BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Labiopalatoshizis adalah Suatu kelainan kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara. 1 Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit- langit, merupakan kelainan kongenital yang paling umum pada kepala dan leher di dunia. Penelitian epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih sedikit namun teknik bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan.Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras sertanegara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-Kaukasia.Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta Wilson untuk daerah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Labiopalatoshizis adalah Suatu kelainan kongenital dimana keadaan
terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat melalui palatum durum
maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-langit tidak dapat
tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan. Pembedahan pada palato
dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan.
Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.1
Bibir sumbing dengan atau tanpa celah pada langit-langit, merupakan
kelainan kongenital yang paling umum pada kepala dan leher di dunia. Penelitian
epidemiologi untuk pencegahan terjadinya bibir sumbing masih sedikit namun
teknik bedah untuk mengobatinya banyak dilakukan.Sumbing memiliki frekuensi
yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras sertanegara. Diperkirakan 45%
dari populasi adalah non-Kaukasia.Fogh Andersen di Denmark melaporkan kasus
bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup. Hasil yang
hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta
Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di
Jepang.2
Penyebabnya terjadinya bibir sumbing ialah multifaktorial, seperti genetik,
nutrisi, lingkungan, bahkan sosial ekonomi. Jumlah penderita bibir sumbing di
Indonesia bertambah 3.000-6.000 setiap tahun atau 1 bayi setiap 1.000 kelahiran.
Namun, jumlah total penderita bibir sumbing di Indonesia belum diketahui secara
pasti. Penderita bibir sumbing dapat diperbaiki dengan jalan operasi, namun
memerlukan biaya yang besar, sedangkan kesempatan penderita yang menjalani
operasi setiap tahunnya hanya sekitar 1.500 orang, angka ini masih jauh dari
idealnya sehingga tindakan-tindakan pencegahan sebaiknya lebih diutamakan.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Labiopalatoshizis atau cleft lip dan cleft palate adalah Suatu kelainan
kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat
melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-
langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan..
2.2 ETIOLOGI
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio
palatoschizis, antara lain:
1. Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan
pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan
hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter.
Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang
menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan
2
celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam
penyatuan beberapa bagian kontak.
2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik
kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
- Asam folat
- Vitamin C
- Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn
dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh
kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto
maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa
embrional.
3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
1.Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio
palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
Aspirin (Obat – obat analgetika)
Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan
pengawasan dokter.
2.kontrasepsi hormonal
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama
untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi
sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi
fotomaternal.
3
3. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan
Labio palatoschizis, yaitu:
a.Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat
terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan
alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.
b.Gangguan metabolik
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetes sangat rentan terjadi
kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal.
Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang
organ selama masa embrional.
c. Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran
radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses tumbuh
kembang organ selama masa embrional.
4. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang
terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh
terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari beberapa faktor tersebut diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio
palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama
pemakaian, dan wktu pemakaian.
4
2.3 ANATOMI MULUT
Batas- batas mulut :
Atas : palatum durum dan molle
Bawah : mandibula, lidah dan struktur lain pada mulut
Lateral ; pipi
Depan : bibir
Belakang : lubang menuju faring
Palatum durum dibentuk oleh sebagian maksila di bagian depan dan os palatinum
dibagian belakang. Tulang dilapisi oleh periosteum dan membrana mukosa.
Palatum molle,dibentuk oleh otot dan jaringan ikat yang dilapisi membrana
mukosa,bersambungan dengan palatum durum dibagian depan.Sedangkan gusi
merupakan bagian mulut yang merupakan tempat melekatnya gigi dan syaraf-
syaraf.
5
Perkembangan Embriologi
Untuk dapat memahami terjadinya labio atau palatoschisis,kita harus tahu
perkembangan embriologi normal yang terjadi pada pembentukan
wajah,khususnya disekitar bibir dan langit-langit.
Perkembangan Wajah:
Pada minggu ke 4 dimana panjang embrio 3,5mm,terbentuknya 5 buah
primordia sekeliling mulut primitif atau stomadeum,pada akhir minggu ke 8 muka
telah terbentuk lengkap.Lima buah prosessus yang terbentuk pada wajah adalah :
a.Prosessus frontalis,yang tumbuh dari arah kepala kebawah .prosessus ini
merupakan batas atas stomadeum,pada perkembangan selanjutnya dalam
minggu ke 5 dan 6 pada prosessus ini terbentuk duah buah nasal placoda
terbentuk tapak kuda terbuka kearah stomadeum,kedua plakoda ini
dinamakan prosessus nasomedialis dan ateralis yang kemudian akan
membentuk bagian-bagian hidung,bibir atas,gusi dan bagian anterior
palatum,sebelah depan foramen incisivus
b.Sepasang prosessus maksilaris yang merupakan batas superolateral
stomadeum.
c.Sepasang prosessus mandibularis yang merupakan
batasbawahstomadeum,keduanya berfungsi digaris tengah pada minggu ke
4 dan selanjutnya berkembang menjadi pipi bagian bawah,bibir
bawah,mandibula,gusi dan gigi geligi.
Teori Perkembangan bibir atas adalah seperti berikut:
1.teori fusi prosessus : Prosessus maksilaris berkembang kearah depan dan garis
tengah,dibawah prosessus nasolateralis menuju dan mendekati prosessus
nasomedialis yang tumbuh lebih cepat kebawah.prosessus nasomedialis kiri dan
kanan akan bertemu digaris tengah pada saat bertemu penonjolan yang mirip jari-
jari tangan akan berfusi masing-masing lapisan epitelnya yang kemudian pecah
6
sehingga lapisan mesoderm dibawahnya akan berfusi membentuk bibir atas yang
normal.fusi ini akan terjadi pada akhir minggu ke 6 samapai awal minggu ke 7.
suatu hipotesa terjadinya sumbing yaitu karena kegagalan fusi antara
prosessus maksilaris dengan prosessus nasomedialis yang lebih lanjut dijelaskan
secar skematis oleh Patten:
a. Pertama terjadi pendekatan masing – masing prosessus
b. Setelah prosessus bertemu terjadi regresi lapisan epitel
c. Mesoderm saling bertemu dan mengadakan fusi.
Teori terjadinya labio atau palatoschisis adalah sebagai berikut :
a.Labioschisis : Perkembangan abnormal dari prosessus nasomedialis dan
maksilaris
b.palatoschisis : Kegagalan fusi antara 2 prosessus palatina