Top Banner
Diskusi sesi pertama kami lakukan pada hari Selasa, 7 Juni 2011 dan diskusi sesi kedua kami lakukan pada hari Jumat, 10 Juni 2011, di ruang 206, lantai 2, kampus B, Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti. Diskusi sesi pertama dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi sesi pertama yang menjadi ketua diskusi adalah Saudara Gilang Pradipta dengan sekretaris diskusi Saudari Anggi Miranda. Diskusi sesi kedua dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi sesi kedua yang menjadi ketua diskusi adalah Saudari Desira Anggitania dan yang menjadi sekretaris adalah Saudara Yosha Santoso. Topik dalam kedua sesi diskusi ini adalah “Vaksin MMR dan autis pada anak”. Adapun hal-hal menonjol yang muncul selama jalannya kedua diskusi adalah terjadinya silang pendapat antar peserta diskusi yang pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan yang disetujui oleh masing-masing peserta diskusi. Pada diskusi sesi pertama kami mendapat pengarahan dari tutor kami, yaitu dr. H. Sajuti Jandifson, MS. Sedangkan pada diskusi sesi kedua kami mendapatkan pengarahan dari tutor kami dr. Hj. Achdannasich, Sp. KK. Vaksin MMR & Autisme | 1
28

Isi Makalah 1 Kelompok V

Dec 09, 2015

Download

Documents

umum
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isi Makalah 1 Kelompok V

Diskusi sesi pertama kami lakukan pada hari Selasa, 7 Juni 2011 dan diskusi sesi kedua kami

lakukan pada hari Jumat, 10 Juni 2011, di ruang 206, lantai 2, kampus B, Fakultas Kedokteran,

Universitas Trisakti. Diskusi sesi pertama dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan

diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi sesi pertama yang menjadi ketua diskusi adalah

Saudara Gilang Pradipta dengan sekretaris diskusi Saudari Anggi Miranda. Diskusi sesi kedua

dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi

sesi kedua yang menjadi ketua diskusi adalah Saudari Desira Anggitania dan yang menjadi

sekretaris adalah Saudara Yosha Santoso. Topik dalam kedua sesi diskusi ini adalah “Vaksin

MMR dan autis pada anak”. Adapun hal-hal menonjol yang muncul selama jalannya kedua

diskusi adalah terjadinya silang pendapat antar peserta diskusi yang pada akhirnya menghasilkan

suatu kesimpulan yang disetujui oleh masing-masing peserta diskusi. Pada diskusi sesi pertama

kami mendapat pengarahan dari tutor kami, yaitu dr. H. Sajuti Jandifson, MS. Sedangkan pada

diskusi sesi kedua kami mendapatkan pengarahan dari tutor kami dr. Hj. Achdannasich, Sp. KK.

Vaksin MMR & Autisme | 1

Page 2: Isi Makalah 1 Kelompok V

1. Pendahuluan

Vaksin MMR adalah vaksin kombinasi untuk anak agar terlindung dari measles,

mumps dan rubella. Pertama kali dikembangkan oleh Maurice Hilleman pada akhir tahun

1960. Di Amerika Serikat, vaksin ini diberikan pada tahun 1971 sedangkan untuk dosis

kedua mulai diperkenalkan pada tahun 1989.

Dewasa ini, terdapat kontroversi yang mengatakan bahwa pemberian vaksin

MMR dapat menyebabkan autisme pada anak, dimana terjadi gangguan dan

keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

Prevalence rate autisme sendiri mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, tetapi

hubungan antara pemberian vaksin MMR pada anak dengan autisme masih dalam

perdebatan karena mekanisme terjadinya autisme yang disebabkan oleh vaksin MMR

masih belum jelas, disamping penyebab autisme yang multifaktorial.

Keadaan ini membuat orang tua bimbang dalam memberikan vaksin MMR

kepada anaknya. Di satu sisi mereka ingin melindungi anak dari measles, mumps dan

rubella serta komplikasinya yang cukup berbahaya, tetapi pendapat-pendapat yang

beredar tentang komplikasi dari vaksin MMR seperti autisme juga menjadi kekhawatiran.

2. Skenario kasus

2.1. Sesi I

Ibu Tati berusia 55 tahun bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit X mempunyai

dua orang putri yaitu Ibu Karinah (usia 30 tahun) dan Ibu Ani (usia 27 tahun). Tiga tahun

yang lalu Ibu Ani menikah dan sekarang dikaruniai seorang putri bernama Alisa berusia

14 bulan. Karlinah mempunyai seorang putra bernama Ian yang sekarang berusia 4 tahun.

Vaksin MMR & Autisme | 2

Page 3: Isi Makalah 1 Kelompok V

Pada saat Ian berusia 16 bulan dokter mendiagnosis menderita autism spectrum disorders

(ASD). Pada satu hari Minggu, ketiga Ibu ini berkumpul dan televisi sedang menyiarkan

berita seorang selebrtiti terkenal membuat pernyataan menentang pemberian vaksin

kombinasi measles, mumps and rubella (MMR) karena putranya mengalami autis dan

selebriti ini yakin autis yang dialami putranya akibat pemberian vaksin MMR.

Perusahaan P telah memperoleh banyak keuntungan dari vaksin MMR dan selebriti ini

berniat mengajukan tuntutan kepada perusahaan P.

Selebriti : “Apakah Anda mengetahui bahwa pada tahun 1998, vaksin MMR

menggantikan vaksin campak yang lama. Dan sejak 10 tahun terakhir setelah vaksin

MMR digunakan secara luas insiden autis meningkat sebesar 600%”

Ibu Tati : “Karlinah, baik vaksin campak yang lama maupun vaksin MMR telah

berhasil mencegah kematian akibat campak. Harus diakui efek samping dari vaksin ini

adalah ensefalitis dan saya tidak percaya MMR berhubungan dengan kelainan autis pada

anak-anak.”

Karlinah : “Ibu, saya yakin vaksin MMR berhubungan dengan autis, lihatlah Ian

putra saya, pada saat berusia 12 bulan sangat aktif dan bahagia. Pada usia 15 bulan Ian

memperoleh vaksin MMR mengikuti anjuran dokter anak saya. Dan satu minggu

kemudian Ian berhenti bicara, berhenti tertawa, dan berhenti memandang saya. Kemudian

Ian didiagnosis menderita autis.”

Ibu Tati : “Tetapi Karlinah, penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa bila

pemberian vaksin MMR kurang dari 90%, penyakit campak akan lebih meluas dan

membunuh banyak anak-anak.”

Vaksin MMR & Autisme | 3

Page 4: Isi Makalah 1 Kelompok V

Karlinah : “Ibu, sudahlah kita hentikan debat ini, saya tidak mau mengorbankan

Alisa, biarlah Ian saja yang sudah mengalami autis dan Ani harus memilih”.

Selebriti tersebut menyajikan data tentang peningkatan kasus autis selama sepuluh

tahun, seperti terlihat pada Diagram 1 di bawah ini.

Diagram 1. Prevalence rate kelainan autis di Amerika Serikat antara tahun 1996 – 2007

(kasus per 1000 anak balita) (1)

2.2. Sesi II

Ibu Karlinah memberikan data kepada Ibu Tati dan Ibu Ani yang disajikan pada

Tabel 1 di bawah ini yang diperoleh Ibu Karlinah berdasarkan penelitian ilmiah yang

dilakukan oleh pakar dari Inggris tentang hubungan antara vaksin MMR dan autis pada

anak-anak.

Vaksin MMR & Autisme | 4

Page 5: Isi Makalah 1 Kelompok V

Tabel 1. Diagnosis neuropsychiatric dan interval post MMR vaccination (2)

Dr. Wakefield dan kawan-kawan menyajikan informasi berdasarkan 12 anak yang

dilakukan colonoscopy, menunjukkan adanya hubungan antara autis dan penyebabnya

yang dikenal sebagai autistic enterocolitis. Penelitian ini dilakukan di Royal Free

Hospital, London, UK. Dr. Wakefield dkk menganjurkan para orangtua agar dokter

anaknya memberikan vaksin secara terpisah, satu untuk measles, satu untuk mumps dan

satu untuk rubella. Pemberian yang dilakukan sebelum diperkenalkan kombinasi MMR.

3. Pembahasan

3.1. Vaksin MMR

Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan secara subkutan untuk mencegah

Measles (campak), Mumps (parotiditis) dan Rubella (campak Jerman) yang terbuat dari

Vaksin MMR & Autisme | 5

Page 6: Isi Makalah 1 Kelompok V

mikroorganisme hidup yang dilemahkan sehingga patogenitasnya melemah dan masih

memiliki antigenitas. (3)

Kandungan dari vaksin MMR itu sendiri antara lain(4):

• Antibiotik neomycin

• Sorbitol

• Gelatin

• MMR live virus

Konsentrasi MMR live virus dalam 0,5 ml adalah sebagai berikut(5):

Measles : 1000 TCID50

Mumps : 20.000 TCID50

Rubella : 1000 TCID50

• Sodium fosfat

• Sodium klorida

• Sukrosa

• Albumin

MMR adalah salah satu imunisasi yang dianjurkan pada masa kanak-kanak.

• Pemberian pertama diberikan ketika anak berusia 12 sampai 15 bulan. Untuk

memastikan anak benar-benar dilindungi, vaksin MMR pun tidak boleh diberikan

terlalu dini.

• Pemberian kedua diberikan sebelum anak masuk sekolah sekitar usia 4 - 6 tahun,

tetapi dapat diberikan setiap saat setelah itu. Beberapa negara memerlukan pemberian

vaksin MMR kedua sebelum anak mulai TK. (6)

Vaksin MMR & Autisme | 6

Page 7: Isi Makalah 1 Kelompok V

Dosis pertama vaksin MMR akan memberikan 90 persen perlindungan

terhadap campak dan gondok, dan 97 persen perlindungan terhadap rubella. Ini

berarti bahwa dari 100 orang diberi vaksin, sekitar 90 orang akan kebal terhadap

campak dan gondok, dan sekitar 97 orang kebal terhadap rubella. Sembilan puluh

sembilan dari 100 orang akan dilindungi terhadap ketiga penyakit tersebut setelah

pemberian dosis kedua. (7)

Manfaat pemberian vaksin MMR antara lain(6):

• Sebagai tindakan preventif dari gejala-gejala penyakit measles, mumps,

dan rubella.

• Mengurangi terjadinya penyakit MMR di masyarakat.

• Proteksi terhadap komplikasi dari penyakit MMR.

• Membebaskan anak dari resiko terkena penyakit MMR.

• Meningkatkan daya tahan tubuh.

• Menjaga si anak agar tidak menularkan ke orang-orang yang tidak di

vaksin.

Efek samping dari pemberian vaksin MMR dibagi menjadi tiga tingkatan, ringan,

sedang dan berat. (8)

• Ringan (mild) :

Demam, ruam ringan (gatal-gatal), pembengkakan kelenjar di bagian sekitar

leher, pipi, dan dagu (jarang).

Vaksin MMR & Autisme | 7

Page 8: Isi Makalah 1 Kelompok V

Gejala-gejala di atas biasanya muncul dalam waktu 7-12 hari setelah diberi

vaksin. Jarang timbul setelah pemberian vaksin yang kedua.

• Sedang (moderate) :

Demam tinggi, kejang (disebabkan oleh demam), rasa sakit dan kaku

sementara pada sendi (sebagian besar terjadi pada remaja atau wanita

dewasa), trombositopenia yang dapat menyebabkan gangguan perdarahan.

• Berat (severe) – sangat jarang terjadi :

a. Reaksi alergi serius

b. Beberapa masalah atau efek samping berat lainnya telah diketahui

dapat terjadi setelah seorang anak mendapat vaksin MMR. Tetapi hal

tersebut sangat jarang terjadi, para ahli tidak yakin apakah masalah di

atas disebabkan oleh vaksin atau tidak. Masalah atau efek samping ini

termasuk :

i. Tuli

ii. Kejang jangka panjang, penurunan kesadaran, koma

iii. Kerusakan otak permanen, ensefalitis

Kontraindikasi untuk pemberian vaksin MMR antara lain:

• Alergi gelatin, antibiotik neomycin, atau terhadap vaksin MMR sebelumnya. Anak

yang sedang sakit dianjurkan menunggu hingga sehat sebelum mendapat vaksinasi.

• Ibu hamil, bisa diberikan setelah melahirkan dan tidak boleh hamil sebelum 4 minggu

setelah pemberian vaksin.

• Orang-orang dengan:

Vaksin MMR & Autisme | 8

Page 9: Isi Makalah 1 Kelompok V

- penyakit yang mengganggu sistem imun

- mengkonsumsi obat yang mempengaruhi sistem imun

- kanker

- kelainan darah

- baru mendapat transfusi darah

sebaiknya menghubungi dokter untuk mengetahui kapan sebaiknya mendapat

vaksin. (8)

3.2. Herd immunity

Definisi dari herd immunity adalah resistensi suatu kelompok terhadap serangan

penyakit akibat imunitas sejumlah besar anggota dan penurunan konsekuensi

kemungkinan kontak antara individu yang terkena dengan individu yang rentan. (9)

Dapat disimpulkan bahwa herd immunity dalah imunitas yang didapat suatu

kelompok karena mayoritas anggota kelompok tersebut telah diberi vaksin, sehingga

sebagian kecil anggota kelompok yang tidak mendapat vaksin terlindung dari penyakit

karena kelompoknya sudah mempunyai imun atau kekebalan terhadap suatu serangan

penyakit.

3.3. Pembahasan Diagram 1

Prevalence rate kelainan autis di Amerika Serikat antara tahun 1996-2007 (kasus

per 1000 anak balita) meningkat dari tahun ketahun, akan tetapi tidak ada data pemberian

vaksin MMR dalam diagram ini, sehingga tidak ada bukti empiris yang dapat

menunjukkan adanya hubungan antara pemberian vaksin MMR dengan kelainan autis.

Vaksin MMR & Autisme | 9

Page 10: Isi Makalah 1 Kelompok V

Dari Diagram 1 diatas (lihat skenario kasus sesi 1), bisa dilihat bahwa prevalence

rate kelainan autis di Amerika Serikat antara tahun 1996-2007 mengalami peningkatan

secara terus menerus. Prevalence rate yang meningkat, belum tentu meningkatkan resiko

suatu penyakit artinya kasus kelainan autis yang meningkat tidak selalu meningkatkan

resiko terkenanya penyakit autis. Pada kasus hubungan vaksin MMR dan autis ini, dapat

dilihat bahwa Diagram 1 tidak menunjukkan adanya hubungan antara keduanya. Diagram

1 hanya menunjukkan prevalence rate kasus per 1000 anak balita.

Peneliti menyajikan diagram di atas dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa

epidemiologi kasus kelainan autis di Amerika Serikat selalu mengalami peningkatan serta

untuk merencanakan kebutuhan fasilitas dan personil dalam menghadapi kasus. Dalam

tulisan peneliti, disebutkan faktor resiko yang mungkin menjadi penyebab terjadi

kelainan autis adalah faktor lingkungan melalui interaksi gen – lingkungan dan tidak

disebutkan bahwa vaksin MMR menjadi salah satu faktor resiko atau etiologi penyebab

terjadinya kelainan autis. Ini berarti diagram yang disajikan peneliti tidak menyatakan

adanya hubungan antara vaksin MMR dengan prevalence rate autis.

3.4. Pembahasan Tabel 1

Data yang disampaikan Karlinah dan yang disajikan pada Tabel 1 (lihat skenario

kasus sesi 2) memperlihatkan penelitian yang dilakukan Dr. Wakefield dan kawan-kawan

di Royal Free Hospital, London, UK dengan hipotesis bahwa pemberian vaksin MMR

menyebabkan radang usus, mengakibatkan protein asing masuk ke peredaran darah anak

ke otak yang menimbulkan gangguan autis. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat

bahwa penelitian yang dilakukan Dr. Wakefield dkk tidak valid karena sample yang

Vaksin MMR & Autisme | 10

Page 11: Isi Makalah 1 Kelompok V

digunakan untuk penelitian hanya berjumlah dua belas sample dan jumlah tersebut tidak

dapat mewakili jumlah populasi yang diteliti dan juga penelitian tersebut tidak

menggunakan grup kontrol(10) dan metode penelitian yang digunakan kurang baik karena

data yang diperoleh hanya mengandalkan ingatan orang tua sebagai pencatatan periode

waktu penelitian dan penelitian Dr. Wakefield ini tidak memenuhi salah satu kriteria

penelitian yang baik karena tidak dapat di replikasi (replikasi yang dimaksud adalah

memberi hasil yang sama ketika penelitian tersebut dilakukan peneliti lain).(11)

3.5. Tanggapan untuk hipotesis Dr. Wakefield

Secara umum penderita autis itu biasanya sudah mempunyai kelainan genetik,

biologi, dan autoimun sejak awal. Jadi bukan karena vaksin MMR menimbulkan autis

pada anak-anak seperti yang diungkapkan dr. Wakefield, tetapi kelainan autis dapat

dipicu dengan imunisasi, selain itu juga bisa disebabkan karena alergi makan, lingkungan

dan sebagainya dengan syarat dia mempunyai agen autis.

Vaksin MMR & Autisme | 11

Page 12: Isi Makalah 1 Kelompok V

Gambar 1. MMR vaccination rate (bar diagram) dan jumlah kasus measles yang

dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium (diagram garis). Tanda panah

menunjukkan tahun publikasi dari Wakefield dk (1998).(12)

Dari Gambar 1, menurut kelompok kami, data Wakefield dkk mempengaruhi

masyarakat untuk melakukan vaksinasi MMR. Dapat dilihat pada tahun publikasi tulisan

Wakefield dkk (1998) penggunaan vaksin oleh masyarakat berkurang dari tahun

sebelumnya. Ini membuktikan bahwa masyarakat terpengaruh dan ketakutan untuk

memakai vaksin MMR. Begitu juga beberapa tahun selanjutnya. Pada tahun 2003,

penggunaan vaksin MMR mengalami peningkatan akibat adanya kontroversi dan

penyanggahan terhadap metode yang dipakai Wakefield dkk yang tidak memenuhi syarat

dan merupakan kesalahan yang fatal.

Vaksin MMR & Autisme | 12

Page 13: Isi Makalah 1 Kelompok V

Gambar 2 di bawah ini menyajikan data tentang rate pemberian vaksin MMR

berdasarkan tahun kelahiran anak dan kejadian ASD.

Gambar 2. Rate vaksin MMR (garis tebal) berdasarkan tahun kelahiran anak (1998-1992)

dan insidence (number of new cases per 10,000 children) of ASD (garis tipis).(13)

Pada gambar 2 dapat kita lihat pada anak yang lahir di tahun 1993 tidak diberikan

lagi vaksin kobinasi MMR karena tepat pada saat itu vaksin kombinasi tersebut diganti

dengan vaksin monovalent untuk masing-masing penyakit. Pada data hasil penelitian

tersebut dapat kita lihat pada garis tebal yang mewakili nilai Rate vaksin MMR

mengalami penurunan mulai dari tahun kelahiran 1988-1991 dan mencapai angka 0 di

tahun 1993, hal ini berbeda dengan nilai cumulative incidence dari ASD yang

menunjukan adanya kenaikan dan penurunan angka secara acak dan tidak memiliki

korelasi dengan penurunan angka Rate vaksin MMR. Jika memang hipotesis dari Dr.

Wkefield dkk benar bahwa pemberian vaksin MMR dapat menyebabkan autis maka

seharusnya terlihat adanya penurunan yang selaras dengan penurunan nilai Rate vaksin

MMR ketika vaksin tersebut berangsur-angsur tidak digunakan dan diganti dengan vaksin

Vaksin MMR & Autisme | 13

Page 14: Isi Makalah 1 Kelompok V

monovalent. Namun pada gambar terlihat angka insidence of ASD tetap mengalami

kenaikan walaupun pemberian vaksin MMR telah dihentikan pada tahun kelahiran 1993.

(14)

3.6. Hubungan autisme dengan vaksin MMR

Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang muncul di awal masa kanak-

kanak, umumnya sebelum umur 3 tahun. Gejala dari autisme sangat bervariasi. Namun,

yang paling umum terlihat adalah gangguan dari kemampuan berkomunikasi dan

menjalin hubungan sosial dengan sekitar.(15)

Autisme, pada dasarnya adalah kelainan yang faktor utamanya dipengaruhi oleh

herediter (keturunan). Namun, pengaruh vaksin MMR pada kasus autisme dapat melalui

dua jalan lain, yang pertama oleh karena pengaruh zat pengawet thimerosal yang terdapat

dalam vaksin MMR. Thimerosal sendiri berfungsi sebagai pencegah kontaminasi

mikroorganisme asing dari vaksin steril seperti vaksin MMR sendiri. Pengaruh

thimerosal ini akan semakin memberikan efek toksik jika terdapat kandungan timah di

dalam vaksin tersebut. Efek toksik thimerosal ini sangat bermakna pada anak-anak yang

dalam keluarga besarnya memiliki riwayat autisme, penyakt autoimun, gangguaan jiwa,

dan lainnya. Semua bakat ini layaknya sebuah peluru dalam senapan genetis. Apabila

peluru ini dipicu oleh thimerosal, maka terjadilah autisme pada anak. Berbeda jika bakat

yang sudah ada kemudian tidak ada pemicunya, maka tak akan terjadi autisme, atau ada

pemicu dari thimerosal namun tidak ada bakat autisme, maka tak akan terjadi

pula. Yang kedua adalah efek dari vaksin MMR non-thimerosal yang dapat

Vaksin MMR & Autisme | 14

Page 15: Isi Makalah 1 Kelompok V

mengakibatkan kerusakan dari sarung penutup saraf (Mielyn Basic Protein), sehingga

saraf menjadi rentan dan probabilitas munculnya autisme semakin besar.

Jadi, sudah ditekankan di atas bahwa, kandungan dari thimerosal tidak dapat

berefek jika tidak ada bakat autisme pada anak dan resiko autisme adalah sama pada anak

yang diberikan vaksinasi maupun tidak divaksinasi, dalam kelompok umur yang sama.

Jurnal dari Dr. Wakefield sendiri sudah ditarik dan dibuktikan salah, sehingga kita dapat

menyimpulkan bahwa kelainan autisme tidak berkaitan dengan vaksin MMR. (16)

3.7. Peran Orangtua dalam pencegahan penularan penyakit

Ibu yang anaknya terkena campak karena tidak memberikan vaksin MMR

terhadap anaknya seharusnya bertanggung jawab jika ada seorang anak yang tertular

campak karena anak tersebut tidak bisa diberi vaksin karena karsinoma yang dideritanya

sehingga pemberian vaksin harus ditunda. Karena mencegah penularan merupakan suatu

tindakan preventif yang merupakan kewajiban dari semua orang baik dari pihak medis

maupun non medis.

Ibu Ani sebaiknya tetap memberikan vaksin MMR kepada Alissa karena

komplikasi penyakit MMR lebih berbahaya ketimbang risiko autis yang juga belum jelas

hingga saat ini. Alissa yang telah berumur 14 bulan sebaiknya diberi vaksin MMR

sebelum usianya melebihi 15 bulan

4. Kesimpulan

Masyarakat sebaiknya tidak khawatir dengan pemberian vaksin MMR karena kontroversi yang

beredar luas tentang kaitan vaksin MMR menyebabkan autis sebenarnya tidak berhubungan

Vaksin MMR & Autisme | 15

Page 16: Isi Makalah 1 Kelompok V

menurut beberapa penelitian yang dilakukan. Jadi pemberian vaksin MMR tetap dianjurkan agar

mencegah simptom dan komplikasi penyakit MMR yang sebenarnya lebih berbahaya dan

menyebabkan angka kematian yang tinggi pada anak.

Vaksin MMR & Autisme | 16

Page 17: Isi Makalah 1 Kelompok V

DAFTAR PUSTAKA

1. Newschaffer CJ, Croen LA, Daniels J, Giarelli E, 4 Grether JK, Levy SE, et al. The

epidemiology of autism spectrum disorders. Annu Rev Public Health. 2007;28:235-58.

2. Wakefield AJ, Murch SH, Anthony A, Linnell J, Casson DM, Malik M, et al. Ileal

lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder

in children. Lancet 1998;351:637-41.

3. Dorland N. Vaccine. In: Mahode A, Arfan A, Intansari DM, Dorothy, Velyani DP,

editors. Kamus Kedokteran Dorland, 31th ed. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2010. p.

2352.

4. Associatedcontent.com. MMR vaccine ingredients. [updated Sept 2, 2008]. Available at:

http://www.associatedcontent.com/article/976302/mmr_vaccine_ingredients.html?cat=71

. accessed on June 6, 2011.

5. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Components of MMR vaccine.

[updated Feb 16, 2011]. Available at:  http://vaccinesafety.edu/components-MMR.htm .

accessed on June 6, 2011.

6. Medlineplus. MMR vaccine. [updated June 03, 2011]. Available at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002026.htm . accessed on June 06,

2011.

Vaksin MMR & Autisme | 17

Page 18: Isi Makalah 1 Kelompok V

7. Bupa.co.uk. Measles, mumps and rubella (MMR) vaccine. [updated January 2010].

Available at: http://www.bupa.co.uk/individuals/health-information/directory/m/mmr-

vaccine . accessed on June 06, 2011.

8. Department of Health and Human Services – Centers for Disease Control and Prevention.

MMR Vaccines. [updated March 13, 2008]. Available at:

http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/vis/downloads/vis-mmr.pdf . accessed on June 6,

2011.

9. Dorland N. In: Mahode A, Arfan A, Intansari DM, Dorothy, Velyani DP, editors. Kamus

Kedokteran Dorland, 31th ed. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2010. p. 1069.

10. Hornig M, Briese T, Buie T, Bauman M.L, Lauwers G, Siemetzki U, Hummel K, Rota

P.A, Bellini W.J, O’Leary J.J, Sheils O, Alden E, Pickering L, Lipkin W.I. 2008. Lack of

association between measles virus vaccine and autism with enteropathy: a case-control

study. PLoS ONE 3(9):e3140.

11. Baird G, Brown D, Simonoff E, Pickles A, Charman T. 2008. No evidence for MMR

ASD link. Practitioner. 252(1704):6.

12. Health Protection Agency, UK; 2010.

Vaksin MMR & Autisme | 18

Page 19: Isi Makalah 1 Kelompok V

13. Honda H, Shimizu Y, Rutter M. No effect of MMR withdrawal on the incidence of

autism: a total population study. J Child PsycholPsychiatr 2005; 46: 572-9.

14. Uchiyama T, Kurosawa M, Inaba Y. 2007. MMR-vaccine and regression in autism

spectrum disorders: negative results presented in Japan. J Autism Dev Disord. 37(2):210-

7.

15. Mayoclinic.com. Autism. [updated Nov 5, 2010]. Available at:

http://www.mayoclinic.com/health/autism/DS00348 . Accessed on June 11, 2011.

16. DeStefano F. 2007. Vaccines and autism: evidence does not support a causal

association. Clin Pharmacol Ther. 82(6):756-9.

Vaksin MMR & Autisme | 19