Top Banner

of 35

Isi Hipertensi Rhudy-blom Fix

Mar 10, 2016

Download

Documents

Finna Dwi Putri

yghhgvhgfcv
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas paling sering diseluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap system organ tubuh. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnya diatas 90 mmHg. Pada populasi usia lanjut, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut juga sebagai silent killer karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut, diperkirakan 23 % wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi, 3 kali lebug sering dibandingkan dengan usia lanjut tanpa hipertensi pada usia yang sama.

Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai masalah hipertensi termasuk anggota keluarga yang usia lanjut mengakibatkan tidak tepatnya penanganan yang dilakukan pada penderita, hal ini juga dapat berpengaruh pada fungsi dan peran anggota keluarga. Pengobatan hipertensi memerlukan jangka waktu yang lama (seumur hidup) karena hipertensi hanya dapat dikurangi atau dikontrol bukan dihilangkan. Dianjurkan agar upaya penanganan hipertensi dilakukan secara continue dan terus menerus

Gejala hipertensi umumnya tidak nyata sering sudah terlambat dan berkomplikasi barulah diketahui penyebab utamanya. Mereka yang menderita hipertensi mempunyai risiko besar bukan saja terhadap penyakit jantung tetapi juga terhadap penyakit saraf, ginjal, dan vaskuler. Gaya hidup yang memperhatikan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, diet gizi seimbang, olahraga teratur, mengurangi konsumsi garam. Jumlah garam yang berlebih dalam aliran darah menyebabkan tubuh menarik lebih banyak air dalam darah. Hal ini menyebabkan tekanan pada dinding pembuluh darah jadi naik dan jantung bekerja lebih kerasBerdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kasus hipertensi yang cukup banyak ditemukan ditengah-tengah masyarakat sebenarnya dapat ditatalaksana dengan cukup komprehensif dalam bahkan pada pusat pelayanan kesehatan di tingkat primer. Oleh sebab itu, penulis mengangkatkan sebuah kasus hipertensi seorang pasien warga Kelurahan Gurun Lawas Kecamatan Nanggalo untuk dijadikan sebagai proyek program Keluarga Binaan Dokter Muda Rotasi II Fakultas Kedokteran Universitas Andalas periode kerja Puskesmas Nanggalo.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka diastolik (bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah. Nilai normal tekanan darah seseorang secara umum adalah 120/80 mmHg. Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg yang membutuhkan penanganan segera.

Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut.1) Hipertensi darurat (emergency hypertension) yaitu kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam.

2) Hipertensi mendesak (urgency hypertension) yaitu kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) tanpa kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam sampai hari.

2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah

Kalsifikasi tekanan darahTekanan darah sistolik (mmHg)Tekanan darah diastolik (mmHg)

Normal< 120dan < 80

Prehipertensi120 139atau 80 89

Hipertensi tahap I140 159atau 90 99

Hipertensi tahap II> 160> 100

Sumber : the seventh report of Joint National commitee in Prevention, Detection, Evaluations and treatment in High Blood Pressure (JNC 7)

Penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya sebagai berikut.1. Hipertensi Primer

Hipertensi Primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi Sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut). 2.1.3 Epidemiologi

Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Pengendalian tekanan darah dalam dekade terakhir ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang bearti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.dari seluruh kasus hipertensi, 95% merupakan kasus hipertensi esensial (tidak diketahui sebabnya).2.1.4 Etiologi dan Faktor Resiko

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stress akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Adapun resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetika, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stress, obesitas dan nutrisi.a. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabakan keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Orang dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

b. Umur

Insidensi hipertensi meningkat seirng dengan pertambahan usia. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun

c. Jenis kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahund. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yag lebih rendah edan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.e. Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas syaraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.f. Obesitas

Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring peningkatan umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT 220/140 mmHgPerdarahan, eksudat, edema papillaSakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang.Denyut jelas, membesar, dekompensasi, oliguriaUremia, proteinuriaMual, muntah

2.1.7. Diagnosis

Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

2.1.7.1. Anamnesis

Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan : a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.

b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.

d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )

f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada ).

g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

2.1.7.2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan, mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.

2.1.7.3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut.

1) Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan elektrolit.2) Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak 3) Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala, ekokardiogram, ultrasonogram.2.1.8. Penanganan Hipertensi

Tujuan penanganan pasien hipertensi adalah untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan tingginya tekanan darah. Tekanan darah diharapkan dapat dipertahankan di bawah 140/90 mmHg atau di bawah 130/80 mmHg untuk pasien yang mengalami diabetes dan gagal ginjal. Penanganan hipertensi terdiri dari 2 :

a. NonfarmakologisPada tahap awal dilakukan dengan modifikasi gaya hidup meliputi penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, olahraga, pembatasan konsumsi alkohol, pembatasan konsumsi kopi, menggunakan teknik relaksasi, tidak merokok, meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.

Selama ini para peneliti menerapkan strategi The Big Four untuk mengatasi hipertensi, yaitu dengan mengurangi konsumsi garam, mempertahankan berat badan sehat, berolahraga, dan menjauhi minuman keras. Sekarang strategi itu bertambah satu, yaitu dengan menjalani diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) secara teratur.

Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makan dengan gizi seimbang yang kaya akan pangan sumber kalium, kalsium, magnesium, serat makanan dari sayuran, buah, dan susu, serta membatasi lemak jenuh, kolesterol, garam, gula, kopi, dan minuman keras. Menurut studi tahun 1997, efek dari diet DASH yang dilakukan selama 8 minggu menunjukkan penurunan tekanan darah sebesar 11,4mmHg untuk sistolik dan 5,5 mmHg untuk diastolik.

Menu makanan dalam sehari yang disarankan dalam diet DASH adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1 Diet DASH Sumber : The Harvard Medical School Guide to Lowering Your Blood Pressure

Dari piramid tersebut menunjukkan bahwa makan yang diperbolehkan dengan jumlah yang lebih banyak berada pada gambar yang paling bawah dan yang diperbolehkan dalam jumlah yang sedikit adalah yang berada di gambar paling atas. Untuk memudahkan pengukuran porsi yang akan disajikan dapat dilihat pada daftar bahan makanan penukar.

Selain dari makanan, penurunan berat badan bagi penderita yang memiliki berat badan lebih juga bisa menurunkan tekanan darah. Setiap penurunan berat badan sebanyak 1kg dapat menurunkan tekanan darah 1mmHg. Untuk mengukur berat badan ideal dapat dihitung dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus IMT adalah sebagai berikut.

Hasil :

< 19

( underweight

19 24( normal

25 29( overweight

30

( obesitas

Dari penelitian didapatkan bahwa penurunan berat maksimum yang aman adalah sebanyak 0.5 1 kg per minggu.

Olahraga yang teratur juga dapat menurunkan tekanan darah seseorang. Menurut penelitian The American College of Sports Medicine, dengan olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanandarah sebanyak 11 mmhg untuk sistolik dan 9 mmHg untuk diastolik. Jenis olahraga yang dianjurkan yaitu jalan, jogging, atau bersepeda. Olahraga dilakukan secara teratur minimal 30 menit per minggu.

Selain yang disebutkan diatas, mencegah stress juga membantu penderita tidak jatuh kepada penyakit hipertensi yang lebih berat. Untuk mencegah mengalami strss, setidaknya ada 3 cara sebagai berikut.1) Primary prevention : dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mengorganisasikan, menata, dst.

2) Secondary prevention : strategi kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara diet, olahraga, rekreasi, istirahat, meditasi, dst.

3) Tertiary prevention : strategi kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, jika perlu meminta bantuan profesional.b. Farmakologis Pasien hipertensi juga ditangani dengan pemberian obat anti hipertensi. Pemilihan jenis obat ditentukan oleh tingginya tekanan darah, adanya resiko kardiovaskuler dan kerusakan organ target. Jenis obat yang digunakan dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu : diuretik, ACEI (angiotensin coverting enzyme inhibitor), ARB (angiotensin reseptor blocker), BB (beta blocker) dan CCB (calcium channel blocker). Masing-masing golongan mempunyai karakteristik dan efek samping yang berbeda.Golongan diuretik dan beta blocker merupakan obat hipertensi pilihan pertama. Hal ini terutama jika tidak dijumpai komplikasi maupun indikasi pengobatan khusus. Pada tahap awal pemberian obat antihipertensi dimulai dengan dosis yang rendah. Jika tekanan darah tidak kunjung turun. Dosis dinaikkan secara bertahap. Ketika tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg selama satu tahun maka penurunan dosis dan tipe obat antihipertensi dianjurkan. Adapun untuk meningkatkan kepatuhan pasien dianjuran para klinisi merencanakan program pengobatan yang sederhana, jadwal yang sesuai dan idealnya satu hari hanya satu pil saja.Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan pemberian obat anti hipertensi oral. Penatalaksanaan krisis hipertensi berdasarkan penilian awal dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi ParameterHipertensi MendesakHipertensi Darurat

BiasaMendesak

Tekanan darah (mmHg)> 180/110> 180/110> 220/140

GejalaSakit kepala, kecemasan; sering kali tanpa gejalaSakit kepala hebat, sesak napasSesak napas, nyeri dada, nokturia, dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun

PemeriksaanTidak ada kerusakan organ target, tidak ada penyakit kardiovaskular Kerusakan organ target; muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabilEnsefalopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung

TerapiAwasi 1-3 jam; memulai/teruskan obat oral, naikkan dosisAwasi 3-6 jam; obat oral berjangka kerja pendekPasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV

RencanaPeriksa ulang dalam 3 hariPeriksa ulang dalam 24 jamRawat ruangan/ICU

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency) dapat dilihat pada tabel 4.Tabel 4. Obat hipertensi oral

ObatDosis

Efek / Lama KerjaPerhatian khusus

Captopril12,5 - 25 mg PO; ulangi per 30 min ; SL, 25 mg15-30 min/6-8 jam ; SL 10-20 min/2-6 jamHipotensi, gagal ginjal, stenosis arteri renalis

ClonidinePO 75 - 150 ug, ulangi per jam 30-60 min/8-16 jamHipotensi, mengantuk, mulut kering

Propanolol10 - 40 mg PO; ulangi setiap 30 min15-30 min/3-6 jamBronkokonstriksi, blok jantung, hipotensi ortostatik

Nifedipine5 - 10 mg PO; ulangi setiap 15 menit5 -15 min/4-6 jamTakikardi, hipotensi, gangguan koroner

SL, Sublingual. PO, Peroral

Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Obat hipertensi parenteral 3,5ObatDosisEfek / Lama KerjaPerhatian khusus

Sodium nitroprusside0,25-10 mg / kg / menit sebagai infus IVlangsung/2-3 menit setelah infusMual, muntah, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan keracunan tiosianat, methemoglobinemia, asidosis, keracunan sianida.

Selang infus lapis perak

Nitrogliserin500-100 mg sebagai infus IV2-5 min /5-10 minSakit kepala, takikardia, muntah, , methemoglobinemia; membutuhkan sistem pengiriman khusus karena obat mengikat pipa PVC

Nicardipine5-15 mg / jam sebagai infus IV1-5 min/15-30 minTakikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

Klonidin150 ug, 6 amp per 250 cc Glukosa 5% mikrodrip30-60 min/ 24 jamEnsepalopati dengan gangguan koroner

Diltiazem5-15 ug/kg/menit sebagi infus IV1-5 min/ 15- 30 minTakikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi Komplikasi

Obat PilihanTarget Tekanan Darah

Diseksi aortaNitroprusside + esmololSBP 110-120 sesegera mungkin

AMI, iskemiaNitrogliserin, nitroprusside, nicardipineSekunder untuk bantuan iskemia

Edema paruNitroprusside, nitrogliserin, labetalol10% -15% dalam 1-2 jam

Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, labetalol20% -25% dalam 2-3 jam

Kelebihan katekolaminPhentolamine, labetalol10% -15% dalam 1-2 jam

Hipertensi ensefalopatiNitroprusside20% -25% dalam 2-3 jam

Subarachnoid hemorrhageNitroprusside, nimodipine, nicardipine20% -25% dalam 2-3 jam

Stroke Iskemiknicardipine0% -20% dalam 6-12 jam

AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

2.1.8 Pemantauan dan Tindak Lanjut

Pada dasarnya pemeriksaan tekanan darah diajurkan untuk semua orang baik yang penderita hipertensi maupun yang normal. Pemantauan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi yang mendapatkan pengobatan merupakan hal yang penting berkaitan dengan keefektifan pengobatan yang dilakukan dan perubahan tekanan darah yang mengindikasikan perlunya perubahan rencana pengobatan. Perawatan lanjutan penting sehingga proses penyakit dapat dikaji dan ditangani berdasarkan apa yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan. Dalam laporan dari JNC 7, pasien yang mendapatkan terapi obat hipertensi memerlukan kunjungan ulang tidak lanjut dan menyesuaikan pengobatan. Kegiatan tersebut dilakukan setiap bulan sampai tujuan terapi tercapai. Kunjungan lebih sering diperlukan bagi mereka yang mengalami hipertensi tahap II atau hipertensi dengan mempunyai komplikasi atau faktor morbiditas. Setelah tekanan darah sesuai dengan tujuan dan stabil maka kunjungan dapat dilakukan dalam interval 3 6 bulan.

Pengobatan antihipertensi umumnya selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.Berikut ini adalah skema dalam penanganan hipertensi :

2.1.9 Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:

Tabel. 2.3 Komplikasi Hipertensi

NoSistem organKomplikasi

1JantungInfark miokard

Angina pectoris

Gagal jantung kongestif

2System saraf pusatStroke

Ensefalopati hipertensif

3GinjalGagal ginjal kronis

4MataRetinopati hipertensif

5Pembuluh darah periferPenyakit pembuluh darah perifer

Sumber : Hoeymans N, Smit HA, Verkleij H, Kromhout D., 1999 : 520)

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.

DAFTAR PUSTAKA1. Whelton PK. Epidemiology and the prevention of hypertension. J Clin Hypertens. 2004; 6(11):636-42.

2. Fisher NDL, Williams GH. Hypertensive vascular disease. In : Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et all, editors. Harrisons principle of internal medicine. 16th edition. New York : McGraw Hill; 2005. p. 1463-80.

3. U.S. Department of Health and Human Services. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National Institute of Health : 2004.4. Bickley LS. Bates Guide to physical examination and history taking. 8th edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2003.p.75-80.5. Benowitz NL. Antihypertensive agents. In : Katzung, Bertram G, editor. Basic & clinical pharmacology. 9th edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2004.p.160-83.

6. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotrans Pathologic Basis of Diesease. 7th edition. Boston: Elsevier B. V.: 2004.7. National Institute for Health and Clinical Excellence. Hypertension. Management of hypertension in adults in primary care. London:NICE;2006.

8. Shapo L, Pomerleau J, McKee M. Epidemiology of Hypertension and Associated Cardiovascular Risk Factors in a Country in Transition. Albania: Journal Epidemiology Community Health 2003;57:734739

9. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.

10. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS) to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, p397.

11. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kendalikan Stress dan Hipertensi, Raih Produktivitas. http://www.depkes.co.idBAB II

LAPORAN KASUS

A. STATUS PASIEN1. Identitas Pasien

a. Nama/ kelamin/ umur: Ny.F /perempuan/85 tahunb. Pekerjaan/ pendidikan: Ibu rumah tangga/SDc. Alamat

: Kel. Gurun Lawas Kec. Nanggalo RT 1 RW I2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status perkawinan

: Jandab. Jumlah anak

: 3 orangc. Status ekonomi keluarga: Kurangd. KB

: -e. Kondisi rumah

:

Rumah permanen 1 lantai, pekarangan cukup luas, dinding terbuat dari bata, sebagian dinding rumah belum diplester. Dapur terletak di ruang tengah rumah, berbagai perkakas dapur tidak disusun rapi Ventilasi cukup, jendela dan sumber cahaya cukup Sumber air berasal dari air sumur WC ada di dalam rumah

Sampah dibakar di belakang rumahKesan: Higien kurang baik, sanitasi cukup baik

f. Kondisi lingkungan keluarga- Jumlah penghuni rumah sebanyak 2 orang yaitu pasien cucu laki-laki pasien 1 orang3. Aspek Psikologis Keluarga

Pasien hanya tinggal berdua dengan seorang cucu laki-laki pasien yang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Padang. Pasien hanya tinggal seorang diri di rumah dari pagi sampai sore hari karena cucu pasien baru pulang ke rumah pada malam hari. Pasien memiliki salah seorang anak yang tinggal di Kota Padang, tetapi hubungan antara keduanya kurang harmonis sehingga tinggal di rumah yang berbeda. Dukungan keluarga terhadap penyakit yang diderita pasien kurang baik, seperti kurangnya perhatian keluaarga terhadap kondisi dan perkembangan penyakit pasien, pengontrolan selama masa pengobatan dan masa rehabilitasi.4. Riwayat Penyakit Dahulu/ Penyakit Keluarga

Pasien telah dikenal hipertensi sejak 25 tahun yang lalu Riwayat hipertensi pada keluarga disangkal Riwayat diabetes melitus dan penyakit jantung koroner disangkal5. Keluhan Utama

Sakit kepala sejak 3 hari yang lalu6. Riwayat Penyakit Sekarang

Sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, rasa pusing berputar tidak ada

Rasa berat ditengkuk ada sejak 3 hari yang lalu

Jantung berdebar-debar ada sejak 3 hari yang lalu

Mual muntah ada

Nyeri dada tidak ada

Sesak napas setelah bekerja berat tidak ada

Terbangun malam hari karena sesak tidak ada

Penglihatan kabur ada

BAK dan BAB biasa, tidak ada keluhan Riwayat makan makanan yang mengandung banyak garam dan lemak ada namun sudah mulai dikurangi Kebiasaan olahraga tidak ada. Pasien harus menggunakan tongkat untuk berjalan sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini pasien lebih banyak duduk dan berbaring di tempat tidur Riwayat merokok tidak ada

Pasien biasa berobat ke Puskesmas Pembantu Kampung koto jika timbul keluhan dan pasien diberikan obat captopril 2x25 mg namun keluhan tidak banyak berkurang7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum: Baik

Kesadaran

: CMC

Nadi

:teraba kuat, teratur, frekuensi 87 kali/menitNafas

: teratur , frekuensi 18x/menitTD

: 190/100 mmHg

Suhu

: afebrisBB

: - kgTB

: - cm BMT : -Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit

: turgor kulit baik

Dada

Paru: Inspeksi : simetris kanan dan kiri

Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi: vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)Jantung: Inspeksi: iktus tidak terlihat

Palpasi: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi: Atas ( RIC II

Kanan ( Linea strnalis dekstra

Kiri ( 1 jari medial LMCS RIC V

Auskultasi: bunyi jantung murni, irama teratur, bisisng (-)

AbdomenInspeksi

: tidak tampak membuncit

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani

Anggota Gerak : Refleks Fisiologis ++/++ Reflex Patologi -/-8. Pemeriksaan Anjuran : EKG Konsul Mata Konsul Gizi9. Diagnosis Kerja : Hipertensi stage II10. Diagnosis Banding : -B. MENETAPKAN MASALAH KESEHATAN DALAM KELUARGAMasalah kesehatan dalam keluarga adalah sebagai berikut.

1) Hipertensi sejak 25 tahun yang lalu2) Pasien sudah berusia 85 tahun, sudah tidak mampu lagi mengurus dirinya sendiri

3) Kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak-anaknya.

4) Pasien memiliki gangguan penglihatan karena proses regenerasi factor usia pada organ penglihatan

5) Pasien susah berjalan,harus menggunakan tongkat untuk berjalan dan lebih banyak terbaring di tempat tidur.C. REKOMENDASI SOLUSI SESUAI DENGAN MASALAH KESEHATAN KELUARGA MELALUI PENDEKATAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK1. Preventif :

a) Tidak mengkonsumsi makanan seperti jeroan, durian, daging terutama daging kambing. Kurangi makanan yang digoreng. Kurangi takaran garam setiap memasak.

b) Melakukan aktivitas seperti olah raga ringan di dalam rumah rata-rata selama 30 menit tiap hari.c) Istirahat cukup 6-8 jam sehari

d) Hindari stress2. Promotif

a) Tingkatkan konsumsi buah dan sayur

b) Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun bisa dikontrol dengan membiasakan pola hidup sehat.c) Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk ikut serta memberikan dukungan dan partisipasinya dalam rangkaian pengobatan dan rehabilitasi pasien, mengingat usia pasien yang sudah sangat tua yang sudah memiliki keterbatasan untuk merawat dirinya sendiri.3. Kuratif

a) Captopril 25 mg 3x1

b) Vitamin B kompleks 3x14. Rehabilitatif

Kontrol ke puskesmas minimal 1 kali sebulan

D. FOLLOW UP (HOME VISITE)LAMPIRAN

Ruang Kamar Pasien

Loteng Rumah

Kamar Mandi Pasien

Ruang Dapur

Bagian Depan Rumah

Ruang Belakang RumahLifestyle modifications

Not goal blood pressure (