Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya. Pola pembelajaran tradisional yang dikenal adalah di mana pengajar mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber belajar, menentukan isi dan metode belajar, serta menilai kemampuan belajar pebelajar dalam pembelajaran. Maka untuk itu dikembangkanlah berbagai metode pembelajaran yang sesuai untuk dapat mempertinggi proses belajar dan dapat mempertinggi hasil belajar. Ada beberapa alas an, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar. Media pembelajaran yang dipersiapkan secara khusus oleh kelompok pengajar media yang berinteraksi dengan pembelajar secara tidak langsung, yaitu melalui media, pengajar kelas dan pengajar media. Pola pembelajaran yang demikian dapat digambarkan sebagai berikut Pola pemelajaran tersebut menggambarkan tanggung jawab bersama antara pengajar dan media, dan meningkatkan profesional pengajar. Di samping memperbanyak media pembelajaran juga mendesain bahan pembelajaran yang lengkap, 1
38

ISI IPS.docx

Nov 18, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMakin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya.Pola pembelajaran tradisional yang dikenal adalah di mana pengajar mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber belajar, menentukan isi dan metode belajar, serta menilai kemampuan belajar pebelajar dalam pembelajaran. Maka untuk itu dikembangkanlah berbagai metode pembelajaran yang sesuai untuk dapat mempertinggi proses belajar dan dapat mempertinggi hasil belajar. Ada beberapa alas an, mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar. Media pembelajaran yang dipersiapkan secara khusus oleh kelompok pengajar media yang berinteraksi dengan pembelajar secara tidak langsung, yaitu melalui media, pengajar kelas dan pengajar media. Pola pembelajaran yang demikian dapat digambarkan sebagai berikutPola pemelajaran tersebut menggambarkan tanggung jawab bersama antara pengajar dan media, dan meningkatkan profesional pengajar. Di samping memperbanyak media pembelajaran juga mendesain bahan pembelajaran yang lengkap, sistematis, dan terprogram untuk keperluan belajar mandiri pembelajar. Oleh karena itu, kehadiran pengajar dapat sepenuhnya digantikan oleh media yang diciptakan.B. Tujuan Makalaha. Pengembangan Materib. Laporan Observasic. Penjelasan 3 Model Ke 2013d. Implementasi Dalam RPPe. Foto- Foto Hasil Observasi

BAB IIPEMBAHASANA. PENGEMBANGAN MATERIModel Pembelajaran Kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE)a. Student Facilitator and Explaining Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal. Melatih siswa aktif, kreatif, dan menghadapi setiap permasalahan. Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif, rasional, guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota kelompo Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman merekac. Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Timbulnya rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaan pada teman yang pintar. Penilaian individu sulit, karena tersembunyi dibalik kelompoknya Memerlukan persiapan yang agak rumit dibandingkan dengan model lain terjadi persaingan yang tidak sehat, maka pekerjaan akan memburuk Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya di kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal.d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Studnt Facilitator and Explaining Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD Guru mendemonstrasikan / menyajikan garis besar materi pembelajaran Memberikan kesempatan siswa / peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan / peta konsep maupun yang lainnya. Hal ini dilakukan secara bergiliran Guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itue. Pengembangan Kegiatan Dan Model PembelajaranMengajar merupakan tugas utama seorang pendidik (guru, dosen, tutor, instruktur). Pendidik yang kreatif akan selalu menciptakan ide-ide dalam merancang sistem pembelajaran baru yang mampu membuat peserta didik dapat mencapai tujuan belajarnya dengan penuh rasa puas. Untuk memperoleh sistem pembelajaran baru tersebut diperlukan metode penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran. Metode pengembangan sistem pembelajaran tidak jauh berbeda dengan metode pengembangan produk lainnya.Prosedur pengembangan lebih singkat karena produk yang dihasilkan tidak terlalu beresiko dan dampak sistem terbatas pada peserta didik yang menjadi sasaran. Tahap penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran dapat dianalisis dari serangkaian tugas pendidik dalam menjalankan tugas pokoknya yaitu mulai dari merancang, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.f. Model 4D Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembanganDefine (Pendefinisian) Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda.Design (Perancangan) membagi tahap design dalam empat kegiatan,yaitu:1) Menyusun tes kriteria2) Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik.3) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan.4) Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. Develop (Pengembangan) membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Disseminate (Penyebarluasan) membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption.g. Model ADDIEADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations. Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D. Model ini memiliki kesamaan dengan model pengembangan sistem basisdata yang telah diuraikan sebelumnya.Tahap Pengembangan Model atau Metode Pembelajaran ADDIE Analysis Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan model/metode pembelajaran baru. Pengembangan metode pembelajaran baru diawali oleh adanya masalah dalam model/metode pembelajaran yang sudah diterapkan. Design Dalam perancangan model/metode pembelajaran, tahap desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. Sebagai contoh, apabila pada tahap design telah dirancang penggunaan model/metode baru yang masih konseptual, maka pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat pembelajaran dengan model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi pelajaran. Implementation Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Selama implementasi, rancangan model/metode yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Evaluation dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluation formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester).

B. LAPORAN OBSERVASIObservasi Sma 1 Pasundan Bandung Fasilitas Pendidikan dan PengajaranGedung Sekolah SMA 1 pasundan memiliki gedung sekolah yang digunakan untuk proses pembelajaran yaitu :Gedung kelas XI, gedung kelas XII dan gedung kelas X. FasilitasPengajaran Fasilitas pengajaran merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses KBM yang meliputi ; a. Laboratorium mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi dan Bahasa atau ruang Multimedia.b. Perpustakaan yang berisi buku pelajaran, fiksi dan majalah c. Fasilitas Olah Raga Kegiatan olah raga didukung dengan sarana dan prasarana yang meliputi : lapangan Futsal, Basket, tenis meja. Waktu Pelaksanaan PembelajaranKegiatan Pembelajaran Waktu pelaksanaan pembelajaran di SMA 1 pasundan dimulai pukul 07.00kemudian selesai pukul 13.45 WIB dan kemudian selesai pada pukul 11.15 WIB untuk hari Jumat. Interaksi Sosial di sekolah Hubungan antara kepala sekolah dengan guru di SMA 1 pasundan bandung terjalin dengan baik. Hal ini bisa disimpulkan dari kegiatan Kepala sekolah yang telah melaksanakan fungsinya sebagai tenaga pendidik, manager, administrator, supervisor, pemimpin dan juga motivator yang baik Hubungan antara Guru dengan Guru Kesan praktikan yang didapatkan di SMA 1 pasundan bandung ini adalah komunikasi antarguru yang cukup baik. Warga sekolah senantiasa mengembangkan prinsip 3S yaitu senyum, sapa, dan salam. Hal ini tercermin dari cara-cara guru menyambut praktikan, dan perilaku sehari-hari yang dapat diamati oleh para praktikan di Sekolah. Hubungan antara Siswa dengan Siswa Hubungan antar siswa SMA 1 pasundan bisa dikatakan sangat dekat dan baik. Hubungan antara Guru dengan Staf Tata Usaha Hubungan antara guru dengan staf tata usaha dapat dikatakan baik karena ketika guru memerlukan bantuan staf tata usaha, maka staf tata usaha akan membantu dengan semaksimal mungkin. Misalnya, ketika guru harus melengkapi berkas-berkas

Pengembangan Kegiatan Dan Model Pembelajaran Sejarah Dalam penelitian dan pengembangan ini memfokuskan kelas X, sebab Kelas X masih merupakan kelas yang umum, dan semua kelas mendapatkan materi yang sama; Kelas X merupakan kelas awal siswa masuk SMA, sehingga sebagai pijakan untuk penanaman nilai; khususnya nilai karakter dan jati diri bangsa Materi Pembelajaran SejarahPrinsip dasar ilmu Sejarah; a. Peradaban awal masyarakat dunia dan Indonesia; b. penelitian manusia purba; c. Indonesia pada masa penjajahan; d. Pergerakan kebangsaan, dane. Proklamasi dan perkembangan negara kebangsaan Indonesia Metode Pembelajaran1. Metode Pembelajaran Terkait dengan metode pembelajaran yang sering digunakan guru-guru SMA 1 pasundan bandung , antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, bermain peran, problem solving, dan pemberian tugas baik terstruktur maupun mandiri. Seperti yang diungkapkan ibu yeni dari SMA 1 pasundan bandung bahwa Guru Sejarah kebanyakan menggunakan metode Ceramah atau Ceramah Bervariasi, yakni metode ceramah yang divariasikan dengan metode lain, seperti diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas2. Media Pembelajaran Sejarah Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien jika ditunjang dengan media pembelajaran. Terkait dengan media pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru Sejarah SMA 1 pasundan Bandung antara lain: gambar, peta Sejarah, peta Indonesia, peta dunia, peta konsep, media pohon pintar, kartu soal/pernyataan, microsoft power point, CD film, LCD. Evaluasi PembelajaranEvaluasi Pembelajaran Sejarah Terkait dengan evaluasi pembelajaran Sejarah guru Sejarah SMA 1 pasundan bandung menang-gapinya menyatakan bahwa evaluasi yang sering digunakan dalam pembelajaran Sejarah adalah tes lisan dan tes tertulis yang meliputi obyektif tes dan essay. Hal ini seperti yang dikemukakan Ibu yeni dari SMA 1 pasundan bandung:untuk evaluasi pembelajaran Sejarah tes lisan dan tes tertulis yang meliputi obyektif tes dan essay atau uraian katanya. Ada juga yang tes pilihan ganda atau obyektif dan uraian atau essay, Faktor PenghambatFaktor Penghambat Pembelajaran Sejarah Terkait dengan faktor penghambat dari hasil angket dan wawancara dapat dikemukakan sebagai berikut. Ibu yeni dari SMA 1 pasundan bandung menyatakan: bahwa faktor penghambat pembelajaran Sejarah, yaitu terbatasnya waktu, khususnya untuk kelas X jam pelajaran Sejarah hanya 1 jam yakni 1 x 45 menit, dan kelas XI-IPA juga hanya 1 jam (1 x 45 menit). Padahal materi Sejarah Kelas X dan materi Sejarah Kelas XI IPS sangat banyak, sehingga pembahasannya sering tidak tuntas tegasnya. Itulah sebabnya metode mengajar yang digunakan adalah ceramah, dan pemberian tugas. Faktor PendukungFaktor Pendukung Pembelajaran Sejarah Terkait faktor pendukung ada gambaran yang bervariasi juga, antara lain ada yang menye- butkan bahwa faktor pendukung pembelajaran Sejarah adalah adanya semangat siswa untuk memiliki atau membeli buku dan LKS Sejarah sebagai pegangan. Ada yang menyebutkan faktor pendukung adalah adanya tambahan penge- tahuan dari internet. Lain lagi seperti yang dikemukan oleh Ibu yeni dari SMA 1 pasundan bandung bahwa faktor pendukung pembelajaran Sejarah adalah adanya penerapan berbagai model pembelajaran yang diterapkan, sehingga pem- belajaran Sejarah menjadi fun dan siswa menunggu seorang guru Sejarah tegasnya. Model Pembelajaran1. Pemahaman Guru Sejarah SMA Terhadap Model-Model Pembelajaran Terkait dengan model-model pembelajaran inovatif,. Model-model pembelajaran yang pernah dipraktekkan antara lain: Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), Pembelajaran Kooperatif, seperti Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Model Index Card Macth, Teams Games Tournament (TGT), Metode Struktural seperti Mencari Pasangan, Benar Salah Berantai dan Peta Konsep.2. Guru-guru SMA 1 pasundan bandung sebagian besar pernah menerapkan model pembelajaran Kontekstual. Dengan demikian, pembelajaran Sejarah diharapkan menjadi lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik. Untuk model-model yang lain masih banyak yang belum dipraktekkan secara optimal. Alasan guru klasik, yakni materinya sangat banyak, sedangkan jamnya sedikit. Padahal dengan mempraktekkan model-model pembelajaran dapat menghemat waktu dan bagi siswa sangat menarik dan menyenangkan. menerapkan model pembelajaran yang inovatif anak-anak senang, ceria; mereka aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menarik, bermakna, dan menyenangkan.3. Guru-guru SMA 1 pasundan bandung sebagian besar pernah menerapkan model pembelajaran Kontekstual. Dengan demikian, pembelajaran Sejarah diharapkan menjadi lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik. Untuk model-model yang lain masih banyak yang belum dipraktekkan secara optimal. Alasan guru klasik, yakni materinya sangat banyak, sedangkan jamnya sedikit. Padahal dengan mempraktekkan model-model pembelajaran dapat menghemat waktu dan bagi siswa sangat menarik dan menyenangkan. menerapkan model pembelajaran yang inovatif anak-anak senang, ceria; mereka aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menarik, bermakna, dan menyenangkan.

C. Penjelasan 3 (Tiga) Model Ke 2013 a. Model Problem Based Learning Modelpembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (menurut Arends dalam Abbas, 2000:13).Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep- konsep penting, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai ketrampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaannya di dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk bagaimana belajar. Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah (Ibrahim 2002 : 5). Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu penilaian tidak hanya cukup dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian ini antara lain 7 Asesmenkerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan ketrampilannya. Airasian dalam Diah Eko Nuryenti (2002) menyatakan bahwa penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka disamping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan siswa dapat secara aktif mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn). Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan siswa untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna (Ibrahim, 2000:19). Ketika siswa masuk kelas mereka tidak dalam keadaan kosong, melainkan mereka telah memiliki pengetahuan awal. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pembelajaran Pekerjaan Dasar Konstruksi Bangunan perlu diawali dengan mengangkat permasalahan yang sesuai dengan lingkungannya (permasalahan kontekstual). Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut. Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 8 Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

Kesimpulan Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini

b. INQUIRYSalah satu metode pembelajaran dalam matematika, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2007:135). David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (dalam Sutrisno: 2008) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (dalam Trianto: 2007) menyatakan strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam melakukan matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser dalam Sutrisno: 2008).Metode inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Matematika dan Sains (Haury dalam Sutrisno: 2008). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam matematika saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.Selanjutnya, metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004).Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry (Garton dalam Sutrisno: 2008) memiliki 5 komponen yang umum Langkah Langkah inquiryMenurut pendapat Herman J.Waluyo (2006:15) bahwa para siswa yang berinquiry terhadap suatu masalah, seharusnya mengikuti langkah-langkahMenurut pendapat Herman J.Waluyo (2006:15) bahwa para siswa yang berinquiry terhadap suatu masalah, seharusnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: mengidentivikasi dan merumuskan situasi dengan jelas yang berarti memfokuskan inquiry mengajukan pertanyaan tentang kenyataan (fakta) merumuskan suatu hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah kedua mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji tiap hipotesis dengan data yang telah dikumpulkan merumuskan suatu jawaban terhadap pertanyaan pokok dan menyatakan jawaban sebagai proposisi fakta (jawaban harus menyajikan sintesis tentang hipotesis yang diusulkan dan hasil-hasil pengujian hipotesis serta pengumpulan informasi).Pada proses inquiry ini menuntut guru untuk berperan sebagai fasilitator, nara sumber, dan konselor kelompok. Guru menyajikan beberapa pengetahuan seraya mendorong mereka untuk mencari pengetahuan sendiri. Beberapa kriteria berikut ini harus diperhatikan para guru agar berhasil dalam melaksanakan metode ini: merumuskan topic inquiry dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa. membentuk kelompok yang seimbang baik akademis maupun sosial. menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsive dan tepat waktunya. sekali-sekali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas. melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai sebagai berikut:a) mengidentivikasi dan merumuskan situasi dengan jelas yang berarti memfokuskan inquiryb) mengajukan pertanyaan tentang kenyataan (fakta)c) merumuskan suatu hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah keduad) mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji tiap hipotesis dengan data yang telah dikumpulkane) merumuskan suatu jawaban terhadap pertanyaan pokok dan menyatakan jawaban sebagai proposisi fakta (jawaban harus menyajikan sintesis tentang hipotesis yang diusulkan dan hasil-hasil pengujian hipotesis serta pengumpulan informasi).Pada proses inquiry ini menuntut guru untuk berperan sebagai fasilitator, nara sumber, dan konselor kelompok. Guru menyajikan beberapa pengetahuan seraya mendorong mereka untuk mencari pengetahuan sendiri. Beberapa kriteria berikut ini harus diperhatikan para guru agar berhasil dalam melaksanakan metode ini: merumuskan topic inquiry dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa. membentuk kelompok yang seimbang baik akademis maupun sosial. menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsive dan tepat waktunya. sekali-sekali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas. melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai.Kesimpulan1. Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.2. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah : a. keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, b. keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar , c. mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri

3. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan;b. Merumuskan Hipotesis; c. Mengumpulkan Data; d. Analisis Data; e. Membuat Kesimpulan

c. Project Based LearningProject Based Learning atau dengan akronim PBL adalah pemanfaatan proyek dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran, di mana siswa menggunakan pertanyaan-pertanyaan investigatif dan juga teknologi yang relevan dengan hidup mereka. Proyek-proyek ini juga berfungsi sebagai bahan menguji dan menilai kompetensi siswa pada mata pelajaran tertentu, bukan dengan menggunakan ujian tertulis konvensional.Dalam PBL, siswa mengembangkan sendiri investigasi mereka bersama rekan kelompok maupun secara individual, sehingga siswa secara otomatis akan mengembangkan pula kemampuan riset mereka. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pendefinisian masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan aktivitas investigatif lainnya. Mereka didorong untuk memunculkan ide-ide serta solusi realistis. Secara umum, karakteristik PBL adalah sebagai berikut: Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah ditentukan bersama sebelumnya. Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak memiliki satu jawaban pasti. Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi. Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi. Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang mereka kumpulkan. Pakar-pakar dalam bidang yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan sering diundang menjadi guru tamu dalam sesi-sesi tertentu untuk memberi pencerahan bagi siswa. Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung. Siswa secara reguler merefleksikan dan merenungi apa yang telah mereka lakukan, baik proses maupun hasilnya. Produk akhir dari proyek (belum tentu berupa material, tapi bisa berupa presentasi, drama, dll) dipresentasikan di depan umum (maksudnya, tidak hanya pada gurunya, namun bisa juga pada dewan guru, orang tua, dll) dan dievaluasi kualitasnya. Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi.Pendekatan PBL ini menciptakan lingkungan belajar di mana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri. Guru di PBL benar-benar lebih berfungsi sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran ini benar-benar diutamakan antusiasme dan keterlibatan para siswa dalam proses belajar mengajar.KesimpulanTidak satupun metode yang sempurna sehingga dapat dipakai untuk semua pembelajaran. Namun, ada beberapa kelebihan dari setiap metode. Adapun kelebihan dari penggunaan pembelajaran berbasis proyek menurut Kamdi (Muliawati, 2010:13) adalah sebagai berikut:1. Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek banyak yang mengatakan bahwa siswa tekun sampai lewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.3. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial , dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif 4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

D. Implementasi dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)Pertemuan ke-3

Satuan Pendidikan: SMA PASUNDAN 1 BANDUNGMata Pelajaran: SEJARAH INDONESIAKelas/Semester: X/1Materi Pokok: PENELITIAN MANUSIA PURBAPertemuan ke- /Alokasi Waktu: 3/90\A. Kompetensi Inti :1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang di anutnya.2. Mengahayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, renponsif dan pro aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam beriteraksi secara efektif degnan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa alam pergaulan dunia.3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengatahuan, faktual konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi , seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan , kenegaraan, dan peradaban, terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan, prosedural pada bidang kajian yang spesifik, sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.4. Mengolah, menalar , dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan perkembangan dari yang di pelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuanB. Kompetensi Dasar :3.3 Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksaraC. Indikator pencapaian kompetensi :3.3 Menganalisis jenis-jenis manusia purba di indonesia

D. Tujuan Pembelajaran :1. Setelah mengamati gambar situs Manusia Purba, peserta didik dapat menganalisis indonesia sebagai pusat perkembangan manusia purba dengan benar2. Setelah berdiskusi, peserta didik dapat menuliskan beberapa hasil temuan beberapa fosil manusia purba di indonesia dengan tepat3. Setelah berdiskusi, peserta didik dapat mencoba menyimpulkan hasil-hasil temuan fosil manusia purba di indonesiaE. Materi Pembelajaran :1) jenis-jenis manusia purba di indonesia2) Tokoh-tokoh peneliti manusia purba di indonesia3) menegetahui hasil budaya manusia purba di indonesiaF. Metode dan Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan : saintifik Metode : PBL G. Kegiatan Pembelajaran:1. Kegiatan Awal (15) Guru memeriksa kehadiran Peserta didik dengan menanyakan Peserta didik yang tidak hadir (disiplin) Apersepsi: Peserta didik memperhatikan guru yang menanyakan tentang tugas minggu lalu (pertanyaan sederhana digali terus oleh guru sehingga jawaban Peserta didik mengarah pada topik atau materi pokok yang akan dibahas) Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan guru pada kegiatan apersepsi tersebut di atas Peserta didik diberi kesempatan memberikan pertanyaan kepada guru pada kegiatan apersepsi Selanjutnya Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai topik/tujuan pembelajaran yang akan dibahas

2. Kegiatan Inti (65) Peserta didik menyimak penjelasan guru dan mengamati gambar geografis Sangiran dan Trinil Peserta didik dibagi ke dalam empat kelompok untuk selanjutnya membahas mengenai penelitian-penelitian manusia purba yang ada di Sangiran dan Trinil Setiap kelompok secara bergiliran menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, dan kelompok lain memberikan tanggapan/komentar. Peserta didik diberi kesempatan bertanya jawab mengenai materi yang telah dibahas Sebelum dijawab oleh guru, Peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebuT kelompok mengumpulkan hasil diskusinya kepada guru3. Kegiatan Penutup (10) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai inti materi yang telah didiskusikan sebagai hasil kesimpulan Sebagai bahan refleksi, guru meminta Peserta didik untuk mengungkapkan perasaan mereka sewaktu belajar (menghargai prestasi) Peserta didik mengutarakan perasaan tentang pembelajaran yang dialami Peserta didik mengerjakan tes yang diberikan guru sebagai bahan umpan balik Peserta didik memperhatikan tindak lanjut guru mengenai tugas untuk pelajaran berikutnyaH. Penilaian Proses dan Hasil Belajar1) Tes tertulis : Uraian2) tes :a. Lembar pengamatan kerja kelompok (terlampir)b. Lembar pengamatan presentasi (terlampir)3) Kunci dan Pedoman penskoranLembar pengamatanRubrik Kegiatan Diskusi

No.Nama siswaAspek yang diamati nilai Ket Kerja sama berkomunikas Tolearansi keaktifanKeterangan Skor:Masing-masing kolom diisi dengan criteria:1 = baik sekali2 = baik3 = cukup4 = kurangNilai =Skor perolehanX100Skor MaksimalKriteria NilaiI. Sumber dan Media Pembelajaran1) Sumber:a. Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam ArusSejarah. Jilid I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeveb. Gunawan, Restu, dkk. 2013. Sejarah Indenesia. Jakarta: KementrianPendidikan dan Kebudayaan RI. 2013.Soekmono, R. 1985. iPengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1.Yogyakarta: Kanisiusc. Widianto, Harry dan Truman Simanjuntak. (tt). Jejak Langkah SetelahSangiran (edisi khusus)2) Media dan Alat Pembelajarana. White board b. Power point c. LCD

Mengetahui, Bandung, 15 Juli 2013

Kepala Sekolah, Guru Sejarah

H. ATIM SUPARMAN,M.Pd. KELOMPOK.

NIP. 196506071988031012 NPM. 115010011 196609151989032012

BAB IIIPENUTUPKesimpulan Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapatmenyesuaikandiri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.Pada dasarnya yang utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

LAMPIRAN

17