Diskusi sesi pertama kami lakukan pada hari Selasa, 7 Juni 2011 dan diskusi sesi kedua kami lakukan pada hari Jumat, 10 Juni 2011, di ruang 206, lantai 2, kampus B, Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti. Diskusi sesi pertama dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi sesi pertama yang menjadi ketua diskusi adalah Saudara Gilang Pradipta dengan sekretaris diskusi Saudari Anggi Miranda. Diskusi sesi kedua dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi sesi kedua yang menjadi ketua diskusi adalah Saudari Desira Anggitania dan yang menjadi sekretaris adalah Saudara Yosha Santoso. Topik dalam kedua sesi diskusi ini adalah “Vaksin MMR dan autis pada anak”. Adapun hal-hal menonjol yang muncul selama jalannya kedua diskusi adalah terjadinya silang pendapat antar peserta diskusi yang pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan yang disetujui oleh masing-masing peserta diskusi. Pada diskusi sesi pertama kami mendapat pengarahan dari tutor kami, yaitu dr. H. Sajuti Jandifson, MS. Sedangkan pada diskusi sesi kedua kami mendapatkan pengarahan dari tutor kami dr. Hj. Achdannasich, Sp. KK. Vaksin MMR & Autisme | 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Diskusi sesi pertama kami lakukan pada hari Selasa, 7 Juni 2011 dan diskusi sesi kedua kami
lakukan pada hari Jumat, 10 Juni 2011, di ruang 206, lantai 2, kampus B, Fakultas Kedokteran,
Universitas Trisakti. Diskusi sesi pertama dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan
diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi sesi pertama yang menjadi ketua diskusi adalah
Saudara Gilang Pradipta dengan sekretaris diskusi Saudari Anggi Miranda. Diskusi sesi kedua
dimulai pada pukul 10.00 WIB, selama 2 jam dan diikuti oleh 14 orang peserta. Pada diskusi
sesi kedua yang menjadi ketua diskusi adalah Saudari Desira Anggitania dan yang menjadi
sekretaris adalah Saudara Yosha Santoso. Topik dalam kedua sesi diskusi ini adalah “Vaksin
MMR dan autis pada anak”. Adapun hal-hal menonjol yang muncul selama jalannya kedua
diskusi adalah terjadinya silang pendapat antar peserta diskusi yang pada akhirnya menghasilkan
suatu kesimpulan yang disetujui oleh masing-masing peserta diskusi. Pada diskusi sesi pertama
kami mendapat pengarahan dari tutor kami, yaitu dr. H. Sajuti Jandifson, MS. Sedangkan pada
diskusi sesi kedua kami mendapatkan pengarahan dari tutor kami dr. Hj. Achdannasich, Sp. KK.
Vaksin MMR & Autisme | 1
1. Pendahuluan
Vaksin MMR adalah vaksin kombinasi untuk anak agar terlindung dari measles,
mumps dan rubella. Pertama kali dikembangkan oleh Maurice Hilleman pada akhir tahun
1960. Di Amerika Serikat, vaksin ini diberikan pada tahun 1971 sedangkan untuk dosis
kedua mulai diperkenalkan pada tahun 1989.
Dewasa ini, terdapat kontroversi yang mengatakan bahwa pemberian vaksin
MMR dapat menyebabkan autisme pada anak, dimana terjadi gangguan dan
keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Prevalence rate autisme sendiri mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, tetapi
hubungan antara pemberian vaksin MMR pada anak dengan autisme masih dalam
perdebatan karena mekanisme terjadinya autisme yang disebabkan oleh vaksin MMR
masih belum jelas, disamping penyebab autisme yang multifaktorial.
Keadaan ini membuat orang tua bimbang dalam memberikan vaksin MMR
kepada anaknya. Di satu sisi mereka ingin melindungi anak dari measles, mumps dan
rubella serta komplikasinya yang cukup berbahaya, tetapi pendapat-pendapat yang
beredar tentang komplikasi dari vaksin MMR seperti autisme juga menjadi kekhawatiran.
2. Skenario kasus
2.1. Sesi I
Ibu Tati berusia 55 tahun bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit X mempunyai
dua orang putri yaitu Ibu Karinah (usia 30 tahun) dan Ibu Ani (usia 27 tahun). Tiga tahun
yang lalu Ibu Ani menikah dan sekarang dikaruniai seorang putri bernama Alisa berusia
14 bulan. Karlinah mempunyai seorang putra bernama Ian yang sekarang berusia 4 tahun.
Vaksin MMR & Autisme | 2
Pada saat Ian berusia 16 bulan dokter mendiagnosis menderita autism spectrum disorders
(ASD). Pada satu hari Minggu, ketiga Ibu ini berkumpul dan televisi sedang menyiarkan
berita seorang selebrtiti terkenal membuat pernyataan menentang pemberian vaksin
kombinasi measles, mumps and rubella (MMR) karena putranya mengalami autis dan
selebriti ini yakin autis yang dialami putranya akibat pemberian vaksin MMR.
Perusahaan P telah memperoleh banyak keuntungan dari vaksin MMR dan selebriti ini
berniat mengajukan tuntutan kepada perusahaan P.
Selebriti : “Apakah Anda mengetahui bahwa pada tahun 1998, vaksin MMR
menggantikan vaksin campak yang lama. Dan sejak 10 tahun terakhir setelah vaksin
MMR digunakan secara luas insiden autis meningkat sebesar 600%”
Ibu Tati : “Karlinah, baik vaksin campak yang lama maupun vaksin MMR telah
berhasil mencegah kematian akibat campak. Harus diakui efek samping dari vaksin ini
adalah ensefalitis dan saya tidak percaya MMR berhubungan dengan kelainan autis pada
anak-anak.”
Karlinah : “Ibu, saya yakin vaksin MMR berhubungan dengan autis, lihatlah Ian
putra saya, pada saat berusia 12 bulan sangat aktif dan bahagia. Pada usia 15 bulan Ian
memperoleh vaksin MMR mengikuti anjuran dokter anak saya. Dan satu minggu
kemudian Ian berhenti bicara, berhenti tertawa, dan berhenti memandang saya. Kemudian
Ian didiagnosis menderita autis.”
Ibu Tati : “Tetapi Karlinah, penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa bila
pemberian vaksin MMR kurang dari 90%, penyakit campak akan lebih meluas dan
membunuh banyak anak-anak.”
Vaksin MMR & Autisme | 3
Karlinah : “Ibu, sudahlah kita hentikan debat ini, saya tidak mau mengorbankan
Alisa, biarlah Ian saja yang sudah mengalami autis dan Ani harus memilih”.
Selebriti tersebut menyajikan data tentang peningkatan kasus autis selama sepuluh
tahun, seperti terlihat pada Diagram 1 di bawah ini.
Diagram 1. Prevalence rate kelainan autis di Amerika Serikat antara tahun 1996 – 2007
(kasus per 1000 anak balita) (1)
2.2. Sesi II
Ibu Karlinah memberikan data kepada Ibu Tati dan Ibu Ani yang disajikan pada
Tabel 1 di bawah ini yang diperoleh Ibu Karlinah berdasarkan penelitian ilmiah yang
dilakukan oleh pakar dari Inggris tentang hubungan antara vaksin MMR dan autis pada
anak-anak.
Vaksin MMR & Autisme | 4
Tabel 1. Diagnosis neuropsychiatric dan interval post MMR vaccination (2)
Dr. Wakefield dan kawan-kawan menyajikan informasi berdasarkan 12 anak yang
dilakukan colonoscopy, menunjukkan adanya hubungan antara autis dan penyebabnya
yang dikenal sebagai autistic enterocolitis. Penelitian ini dilakukan di Royal Free
Hospital, London, UK. Dr. Wakefield dkk menganjurkan para orangtua agar dokter
anaknya memberikan vaksin secara terpisah, satu untuk measles, satu untuk mumps dan
satu untuk rubella. Pemberian yang dilakukan sebelum diperkenalkan kombinasi MMR.
3. Pembahasan
3.1. Vaksin MMR
Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan secara subkutan untuk mencegah
Measles (campak), Mumps (parotiditis) dan Rubella (campak Jerman) yang terbuat dari
Vaksin MMR & Autisme | 5
mikroorganisme hidup yang dilemahkan sehingga patogenitasnya melemah dan masih
memiliki antigenitas. (3)
Kandungan dari vaksin MMR itu sendiri antara lain(4):
• Antibiotik neomycin
• Sorbitol
• Gelatin
• MMR live virus
Konsentrasi MMR live virus dalam 0,5 ml adalah sebagai berikut(5):
Measles : 1000 TCID50
Mumps : 20.000 TCID50
Rubella : 1000 TCID50
• Sodium fosfat
• Sodium klorida
• Sukrosa
• Albumin
MMR adalah salah satu imunisasi yang dianjurkan pada masa kanak-kanak.
• Pemberian pertama diberikan ketika anak berusia 12 sampai 15 bulan. Untuk
memastikan anak benar-benar dilindungi, vaksin MMR pun tidak boleh diberikan
terlalu dini.
• Pemberian kedua diberikan sebelum anak masuk sekolah sekitar usia 4 - 6 tahun,
tetapi dapat diberikan setiap saat setelah itu. Beberapa negara memerlukan pemberian
vaksin MMR kedua sebelum anak mulai TK. (6)
Vaksin MMR & Autisme | 6
Dosis pertama vaksin MMR akan memberikan 90 persen perlindungan
terhadap campak dan gondok, dan 97 persen perlindungan terhadap rubella. Ini
berarti bahwa dari 100 orang diberi vaksin, sekitar 90 orang akan kebal terhadap
campak dan gondok, dan sekitar 97 orang kebal terhadap rubella. Sembilan puluh
sembilan dari 100 orang akan dilindungi terhadap ketiga penyakit tersebut setelah
pemberian dosis kedua. (7)
Manfaat pemberian vaksin MMR antara lain(6):
• Sebagai tindakan preventif dari gejala-gejala penyakit measles, mumps,
dan rubella.
• Mengurangi terjadinya penyakit MMR di masyarakat.
• Proteksi terhadap komplikasi dari penyakit MMR.
• Membebaskan anak dari resiko terkena penyakit MMR.
• Meningkatkan daya tahan tubuh.
• Menjaga si anak agar tidak menularkan ke orang-orang yang tidak di
vaksin.
Efek samping dari pemberian vaksin MMR dibagi menjadi tiga tingkatan, ringan,
sedang dan berat. (8)
• Ringan (mild) :
Demam, ruam ringan (gatal-gatal), pembengkakan kelenjar di bagian sekitar
leher, pipi, dan dagu (jarang).
Vaksin MMR & Autisme | 7
Gejala-gejala di atas biasanya muncul dalam waktu 7-12 hari setelah diberi
vaksin. Jarang timbul setelah pemberian vaksin yang kedua.
• Sedang (moderate) :
Demam tinggi, kejang (disebabkan oleh demam), rasa sakit dan kaku
sementara pada sendi (sebagian besar terjadi pada remaja atau wanita
dewasa), trombositopenia yang dapat menyebabkan gangguan perdarahan.
• Berat (severe) – sangat jarang terjadi :
a. Reaksi alergi serius
b. Beberapa masalah atau efek samping berat lainnya telah diketahui
dapat terjadi setelah seorang anak mendapat vaksin MMR. Tetapi hal
tersebut sangat jarang terjadi, para ahli tidak yakin apakah masalah di
atas disebabkan oleh vaksin atau tidak. Masalah atau efek samping ini
termasuk :
i. Tuli
ii. Kejang jangka panjang, penurunan kesadaran, koma
iii. Kerusakan otak permanen, ensefalitis
Kontraindikasi untuk pemberian vaksin MMR antara lain:
• Alergi gelatin, antibiotik neomycin, atau terhadap vaksin MMR sebelumnya. Anak
yang sedang sakit dianjurkan menunggu hingga sehat sebelum mendapat vaksinasi.
• Ibu hamil, bisa diberikan setelah melahirkan dan tidak boleh hamil sebelum 4 minggu
setelah pemberian vaksin.
• Orang-orang dengan:
Vaksin MMR & Autisme | 8
- penyakit yang mengganggu sistem imun
- mengkonsumsi obat yang mempengaruhi sistem imun
- kanker
- kelainan darah
- baru mendapat transfusi darah
sebaiknya menghubungi dokter untuk mengetahui kapan sebaiknya mendapat
vaksin. (8)
3.2. Herd immunity
Definisi dari herd immunity adalah resistensi suatu kelompok terhadap serangan
penyakit akibat imunitas sejumlah besar anggota dan penurunan konsekuensi
kemungkinan kontak antara individu yang terkena dengan individu yang rentan. (9)
Dapat disimpulkan bahwa herd immunity dalah imunitas yang didapat suatu
kelompok karena mayoritas anggota kelompok tersebut telah diberi vaksin, sehingga
sebagian kecil anggota kelompok yang tidak mendapat vaksin terlindung dari penyakit
karena kelompoknya sudah mempunyai imun atau kekebalan terhadap suatu serangan
penyakit.
3.3. Pembahasan Diagram 1
Prevalence rate kelainan autis di Amerika Serikat antara tahun 1996-2007 (kasus
per 1000 anak balita) meningkat dari tahun ketahun, akan tetapi tidak ada data pemberian
vaksin MMR dalam diagram ini, sehingga tidak ada bukti empiris yang dapat
menunjukkan adanya hubungan antara pemberian vaksin MMR dengan kelainan autis.
Vaksin MMR & Autisme | 9
Dari Diagram 1 diatas (lihat skenario kasus sesi 1), bisa dilihat bahwa prevalence
rate kelainan autis di Amerika Serikat antara tahun 1996-2007 mengalami peningkatan
secara terus menerus. Prevalence rate yang meningkat, belum tentu meningkatkan resiko
suatu penyakit artinya kasus kelainan autis yang meningkat tidak selalu meningkatkan
resiko terkenanya penyakit autis. Pada kasus hubungan vaksin MMR dan autis ini, dapat
dilihat bahwa Diagram 1 tidak menunjukkan adanya hubungan antara keduanya. Diagram
1 hanya menunjukkan prevalence rate kasus per 1000 anak balita.
Peneliti menyajikan diagram di atas dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa
epidemiologi kasus kelainan autis di Amerika Serikat selalu mengalami peningkatan serta
untuk merencanakan kebutuhan fasilitas dan personil dalam menghadapi kasus. Dalam
tulisan peneliti, disebutkan faktor resiko yang mungkin menjadi penyebab terjadi
kelainan autis adalah faktor lingkungan melalui interaksi gen – lingkungan dan tidak
disebutkan bahwa vaksin MMR menjadi salah satu faktor resiko atau etiologi penyebab
terjadinya kelainan autis. Ini berarti diagram yang disajikan peneliti tidak menyatakan
adanya hubungan antara vaksin MMR dengan prevalence rate autis.
3.4. Pembahasan Tabel 1
Data yang disampaikan Karlinah dan yang disajikan pada Tabel 1 (lihat skenario
kasus sesi 2) memperlihatkan penelitian yang dilakukan Dr. Wakefield dan kawan-kawan
di Royal Free Hospital, London, UK dengan hipotesis bahwa pemberian vaksin MMR
menyebabkan radang usus, mengakibatkan protein asing masuk ke peredaran darah anak
ke otak yang menimbulkan gangguan autis. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
bahwa penelitian yang dilakukan Dr. Wakefield dkk tidak valid karena sample yang
Vaksin MMR & Autisme | 10
digunakan untuk penelitian hanya berjumlah dua belas sample dan jumlah tersebut tidak
dapat mewakili jumlah populasi yang diteliti dan juga penelitian tersebut tidak
menggunakan grup kontrol(10) dan metode penelitian yang digunakan kurang baik karena
data yang diperoleh hanya mengandalkan ingatan orang tua sebagai pencatatan periode
waktu penelitian dan penelitian Dr. Wakefield ini tidak memenuhi salah satu kriteria
penelitian yang baik karena tidak dapat di replikasi (replikasi yang dimaksud adalah
memberi hasil yang sama ketika penelitian tersebut dilakukan peneliti lain).(11)
3.5. Tanggapan untuk hipotesis Dr. Wakefield
Secara umum penderita autis itu biasanya sudah mempunyai kelainan genetik,
biologi, dan autoimun sejak awal. Jadi bukan karena vaksin MMR menimbulkan autis
pada anak-anak seperti yang diungkapkan dr. Wakefield, tetapi kelainan autis dapat
dipicu dengan imunisasi, selain itu juga bisa disebabkan karena alergi makan, lingkungan
dan sebagainya dengan syarat dia mempunyai agen autis.
Vaksin MMR & Autisme | 11
Gambar 1. MMR vaccination rate (bar diagram) dan jumlah kasus measles yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium (diagram garis). Tanda panah
menunjukkan tahun publikasi dari Wakefield dk (1998).(12)
Dari Gambar 1, menurut kelompok kami, data Wakefield dkk mempengaruhi
masyarakat untuk melakukan vaksinasi MMR. Dapat dilihat pada tahun publikasi tulisan
Wakefield dkk (1998) penggunaan vaksin oleh masyarakat berkurang dari tahun
sebelumnya. Ini membuktikan bahwa masyarakat terpengaruh dan ketakutan untuk
memakai vaksin MMR. Begitu juga beberapa tahun selanjutnya. Pada tahun 2003,
penggunaan vaksin MMR mengalami peningkatan akibat adanya kontroversi dan
penyanggahan terhadap metode yang dipakai Wakefield dkk yang tidak memenuhi syarat
dan merupakan kesalahan yang fatal.
Vaksin MMR & Autisme | 12
Gambar 2 di bawah ini menyajikan data tentang rate pemberian vaksin MMR
berdasarkan tahun kelahiran anak dan kejadian ASD.
Gambar 2. Rate vaksin MMR (garis tebal) berdasarkan tahun kelahiran anak (1998-1992)
dan insidence (number of new cases per 10,000 children) of ASD (garis tipis).(13)
Pada gambar 2 dapat kita lihat pada anak yang lahir di tahun 1993 tidak diberikan
lagi vaksin kobinasi MMR karena tepat pada saat itu vaksin kombinasi tersebut diganti
dengan vaksin monovalent untuk masing-masing penyakit. Pada data hasil penelitian
tersebut dapat kita lihat pada garis tebal yang mewakili nilai Rate vaksin MMR
mengalami penurunan mulai dari tahun kelahiran 1988-1991 dan mencapai angka 0 di
tahun 1993, hal ini berbeda dengan nilai cumulative incidence dari ASD yang
menunjukan adanya kenaikan dan penurunan angka secara acak dan tidak memiliki
korelasi dengan penurunan angka Rate vaksin MMR. Jika memang hipotesis dari Dr.
Wkefield dkk benar bahwa pemberian vaksin MMR dapat menyebabkan autis maka
seharusnya terlihat adanya penurunan yang selaras dengan penurunan nilai Rate vaksin
MMR ketika vaksin tersebut berangsur-angsur tidak digunakan dan diganti dengan vaksin
Vaksin MMR & Autisme | 13
monovalent. Namun pada gambar terlihat angka insidence of ASD tetap mengalami
kenaikan walaupun pemberian vaksin MMR telah dihentikan pada tahun kelahiran 1993.
(14)
3.6. Hubungan autisme dengan vaksin MMR
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang muncul di awal masa kanak-
kanak, umumnya sebelum umur 3 tahun. Gejala dari autisme sangat bervariasi. Namun,
yang paling umum terlihat adalah gangguan dari kemampuan berkomunikasi dan
menjalin hubungan sosial dengan sekitar.(15)
Autisme, pada dasarnya adalah kelainan yang faktor utamanya dipengaruhi oleh
herediter (keturunan). Namun, pengaruh vaksin MMR pada kasus autisme dapat melalui
dua jalan lain, yang pertama oleh karena pengaruh zat pengawet thimerosal yang terdapat
dalam vaksin MMR. Thimerosal sendiri berfungsi sebagai pencegah kontaminasi
mikroorganisme asing dari vaksin steril seperti vaksin MMR sendiri. Pengaruh
thimerosal ini akan semakin memberikan efek toksik jika terdapat kandungan timah di
dalam vaksin tersebut. Efek toksik thimerosal ini sangat bermakna pada anak-anak yang
dalam keluarga besarnya memiliki riwayat autisme, penyakt autoimun, gangguaan jiwa,
dan lainnya. Semua bakat ini layaknya sebuah peluru dalam senapan genetis. Apabila
peluru ini dipicu oleh thimerosal, maka terjadilah autisme pada anak. Berbeda jika bakat
yang sudah ada kemudian tidak ada pemicunya, maka tak akan terjadi autisme, atau ada
pemicu dari thimerosal namun tidak ada bakat autisme, maka tak akan terjadi
pula. Yang kedua adalah efek dari vaksin MMR non-thimerosal yang dapat
Vaksin MMR & Autisme | 14
mengakibatkan kerusakan dari sarung penutup saraf (Mielyn Basic Protein), sehingga
saraf menjadi rentan dan probabilitas munculnya autisme semakin besar.
Jadi, sudah ditekankan di atas bahwa, kandungan dari thimerosal tidak dapat
berefek jika tidak ada bakat autisme pada anak dan resiko autisme adalah sama pada anak
yang diberikan vaksinasi maupun tidak divaksinasi, dalam kelompok umur yang sama.
Jurnal dari Dr. Wakefield sendiri sudah ditarik dan dibuktikan salah, sehingga kita dapat
menyimpulkan bahwa kelainan autisme tidak berkaitan dengan vaksin MMR. (16)
3.7. Peran Orangtua dalam pencegahan penularan penyakit
Ibu yang anaknya terkena campak karena tidak memberikan vaksin MMR
terhadap anaknya seharusnya bertanggung jawab jika ada seorang anak yang tertular
campak karena anak tersebut tidak bisa diberi vaksin karena karsinoma yang dideritanya
sehingga pemberian vaksin harus ditunda. Karena mencegah penularan merupakan suatu
tindakan preventif yang merupakan kewajiban dari semua orang baik dari pihak medis
maupun non medis.
Ibu Ani sebaiknya tetap memberikan vaksin MMR kepada Alissa karena
komplikasi penyakit MMR lebih berbahaya ketimbang risiko autis yang juga belum jelas
hingga saat ini. Alissa yang telah berumur 14 bulan sebaiknya diberi vaksin MMR
sebelum usianya melebihi 15 bulan
4. Kesimpulan
Masyarakat sebaiknya tidak khawatir dengan pemberian vaksin MMR karena kontroversi yang
beredar luas tentang kaitan vaksin MMR menyebabkan autis sebenarnya tidak berhubungan
Vaksin MMR & Autisme | 15
menurut beberapa penelitian yang dilakukan. Jadi pemberian vaksin MMR tetap dianjurkan agar
mencegah simptom dan komplikasi penyakit MMR yang sebenarnya lebih berbahaya dan
menyebabkan angka kematian yang tinggi pada anak.
Vaksin MMR & Autisme | 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Newschaffer CJ, Croen LA, Daniels J, Giarelli E, 4 Grether JK, Levy SE, et al. The
epidemiology of autism spectrum disorders. Annu Rev Public Health. 2007;28:235-58.
2. Wakefield AJ, Murch SH, Anthony A, Linnell J, Casson DM, Malik M, et al. Ileal
lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder
in children. Lancet 1998;351:637-41.
3. Dorland N. Vaccine. In: Mahode A, Arfan A, Intansari DM, Dorothy, Velyani DP,
editors. Kamus Kedokteran Dorland, 31th ed. Jakarta: EGC Medical Publisher; 2010. p.