Top Banner
INTRUSI AIR LAUT Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan penyebaran penyusupa n/intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi. Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki  piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antar a air laut dan airtanah.
10

Intrusi Air

Apr 07, 2018

Download

Documents

Asus Rog
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 1/10

INTRUSI AIR LAUT

Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan dilihat

secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya

berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan danerosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak,

sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa

akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama

pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasan

pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik

secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk

kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini

perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah

ada pengaruh eksploitasi.

Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut

Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan mudah

mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan

sebab airtanah memiliki  piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga

terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut

merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.

Page 2: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 2/10

 

Gambar 2. Kondisi Interface yang Alami dan Sudah Mengalami Intrusi

Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan u pconning.

Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam

airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface.

Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin

sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di

dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan  piezometric airtanah lebih tinggi

daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah

dari daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehinggatidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang

menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan

batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses

intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila

intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi

dipakai untuk keperluan sehari-hari.

Page 3: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 3/10

Menurut konsep Ghyben Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali tinggi muka

airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat perbedaan berat jenis antara air

laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm

3).

sehingga didapat nilai z = 40 hf 

keterangan:

hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)

z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)

s = berat jenis air laut (g/cm3)

f = berat jenis air tawar (g/cm3)

Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada

sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai, interface dalam

keadaan horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila

pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap

berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.

Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi kimia airtanah. Perubahan ini terjadi

dengan cara

1.  Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer.

2.  Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam lemah lain.

3.  Terjadi pelarutan dan pengendapan.

Revelle menggunakan nilai rasio antara klorida dan bikarbonat untuk mengevaluasi adanya

intrusi air laut. Penggunaan klorida dikarenakan klorida merupakan ion dominan pada air laut

dan bikarbonat merupakan ion dominan pada air tawar.

Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan bila nilai

rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil.

Page 4: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 4/10

Di tahun 1960 an, investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia dengan mengambil

sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya berdasarkan piezometric level . Saat ini metode

geofisika lebih penting dan akurat digunakan untuk investigasi intrusi air laut. Perolehan data

lebih cepat dengan teknik drilling.

Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air laut. Zat cair

memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh gerakan ion. Gerakan ion dapat

diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas sangat bergantung pada temperatur. Pengukuran

terhadap kedua variabel tersebut merupaka faktor penting untuk mendeteksi perilaku zona

transisi dan interface antara air asin dan air tawar. Menggunakan Solinst Model 101 Water

Level dengan penyelidikan P4, C4 Cond uctivity Sleeve dan T4 Temperat ure Sleeve, salinitas

dapat diestimasi melalui pembacaan konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang

sama. Sebagai contoh, pembacaan konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi

salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat digunakan untuk

melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka air tawar.

Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut, diantaranya well logging,

dating, isotope techniques and chemical analysis of groundwater samples; classification of 

groundwater samples; classification of groundwater; research into the interaction between

aquifer matrix and groundwater; and verticle cond uctivity and temperat ureprofiling. 

Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya; 

1. Mengubah Pola Pemompaan

Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan landaian

hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.

Gambar 3. Mengubah Pola Pemompaan

Page 5: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 5/10

2. Pengisian Airtanah Buatan

Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan. Untuk akuifer bebas

dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan

dapat dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.

Gambar 4. Pengisian Airtanah Buatan

3. E  xtraction Barrier  

Ek straction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus

pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya

cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air

laut ke daratan.

Gambar 5. Extraction Barrier

4. Injection Barrier  

Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak

di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur tersebut, akan

berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke daratan.

Page 6: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 6/10

 

Gambar 6. Injection Barrier

5. Subsurface Barrier  

Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat

semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.

Gambar 7. Subsurface Barrier

Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

y  Aktivitas manusia

y  Faktor batuan

y  Karakteristik pantai

y  Fluktuasi airtanah di daerah pantai

Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumberdaya air tanpa mempertimbangkan

kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas

manusia yang berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air

tanah ( pumping well ) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.

Page 7: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 7/10

Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, apabila batuan

penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam airtanah.

Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode.

Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi

akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi.

Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga

mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya

yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin

dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya

materialnya berupa pasiran.

Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus. Pengendalian intrusi

air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode pengendalian memungkinkan untuk

dilakukan.

Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove

dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistem penyangga

kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut,

memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan

yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi

di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap

musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat menghambat kecepatan dan memecah tekanan

terpaan angin yang menuju ke pemukiman penduduk.

Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi pada

kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah rendah maka air laut akan

mudah untuk menekan airtanah dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya

tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.

Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas manusia

pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk aktivitas manusia pada

daerah tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap

lingkungan.

Page 8: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 8/10

Sumber:

Purnama, S. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi, UGM.

Redwood, Jason. . Pump / Recharge Rate Affect Saltwater Intr usion. Groundwater 

Management, Monitoring and Conservation Keep Intr usion Undercontrol , diakses dari

www.solinst.com, diakses tanggal 29 November 2007.

USGS. 2007. Geological Interpretation of Bathymetric and Back scatter Imagery of the Sea Floor 

Off E astern Cape Cod, Massachusetts, diakses dari www.usgs.gov, diakses tanggal 29 November

2007.

Page 9: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 9/10

KUALITAS AIR: Dulu, Sekarang dan yang akan Datang

Pemahaman tentang kualitas air yang terjadi dimasyarakat pada umumnya hanya didasarkan

pada penilaian secara fisik. Pemahaman demikian tak seluruhnya keliru, mengigat pengalaman

kakek-nenek mereka dahulu yang menilai kualitas air berdasarkan indera. Bahkan,mengonsumsi air secara langsung dari suatu sumber bukanlah sesuatu yang perlu untuk

dikhawatirkan.

Tak usah jauh-jauh, sekitar 30 tahun lalu, di daerah Timepa Adauwo, Kabupaten Dogiyai

Papua, masyarakat (termasuk penulis), masih mengonsumsi air secara langsung langsung (air

mentah) yang mengalir melalui sebuah bambu dari mata air di dekat sungai. Rasanya luar biasa,

sejuk dan menyegarkan!

Pertanyaannya, masih relevankah hal tersebut dilakukan sekarang? Jelas tidak! Sudah

ditanamkan dibenak sejak di bangku TK/SD bahwa air yang diminum harus dimasak lebih dulu,

dan nampaknya indikasi tentang pemahaman hygiene makanan/minuman sudah lebih baik

dibanding dahulu. Tetapi disisi lain, pemahaman tentang perlunya pengolahan air sebelum di

konsumsi, seolah ingin menegaskan sudah terjadi degradasi kualitas air, bahkan sudah sangat

mengkhawatirkan.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air,

Pengolongan air menurut peruntukannya masih mencatumkan kualitas air golongan A, yaitu air

yang langsung dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih

dahulu. Tetapi PP ini diganti dengan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dimana dalam PP ini, kualitas air yang langsung dapat diminum sudah tidak ada lagi. Klasifikasi

air yang berkaitan dengan air untuk konsumsi, menurut PP ini masuk dalam kelas 1 yang

merupakan air dengan kualitas tertinggi. Itupun hanya dinyatakan sebagai air yang

peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air minum, dan peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan air tersebut

Kalimat yang tertuang pada PP No. 82 tahun 2001 untuk klasifikasi air kelas I, mengindikasikan

bahwa pengolahan air mutlak diperlukan sebelum dapat diminum.

Apakah ini berarti saat sekarang sumber air bahkan mata air sekalipun, dibumi Indonesia ini

sudah tidak ada yang layak alias terjamin kualitasnya? Tampaknya memang demikian.

Peningkatan jumlah penduduk diikuti peningkatan berbagai kebutuhan hidup, tak hanya

memicu eksploitasi sumber daya alam namun juga menambah jenis dan kualitas bahan

buangan itu selama ini dibuang?

Ke tanah dan badan-badan air! Karena itu tidak usah heran kalau kualitas air sungai sekarang ini

Page 10: Intrusi Air

8/6/2019 Intrusi Air

http://slidepdf.com/reader/full/intrusi-air 10/10

sudah menyerupai air limbah. Akhir-akhir ini berita tentang pencemaran sungai maupum air

tanah sudah sering muncul baik dimedia cetak maupun elektronik.

Sebagai contoh beberapa berita yang biasa dilihat untuk mengambarkan kualitas sumber air

yang ada di Indonesia saat ini,pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan 33 Propinsi tahun

2004 dengan frekwensi pengambilan sampel sebanyak dua kali dalam setahun.

Hasil pemantauan parameter DO, BOD, COD, fecal coli dan total coliform mayoritas sudah tidak

memenuhi kriteria mutu air kelas I menurut PP 82 Tahun 2001. Untuk parameter biologi fecal

coli dan total coliform dapat dikatakan bahwa mayoritas sungai yang terdapat di kota pada

penduduk seperti di pulau Jawa cenderung lebih tercemar oleh bakteri tersebut, seperti sungai

progo (Jateng dan Yogyakarta), Sungai Ciliwung (Jakarta), sungai citarum (Jawa Barat) sungai

kali Nabire (Papua), dan sungai Kali APO ( Kodya Jayapura ) Papua dan sungai-sungai yang lain di

Indonesia, kualitas air sumur di Papua menurun drastic.

Saat ini, hampir semua sumur penduduk sudah tercemari oleh bakteri Coli yang merugikan

kesehatan manusia Bakteri Coli itu sendiri dipastikan berasal dari kotoran manusia (tinja) yang

meresap kedalam air sumur. Proses peresapan tinja kedalam air sumur terjadi karena jarak

antara tempat pembuangan (septic tank) dengan sumur sangat berdekatan. Penelitian yang di

lakukan pada beberapa wilayah Papua menunjukkan kandungan bakteri Coli pada air sumur

penduduk sudah melebihi ambang batas dan terus mengalami peningkatan, dengan kandungan

bankteri Coli antara 400-2.000 per milliliter air.

Kegiatan industri yang selama ini menjadi sorotan utama penyebab turunya kualitas sumber airmungkin perlu dipertanyakan lagi, sebab dari kondisi yang digambarkan diatas, tampaknya

  justru limbah domestic dalam hal ini adalah limbah rumah tangga mempunyai potensi

pencemar yang tidak biasa dianggap enteng. Di daerah perkotaan orang membuang limbah

rumah tangga ke saluran drainase dan sungai.

Sementara di daerah pedesaan limbah dibuang ke pekarangan atau sungai. Kondisi ini

diperparah dengan sisa penggunaan pestisida dan sejenisnya (B3) yang berlebihan pada

aktivitas pertanian dan kegiatan lainnya yang kemudian mengalir ke sungai. Keadaan ini pada

akhirnya akan menurunkan kualitas air permukaan maupun air tanah.

Disisi lain sumber-sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin langka atau

mengalami kemerosotan, baik jumlah maupun kualitasnya, sehingga menimbulkan krisis air

diberbagai daerah. Bahkan saking terbatasnya ketersediaan air, untuk memenuhui kebutuhan,

kualitas air sudah tidak menjadi perioritas utama. (Sumber : Kabar Indonesia Derek Mote)