INTISARI HUKUM ACARA PERDATA & GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK Disusun dalam rangka pelaksanaan small class pada Rangkaian Pelatihan Peradilan Semu (RPPS) Fakultas Hukum Universitas Udayana 2016
INTISARI HUKUM ACARA PERDATA
& GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK
Disusun dalam rangka pelaksanaan small class pada Rangkaian Pelatihan Peradilan Semu (RPPS)
Fakultas Hukum Universitas Udayana
2016
Arahan Materi
• Konsep Hukum Acara Perdata
• Pengaturan Gugatan Class Action
• Konsep Gugatan Class Action
• Karakteristik Gugatan Class Action
• Syarat/Prosedur Pengajuan Gugatan Class Action
• Potensi Pengembangan Kasus Class Action
SISTEMATIKA MATERI HUKUM ACARA PERDATA
• Pendahuluan
• Tindakan Persiapan Sebelum Sidang
• Pemeriksaan Dalam Sidang
• Pembuktian
• Putusan
• Upaya Hukum (Biasa)
• Upaya Hukum (Luar Biasa)
• Eksekusi
Irisan Materi
1. Pendahuluan
• Pengertian*
• Sumber Hukum Acara Perdata*
• Asas-Asas Hukum Acara Perdata
• Susunan Badan Kekuasaan Pengadllan
• Kompetensi*
• Pejabat dilingkungan Badan Perdilan
2. Pemeriksaan Sebelum Sidang
• Perbedaan Gugatan dan Permohonan
• Isi Gugatan*
• Gugatan Tertulis dan Gugatan Lisan
• Penggabungan
• Tindakan Menjamin Hak
• Gugatan Perwakilan
3. Pemeriksaan Dalam Sidang
• Pemanggilan Secara Patut
• Acara Istimewa
• Mediasi Litigasi
• Perdamaian
• Perubahan dan Pencabutan Gugatan
• Jawaban Gugatan
• Replik Duplik
• Mengikutsertakan Pihak Ketiga
• Alur Proses Persidangan Perdata *
4. Pembuktian
• Pengertian
• Beban Pembuktian
• Alat-Alat Bukti*
5. Putusan
• Pengertian Putusan
• Sistematika Putusan
• Asas-Asas Putusan
• Jenis-Jenis Putusan
• Kekuatan Putusan
6. Upaya Hukum
• Upaya Hukum Biasa
• Upaya Hukum Luar Biasa
7. Pelaksanaan Putusan Pengadilan
• Jenis-Jenis Eksekusi
• Perlawanan Terhadap sita eksekusi
• Pelaksanaan Eksekusi
Pendahuluan
• Pengertian Hukum Acara Perdata*
• Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata*
• Kompetensi Pengadilan*
Pengertian
• DENGAN MEMBEDAKAN HUKUM DARI SEGI FUNGSINYA
HUKUM MATERIIL ?
HUKUM FORMIL ?
HUKUM MATERIIL = Hukum, baik tertulismaupun tidak tertulis yang mengaturpergaulan hidup manusia dalammasyarakat
HUKUM FORMIL = aturan hukum untukmelaksanakan/menegakkan kaedah hukummateriil
Hubungan Hukum Perdata Formil dengan
Hukum Perdata Materiil
Hukum Perdata Formil tidak akan ada artinya tanpa Hukum Perdata Materiil
Hukum Perdata Materiil tidak akan dapat berfungsi dengan baik tanpa bantuan
Hukum Perdata Formil
Hukum Acara PerdataPeraturan hukum acara perdata
Mengatur bagaimana caranya mengajukan perkara kepengadilan,
Bagaimana caranya pihak tergugat mempertahankan diri,bagaimana hakim memeriksa dan memutus perkara sehinggamencerminkan keadilan,
Apa yang harus dilakukan pihak yang tidak puas denganputusan pengadilan,
Bagaimana cara melaksanakan putusan sehingga apa yangmenjadi hak pihak yang dimenangkan menurut huikum benar-benar dapat dinikmati
Sumber Hukum Acara Perdata
– HIR / Herziene Indonesisch reglement =Berlaku untuk Pulau Jawa dan Madura
– R.Bg/ Reglemen Buitengenwesten=Berlaku untuk diluar Pulau Jawa dan Madura
– RV / BRV/ Reglement op de Burgelijk rechtvordering=Hukum Acara Perdata yang hanya berlaku untuk golongan Eropa
– RO = tentang organisasi kehakiman
– BW (KUHPerdata Buku IV)
– Yurisprudensi
– Adat Kebiasaan
– Traktat
– Doktrin Hukum yang sedang berkembang
– PERMA dan SEMA
– Dll
(Tahun 1967 pernah terbentuk Ranc. UU Acara Perdata dari BPHN)
Undang-Undang
UU No. 20/1947 = Acara Perdata dalam pengadilan tinggi
UU. 14/70 jo UU No. 4/2004 = Kekuasaan Kehakiman
UU No. 14/ 1985 jo. UU No. 5/2004 = Mahkamah Agung
UU 2/1985 jo UU No. 8/2004 = Peradilan Umum
UU No. 1/1974 + PP 9/75 dan 10/83 = Perkawinan
Kekuasaan Pengadilan
Kekuasaan = Kompetensi = Kewenangan
• Kompetensi peradilan dibagi menjadi : Kekuasaan Relatif dan KekuasaanAbsolut
• Kekuasaan Relatif : Kekuasaan pengadilan yang satu jenis dan samatingkatannya, misalnya antara Pengadilan Negeri Tabanan denganPengadilan Negeri Denpasar, Pengadilan Agama Badung denganPengadilan Agama Gianyar. (Wilayah Hukum Tertentu) / Wilayah Yuridksi
• Kompetensi relative Kewenangan Nisbi menjawab pertanyaanpengadilan yang mana yang berwenang menerima dan memeriksa suatuperkara diantara pengadilan yang sejenis.
Kekuasaan Absolut (Atributie Van Rechtmacht)
kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenispengadilan atau tingkatan pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenisperkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan lainnya.
• Contoh : pengadilan agama berkuasa atas perkara perkawinan bagimereka yang beragama islam sedangkan bagi yang selain islam menjadikekuasaan pengadilan umum.
Pemeriksaan Sebelum Sidang
• Isi Gugatan*
Isi Tuntutan /Sistematika Gugatan
• Tidak diatur dalam HIR maupun R.Bg
• Pasal 8 no 3 Rv menentukan sedikinya memuat 3 hal :
• Identitas para pihak
• Dalil-dalil tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar sertaalasan –alasan dari pada tuntutan (fundamentum petendi/ posita /dasartuntutan)
• Tuntutan atau petitum
Sedangkan dalam rangcangan undang-undang hukum acaraperdata dalam Pasal 8 ada ditentukan bahwa surat gugathendaklah memuat :
1. Nama, tempat tinggal dan pekerjaan kedua belah pihakyaitu penggugat dan tergugat.
2. Hal-hal yang nyata atau peristiwa-peristiwa yang terjaditerutama dalam hubungan antara penggugat dengantergugat ; hal-hal yang bersifat hubungan hukum antarapenggugat dengan tergugat
3. hal-hal yang diminta oleh penggugat supaya hakim memberikan putusannya.
Identitas Para Pihak
Jati diri atau ciri-ciri masing-masing pihak baik penggugatmaupun tergugat, umur, status perkawinan, pekerjaan sertatempat tinggal masing-masing perlu pula dicantumkan.
Dasar-Dasar Tuntutan
Dasar-dasar tuntutan sebenarnya masih dapat dibagi lagimenjadi dua bagian yaitu :
a. Bagian yang menguraikan mengenai kejadian-kejadian atauperistiwa yang juga disebut dengan duduknya masalah, dan
b. Bagian yang menguraikan tentang hukum hubunganhukum baik antara subyek dengan subyek, ataupun subyekdengan obyek atau hubungan hukum dalam peristiwatersebut.
Tuntutan (Petitum)
Berupa permintaan atau tuntutan atau apa yang diminta olehpenggugat bagaimana nantinya diputus oleh hakim yangsenyatanya dapat dilihat dalam amar putusan
Catatan :
Perumusan petitum harus memiliki korelasi dengan posita tuntutan harus terlebih dahulu didasari dengan uraian posita tanpa itu menyebabkan gugatan dinyatakan tidak dapatditerima bahkan juga bisa ditolak.
PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG
Alur proses pemeriksaan dalam sidang perdata*
• Pembacaan gugatan
• Upaya damai tidak berhasil
• Jawaban gugatan
• Replik
• Duplik
• Pembuktian dari P dan T
• Kesimpulan
• Putusan Hakim
BAGAN :
• Majelis Hakim Pembacaan Gugatan upaya damai Jawaban GugatanReplik Duplik Pembuktian dari P dan T Kesimpulan Putusan Hakim
Mengikut sertakan Pihak Ketiga dalam Proses*
• Mengikut sertakan pihak ketiga dalam proses tidak diatur dalam R.Bg/HIR, namun diatur dalam Rv.
Ada 3 bentuk ikut sertanya pihak ketiga dalam proses yaitu :
• Vriwaring masuknya pihak ketiga atas dasar permohonan tergugat untuk melindungi kepentingan tergugat (diatur dalam Pasal 70-76 Rv)
• Voeginmg masuknya pihak ketiga atas permohonan sendiri untuk masuk dalam perkara yang sedang diproses untuk membela kepentingan salah satu pihak baik penggugat maupun tergugat.
• Tusenkoms masuknya pihak ketiga dalam proses perkara yang sedang berja;an atas keinginan sendiri dan untuk kepentingan sendiri (hal inilah yang disebut dengan interventei)
Alat Bukti
Jenis alat Bukti pada Hukum Acara Perdata*
Hukum Acara Peradilan Perdata
Sesuai dengan ketentuan Pasal 284 R.Bg / 164 HIR dalam hukum acara perdatadikenal adanya 5 alat bukti yaitu :
• Alat bukti tertulis (surat)
• Alat bukti saksi
• Alat bukti persangkaan
• Alat bukti pengakuan
• Alat bukti sumpah
Pasal 1866 KUH Perdata menentukan juga terdapat 5 macam alat bukti dalamhukum acara perdata yaitu :
• Bukti Tulisan
• Bukti dengan saksi-saksi
• Persangkaan-persangkaan
• Pengakuan
• Sumpah
Catatan :
Untuk materi
- Putusan
- Upaya hukum
- Pelaksanaan Putusan
Dibahas lebih lanjut (sementara dianggap clear)
Gugatan Perwakilan Kelompok
Sistematika Materi :
1. Latar Belakang
2. Pengertian
3. Pengaturan
4. Konsep Gugatan Class Action
5. Karakteristik Class Action
6. Syarat Pengajuan Gugatan Class Action
Latar belakang :
Dewasa ini persoalan-persoalan yang merugikan masyarakat dalam jumlahbesar semakin banyak terjadi di masyarakat
Tuntutan atas kerugian yang melibatkan masyarakat dengan jumlahbanyak kemudian dikenal dengan - class action dalam sistem hukumAglo Saxon
Tidak ada diatur dalam hukum acara yang berlaku saat ini baik HIR/R.Bg
Banyak gugatan perwakilan kelompok (class action) yang dilakukan olehmasyarakat selalu ditolak oleh hakim dengan alasan bahwa hukum acaratidak mengatur tentang hal tersebut.
Perkembangan Pengaturan:
Akhirnya class action dimuat dalam beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia seperti : UU lingkungan hidup, UU Kehutanan, UUPerlindungan Konsumen
Namun masih sulit diterapkan karena dalam praktek pengadilan masihmengacu pada HIR / R.Bg yang tidak mengenal gugatan perwakilankelompok
Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No.1 tahun 2002 tentang TataCara Gugatan Perwakilan Kelompok
Dasar Hukum
HIR, Rbg, UU PPLH, UU Perlindungan Konsumen, UU Kehutanan, UU Jasa Konstruksi, Perma No.1 Tahun 2002
Pengertian Gugatan Perwakilan
Suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana 1 orang atau lebi yangmewakili kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri merekasendiri dan sekaligus mewakili kelompok orang yang jumlahnya banyakyang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompokdan anggota kelompok yang dimaksud (Perma No.1 Tahun 2002)
Wakil Kelompok satu orang atau lebih yang menderita kerugian yangmengajukan gugatan mewakilik kelompok
Anggora Kelompok sekelompok orang dalam jumlah banyak yangmenjadi korban (menderita kerugian) yang kepentingannya diwakili
Sub Anggota Kelompok pengelompokan anggota kelompok dalamkelompok kecil berdasarkan perbedaan tingkat penderitaan/kerugian
Karakteristik Class Action
Class Action
gugatan perwakilan jumlah banyak Korban/perwakilan korban mengajukan gugatan kesamaan fakta tuntutan ganti rugi
Gugatan Perdata biasa
Setiap yang dirugikan mengajukan gugatan sendiri-sendiri dengan membuat surat kuasa khusus untuk mempertahankan haknya
Legal Standing Organisasi Lingkungan Hidup
Organisasi lingkungan hidup memiliki hak menggugat ditentukan di AD/ART Sudah diaplikasikan 2 Tahun pengembalian Kondisi Lingkungan Hidup
Gugatan Warga Negara
Warga negara (bukan korban) punya hak menggugat terhadap permasalahan terkait kept.umum tujuan perbaikan aturan Sistem common law Belum diatur di Indonesia Tetapi sudah diterapkan dalam beberapa kasus
Gugatan Class Action
Pasal 3 Perma No.1 Tahun 2002
1. Selain harus memenuhi persyaratan formal surat gugatan dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, surat gugatan perwakilan kelompok harus memuat :
a. Identitas lengkap dan jelas wakil kelompok
b. Definisi kelompok secara rinci dan spesifik walaupun tanpa menyebutkan nama anggota kelompok satu persatu
c. Keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitan dengan kewajiban melakukan pemberitahuan
d. Posita dari seluruh kelompok baik wakil kelompok maupun anggota kelompok yang terindentifikasi dan tidak terindentifikasi yang dikemukakan secara jelas
e. Dapat dikelompokkan beberapa bagian kelompok jika tuntutan tidak sama bersadasarkan sifat dan kerugian
f. Tuntutan tentang ganti rugi harus jelas dan rinci memuat usulan mekanisme distribusi ganti rugi termasuk usulan pembentukan tim panel
Persyaratan Gugatan Class Action
Syarat Formil :
1. Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak
2. Kesamaan fakta dan peristiwa
3. Kesamaan dasar hukum yang digunakan
4. Kesamaan Jenis tuntutan diantara wakil kelompok dengan anggota kelompok
5. Wakil kelompok harus memiliki kejujuran dan kesungguhan melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakili (Kelayakan Perwakilan)
Catatan :
- Untuk Contoh Surat Kuasa, Gugatan, Risalah Mediasi ditampilkan di Slide (Panitia)
- Untuk Alur proses penyelesaian perkara melalui Class Action dibahas lebih lanjut dalam pembahasan “Alur sidang” pada session lanjutan (namun bisa dijelaskan langsung pula bila waktu memungkinkan oleh masing-masing fasilitator)
Sekian
TERIMA KASIH
Alur Kasus Posisi Babak Penyisihan Piala Bulak Sumur III
Posisi Kasus
Jambi sebagian besar masyarakat sangat bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan
setiap tahun kawasan hutan berkurang dengan adanya alih fungsi hutan menjadi Hutan
Tanaman Industri (perkebunan kelapa sawit) Luas Provinsi Jambi 53.435 km2, 2015 luas
kawasan hutan diperkirakan hanya 1.3 juta ha, luas perkebunan kelapa sawit 400.168 ha
dengan nilai produsik 8.198.240 ton per tahun
Michael Handoko Group Tbk /MHG perusahaan induk pengelola kelapa sawit (jalan lubuk
ruso, batanhari jambi) sejak tahun 1998 dipimpin Michael Surya SE MBA Michael
Handoko Group memiliki beberapa anak usaha :
1. PT Tucunan Palm perkebunan kelapa sawit Kab Muaro dan Batanghari Jambi
kedudukan di Jalan yustitia Muara Batanghari Jambi Dipimpin oleh : Safitri Lutfianita
SE MM
2. PT Satya Palm perkebunan kelapa sawit Kedudukan dijalan Sosio Landak Kalbar
Kab Landak dan Melawi Kalbar Dipimpin oleh Anggara Ginting SE MM
3. PT Prima Sawit perkebunan kelapa sawit berkedudukan di Jambi
4. PT Sawit Jaya perkebunan kelapa sawit berkedudukan di Pontianak
*Michael Handoko group Tbk salah satu produsen minyak kelapa sawit mentah terbesar di
dunia dengan rata2 produksi 1 juta ton/tahunnya
Perkembangan Kasus :
Sektor Kelapa Sawit semakin strategis pemerintah mengembangkan bahan bakar alternatif
(BBN) peluang industri kelapa sawit semakin berkembang PT Michael Handoko Grup
menjadi perusahaan besar mendapat penghargaan terkait kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan (peringkat emas/2010-2012)
Tahun 2013 Michael Handoko Gruop mengakuisisi PT Abadi Sawitt Lestari dan anak
perusahaan nya di Kalimantan Barat --> MHG memiliki rencana perluasan usaha kerjasama
dengan pemerintah daerah di Prov Jambi dan Prov Kalimantan Barat
Tahun 2014 PT Tacunan Palm (anak perusahaan I) dengan Pemerintah Kab Merangin Jambi-
-> melakukan kerjasama penanaman kelapa sawit diatas lahan Pemerintah Kab Merangin
yang tidak terpakai dan berada dikawasan lahan gambut 30%hasil produksi diserahkan pada
pemerintah
*dalam pembukaan lahan tersebut PT Tucunan Palm juga melakukan kerjasama penyertaan
modal asing dengan perusahaan Malaysia
Intisari Masalah :
1. Akibat pembukaan lahan tersebut sejumlah habitat satwa rusak LSM Semut Merah
(dibid perlindungan hutan dan satwa liar) menggugat PT Tucunan Palm ke PN Muara
Bulian Selesai dijalur “Mediasi”
2. Awal kerjasama berjalan lancar Februari 2015 akibat adanya banyaknya
permintaan yang harus dipenuhi dalam waktu cepat PT Tucunan Palm tidak
melakukan pembukaan lahan sebagaimana diperjanjian dengan Pemerintah Merangin
dilakukan pembakaran hutan tanpa mengindahkan aturan yang ada
Akibatnya tanah ulayat masy adat yang berada disekitar tanah milik pemerintah Kab
Merangin ikut terbakar asap menyelimuti beberapa daerah disekitar Kab.Merangin
PT Tucunan Palm berkilah terbakarnya lahan karena kelalaian Pemerintah Kab
Merangin dalam mengawasi perkebunan kelapa sawit di Kab Merangin.
Tindakan yang diambil :
Ratusan warga Kab Merangin (termasuk masyarakat adat) yang tinggal disekitar wilayah
gerakan protes kepada MHG Tbk dan PT Tucunan Palm karena masy dirugikan karena tidak
bisa berakifitas akibat kebakaran lahan Tidak ada tanggapan dari MHG dan PT Tucunan Palm
Pada tahun 2016 masyarakat mengajukan gugatan perwakilan kelompok Ke Pengadilan
Negeri Muara Bulian untuk meminta ganti rugi
*Pemerintah hadir sebagai pihak ketiga dalam persidangan perkara tersebut
Point- Point Penting Potensi Analisis Kasus :
Penggugat : Ratuan Masy Kab Merangin (termasuk masyarajat adat) disekitar wilayah (Class
Member) / Perwakilan Masy Kab Merangin (Class Representative)
Tergugat : Tergugat 1 PT Tucunan Palm Direksi (Safitri Lutfianita SE MM)
Tergugat 2 Michael Handoko Gruop Tbk Direksi (Michael Surya SE MBA)
*Tergugat 3 Presiden RI Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
Pemerintah Kab Waringin (Bupati Waringin)
Pihak Ketiga : *Pemerintah Kab Waringin (jenis intervensi apa)
Kompentensi Peradilan : Pengadilan Negeri Muara Bulian Jambi (Ditentukan)
Beberapa pertanyaan sensitive/ kreatifitas kasus :
1. Apakah lokasi pengajuan gugatan sudah sesuai dengan kedudukan pihak-pihak dalam
kasus ? (
2. Siapakah yang mewakili / bertindak sebagai penggugat dalam class action sesuai kasus
(class member dan class representative) ?
3. Dapatkah MHG Tbk ikut digugat (sebagai tergugat) ? dua sisi (konsep badan hukum
dan single economy entity doktrin) dan bagaimana posisi anak perusahaan MHG yang
lain ? apakah terlibat ? bagaimana dengan PT yang diakuisisi ?
4. Bagaimana posisi pemerintah dalam kasus yang didalamnya terdapat pelanggaran
perjanjian kerjasama oleh pihak swasta? Apakah dapat dijadikan pihak tergugat karena
terdapat kelalaian mengawasi ? Apakah hanya intervensi ? apa ada upaya hukum
lainnya yang dapat dilakukan pemerintah diluar kasus ?
5. Dalam pembukaan lahan tersebut PT Tucunan Palm juga melakukan kerjasama
penyertaan modal asing dengan perusahaan Malaysia ? bagaimana pengaturannya dan
apa konsekuensinya terhadap kasus ?
6. Bagaimana menentukan besarnya kerugian untuk jenis kasus seperti diatas ?
7. Bagaimana membuktikan PT Tucunan Palm bersalah dalam kasus diatas ? apa yang
dapat dijadikan landasan/dasar penguat masing-masing pihak (konsep yang dapat
dipertentangkan)
8. Adakah potensi konsekuensi lain (tuntutan lain) yang dapat diajukan oleh penggugat
dengan mekanisme class action selain permintaan ganti kerugian ?
9. Kreasi dapat diambil dibeberapa segmen : legal standing penggugat, penentuan
tergugat, penentuan posisi pemerintah, pembuktian keterlibatan tergugat, notifikasi,
penyertaan modal asing, penentuan besarnya ganti rugi dll ?
bahan small class RPPS April 2016 Novarisna pg. 1
SESI II
BERKAS SIDANG & ALUR SIDANG
a.PROSES MEDIASI (RISALAH HASIL MEDIASI) (YH, 159)
Dalam Pasal 6 Perma diatur perihal penyelesaian melalui perdamaian; “Hakim berkewajiban
mendorong para pihak untuk menyelesaiakan perkara dimaksud melalui perdamaian baik pada
awal persidangan maupun selama berlangsungnya pemeriksaan perkara.
hakim wajib menawarkan perdamaian, jika dari proses mediasi litigasi tsb para pihak setuju
untuk berdamai maka hakim dapat mencarikan medoator/
hal. 160 YH
b. GUGATAN
Gugatan adalah surat yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat yg menuntut tuntutan hak
yg didalamnya berisi perkara> dlm gugagatan ini produk hukum yg dihasilkan adl putusan
hakim.
Permohonan adalah suatu surat permohonan yg didalamnya berisi tuntutan hak perdata yg
didalam kepentingannya itu bukan suatu perkara.
RUU HAPer Pasal 1 angka 2, gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengkta dan
diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan.
ciri-ciri gugatan:
perselisihan hukum yg diajukan ke pengadilan
sengketa terjadi diantara para pihak, min. diantara 2 pihak
brsifat partai dgn komposisi yg satu brkedudukan sbg penggugat & pihak lain sebagai
tergugat.
Bentuk gugatan:
tertulis (Ps 118HIR/142Rbg),
lisan ((Psl 120 HIR/144Rbg) > bila penggugat buta huruf, gugatannya dpt dimasukkan
dgn lisan kpd Ketua PN yg mncatat gugatan. dewasa ini gugatan lisan sudah tidak lazim
lagi, bhkan mnrut yurisprudensiMA tgl 4-12-1975 No. 369 K/Sip/1973 orang yg
menerima kuasa tidak diperbolehkan mengajukan gugatan scra lisan.
syarat sahnya suatu gugatan:
1.syarat formal meliputi: tempat & tgl pembuatan surat gugatan; materai; ttd
2.syarat substansial:
1. identitas para pihak:nama lengkap, umur/ ttl, pekerjaan, domisili;
2. posita: dalil2 ttg adanya hubungan yg mjdi dasar pengajuan suatu gugatan perdata, scr
garis besar terbagi mjdi 2: 1) uraian ttg kejadian yg mrupakan pnjelasan ttg duduknya
perkara 2). uraian ttg hukum yg merupakan pnjelasan ttg hub hukum sbg dasar yuridis
pengajuan suatu gugatan perdata.
bahan small class RPPS April 2016 Novarisna pg. 2
(posita harus mnguraikan objek, perkara, fakta2 hukum kualifikasi perbuatan tergugat)
3. petitum/ tuntutan: apa yg diminta oleh penggugat /diharapkan diputuskan oleh hakim.
Pendaftaran surat gugatan, selanjutnya aka nada jawaban atas gugatan
c. JAWABAN ATAS GUGATAN (EKSEPSI)
Jawaban tergugat atas gugatan dapat berupa “pengakuan”, “bantahan” dan dapat pula berupa
“tangkisan” (eksepsi).
Pengakuan adalah jawaban yang membenarkan isi gugatan, artinya apa yang digugatkan
terhadap tergugat diakui kebenarannya. Jika tergugat dalam jawaban pertama mengakui, maka
dalam jawaban berikutnya tergugat tetap terikat dengan pengakuan itu dan tidak dapat
menariknya kembali.
Bantahan adalah pernyatan yang tidak membenarkan atau tidak mengakui apa yang digugatkan
terhadap penggugat, bantahan harus disertai alasan-alasan apa sebabnya tergugat membantah
gugatanya penggugat.
Apabila jawaban gugatan tidak mengakui dan tidak membantah, melainkan hanya
menyerahkan semuanya kepada kebijaksanaan hakim, maka jawaban yang demikian disebut
dengan “Referte”. Referte ini tidak boleh disamakan dengan pengakuan, sehingga jika gugatan
tersebut dikabulkan, maka tergugat masih berhak untuk mengajukan bantahan di tingkat akhir.
Tangkisan (eksepsi) adalah jawaban tergugat yang tidak menyinggung pokok sengketa, tetapi
semata-mata bertujuan agar pengadilan tidak menerima gugatan yang diajukan penggugat
tersebut, misalnya:
Eksepsi tentang hak wewenang mengadili;
Eksepsi tentang kadarluarsa (lewat waktu) penuntutan;
Eksepsi tentang sudah pernah diputusnya perkara dengan suatu putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap “nebis in idem”.
d. REPLIK (TANGGAPAN ATAS JAWABAN GUGATAN)
Yang dimaksud Replik adalah jawaban yang diajukan secara tertulis oleh penggugat atas
jawaban dari tergugat.
e. DUPLIK (TANGGAPAN ATAS TANGGAPAN JAWABAN)
Duplik adalah jawaban kedua dari pihak tergugat setelah ada replik dari pihak penggugat.
adalah jawaban tergugat atas replik penggugat yg intinya membantah dalil2 penggugat dlm
repliknya serta menguatkan kembali dalil-dali tergugat dalam jawabannya.
bahan small class RPPS April 2016 Novarisna pg. 3
f. PUTUSAN SELA
Putusan sela merupakan putusan yang belum menyinggung mengenai pokok perkara yang terdapat
didalam suatu dakwaan. Dalam hal ini berkaitan dengan suatu peristiwa apabila terdakwa atau
penasihat hukum mengajukan suatu keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili
perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan.
Berdasarakan Pasal 185 ayat 1 HIR/ Pasal 196 ayat 1 Rbg, sekalipun harus diucapkan dalam persidangan,
tidak dibuat secara terpisah, tetapi ditulis dalam acara berita persidangan. Demikian halanya juga
ditegaskan dalam Pasal 190 ayat 1 HIR/ Pasal 120 ayat 1 Rbg, menentukan bahwa putusan sela hanya
dapat dimintakan banding bersama-sama dengan permintaan banding terhadap putusan akhir saja.
Dalam praktiknya di pengadilan, pada pokoknya putusan sela dapat dibagi sebagai berikut
PUTUSAN PREPATOIR
Putusan prepatoir adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim guna mempersiapkan dan mengatur
pemeriksaan perkara. Sifat dasar dari putusan prepatoir adalah tidak mempengaruhi pokok perkara itu
sendiri. Misalnya putusan yang menetapkan bahwa gugat balik (gugatan dalam rekonvensi)
PUTUSAN INTERLUKOTOIR
Putusan interlukotoir adalah putusan sela yang dijatuhkan oleh hakim dengan amar yang berisikan
perintah pembuktian dan dapat mempengaruhi pokok perkara. Misalnya putusan yang berisi perintah
untuk memberikan keterangan ahli, putusan tentang beban pembuktian kepada salah satu pihak agar
membuktikan suatu putusan dengan amar memerintahkan dilakukan pemeriksaan setempat
(descente).
PUTUSAN PROVISIONIL
Putusan provisional adalah putusan yang menetapkan suatu tindakan sementara bagi kepentingan salah
satu pihak yang berperkara (dalam hal ini dihubungkan karena adanya hubungan dengan pokok
perkara). Misalnya dalam perkara perceraian yang sedang diadili oleh Pengadilan Negeri, baik sebagai
penggugat maupun sebagai tergugat, istri mohon izin hakim agar meninggalkan rumah suaminya selama
berlangsung persidangan dan hakim dalam putusan provisional dapat menunjuk rumah dimana istri
harus tinggal (vide: Pasal 212 KUH Pdt atau Pasal 24 PP Nomor 9 Tahun 1979 atau Pasal 77 dan 78
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989)
PUTUSAN INSIDENTIL
Putusan insidentil adalah putusan yang dijatuhkan hakim sehubungan adanya insiden, yang menurut
sIstem RV(Reglement op de Burgelijke Rechtsvordering) diartikan sebagai timbulnya kejadian yang
menunda jalannya perkara. Misalnya ketika pemeriksaan sidang berlangsung salah satu pihak mohon
agar saksinya didengar atau diperkenankan seorang pihak ketiga (interventie) masuk dalam perkara
perdata tersebut dalam bentuk voeging (menyertai) atautussenkomst (menengahi, vide: Pasal 279 –
282) dan bentuk lainnya adalah vrijwaring/ garansi/ penanggungan (vide: Pasal 70- 76 Rv),
g. ALAT BUKTI (PEMBUKTIAN)
bahan small class RPPS April 2016 Novarisna pg. 4
Alat bukti adalah sgala sesuatu yg oleh UU ditetapkan dapat dipakai membuktikan
sesuatu. alat bukti disampaikan dlm persidangan pemeriksaan perkara dlm tahap
pembuktian.
pembuktian adalah upaya yg dilakukan para pihak dlm berperkara untuk menguatkan
dan mebuktikan dalil2 yg diajukan agar dapat meyakinkan hakim yg memeriksa perkara.
alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari:
1. bukti surat: bukti yg berupa tulisan yg berisi ket. ttg suatu peristiwa , keadaan/ hal tttu.
ada 3 macam surat: surat biasa, akta otentik (akta yg dibuat oleh/ dhadapan pjbat yg
berwenang, kkuatan hukumnya sempurna spanjang tdk dpt dibuktikan lain, spt akte
nikah) akta dibawah tangan (akta yg tdk dbuat oleh/dihadapan pjabat yg brwenang,
kkuatan pmbuktian smpurna apabila isi & ttd diakui oleh para pihak
bukti surat yg djadikan alat bukti dfotocopy dlu, lalu dibubuhi materai & dilagalisasi d
kantor pos & ddaftr d kepaniteraan pngadilan untuk dilegalisasi baru dpt diajukan ke
siding pengadilan kpd MH
2. bukti saksi
adl orang yg melihat, mendengar & mengalami sendiri suatu peristiwa. unus testis nulus
testis, shingga 1 saksi harus didukung alat bukti lainnya, kesaksian dr orang lain bukan
mrupakan alat bukti.
yg tdk dpt mjdi saksi:
kluarga sedarah& semenda mnurut kturunan lurus dr salah satu pihak
suami/ istri slh satu pihak, walau telah bercerai
anak2 yg umurnya tidak diketahui dgn benar bhwa mreka telah 15 th
orgil, walaupun kdg ingatannya jelas
3. persangkaan
adl kesimpulan yg ditarik oleh UU/ MH trhadap suatu peristiwa yg terang, nyatam kea
rah peristiwa yg blum terang kenyataannya
adlah kesimpulan yg ditarik dari suatu pristiwa yg sudah trbukti kea rah pristiwa yg blum
terbukti.
ada 2 jenis persangkaan:
persangkaan UU
persangkaan hakim
4. pengakuan
pengakuan thd suatu peristiwa yg didalilkan dianggap telah terbukti adanya peristiwa yg
didalilkan tsb. ada 2 macam pengakuan:
pengakuan d depan sidang: pngakuan yg dberikan oleh slh satu pihak dg
mmbnarkan/mngakui sluruhnya/sbagian sja. mrup.pembuktian yg sempurna
bahan small class RPPS April 2016 Novarisna pg. 5
pengakuan diluar sidang: pengakuan diluar baik scr tertulis/ lisan kekuatan
pmbuktiannya bebas tergantung pd penilaian hakim yg memeriksa.
5. sumpah
adl pernyataan yg diucapkan dgn resmi dan dgn bersaksi kpd Tuhan oleh salah satu pihak yg
berperkara bhwa apa yg dikatakan itu benar
h. KESIMPULAN
adalah kesimpulan-kesimpulan yg dibuat masing-masing pihak sesudah terjadinya jawab
menjawab dan pembuktian sehingga akhirnya dapat diambil suatu kesimpulan .
i.PUTUSAN AKHIR
putusan hakim dapat berupa:
menerima gugatan
menolak gugatan
tidak diterimanya gugatan