Top Banner

of 44

Irwan Punya Retensi Urine & BPH

Apr 03, 2018

Download

Documents

irwandp
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    1/44

    BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

    DAN

    RETENSI URINE

    Pembimbing :dr. Susilo Rachman.,Sp.B

    dr. Asriel Aziz., Sp.B

    Disusun Oleh:

    Irwan Dwi Prabowo

    04 70 0240

    SMF ILMU BEDAH

    RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN

    Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

    Surabaya

    2011-2013

    1

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    2/44

    1. LAPORAN KASUS

    2. Identitas Pasien

    a. Nama : Tn. T

    b. Umur : 72 thn

    c. Jenis kelamin : Laki-laki

    d. Alamat : Tawang rejo, Tambak boyo

    e. Pekerjaan : Tayup (Bag. Penabuh Gamelan)

    f. Agama : Islam

    g. Suku bangsa : Jawa

    h. MRS : tanggal 19 agustus 2011

    i. Ruangan : Ruangan Bougenville

    j. No. Rekam medis : 09.43.13

    3. Anamnesa tanggal 19 austus 2011

    4. KU : Tidak bisa kencing sendiri

    a. RPS : Pasien tidak bisa kencing bila selang kateter dilepas

    5. RPD : Sudah hampir 7 bulan pasien mengalami kesulitan BAK, bila

    ingin BAK harus mengejan dan keluar sedikit-sedikit dan nyeri, sering

    tidak puas setelah selesai BAK.

    2

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    3/44

    i. Sejak 7 bulan yang lalu pasien memakai kateter karena

    kencing tidak bisa keluar dan setiap bulan kateter di ganti 2

    kali di Puskesmas setempat, bila kateter dilepas pasien

    tidak bisa kencing.

    6. Pemeriksaan fisik tanggal 19 agustus 2011

    a. -. Status Generalis

    b. KU : Cukup

    c. Kesadaran : Compos mentis

    d. Status Gizi : Cukup

    e. Tensi : 120/80 mmHg

    f. Nadi : 80 x/menit

    g. Suhu : 36,2 C

    h. RR : 20 x/menit

    i. Kepala : A/I/C/D : -/-/-/-

    j. Leher : Limfedenopati : -

    1. Peningkatan JVP : -

    2. Pembesaran tyroid : -

    3

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    4/44

    k. Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi,

    1. Sonor, suara nafas vesikuler,

    2. Rh -/-, Wh -/-

    l. Abdomen : Supel, nyeri tekan

    1. Massa -, timpani, BU +

    m. Ekstremitas : Perfusi hangat kering merah, tidak ada oedema

    n. -.Status Urologis

    7. Ginjal : Palpasi Bimanual

    a. Ginjal tidak teraba, nyeri tekan -,

    ii. Buli-buli : Inspeksi tidak menonjol pada suprapubik,

    a. Palpasi : tidak ada tahanan, nyeri tekan -,

    8. Regio Genitalia

    i. Inspeksi : terpasang folley cateter no 16, urine

    kuning jernih

    ii. Palpasi : dilakukan Rt dalam posisi litotomy

    a. Tonus Spinter ani masih terasa kuat, mukosa

    rectum licin dan halus, tidak ditemukan

    hemorroid, ditemukan prostat di arah jam 12

    4

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    5/44

    dengan konsistensi padat, permukaan rata

    dengan ukuran kira-kira 4 cm, batas atas

    tidak teraba, saat jari dikeluarkan tidak

    tampak darah dan faeces.

    9. Resume

    a. Pasien Tn. Tasiran umur 72 tahun datang dengan keluhan tidak

    bisa kencing hampir 7 bulan, setiap bulan kateter di ganti 2 kali,

    pada pemeriksaan fisik dilakukan RT ( rectal toucher ) di temukan

    pembesaran prostat di arah jam 12 dengan konsistensi padat,

    permukaan rata dengan ukuran kira-kira 4 cm, batas atas tidak

    teraba.

    10. Diagnosa banding

    a. Prostatitis

    b. Karsinoma prostat

    11. Pemeriksaan penunjang

    12. Laboratorium tanggal 19 agustus 2011

    i. -. Hb : 13,9 gr/dl

    ii. -. Leukosit : 7.500 sel/ul

    iii. -. Eritrosit : 4.620.000 juta sel/ul

    5

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    6/44

    iv. -. LED : 8/28/jam

    v. -. Hitung jenis : -/-/-/87/10/3

    vi. -. Trombosit : 266.000 sel/ul

    vii. -. PCV : 42,1 %

    viii. -. BT : 1 menit 30 detik

    ix. -. CT : 9 menit 50 detik

    x. -. SGOT : 15 ui/IL

    xi. -. SGPT : 24 ui/IL

    xii. -. BUN : 19,3

    xiii. -. Serum Kreatinnin : 0,89

    xiv. -. GDR : 102,6

    13. EKG Abnormal nonspesifik ST tinggi

    14. Diagnosa : BPH, ISK e.c folley cateter

    15. Usulan terapi

    16. Diet TKTP dan banyak minum

    17. Pergantian folley cateter

    18. Prostatectomy

    6

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    7/44

    19. Medikamentosa -. Infus RL 20tpm

    a. -. Inj. Antibiotik

    20. Follow Up

    a. Tanggal 20.08.2011

    21. S : Nyeri dirasakan pada kemaluan karena di pasang selang, BAK +, BAB

    +, pusing -, Sesak -

    : Sudah 7 bulan BAK

    menggunakan kateter

    ii. Warna urine : kuning jernih

    iii. Tensi : 120/80 mmHg

    iv. Nadi : 80 x/menit

    v. Suhu : 36,2 C

    vi. RR : 20 x/menit

    b. A : Retensi urine e.c BPH

    c. P : -. Infus RL

    d. -. Pasien di puasakan

    e. -. Injeksi Antibiotik

    f. -. Kaji nyeri

    7

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    8/44

    g. -. Obs. TTV

    h. Tanggal 21.08.2011

    22. S : Kemeng dirasakan pada daerah kemaluan, sedikit cekot-cekot, mual -,

    muntah, pusing

    : Warna urine : kuning jernih

    ii. Tensi : 110/70 mmHg

    iii. Nadi : 80 x/menit

    iv. Suhu : 36 C

    v. RR : 18 x/menit

    23. A : Retensi urine e.c BPH

    a. P : -. Infus RL

    b. -. Pasien di puasakan

    c. -. Injeksi Antibiotik

    d. -. Kaji nyeri

    e. -. Obs. TTV

    f. Tanggal 23.08.2011

    g. Operasi

    h. Tanggal 24.08.2011

    i. S : Nyeri pada bekas operasi, flatus -, BAB

    8

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    9/44

    : Warna urine : Merah

    ii. Drain : darah

    iii. Tensi : 110/80 mmHg

    iv. Nadi : 84 x/menit

    v. Suhu : 36,5 C

    vi. RR : 20 x/menit

    j. A : Post op prostatectomy hari ke I

    k. P : -. Pasien dipuasakan

    l. -. Kaji nyeri

    m. -. Rawat luka

    n. -. Obs. TTV

    o. -. Tx tetap

    p. Tanggal 25.08.2011

    q. S : Nyeri pada bekas operasi, flatus +, BAB , Pusing +

    : Warna Urine : Merah

    r. Drain : Darah

    s. Tensi : 130/90 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36,5 C

    iii. RR : 20 x/menit

    t. A : Post op prostatectomy hari ke II

    9

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    10/44

    u. P : -. Pasien dipuasakan

    v. -. Kaji nyeri

    w. -. Rawat luka

    x. -. Obs. TTV

    y. -. Tx tetap

    z. Tanggal 26.08.2011

    aa. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +, BAB ,

    Pusing -

    : Warna Urine : Merah

    bb. Drain : Darah

    cc. Tensi : 130/90 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36,2 C

    iii. RR : 20 x/menit

    dd. A : Post op prostatectomy hari ke III

    ee. P : -. Pasien dipuasakan

    ff. -. Rawat luka

    gg. -. Obs. TTV

    hh. -. Tx tetap

    ii. Tanggal 27.08.2011

    10

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    11/44

    jj. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +, BAB ,

    Pusing

    : Warna Urine : Merah

    kk. Drain : Darah

    ll. Tensi : 120/80 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36,3 C

    iii. RR : 20 x/menit

    mm. A : Post op prostatectomy hari ke IV

    nn. P : -. Diet TKTP

    oo. -. Rawat luka

    pp. -. Obs. TTV

    qq. -. Tx oral

    rr. -. Mobilisasi

    ss. Tanggal 30.08.2011

    tt. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +, BAB +,

    Pusing

    : Warna Urine : Merah

    11

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    12/44

    uu. Drain : Darah

    vv. Tensi : 120/80 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36,3 C

    iii. RR : 20 x/menit

    ww. A : Post op prostatectomy hari ke V

    xx. P : -. Diet BH

    yy. -. Rawat luka

    zz. -. Obs. TTV

    aaa. -. Tx oral

    bbb. -. Mobilisasi

    ccc. Tanggal 31.08.2011

    ddd. S : Nyeri pada bekas operasi sudah berkurang, flatus +,

    BAB +, Pusing

    : Warna Urine : Jernih

    eee. Drain : Kosong

    fff. Tensi : 120/80 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36 C

    iii. RR : 20 x/menit

    ggg. A : Post op prostatectomy hari ke VI

    12

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    13/44

    hhh. P : -. Diet MB

    iii. -. Rawat luka

    jjj. -. Obs. TTV

    kkk. -. Tx oral

    lll. -. Mobilisasi

    mmm. Tanggal 01.09,2011

    nnn. S : Nyeri pada bekas operasi -, flatus +, BAB +, Pusing

    : Warna Urine : Jernih

    ooo. Drain : Kosong

    ppp. Tensi : 120/80 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36 C

    iii. RR : 20 x/menit

    qqq. A : Post op prostatectomy hari ke VII

    rrr. P : -. Diet MB

    sss.-. Rawat luka

    ttt. -. Obs. TTV

    uuu. -. Tx oral

    vvv. -. Mobilisasi

    13

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    14/44

    www. Tanggal 02.09,2011

    xxx. S : Nyeri pada bekas operasi -, flatus +, BAB +, Pusing

    : Warna Urine : Jernih

    yyy. Drain : Kosong

    zzz. Tensi : 120/80 mmHg

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36 C

    iii. RR : 20 x/menit

    aaaa. A : Post op prostatectomy hari ke VIII

    bbbb. P : -. Diet MB

    cccc. -. Rawat luka

    dddd. -. Obs. TTV

    eeee. -. Tx oral

    ffff. -. Off DC

    gggg. -. Mobilisasi jalan-jalan

    hhhh. Tanggal 03.09,2011

    iiii. S : Nyeri pada bekas operasi -, flatus +, BAB +, Pusing

    : Drain : Kosong

    jjjj. Tensi : 120/80 mmHg

    14

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    15/44

    i. Nadi : 80 x/menit

    ii. Suhu : 36 C

    iii. RR : 20 x/menit

    kkkk. A : Post op prostatectomy hari ke IX

    llll.P : -. Off Drain

    24. KRS

    25.RETENSI URINE

    15

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    16/44

    a. Kegawat daruratan urologi yang paling sering dijumpai diklinik

    kesehatan adalah sumbatan urine akut. Sumbatan urine akut dapat

    terjadi pada saluran kemih bagian atas maupun bagian bawah.

    Saluran kemih bagian atas akan memberikan manifestasi klinik

    berupa kolik atau anuria, sedangkan saluran kemih bagian bawah

    akan memberi manifestasi klinik berupa retensi urine.(2)

    b. Proses miksi normal:

    26. Pada saat kosong, buli-buli terletak dibelakang simpisis pubis dan saat

    penuh berada diatas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi.

    Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan

    menyebabkan aktifitas pusat miksi dimedula spinalis segmen sakral S2-4.

    Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot destruksor, terbukanya leher

    buli-buli, dan relaksasi spinter uretra sehingga terjadilah proses miksi.(2)

    a. Retensi urine merupakan ketidak mampuan seseorang untuk

    mengeluarkan urine yang terkumpul didalam buli-buli hingga

    kapasitas maksimal buli-buli terlampaui.(2) .

    27. Retensi urine bisa terjadi secara akut atau kronis, bisa juga terjadi secara

    total atau partial. Retensi urine juga harus bisa dibedakan dengan anuria

    atau oligouria

    28. Pada anuria, keadaan dimana orang tersebut tidak dapat mengeluarkan

    kencing sama sekali atau < 100 cc / 24 jam karena produksinya di ginjal

    tidak ada, sedang oligouria adalah berkurangnya produksi air kencing,

    dikatakan oligouria bila urine < 400 cc / 24 jam. (1)

    16

    http://oligouria.la/http://oligouria.la/
  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    17/44

    29.

    a. Berdasarkan lokasi penyebab retensi urine dapat dibagi menjadi :

    30. Supra Vesika

    31. Penyebab supra vesika adalah hal-hal yang disebabkan persarafan kandung

    kemih misalnya trauma medula spinalis, atau kerusakan saraf simpatis dan

    parasimpatis akibat trauma operasi atau neuropati DM.

    32. Obat-obatan antikholinergik, smooth muscle relaksasi, simpatikomimetik

    juga dapat menyebabkan retensi urine.(1)

    33. Vesika

    34. Penyebab vesika adalah kelainan kandung kemih yang diakibatkan

    obstruksi lama atau infeksi kronis yang menyebabkan fibrosis buli-buli

    sehingga kontraksi buli-buli melemah.(1)

    35. Infra Vesika

    36. Penyebab infra vesika adalah penyebab mekanik seperti klep uretra

    posterior kongenital, meatus stenosis kongenital, striktur uretra, batu

    uretra, dan prostat hipertropi.(1)37. Gambaran Kl inis

    a. Gejala klinis yang terlihat pada retensi urine akut adalah pasien

    mengeluh tidak bisa miksi, kencingnya tertahan, terdapat benjolan

    kistrus pada perut bagian bawah disertai rasa nyeri hebat.(2). Pada

    retensi urine kronik seringkali pasien tidak merasa nyeri pada supra

    pubik, atau cuma sedikit nyeri walaupun buli-buli terisi penuh.(1)

    17

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    18/44

    38. Pemeriksaan Fisik

    39. Pemeriksaan pada daerah supra pubik ditemukan:

    40. Inspeksi : buli-buli mengembang.

    41. Palpasi : nyeri tekan pada buli-buli.

    42. Perkusi suara redup pada daerah supra pubik.

    43. Auskultasi : tidak terdengar suara bising usus pada daerah supra pubik.

    44. Pada genital eksterna mungkin ditemukan:

    45. Teraba batu di uretra anterior(2)

    46. Terlihat batu pada meatus uretra eksternum(2)

    47. Teraba spongifibrosis disepanjang uretra anterior(2)

    48. Terlihat fistel atau abses pada uretra(2)

    49. Fimosis atau parafimosis(2)

    50. Terlihat darah keluar dari uretra karena cidera uretra(2).

    51. Pada pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikosongkan bertujuan

    untuk mencari adanya hiperplasi prostat/karsinoma prostat, dan

    pemeriksaan reflek bulbokavernosus untuk mendeteksi adanya buli-buli

    neurogenik(2).

    52. Pemeriksaan Penun j ang

    53. Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan bayangan buli-buli penuh,

    mungkin terllihat bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli.

    Pada pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktur uretra.(2)

    54. USG

    a. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa

    ginjal, mendektesi residu urine, batu ginjal dan tumor buli-buli.(2)55. IVP

    a. Untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary,

    dengan melihat fungsi ginjal dan ureter.

    18

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    19/44

    56. Penatalaksanaan

    a. Urine yang tertahan didalam buli-buli harus segera dikeluarkan

    untuk menghindari masalah seperti: mudah terjadi infeksi saluran

    kemih, kontraksi buli-buli menjadi lemah dan timbul hidroureter

    dan hidronefrosis yang selanjutnya menimbulkan gagal ginjal.(2)

    b. Urine dapat dikeluarkan dengan cara kateterisasi atau sistosomi.

    Tindakan penyakit primer dikerjakan setelah keadaan pasien stabil.

    Untuk kasus-kasus tertentu mungkin tidak perlu pemasangan

    kateter terlebih dahulu melainkan dapat langsung dilakukan

    tindakan definitif terhadap penyebab retensi urine, misalnya batu di

    meatus uretra eksternum atau meatus stenosis dilakukan

    meatotomi, fimosis atau parafimosis dilakukan sirkumsisi atau

    dorsumsisi.(2)

    c. Apabila penyebab retensinya kronis, maka perlu kateter di

    pertahankan 5-7 hari, sambil di cari penyebabnya.(2)

    19

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    20/44

    57.BENIGNA PROSTATIC HIPERPLASIA

    a. Disebut juga hipertropi prostat jinak (Benign Prostat Hiperplasia =

    BPH) istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi

    adalah hyperplasia kelenjar periuretra yang mendesak prostat yang

    asli ke perifer. Insidens di Negara berkembang meningkat karena

    adanya peningkatan umur harapan hidup.(1,3,4)

    58. Anatomi

    a. Kelenjar prostat adalah salah salah satu organ genitalia pria yang

    terletak disebelah inferior bull - buli dan membungkus uretra

    posterior. Bagian bawah kelenjar prostat menempal pada diafragma

    urogenital atau sering disebut otot dasar Panggul.(1)

    b. Batas-batas prostat:

    59. Dasar : berhubungan dengan leher vesika uronaria(9)

    60. Apex : berhadapan dengan diafragma urogenitalia(9)

    61. Posterior : dipisahkan dengan rectum oleh septum(9)

    62. Anterior : plexus venosus dan lemak memisahkan dengan sympisis

    pubis(9).

    63.

    a. Prostat diarterialisasi oleh A. Vesikalis Caudalis dan A. Perinealis.

    Prostat mendapat inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari

    pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus (pleksus pelvikus)

    menerima masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4

    dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-L2).(2) Stimulasi

    20

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    21/44

    64. parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostate,

    sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat

    ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik

    memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsila prostat dan leher

    buli-buli. Ditempat-tempat itu banyak terdapat reseptor adrenergic-a.

    Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos

    tersebut.(2)

    a. Kelenjar ini pada laki - laki dewasa kurang lebih sebesar buah

    kenari, dengan berat normal pada orang dewasa sekitar 20 gram.

    Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskuler dan glandular yang

    terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona

    sentral, zona transisional, zona preprostatik sprinter, dan zona

    anterior (McNeal 1970). (2,7)

    b. Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen

    kelanjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos,

    fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyangga yang

    lain. (3)c. Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu

    komponen dari cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus

    sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian

    dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.

    Volume cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume

    ejakulat. (2)

    21

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    22/44

    65. Prostate Anatomy

    66.

    22

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    23/44

    Etiologi

    a. Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor resiko umur dan

    hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah

    terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini

    berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada,

    pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, usia 80 tahun

    sekitar 80% dan 90 tahun hampir 100%.(1,4)

    b. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH:

    67. Teori dihidrotestosteron

    68. Dihidrotestosteron merupakan metabolit androgen yang sangat penting

    pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. DHT berikatan dengan reseptor

    androgen membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel yang kemudian

    terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel

    prostat.(2)

    69. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron

    70. Pada usia semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan esterogen

    relatif tetap. (2)

    71. Interaksi stroma-epitel

    72. Cunha (1973) membuktikan bahwa deferensiasi dan pertumbuhan sel

    epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui

    suatu mediator (growth factor) tertentu.(2)

    73. Berkurangnya kematian sel prostat

    74. Pada jaringan normal terjadi keseimbangan antara sel yang mati dan laju

    proliferasi sel. Berkurangnya jumlah sel yang mati menyebabkan

    meningkatnya jumlah sel secara keseluruhan sehingga menyebabkanpertambahan massa prostat.(2)

    75. Teori sel stem

    76. Didalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem yaitu sel yang mempunyai

    kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif Terjadinya proliferasi sel-sel

    pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem

    sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.(2)

    23

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    24/44

    77. Patofisiologi

    a. Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga

    perubahan pada saluran kemih juga perlahan. Pada tahap awal

    terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan

    daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan

    merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase

    penebalan destrusor disebut fase kompensasi. Apabila keadaan

    berlanjut maka destrusor akan lelah akhirnya mengalami

    dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga

    terjadi retensi urine yang selanjutnya dapat menyebabkan

    hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.(2)

    78.

    24

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    25/44

    79. Gambaran Klinis

    a. Gejala-gejala yang ditimbulkan prostat hiperplasi disebut sebagai

    sindroma prostatisme atau disebut juga LUTS (Lower Urinary

    Tract Symptoms), (1, 2, 4) yang dibagi menjadi dua yaitu gejala

    obstruktif dan gejala iritatif

    80. Obstruksi

    i. Hesitancy, bila penderita ingin kencing tapi tidak bisa

    segera keluar, terjadi karena muskulus destrusor

    membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan

    tekanan uretra.(2,3,4,6)

    ii. Intermittency, kencing tiba-tiba berhenti dan lancar

    kembali, terjadi karena destrusor tidak dapat mengatasi

    resistensi uretra sampai akhir miksi.(2,3,4,6)

    iii. Terminal dribbling, atau menetes setelah miksi. .(2,3,4,6)

    iv. Rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu

    urin yang banyak pada buli-buli. .(2,3,4,6)

    v. Pancaran miksi lemah.(2,3,4,6)

    81. Iritasi

    i. Frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap

    pada tiap miksi sehingga interval tiap miksi lebih pendek. .

    (2,3,4,6)

    ii. Nokturia karena hamabatan normal dari korteks berkurang

    dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur. .

    (2,3,4,6)

    iii. Urgensi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan destrusorsehingga terjadi kontraksi involunter. .(2,3,4,6)

    iv. Disuria atau rasa tidak enak saat kencing.(2,3,4,6)

    82. Tingkat keparahan pada penderita BPH dapat diukur dengan skor II'SS,

    yang diklasifikasikan dengan skor 0-7 untuk penderita ringan, 8-18 untuk

    penderita sedang dan 19-3 5 untuk penderita berat.(2,6)

    25

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    26/44

    83. Selain mengunakan II'SS, derajat BPH juga dapat didasarkan pada

    gambaran klinis:

    84. -. Derajat I : colok dubur ; penonjolan prostat, batas atas mudah

    diraba, dan sisa volume urine 100 ml(3)

    87. -. Derajat IV : terj adi retensi urine total. (3 )

    88. Berdasarkan perkiraan berat prostat saat RT:89. -. Grade I : Perkiraan beratnya sampai dengan 30 gram

    i. Besarnya kurang lebih sesuai prostat normal atau sedikit

    lebih besar.

    90. -. Grade II : Perkiraan beratnya antara 30-60 gram

    i. Prostat jelas menonjol, batas lateral lebih besar dan

    dangkal, sulkus mediana tidak teraba tetapi batas atas masih

    dapat teraba.

    26

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    27/44

    91. -. Grade III : Perkiraan beratnya lebih dari 60 gram

    i. Prostat jelas menonjol, batas atas prostat tidak dapat dicapai

    oleh ujung jari telunjuk dan pada palpasi bimanual (tangan

    kiri

    ii. menekan diatas simpisis dan buli-buli kosong) prostat juga

    teraba oleh tangan kiri.

    92. Pemeriksaan Fisik

    93. Fisik Umum

    94. -. Pria lanjut usia

    95. -. TTV

    96. -. Tanda-tanda penyakit lain

    97. Fisik Urologis

    98. -. Ginjal: Bila teraba perlu dicurigai adanya hidronefrosis karena

    stasis urin. Bila penderita merasa nyeri saat ditekan mungkin terdapat

    pielqnefritis.(6)

    99. -. Buli-buli: inspeksi akan terlihat menonjol pada suprapubik karena

    adanya retensi urine, pada palpasi akan terasa tahanan, nyeri tekan dan

    perasaan ingin miksi.(6)

    100. -. Penis dan uretra: Untuk menceri kemungkinan penyebab

    lain misalnya ada stenosis, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun

    phimosis.(6)

    101. -. Scrotum: Untuk mencari ada tidaknya hernia, orchitis

    ataupun epididimistis.(6)

    102. -. Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher)

    27

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    28/44

    103.

    104. Tujuan :

    105. Menentukan konsistensi prostat.

    106. Kostitensi prostat benigna biasanya rata, bila konsistensi

    berdungkuldungkul atau terdapat bagian yang lebih keras maka harus

    dipikirkan adanya karsinoma.(6)

    107. Menentukan besar prostat.

    108. Besar prostat normal ditandai dengan batas-batas yang jelas, yaitu

    sulkus lateralis mudah teraba, batas atas (pole atas) juga mudah teraba.

    Dan ditengahnya terdapat sulkus mediana yang juga mudah teraba.(6)

    109. Menentukan sistem saraf unit vesikouretra.

    110. Tonus sphinter yang normal, tidak longgar waktu jari telunjuk

    dimasukkan dan reflek bulbo kavernosa (BCR) yang positif menandakan

    persarafan unit vesiko uretra intak. Bila dengan mendadak glan penis

    ditekan dengan tangan kiri dan pada jari telunjuk yang directum terasa

    kontraksi sphinter ani maka dikatakan bahwa BCR positif.(6)

    111. Pemeriksaan penunjang

    28

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    29/44

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    30/44

    Selain untuk mengetahui pembesaran prostat pemeriksaan

    ultrasonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukur

    sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan

    batu. Dengan USG transrektal dapat diukur besar prostat untuk

    menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat

    dilakukan pula dengan USG suprapubik(1,4)

    115. Pemeriksaan uroflowmetri

    116. Jumlah urine yang cukup untuk

    pemeriksaaan flowmetrogram yang representatif paling sedikit 150 ml dan

    maksima1400 ml, idealnya 200-300 ml. Penilaian hasil Flow rate

    maksimal : > 15 ml/detik = non obstruktif(6)

    117. 10-15 ml/detik =

    borderline(6)

    1.

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    31/44

    119. Komplikasi

    120. Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hyperplasia

    prostat dapat menimbulkan komplikasi yang dibagi menjadi akut dan

    kronis sebagai berikut :

    121. Akut:

    122. -. Retensi urine akut -. Hidroureter -.Hidronefrosis

    123. -. Inkontinensia paradoks -. Hematuria -. Sistisis

    124. -. Pielonefritis (ISK)

    125. Kronis:

    126. -. Divertikel -. Sakulasi

    127. -. Batu kandung kemih -. Renal failure -.Hernia

    128. -. Hemorroid

    129. Terapi

    130. Berdasarkan derajat IPSS, terapi BPH dibagi menjadi 3, yaitu:

    131. Konservatif:

    132. Observasi/watchful waiting bila skor IPSS antara 0-7 dan hasil

    flowmetri non obstruktif (2)

    133. Medikamentosa:

    134. Bila skor IPSS antara 8-18

    a. Penghambat a adrenergik

    b. Obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,

    afluzosin atau yang lebih selektif ala (tamsulosin). Dosis mulai 1

    mg/ hari sedangkan tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari.

    Penggunaan antagonis a-l-adrenergik karena secara selektif

    mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa harus merusakkontraktilitas destrusor. Obat ini menghambat reseptor yang

    banyak ditemukan pada otot polos di trigonum, leher vesika,

    prostate dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah

    prostat. Hal mi akan menurunkan tekanan pada urethra pars

    prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejalanya

    berkurang. Biasanya pasien merasakan berkurangnya keluhan

    setelah 1-2 minggu setelah memakai obat. Efek samping yang

    31

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    32/44

    timbul adalah pusing, capek, sumbatan hidung dan rasa lemah. (1)

    c. Penghambat 5a-reduktase

    d. Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1 x 5

    mg/ hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT

    sehingga prostate yang membesar akan mengecil. Namun lebih

    lambat daripada golongan a bloker dan manfaatnya hanya jelas

    pada prostate yang sangat besar. Efektifitasnya masih

    diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari

    keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila dimakan terus

    menerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan

    libido, ginekomastia dan dapat menurunkan nilai PSA (masking

    effect). (1)

    e. Fitoterapi

    f. Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia adalah Eviprostat.

    Substansinya misalnya Pygeum africanum, Saw palmetto,

    Serenoa

    g. repeus, dll. Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama

    1-2 bulan. (1)

    h. Hormonal(1)

    135. Operatif:

    136. Indikasi Operasi :

    137. -. IPSS skor antara 19-35(6)

    138. -. Retensi urine berulang(6)

    139. -. Retensi urine kronis (selalu > 300m1)(6)

    140. -. Residual urine > 100m1(6)

    141. -. BPH dengan komplikasi

    32

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    33/44

    142. -. Terapi medikamentosa tidak berhasil(6)

    143. -. Flowmerti obstruktif(6),

    144. Teknik Operasi :

    145. Prostatektomi terbuka

    i. Retropubic infravesica (Terence Millin)

    b. Keuntungan :

    c. -. Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar

    pada subservikal(7)

    d. -. Mortaliti rate rendah(7)

    e. -. Langsung melihat fossa prostat(7)

    f. -. Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher

    buli(7)

    g. -. Perdarahan lebih mudah dirawat(7)

    h. -. Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak

    perlu selama bila membuka vesika(7)

    i. Kerugian :

    j. -. Dapat memotong pleksus santorini(7) -. Mudah berdarah(7)

    k. -. Dapat terjadi osteitis pubis(7)

    l. -. Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal(7)

    m. -. Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang

    harus dikerjakan dari dalam vesika(7)

    n. Komplikasi :

    o. -. Perdarahan(7)

    p. -. Infeksi(7)

    q. -. Osteitis pubis(7)i. -. Trombosis(7)

    ii. Suprapubic Transvesica / TVP (Freeyer)

    r. Keuntungan :

    s. -. Baik untuk kelenjar besar (7)

    t. -. Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran

    prostat(7)

    u. -. Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat

    33

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    34/44

    dengan penyulit : 1. Batu buli

    a. 2. Batu ureter distal

    2. Divertikel

    3. Uretrokel

    4. Adanya sistsostomi

    5. Retropubik sulit karena kelainan os pubis(7)

    v. Kerugian :

    w. -. Kerusakan spingter eksterna minimal(7)

    x. -. Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada

    dinding vesica sembuh(7)

    y. -. Sulit pada orang gemuk(7)

    z. -. Sulit untuk kontrol perdarahan(7)

    aa. -. Merusak mukosa kulit(7)

    bb. -. Mortality rate 1 -5 %(7)

    cc. Komplikasi :

    dd. -. Striktura post operasi (uretra anterior 2- 5%, bladder neck

    stenosis 4%)(7)

    ee. -. Inkontinensia (

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    35/44

    rr. -. Langsung biopsi untuk karsinoma(7)

    ss. Kerugian :

    tt. -. Impotensi(7)

    uu. -. Inkontinensia(7)

    vv. -. Bisa terkena rectum(7)

    ww. -. Perdarahan hebat(7)

    xx. -. Merusak diagframa urogenital(7)

    146. Prostatektomi tertutup

    i. Trans Urethral Resection Prostatectomy(TUR P)

    b. Yaitu reseksi endoskopik transuretra. Jaringan yang direseksi

    hampir seluruhnya terdiri dari jaringan kelenjar sentralis. Jaringan

    perifer ditinggalkan bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman,

    efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada

    sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil terbaik

    diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah.

    Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%. (7)

    c. Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling

    banyak dikerjakan di seluruh dunia. Reseksi kelenjar prostat

    dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan irigan

    (pembilas) agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan

    tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa

    larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran

    listrik pada saat operasi.

    d. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H20

    steril (aquades). (7)e. Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik

    sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui

    pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air

    dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala

    intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TUR P. Sindroma ini

    ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen,

    tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. (7) Jika tidak

    35

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    36/44

    segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya

    jatuh dalam keadaan koma dan me,ninggaL Angka mortalitas

    sindroma TUR P ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk

    mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik

    yang lain tetapi harganya lebih mahal daripada aquades, antara lain

    adalah cairan glisin , membatasi jangka waktu operasi tidak

    melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk

    mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat.

    f. Keuntungan :

    g. -. Luka incisi tidak ada(7)

    h. -. Lama perawatan lebih pendek(7)

    i. -. Morbiditas dan mortalitas rendah(7)

    j. -. Prostat fibrous mudah diangkat(7)

    k. -. Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol(7)

    l. Kerugian :

    m. -. Tehnik sulit(7)

    n. -. Resiko merusak uretra (7)

    o. -. Intoksikasi cairan(7)

    p. -. Trauma spingter eksterna dan trigonum(7)

    q. -. Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar(7)

    r. -. Alat mahal(7)

    s. -. Ketrampilan khusus(7)

    36

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    37/44

    i. Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)

    t. Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif,

    tetapi ukuran prostatnya mendekati normal. Pada hiperplasia

    prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya

    masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher

    buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi

    ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat

    memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai

    alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai

    dari dekat muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus

    cukup dalam sampai tampak kapsul prostat. Kelebihan dari metode

    ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian

    ejakulasi retrograde dibandingkan dengan cara TUR. (7)

    i. Pembedahan denaan laser (Laser Prostatectomy)

    u. Penggunaan laser untuk operasi prostat pertama kali diusulkan oleh

    Sander (1984). Untuk mengobati ca prostat yang masih lokal

    dengan memakai Nd YAG (Neodymium, Yttrium Aluminium

    Garnet) Solid state Nd YAG ini pertamakali diperkenalkan tahun

    1964 tapi baru tahun 1975 baru dicoba dibidang urologi untuk

    mengablasi tumor bull superficial (Hoffstetter). Pc Phee menulis

    mengenai penggunaan YAG laser untuk photo irradiasi segmental

    pada mukosa buli. (7) YAG laser ini mempunyai panjang

    gelombang yang cocok untuk pengobatan prostat oleh karena

    mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Mula-mula laser

    untuk prostat ini hanya dipakai untuk pengobatan tambahan setelahTUR P pada ca prostat, yang biasanya diberikan 3 minggu setelah

    TUR P (Shanberg 1985, Mc Nicholas 1990).(7)

    v. Kemudian Shenberg mengajukan pemakaian Nd YAG ini untuk

    melaser prostat pada penderita yang tidak dapat mentoleransi

    perdarahan apabila dilakukan TUR. Roth dan Aretz (1991) menjadi

    pelopor penggunaan laser Transuretral Ultrasound Guided

    Laser

    37

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    38/44

    w. Induced Prostatectomy (TULIP), yang dibimbing dengan

    pemakaian USG untuk dapat menembak prostat yang

    disempurnakan dengan menggunakan alat pembelok (deflektor)

    sinar laser dengan sudut 90 derajat sehingga sinar laser dapat

    diarahkan ke arah kelenjar prostat yang membesar. (7)

    x. Nd YAG mempunyai panjang gelombang 1064 nm sehingga

    gelombang ini tidak banyak diserap oleh air seperti laser C02 dan

    mempunyai sifat divergensi tetapi masih mempunyai daya

    penetrasi yang cukup dalam. Apabila laser Nd YAG ini mengenai

    jaringan prostat energinya akan berubah menjadi energi termal

    yang dapat menguapkan j aringan dengan Nd YAG tanpa konta~

    dengan jaringan mempunyai efek laser maksimal pada kedalaman

    3mm dibawa mukosa dan efek termal dapat mencapai 100C

    sehingga pada kekuatan 40 - 60 watts akan menyebabkan

    koagulasi pada kedalaman 3mm sehingga akan terjadi letusan

    kecil yang disebut "pop corn effect". Nd YAG ini aman untuk

    pengobatan prostat oleh karena pembuluh darah yang agak besar

    dan pembuluh darah pada kapsul prostat akan menjadi penahan

    panas (heat sink) sehingga tidak akan terjadi penjalaran panas

    keluar dari prostat. (7)

    y. Tahun 1989 Johnson menemukan alat pembelok Nd YAG

    sehingga sinar laser tersebut dapat dibelokkan 90 dengan

    menggunakan pembelok dari emas yang ditempelkan diujung

    serat laser, sehingga sinar laser dapat diarahkan ke jaringan

    prostat dari dalam uretra. Dengan alat pembelok ini 92% darienergi laser masih dapat mencapai jaringan preostat. Costello

    (1992) mempelopori penggunaan laser ini utnuk ablasi

    pembesaran prostat jinak menggunakan laser yang dibelokkan 90

    melalui sistoskopi. (7) Waktu yang diperlukan untuk melaser

    prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk masing-masing lobus

    prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ablasi

    akan ditemukan pop corn effect sehingga tampak melalui

    38

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    39/44

    sistoskop terjadi ablasi pada permukaan

    z. prostat, sehingga uretra pars prostatika akan segera akan menjadi

    lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan

    yang kan menyebabkan "laser nekrosis" lebih dalam setelah 4-24

    minggu sehingga hasil akhir nanti akan terjadi rongga didalam

    prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis TUR. (7)

    Keuntungan bedah laser ialah :

    147. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi

    retensi akibat bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi(7)

    148. Teknik lebih sederhana (7)

    149. Waktu operasi lebih cepat (7)

    150. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat(7)

    151. Tidak memerlukan terapi antikoagulan (7)

    152. Resiko impotensi tidak ada (7)

    153. Resiko ejakulasi retrograd minimal (7)

    a. Kerugian :

    b. Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional) (7)

    154. Invasif Minimal

    i. Transurethral Microwave Thermotherapy

    b. Merupakan pemanasan dengan gelombang mikro pada frekuwensi

    915-1296 Mhz yang dipancarkan melalui antena yang diletakan

    didalam uretra. Dengan pemanasan yang melebihi 44C

    menyebabkan destruksi jaringan pada zona transisional prostatkarena nekrosis koagulasi.(2)

    c. Prosedur ini dapat dikerjakan secara poliklinis tanpa pembiusan.

    Cara ini direkomendasikan bagi prostat yang ukurannya kecil.(2)

    i. Transurethral ballon dilatation

    d. Dengan mengunakan balon kateter yang berkapasitas antara 75-

    110F dengan tekanan 3-5 atmosfer, uretra prostatika di delatasi

    selamal0-30 menit. Prsedur ini dikerjakan untuk BPH yang kecil

    39

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    40/44

    dan tanpa pembesaran lobus medius prostat.(6)

    i. Transurethral needle ablation

    e. Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi

    untuk menghasilkan ablasi termal pada prostat. Cara ini

    mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan untuk

    menghasilkan prosedur dengan perdarahan minimal, tidak invasif

    dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan.(7)

    i. Stent urethra dengan prostacath

    f. Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra,

    hanya saja kateter tersebut dipasang pada uretra pars prostatika.

    Bentuk stent ada yang spiral dibuat dari logam bercampur emas

    yang dipasang diujung kateter (Prostacath). (7) Pemasangan stent

    ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga

    kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila

    kondisi penderita belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi

    yang lebih invasif.(7)

    g. Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di

    uretra pars prostatika dengan kateter pendorong dan kemudian

    didilatasi dengan balon sampai mesh logam tersebut melekat pada

    dinding uretra.(7)

    155. Penyulit terapi pembedahan:

    156. Durante operasi

    157. -. Perdarahan

    158. Perdarahan pada operasi prostat sekarang ini jarang terjadi,Penderita operasi prostat jarang yang sampai memerlukan transfusi. (6)

    159. -. Sindroma TUR P

    160. Sesuai dengan namanya, penyulit ini hanya terjadi pada TUR P.

    Biasanya terjadi bila sinus venosus terbuka dan tidak diketahui sehingga

    reseksi diteruskan sehingga sebagian cairan irigan masuk sirkulasi dan

    terjadi hiponatremia. (6)

    161. -. Perforasi

    40

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    41/44

    162. Perforasi atau robek dapat terjadi di dinding buli-buli daerah

    trigonum ataupun kapsul prostat. Perforasi ini hanya terjadi pada TUR P.

    163. Perforasi biasanya terjadi pada saat memasukkan alat reseksi atau

    pada saat evakuasi menggunakan evakuator.(6)

    164. Paska operasi dini

    i. Infeksi saluran kemih sampai septikemia

    b. Pada penderita BPH yang mengalami retensi urine pra operasi

    biasanya memakai kateter cukup lama sehingga biakan urine sering

    kali positif. Untuk mencegah infeksi saluran kencing dan

    septikemia maka pada pembedahan prostate perlu diberi

    antibiotika. (6) Bentuk ISK pasca operasi prostate adalah prostatitis

    akut, pyelonefritis, uretritis, epididimistis. Insidennya berkisar

    antara 2-5%(6)

    i. Retensi bekuan darah

    c. Retensi bekuan darah dapat terjadi sebelum maupun setelah kateter

    dilepas. Bila terjadi sebelum kateter dilepas menyebabkan

    pembuntuan kateter. Bila bekuan darah terjadi setelah kateter

    dilepas dapat menyebabkan retensi urine. (6)

    d. Pencegahannya adalah dengan melakukan perawatan perdarahan

    sebaikbaiknya saat operasi dan melakukan irigasi kontinyu pasca

    operasi menggunakan kateter 3 saluran serta melakukan sedikit

    traksi pada kateter tersebut.(6)

    i. Retensi urine

    e. Setelah kateter dilepas sebagian penderita dapat mengalami retensi

    urine. Insidennya sekitar 10%. (6)i. Perdarahan sekunder

    f. Yang dimaksud perdarahan sekunder adalah perdarahan atau

    hematuria yang terjadi setelah sebelumnya urine jernih. Perdarahan

    yang ringan akan berhenti sendiri. Penderita dianjurkan untuk

    minum yang banyak, mengurangi aktivitas dan tidak boleh

    mengejan.(6)

    i. Inkontinensia urine

    41

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    42/44

    g. Setelah kateter dilepas, pada sebagian penderita dapat terjadi

    inkontinensia urine, baik yang urge inkontinensia maupun total

    incontinensia. Urge inkontinensia artinya penderita tidak mampu

    menahan kencing, begitu terasa ingin kencing maka penderita

    ngompol, biasanya sembuh sendiri.(6) Incontinensia totalis adalah

    penderita selalu ngompol, jadi buli-buli selalu kosong dan tidak

    pernah miksi. Keadaan ini disebabkan oleh rusaknya sphinter

    eksternus misalnya tereseksi, bila kerusakan ringan dapat sembuh

    h. sendiri, bila kerusakan berat dapat menyebabkan permanen

    inkontinensia. (6)

    165. Pasca operasi lambat

    i. Impotensia

    b. Bundel neuro vaskuler yang memelihara penis berjalan disebelah

    posterolateral dari kelenjar prostate. Open prostatectomy secara

    teoritis tidak menyebabkan impotensia karena manipulasi operasi

    disebelah anterior prostat. Pada reseksi prostat transuretra, trauma

    termal dan elektrik dapat menyebabkan kerusakan pada bundel

    neurovaskuler tersebut.(6)

    i. Ejakulasi retrograd

    c. Merupakan ejakulat yang tidak keluar melalui uretra tetapi masuk

    ke dalam buli-buli. (6)

    i. Uretra striktur

    d. Penyempitan uretra pasca operasi prostat biasanya terjadi didaerah

    meatus dan fossa navikularis serta daerah penoskrotal. Penyebab

    terjadinya striktur adalah infeksi disproporsi antara lumen uretradengan alat operasi dan perawatan kateter yang kurang baik.(6).

    i. Stenose leher buli-buli

    e. Stenose leher buli-buli dapat terjadi karena reseksi yang berlebihan

    didaerah tersebut atau oleh karena traksi pada kateter yang terlalu

    lama atau terlalu berat. (6)

    i. Osteitis pubis

    f. Osteitis os pubis dapat terjadi pasca operasi Millin, insidennya

    42

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    43/44

    sangat jarang. Penderita mengeluh nyeri kronis daerah simphisis

    pasca operasi Millin patut dicurigai menderita osteitis pubis.(6)

    i. Prostat kambuh

    g. Pembedahan prostat pada BPH apapun caranya, tidak membuang

    seluruh jaringan prostat, karena itu ada kemungkinan jaringan

    prostat hiperplasi lagi. (6).

    43

  • 7/28/2019 Irwan Punya Retensi Urine & BPH

    44/44

    166. Daftar Pustaka

    167. Mansyur Arif, dkk ; Kapita Selekta Kedokteran, 'Bedah Urologi', edisi

    III jilid 2. FKUI, Jakarta, 2000: 329-345.

    168. Purnomo B.B ;`Dasar-dasar Urologi edisi kedua', CV Infomedika,

    Jakarta, 2008: 68-87. 192-196.

    169. Sjamsuhidajat R dan Jong WD ;`Buku Ajar Ilmu Bedah', edisi 2,

    Penerbit EGC, Jakarta, 2005: 782-788.

    170. Widjosono Gardjito, dkk ;`Pedoman Diagnosis dan Terapi UPF

    Bedah, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994: 113-115.

    171. Grace Pierce A, dkk; At a Glance Ilmu Bedah, edisi ke III.

    Erlangga, Jakarta, 2006: 60-61. 168-169.

    172. Hardjowijoto Sunaryo Sp.B, Sp.U; BENIGNA PROSTAT

    HIPERPLASI (BPH)

    173. Birowo Ponco, dkk; Pembesaran Prostat Jinak, subbagian Urologi

    bagian Bedah FKUI RS Cipto Mangun Kusumo.

    174. Dwindra, dkk; BPH. FKU Riau - RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,

    Riau.2008.

    175. Soekanto, Ayly, dkk; Ikhtisar kuiah anatomi. FKUWKS, Surabaya,

    2003:70-71.