BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf perifer adalah susunan saraf yang terdapat diluar medulla spinalis sampai pada yang terdapat pada tubuh.. Sistem saraf perifer adalah sistem saraf yang menyampaikan impuls dari otak dan medula spinalis ke organ tubuh. Sel saraf perifer tardiri dari 3 bagian, yaitu: badan sel, akson, dan dendrit. Akson menyampaikan impuls dari satu sel saraf kepada sel saraf yang lainnya. Pada akson terdapat cairan yang dikenal dengan mielin yang berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Sistem saraf perifer terdiri dari sistem sensorik, motorik dan sistem otonom. Neuropati menjelaskan kerusakan sistem saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang untuk setiap bagian dari tubuh. Lebih dari 100 jenis neuropati telah diidentifikasi, masing-masing dengan karakteristik mengatur sendiri gejala, pola pembangunan, dan prognosis. Gangguan fungsi dan gejala tergantung pada 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf perifer adalah susunan saraf yang terdapat diluar medulla
spinalis sampai pada yang terdapat pada tubuh.. Sistem saraf perifer adalah
sistem saraf yang menyampaikan impuls dari otak dan medula spinalis ke
organ tubuh. Sel saraf perifer tardiri dari 3 bagian, yaitu: badan sel, akson,
dan dendrit. Akson menyampaikan impuls dari satu sel saraf kepada sel saraf
yang lainnya. Pada akson terdapat cairan yang dikenal dengan mielin yang
berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Sistem saraf perifer
terdiri dari sistem sensorik, motorik dan sistem otonom.
Neuropati menjelaskan kerusakan sistem saraf tepi yang mengirimkan
informasi dari otak dan sumsum tulang untuk setiap bagian dari tubuh. Lebih
dari 100 jenis neuropati telah diidentifikasi, masing-masing dengan
karakteristik mengatur sendiri gejala, pola pembangunan, dan prognosis.
Gangguan fungsi dan gejala tergantung pada jenis saraf - motor, indera, atau
otonom--yang rusak. Beberapa orang mungkin mengalami sementara mati
rasa, kesemutan, dan sensasi gatal, kepekaan terhadap sentuhan, atau
kelemahan otot.
Nyeri kepala merupakan bagian dari pengalaman manusia dalam
kehidupan sehari-hari dan seringkali dikeluhkan ke dokter. Nyeri kepala
diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri
kepala primer tidak berkaitan dengan suatu abnormalitas struktur
muskuloskeletal ataupun organik, sedangkan nyeri kepala sekunder
1
disebabkan oleh suatu keadaan patologis (suatu penyakit). Nyeri kepala
adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan
hingga ke nyeri yang berat yang dirasakan di kepala. Gangguan nyeri kepala
ini adalah salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum. Nyeri kepala
ini juga merupakan suatu keluhan yang biasanya timbul untuk seumur hidup.
Di negara-negara maju, nyeri kepala tipe-tegang sendiri mempengaruhi
dua per tiga dari laki-laki dewasa dan lebih dari 80 % wanita. Prevalensi dan
faktor resiko bagi nyeri kepala tipe-tegang adalah tinggi di negara manapun,
baik di Timur, Barat, di negara maju dan negara kurang berkembang. Bukti
menunjukkan bahwa prevalensi nyeri kepala tipe-tegang yang kronis adalah
3% di Amerika, Eropa dan Asia. Menurut studi lain, hampir 40% orang
Amerika memiliki setidaknya satu episode nyeri kepala tipe-tegang sepanjang
tahun. Nyeri kepala ini bukan saja menyakitkan malah merupakan hambatan
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Nyeri kepala yang dialami dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit yang lain pada penderita.
Misalnya, depresi tiga kali lebih sering pada orang dengan migren atau sakit
kepala parah dari pada orang yang sehat.
1.2 Tujuan Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang
diharapkan berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis
sendiri. Dimana tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama secara
umum makalah ini bertujuan menambah wawasan mahasiswa/I dalam
menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan melatih
pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I fakultas kedokteran, dimana
pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar
2
mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan
secara khusus tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
Melengkapi tugas small group discussion skenario dua modul dua
puluh dua dengan judul skenario “Suatu Hari di Poliklinik Saraf”.
Menambah khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dan penulis.
Sebagai bahan referensi mahasiswa/I Fakultas Kedokteran UISU
dalam menghadapi ujian akhir modul.
Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga
sangat diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini.
Semoga seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.
1.3 Metode dan Teknik
Dalam penyusunan makalah ini kami mengembangkan suatu metode
yang sering digunakan dalam pembahasan-pembahasan makalah
sederhana, dimana kami menggunakan metode dan teknik secara deskriptif
dimana tim penyusun mencari sumber data dan sumber informasi yang
akurat lainnya setelah itu dianalisis sehinggga diperoleh informasi tentang
masalah yang akan dibahas setelah itu berbagai referensi yang didapatkan
dari berbagai sumber tersebut disimpulan sesuai dengan pembahasan yang
akan dilakukan dan sesuai dengan judul makalah dan dengan tujuan
pembuatan makalah ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
SEMESTER VII MODUL 22 (PERSARAFAN)
SKENARIO 2
SUATU HARI DI POLIKLINIK SARAF
Kasus I
Seorang laki-laki berumur 45 tahun datang ke poliklinik saraf dengan
keluhan punggung tangan dan telapak tangan atrofi. Mula-mula tangan
terasa sakit dan kebas-kebas yang dirasakan makin lama makin sakit, dan
beberapa hari ini pasien mengeluhkan tangan terasa panas. Hal ini dialami
sejak 6 bulan yang lalu, dan beberapa hari ini pasien selalu mengeluhkan
kepalanya sakit, frekuensinya 2x per hari sifatnya berdenyut dan leher terasa
tegang.
Kasus II
Seorang perempuan berumur 40 tahun datang ke poliklinik saraf
dengan keluhan nyeri kepala yang dialami pasien sejak 2 minggu yang lalu,
makin lama makin memberat satu hari ini. Nyeri terutama dirasakan pada
kepala bagian depan sampai ke belakang, frekuensi 3 kali sehari seperti
diikat dan dihimpit, tengkuk terasa tegang, pada pemeriksaan fisik dijumpai
sens: CM, TD: 130/90 mmHg, Nadi: 84x/menit regular, RR: 18x/menit,
Temperatur: 36,5° C.
4
2.2 Neuropati
2.2.1 Definisi
Neuropati adalah merupakan kondisi medis untuk menjelaskan
terjadinya gangguan pada system saraf perifer (persarafan yang tidak terletak
pada system saraf pusat yaitu otak dan medulla spinalis). Sistem saraf
perifer terdapat pada persarafan wajah, lengan, kaki, badan, dan beberapa
persarafan pada kepala. Neuropati dapat merusak satu saraf
(mononeuropati) atau beberapa saraf (polineuropati).
Dalam keadaan normal, serabut – serabut saraf dapat berhubungan
atau mengirimkan 'sinyal' ke otak, otot, kulit maupun organ interna dan
pembuluh darah. Namun pada keadaan yang tidak sehat atau keadaan yang
tidak normal, saraf-saraf tidak dapat berhubungan sebagaimana mestinya
dan dapat menyebabkan gejala seperti nyeri atau kebas.
2.2.2 Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan neuropati antara lain:
a. Diabetes
Terjadi pada 60% pasien dengan diabetes baik tipe 1 atau 2. Salah
satu penyebab tersering dari polineuropati. Risiko neuropati dapat
meningkat pada pre diabetes terutama pada sesorang yang sulit
mengontrol kadar gula darah.
b. Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun yang sering menyebabkan neuropati perifer
adalah systemic lupus eritematosus (SLE), Rheumatoid Arthritis, dan
Guillan Bare Syndrome.
5
c. Penyakit Metabolik
Hipertiroidisme dan Amyloidosis merupakan gangguan
metabolickyang dapat menyebabkan neuropati perifer.
d. Penyakit Herediter
Beberapa penyakit herediter yang menyebabkan neuropati perifer
seperti charcot-Maric Tooth disease (CMT), Dejerine-Sottas
syndrome (salah satu jenis CMT tetapi lebih berat dan progresifnya
lebih cepat).
e. Penyakit Infeksi
Penyakit Lyme (salah satu jenis penyakit menular pada manusia dan
hewan dengan perantara/vektor berupa kutu), HIV/AIDS, Hepatitis B,
kusta.
f. Gangguan Sirkulasi (Iskemik)
g. Chronic Kidney Disease atau Liver Failure
h. Trauma atau kompresi dari saraf (merupakan penyebab tersering
kerusakan saraf)
i. Tekanan berlebih saat gerakan berulang missal pada carpal tunnel
syndrome
j. Defisiensi vitamin (khususnya vitamin B)
k. Penyalahgunaan alcohol
l. Tumor Paraneoplastik
m. Keracunan
n. Obat-obatan kemoterapi untuk pengobatan kanker seperti
Vincristine, Taxanes
2.2.3 Klasifikasi
Neuropati dapat diklasifikasikan berdasarkan:
a. Onset serangan
- Neuropati akut
6
Misalnya: Polineuropati Idiopatik Akut
- Neuropati kronik
Misalnya: Beri-beri, Diabetes Melitus, lepra
b. Jumlah saraf yang terlibat
- Mononeuropati Simpleks
- Mononeuropati Kompleks
- Polineuropati
c. Letak lesi
- Aksonopati distal
Merupakan gangguan pada akson
- Mielinopati
Merupakan gangguan pada selubung mielin
- Neuronopati
Merupakan gangguan pada badan sel saraf di cornu anterior,
medulla spinalis, atau pada dorsal root ganglion.
d. Derajat Keparahan
- Neuropati ringan
Pada derajat keparahan yang ringan hanya terdapat gangguan
sensorik saja.
- Neuropati sedang
Pada derajat keparahan sedang meliputi gangguan sensorik dan
gangguan motorik.
- Neuropati berat
Pada neuropati dengan derajat keparahan berat selain ada
gangguan sensorik dan gangguan motorik, terdapat juga atrofi otot
7
2.2.4 Gejala dan Tanda
Saraf-saraf perifer mudah rapuh dan rusak. Kerusakan saraf perifer
dapat menganggu hubungan antara area yang dipersarafi dan otak. Kondisi
tersebut akan mengakibatkan terganggunya kemampuan untuk pergerakan
otot – otot tertentu atau sensasi rasa. Gejala tersebut tidak tergantung pada
penyebab neuropati dan satu atau beberapa saraf yang terlibat.
Gejala jika saraf sensorik mengalami kerusakan , antara lain :
Nyeri
Kebas
Rasa gatal
Kelemahan otot
Rasa terbakar
Hilang rasa
Gejala-gejala tersebut sering dimulai secara bertahap. Pederita mungkin
akan merasa sedikit geli atau kebas yang dimulai pada jari – jari kaki atau
bagian kaki dan menyebar ke atas. Rasa geli mungkin juga dimulai pada
tangan dan meluas ke lengan. Pada saat gejala baru saja muncul, beberapa
penderita bisa saja tidak menyadari adanya kelainan, namun bagi penderita
lain, gejala menetap terutama pada malam hari, gejalanya hampir tidak bisa
ditahan. Tanda dan gejalanya antara lain:
Kebas atau tidak dapat merasakan kulit saat ada sentuhan.
Nyeri seperti terbakar.
Nyeri tajam, tertusuk atau seperti terkena listrik.
Kepekaan berlebihan terhadap sentuhan, bahkan sentuhan ringan.
Kurangnya koordinasi
8
Bila saraf motorik rusak, penderita akan mengalami kelemahan atau
paralisis otot yang dikendalikan oleh saraf tersebut. Dan bila saraf tersebut
rusak yang mana mengontrol fungsi sistem saraf otonom tertentu, penderita
bisa juga mengalami gangguan buang air besar dan kecil, berkurangnya
keringat atau juga impotensi. Selain itu, penderita mungkin juga mengalami
penurunan tekanan darah drastis pada saat berdiri yang menyebabkan
pingsan dan pusing.
2.2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari neuropati perifer tergantung dari kelainan
yang mendasarinya. Diabetes sebagai penyebab tersering, dapat
mengakibatkan neuropati melalui peningkatan stress oksidatif yang
meningkatkan Advance Glycosylated End products (AGEs), akumulasi polyol,
menurunkan nitric oxide, mengganggu fungsi endotel, mengganggu aktivitas
Na/K ATP ase, dan homosisteinemia. Pada hiperglikemia, glukosa
berkombinasi dengan protein, menghasilkan protein glikosilasi, yang dapat
9
dirusak oleh radikal bebasi dan lemak, menghasilkan AGE yang kemudian
merusak jaringan saraf yang sensitif. Selain itu, glikosilasi enzim antioksidan
dapat mempengaruhi sistem pertahanan menjadi kurang efisien.
Glukosa di dalam sel saraf diubah menjadi sorbitol dan polyol lain oleh
enzim aldose reductase. Polyol tidak dapat berdifusi secara pasif ke luar sel,
sehingga akan terakumulasi di dalam sel neuron, yang menganggu
kesetimbangan gradien osmotik sehingga memungkinkan natrium dan air
masuk ke dalam sel dalam jumlah banyak. Selain itu, sorbitol juga dikonversi
menjadi fruktosa, dimana kadar fruktosa yang tinggi meningkatkan prekursor
AGE. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf menurunkan aktivitas
Na/K ATP ase. Nitric oxide memainkan peranan penting dalam mengontrol
aktivitas Na/K ATP ase. Radikal superoksida yang dihasilkan oleh kondisi
hiperglikemia mengurangi stimulasi NO pada aktivitas Na/K ATP ase. Selain
itu penurunan kerja NO juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke saraf
perifer.
2.2.6 Pemeriksaan
Sasaran pemeriksaan neuropati perifer adalah menetapkan diagnosis
neuropati periferal, menentukan apakah proses aksonal atau demielinatif,
serta mencari penyebabnya. Secara klinis, neuropati menyebabkan
kelemahan serta atrofi otot, hilangnya sensasi atau perubahan sensasi (nyeri,
parestesia), dan kelemahan atau hilangnya refleks tendon. Pemeriksaan
konduksi saraf dapat membedakan neuropati demielinatif (perlambatan
kecepatan konduksi atau blok konduksi) pada neuropati aksonal (amplitudo
potensial aksi rendah).
Elektromielografi (EMG) dapat membedakan atrofi denervasi dari
kelainan otot primer. Pemeriksaan CSS membantu terutama pada neuropati
10
demielinatif inflamatori. Karena akar kranial dan spinal terendam pada CSS,
neuropati demielinatif yang mengenai akar akan menyebabkan peninggian
protein CSS. Inflamasi akar saraf juga menyebabkan pleositosis CSS.
Pengambilan riwayat teliti dengan penekanan pada riwayat keluarga,
paparan lingkungan, serta penyakit sistemik, dikombinasi dengan
pemeriksaan neurologis serta laboratorium dapat menentukan etiologi pada
kebanyakan neuropati saraf tepi. Bila diagnosis meragukan, biopsi saraf
dengan mikroskop cahaya, mikroskop elektron, morfometri, dan preparat
berkas serabut dapat memberikan informasi definitif lebih banyak. Saraf sural
biasanya dipilih untuk biopsi karena letaknya superfisial serta mudah
ditemukan dan merupakan saraf yang predominan sensori. Biopsi saraf sural
meninggalkan bercak hipestesia pada aspek lateral kaki yang biasanya
ditolerasi dengan baik.
Neuropati diabetik dan lainnya mengenai terutama serabut kecil
bermielin dan yang tidak bermielin yang menghantar sensasi nyeri dan suhu.
Degenerasi pada ‘neuropati serabut kecil’ ini mengenai serabut saraf bagian
yang paling distal yang dijumpai pada berbagai organ dan jaringan (serabut
somatik) dibanding serabut pada saraf utama. Pemeriksaan konduksi saraf
serta EMG pada setiap kasus mungkin normal dan biopsi saraf sural bisa
sulit diinterpretasikan. Diagnosis bisa ditegakkan dengan biopsi kulit. Sekitar
3-4 mm kulit diambil dengan punch dan dipotong dengan mikrotom. Potongan
diuji dengan antibodi terhadap Protein Gene Product 9.5 yang menampilkan
serabut saraf kecil yeng menembus epidermis. Kepadatan serabut ini
berkurang pada neuropati serabut kecil.
Perubahan patologis pada kebanyakan neuropati saraf tepi
(degenerasi aksonal, demielinasi aksonal atau kombinasinya) tidak spesifik.
Pada neuropati aktif makrofag membuang debris mielin dan akson.
11
Kebanyakan neuropati aksonal lanjut memperlihatkan hilangnya akson yang
bermielin serta bertambahnya kolagen endoneurial. Beberapa neuropati
demielinatif kronik memperlihatkan perubahan hipertrofik. Karenanya pada
kebanyakan neuropati, biopsi saraf sural hanya dapat menentukan diagnosis
neuropati dan membedakan neuropati aksonal dari demielinatif serta
neuropati akut dari yang kronis, namun tidak dapat menentukan penyebab
neuropati. Hanya beberapa neuropati memperlihatkan perubahan patologis
yang khas untuk kelainannya setelah diagnosis yang spesifik. Neuropati ini
antaranya neuropati demielinatif inflamatori akut dan kronik, neuropati motor
dan sensori herediter, vaskulitis, neuropati sarkoid, leprosi, neuropati amiloid,