Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Labiopalatoshizis adalah Suatu kelainan kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara. 1 Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit- langit, merupakan kelainan kongenital yang paling umum pada kepala dan leher di dunia. Penelitian epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih sedikit namun teknik bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan.Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras sertanegara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-Kaukasia.Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah 1
37

ISI PAPER ANESdocx.docx

Jul 08, 2016

Download

Documents

ummi fadilah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ISI PAPER ANESdocx.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Labiopalatoshizis adalah Suatu kelainan kongenital dimana keadaan

terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat melalui palatum durum

maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat

tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan. Pembedahan pada palato

dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan.

Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.1

Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit-langit, merupakan

kelainan kongenital yang paling umum pada kepala dan leher di dunia. Penelitian

epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih sedikit namun

teknik bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan.Sumbing memiliki frekuensi

yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras sertanegara. Diperkirakan 45%

dari populasi adalah non-Kaukasia.Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus

bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang

hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta

Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di

Jepang.2

Penyebabnya terjadinya bibir sumbing ialah multifaktorial, seperti genetik,

nutrisi, lingkungan, bahkan sosial ekonomi. Jumlah penderita bibir sumbing di

Indonesia bertambah 3.000-6.000 setiap tahun atau 1 bayi setiap 1.000 kelahiran.

Namun, jumlah total penderita bibir sumbing di Indonesia belum diketahui secara

pasti. Penderita bibir sumbing dapat diperbaiki dengan jalan operasi, namun

memerlukan biaya yang besar, sedangkan kesempatan penderita yang menjalani

operasi setiap tahunnya hanya sekitar 1.500 orang, angka ini masih jauh dari

idealnya sehingga tindakan-tindakan pencegahan sebaiknya lebih diutamakan.3

1

Page 2: ISI PAPER ANESdocx.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Labiopalatoshizis atau cleft lip dan cleft palate adalah Suatu kelainan

kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat

melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-

langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan..

2.2 ETIOLOGI

Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio

palatoschizis, antara lain:

1.      Faktor   Genetik

Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan

pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan

hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter.

Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang

menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan

2

Page 3: ISI PAPER ANESdocx.docx

celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam

penyatuan beberapa bagian kontak.

2. Insufisiensi  zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik

kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).

Zat –zat yang berpengaruh adalah:

-  Asam folat

- Vitamin C

-  Zn

Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn

dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh

kembang organ selama masa embrional. Selain itu  gangguan sirkulasi foto

maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa

embrional.

3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:

1.Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio

palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :            

Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)

Aspirin (Obat – obat analgetika)

 Kosmetika yang mengandung merkuri & timah   hitam (cream

pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan

pengawasan dokter.

2.kontrasepsi hormonal

Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama

untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi

sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi

fotomaternal.

3

Page 4: ISI PAPER ANESdocx.docx

3.     Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan

Labio palatoschizis, yaitu:

a.Zat kimia (rokok dan alkohol)

Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat

terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan

alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.

b.Gangguan metabolik

Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetes sangat rentan terjadi

kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal.

Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang

organ selama masa embrional.

c. Penyinaran radioaktif

Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran

radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat  mengganggu proses tumbuh

kembang organ selama masa embrional.

4. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang

terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh

terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.

      Dari beberapa faktor tersebut diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio

palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama

pemakaian, dan wktu pemakaian.

4

Page 5: ISI PAPER ANESdocx.docx

2.3 ANATOMI MULUT

Batas- batas mulut :

Atas : palatum durum dan molle

Bawah : mandibula, lidah dan struktur lain pada mulut

Lateral ; pipi

Depan : bibir

Belakang : lubang menuju faring

Palatum durum dibentuk oleh sebagian maksila di bagian depan dan os palatinum

dibagian belakang. Tulang dilapisi oleh periosteum dan membrana mukosa.

Palatum molle,dibentuk oleh otot dan jaringan ikat yang dilapisi membrana

mukosa,bersambungan dengan palatum durum dibagian depan.Sedangkan gusi

merupakan bagian mulut yang merupakan tempat melekatnya gigi dan syaraf-

syaraf.

5

Page 6: ISI PAPER ANESdocx.docx

Perkembangan Embriologi

Untuk dapat memahami terjadinya labio atau palatoschisis,kita harus tahu

perkembangan embriologi normal yang terjadi pada pembentukan

wajah,khususnya disekitar bibir dan langit-langit.

Perkembangan Wajah:

Pada minggu ke 4 dimana panjang embrio 3,5mm,terbentuknya 5 buah

primordia sekeliling mulut primitif atau stomadeum,pada akhir minggu ke 8 muka

telah terbentuk lengkap.Lima buah prosessus yang terbentuk pada wajah adalah :

a.Prosessus frontalis,yang tumbuh dari arah kepala kebawah .prosessus ini

merupakan batas atas stomadeum,pada perkembangan selanjutnya dalam

minggu ke 5 dan 6 pada prosessus ini terbentuk duah buah nasal placoda

terbentuk tapak kuda terbuka kearah stomadeum,kedua plakoda ini

dinamakan prosessus nasomedialis dan ateralis yang kemudian akan

membentuk bagian-bagian hidung,bibir atas,gusi dan bagian anterior

palatum,sebelah depan foramen incisivus

b.Sepasang prosessus maksilaris yang merupakan batas superolateral

stomadeum.

c.Sepasang prosessus mandibularis yang merupakan

batasbawahstomadeum,keduanya berfungsi digaris tengah pada minggu ke

4 dan selanjutnya berkembang menjadi pipi bagian bawah,bibir

bawah,mandibula,gusi dan gigi geligi.

Teori Perkembangan bibir atas adalah seperti berikut:

1.teori fusi prosessus : Prosessus maksilaris berkembang kearah depan dan garis

tengah,dibawah prosessus nasolateralis menuju dan mendekati prosessus

nasomedialis yang tumbuh lebih cepat kebawah.prosessus nasomedialis kiri dan

kanan akan bertemu digaris tengah pada saat bertemu penonjolan yang mirip jari-

jari tangan akan berfusi masing-masing lapisan epitelnya yang kemudian pecah

6

Page 7: ISI PAPER ANESdocx.docx

sehingga lapisan mesoderm dibawahnya akan berfusi membentuk bibir atas yang

normal.fusi ini akan terjadi pada akhir minggu ke 6 samapai awal minggu ke 7.

suatu hipotesa terjadinya sumbing yaitu karena kegagalan fusi antara

prosessus maksilaris dengan prosessus nasomedialis yang lebih lanjut dijelaskan

secar skematis oleh Patten:

a. Pertama terjadi pendekatan masing – masing prosessus

b. Setelah prosessus bertemu terjadi regresi lapisan epitel

c. Mesoderm saling bertemu dan mengadakan fusi.

Teori terjadinya labio atau palatoschisis adalah sebagai berikut :

a.Labioschisis : Perkembangan abnormal dari prosessus nasomedialis dan

maksilaris

b.palatoschisis : Kegagalan fusi antara 2 prosessus palatina

keterangan gambar: A.Embrio 5 minggu (6mm),B.Embrio 6 minggu

(12mm),C.Wajah waktu lahir: prosessufrontonasalis,prosessus nasaliis

medial,prosessus nasalis lateral,mata,prosessus maksilaris,prosessus

mandibularis,prosessus brankiogenik,stomadeum

7

Page 8: ISI PAPER ANESdocx.docx

2.4 PATOFISIOLOGI

Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan bibir atas dan langit-

langit sekaligus.Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi (unilateral) atau pada

kedua sisi (bilateral) bibir.Cleft lip dan cleft palate terbentuk saat bayi masih

dalam kandungan.Proses terbentuknya kelainan ini sudah dimulai sejak minggu-

minggu awal kehamilan ibu.

Saat usia kehamilan ibu mencapai 6 minggu, bibir atas dan langit-langit

ronggamulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk dari jaringan yang

berada di keduasisi dari lidah dan akan bersatu di tengah-tengah. Bila jaringan-

jaringan ini gagalbersatu, maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau langit-

langit rongga mulut.Sebenarnya penyebab mengapa jaringan-jaringan tersebut

tidak menyatu dengan baik belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi faktor

penyebab yang diperkirakan adalah kombinasi antara faktor genetik dan faktor

lingkungan seperti obat-obatan, penyakit atauinfeksi yang diderita ibu saat

mengandung, konsumsi minuman beralkohol ataumerokok saat masa

kehamilan.Resiko terkena akan semakin tinggi pada anak-anak yang memiliki

saudara kandungatau orang tua yang juga menderita kelainan ini, dan dapat

diturunkan baik lewat ayahmaupun ibu. Cleft lip dan cleft palate juga dapat

merupakan bagian dari sindroma penyakit tertentu. Kekurangan asam folat juga

dapat memicu terjadinya kelainan ini.Kelainan sumbing selain mengenai bibir

juga bisa mengenai langit-langit dan gusi.Berbeda pada kelainan bibir yg terlihat

jelas secara estetik, kelainan sumbing langit2dan gusi lebih berefek kepada fungsi

mulut seperti menelan, makan, minum, dan bicara.Pada kondisi normal, langit2

menutup rongga antara mulut dan hidung. Pada bayi yanglangit-langitnya

sumbing barrier ini tidak ada sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak.

Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada

saatmenghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk

menjadi kurangdan jelas berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya

selain juga mudahterkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum

8

Page 9: ISI PAPER ANESdocx.docx

tidak ada batas antarahidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke

telinga.

Patofisiologinya antara lain:

a.Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama

faseembrio pada trimester I.

b.Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial

danmaksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

c.Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan

olehkegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

d. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa

kehamilan

2.5 KLASIFIKASI.

1. Labioschisis Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk:

Komplit

Inkomplet

2. Berdasarkan lokasi/jumlah kelainan :

a.Unilateral Incomplete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi

bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.

9

Page 10: ISI PAPER ANESdocx.docx

b.Unilateral complete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir

dan memanjang hingga kehidung.

c.Bilateral complete Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan

memanjang hingga ke hidung.

Klasifikasi yang diusulkan oleh Veau dibagi dalam 4 golongan yaitu :

10

Page 11: ISI PAPER ANESdocx.docx

• Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1).

• Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen

insisivum (gambar 2).

• Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang

alveolar dan bibir pada satu sisi (gambar 3).

• Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang

alveolar dan bibir pada dua sisi (gambar 4).

Gambar 1. A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada langit-langit

lunak dan keras. C. Celah yangmeliputi langit-langit dan lunak keras juga alveolar

pada satu sisi. D. Celah yang meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan

bibir pada dua sisi. (Young & Greg.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain

A. Masalah asupan makanan

11

Page 12: ISI PAPER ANESdocx.docx

Asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi

penderita labioschisis. Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi

untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi

bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.

Keadaan tambaha nyang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada

bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih

banyak udara pada saat menyusui.

B.Masalah Dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah

tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari

gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk 

C.Infeksi telinga

Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi

telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang

mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.

D.Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas

pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole

tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan

suaradengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech).

Meskipun telahdilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas

untuk menutup ruang/rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali

sepenuhnya normal.Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi

suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s,sh,and ch", dan terapi bicara (speech therapy)

biasanya sangat membantu.

E.Distorsi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.

Pada Labio skisis

12

Page 13: ISI PAPER ANESdocx.docx

 

Distorsi pada hidung

Tampak sebagian atau keduanya

Adanya celah pada bibir

Pada Palato skisis

Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen

incisive.

Ada rongga pada hidung.

Distorsi hidung

Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadengan jari 

Kesukaran dalam menghisap/makan.

2.7 KOMPLIKASI

Gangguan bicara dan pendengaran

Terjadinya otitis media berulang,

Infeksi telinga

Gangguan pendengaran

Aspirasi

Distress pernafasan

Resiko infeksi saluran nafas

Pertumbuhan dan perkembangan terhambat serta kekurangan gizi.

13

Page 14: ISI PAPER ANESdocx.docx

2.8 PENATALAKSANAAN

Terapi atau tindakan pada labiopalatoschisis adalah dengan tindakan

bedah,operasi ini berguna untuk memperbaiki bentuk bibir,pada kasus – kasus

pada usia manapun,tetapi pada bayi – bayi semuanya dilakukan pada usia

dini,umumnya diusia 3 bulan dengan memperhatikan rumus Rule Of Ten sebagai

berikut:

1.Berat Badan sekurang-kurangnya 10 pon (4,5kg)

2.umurnya sekurang-kurangnta 10 minggu

3.kadar Hb > 10gr%

4.jumlah lekosit <10.000/mm3

Mengunakan cara millard

Pada palatoplasty,Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2

tahun disaat anak mulai belajar bicara, tergantung pada derajat kecacatan. Awal

fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.

Operasi untuk labioplasty bertujuan untuk penampilan bentuk anatomik serta

fungsi yang mendekati normal,untuk mencapai tujuan tadi perlu diperhatikan

beberapa patokan yaitu:

1.memperbaiki cuping hidung agar bentuk dan letaknya simetris

2.memberi bentuk dasar hidung yang baik

3.memperbaiki bentuk dan posisi columella

4.memperbaiki bentuk dan fungsi bibir atas

5.mengisap dan makan tanpa terjadi regurgitasi nasal

6.pertumbuhan gigi yang baik

7.pembicaraan yang normal

8.pendengaran yang norma

14

Page 15: ISI PAPER ANESdocx.docx

Terapi Non-bedah

LabioPalatoschisis merupakan suatu masalah pembedahan, sehingga tidak

ada terapi medis khusus untuk keadaan ini. Akan tetapi, komplikasi dari

labiopalatoschisis yakni permasalahan dari intake makanan, obstruksi jalan nafas,

dan otitis media membutuhkan penanganan medis terlebih

dahulusebelumdiperbaiki.

Perawatan Umum Pada Cleft Palatum Pada periode neonatal beberapa hal yang

ditekankan dalam pengobatan pada bayi dengan cleft palate yakni:

a. Intake makanan

Intake makanan pada anak-anak dengan cleft palate biasanya mengalami

kesulitan karena ketidakmampuan untuk menghisap, meskipun bayi tersebut dapat

melakukan gerakan menghisap. Kemampuan menelan seharusnya tidak

berpengaruh, nutrisi yang adekuat mungkin bisa diberikan bila susu dan makanan

lunak jika lewat bagian posterior dari cavum oris. pada bayi yang masih disusui,

sebaiknya susu diberikan melalui alat lain/ dot khusus yang tidak perlu dihisap

oleh bayi, dimana ketika dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan

jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat pasien menjadi

tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan nutrisi menjadi tidak cukup.

Botol susu dibuatkan lubang yang besar sehingga susu dapat mengalir ke dalam

bagian belakang mulut dan mencegah regurgitasi ke hidung. Pada usia 1-2 minggu

dapat dipasangkan obturator untuk menutup celah pada palatum, agar dapat

menghisap susu, atau dengan sendok dengan posisi setengah duduk untuk

mencegah susu melewati langit-langit yang terbelah atau memakai dot lubang

kearah bawah ataupun dengan memakai dot yang memiliki selang yang panjang

untuk mencegah aspirasi. (5)

b. Pemeliharaan jalan nafas

15

Page 16: ISI PAPER ANESdocx.docx

Pernafasan dapat menjadi masalah anak dengan cleft, terutama jika dagu

dengan retroposisi (dagu pendek, mikrognatik, rahang rendah (undershot jaw),

fungsi muskulus genioglossus hilang dan lidah jatuh kebelakang, sehingga

menyebabkan obstruksi parsial atau total saat inspirasi (The Pierre Robin

Sindrom)

c. Gangguan telinga tengah

Otitis media merupakan komplikasi yang biasa terjadi pada cleft palate

dan sering terjadi pada anak-anak yang tidak dioperasi, sehingga otitis supuratif

rekuren sering menjadi masalah. Komplikasi primer dari efusi telinga tengah yang

menetap adalah hilangnya pendengaran. Masalah ini harus mendapat perhatian

yang serius sehingga komplikasi hilangnya pendengaran tidak terjadi, terutama

pada anak yang mempunyai resiko mengalami gangguan bicara karena cleft

palatum.

Tehnik pembedahan

Pada labioschisis yang paling sering digunakan adalah tehnik millard

16

Page 17: ISI PAPER ANESdocx.docx

Teknik Millard 

membuat dua flap yang berlawanan dimana pada sisi medial dirotasi

ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik puncak ke posisi normal dan sisi

lateraldimasukkan ke arah garis tengah untuk menutupi defek pada dasar

kolumela. Keuntungan dariteknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang

terbentuk pada jalur anatomi normal dari collum philtral dan ambang hidung

17

Page 18: ISI PAPER ANESdocx.docx

Operasi celah bibir dua sisi dapat dilakukan untuk celah yang ditulis

lokasinya dengancara otto kriens sebagai CLP/LAHSHAL atau CLP/la---al atau

kombinasi lain. Sering padacheiloraphy bilateral ditemukan keadaan

premaksilanya yang sangat menonjol, ini menyulitkan ahli bedah karena otot-otot

bibir tidak bisa secara langsung dipertemukan atau bila dipaksakanakan terjadi

ketegangan dan berakibat jahitan lepas beberapa hari kemudian

Terapi pembedahan pada palatoschisis bukanlah merupakan suatu kasus

emergensi, dilakukan pada usia antara 12-18 bulan. Pada usia tersebut akan

memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena memberi kesempatan

jaringan pasca operasi sampai matang pada proses penyembuhan luka sehingga

sebelum penderita mulai bicara dengan demikian soft palate dapat berfungsi

denganbaik.

18

Page 19: ISI PAPER ANESdocx.docx

Ada beberapa teknik dasar pembedahan yang bisa digunakan untuk

memperbaiki celah palatum,yaitu:

1. Teknik von Langenbeck

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh von Langenbeck yang

merupakan teknik operasi tertua yang masih digunakan sampai saat ini. Teknik ini

menggunakan teknik flap bipedikel mukoperiosteal pada palatum durum dan

palatum molle. Untuk memperbaiki kelainan yang ada, dasar flap ini disebelah

anterior dan posterior diperluas ke medial untuk menutup celah palatum.

2. Teknik V-Y push-back

Teknik V-Y push-back mencakup dua flap unipedikel dengan satu atau

dua flap palatum unipedikel dengan dasarnya disebelah anterior. Flap anterior

dimajukan dan diputar ke medial sedangkan flap posterior dipindahkan ke

belakang dengan teknik V to Y akan menambah panjangpalatumyangdiperbaiki.

3. Teknik double opposing Z-plasty

19

Page 20: ISI PAPER ANESdocx.docx

Teknik ini diperkenalkan oleh Furlow untuk memperpanjang palatum

molle dan membuat suatu fungsi dari m.levator.

4. Teknik Schweckendiek

Teknik ini diperkenalkan oleh Schweckendiek pada tahun 1950, pada

teknik ini, palatum molle ditutup (pada umur 4 bulan) dan di ikuti dengan

penutupan palatum durum ketika si anak mendekati usia 18 bulan.

5. Teknik palatoplasty two-flap

Diperkenalkan oleh Bardach dan Salyer (1984). Teknik ini mencakup

pembuatan dua flap pedikel dengan dasarnya di posterior yang meluas sampai

keseluruh bagian alveolar. Flap ini kemudian diputar dan dimajukan ke medial

untuk memperbaiki kelainan yang ada.

Speech terapi mulai diperlukan setelah operasi palatoplasty yakni pada

usia 2-4 tahun untuk melatih bicara benar dan miminimalkan timbulnya suara

sengau karena setelah operasi suara sengau masih dapat terjadi suara sengau

karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme

kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila setelah palatoplasty

dan speech terapi masih didapatkan suara sengau maka dilakukan pharyngoplasty

untuk memperkecil suara nasal (nasal escape) biasanya dilakukan pada usia 4-6

tahun. Pada usia anak 8-9 tahun ahli ortodonti memperbaiki lengkung alveolus

sebagai persiapan tindakan alveolar bone graft dan usia 9-10 tahun spesialis bedah

plastic melakukan operasi bone graft pada celah tulang alveolus seiring

pertumbuhan gigi caninus.

Perawatan setelah dilakukan operasi, segera setelah sadar penderita

diperbolehkan minum dan makanan cair sampai tiga minggu dan selanjutnya

dianjurkan makan makanan biasa. Jaga hygiene oral bila anak sudah mengerti.

Bila anak yang masih kecil, biasakan setelah makan makanan cair dilanjutkan

20

Page 21: ISI PAPER ANESdocx.docx

dengan minum air putih. Berikan antibiotik selama tiga hari. Pada orangtua pasien

juga bisa diberikan edukasi berupa, posisi tidur pasien harusnya

dimiringkan/tengkurap untuk mencegah aspirasi bila terjadi perdarahan, tidak

boleh makan/minum yang terlalu panas ataupun terlalu dingin yang akan

menyebabkan vasodilatasi dan tidak boleh menghisap /menyedot selama satu

bulan post operasi untuk menghindari jebolnya daerah post operasi.

Komplikasi

Anak dengan palatoschisis berpotensi untuk menderita flu, otitis media,

tuli, gangguan bicara, dan kelainan pertumbuhan gigi. Selain itu dapat

menyebabkan gangguan psikososial. 8 Komplikasi post operatif yang biasa timbul

yakni:

a. Obstruksi jalan nafas

Seperti disebutkan sebelumnya, obstruksi jalan nafas post operatif

merupakan komplikasi yang paling penting pada periode segera setelah dilakukan

operasi. Keadaan ini timbul sebagai hasil dari prolaps dari lidah ke orofaring saat

pasien masih ditidurkan oleh ahli anastesi. Penempatan Intraoperatif dari traksi

sutura lidah membantu dalam menangani kondisi ini. Obstruksi jalan nafas bisa

juga menjadi masalah yang berlarut-larut karena perubahan pada dinamika jalan

nafas, terutama pada anak-anak dengan madibula yang kecil. Pada beberapa

instansi, pembuatan dan pemliharaan dari trakeotomi perlu sampai perbaikan

palatum telah sempurna.

b. Perdarahan

Perdarahan intraoperatif merupakan komplikasi yang potensil terjadi.

Karena kayanya darah yang diberikan pada paltum, Intraoperative hemorrhage is a

potential complication. Because of the rich blood supply to the palate, perdarahan

21

Page 22: ISI PAPER ANESdocx.docx

yang berarti mengharukan untuk dilakukannya transfuse. Hal ini bisa berbahaya

pada bayi, yakni pada meraka yang total volume darahnya rendah. Penilaian

preoperative dari jumlah hemoglobin dan hitung trombosit sangat penting. Injeksi

epinefrin sebelum di lakukan insisi dan penggunaa intraoperatif dari

oxymetazoline hydrochloride capat mengurangi kehilangan darah yang bisa

terjadi. Untuk menjaga dari kehilangan darah post operatif, area palatum yang

mengandung mucosa seharusnya diberikan avitene atau agen hemostatik lainnya.

c. Fistel palatum

Fistel palatum bisa timbul sebagai komplikasi pada periode segera setelah

dilakukan operasi, atau hal tersebut dapat menjadi permasalahan yang tertunda.

Suatu fistel pada palatum dapat timbul dimanapun sepanjang sisi cleft. Insidennya

telah dilapornya cukup tinggi yakni sebanyak 34%, dan berat-ringannya cleft telah

dikemukanan bahwa hal tersebut berhubungan dengan resiko timbulnya fistula.

Fistel cleft palate post operatif bisa ditangani dengan dua cara. Pada pasien yang

tanpa disertai dengan gejala, prosthesis gigi bisa digunakan untuk menutup defek

yang ada dengan hasil yang baik. Pasien dengan gejala diharuskan untuk terapi

pembedahan. Sedikitnya supply darah, terutama supply ke anterior merupakan

alasan utama gagalnya penutupan dari fistula. Oleh karena itu, penutupan fistula

anterior maupun posterior yang persisten seharusnya di coba tidak lebih dari 6-12

bulan setelah operasi, ketika supply darah telah memiliki kesempatan untuk

mengstabilkan dirinya. Saat ini, banyak centre menunggu sampai pasien menjadi

lebih tua (paling tidak 10 tahun) sebelum mencoba untuk memperbaiki fistula.

Jika metode penutupan sederhana gagal, flap jaringan seperti flap lidah anterior

bisa dibutuhkan untuk melakukan penutupan.

d. Midface abnormalities

Penanganan Cleft palate pada beberapa instansi telah fokus pada intervensi

pembedahan terlebih dahulu. Salah satu efek negatifnya adalah retriksi dari

pertumbuhan maksilla pada beberapa persen pasien. Palatum yang diperbaiki pada

22

Page 23: ISI PAPER ANESdocx.docx

usia dini bisa menyebabkan berkurangnya demensi anterior dan posteriornya,

yakni penyempitan batang gigi, atau tingginya yang abnormal. Kontrofersi yang

cukup besar ada pada topik ini karena penyebab dari hipoplasia, apakah hal

tersebut merupakan perbaikan ataupun efek dari cleft tersebut pada pertumbuhan

primer dan sekunder pada wajah, ini tidak jelas. Sebanyak 25% pasien dengan

cleft palate unilateral yang telah dilakukan perbaikan bisa membutuhkan bedah

orthognathic. LeFort I osteotomies dapat digunakan untuk memperbaiki

hipoplasia midface yang menghasilkan suatu maloklusi dan deformitas dagu.3

e. Wound expansion

Wound expansion juga merupakan akibat dari ketegangan yang berlebih.

Bila hal ini terjadi, anak dibiarkan berkembang hingga tahap akhir dari

rekonstruksi langitan, dimana pada saat tersebut perbaikan jaringan parut dapat

dilakukan tanpa membutuhkan anestesi yang terpisah.

f. Wound infection

Wound infection merupakan komplikasi yang cukup jarang terjadi karena

wajah memiliki pasokan darah yang cukup besar. Hal ini dapat terjadi akibat

kontaminasi pascaoperasi, trauma yang tak disengaja dari anak yang aktif dimana

sensasi pada bibirnya dapat berkurang pascaoperasi, dan inflamasi lokal yang

dapat terjadi akibat simpul yang terbenam.

g. Malposisi Premaksilar

Malposisi Premaksilar seperti kemiringan atau retrusion, yang dapat

terjadi setelah operasi.

h. Whistle deformity

Whistle deformity merupakan defisiensi vermilion dan mungkin

berhubungan dengan retraksi sepanjang garis koreksi bibir. Hal ini dapat dihindari

dengan penggunaan total dari segmen lateral otot orbikularis.

23

Page 24: ISI PAPER ANESdocx.docx

i. Abnormalitas atau asimetri tebal bibir

Hal ini dapat dihindari dengan pengukuran intraoperatif yang tepat dari

jarak anatomis yang penting lengkung

2.9 PROGNOSIS

Kelainan labiopalatoschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat

dimodifikasi/ disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini

melakukan operasi saat usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki

penampilan wajah secara signifikan.Dengan adanya teknik pembedahan yang

makin berkembang, 80% anak dengan labiopalatoschisis yang telah ditatalaksana

mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang

berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalah-

masalah berbicara pada anak labiopalatoschisis.

 

24

Page 25: ISI PAPER ANESdocx.docx

BAB III

KESIMPULAN

Labiopalatoshizis adalah Suatu kelainan kongenital dimana keadaan

terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat melalui palatum durum

maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat

tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan.bibir sumbing dengan atau tanpa

celah pada langit-langit, merupakan kelainan kongenital yang paling umum pada

kepala dan leher di dunia. Penelitian epidemiologi untuk pencegahan terjadinya

bibir sumbing masih sedikit namun teknik bedah untuk mengobatinya

banyak dilakukan.Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai

budaya dan ras sertanegara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-

Kaukasia.Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah

langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan

oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah Inggris.

Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.

Penyebabnya terjadinya bibir sumbing ialah multifaktorial, seperti genetik,

nutrisi, lingkungan, bahkan sosial ekonomi. Jumlah penderita bibir sumbing di

Indonesia bertambah 3.000-6.000 setiap tahun atau 1 bayi setiap 1.000 kelahiran.

Namun, jumlah total penderita bibir sumbing di Indonesia belum diketahui secara

pasti.

25

Page 26: ISI PAPER ANESdocx.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Converse JM, hogan VM, McCarthy JG.Cleft Lip And Palate,

Introduction.Dalam: Reconstructive Plastic Surgery, ed. 11, vol. 4.

Philadelphia: WBSaunders

2. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama

3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan.

Dalam :Kapita Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.FK UI. 2005.

4. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jilid 2.

Jakarta :EGC.2005

5. Marzoeki J. Teknik pembedahan celah bibir dan langit-langit. Jakarta: Sagung

Seto; 2001. Hal. 9-18

6. Anonim. Cleft lip and Cleft palate. Plastic surgery reconstructive. Available on :

http://www.umm.edu/plassurg/cleft.htm

7. Anonymous. Labio Gnato Palatoschisis. Available on :

http://bedahugm.net/Bedah-Plastik/Labio-Gnato-Palatoschisis.html

8. Debra SJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair. Goliath. July

2011

26