Iritable Bowel Syndrome Pendahuluan Irritable bowel syndrome (IBS) adalah suatu penyakit fungsional gastrointestinal (termasuk fungsional dispepsia) dan mempunyai sifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau sensasi tidak nyaman pada abdomen, fibromyalgia, nyeri panggul kronis, interstitial cystitis, kembung dan perubahan kebiasaan buang air besar adalah salah satu sindrom yang paling umum dilihat dalam pencernaan dan penyedia perawatan primer, dengan prevalensi di seluruh dunia dari 10 sampai 15%. (4,6) Perubahan psikologis dan fisiologis adalah hal yang mendasari penyakit ini dalam mempengaruhi regulasi system gastrointestinal, persepsi visceral dan integritas mukosa. Onset IBS tidak di pengaruhi oleh faktor psikologis karena IBS bukan kelainan psikiatrik atau psikologis, tetapi faktor psikologis dapat berperan penting dalam persistensi dan berat keluhan abdomen. (1,4) Dengan tanpa adanya penyebab organ terdeteksi, IBS disebut sebagai gangguan fungsional, dan dapat di definisikan oleh kriteria diagnostic berdasarkan manifestasi klinis yang dikenal sebagai “Kriteria Rome” yang terdiri dari Rome i, Rome ii, Rome iii dan terdapat pula kriteria Manning. (1,6) Epidemiologi Prevalensi IBS di dunia menurut Emeran A.Mayer tahun 2008 menunujukkan sekitar 10 – 15 % masyarakat di dunia terkena IBS.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Iritable Bowel Syndrome
Pendahuluan
Irritable bowel syndrome (IBS) adalah suatu penyakit fungsional gastrointestinal
(termasuk fungsional dispepsia) dan mempunyai sifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau
sensasi tidak nyaman pada abdomen, fibromyalgia, nyeri panggul kronis, interstitial cystitis,
kembung dan perubahan kebiasaan buang air besar adalah salah satu sindrom yang paling umum
dilihat dalam pencernaan dan penyedia perawatan primer, dengan prevalensi di seluruh dunia
dari 10 sampai 15%. (4,6)
Perubahan psikologis dan fisiologis adalah hal yang mendasari penyakit ini dalam
mempengaruhi regulasi system gastrointestinal, persepsi visceral dan integritas mukosa. Onset
IBS tidak di pengaruhi oleh faktor psikologis karena IBS bukan kelainan psikiatrik atau
psikologis, tetapi faktor psikologis dapat berperan penting dalam persistensi dan berat keluhan
abdomen. (1,4)
Dengan tanpa adanya penyebab organ terdeteksi, IBS disebut sebagai gangguan fungsional, dan
dapat di definisikan oleh kriteria diagnostic berdasarkan manifestasi klinis yang dikenal sebagai
“Kriteria Rome” yang terdiri dari Rome i, Rome ii, Rome iii dan terdapat pula kriteria Manning.
(1,6)
Epidemiologi
Prevalensi IBS di dunia menurut Emeran A.Mayer tahun 2008 menunujukkan sekitar 10
– 15 % masyarakat di dunia terkena IBS. Hanya 25-50% masyarakat dengan gejala nyeri perut
(sedang-berat) mencari perawatan medis. IBS terutama terjadi antara usia 15 dan 65. Presentasi
pertama pasien ke dokter biasanya dalam kelompok usia 30-50 tahun (6,7).
Gejala IBS (atau gejala gastrointestinal fungsional terkait lainnya) sering pada masa
kanak-kanak; estimasi prevalensi IBS pada anak-anak adalah mirip dengan orang dewasa. Rasio
perempuan-pria adalah 2: 1 di sebagian besar sampel berdasarkan populasi dan lebih tinggi di
antara orang-orang yang mencari perawatan kesehatan. Gejala-gejala seperti IBS berkembang di
sekitar 10% dari pasien dewasa setelah infeksi enterik bakteri atau virus(6).
Prevalensi IBS meningkat di negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, terutama di negara-
negara dengan ekonomi berkembang. Perkiraan prevalensi IBS (menggunakan kriteria diagnostik
Roma II) bervariasi di kawasan Asia-Pasifik. Prevalensi dilaporkan termasuk 0,82% di Beijing,
5,7% di Cina selatan, 6,6% di Hong Kong, 8,6% di Singapura, 14% di Pakistan, dan 22,1% di
Taiwan. Sebuah penelitian di Cina menemukan bahwa prevalensi IBS seperti yang didefinisikan
oleh kriteria Roma III di klinik rawat jalan adalah 15,9% (7).
Klasifikasi
Berdasarkan kriteria Rome iii dan karakteristik feses pasien IBS dapat di klasifikasikan menjadi
(7):
IBS dengan Diare (IBS-D)
- Feses lembek/cair ≥25% waktu dan feses padat/bergumpal <25% waktu
- Lebih umum ditemui pada laki-laki
- Ditemukan pada satu pertiga kasus
IBS dengan konstipasi (IBS-C)
- Feses padat/bergumpal ≥25% dan feses lembek/cair <25% waktu
- Lebih umum ditemui pada wanita
- Ditemukan pada satu pertiga kasus
IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
- Feses padat/bergumpal dan lembek/cair ≥25% waktu
- Ditemukan pada satu pertiga kasus
Berdasarkan gejala klinisnya klasifikasi lain dapat di gunakan (7):
Berdasarkan gejala:
- IBS predominan disfungsi usus
- IBS predominan nyeri
- IBS predominan kembung
Berdasarkan faktor pencetus:
- Post-infectious (PI-IBS)
- Food-induced
- Berhubungan dengan stress
Etiologi dan Patofisiologi
Banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya IBS seperti riwayat
keluarga ,gangguan motilitas, abnormalitas neurotransmitter, intoleransi makanan, faktor
psikososial, hipersensitivitas visceral dan pasca infeksi usus (1,5)
a. Riwayat keluarga dan genetik
Dokter telah lama menyadari bahwa riwayat keluarga IBS adalah nilai dalam
menegakkan diagnosa. Adanya IBS dalam keluarga tak bisa lepas dengan adanya riwayat
keluarga. Keluarga terutama yg langsung contohnya ayah, ibu, adik, maupun kakak
mempunyai resiko 2 kali lebih besar terkena IBS jika di keluarganya mempunyai riwayat
IBS sebelumnya. Namun beberapa penelitian tidak bsa menbedakan antara pengaruh
genetik dan faktor lingkungan (5).
Sedangkan peran faktor genetic pada IBS ditunjukkan pada beberapa penelitian.
Anggota keluarga yang terkena IBS mempunyai keluhan gastrointestinal yang sama. IBS
lebih rentan pada kembar monozigot daripada kembar dizigot. Hal ini di karenakan
karena adanya gangguan regulasi akibat polimorfisme genetic pada SERT (Serotonin
Reuptake Transporter) yang merupakan peran genetik penting dalam IBS (1)
b. Ganguan motilitas Gastrointestinal
Perubahan motilitas lambung
Perubahan motilitas lambung pada sebagian pasien IBS yaitu terjadinya
pengosongan lambung yang tertuda, terutama zat padat. Ini terutama terlihat pada
pasien dengan konstipasi atau mereka yang mempunyai gejala dispepsia.
Terganggunya pengosongan lambung berkorelasi dengan kurangnya peningkatan
postprandial di electrogastrography (EGG) amplitudo (r = 0,8; p, 0,005).
Selanjutnya, emosi seperti marah dapat menekan kontraktilitas antrum.
Kelainan motilitas usus kecil
Sementara berbagai kelainan aktivitas motorik usus kecil telah dibuktikan di IBS
dalam kondisi studi, tidak ada tanda khusus untuk kondisi tersebut. Gangguan
motorik usus kecil dilaporkan meliputi: peningkatan frekuensi dan durasi
kontraksi usus, peningkatan frekuensi migrating motor complex (MMC),
kontraksi duodenum dan jejunum, dan respon motorik berlebihan terhadapt
makanan yang di konsumsi, distensi ileum, dan cholecystokinin (CCK) (5).
c. Ketidakseimbangan Neurotransmitter
Neurotransmitter yang sangat penting yaitu serotonin yang dapat mengakibatkan
gangguan psikis maupun gangguain gastrointestinal. Lokasi serotonin 5% pada susunan
saraf pusat dan paling banyak pada saluran cerna yaitu sekitar 95% pada sel
enterokromaffin, saraf, selmast dan sel otot polos. Serotonin sangat penting dalam
perannya yaitu mengatur sekresi, motilitas dan keadaan sensori pada saluran cerna
melalui aktivasi sejumlah reseptor pada saluran cerna.
Sedangkan neurotransmitter lain yang memiliki peran penting contohnya,