BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% da pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga usia lanjut terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeubeur, 1993). Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Beberapa tipe pada lansia
bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000).
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang
sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan).
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28%
da pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro
Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan
warga usia lanjut terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar
414% (Kinsella dan Taeubeur, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para
profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat
untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.
Adapun bentuk pelayanan keperawatan bagi lansia saling berbeda antarnegara
serta juga mengalami perubahan dengan cepat. Bahkan di negara yang sama pun
terdapat perbedaan antar daerahnya. Secara tradisional, perawatan bagi lansia
merupakan tanggung jawab anggota keluarganya serta dilaksanakan dalam
konteks “extended family”. Di negara-negara maju, tanggung jawab pelaksanaan
pelayanan lansia diambil alih oleh pemerintah/negara dan badan-badan sosial
masyarakat (Siti Maryam, 2008).
Banyak di antara para lansia tidak memiliki perencanaan adekuat untuk
pengeluaran medis yang sering kali menyertai penyakit kronik yang mereka
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 1
laami. Lansia sering kali mengalami keterbatasan dalam mengakses pelayanan
preventif, oleh karena itu bentuk pelayanan kesehatan komunitas di Indonesia
hanya sebatas pelayanan keluarga. Umumnya di negara barat, fasilitas atau
institusi pelayanan bagi lansia bersifat mandiri, tetapi juga ada yang berupa
pelayanan lanjutan yang tersedia bagi komunitas pensiunan, atau sebagai cabang
dri suatu nursing home (S. Tamher, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahuan tentang konsep dan peranan pelayanan kesehatan komunitas
pada lansia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Lansia
2. Mengetahui konsep keperawatan Lansia
3. Mengetahui pelayanan kesehatan komunitas Lansia di Indonesia
4. Mengetahui kesehatan komunitas Lansia di Negara lain
5. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada Lansia
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lansia?
2. Bagaimana konsep keperawatan pada komunitas Lansia?
3. Bagaimana pelayanan kesehatan komunitas Lansia di Indonesia?
4. Bagaimana pelayanan kesehatan komunitas Lansia di negara lain?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada komunitas Lansia?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, konsep
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 2
keperawatan, pelayanan kesehatan, dan asuhan keperawatan pada komunitas
lansia.
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan
pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger, Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson & Perlin).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 4
Konsep Lansia
2.2 Pelayanan Kesehatan Lansia di Indonesia
A. Puskesmas Lansia
Menurut Notoatmodjo (2007), Posyandu lansia merupakan wahana
pelayanan bagi kaum lansia, yang dilakukam dari, oleh dan untuk kaum usila
yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Sementara menurut Pedoman
Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, Depkes RI (2003),
pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut sebagai
alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 5
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK) usia lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas.
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia
untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata
pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah
telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang.
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan
kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 6
Sasaran posyandu lansia
1. Sasaran langsung:
a. Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
b. Usia lanjut 60-69 thn
c. Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60
thn atau lebih dgn masalah kesehatan
2. Sasaran tidak langsung:
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Masyarakat di lingkungan usia lanjut
c. Organisasi sosial yg peduli
d. Petugas kesehatan
e. Masyarakat luas
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten
maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem
pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan
atau tinggi badan
2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus
juga dilakukan di meja II ini.
3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.
Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 7
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu antara lain :
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara
hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat
pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau
posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau
lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi
lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi
posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,
maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal
dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa
jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 8
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar
atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan
sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap
seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya
suatu respons.
Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis
Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia
seperti:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 9
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
i. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
B. JPKM
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan
jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang
berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga
secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat
2010 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang
baik dan perhatian yang selayaknya.
Kewajiban pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam Undang-
Undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5,
dituliskan delapan hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah berkaitan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 10
dengan kesejahteraan sosialnya. Diantaranya mendapatkan perlindungan
social, bantuan social dan pelayanan kesehatan.
C. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Seperti kegiatan pelayanan sosial anak, Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia) adalah salah satu
kegiatan Ditjen Yanrehsos yang memfokuskan pada pelayanan sosial bagi
lanjut usia. Pelayanan yang diberikan meliputi :
Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial tahun 2010-2014, cross
cutting issues mengenai keadilan dan kesetaraan gender akan mendapat
perhatian karena memberikan Kontribusi positif terhadap keberhasilan
program yang berkelanjutan.
1. Program pelayanan lansia dalam panti yang meliputi: pelayanan reguler,
pelayanan harian (day care services),pelayanan subsidi silang, yang
kesemuanya dilakukan di 237 panti (2 panti milik Kementerian Sosial, 70
milik pemda, dan 165 milik swasta/masyarakat).
2. Program pelayanan lansia luar panti yang meliputi: home care services (6
unit), foster care, day care services (6 unit), UEP, Kube (bantuan dan
pembinaan).
3. Program kelembagaan meliputi: jejaring dan pemberdayaan lembaga lansia.
4. Perlindungan dan aksesibilitas meliputi antarlembaga nasional dan
internasional, koordinasi antar dan intersektor, penyelenggaraan Hari Lanjut
Usia Nasional (HLUN) dan Hari Lanjut Usia Internasional (HLUIN),
pembinaan Jaminan Sosial Lanjut Usia/JSLU (2006-2009), Trauma Centre (5
unit), aksesibilitas sosial, pelayanan kedaruratan, dan jaringan penanganan
antar lembaga.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan:
1. Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap kehidupan lanjut usia
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 11
2. Sistem perlindungan dan jaminan sosial yang dapat meningkatkan kehidupan
penduduk lanjut usia
3. Kesempatan kerja dan aktivitas untuk mengaktualisasikan diri dalam keluarga
dan masyarakat
4. Iklim kehidupan yang mendorong lanjut usia dapat melakukan kegiatan sosial
keagamaan dan kerohanian
5. Aksesibilitas lanjut usia terhadap sarana dan pelayanan umum.
D. Jaminan Sosial Usia Lanjut (JSUL)
Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) adalah program pemerintah berupa
perlindungan sosial bagi masyarakat khususnya bagi lanjut usia yang mulai
diuji cobakan pada tahun 2006. Program ini adalah salah satu bentuk
perhatian dan tanggung jawab pemerintah dalam mengangkat harkat dan
martabat para lanjut usia yang sifatnya permanen, tidak seperti Bantuan
Langsung Tunai (BLT) dimana para lansia menerima bantuan selama 12
bulan sampai yang bersangkutan meninggal dunia, yang kemudian dilanjutkan
lansia lain yang telah masuk daftar tunggu. Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk.
Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan
jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Permasalahan lansia terlantar di Indonesia semakin banyak seiring
bertambahnya jumlah lansia. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemerintah bertugas
mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang menunjang bagi
terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan
pemerintah, masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya
upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Akhir tahun 2009, jumlah
lansia terlantar mencapai 2.994.330 orang, yaitu 12,47 persen dari jumlah
seluruh lansia di Indonesia sebanyak 23,9 Juta Jiwa. Dana JSLU berasal dari
APBN Negara yang disalurkan melalui Kantor Pos setempat yang melibatkan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 12
Dinas Sosial Propinsi serta Kabupaten/Kota. Namun beberapa kendala yang
terjadi di lapangan seperti pendataan dan masalah pendanaan yang tidak
semua mencakup atau secara bertahap. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
perlu dilakukan pembinaan baik dari pendamping serta proses sosialisasi
sampai tingkat pemerintahan yang paling rendah. Di Desa Jabong, Kecamatan
Pagaden misalnya masih banyak warga lanjut usia yang belum mendapatkan
jaminan sosial tersebut. Sebanyak 513 jiwa lansia dengan komposisi 199 jiwa
laki-laki dan 314 jiwa perempuan serta sebanyak 99 jiwa masuk dalam
kategori terlantar.
2.3 Pelayanan Kesehatan Komunitas Lansia di Taiwan
Budaya di Taiwan menjunjung tinggi rasa hormat kepada orang tua
dan secara tradisi orang yang tua yang telah lanjut usia di rawat sendiri
dirumah oleh keluarganya. Namun populasi lansia di Taiwan semakin banyak,
terjadi pergeseran demografis serta terjadi berbagai perubahan sosial ekonomi,
sehingga muncul suatu tempat perawatan baru untuk lansia yaitu panti jompo.
Suatu survei nasional menunjukkan bahwa 69% orang tua di Taiwan
berpikir bahwa lingkungan perumahan yang terbaik adalah hidup dengan
anak-anak mereka sendiri dan pasangan (Kementerian Dalam Negeri Taiwan,
2000). Hal yang penting untuk dilakukan olerh pemerintah adalah
mempromosikan fungsi dukungan keluarga dan memberi dukungan berupa
sumber daya kesehatan bagi anggota keluarga untuk memungkinkan mereka
merawat orang tuanya dengan baik. Masalah lainnya ialah kurangnya anggota
keluarga untuk menjaga lansia yang ada dirumah, masalah ekonomi, dan
kurangnya keterampilan dalam merawat anggota keluarga sehingga
menurunkan niat untuk mengurus anggota keluarga yang lansia. Selain itu,
beberapa orang masih mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan
kesehatan. Misalnya, anggota keluarga tidak tahu di mana dan bagaimana
untuk mendapatkan bantuan layanan kesehatan karena layanan kesehatan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 13
kurang dipublikasikan. Sebagian besar layanan kesehatan terpusat di daerah
perkotaan. Hal ini menjadi lebih sulit bagi masyarakat untuk menemukan
layanan kesehatan di daerah pedesaan.
Di Taiwan terdapat lembaga-lembaga untuk menampung serta
merawat orang tua yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu
lembaga akomodasi lansia, panti jompo, penampungan masyarakat lansia,
program pendidikan menjalani usia tua, dan lembaga pelayanan sosial. Orang
tua yang hidup di lembaga dalam kategori pertama adalah orang yang perlu
perhatian medis sehingga lembaga tersebut diawasi oleh Departemen
Kesehatan. Sisanya 4 kategori lainnya diawasi oleh Departemen Dalam
Negeri. Beberapa orang berpendapat bahwa lembaga dan layanan lansia diatur
oleh dua unit administratif dengan persepsi dan standar yang berbeda dan
faktor ini dapat mempengaruhi kualitas layanan yang ada. Misalnya, lembaga-
lembaga tersebut memiliki standar yang berbeda untuk kualifikasi perawat
dan pekerja sosialnya sedangkan Departemen Kesehatan hanya membahas
fungsi dari profesi medis dan mengabaikan pentingnya penyediaan
kesejahteraan sosial. Situasi ini sering membingungkan masyarakat dan lansia
pada khususnya. Hal ini juga menyebabkan tumpang tindih dan pemborosan
sumber daya. Layanan yang diberikan oleh komunitas adalah salah satu
sumber daya yang penting untuk pelayanan kesejahteraan lansia. Misalnya,
pusat penitipan lansia pada siang hari di komunitas dapat membantu
meringankan beban keluarga untuk menjaga anggota keluarga lansia.
Pelayanan komunitas juga dapat melayani dalam memberikan nutrisi yang
lebih baik untuk orang-orang tua yang hidup sendiri atau yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Namun, karena kurangnya kerjasama
antara beberapa penyedia layanan kesehatan di masyarakat, menyebabkan
pelayanan komunitas yang tumpang tindih di beberapa daerah dan beberapa
komunitas tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memberikan
pelayanan sosial. Selain itu, kurangnya komunikasi antar pekerja profesional
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 14
yang terlibat dalam pelayanan sosial untuk lansia sering menghambat dan
merusak kualitas pelayanan sosial yang ada.
Di Taiwan, terdapat 404 panti jompo yang terakreditasi oleh
pemerintah pada tahun 2000. Dan juga terdapat tiga ratus dua puluh delapan
(328) panti jompo yang beroperasi secara ilegal (Kementerian Dalam Negeri
Taiwan, 2000). Untuk memastikan pelayanan sosial terjadi secara profesional,
maka dilakukan penilaian dan evaluasi hasil pelayanan sosial. Sehingga
kebijakan sosial harus dikembangkan untuk menentukan standar penilaian dan
membentuk sistem pemantauan untuk mengontrol kualitas pelayanan sosial.
Beberapa contoh lokasi yang memiliki panti jompo atau tempat pelayanan
sosial untuk lansia di Taiwan ialah Wan – Han Lansia Service Centre, di kota
Taipei, Ann - Ping Lansia Service Centre, di kota Tainan, Mennonite
Yayasan Kesejahteraan Sosial di kabupaten Hualien, serta Home Care
Support Centre di Changhua county. Tujuan umumnya sama, lembaga-
lembaga pelayanan komunitas ini ingin memberikan pelayanan yang terbaik
untuk membantu lansia yang ada disekitarnya.
Setiap profesi dalam pelayanan komunitas ini berfokus pada
kemampuan mereka sendiri dan memiliki pandangan yang berbeda-beda
terhadap lansia. Pada waktu khusus para pemberi layanan kesehatan
melakukan pertemuan bersama untuk berbagi pengalaman dan membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan pelayanan sosial, klien, dan
homecarers. Kebanyakan pelayan kesehatan dari satu profesi tidak memahami
peran profesi lain sampai mereka bekerja sama. Mereka dapat saling
memahami ketika kursus pelatihan bersama, ibadah bersama atau dengan
membaca beberapa buku atau buku panduan yang sama sehingga mereka
dapat mengerti peran masing-masing. Dengan demikian setiap profesi dapat
menghormati satu sama lain dan saling bekerja sama untuk meningkatkan
komuikasi serta sumberdaya dalam melayani masyarakat.
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 15
2.4 Pelayanan Kesehatan Lansia di China
Populasi lansia ( 60 tahun atau lebih ) di Cina adalah sekitar 128 juta
orang, populasi ini adalah yang terbesar di dunia. Diperkirakan bahwa Cina
bisa memiliki sekitar 400 juta lansia pada tahun 2050. Sensus Nasional kelima
pada bulan November tahun 2000 menunjukkan bahwa jumlah orang tua
dengan usia 60 tahun atau lebih, telah mencapai 126 juta lansia dan
merupakan 10% dari total populasi di China. Hal ini menunjukkan bahwa
populasi yang menua akan terus tumbuh sebanyak 3% setiap 10 tahun sampai
tahun 2050, dengan periode pertumbuhan tercepat 2010-2040. Pada tahun
2050 , jumlah orang berusia 60 tahun dan lebih tua akan mencapai 400 juta,
sekitas 25% dari total populasi ( Z. Wang , 2004).
Cina telah berubah secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir,
termasuk dalam perubahan struktur keluarga. Dalam masyarakat tradisional
Cina, orang tua terbiasa hidup dengan salah satu anak mereka. Namun saat ini,
semakin banyak orang dewasa yang pindah, dan meninggalkan orang tua
mereka sendiri. Para ahli mengatakan bahwa pengasuhan berbasis keluarga
kini praktis dilakukan karena kebanyakan anak-anak setengah baya memiliki
sedikit waktu untuk mengurus orang tua mereka. Jadi salah satu hal yang
harus orang tua alami saat ini adalah bagaimana mengatur masa tuanya ketika
keluarga mereka tidak bisa mengurus mereka lagi.
Ada tiga hal penting yang dapat mendukung kesejahteraan lansia di
Cina yaitu dukungan keuangan, bantuan aktivitas sehari-hari ( ADL ), dan
kesejahteraan psikologis ( Du , Ding , Li , & Gui , 2004 ). Dukungan finansial
dasar diperlukan oleh lansia untuk biaya hidup dan biaya perawatan
kesehatan, bantuan ADL mengacu pada ketersediaan bantuan formal dan
informal dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang penting, dan
kesejahteraan psikologis didefinisikan sebagai sedikitnya penyakit mental dan
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 16
gangguan emosional. Ketiga hal ini mempengaruhi kualitas hidup pada lansia
( Kang , 2004) .
Untuk memfasilitasi tercapainya kehidupan lansia yang
makmur,diperlukan 3 hal yaitu dukungan keluarga, perawatan diri , dan sistem
dukungan sosial ( Mu , 2002 ). Dukungan untuk lansia dianggap menjadi
tanggung jawab pertama dan terutama dari keluarga dekat di Cin . Anggota
keluarga mendukung sumber utama fisik, emosional, dukungan sosial,
psikologis, dan keuangan untuk lansia di Cina. Orang dewasa sering terlibat
dalam aktivitas perawatan langsung untuk orang tua mereka yang lanjut usia.
Karena orang tua membesarkan anak-anak , itu adalah tanggung jawab anak-
anak untuk menunjukkan bakti mereka ketika orang tua mereka menjadi tua.
Tradisi ini ditulis ke dalam Konstitusi Republik Rakyat China pada tahun
1949( Shang , 2002). Namun dukungan keluarga untuk merawat lansia di
Cina berubah karena perubahan sosial dan budaya yang terjadi dalam 20 tahun
terakhir, misalnya struktur keluarga “4-2-1” mengacu pada piramida empat
kakek-nenek , dua orang tua , dan satu anak tunggal dalam keluarga. Bagi
pasangan dewasa muda merupakan hal sulit untuk merawat empat orang tua
yang lanjut usia atau orangtua mereka sambil mengurus anak mereka sendiri
dan mempertahankan karir mereka yang sukses di Cina ( An & Dong , 2002).
Saat ini orang tua di Cina harus bergantung pada diri mereka sendiri.
Namun kemampuan perawatan diri mereka tidak mungkin optimal oleh
karena tingginya prevalensi penyakit kronis dan kurangnya sumber daya
keuangan. Sebuah survei kesehatan umum menunjukkan bahwa persentase
lansia dengan penyakit kronis sekitar 74,5 % , dan gangguan kognitif menjadi
masalah yang paling umum (Liu & Pan , 1998).
Saat ini di Cina tersedia Sistem Perawatan Kesehatan dan Sosial
untuk orang tua atau lansia. Dukungan sosial seperti fasilitas perawatan
kesehatan yang disponsori oleh pemerintah , hanya tersedia bagi beberapa
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 17
orang tua yang memiliki hak istimewa yaitu mereka yang tinggal di kota-kota
di mana dana pensiun dan asuransi kesehatan tersedia. Meskipun mayoritas
penduduk Cina yang lebih tua tinggal di daerah pedesaan, namun sangat
sedikit dukungan sosial yang tersedia bagi mereka.( Zimmer & Kwong ,
2004 ). Misalnya, di Shanghai terdapat sekitar 400 layanan kesehatan yang
disponsori pemerintah, dan juga swasta menyediakan berbagai jenis layanan
kesehatan untuk lansia berupa panti jompo, rumah sakit, apartemen untuk
orang tua, tempat penitipan lansia, dan perawatan di rumah sakit. Namun
jumlah tempat tidur yang tersedia kurang dari 30.000, hanya dapat memenuhi
kebutuhan sekitar 10% dari jumlah lansia yang ada ( Wei , Zakus , Liang , &
Sun , 2005). Pada saat yang sama, layanan kesehatan yang didanai swasta
seperti panti jompo telah berkembang pesat sejak pertengahan tahun 1990-an.
Fasilitas perawatan yang disediakan oleh swasta hanya memberikan
pelayanan kepada orang-orang kaya karena biaya pendaftaran tinggi.
Peningkatan jumlah fasilitas jenis ini mungkin bukan solusi terbaik untuk
memenuhi kebutuhan lansia karena kebanyakan lansia memilih untuk
menghabiskan hidup di tempat tinggalnya. Maka harus ada cara-cara kreatif
dan beragam untuk menyediakan layanan kesehatan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan lansia di Cina ( Zhan , 2005).
Peran perawat menjadi penting disini untuk memenuhi kebutuhan
perawatan keluarga dan sosial bagi lansia. Tiga hal utama yang mendukung
proses perawatan lansia yaitu praktek profesi keperawatan, bantuan ADL dan
kesejahteraan psikologis. Terinspirasi oleh perkembangan keperawatan
gerontologi di Amerika Serikat, maka pemberian asuhan keperawatan di Cina,
dapat diterapkan dengan model keperawatan berbasis masyarakat dan
mereformasi kurikulum keperawatan dengan fokus gerontologi. Model
keperawatan berbasis komunitas mengacu pada pelayanan perawatan di
rumah mereka sendiri dan di masyarakat di mana mereka tinggal ( XH Li ,
2005). Di Amerika Serikat, perawatlah yang memimpin dalam
Asuhan Keperawatan pada Komunitas Lansia Page 18
mengembangkan dan melaksanakan praktek-praktek yang inovatif untuk