pada dinding pantry serta tulisan-tulisan

jargon atau quotes dalam frame kayu yang

dipajang di hampir seluruh permukaan

dinding.

3. Anomali Coffee Shop

Coffee Shop yang didirikan sejak tahun

2007 ini memiliki enam buah outlet yaitu

empat buah outlet di Jakarta dan dua buah

outlet di Bali (Seminyak dan Ubud).

Anomali Coffee Shop adalah salah satu dari

Coffee Shop khusus yang menyediakan

berbagai macam kopi bubuk dari seluruh

penjuru Indonesia. Analisa akan dilakukan

terhadap interior Anomali Coffee Shop yang

berada di Jalan Kayu Aya No.7, Seminyak.

A. Wujud

Wujud dasar denah interior Anomali Coffee

Shop ini adalah segi empat. Demikian pula

dengan sebagian besar furnitur dan dekorasi

interiornya yang sebagian besar

mempertahankan warna alami dari material

yang digunakan. Wujud dasar lingkaran

dapat ditemukan pada beberapa furnitur

meja, kursi dan lampu gantung.

Penempatan pantry di tengah-tengah

ruangan semakin memperkuat penggunaan

wujud dasar segi empat.

Tampilan visual wujud dasar lingkaran

terhadap coffee shop yang hanya

menggunakan sedikit menggunakan

pewarnaan buatan pada interiornya terlihat

dengan penggunaan kaleng minyak bekas

berukuran besar yang berfungsi sebagai

kursi dan meja. Selain itu, wujud dasar

geometris segi empat terlihat dominan pada

bukaan kaca, permukaan dinding, rak

etalase, bahkan bantal duduk pada beberapa

kursi.

B. Material

Konsep minimalis dan kejujuran material

terlihat melalui permukaan dinding yang

diplester tanpa cat sehingga menampilkan

warna alami dari bahan dasar semen. Selain

itu bahan-bahan pabrikasi seperti

alumunium, besi dan stainless steel tetap

dipertahankan melalui penggunaan velg

mobil sebagai kaki meja, serta kaleng

minyak bekas berukuran besar sebagai kursi

dan meja. Warna dan tekstur kayu

dipertahankan pada hampir sebagian besar

furnitur meja dan kursi untuk

memperlihatkan orisinalitas.

Gambar 11. Wujud Dasar Anomali Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 12. Dekorasi pada Anomali Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Page 31: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

25

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

C. Ragam Hias

Ornamen dapat terlihat melalui beberapa

hiasan pada lantai berupa pecahan batu

alam yang dibentuk menyerupai kelopak

bunga. Sedangkan beberapa dekorasi pada

interior Anomali Coffee Shop dapat terlihat

dengan adanya penggunaan lampu gantung

berbentuk bulat, toples-toples diatas meja

bar yang menunjukkan beberapa jenis

varian biji kopi, tulisan-tulisan dan mural

produk kopi dan para penikmat kopi pada

dinding, meja dan kursi. Terlihat pula alat

pengolah kopi dan rak etalase Kopi Gayo

Organik di bagian depan ruangan.

Dekorasi fungsional juga terlihat melalui

penggunaan papan yang digantung di atas

pantry yang berfungsi untuk menunjukkan

seting pelayanan. Terlihat pula beberapa

gambar jenis varian kopi berupa

menunjukkan ikon kebudayaan Indonesia

seperti Hanoman untuk menjelaskan jenis

Kopi Bali Kintamani, binatang Luwak

untuk menjelaskan jenis Kopi Luwak,

gambar wanita berpakaian adat Toraja

untuk menjelaskan jenis Kopi Toraja

Kalosi, dan lainnya.

4. Starbucks Coffee Shop

Starbucks Coffee Shop adalah sebuah

perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi

global asal Amerika Serikat yang berkantor

pusat di Seattle, Washington. Perusahaan

ini didirikan pada tahun 1971 dan mulai

masuk ke Indonesia pada tahun 2002

Di Bali, khususnya Kabupaten Badung

Starbucks Coffee Shop mudah ditemukan

baik di dalam maupun di luar mall. Berikut

akan dianalisa interior Starbucks Coffee

Shop yang berada di dalam Galleria Bali

Mall.

A. Wujud

Bila diamati dengan seksama, hampir

sebagian besar desain interior Starbucks

Coffee Shop memiliki konsep minimalis.

Konsep ini dapat terlihat dengan dominansi

penerapan wujud dasar geometris segi

empat baik pada denah interior, furnitur dan

Gambar 13. Mesin Pengolah Kopi dan Rak Etalase

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 14. Dekorasi Papan Pelayanan

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 15. Dekorasi Mural dan Varian Kopi

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Page 32: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

26

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

dekorasinya, serta penggunaan warna-

warna alami material yang digunakan.

Penggunaan balok-balok kayu segi empat

terlihat pada kursi, bar ceiling, partisi dan

penutup dinding. Bahkan bidang-bidang

kaca dengan permukaan bidang segi empat

yang luas ditempatkan hampir di sekeliling

interior. Terdapat pula beberapa meja dan

kaki meja dengan wujud dasar lingkaran.

Sebagian permukaan dinding menggunakan

pewarnaan buatan berupa cat berwarna

krem untuk memberikan kesan simpel dan

moderen.

B. Material

Material kayu tampak terlihat digunakan

pada sebagian besar furnitur, ceiling, meja

bar, rak etalase bahkan penutup dinding.

Penggunaan bahan-bahan sintetis terlihat

pada beberapa kursi rotan sintetis dan sofa

di salah satu sudut interior.

Permukaan luar interior didominasi dengan

bukaan kaca yang dilengkapi dengan blind

berupa kere yang terbuat dari bambu

sebagai antisipasi terhadap sinar dan panas

matahari. Permukaan lantai menggunakan

keramik berukuran 30x30 cm berwarna

abu-abu gelap turut memperkuat konsep

minimalis dan mampu mengimbangi

dominansi material kayu pada desain

interior ini.

C. Ragam Hias

Beberapa dekorasi yang terdapat pada

interior Starbucks Coffee Shop ini

menekankan pada pengenalan produk kopi

mereka sendiri serta jenis kopi yang ada di

beberapa Negara seperti Ethopia dan

Indonesia. Hal ini dapat terlihat dengan

adanya rak etalase yang memajang

beberapa produk dan souvenir kopi milik

Starbucks itu sendiri. Selain itu penggunaan

balok-balok kayu sebagai penutup dinding

mampu sekaligus berperan sebagai dekorasi

interior.

5. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa

terhadap empat objek yang dijadikan

sebagai case study mengenai variasi desain

interior coffee shop di Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung, diperoleh beberapa

simpulan sebagai berikut:

1. Penerapan wujud dasar geometris segi

empat dan lingkaran menjadi dominansi

desain interior coffee shop yang mampu

Gambar 16. Wujud Dasar Starbucks Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 17. Material pada Starbucks Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Gambar 18. Dekorasi pada Starbucks Coffee Shop

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014

Page 33: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

27

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 18-27

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

memberikan kesan simpel, praktis dan

moderen.

2. Kejujuran material sebagai bagian dari

konsep desain interior menjadi salah

satu peranan untuk memperkuat

karakteristik orisinalitas dan suasana

hangat, nyaman serta intim.

3. Sebagai bangunan komersil,

penggunaan rak etalase, tulisan iklan

kopi, gambar jenis varian produk dan

biji kopi dioptimalkan sebagai bagian

dari dekorasi interior.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ching, D.K. 2000. Arsitektur: Bentuk

Ruang dan Fungsi. Jakarta: Erlangga.

Erisca, Nandita. 2008. “Kelenteng Tanjung

Kait (Tinjauan Arsitektural dan

Ornamentasi)” (skripsi). Jakarta:

Program Studi Arkeologi Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas

Indonesia.

Gulendra, I Wayan. 2010. Pengertian

Warna dan Tekstur. Dalam: Jurnal ISI

Volume 1 Nomor 6. Denpasar : Institut

Seni Indonesia.

Herlina, Putu Merry. 2010. “Penerapan

Arsitektur Tradisional Tiongkok pada

Bentuk dan Ragam Hias Bangunan

tempat Ibadat Tri Dharma Cao Fuk

Miao di Denpasar” (skripsi). Denpasar:

Program Studi Arsitektur Fakultas

Teknik. Universitas Udayana.

Kusmiati, Artini. 2004. Dimensi Estetika

pada Karya Arsitektur dan Disain.

Jakarta : Djambatan.

Risnadi, Amer. -. Perancangan Publikasi

Buku Kopi Indonesia: Kisah, Budaya,

Gaya Hidup. Binus University. Jakarta.

Wong, Wucius.1996. Beberapa Asas

Merancang Trimatra. Bandung: ITB.

Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian

Perkembangan dan Permasalahan

Budidaya & Pengolahan Kopi di

Indonesia. AEKI Jawa Timur: PT.

Bina Ilmu Offset.

Sumber Internet

Anonim. 2007. Sejarah Kopi di Indonesia.

Available from URL: http://www.aeki-

aice.org/page/sejarah/id.

Anonim. 2014. Company Profile. Available

from URL:

http://www.starbucks.com/about-

us/our-heritage.

http://www.aeki-aice.org/page/sejarah/id

http://www.starbucks.com/about-us/our-

heritage

Sovereign, Sarah. 2005. Brick. Available

from URL:

http://www.flickr.com/photos/goodbye

pisces/64541307/.

Page 34: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

28

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN INTERIOR GAYA JEPANG

PADA RESTORAN RYOSHI UBUD

Oleh:

I Kadek Pranajaya, ST., MT., IAI

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

Abstrak

Tulisan ini adalah untuk membandingkan elemen-elemen dan karakteristik dan suasana

interior pada restoran Ryoshi di Ubud Bali. Elemen-elemen yang dianalisis meliputi elemen

pembentuk ruang seperti lantai, dinding, plafond, pintu dan jendela, dan elemen pengisi ruang

meliputi perabot dan aksesoris. Setiap elemen di analisis sesuai bentuk, fungsi, dan makna

budaya Jepang yang terkandung di dalamnya dengan didahului menganalisis orientasi ruang,

sirkulasi, layout, dan bentuk bangunan dan pintu masuk. Setiap restoran memiliki keunikan

gaya desain interiornya, keunikan setiap restoran ini dapat dipengaruhi karena perbedaan

situasi dan kondisi, serta keinginan dan tujuan dari interior restoran tersebut. Pengumpulan

data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, dan studi literatur, sedangkan untuk

analisis data dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data

yang diperoleh, diketahui bahwa penerapan elemen-elemen interior yang mencerminkan

karakteristik interior Jepang pada restoran Ryoshi terlihat pada pintu masuk/torii, elemen

pembentuk ruang seperti lantai, dinding dan plafond, unsur pelengkap ruangan seperti

furniture yang digunakan, unsur dekorasi pada restoran, material dan warna yang digunakan.

Gaya desain adalah Jepang kontemporer, dengan perpaduan gaya desain Jepang tradisional,

Bali dan modern.

Kata Kunci: Penerapan Elemen Interior, Gaya Jepang, dan Restoran Ryoshi

Page 35: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

29

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

1. PENDAHULUAN

Akulturasi budaya di bidang arsitektur dan

interior banyak sekali terjadi di Indonesia,

banyak penerapan kebudayaan asing yang

di masukkan dalam suatu gaya desain

arsitektur dan interior, mulai dari tata letak,

penataan cahaya, bentuk, warna serta

pemilihan material yang di gunakan

sehingga kita dapat menemukan beragam

gaya.

Salah satu akulturasi budaya yang sering

diterapkan pada bangunan rumah dan

restoran di Bali adalah desain gaya Jepang.

Perkembangan restoran Jepang di Bali

dalam beberapa dekade terakhir ini cukup

pesat seiring dengan semakin meningkatnya

jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Gaya

desain Jepang di Bali telah banyak

menghiasi dan mewarnai rancangan desain

interior saat ini. Gaya desain interior Jepang

diambil dari ajaran Tao, Zen Buddhism

diambil dari China pada jaman purba.

Jepang memiliki budaya yang beragam

yang ditunjukkan dari perbedaan antara

teater Noh dan teater Kabuki. Gaya dan

desain interior Jepang memiliki nilai

estetika yang sederhana dan privacy yang

sangat tinggi, dengan ciri penggunaan

bahan dan material yang ringan seperti

kayu, kertas, jerami, menggunakan

dominan garis dan bentuk geometris yang

transparan. Saat ini penerapan interior pun

mulai berkembang terutama dalam

penggunaan material yang disesuaikan

dengan kondisi setempat.

Masyarakat Jepang terkenal sebagai

penjaga tradisi yang baik dan menerima

modernitas. Pada orang Jepang tradisional

cara makan adalah dengan model tatami,

tetapi pada Jepang modern saat ini gaya

makan tatami berubah menjadi makan

dengan menggunakan sofa atau kursi

makan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

pergeseran antara budaya makan orang

Jepang tradisional dan modern begitu pula

dengan restoran Jepang tradisional yang

menghidangkan sebagai hidangan khasnya.

Pada restoran Jepang modern menu tersebut

telah dipadukan dengan berbagai menu

lainnya. Meja makan umumnya terdapat

kompor yang digunakan pengunjung untuk

memasak langsung makanannya seperti

sabhu-sabhu.

Setiap restoran memiliki keunikan gaya

desain interiornya, keunikan setiap tersebut

dipengaruhi oleh keinginan dari perancang

untuk menghadirkan nuansa apa yang ingin

ditampilkan. Pada penelitian kali ini penulis

mencoba membandingkan seberapa besar

penggunaan dan penerapan elemen-elemen

interior yang dapat menghadirkan suasana

sekaligus mencerminkan karakteristik

interior Jepang pada restoran Ryoshi

ditinjau dari elemen dinding, lantai,

plafond, furniture, dekorasi dan lampu.

2. METODE PENELITIAN Pada penelitian menggunakan analisis

kualitatif, yaitu metode analisis yang

menggambarkan atau menguraikan keadaan

yang berhubungan dengan data-data yang

digunakan untuk menarik kesimpulan dari

beberapa kesimpulan dari beberapa

peristiwa yang bersifat sulit diukur dengan

angka (Muhadjir, 1992). Penelitian

mendeskripsikan mengenai gaya desain

yang di terapkan pada interior Restoran

Ryosi. Metode pengumpulan data dilakukan

dengan studi lapangan dan studi pustaka.

Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh

mana konsep-konsep interior Jepang

diterapkan pada restaurant Ryoshi di Ubud

sehingga nantinya penelitian ini diharapkan

memberikan pengetahuan baru dan

memberikan inspirasi bagi dunia desain

interior pada era globalisasi saat ini

khususnya desain restoran bergaya Jepang.

3. TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah desain interior akan mempengaruhi

pandangan, suasana hati dan kepribadian

kita. Perancangan interior adalah

pengembangan fungsi, pengayaan estetis

dan peningkatan psikologi ruang interior.

Elemen ruang harus mampu mendukung

dan memperkokoh fungsi ruang sehingga

mudah untuk dikenal kegiatan apa yang

terjadi di dalam ruang tersebut beserta

berbagai fasilitasnya. Peran desainer

Page 36: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

30

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

interior adalah untuk mengefektifkan ruang

interior guna mendukung segala kegiatan

manusia yang dilakukan di area tersebut.

Pada interior sebuah restoran, seorang

desainer akan memberi efek nyaman dan

memberikan kesan menarik kepada

pelanggan sehingga membuat konsumen

akan datang kembali dan

merekomendasikan restoran tersebut

kepada orang lain.

Gaya desain Jepang umumnya memiliki

fleksibilitas, efisiensi dan kesederhanaan.

Masyarakat Jepang sangat mementingkan

privasi dengan dominan menggunakan

material alam seperti kayu, bambu, sutra,

jerami dan kertas. Elemen warna yang

digunakan didalam desain cenderung

menggunakan warna palet netral,

menggabungkan warna hitam, off-whites,

abu-abu, dan coklat. Pada umumnya

ruangan restoran Jepang dibagi menjadi tiga

bagian ruang yaitu ruang makan umum,

ruang tatami dan ruang bar. Ruang makan

tatami tidak menggunakan kursi, melainkan

menggunakan tikar/tatami sebagai alas

untuk duduk dibawah. Ruang tatami ini

adalah ruang makan yang lebih private.

Ruang bar terdiri dari 2 jenis yaitu: yaitu

Sushi Bar dan Teppanyaki Bar. Sushi Bar

yang menyediakan bahan-bahan yang segar

seperti ikan sedangkan Teppanyaki adalah

cara memasak makanan dipanggang diatas

plat besi dan dimasak secara langsung oleh

pengunjung yang biasa dipakai dengan

pelayanan menggunakan sistem self-

service.

Beberapa restoran Jepang menyediakan

ruang Tokonoma, merupakan sebuah ruang

kecil di dalam kamar yang berfungsi

sebagai ruang upacara teh. Tokonoma

memiliki fokus pada ruang dan display

yang sederhana seperti lukisan Jepang.

Bunga Jepang seperti ikebana atau caligrafi

juga menempati ruang tersebut. Sesaat

setelah minuman tersaji, diadakan “kanpai”

atau bersulang, yaitu mengangkat cawan teh

atau sake dan setelah semua masakan

disajikan mereka mengucapkan

Itadakimasu yang juga berarti ucapan

terima kasih atas makanan yang telah

disediakan dan siap untuk disantap dengan

sikap tubuh dan kepala sedikit

membungkuk.

Gambar 1. Desain Ruang Tatami

Sumber : http://desaininterior.biz/

Beberapa elemen pembentuk ruang pada

interior bangunan Jepang yang dipakai

untuk melihat penerapannya di restoran

Jepang adalah:

1. Dinding

Interior tradisional Jepang menggabungkan

fitur seperti layar kertas (shoji) agar cahaya

dapat masuk dan tersebar ke dalam

ruangan. Shoji biasanya digunakan sebagai

jendela, pintu dan sekat ruang. Shoji

memberikan cahaya natural menyebar

masuk ke dalam ruangan saat

membutuhkan privasi. Shoji terbuat dari

bingkai kayu yang di tutupi dengan kertas

mulberry transparan, berfungsi membentuk

tembok luar bagi ruangan. Selain itu Shoji

juga digunakan pada jendela dengan bukaan

keluar.

Gambar 2. Contoh Desain Dinding

Sumber: http://desaininterior.biz/

Page 37: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

31

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

Elemen tradisional desain interior Jepang

lainnya adalah fusuma, merupakan panel

yang dapat digeser yang terbuat dari kayu

dan kertas atau kain opaque. Digunakan

sebagai pintu geser dan pembatas antara

ruang yang menggunakan join yang

fleksibel.

Terdapat bermacam – macam bentukan

dinding pembatas seperti layar lipat (biyo-

bu), layar pembatas kayu (tsui-tate), tirai

bambu, layar tirai, dan lain lain. Layar tirai

yang terbuat dari kain biasanya digunakan

pada pintu masuk menuju dapur ataupun

pada pinu masuk toko. Kain tirai tersebut di

potong secara berurutan sehingga

membentuk goseran vertikal panjang

sehingga tidak mudah untuk di gerakkan

angin dan memudahkan orang memasuki

ruangan. (Morse, 1980).

Gambar 3. Biyo-yu dan Tirai Jepang

Sumber: http://desaininterior.biz/

2. Lantai

Lantai rumah Jepang lebih banyak

menggunakan bilah-bilah kayu dan

penutup lantai menggunakan tatami dan

kemudian menjadi modul dari ruang dalam

yang menimbulkan efek pada dimensi dari

ruangan dan bingkai structural. Tatami

adalah lantai tradisional Jepang yang

terbuat dari tikar jerami padi.. Tatami

memiliki ukuran standar 88 cm x 176cm di

Tokyo tetapi ukuran standar bervariasi

menurut wilayah tertentu.

Gambar 4. Ukuran dan Bentuk Lantai

Sumber: http://desaininterior.biz/

Penggunaan meja dengan ketinggian yang

rendah dan berbentuk empat persegi dengan

empat kaki di setiap sudutnya. Kursi

menggunakan alas duduk berupa matras

dengan bentukan empat persegi. Material

yang digunakan adalah kayu dengan

menampilkan warna alaminya. Tatami

sudah dipakai di rumah Jepang sejak sekitar

600 tahun yang lalu.

Gambar 5. Contoh Lantai

Sumber: http://desaininterior.biz/

Gambar 6. Penerapan Pemasangan Lantai

Sumber: http://desaininterior.biz/

Lantai tatami terasa sejuk pada musim

panas dan hangat pada musim dingin, dan

tetap lebih segar daripada karpet selama

berbulan bulan lembab di musim dingin.

Hal ini disebabkan dibawah tatami tersebut

ada ventilasi yang merupakan tempat

pengaturan udara dan tempat berbagai pipa

seperti pipa air ledeng, pipa gas, saluran air

toilet dan lain sebagainya.

Page 38: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

32

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

3. Plafon

Gambar 7. Potongan Interior Restauran Jepang

Sumber : http://desaininterior.biz/

Terdiri dari bilah kayu yang ringan dan tipis

sebagai balok penyangga langit-langit dan

pada posisi lainnya terdapat papan kayu

dengan ujung yang saling menopang.

Plafon tidak hanya datar tetapi juga

meninggi dan memiliki lengkungan pada

bagian atasnya bertemu dengan panel datar

dengan bentukan persegi atau lingkaran.

Selain itu juga ada variasi bentukan lain

dengan memadukan bentukan lengkung dan

persegi (Morse, 1981)

Gambar 8. Contoh Langit – langit Rumah

Tradisional Jepang

Sumber: http://desaininterior.biz/

4. Main Entrance/Torii

Main Enterance pada bangunan Jepang

disebut dengan Torii. Gerbang tradisional

Jepang/Torii sering ditemukan di pintu

masuk kuil Shinto, dimana secara

Simbolis menandai transisi dari daerah

profan yang tidak disucikan ke yang suci.

Bentukannya bervariasi mulai dari yang

ringan secara visual maupun yang solid dan

memiliki atap atau balok di atasnya.

Torii secara tradisional terbuat dari kayu

atau batu, tetapi sekarang dapat juga terbuat

dari beton bertulang, tembaga, stainless

steel atau bahan lainnya. Torii biasa

berwarna merah dengan palang atas

berwarna hitam.

Gambar 9. Contoh Pintu masuk dan Pagar

model Jepang

Sumber: http://desaininterior.biz/

5. Dekorasi Lampu

Untuk desain lampu Jepang biasanya dalam

bentuk piringan dengan kedalaman dangkal

dan menggunakan minyak sayuran sebagai

bahan bakarnya. Sedangkan untuk rumah

lampunya (amateur) memiliki beragam

bentuk. Salah satu bentuknya adalah empat

persegi dengan menggunakan rangka kayu

yang di tutupi kertas, terbuka di bagian

atasnya dan bawah.

Gambar 10. Contoh Lampu Model Jepang

Sumber: http://desaininterior.biz/

Page 39: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

33

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

4. PEMBAHASAN

1. Lay Out

Restoran Ryoshi Ubud dengan

pemilik adalah Mr. Sagon didirikan sekitar

tahun 2012. Terletak di Jl. Hanoman

Monkey Forest Ubud Bali, kira-kira 50 Km

dari Kota Denpasar. Luas Lahan Restoran

Ryoshi Ubud adalah sekitar 10000 m2

dengan luas bangunan 4000 m2. Sang

arsitek mencoba membuat desain perpaduan

gaya arsitektur Bali dan Jepang. Struktur

fisik bangunan menggunakan gaya

bangunan Bali dengan beberapa sentuhan

Jepang seperti atap, pintu masuk, landscape

dan desain interiornya. Orientasi bangunan

adalah ke tengah dengan membuat taman

model Jepang sebagai orientasi kedalam.

Orientasi ini diambil sebagai upaya

memberikan view yang merata pada setiap

tempat duduk dengan dioptimalkan

penggunaan cahaya dan udara alami.

Konsep Struktur dan konstruksi bangunan

memakai model bangunan Bali dengan

adanya pemade, pemucu, lambang sineb

dan tugeh. Bentuk atap Exspose bangunan

Bali dikombinasikan dengan bentuk-bentuk

atap model bangunan Jepang. Plafond

menggunakan bahan dari lampid dari rotan

dengan motif lurus polos, sehingga nuansa

alami menjadi prioritas utama

Gambar 11. Layout Restauran Jepang Ryoshi

Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

Bentuk layout Ryoshi dirancang

geometris untuk membuat bangunan yang

sederhana dan pengoptimalan fungsi ruang

sangat menjadi prioritas utama. Ruang-

ruang dirancang dan dikelompokkan

menjadi ruang ruang makan umum, ruang

tatami, ruang bar dan ruang makan shusi

(Private). Ruang tersebut merupakan

konsep dari gaya desain Jepang pada

umumnya. Sirkulasi yang digunakan adalah

sirkulasi linier. Bentuk pembagian zoning

sesuai dengan gaya tradisoinal jepang yang

sederhana dan simple dengan

memanfaatkan potensi lingkungan sekitar

dan existing bangunan lama seperti

Japaneese garden dan kolam ikan. Pada

areal belakang dibuatkan ruang makan

outdor dengan memanfaatkan view kolam

yang sudah ada dengan membuat bangunan

bale model konstruksi bangunan Bali. Bale

ini sebagai tempat makan dengan model

lesehan.

Gambar 12. Struktur Atap Restauran Jepang

Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 13. Potongan Restauran Jepang

Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

Japaneese garden sebagai

pusat orientasi/view

Pintu

Masuk/Torii

Jepang Bale/Lesehan

dengan tikar

Pintu

Masuk/Angkul-

angkul Bali Dinding Kaca dengan

model Jepang Fusuma

Pagar Desain Model Bali Kolam Ikan

Page 40: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

34

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

2. Pintu Gerbang

Desain pintu masuk dibuat sesuai dengan

model pintu masuk rumah di Jepang

Desain pintu masuk cukup simple dengan

dua tiang berdiri disisi kiri dan kanan.

Atap pada pintu masuk menggunakan kayu

dengan bentuk desain yang memiliki

kemiripan pada atap gaya desain Jepang

Nagare, tempat ibadah agama Budha di

Jepang yang dipengaruhi oleh periode

Heian. Motif pintu garis lurus vertical dan

horizontal. Makna kayu yang di jajar

vertikal pada dinding ini sesuai dengan

prinsip seni ajaran zen yang merupakan

garis Tessen byo yaitu garis yang bersifat

berukuran sama sehingga terkesan anggun

dan mencerminkan keabadian. Pada pintu

masuk di desain lampu disisi kiri dan

kanan. Desain lampu menggunakan rangka

kayu yang di tutupi kertas, terbuka di

bagian atasnya dan bawah seperti desain

lampu model Jepang pada umumnya.

Bentuk kedua peralatan lampu ini memiliki

karakteristik gaya desain Jepang yang

sederhana sesuai dengan aliran Zen.

Penutup kertas pada lampu mengurangi

silau cahaya langsung lampu, sehingga

cahaya yang keluarkan tidak langsung

mengenai mata pengunjung dan

mengganggu penglihatan,. Sistem ini sama

dengan penggunaan shoji pada pangunan

tradisional Jepang yang membiarkan cahaya

matahari masuk langsung kerumah dan

disaring oleh shoji yang terbuat dari kertas.

Gambar 14. Pintu Gerbang Restauran Jepang

Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

3. Lantai

Pada lantai restoran Ryoshi menggunakan

lantai teracotta, untuk memberi kesan alami

dan sederhana. Penggunaan warna coklat

sesuai dengan penggunaan bahan dan

material bangunan yang biasanya lebih

banyak digunakan pada lantai Jepang.

Penggunaan terracotta untuk

memaksimalkan fungsi lantai dan

menyesuaikan unsur ekonomis, sehingga

tidak menggunakan material asli seperti

batuan asli, namun menggunakan material

yang hampir sama dengan motif batuan

agar tetap mewakili material aslinya.

Makna yang terkandung dalam Ajaran

Shinto dan Zen mengajarkan kesederhanaan

dan privasi yang di tunjukan pada

penggunaan material lantai yang minimalis

dan teratur sehingga menggambarkan

suasana yang dekat dengan alam.

Gambar 15. Lantai Terracotta Restauran

Jepang Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

4. Furniture

Hampir semua furniture pada restoran

Ryoshi dengan menggunakan bahan dan

material dari kayu. Penggunaan bahan

alami sesuai dengan konsep Jepang.

Material kayu merupakan material yang

sederhana, alami, hangat, mudah dibentuk

dan disesuaikan, memiliki tekstur yang

memberikan kesan estetik.. Desain furniture

dengan bentukan yang sederhana, seperti

bentukan persegi pada lemari, kursi dan

meja makan. Pada restoran Ryoshi dibuat

tiga model tempat duduk. Model yang

pertama adalah model pada umumnya

berbentuk segi empat. Model yang ke-2

adalah tempat duduk semi tatami, dan yang

ke-3 adalah model tatami. Pembuatan ke-3

Page 41: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

35

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

model tempat duduk untuk memberikan

pilihan dari custumer karena masing-

masing memiliki selera tempat duduk yang

berbeda. Model pertama berupa meja

makan duduk telah di sesuaikan dengan

kebiasaan makan orang indonesia yang

biasa duduk di kursi.

Gambar 16. Furniture Kayu Restauran Jepang

Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

Gambar 17. Furniture Kayu pada Bar

Restauran Jepang Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

Foto diatas adalah bar dengan bahan utama

kayu solid, disisi depan dibuat material

garis-garis lembut sesuai dengan konsep

Koko yushi byo yaitu garis yang lembut

menyerupai benang dan memberikan kesan

ulet, supel, tanpa ketegangan dan kontras.

Agar mendambah kesan menarik lighting

dibuat indirect lighting yang tersembunyi

disisi counter bar menyinari motif garis-

garis depan bar.

Model ke-2 adalah semi tatami dibuat

seakan-akan pengunjung duduk lesehan.

Namun kaki tetap bisa relax seperti orang

duduk biasa, tempat duduk dibuat ceruk

sehingga kaki dapat masuk kealam meja

dengan ukuran tinggi meja standar meja

biasa. Model yang ketiga adalah tempat

duduk tatami yang menjadi satu ciri khas

tata cara duduk yang diadopsi dari

kebudayaan Jepang. kursi menggunakan

alas duduk berupa matras dengan bentukan

empat persegi. Material yang digunakan

adalah tikar yang dibuat modul seperti

modul tatami umumya dengan

menampilkan warna alaminya.

Gambar 18. Denah dan Potongan Salah satu

Furniture Restauran Jepang Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

5. Area Sushi Bar

Area sushi bar juga menawarkan suasana

khas Jepang dengan mempertunjukkan

keahlian sang koki meracik sushi yang

dapat langsung dipilih dan makan. selain

suasana interior didalam dibuat sederhana

dengan atap ekspose model Bali dan pada

dinding dipasang lukisan-lukisan Jepang.

Areal shusi bar menggunakan Ac. Karena

memang dibuat lebih private dan vip,

karena tidak semua customer bisa

menikmati masakan sushi.

Page 42: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

36

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

Gambar 19. Suasana Interior Area Sushi Bar

Restauran Jepang Ryoshi Ubud

Sumber: Dokumen Pribadi

Suasana interior seperti ini membuat

pengunjung merasakan pengalaman visual

dan suasana ruang yang berbeda dalam

sebuah restoran Jepang. Pintu geser dan

jendela menggunakan bahan kayu dan kaca

sebagai pengganti bahan kertas. Pintu geser

pada ruang sushi bar memiliki kemiripan

dengan gaya desain shoji, namun

menggunakan aluminium dan kaca. Model

jendela adalah fusuma, merupakan panel

yang dapat digeser yang terbuat dari kayu

sebagai elemen pembatas ruang shusi bar.

6. SIMPULAN

Setiap restoran memiliki konsep

gaya desain Jepang yang berbeda tetapi

tetap memiliki dasar dan tidak menyimpang

dari konsep gaya desain Jepang. Suasana

interior di Ryoshi tampak modern tanpa

meninggalkan unsur interior yang

berorientasi kebudayaan Jepang dengan

perpaduan dari bangunan Bali. Pada

restoran Ryoshi, gaya desain Jepang terlihat

dari adanya penggunaan material alam serta

beberapa detail yang memiliki kemiripan

dengan gaya desain Jepang umumnya,

meskipun telah dipengaruhi oleh gaya

desain modern. Restoran Ryoshi masih

memberikan nuansa gaya desain Jepang.

Penggunakan pintu masuk/Torii merupakan

ciri khas pintu pada gaya desain Jepang.

Interior restoran juga telah memberikan

nuansa gaya desain Jepang tradisional

dengan perpaduan campuran Bali dan gaya

modern. Tidak hanya dari segi elemen

interior, bentuk layout pada restoran juga

telah menerapkan konsep layout gaya

desain Jepang. Restoran telah memberi

nuansa gaya desain Jepang kontemporer, ini

terlihat dari adanya penggunaan material

pada elemen interior dan elemen dekoratif

gaya desain Jepang tradisional, Bali dan

modern.

Hampir sebagian desain interior

Ryoshi memaknai ajaran Zen yang banyak

terkandung dalam desain ini adalah

kesederhanaan, serta kedekatan dengan

alam, yang telah disesuaikan sesuai

kreatifitas perancang ruangan dan

perhitungan fungsional serta segi ekonomis,

yaitu kebebasan berekspresi Detsuzoku,

kesederhanaan Kanso dan Fukinsei

kedinamisan alami. Restoran Ryoshi Jepang

tidak menyediakan ruang Tokonoma,

merupakan sebuah ruang kecil di dalam

kamar yang berfungsi sebagai ruang

upacara teh.

7. DAFTAR PUSTAKA

Bugin, 2010, Penelitian Kualitiatif,

Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

David Little Field, 2007,Metric Handbook

Planing and Design Data,Elsevier

D. K. Ching, Francis, 1996. Ilustrasi

Desain Interior. Jakarta: Erlangga.

Eveline Widjaja, 2013, Terapan Gaya Desain Interior Jepang Restoran Tomoto, Imari, Kayu, Nishiki Surabaya, Jurnal Intra.

Hibi, Sadao, 2002 Japanese Detail:

Architecture., Chronicle Books

Jeong, Kwang Yong, 2008, Japanese

Arxhitecture. Korea:

ArchiworldCo., Ltd.

Koizumi, Kazuko, 1989, Traditional

Japanese Furniture: A Definitive

Guide., Kodansha

Murata,2005 Noboru, Kimmie Tada and

Geeta Metha. Japan Style

Architecture, Interior, Design.

Boston, Vermont and Tokyo:

Tuttle Publishing

Morse, Edward S, 1981, Japanese Homes

and Their Surroundings. Tokyo:

Charles E. Tuttle Company, Inc.

Page 43: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

37

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 28-37

Muhadjir, N, 1992, Metode penelitian

Kualitatif. Yogyakarta: Rake

Sarasin PO Box 83.

Neufert, Ernest, 1980, Libraries, architect’s

Data. NewYork: Hallsted Press

Ltd.

Nishi, Kazuo and Kazuo Hozumi, 2012,

What is Japanese Architecture? :

A Survey of Traditional Japanese

Architecture., Kodansha USA

Purnama Dewi, 2013, Studi Gaya Desain Interior Restoran Bentoya di Galaxy Mall Surabaya, Jurnal Intra

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Shunmyo , 2005. The Modern Japanese

Garden: Tranquility, Simplicity,

Harmony. Hongkong: Tuttle

Publishing.

Page 44: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

38

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

SIGNIFIKANSI PENCAHAYAAN BUATAN PADA

PERANCANGAN INTERIOR GALERI

Oleh:

I Wayan Juliatmika, ST, MT

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

Abstrak

Desain interior adalah salah satu bidang ilmu yang mempergunakan perencanaan

pencahayaan, khususnya cahaya buatan sebagai salah satu media bagi pemenuhan

kenyamanan manusia melakukan aktivitas di dalam ruangan. Peran penting pencahayaan pada

gallery adalah untuk menerangi sekaligus memberi efek pencahayaan yang dramatis pada

obyek seni yang ada di dalamnya. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik perhatian

pengunjung gallery sehingga dapat menangkap informasi dari obyek seni yang dipamerkan,

secara utuh. Hal tersebut memunculkan rumusan permasalahan penulisan yaitu bagaimana

teknik pencahayaan buatan terkait jenis sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan distribusi

pencahayaan buatan yang digunakan dalam perancangan interior galeri?

Dalam penulisan ini menggunakan metode studi literatur, dalam artian mengumpulkan

seluruh data (data sekunder) yang diperlukan dari berbagai sumber buku, untuk kemudian

ditelaah sehingga mendapatkan hasil berupa sistem pencahayaan buatan, pengaturan dan

distribusi pencahayaan buatan yang paling tepat digunakan dalam perancangan interior galeri,

yaitu sistem lighting primer berupa General Lighting dan Localized Lighting, Teknik

pengaturan pencahayaan buatan di ruang pamer galeri harus disesuaikan dengan tujuan dan

konsep seniman dalam menampilkan karya seninya. Shadow playing dan highlighting

merupakan teknik pengaturan cahaya yang baik digunakan di ruang pamer galeri serta

menggunakan distribusi pencahayaan direct.

Kata Kunci : Signifikansi, Pencahayaan buatan, Interior Galeri.

Abstract

Interior design is part of science science that uses lighting planning, especially artificial light

as a medium for the fulfillment of human comfort in indoor activities. The important role of

lighting in the gallery is to illuminate and give effect to the dramatic lighting art objects in it.

This course is intended to attract visitors to the gallery so that it can capture the information

of the objects exhibited, in their entirety. This led to the formulation of the problem of writing

is how artificial lighting techniques related types of artificial lighting systems, regulation and

distribution of artificial lighting is used in the design of the interior of the gallery?

In this study, using literature review, in terms of collecting all the data (secondary data) are

needed from various sources of books, and then analyzed so as to get the results in the form of

artificial lighting systems, distribution arrangements and the most appropriate artificial

lighting used in interior design gallery, which is the primary form of lighting systems and

Localized lighting General lighting, Mechanical regulation of artificial lighting in the

showroom gallery should be adapted to the purpose and concept artists to display his art.

Shadow playing and highlighting a good light setting techniques used in galleries and

showrooms using direct lighting distribution.

Keywords : Significance, artificial lighting, Interior Gallery.

Page 45: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

39

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

1. PENDAHULUAN

Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi

setiap manusia. Cahaya sangat membantu

dalam melakukan segala kegiatannya

sehari-hari. Pertama kali, manusia

menggunakan bahan-bahan alam dan

memanfaatkan tenaga alami sebagai

penerangan dalam aktivitasnya di dalam

dan di luar ruangan. Namun cahaya yang

didapatkan dari pemanfaatan alami tidaklah

mudah untuk diperoleh, terutama untuk

memasukkan cahaya ke dalam suatu

ruangan. Dalam hal ini, manusia

menggunakan cahaya buatan (artificial

light) yang dapat digunakan pada interior

maupun eksterior bangunan (Irawan,

2013:35).

Desain interior adalah salah satu bidang

ilmu yang mempergunakan perencanaan

pencahayaan, khususnya cahaya buatan

sebagai salah satu media bagi pemenuhan

kenyamanan manusia melakukan aktivitas

di dalam ruangan. Hasil akhir perencanaan

pencahayaan bergantung pada kualitas

cahaya yang dihasilkan. Ketepatan kualitas

cahaya tersebut terkait dengan tiga hal

sebagai berikut, yaitu cara cahaya

dihasilkan, pemilihan bentuk sumber

cahaya, dan pemilihan ukuran dan jenis

lampu. Dalam sebuah ruangan, perencanaan

pencahayaan buatan merupakan salah satu

hal penting yang berperan sebagai pemberi

bentuk (formgiver) terhadap elemen-elemen

interior. Dengan perencanaan pencahayaan

buatan yang tepat, unsur-unsur seperti

tekstur, warna, pola atau kontur permukaan

bidang yang dimiliki oleh elemen-elemen

interior, menjadi faktor pembentuk atmosfir

ruang. Hal ini menjadi penting karena

atmosfer ruang yang tercipta sangat

menentukan tingkat kenyamanan visual

para pengguna ruang. Selain membentuk

elemen-elemen interior, perencanaan

pencahayaan buatan dapat dimanfaatkan

untuk memberi penekanan pada obyek-

obyek di dalam ruangan. Sehingga

informasi seperti bentuk, detail dan estetika

obyek-obyek tersebut dapat tersampaikan

dengan optimal kepada pemirsanya.

Galery adalah salah satu fasilitas umum

yang patut memasukkan perencanaan

pencahayaan buatan ke dalam perancangan

interiornya. Galeri pada umumnya

merupakan ruang untuk memamerkan

benda. Salah satu hal yang perlu

diperhatikan dalam mendesain galeri adalah

Pencahayaan. Pencahayaan merupakan

salah satu elemen dasar yang perlu

diperhatikan karena selama ini perancangan

pencahayaan lebih banyak dilihat dari segi

fungsi semata, padahal ada segi lain yang

dapat dimanfaatkan dari cahaya yaitu segi

kualitas. Peran penting pencahayaan pada

gallery adalah untuk menerangi sekaligus

memberi efek pencahayaan yang dramatis

pada obyek seni yang ada di dalamnya. Hal

ini tentu saja dimaksudkan untuk menarik

perhatian pengunjung galery. Perencanaan

pencahayaan juga dimaksudkan agar

pengunjung dapat menangkap informasi

dari obyek seni yang dipamerkan, secara

utuh. Terakhir, peran pencahayaan yang

tidak kalah pentingnya adalah untuk

menyenangkan pengunjung. Artinya

pengunjung diberikan kenyamanan,

khususnya kenyamanan visual selama

melakukan aktivitasnya di dalam ruang

galery. Dari uraian singkat di atas,

perencanaan pencahayaan buatan harus

mampu berperan dalam menciptakan

atmosfir ruang sesuai dengan fungsi ruang

tersebut, baik siang terlebih lagi pada

malam hari. Karena pada malam hari, efek

pencahayaan yang dramatis akan lebih

optimal, dan atmosfir ruang akan lebih

terasa oleh pengunjung.

Mengacu pada uraian di atas, maka pada

dasarnya ada 3 (tiga) faktor penyebab

mengapa perencanaan pencahayaan buatan

sangat diperlukan untuk sebuah interior

galery, terutama pada malam hari. Hal

tersebut merupakan rumusan permasalahan

penulisan yaitu bagaimana teknik

pencahayaan buatan terkait jenis sistem

pencahayaan buatan, pengaturan dan

distribusi pencahayaan buatan yang

digunakan dalam perancangan interior

galeri?

Page 46: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

40

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

2. GALERI

Galeri adalah ruangan atau gedung tempat

memamerkan benda atau karya seni. Kata

seni merupakan kata umum yang tidak

asing lagi bagi kehidupan manusia, dalam

terjemahan bahasa Inggris menjadi kata fine

arts atau art. Sedangkan kata art sendiri

berasal dari bahasa latin yang berarti skill

yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

memiliki arti kemampuan atau kecakapan.

Galeri seni dapat dibedakan berdasarkan:

1. Tempat penyelenggaraan, dibedakan

menjadi:

- Traditional Art Gallery, galeri yang

aktivitasnya diselenggarakan di selasar atau

lorong panjang.

- Modern Art Gallery, galeri dengan

perencanaan ruang secara modern.

2. Sifat kepemilikan, dibedakan menjadi:

- Private Art Gallery, galeri yang dimiliki

oleh perseorangan/pribadi atau kelompok.

- Public Art Gallery, galeri milik

pemerintah dan terbuka untuk umum.

- Kombinasi dari kedua galeri di atas.

3. Isi galeri, dibedakan menjadi:

- Art Gallery of Primitif Art, galeri yang

menyelenggarakan aktivitas dibidang seni

primitif.

- Art Gallery of Classical Art, galeri yang

menyelenggarakan aktivitas di bidang seni

klasik.

- Art Gallery of Modern Art, galeri yang

menyelenggarakan aktivitas di bidang seni

modern.

4. Jenis pameran yang diadakan:

- Pameran Tetap, pameran yang diadakan

terus-menerus tanpa ada batasan waktu,

hasil karya seni yang dipamerkan dapat

tetap maupun bertambah jumlahnya.

- Pameran Temporer, pameran yang

diadakan dengan batas waktu tertentu.

- Pameran Keliling, pameran yang

berpindah-pindah dari satu tempat ke

tempat yang lain.

5. Macam koleksi, dibedakan menjadi:

- Galeri pribadi, tempat untuk

memamerkan hasil karya pribadi seniman

itu sendiri tanpa memamerkan hasil karya

seni orang lain dan hasil karya seniman itu

tidak diperjualbelikan untuk umum.

- Galeri umum, galeri yang memamerkan

hasil karya dari berbagai seniman, hasil

karya para seniman itu diperjualbelikan

untuk umum.

- Galeri kombinasi, merupakan kombinasi

dari galeri pribadi dan galeri umum,

karya seni yang dipamerkan dalam galeri

ini ada yang diperjual belikan untuk

umum, ada pula yang merupakan koleksi

pribadi seniman yang tidak

diperjualbelikan. Hasil karya seni yang

dipamerkan merupakan hasil karya seni

dari beberapa seniman.

6. Tingkat dan luas koleksi:

- Galeri lokal, merupakan galeri yang

mempunyai koleksi dengan obyek-obyek

yang diambil dari lingkungan setempat.

- Galeri regional, merupakan galeri seni

yang mempunyai koleksi dengan obyak-

obyek yang diambil dari tingkat

daerah/propinsi/daerah regional I.

- Galeri internasional, merupakan galeri

yang mempunyai koleksi dengan obyek-

obyek yang diambil dari berbagai negara

di dunia.

3. PENCAHAYAAN

Cahaya adalah suatu bentuk energi yang

merambat dan memungkinkan mata

manusia untuk melihat. Cahaya yang

dihasilkan oleh suatu sumber cahaya

memiliki karakteristik tertentu yang

berbeda satu dengan yang lain. Hal ini

terjadi karena cahaya mengalami perubahan

sesuai dengan sifat permukaan yang

dikenainya. Perilaku cahaya tersebut sangat

berpengaruh pada kualitas pencahayaan

dalam interior.

Pencahayaan merupakan salah satu faktor

untuk mendapatkan keadaan lingkungan

yang aman dan nyaman dan berkaitan erat

dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

yang baik memungkinkan orang dapat

melihat objek-objek yang dikerjakannya

secara jelas dan cepat.

Berdasarkan bidang permukaan yang

dikenainya, perilaku cahaya dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

Page 47: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

41

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

A. Refleksi (Memantulkan)

Perilaku cahaya yang mengenai suatu

bidang permukaan, dimana cahaya

dipantulkan secara sempurna. Terjadi pada

permukaan yang padat.

B. Transmisi (Meneruskan/Menyebarkan)

Perilaku cahaya yang melewati suatu

bidang permukaan, dimana cahaya

diteruskan melewati bidang permukaan

tersebut, dan sebagian disebarkan. Terjadi

pada permukaan yang transparan.

C. Absorbsi (Menyerap)

Perilaku cahaya yang terjadi ketika cahaya

mengenai permukaan yang padat, dimana

cahaya tidak dipantulkan maupun

ditransmisikan.

Menurut sumbernya, pencahayaan dapat

dibagi menjadi :

A. Pencahayaan alami;

Pencahayaan alami adalah sumber

pencahayaan yang berasal dari sinar

matahari. Sinar alami mempunyai banyak

keuntungan, selain menghemat energi

listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk

mendapatkan pencahayaan alami pada suatu

ruang diperlukan jendela-jendela yang besar

ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya

1/6 daripada luas lantai. Sumber

pencahayaan alami kadang dirasa kurang

efektif dibanding dengan penggunaan

pencahayaan buatan, selain karena

intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber

alami menghasilkan panas terutama saat

siang hari. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan agar penggunaan sinar alami

mendapat keuntungan, yaitu:

- Variasi intensitas cahaya matahari

- Distribusi dari terangnya cahaya

- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya,

jarak antar bangunan

- Letak geografis dan kegunaan bangunan

gedung

B. Pencahayaan buatan;

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan

yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain

cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat

diperlukan apabila posisi ruangan sulit

dicapai oleh pencahayaan alami atau saat

pencahayaan alami tidak mencukupi.

Fungsi pokok pencahayaan buatan baik

yang diterapkan secara tersendiri maupun

yang dikombinasikan dengan pencahayaan

alami adalah sebagai berikut:

- Menciptakan lingkungan yang

memungkinkan penghuni melihat secara

detail serta terlaksananya tugas serta

kegiatan visual secara mudah dan tepat

- Memungkinkan penghuni berjalan dan

bergerak secara mudah dan aman

- Tidak menimbukan pertambahan suhu

udara yang berlebihan pada tempat kerja

- Memberikan pencahayaan dengan

intensitas yang tetap menyebar secara

merata, tidak berkedip, tidak

menyilaukan, dan tidak menimbulkan

bayang-bayang.

- Meningkatkan lingkungan visual yang

nyaman dan meningkatkan prestasi.

Sistem pencahayaan buatan yang sering

dipergunakan secara umum dapat

dibedakan atas 3 macam, yaitu :

a. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar

secara merata di seluruh ruangan. Sistem

pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang

tidak dipergunakan untuk melakukan tugas

visual khusus. Pada sistem ini sejumlah

armatur ditempatkan secara teratur di

seluruh langit-langit.

b. Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan

memperoleh pencahayaan dari arah

tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran

atau penonjolan suatu objek karena akan

tampak lebih jelas. Lebih dari itu,

pencahayaan terarah yang menyoroti satu

objek tersebut berperan sebagai sumber

cahaya sekunder untuk ruangan sekitar

melalui mekanisme pemantulan cahaya.

Sistem ini dapat digabungkan dengan

sistem pencahayaan merata karena

bermanfaat mengurangi efek menjemukan

yang ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

c. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem setempat ini cahaya

dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu

Page 48: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

42

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

misalnya tempat kerja yang memerlukan

tugas visual.

Untuk mendapatkan pencahayaan yang

sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan

sistem pencahayaan yang tepat sesuai

dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan

di ruangan dapat dibedakan menjadi lima

macam yaitu (Manurung, 2009:59):

1. Sistem Pencahayaan Langsung (direct

lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan

secara langsung ke benda yang perlu

diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif

dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada

kelemahannya karena dapat menimbulkan

bahaya serta kesilauan yang mengganggu,

baik karena penyinaran langsung maupun

karena pantulan cahaya. Untuk efek yang

optimal, disarankan langi-langit, dinding

serta benda yang ada didalam ruangan perlu

diberi warna cerah agar tampak

menyegarkan

2. Pencahayaan Semi Langsung (semi

direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan

langsung pada benda yang perlu diterangi,

sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-

langit dan dinding. Dengan sistem ini

kelemahan sistem pencahayaan langsung

dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-

langit dan dinding yang diplester putih

memiliki effiesiean pemantulan 90%,

sedangkan apabila dicat putih effisien

pemantulan antara 5-90%

3. Sistem Pencahayaan Difus (general

diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60%

diarahkan pada benda yang perlu disinari,

sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit

dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini

termasuk sistem direct-indirect yakni

memancarkan setengah cahaya ke bawah

dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah

bayangan dan kesilauan masih ditemui.

4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak

Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan

ke langit-langit dan dinding bagian atas,

sedangkan sisanya diarahkan ke bagian

bawah. Untuk hasil yang optimal

disarankan langit-langit perlu diberikan

perhatian serta dirawat dengan baik. Pada

sistem ini masalah bayangan praktis tidak

ada serta kesilauan dapat dikurangi.

5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung

(indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan

ke langit-langit dan dinding bagian atas

kemudian dipantulkan untuk menerangi

seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit

dapat menjadi sumber cahaya, perlu

diberikan perhatian dan pemeliharaan yang

baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak

menimbulkan bayangan dan kesilauan

sedangkan kerugiannya mengurangi effisien

cahaya total yang jatuh pada permukaan

kerja.

Satwiko dalam Ilmu Fisika Bangunan

(2004:69) membagi jenis sumber cahaya

dalam tiga golongan sebagai berikut:

1. Lampu Pijar

Cahaya dihasilkan oleh filament dari bahan

tungsten yang berpijar karena panas. Efikasi

lampu rendah 8-10 % energi yang menjadi

cahaya. Sisa energi terbuang dalam bentuk

panas. Lampu Halogen termasuk dalam

golongan ini.

2. Lampu Fluorescent

Cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk

fosfor yang melapisi bagian dalam tabung

lampu. Ramuan bubuk menentukan warna

cahaya yang dihasilkan. Lebih dari 25 %

energi menjadi cahaya.

3. Lampu HID (High-Intensity Discharge)

Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik

melalui uap zat logam. Termasuk dalam

golongan ini adalah lampu Merkuri, Metal

Halida dan Sodium Bertekanan.

Masing-masing golongan memiliki

kelebihan tersendiri. Lampu pijar lebih

hangat karena sebagian 90% energi menjadi

panas dan warnanya kekuningan, sesuai

untuk kegiatan santai atau istirahat. Lampu

Fluorescent mempunyai sinar yang terang

dan putih, sesuai untuk kegiatan kerja

dengan penglihatan. Sedangkan, lampu HID

lebih efisien, sesuai untuk penerangan

umum.

Page 49: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

43

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

4. JENIS DAN EFEK PENCAHAYAAN

PADA INTERIOR GALERI

Permasalahan pencahayaan buatan pada

perancangan interior tidak hanya tentang

banyaknya jumlah cahaya yang dihasilkan.

Impresi suasana ruang, kenyamanan serta

peningkatan efisiensi aktivitas pengguna

ruang merupakan peran yang harus dicapai

oleh pencahayaan buatan. Pengguna ruang

mempersepsikan sesuatu melalui

kemampuan visualnya. Sedangkan obyek

akan memberikan impresi bagi yang

melihatnya. Kualitas visual obyek menjadi

faktor penting tersampaikannya informasi

tentang bentuk, warna, tekstur, proporsi dan

pengaruh-pengaruh yang timbul, terhadap

yang melihatnya. Ini semakin menguatkan

pendapat bahwa pencahayaan buatan dapat

digunakan untuk menciptakan tatanan order

dan relevansi dalam lingkungan tempat

aktivitas berlangsung dan tidak sebagai

penerangan semata.

Berbeda dengan cahaya alami, cahaya

buatan memiliki sistem tersendiri dalam

menerangi ruangan. Sistem tersebut

dimasudkan untuk tercapainya efektifitas

dan efisiensi pemanfaatan cahaya buatan di

dalam ruangan (Irawan, 2013:35).

Sistem cahaya buatan dapat dibagi menjadi

dua, yaitu :

1. Sistem Lighting Primer

a. General Lighting: sistem pencahayaan

umum, merata di semua ruangan.

b. Localized Lighting (Free Standing Up

Lighter): menyerupai general lighting,

tetapi sistem ini mempunyai penataan

khusus untuk mendukung aktivitas tertentu

di area tertentu.

Gambar 1. Sistem Penerangan General Localized

Lighting

Sumber : www.bonjour-odyssey.com (16 Mei

2014)

c. General Lighting dan Localized Lighting

: sistem ini merupakan gabungan dari

sistem general lighting dan localized

lighting. Sistem ini biasanya diterapkan

pada ruangan yang membutuhkan tingkat

intensitas cahaya yang besar.

2. Sistem Lighting Sekunder

a. Ambient Light : sistem penerangan yang

sinarnya dibuat merata (difuse). Cahaya

yang merata mengurangi kepekaaan

plastisitas (penglihatan 3D) dan tidak

memberikan bayangan sehingga ruangan

menjadi lebih terang.

Gambar 2. Ambient Light Pada Interior

Sumber : forum.indowebster.com (16 Mei 2014)

b. Accent Light : penerangan yang sinarnya

berfungsi sebagai aksen.

Gambar 3. Accent Light Pada Interior

Sumber : forum.indowebster.com (16 Mei 2014)

c. Task Light:

Penerangan yang sinarnya bertujuan

fungsional. Misalnya untuk kegiatan

membaca.

Gambar 4. Task Light Pada Interior

Sumber : http://energizecorvallis.org (16 Mei

2014)

Page 50: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

44

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

d. Effect Light :

Sistem penerangan yang menyerupai accent

light, tetapi obyek dan cahaya itu sendiri

menjadi pusat perhatian.

Gambar 5. Effect Light Pada Galeri

Sumber : Philips Effect Light Catalog

e. Architecture Light :

Sistem yang memanfaatkan cahaya sebagai

media pendukung olahan atau karya

arsitektur (disebut juga structural light)

f. Decorative Light :

Sistem penerangan yang mempunyai bentuk

sekaligus sebagai unsur dekoratif interior

dengan intensitas dan warna cahaya

tersendiri untuk menciptakan suasana.

Gambar 6. Penggunaan Decorative Light Pada

Interior

Sumber : http://www.limitsizenerji.com (16 Mei

2014)

Gambar 7. Penggunaan Architecture Light

Menonjolkan Karya Arsitektur

Sumber : http://dpineapplewoowoo.blogspot.com

(16 Mei 2014)

Pengaturan pencahayaan buatan pada

perancangan interior galeri, dilakukan

melalui teknik-teknik tertentu. Hal ini

bertujuan menciptakan intensitas

pencahayaan tertentu di dalam ruangan.

Teknik pengaturan pencahayaan buatan

tersebut antara lain (Manurung, 2009:53) :

1. High Lighting

Teknik pengaturan cahaya buatan yang

bertujuan untuk menciptakan interior ruang

yang memiliki intensitas cahaya tinggi. Hal

ini dilakukan dengan memberikan sorotan

cahaya pada obyek tertentu, sehingga

mempertajam detail dan warna obyek

tersebut.

Gambar 8. High Lighting Pada Interior

Sumber : http://leticiadias.blog.br (16 Mei 2014)

2. Wall Washing

Teknik pengaturan cahaya buatan yang

memberikan suatu lapisan pencahayaan

pada bidang dinding sehingga dinding

terkesan merata dengan cahaya.

Gambar 9. Penggunaan Wall Washing pada

Interior

Sumber : http://leticiadias.blog.br (16 Mei 2014)

Page 51: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

45

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

3. Silhouetting

Teknik pengaturan cahaya buatan

dengan cara menempatkan obyek pamer

di antara bidang tangkap cahaya,

sehingga obyek pamer terlihat sebagai

suatu bentuk bayangan.

Gambar 10. Penggunaan Silhouetting Pada

Interior

Sumber : http://viewfromhell.deviantart.com (16

Mei 2014)

4. Beam Play

Teknik pengaturan cahaya yang

memanfaatkan sorotan cahaya sebagai

elemen visual. Teknik ini

memanfaatkan bidang tangkap tertentu

untuk dapat memperlihatkan sorotan

cahaya tersebut. Sumber cahaya diatur

menjadi permainan titik lampu.

Gambar 11. Penggunaan Beam Light

Sumber : http://www.claypaky.it (16 Mei 2014)

5. Shadow Play

Teknik pengaturan cahaya yang

menonjolkan bayangan hasil sorotan

cahaya sebagai elemen visual. Teknik

ini biasanya menggunakan jenis lampu

yang memiliki karakter berkas sinar

yang sempit.

Gambar 12. Penggunaan Shadow Play Pada

Interior

Sumber : http://www.thetrendboutique.co.uk (16

Mei 2014)

6. Sparkle

Teknik pengaturan cahaya yang menjadikan

sumber cahaya sebagai elemen visual.

Teknik ini mampu memberikan kesan

elegan dan mewah pada perancangan

sebuah interior.

Gambar 13. Sparkle Light Pada Interior

Sumber : http://www.ziogiorgio.com (16 Mei

2014)

Dalam sistem pencahayaan buatan, ada

teknik pembagian berkas cahaya atau

distribusi cahaya. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan armature lampu. Tujuannya

adalah menciptakan efek-efek tertentu pada

obyek yang disinari (Manurung, 2009:53).

Jenis-jenis armature lampu tersebut, adalah:

1. Indirect

Armatur jenis ini mengarahkan lebih dari

90% cahaya ke atas dengan memanfaatkan

langit-langit sebagai pemantul. Dipakai

pada bidang yang mempunyai daya

reflektansi cukup besar.

Page 52: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

46

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 38-46

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

2. Semi Indirect

Armatur jenis ini menyerupai jenis

armature indirect, lebih dari 60% cahaya

lampu diarahkan ke atas, sekaligus

mengarahkan 40% cahaya ke bawah

3. Semi Direct

Armatur jenis ini mengarahkan cahaya yang

sama kuatnya ke arah atas dan arah bawah.

4. Direct

Armatur jenis ini mengarahkan cahaya

lebih dari 90% ke arah bawah.

5. Diffused

Armatur jenis ini menyebarkan cahaya

secara merata ke segala arah

5. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap paparan

kepustakaan diatas, dapat disimpulkan

bahwa teknik pencahayaan buatan yang

digunakan dalam perancangan interior

galeri sebaiknya nya menggunakan sistem

lighting primer berupa General Lighting

dan Localized Lighting. yaitu sistem yang

merupakan gabungan dari sistem general

lighting dan localized lighting. Sistem ini

akan membuat ruangan galeri memiliki

pencahayaan umum yang merata di semua

ruangan sekaligus mempunyai penataan

khusus untuk mendukung aktivitas tertentu

di area tertentu. Sedangkan sistem lighting

secunder nya berupa accent lighting. Sistem

ini akan memberikan berkas cahaya sebagai

aksen yang bertujuan menonjolkan

performa karya seni yang didisplay.

Teknik pengaturan pencahayaan buatan di

ruang pamer galeri harus disesuaikan

dengan tujuan dan konsep seniman dalam

menampilkan karya seninya. Shadow

playing dan highlighting merupakan teknik

pengaturan cahaya yang idealnya digunakan

pada ruang display galeri. Sedangkan

distribusi pencahayaan di ruang display

galeri, disesuaikan dengan fungsi ruang.

Pada ruang pamer galeri hendaknya

menggunakan distribusi pencahayaan

direct.

6. REKOMENDASI

Dalam kurun waktu singkat, galeri sering

kali memamerkan karya seni yang berbeda-

beda (jenis pameran temporer). Hal tersebut

akan berpengaruh pada penataan tempat

pajangan serta pada system pencahayaan

yang diperlukan. Oleh karena itu sebaiknya

menggunakan tipe track lighting, sehingga

arah dan focus dapat diatur sesuai dengan

keinginan dan tujuan pameran tersebut.

7. DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Bambang dan Pricilla Tamara.

2013. Dasar-Dasar Desain. Jakarta :

Grya Kreasi

Manurung, Parmonangan. 2009. Desain

Pencahayaan Arsitektur. Yogyakarta :

Andi

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana-

Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta

: Jalasutra

Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan.

Yogyakarta : Andi

Sumber Internet

(www.artikata.com)

http://www.bonjour-odyssey.com

http://forum.indowebster.com

http://forum.indowebster.com

http://energizecorvallis.org

http://www.limitsizenerji.com

http://dpineapplewoowoo.blogspot.com

http://leticiadias.blog.br

http://viewfromhell.deviantart.com

http://www.claypaky.it

http://www.thetrendboutique.co.uk

http://www.ziogiorgio.com

Page 53: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

47

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

PRESENTASI VISUAL

DALAM PROSES DESAIN INTERIOR

Oleh:

Bambang S. Yudistira

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

Abstrak

Setiap desainer tentunya mempunyai gaya dan karya yang berbeda satu dengan lainnya.

Demikian pula dengan tujuan dan skala dari projeknya tentunya masing-masing berbeda.

Yang sama atau paling tidak serupa adalah proses yang diikuti. Desain adalah sebuah proses

dan dalam proses tersebut ada tahapan yang diikuti oleh semua profesi desainer, dari fashion

designer sampai architect. Tidak terlepas pula dengan desainer interior. Dalam lingkungan

Desain Interior, pada setiap proses tahapan desain diperlukan metode spesifik dari presentasi.

Misalnya presentasi visual pada tahap analisis tentunya berbeda dengan presentasi visual pada

tahap sintesis.

Dititik-beratkan sebagai presentasi Komunikasi Visual dalam Desain Interior, penulisan ini

menerangkan beragam metode, style dan teknik presentasi pada setiap tahap proses desain.

Diharapkan dapat memberikan input dan wawasan pada desainer. Desain yang baik tentunya

memerlukan presentasi yang baik pula.

Kata kunci: Proses Desain, Presentasi Visual

Abstract

Every designer must have a different style and work with each other. Their results differ, so

their goal and their scale of the projects. What’s similar are the process they follow. Design is

a process and there are stages in the process that is followed by all professional designers,

from fashion designers to architect. Not apart with interior designers. In interior design

environment, at every stage of the design process required a specific method of presentation.

For example, a visual presentation on the stage of the analysis is different than the visual

presentation on the synthesis stage.

Stressed on the presentation of Visual Communication in Interior Design, this paper describes

a variety of methods, styles and presentation techniques at every stage of the design process.

Expected to provide input and insight on the designer. Good design would require good

presentation anyway.

Keywords: Design Process, Visual Presentation

Page 54: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

47

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

PROSES DESAIN

Dalam buku Interior Design Illustrated,

Francis D.K. Ching mengidentifikasi tiga

tahapan dasar dalam proses desain: analisis,

sintesis, dan evaluasi. Menurut Ching,

analisis meliputi definisi dan pemahaman

masalah atau problem, sintesis meliputi

formulasi dari berbagai kemungkinan

solusi, dan evaluasi meliputi kritik review,

kelebihan dan kekurangan terhadap solusi

yang diambil. Sesungguhnya, tiga tahapan

ini berlaku juga untuk semua proses desain

seperti, graphic designer, fashion designer,

exhibition designer, dan lain-lain. Yang

membedakan tentu saja detail proses dan

hasil atau outcome dari masing-masing

bidang.

Dari tiga tahap dasar tersebut dalam projek

desain interior dapat dijabarkan lagi

menjadi berbagai fase:

Predesain (Predesign)

Desain Skematik (Schematic

Design)

Pengembangan Desain (Design

Development)

Dokumen konstruksi (Construction

Document)

Administrasi Konstruksi

(Construction Administration)

Pada masing-masing fase di atas,

dibutuhkan visual presentasi.

Tabel 1. Fase dalam Proses Desain

Fase Projek Aktifitas Visual presentasi

Predesain, programming

analysis

Analisis dan dokumentasi

kebutuhan, tujuan dan objektif

dari projek

Umumnya berupa catatan tertulis yang

terangkum dalam laporan. Seringnya

berisi definisi masalah, analisa

kebutuhan, penjadwalan (scheduling),

goal atau tujuan. Selain tulisan juga

terdapat grafik atau chart dan matriks.

Ada kalanya pula disisipkan gambar

ortografik dalam tahap studi awal.

Desain Skematik, preliminary

design

Konsep awal berkaitan dengan

tata ruang dan keteknikan.

Presentasi grafik konseptual dan

tematik. Berisi diagram hubungan

fungsi–bentuk-teknik, desain awal

denah blocking, sketsa denah ruang,

sketsa tampak, potongan, gambar

preliminary 3Demensi,

Pengembangan Desain,

finalized design

Finalisasi desain Finalisasi dan pematangan desain.

Berisi gambar presentasi segala

komponen yang berhubungn dengan

desain seperti, denah, tampak,

potongan, rencana tata ruang perabot

dan peralatannya, termasuk gambar

final 3D dan presentasi multimedia,

contoh material dan finishing, dan

presentasi model maket berskala atau

mockups.

Dokumen Konstruksi, working

drawing

Persiapan gambar kerja dan

dokumen kontrak

Persiapan kontrak dokumen berupa

gambar kerja (working drawing) yang

dapat digunakan oleh kontraktor atau

pihak lain seperti untuk perijinan dari

dinas terkait

Administrasi Konstruksi, guide

and review

Arahan dan review pelaksanaan Komunikasi dengan kontraktor, klien

dan pihak lain yang umumnya tertulis

termasuk penjadwalan, budget,

perubahan gambar di lapangan dan

sebagainya.

Sumber : Analisis Pribadi

Page 55: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

48

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

A. Predesain (Programming Analysis)

Predesain merupakan tahap awal dari

proses, dimana sering juga disebut

programming analysis. Pada fase ini

dibutuhkan presentasi visual berupa tulisan,

grafik, chart, dan sebagainya.

Graphic Analysis Program

Banyak desainer merasakan pentingnya

mengkomunikasikan secara grafis sejak dari

awal proses desain bahkan sejak dari awal

interview dengan klien. Semua dituliskan

dan digambar dalam sebuah grafik

sederhana yang mudah dimengerti dengan

sedikit kata-kata.

Gambar 1. Diagram Graphic Analysis Program

Sumber: http://www.qpractice.com/ncidq-exam-study-guide

Gambar 2. Diagram Graphic Analysis Program

Sumber: Interior Design Visual Presentation, hal. 25

Page 56: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

49

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Matrice program

Diagram analisis hubungan antar ruang

sering dipresentasikan dengan matriks

program. Di mana dengan mudah dapat

terlihat kebutuhan ruang dan hubungan atau

korelasi antar ruangan tersebut. Tingkatan

hubungannya biasanya dipresentasikan

dengan dot (lingkaran) ataupun terkadang

dengan angka.

B. Desain Skematik (Preliminary

Design)

Bubble diagram

Ketika diagram hubungan menjadi bagian

dan diperhitungkan sebagai persyaratan

atau kebutuhan dalam analisis, maka

berkembang satu tahap lebih maju menjadi

apa yang disebut dengan bubble diagram.

Di mana pada bubble diagram sering

menjadi parameter aktual yang berkaitan

dengan hubungan ruang, penempatan dan

kebutuhan luasan ruang dalam skala kasar.

Dengan demikian, bubble diagram

merupakan langkah awal dalam proses

Desain Skematik (preliminary design).

Gambar 3. Diagram Hubungan Antar Ruang

Sumber: carolynjeanmatthews.wordpress.com

Gambar 4. Bubble Diagram

Sumber: http://j-mdesign.com/design-services/

Page 57: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

50

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Space Studies

Sebelum merancang ruang dalam kaitannya

dengan dimensi atau luasan ruang, desainer

biasanya melakukan yang disebut dengan

space studies. Pada proses ini lebih

menekankan pada individu ruang, satu

persatu dilakukan studi aktifitas untuk

mendapatkan luasan kebutuhan masing-

masing ruang. Setiap fungsi dari ruang

dibuatkan studi ruang dengan skala yang

akurat termasuk menempatkan furniture dan

peralatan lainnya sesuai aktifitas dalam

ruang tersebut.

Gambar 5. Space Studies

Sumber: Interior Design Visual Presentation, hal. 32

Page 58: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

51

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Blocking Diagram Setelah proses studi ruang (space studies)

dan bubble diagram, desainer menuju tahap

selanjutnya yaitu dengan membuat blocking

diagram. Pada blocking diagram ini

umumnya desainer menggunakan kertas

kalkir atau kertas tembus pandang untuk

membuat diagram blok warna di atas

gambar ruang eksisting atau denah dengan

skala yang relative tepat (metode tracing).

Walaupun saat ini penggunaan computer

sudah sangat umum dan digunakan oleh

banyak desainer, namun metode tracing

dirasakan masih efektif oleh banyak

desainer. Menggunakan CAD program pada

tahap ini dirasakan oleh banyak desainer

relative tidak efektif. Namun juga beberapa

desainer memulai gambar dengan CAD

pada tahapan proses ini untuk digunakan

lebih lanjut pada tahap proses selanjutnya.

Gambar 6. Diagram Blok Warna

Sumber: http://arendse4.wix.com

Gambar 7. Contoh Lain Diagram Blok Warna

Sumber: http://sweinstein4.wix.com

Page 59: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

52

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Stacking Plan

Umumnya pada projek lebih dari satu lantai

maka dibutuhkan stacking plan, yang

berfungi seperti blocking plan namun

dengan hirarki vertical.

Conceptual Design

Berangkat dari hubungan antar ruang,

matrice program, blocking diagram,

fitplan, space studies, dan sebagainya,

desainer menerapkan diagram visual yang

menyeluruh berupa konsep denah, tampak

atau potongan bahkan konsep detail yang

mewakili nilai tematik, fungsi, isu kultural,

iklim, keteknikan dan lain sebagainya.

Biasanya presentasi visual berupa denah,

tampak dan atau potongan dengan skala

yang mendekati “kenyataan” disertai

gagasan tematik berupa gambar visual, dan

contoh material.

Gambar 8. Stacking Plan

Sumber: www.lamiskanaan.com

Gambar 10. Contoh Disain 3D pada Gambar

Conceptual Design

Sumber: Roof Deck view concept, STD Bali

Gambar 11. Contoh Detail Furniture pada

Gambar Conceptual Design

Sumber: jsinteriordesign.blogspot.com

Gambar 9. Contoh Denah pada Gambar

Conceptual Design

Sumber:

http://www.oliviainteriordesign.com/portfolio/conc

eptual-interior-design/design-concept-office-space/

Page 60: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

53

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

C. Finalisasi Desain (Finalized Design)

Proses desain skematik dan konseptual

umumnya membutuhkan proses berulang

kali sampai pada tahap yang disepakati

untuk maju pada tahap selanjutnya. yaitu

pengembangan konsep menjadi finalisasi

desain. Semua aspek desain sudah

dipertimbangkan. Dipresentasikan dalam

gambar dengan ukuran dan skala yang

presisi. Perlu disadari bahwa gambar visual

pada tahap ini dapat dianggap sebagai

presentasi final dari desain, sehingga

seluruh gambar terpresentasikan dengan

jelas baik tujuan estetika, fungsi, dan

keteknikannya. Segala elemen desain

ternotifikasi dengan baik agar tercipta

komunikasi visual yang jelas. Bahkan saat

ini penggunaan computer sudah semakin

sering dipakai untuk presentasi visual 3D

yang mendekati realistik dengan 3D

rendering photo biased.

Gambar 12. Contoh Denah Interior

Sumber: Sekolah Tinggi Desain Bali

Gambar 14. Contoh Tampak Interior

Sumber: www.projectsatoz.com

Gambar 13. Contoh 3D Interior

Sumber:

http://www.architecturalmodelingindia.com/3d-

architectural-renderings/3d-interior-rendering.php

dan www.3dhousedownload.com

Gambar 15. Contoh 3D Maket

Sumber: www.behance.net

Page 61: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

54

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 47-54

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

D. Dokumen konstruksi (Working

Drawing)

Gambar kerja (working Drawing)

merupakan gambar presentasi visual yang

ditujukan untuk dokumen konstruksi,

bagaimana implementasi konstruksi dan

instalasinya. Yang berarti gambar

dimaksudkan agar desain bisa dibangun

atau direalisasikan. Semua aspek (denah,

tampak, potongan, detail, rencana plafon,

air conditioning, acoustic treatment,

mekanikal, elektrikal, dsb) tergambar

dengan ukuran akurat, dengan skala yang

tepat, dan penuh dengan informasi detail.

Adapun umumnya gambar kerja dibuat

pada lembar kertas dengan kop (title block)

dan menggunakan standar gambar teknik

(drafting standards and symbols)

DAFTAR PUSTAKA

Maureen Milton, Interior Design Visual

Presentation, 2004, John Willey and Sons

inc.

Francis D.K. Ching, Interior Design

Illustrated, 2012, John Wiley and Sons inc.

Department of Design - University of

Minesota, Basic Drafting Standard and

Symbols, 2005, University of Minnesota

Gambar 16. Contoh Gambar Kerja Denah Interior

Sumber: http://www.syerasite.com/home-design-ideas-bathroom-with-glamour/bathroom-

drawings-designjoinery-design-documentation-andrew-dwyer-interior-design-ol1t1b6o/

Gambar 17. Contoh Gambar Kerja Detail Konstruksi

Sumber: http://www.syerasite.com/home-design-ideas-bathroom-with-glamour/bathroom-

drawings-designjoinery-design-documentation-andrew-dwyer-interior-design-ol1t1b6o/

Page 62: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

55

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

LOKAL GENIUS PADA

INTERIOR ETNIK BALI MASA KINI “Felling that you are somebody living somewhere.”

Oleh:

Ni Nyoman Sri Rahayu, ST, MT

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

Abtsrak

Roh atau lokal genius suatu tempat akan mengarahkan desainer untuk mampu

menciptakan makna suatu tempat atau ruang bagi manusia penghuninya. Interior tidak

hanya bentukan (form), tapi juga (spirit). “Felling that you are somebody living

somewhere”, seseorang yang dapat merasakan/menikmati sebuah bentukan ruang yang

memberinya kesan bahwa ia sedang berada di tempat tertentu, dengan suasana dan

identitas etnik tertentu.

Dominasi budaya modernisme telah mendukung proses pembentukan

kebudayaan modern di Bali. Modernisasi (pariwisata atau globalisasi) bukan sebagai

faktor utama perusak suatu kebudayaan, melainkan mampu menganggapnya sebagai

faktor penentu kokohnya kualitas suatu budaya lokal (lokal genius), dengan menyerap

dan mengadaptasi unsur-unsur modern (global) yang mampu memperkuat dan

memperkaya budaya (interior etnik Bali) itu sendiri. Sehingga diharapkan dapat

memadupadankan teknologi modern dengan warisan budaya lokal setempat.

Kata kunci: interior etnik, lokal genius.

Abstract

Spirit or local genius somewhere will lead designers to be able to create

meaning a place or space for human occupants. The interior is not only formed, but

also has a spirit. "Felling that you are somebody living somewhere", someone who

can feel / enjoy the room in someplace, with an atmosphere and an ethnic identity.

The dominance of modernism cultural has supported the formation of modern

culture in Bali. Modernization (tourism or globalization) is not a major factor of

destroyer culture, but is able to take it as a quality-powerful determinants of local

culture (genius loci), by absorbing and adapting modern elements (global) which is

able to strengthen and enrich the cultural (ethnic interior Bali) itself. So its expected

to mix and match modern technology with local culture heritage.

Keywords: ethnic interior, genius loci.

Page 63: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

56

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

1. LOKAL GENIUS DAN ARUS

MODERNISASI

Lokal genius dapat didefinisikan sebagai

“The spirit of place (atau roh)” yang

mengacu pada aspek yang unik, khas yang

dapat terwujud pada aspek fisik (tangible).

Lokal genius berperan sebagai komponen-

komponen pokok dari identitas penentu sense

of place, pada tampilan fisik dan kualitas

estetikanya, salah satunya adalah pada gaya

arsitektur maupun interior. Membentuk

suatu ruang merupakan usaha untuk

mengungkapkan roh suatu tempat tersebut.

Roh atau lokal genius suatu tempat akan

mengarahkan desainer untuk mampu

menciptakan makna suatu tempat atau ruang

bagi manusia penghuninya.

Kebudayaan, nilai dan tradisi masyarakat

Bali berkaitan erat dengan kehidupan

sosial, adat, dan keagamaan setempat.

Tradisi adi luhung yang berlandaskan pada

nilai-nilai luhur secara turun temurun telah

memberikan karakter budaya yang kuat.

Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai yang

telah menjadi bagian kehidupan masyarakat

Bali telah mengalami perkembangan.

Perkembangan ini besar dipengaruhi oleh

masuknya kebudayaan asing yang akhirnya

kemudian mendominasi kebudayaan lokal.

Masuknya kebudayaan modern telah

mempengaruhi hampir semua aspek

kehidupan masyarakat, mulai dari gaya

hidup/lifestyle, perilaku, serta pandangan

dan penghargaan masyarakat terhadap

karya-karya budaya masyarakat Bali.

Dalam bidang desain, keterkaitan antara

nilai estetik dengan perilaku dan gaya hidup

masyarakat berjalan secara sinergis.

Dominasi budaya modernisme telah

mendukung proses pembentukan

kebudayaan modern di Bali. Dikhawatirkan

kedepannya, budaya dan hasil karya

masyarakat Bali menjadi semakin asing di

tempatnya sendiri. Maka dari itu diperlukan

upaya masyarakat untuk menanggapinya

secara fleksibel, responsif dan adaptif.

2. LANGGAM INTERIOR ETNIK

a. Langgam

Langgam didefinisikan sebagai sebuah

karakter yang bersifat

kolektif/mengelompok terutama

berhubungan dengan caranya ditampilkan

(Budiharjo: 41). Adanya ciri khas tertentu

yang ada dalam penampilan sebuah objek

(interior). Langgam dapat saja berbentuk

tradisional, yang kemudian dapat dikenali

sebagai milik lokal sendiri sesuai dengan

guna, fungsi, dan arti sosial-kultural dengan

interior lokal.

b. Elemen ruang

Ruang dibentuk dari beberapa elemen, yaitu

elemen pelingkup, furnitur, dan aksesori.

Elemen pelingkup terdiri dari dinding,

lantai, dan langit-langit (Sari, 2010: 6).

Elemen pelingkup, furnitur, dan aksesori

berfungsi untuk membentuk suatu ruang.

Ibaratnya sebuah masakan yang akan terasa

lebih sedap jika ditambahkan bumbu

penyedap, begitupula halnya dengan

aksesori. Aksesori pada ruangan akan

menambah nilai estetika baik secara

dekoratif maupun fungsional. Ketiga

elemen ruang ini menentukan tampilan dan

gaya ruang. Elemen - elemen ruang ini

dapat tampil unik dan menarik melalui

permainan warna, bentuk, proporsi, dan

tekstur, sehingga memudahkan dalam

berkreasi untuk menciptakan nuansa

interior yang ingin diciptakan.

c. Makna interior etnik

Sebuah kalimat yang bisa mewakili maksud

dari interior etnik adalah “Felling that you

are somebody living somewhere.”

Seseorang yang dapat

merasakan/menikmati sebuah bentukan

ruang yang memberinya kesan bahwa ia

sedang berada di tempat tertentu. Tempat

yang akan memberikan suasana tertentu.

Tercipta dari keseluruhan bentukan pada

ruang dalam yang memberinya kesan

bahwa ia sedang berada di ruangan dengan

suasana dan identitas etnik tertentu.

Interior etnik menyimpan berbagai nilai-

nilai dan menempatkan budaya sebagai

komponen pembentuknya. Interior etnik

dapat diamati salah satunya dari penerapan

Page 64: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

57

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

bentuk-bentuk konstruksi yang mengambil

bentuk-bentuk pada arsitektur tradisional;

elemen pembentuk ruang yang didominasi

penggunaan material alami terutama

material lokal setempat; serta penggunaan

aksesoris dan dekorasi khas lokal setempat.

Interior etnik dapat dimaknai sebagai: (1)

makna feeling naturally, dimana terdapat

kedekatan hubungan antara pengguna ruang

(yang dapat merasakan) dengan ruang

dalam itu sendiri (objek yang

diamati/dinikmati) seolah-olah pengguna

dapat menyatu dengan alam, salah satunya

karena dominasi penggunaan material alami

dengan kesan natural tersebut yang juga

akan dapat memberikan emosi positif pada

pengguna; (2) makna identitas ciri lokal

setempat, dimana interior etnik merupakan

salah satu wujud lokal genius yang mampu

memberi identitas lokal setempat; (3)

makna estetika, dimana langgam interior

etnik memberikan nilai estetika tersendiri

pada wujud ruang yang muncul dengan

spirit lokal dan natural.

3. VARIASI INTERIOR ETNIK BALI

MASA KINI

Untuk dapat memahami interior etnik Bali,

mau tidak mau harus mengetahui tentang

budaya dan tradisi dari masyarakat Bali.

Dengan pola budaya etnik, maka bentukan-

bentukan ruangnya (bentukan interior etnik)

akan sangat berkaitan dengan pola sosial-

budaya setempat. Seni budaya Bali

misalnya, kekayaan seni budaya Bali yang

sangat beragam akan selalu dapat menjadi

inspirasi bentuk-bentuk pada perwujudan

ruang dalamnya.

Desain pembentuk ruang interior meliputi:

dinding, plafon dan lantai. Ditunjang

dengan furnitur dan akseoris pendukung,

elemen-elemen tersebut memiliki kekuatan

khas yang bersama-sama akan saling

mempengaruhi dalam menciptakan

langgam interior etnik. Sehingga

keselarasan setiap unsur desain dalam

ruangan itu dijaga untuk menghasilkan

harmonisasi yang tepat. Pada elemen

pelingkup langit-langit dapat digunakan

material alami khas Bali meliputi: bambu

(banyak terdapat di Desa Penglipuran-

Bangli) dan kayu. Kemudian susunan dari

alang-alang pada bagian penutupnya dapat

memberi kesan keteraturan. Untuk elemen

pelingkup dinding dapat digunakan material

batu bata ekspos, bata merah banyak

dijumpai di Jematang dan Tulikup, paras

Kerobokan, paras Kelating, paras

Selakarang, batu hitam Karangasem, dan

beberapa material dari bahan tanah liat

yang banyak diproduksi di daerah Pejaten

Tabanan, dan di daerah Gerih, Abiansemal-

Badung. Elemen lantai banyak digunakan

material plesteran semen, parket dari kayu

dan bambu. Furnitur dan aksesori yg dipilih

adalah dari bahan kayu dan bambu yang

bersifat natural sehingga nuansa etnik di

ruangan dapat terasa kental. Dapat juga

digunakan kerajinan khas Bali yang akan

semakin menguatkan kesan interior etnik

Bali.

Gambar 1. Interior etnik Bali

Sumber: http://desainrumahbali.com

Salah satu interior etnik Bali, dengan

dominasi material alami meliputi: material

kayu pada bidang langit-langit, material

penutup atap berupa jerami yang disusun

teratur semakin memberi kesan alami;

dinding polos dengan relief ukiran Bali

(stone carving), pilar dengan beberapa

bentuk pepalihan, konstruksi lambang dan

sineb serta pilar; bidang lantai yang

menggunakan parket sehingga memberi

kesan hangat dan natural seolah-olah si

pengguna berada dekat dengan alam; detail

ukiran diantara bidang lantai parket dan Detail

ukiran

Konstruksi

tradisional

Bali

Furniture

Bale

Detail ukiran Konstruksi

tradisional Bali Furniture Bale

Page 65: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

58

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

kolam renang; furnitur berupa bale yang

digunakan untuk tempat duduk bersantai;

serta beberapa kerajinan khas Bali sebagai

dekorasi penunjang. Interior sebagai salah

satu representasi kebudayaan benda yang

terlihat oleh indera mata, dapat dibuat

sebagai salah satu wadah dalam usaha

penguatan nilai-nilai budaya lokal setempat.

Lalu, bagaimana halnya dengan

perkembangan interior etnik bali saat ini di

tengah arus modernisasi dan pluralisme

budaya?

Modernisasi berarti proses pergantian dari

gaya lama menjadi gaya baru. Di dalam

proses itu terjadi perubahan, khususnya

perubahan yang diusahakan dengan sadar

oleh manusia atau masyarakat. Oleh karena

itu, maka sudah semestinya modernisasi

tidak sekedar mengarah kepada gaya baru,

akan tetapi gaya baru itu diharapkan lebih

menyenangkan dan lebih memuaskan

manusia dan masyarakat di lingkungannya

daripada gaya lama yang digantikannya.

Harapan ini tidak hanya mengacu pada

upaya pelestarian saja, tetapi juga pada

penggalian dan penciptaan baru untuk

mengisi khasanah kebudayaan yang

bermakna.

Pluralisme budaya dimaksudkan sebagai

keragaman budaya. Ini terjadi salah satunya

adalah akibat perkembangan teknologi dan

masuknya budaya-budaya luar yang serta

merta mempengaruhi budaya lokal. Di Bali

saat ini bukan hanya budaya barat yang ikut

mempengaruhi perkembangan kebudayaan

Bali, tapi juga budaya tradisional luar pulau

seperti Jawa yang juga saat ini cukup kuat

mempengaruhi perkembangan interior saat

ini. Dapat dilihat dari perpaduan antara

bentuk gebyok dan ukiran khas Bali pada

pintu masuk rumah, bentuk interior dengan

soko guru pada rumah joglo yang juga

banyak diterapkan pada interior saat ini.

Beberapa jenis material alam luar pulau

Bali juga umum digunakan pada interior,

diantaranya: lampit dari Kalimantan, kayu

seseh/kelapa dari Sulawesi, batu dan paras

Palimanan Jogya, batu candi dari Jawa

Tengah, dsb.

Peran seorang desainer cukup besar untuk

mampu mencermati masalah-masalah pada

karyanya. Seorang desainer yang cerdas

adalah seorang yang kreatif dan dinamis

dalam melihat perkembangan tanpa harus

kehilangan jatidiri dan identitasnya, sehingga

sanggup melahirkan karya yang berakar dari

budaya sendiri “tanpa mengganggu”

kehidupan budaya aslinya. Begitu pula

halnya dalam pengembangan desain interior

di tengah gempuran pariwisata, diperlukan

desainer-desainer yang cerdas yang mampu

melahirkan bentuk-bentuk bangunan yang

berkualitas internasional (global),

beridentitas dan berjatidiri lokal setempat,

dan dapat menjadi daya tarik pariwisata.

Dalam menanggapi pluralisme budaya yang

saat ini terjadi di Bali, seorang desainer

dapat saja memadupadankan teknologi

modern dengan warisan budaya lokal

setempat. Dapat juga digunakan kombinasi

antara material alami lokal Bali maupun

luar Bali, dengan ukiran khas Bali,

sehingga tetap dapat memberi kesan etnik

Bali. Disini interior tidak hanya sekedar

berlandaskan pada konsep asing dari barat,

namun dapat menciptakan interior yang

menimbulkan kesan identitas pribadi dan

orisinal.

Keberadaan interior ditandai oleh ciptaan

alam menjadi suatu yang nyata, secara umum

berarti membuat nyata genius loci. Hal ini

dapat dilakukan dengan menciptakan ruang

pada sebuah bangunan yang merupakan

rangkaian dari benda-benda dan material di

suatu tempat serta mendekatkan hubungan

ruang dan benda-benda tersebut dengan

manusia. Genius loci bukan hanya berarti

peniruan terhadap model lama, tetapi

menunjukkan identitas suatu tempat dan

menginterpretasikannya dengan cara-cara

baru. Jadi, menanamkan identitas dan jatidiri

setempat merupakan poin utama dari tolok

ukur pengembangan kebudayaan, khususnya

interior etnik Bali masa kini. Ini berarti,

bahwa setiap orang harus memandang

modernisasi (pariwisata atau globalisasi)

bukan sebagai faktor utama perusak suatu

kebudayaan, melainkan harus mampu

meletakkannya secara proporsional sebagai

Page 66: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

59

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

faktor penentu kokohnya kualitas suatu

budaya lokal (lokal genius), dengan

menyerap dan mangadaptasi unsur-unsur

modern (global) yang mampu memperkuat

dan memperkaya budaya (interior etnik Bali)

itu sendiri.

Makna penggunaan interior etnik Bali pada

masa kini adalah: (1) inovasi bentuk-bentuk

budaya berupa benda seni tradisional yang

diterjemahkan pada bentukan baru

walaupun berbeda pada bentuk maupun

fungsinya pada interior; (2) Sustainability

“ajeg”nya etnik Bali terutama pada aspek

interior ditengah gempuran pluralisme

budaya kekinian.

Beberapa variasi elemen ruang pada interior

etnik Bali, akan ditampilkan pada gambar-

gambar dibawah ini :

A. Plafon (Langit-langit)

Gambar 2. Contoh Plafon Bambu

Sumber: http://idesignarch.com

Material bambu sebagai usuk, dan susunan

material alami alang-alang sebagai penutup

atap memberi kesan keteraturan.

Gambar 3. Contoh Plafon dengan Motif Lukisan

Sumber: http://balitrulyparadise.blogspot.com

Lukisan Kamasan Klungkung, sebagai

penutup bidang langit-langit. Terdapat juga

ukiran kayu pada sesaka, tugeh, dan

lambang (konstruksi tradisional Bali).

Gambar 4. Motif anyaman bambu pada

permainan plafon

Sumber: http://2.bp.blogspot.com

Gambar 5. Material kayu pada konstruksi atap

Sumber: http://2.bp.blogspot.com

B. Dinding

Gambar 6. Dinding bambu yang disusun vertikal.

Sumber: http://imagebali.net

Gambar 7. Kusen ventilasi dan jendela menyatu,

motif jaro pada ventilasi

Sumber: http://pinterest.com

Page 67: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

60

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Gambar 8. Dinding dengan finishing Kain Prada

Sumber: http://desainrumahbali.com

Pola yang banyak terdapat pada kain prada

yang ditambahkan pada finishing dinding.

Gambar 9. Dinding dengan motif ukiran Bali

Sumber: http://grinhos.com

Bidang dinding sekaligus atap dengan motif

ukiran Bali (pepatran). Dengan cahaya dan

penghawaan alami yang cukup efektif.

C. Kolom

Gambar 10. Panel sebagai pengganti bidang

tiang/ saka, motif ukiran Bali

Sumber: http://pampai.com

Gambar 11. Ukiran Bali pada saka (tiang khas

Bali)

Sumber: http://idesignarch.com

D. Pintu

Gambar 12. Pintu ukiran kori Bali

Sumber: http://naturalhousebali.com

Gambar 13. Ukiran pada pintu masuk yang

terbuat dari batu paras

Sumber: http://interior-tops.blogspot.com

E. Lantai

Gambar 14. Semen plesteran

Sumber: http://imagebali.net

Gambar 15. Lantai bambu/kayu

Sumber:

http://indahnyarumahku.wordpress.com

Page 68: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

61

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

F. Furniture

Gambar 16. Bed dari matreial bambu

Sumber : http://imagebali.net

Gambar 17. Bale dari material Kayu

Sumber: http://desainrumahbali.com

Gambar 18. Kursi dari bahan bambu

Sumber: http://beritateraktual.com

G. Dekorasi

Gambar 19. Cermin dan lampu meja dengan

ukiran Bali.

Sumber: http://2.bp.blogspot.com

Gambar 20. Patung Bali di samping bathtub

Sumber: http://uni-wall.com

Gambar 21. Stone carving, relief motif Patra

Sumber:

http://modelrumahminimalis21.com

Gambar 22. Stone carving untuk kisi-kisi (lubang

ventilasi).

Sumber: http://balireliefcarved.blogspot.com

Gambar 23. Stone carving, relief motif dedaunan

khas Bali

Sumber: http://jualbatualam.com

Page 69: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

62

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Gambar 24. Dekorasi dinding dengan motif

penari Bali

Sumber: http://ren-journal.blogspot.com

Gambar 25. Lukisan wayang Kamasan-

Klungkung

Sumber: http://paketbalimurah.wordpress.com

Gambar 26. Kipas dan kain poleng

(motif kotak hitam putih)

Sumber: http://members.virtualtourist.com

Gambar 27. Hiasan dinding ukiran Bali

Sumber: http://e-kuta.com

Dekorasi Songket Bali yang dapat

digunakan sebagai pola dalam menghiasi

dinding seperti songket khas Klungkung

motif wayang dan Songket Bali dengan

warna yang beragam dapat digunakan

sebagai aksen pada bidang dinding.

Gambar 28. Songket Bali

Sumber: http://nga.gov.au & http://

pinterest.com

Kain Geringsing dibuat oleh kaum wanita

di Desa Tenganan Pegringsingan,

Karangasem. Kain ini ditenun dengan

menggunakan pewarna alami, sehingga

awet sampai bertahun-tahun. Bisa dipakai

untuk hiasan diatas furnitur, hiasan dinding,

dan sebagainya.

Gambar 29. Kain Geringsing

Sumber: http//indonesiabox.org

Anyaman gedek bermotif dapat digunakan

untuk motif plafon, partisi, dan lain-lain.

Gambar 30. Anyaman gedek motif swastika dan

motif kembang seribu

Sumber: http://balidenpasartrading.com

Gambar 31. Partisi dari material bambu

Sumber: http://design-rumah.com

Page 70: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran

63

JURNAL DESAIN INTERIOR Vol. 1 No. 1 (Juni 2014) 55-63

Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

ISSN : 2355-9284

Salah satu inspirasi untuk memberi suatu

yang unik yaitu menggunakan kurungan

ayam (guungan) untuk menjadi tempat

lampu.

Gambar 32. Kurungan Ayam

Sumber: http:// architeria.com

Terdapat juga hiasan dinding dari susunan

nyiu atau nampan dari ayaman bambu yang

berbeda ukuran maupun permainan

motifnya.

Gambar 33. Anyaman Bambu

Sumber: http://2.bp.blogspot.com

4. PENUTUP

Interior etnik dapat dimaknai sebagai: (1)

makna feeling naturally, dimana terdapat

hubungan yang dekat antara pengguna

ruang dengan ruang dalam itu sendiri

seolah-olah pengguna dapat menyatu

dengan alam; (2) makna identitas ciri lokal

setempat, sebagai salah satu wujud yang

mampu memberi identitas lokal setempat

(lokal genius); (3) Makna estetika, dimana

langgam interior etnik memberikan nilai

estetika tersendiri pada wujud ruang yang

muncul dengan spirit lokal dan natural.

Suatu gaya baru dapat memuaskan manusia

dan masyarakat, apabila mampu

mengakomodasi nilai-nilai lokal genius

setempat atau genius loci. Makna

penggunaan interior etnik Bali pada masa

kini adalah : (1) inovasi bentuk-bentuk

budaya berupa benda seni tradisional yang

diterjemahkan pada bentukan baru

walaupun berbeda pada bentuk maupun

fungsinya pada interior; (2) Sustainability

“ajeg”nya etnik Bali terutama pada aspek

interior ditengah gempuran pluralisme

budaya kekinian.

5. DAFTAR PUSTAKA

Agus Sachari. 2007. Budaya Visual

Indonesia. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Budiharjo, Eko. 1989. Jati Diri Arsitektur

Indonesia. Bandung: Alumni.

Sari, Nurul wulan. 2010. Ragam gaya

Interior sesuai kepribadian. Jakarta:

Griya Kreasi.

Sumber Internet

http://en.wikipedia.org/wiki/Spirit_of_place

. 19 Mei 2014: 10.00 Wita.

http://2.bp.blogspot.com

http:// architeria.com

http://balidenpasartrading.com\

http://balitrulyparadise.blogspot.com

http://beritateraktual.com

http://desainrumahbali.com

http://design-rumah.com

http://e-kuta.com

http://grinhos.com

http://idesignarch.com

http://imagebali.net

http://indonesiabox.org

http://indahnyarumahku.wordpress.com

http://interior-tops.blogspot.com

http://jualbatualam.com

http://members.virtualtourist.com

http://modelrumahminimalis21.com

http://naturalhousebali.com

http://nga.gov.au

http://paketbalimurah.wordpress.com

http://pinterest.com

http://pampai.com

http://ren-journal.blogspot.com

http://uni-wall.com

http://en.wikipedia.org

Page 71: ISSN : 2355 -9284 - std-bali.ac.id · peleng kap pembentuk ruang . 2.2 Metode Pengumpulan Data ... Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali ISSN : 2355 -9284 ukuran