PENDAHULUANNyeri adalah mekanisme penting proteksi tubuh yang
muncul apalbila jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu
bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut untuk
menghindari kerusakan lebih jauh.1Berdasarkan International
Association for the study of Pain (IASP) nyeri didefinisikan
sebagai sensasi yang tidak menyenangkan , mengganggu dan
menimbulkan pengalaman emosi akibat adanya kerusakan jaringan atau
yang berpotensi terjadinya kerusakan jaringan atau sesuatu yang
berarti kerusakan.1Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri
itu sendiri. Pengukuran nyeri bersifat subjektif dan diukur dengan
menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai 0 (tidak dirasakan
nyeri pada pasien) hingga 5 (nyeri terburuk yang pernah dirasakan
pasien).2Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan
nyeri kronik. Banyak data yanbg menunjukan bahwa pada nyeri akut
keluhan berhubungan langsung dengan trauma jaringan, berbeda dengan
nyeri kronik yang sulit memperlihatka bukti adanya kerusakan
jaringan sebagai sumber dari rasa nyeri.3Penanganan nyeri
bergantung dari jenis dan derjat rasa nyeri, serta tanggapan pada
obat analgesik. Pemberian dan penggantian obat analgesik dilakukan
secara bertahap. Tahapan digambarkan dengan Jenjang Analgesik
dengan tiga tahap. Langkah pertama mencakup analgesik non narkotik,
misalnya aspirin atau parasetamol. Langkah kedua mnemberi narkotik
lemah, misalnya kodein. Sedangkah pada langkah ketiga diberikan
narkotik kuat, misalnya morfin.4Praktek pengelolaan nyeri tidak
hanya terbatas pada seorang ahli anestesi tetapi juga meliputi
dokter lain seperti dokter praktek dan selain dokter (psikolog ,
ahli urut , akupuntur , hipnosis , dll). Secara jelas, pendekatan
yang paling efektif adalah secara multidisiplin. Untuk dapat
memberikan terapi yang tepat maka perlu pemahaman mengeni
patofisiologi nyeri dan langkah-langkah pemberian terapi
berdasarkan jenis nyeri.
DEFINISIMenurut IASP (International Association of the Study of
Pain) nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris atau
emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang nyata
atau potensi kerusakan jaringan atau yang tergambarkan seperti
itu.3
KLASIFIKASINyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai
kategori yaitu 1. Menurut Penyebabnya : nyeri nosiseptik, nyeri non
nosiseptik.2. Menurut Timbulnya nyeri : nyeri akut dan nyeri
kronis.3. Menurut Derajat nyerinya : nyeri ringan, sedang dan
berat.Menurut Timbulnya Nyeri1. Nyeri akutMerupakan nyeri yang
dialami dibawah 3 bulan. Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai
nyeri yang disebabkan oleh rangsangan noksius karena kerusakan
jaringan , proses penyakit atau fungsi abnormal dari otot atau
organ visera.1Berdasarkan penyebabnya nyeri akut dapat dibagi
menjadi :1.1 Nyeri Somatik LuarNyeri tajam di kutis , subkutis ,
mukosa yang berdurasi pendek , lokalisasi terpusat , tidak menjalar
, biasa disebabkan oleh cidera , laserasi dan suhu panas atau
dingin.
1.2 Nyeri Somatik DalamNyeri tumpul di otot , tulang , sendi ,
jaringan ikat yang lokalisasi terpust , tidak menyebar , tidak
menjalar , biasa disebabkan oleh cedera , iskemia , pergeseran.
1.3 Nyeri ViseralNyeri karena penyakit atau disfungsi organ
dalam. Lokalisasi menyebar , menjalar , biasa disebabkan oleh
distensi , iskemia , spasme.
1.4 Nyeri Alih (reffered pain)Nyeri khusus yang timbul akibat
nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga nyeri dirasakan
pada beberapa lokasi.
2. Nyeri KronikMerupakan nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan.
Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan , kebiasaan dan
lain-lainnya. Bentuk paling umum dari nyeri kronik termasuk di
dalamnya berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal , gangguan
viseral krinik , lesi pada saraf perifer , lesi pada radiks saraf ,
lesi pada ganglion dorsalis (termasuk neuropati diabetikum ,
phantom limbs dan neuralgia post herpetica).1,4,5Berdasarkan
penyebabnya nyeri kronik dapat dibagi menjadi 2 yaitu nyeri
neuropatik dan nyeri psikogenik.1
Nyeri AkutNyeri SomatikSomatik Superfisial
Somatik Dalam
Nyeri Viseral
Nyeri KronikNyeri Neuropatik
Nyeri Psikogenik
Tabel 1. Klasifikasi nyeri akut dan kronik. (dikutip dari daftar
pustaka no.1)Nyeri AkutNyeri Kronik
PenyebabReaksi inflamasi terhadap kerusakan jaringanLesi pada
saraf perifer , radiks atau ganglion dorsalis
Psikologis
Durasi< 3 Bulan
Nyeri berkurang setelah luka membaik> 3 Bulan
Nyeri bertambah meskipun luka membaik
Respon terhadap PengobatanBerespon baik dengan pengobatanRespon
minimal hingga tidak ada respon dengan pengobatan
Kualitas HidupTidak berpengaruh terhadap kualitas hidup secara
jangka panjangBerpengaruh terhadap kualitas hidup secara jangka
panjang
Tabel 2. Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik. (dikutip dari
daftar pustaka no.13)
PATOFISIOLOGIANATOMI JALUR NYERIJalur nyeri dimulai dari jalur
saraf perifer dari kulit melewati dorsal root ganglion menuju ke
dorsal horn, kemudia menjadi tratus spinotalamicus. Saraf aferen
primer mengandung serat AB , Ao dan C akan berakhir di Cornu
Dorsalis pada lamina-lamina tertentu.4,5Meningoreceptors AB
berakhir di lamina III, IV , V , VI dan laminanya terus menuju ke
dorsal columns untuk nyeri tekan. Serat Ao yang mengandung
mechanoreceptors berakhir pada lamina III dan IV yang mengandung
nocireceptors dan cold receptors berakhir di laminal dan V untuk
nyeri tajam yang terlokalisir dengan baik.4,5
Gambar 1 : Anatomi jalur nyeri (dikutip dari daftar pustaka
no.5)Serat C mengandung nocireceptors , thermoreceptors dan
mechanoreceptors berakhir di lamina I dan II untuk nyeri tumpul ,
terbakar dan nyeri tidak terlokalisir dengan baik. 4
Reseptor-reseptor ini diaktifkan oleh adanya rangsangan-rangsangan
dengan intensitas tinggi, misalnya berupa rangsangan termal,
mekanik , elektrik dan rangsangan kimiawi.6,7
PATOFISIOLOGI NYERIBerdasarkan penyebabnya nyeri dibedakan
menjadi nyeri nosiseptif dan non nosiseptif. Pada nyeri niosiseptif
(somatic pain) nyeri berhubungan dengan kerusakan hjaringan
perifer. Rangsangan nosiseptif ditimbulkan oleh mediator nyeri yang
dilepas pada kerusakan jaringan perifer, misalnya nyeri pasca bedah
karena sayatan operasi , luka bakar,dll.4 Sedangkan nyeri non
nosiseptif tidak berhubungan dengan kerusakan jaringan, melainkan
pada disfungsi tau kerusakan pada neuron itu sendiri, mislkan pada
beuropathic diabeticum atau neuralgia post
herpetica.4,8Patofisiologi nyeri dibagi kedalam 4 rangkaian fase
elektrofisiologik yaitu fase transduksi , transmisi , modulasi dan
persepsi.
1. TransduksiKonversi stimulus menjadi impuls listrik terjadi
pada tingkat jaringan yang meradang. Pada fase ini didapatkan
adanya protein transducer spesifik yang diekspresikan dalam neuron
dan dikonversi menjadi stimulus noksious yang menembus membran ,
membentuk depolarisasi dan mengaktifkan terminal perifer.Neuron
transduksi diperankan oleh sutu nosireseptor berupa serabut Ao dan
serabut C yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam mendeteksi
suatu stimulus. Serabut Ao mentransmisikan nyeri tajam dan tusukan,
sedangkan serabut C menghantarkan sensasi berupa sentuhan , getaran
, suhu dan tekanan halus. Walaupun ada perbedaan, kedua serabut ini
memiliki jalur yang sama dalam menghantarkan impuls.9,10Seain dari
peran serabut Ao dan C, disebutkan juga peran dari neuroregulator
yang merupakan suatu substansi yang memberikan efek transmisi
stimulus saraf , biasanya substansi ini ditemukan pada nosireseptor
yaitu akhir saraf dalam kornu dorsalis , medulla spinalis dan pada
tempat reseptor dalam saluran spinotalamik. Neuroregulator ada dua
macam, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator. Neurotransmitter
mengirimkan impuls listrik melewati celah sinaptik antara 2 serabut
saraf dan neuromodulator berfungsi memodifikasi aktivitas saraf dan
mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentransfer secara langsung
siyal saraf melalui sinaps.4,11,12
2. TransmisiPada fase ini terjadi transfer informasi dari neuron
nosiseptif primer ke neuron di kornu dorsalis, selanjutnya ke
neuron proyeksi yang akan diteruskan ke otak. Transmisi ini
melibatkan pelepasan asam amini decarboxic glutamate, juga peptida
seperti substansia P yang bekerja pada reseptor penting di neuron
post-sinaptik. Selanjutnya akan menungkinkan transfer yang cepat
dari input mengenai intensitas , durasi , lokasi dari stimuli
perifer yang berbeda lokasi.Secara umum ada dua cara bagaimana
sensasi dapat mencapai susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus
neospinothalamic untuk nyeri cepat dan traktus neospinothalamic
untuk nyeri lambat.12,13Pada traktus neospinothalamik nyeri secara
cepat ditransmisikan melalui serabut saraf kemudian berujung pada
kornu dorsalis di medulla spinalis dan kemudian bersinapsis dengan
dendrit pada thalamus melalui bantuan neutransmitter. Akson dari
neuron ini kemudian menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain
melalui comisura alba anterior, naik keatas dengan columna
anterolateral yang kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir
pada kompleks ventrobasal dan bersinapsis dengan dendrit pada
korteks somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini dirasakan dalam
waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri tajam , tusuk dan
gores.12,13Pada traktus paleospinotalamik nyeri ditransmisikan ke
serabut C ke lamina II dan III dari cornu dorsalis yang dikenal
dengan substansia gelatinosa. Impuls kemudian dibawa oleh serabut
saraf yang berakhir pada lamina V yang bersinaps dengan neuron yang
bergabung dengan serabut dari jalur cepat, menyebrangi sisi
berlawanan melalui comissura alba. Neuron kemudian berakhir dalam
batang otak dengan sepersepuluh serabut berhenti di thalamus dan
lainnya pada medulla , pons dan substansia grisea sentralis dari
tectum mesencephalon.12,13Traktus Spinoreticular membawa jalur
aferen dan viscerosensorik yang berakhir pada tempat yang berbeda
pada batang otak. Traktus spinomesenchepalik mengandung berbagai
proyeksi yang berakhir pada tempat yang berbeda dalam nukleus
diencephali. Traktus spinolimbic termasuk bagian spinothalamic yang
mencapai kedua bagian lateral dan medial dari hypothalamus dan
kemudian traktus sponoamygdala yang memanjang ke nukleus sentralis
dan membawa signal ke thalamus.10,12
3. ModulasiPada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan
sistem inhibisi dari transmisi berupa analgetik endogen. Konsep
dari sistem ini yaitu berdasarkan suatu sifat , fisiologik dan
morfologik dari sirkuit yang termasuk koneksi antara periaqueductal
grey matter dan nucleus raphemagnus dan formasi retikuler sekitar
dan menuju ke medulla spinalis. Analgesik endogen meliputi opiat
endogen , serotonergik dan noradrenergik.4,12Sistem analgesik
endogen ini memiliki kemampuan menekan input nyeri di kornu
posterior dan proses desendern yang dikontrol oleh otak. Proses
modulasi ini dipengaruhi kepribadian , mnotivasi , pendidikan ,
status emosional dan kultur seseorang.
4. PersepsiFase ini merupakan titik kesdaran seseorang terhadap
nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan adanya suatu nyeri,
maka akan terjadi suatu reaksi yang kompleksi. Persepsi ini
menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudia
individu ini dapat bereaksi.11Fase ini dimulai saat sinyal dari
formatio reticularis dan thalamus dilanjutkan ke area limbik. Area
ini mengandung sel-sel yang bisa mengatur emosi ini. Area ini akan
memproses reaksi emosi terhadap suatu nyeri. Proses ini berlangsung
sangat cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat dihindari.9.12
PENATALAKSANAANJENIS-JENIS OBAT ANTI NYERI
Gambar 2 : target obat analgetik (dikutip dari daftar pustaka
no.7).1. Golongan OpioidOpiat berasal dari biji-bijian opium,
opioid yang berarti mirip opiat (opiatelike) adalah derivat opium
termasuk opium natural dan sintetis. Opioid merupakan obat
penghilang nyeri terkuat, sayangnya masih banyak pemahaman yang
salah mengenai opioid sehingga menyebabkan banyaknya tulisan resep
dokter yang tidak tepat.14Ada 5 grup reseptor opiat yang tersebar
di dalam tubuh (otak , medulla spinalis , saraf perifer , ganglion
, medulla adrenal dan usus). Reseptor yang berbeda akan memberikan
efek farmakologis yang berbeda. Sebagian besar reseptor opioid di
otak berada pada PAG (periaqueductal grey). Stimulasi pada reseptor
ini mengaktifkan serabut desenden yang akan memodulasi
neurotransmitter analgesik endogen (nor epinephrine dan
serotonin).14
2. Golongan Non-OpioidYang termasuk golongan non-opioid adalah
golongan anti inflamasi non steroid , golongan acetaminophen dan
golongan tramadol.142.1 Obat anti inflamasi non steroid
(OAINS)OAINS kerja memalui penghambatan enzim COX yang mencegah
pemecahan asam arakhidonat membentuk prostaglandin (PG).
Prostaglandin akan memicu reaksi inflamasi dan secara langsung akan
mensensitisasi terminal saraf serabut C di perifer terhadap
stimulus termal , mekanis dan kimia. Karena sensitisasi ini maka
mediator kimia seperti bradikinin , histamin akan memberi efek yang
lebih besar terhadap reseptor nyeri.OAINS akan menyebabkan iritasi
lokal pada mukosa lambung secara langsung dan tidak langsung. Dosis
tinggi akan menurunkan sintesis PGE1 dan PGI2 yang berguna
menghambat sekresi asam lambung dan merangsang pembentukan
sito-protektif mukosa intestinal. Karena itu dapat menyebabkan
erosi gaster dan perdarahan gastr sekunder terutama ulcus pepticum,
riwayat perdarahan lambung , alkoholik dan usia lanhjut.
Profilaksis dapat dilakukan dengan pemberian H2 antagonis dananalog
prostaglandin.14
Gambar 3 : jenis obat anti inflamasi non steroid (dikutip dari
daftar pustaka no.5)
2.2 Obat acetaminophenAcetaminophen adalah derivat parasetamol
dan berbeda dengan OAINS karena tidak mempunyai efek anti
inflamasi. Obat ini baik untuk menghilangkan nyeri sedang yang
tidak memerlukan anti inflamasi. Obat ini sering dikombinasi dengan
narkotik (codein).14Cara kerjanya masih belum jelas. Analgesia
disebabkan oleh inhibisi NO dalam medulla spinalis. NO adalah
neurotransmitter yang dirilis pada kornu dorsalis medula spinalis
bila ada aktivasi dari serabut C. Dengan adanya NO pada celah
sinaptik akan terjadi aktivasi neuron traktus spinotalamikus.
Selain itu asetaminophen akan menginhibisi COX di otak, yang akan
menyebabkan efek anti piretik.
2.3 Obat tramadolTramadol menyebabkan analgesik melalui dua
mekanisme yaitu melalui ikatan lemah pada receptor MU karena
merupakan agonis opioid yang lemah dan memudahkan rilis dan
reuptake serotonin atau norepinephrin. Tramadol lebih banyak
diserap melalui gastrointestinal dan parenteral, sehingga efek
samping yang paling sering terjadi adalah mual , muntah dan sakit
kepala.14
2.4 AdjuvanObat adjuvan adalah obat yang digunakan untuk
penanggulangan nyeri walaupun mungkin tidak mempunyai efek
analgetik. Obat ini menghilangkan nyeri sebagai suatu sindrom atau
potensiasi obat analgetika lain. Umumnya obat ini digunakan seiring
perkembangan pengetahuan fisiologi yang mendasari nyeri.15
2.4.1 Obat Anti DepresanObat anti depresan sering digunakan
untuk sindroma nyeri ytang bersifat kronis. Obat anti depresan akan
menginhibisi reuptak amine biogenik kembali ke terminal saraf
sehingga meningkatkan konsentasi dan durasi kerja neurotransmitter
pada sinaps. Neuron serotonergik dan noradrenergik dalam batang
otak akan mengihibisi input serabut C ke medula spinalis. Obat anti
depresan akan mengaktifkan neuron inhibisi dsenden yang juga
daktifkan oleh opioid. Anti depresan akan berpotensiasi dengan
serotonin dan norepinephrin yang dirilis oleh opioid.15
2.4.2 Obat Anti KonvulsanObat anti konvulsan efektif digunakan
untuk penganggulangan sindroma nyeri yang bersifat
intermiten-tajam, neuropatik dan kontinu. Obat yang sering
digunakan adalah golongan carbamazepine , gabapentin dan phenytoin.
Cara kerja obat ini umumnya dengan memblok Sodium Channel yang akan
menekan fokus ektopik dalam otak , karenanya dapat mencegah kejang
dan mengurangi pelepasan fokus ektopik dari cidera saraf perifer
yang diperkirakan merupakan sebab dari nyeri intermiten yang
tajam.15
2.4.3 Obat antagonis alfa-1 dan agonis alfa-2Sistem saraf
simpatis terlibat dalam banyak sindroma nyeri kronis. Terminal
saraf perifer bertindak sebagai reseptor alfa yang menjadi aktif
pada keadaan nyeri neuropatik. Saraf akan melepas norepinefrin yang
menstimuli reseptor ini dan menyebabkan rasa nyeri, Alfa-2 agonis
akan menghambat pelepasan NE. Dengan cara ini obat membuat
simpatektomi.152.4.4 Obat Anti AritmiaObat anti aritmia berguna
dalam penggunalangan sindroma nyeri yang bersifat intermiten-tajam,
tetapi juga untuk nyeri yang bersifat allodinia dan dysesthetik.
Obat yang poaling sering digunakan adalah golongan Bretylium ,
Guanetidin dan Lidokain. Cara kerja obat ini sama seperti anti
konvulsan.15
ALGORITMA OBAT ANTI NYERIDalam menentukan jenis obat yang akan
digunakan perlu dilakukan evaluasi mengenai penyebab nyeri dan juga
evaluasi derajat nyeri. Berikut algoritma penggunaan obat anti
nyeri :
Gambar 4 : algoritma obat anti nyeri (dikutip dari daftar
pustaka no.14)PENATALAKSANAAN NYERI KRONIKMetode pengobatan untuk
pasien dengan nyeri kronis adalah multimodal dan termasuk
penggunaan medikasi nyeri bukan narkotik seperti OAINS, analgetik
opiod, anti depressi, anti konvulsi dan beberapa prosedur
penanganan nyeri. Beberapa prosedur penanganan nyeri yang tersering
adalah terdapat dalam tabel 2. sebagai tambahan , terapi fisik,
evaluasi psikiatrik dan penatalaksanaan, dan penanganan bedah yang
selalu dikoordinasikan melalui klinik nyeri. Dokter nyeri juga
terkait dengan keterlibatan isu-isu perawatan akhir hidup.
ProsedurTargetMekanismeIndikasi Sindrom nyeri
Injeksi steroid epiduralAkar sarafInjeksi steroid untuk
mengurangi inflamasi disekitar akar sarafDiskus herniasi,stenosis
spinal, stenosis foraminal
Blokir cabang medialRamus dorsal cabang medialInjeksi anesetik
lokalTes diagnostik untuk menentukan jika antropati facet penyebab
LBP
Ablasi radiofrekuensiCabang medial divisi posterior dari saraf
spinalDestruksi koagulatif cabang saraf medialIntervensi terapatik
jika antropati facet ditentukan sebagai penyebab low back pain
setelah blokir cabang medial.
Injeksi poin pemacuPoin-poin pemacuBlokir anestetik local
sensasi dari poin pemacuNyeri miofasial
Stimulator saraf tunjangSaraf tunjang kolum posterior1.
Menurunkan input nosiseptif dan hipereksitibilitas melalui
peningkatan neurotransmitter ( seperti GABA dan adenonisin) dalam
nyeri neuropati. 2. Meningkatkan aliran darah koroner melalui
perubahan tonus simpatetikNyeri neuropati,angina, nyeri iskemik
peripheral
Pompa intratekalRuang intratekalMengurangi dosis sistemik
seperti opiod, jadi menurunkan efek sampingPasien dengan nyeri
kanker
Blok neurolitikPleksus keliak, ganglion trigeminal, rantai
simpatetik lumbarDestruksi saraf/pleksus melalui fenol, alcohol
atau RFAPasien dengan perawatan paliatif
Blok ganglion stelatGanglion stelatBlokir eferen saraf
simpatetik dengan anestetik localSindorma nyeri kompleks
regional
Tabel 2 : prosedur non-medikamentosa yang dapat diberikan pada
pasien dengan nyeri kronik (dikutip dari daftar pustaka no.14)
Gambar 5 : Perbedaan penggunaan obat anti nyeri pada pasien
dengan nyeri akut dan nyeri kronik (dikutip dari daftar pustaka
no.15)
KESIMPULANNyeri bukan hanya suatu modalitas sensorik akan tetapi
merupakan pengalamnan. Rasa nyeri merupajkan masalah yang unik,
disatu pihak bersifat melindungi dan di pihak laon merupakan suatu
siksaan. Secara klinis penting untuk membagi nyeri menjadi dua
kategori : nyeri akut dan kronik.Terdapat empat proses patofisioogi
nyeri yang terjadi yaitu transduksi , transmisi , modulasi dan
persepsi. Beberapa serabu aferen yang terlibat adalah serabut AB ,
Ao dan C.Peran ahli anestesi selain diruang operasi juga di dalam
mengelola nyeri akut maupun kronik di klinik maupun di rumah sakit.
Manajemen terapi nyeri merupakan hal yang berkaitan dengan ilmu
lain. Praktek dari terapi nyeri ini tidak terbatas pada ahli
anestesiologi saja melainkan melibatkan disiplin ilmu lain dan
tenaga kesehatan lain baik medis maupun non medis.Manajemen nyeri,
khususnya nyeri kronik melibatkan semua proses pengobatan yang ada,
farmakologis , intervensi diluar farmakologis seperti invernsi
psikologis , tindakan anestesi regional. Tujuan utama dari
manajemen ini untuk mengurangi kesakitan , meningkatkan kualitas
hidup dan terapi paliatif pada pasien dengan nyeri kronis.DAFTAR
PUSTAKA1. Morgan Ge, Mikhail Ms. Pain management. In : Clinical
Anesthesiology. 4th ed. United State of America: McGraw-Hill
Companies, 2006: 359-411.2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997: 760-765.3. Australian and
New Zealand College of Anesthesis and Faculty of Medicine. Chronic
Pain Management. Victoria. Australian Goverment NHMRC,2005: 1-64.
Sidharta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian
Rakyat. 2009: 25-60.5. Anatomi Jalur Nyeri. Available from:
http://physioworks.com.au/FAQRetrieve.aspx?ID=30895#.UO2UdqypIXI.
Diunduh pada tanggal 2 Februari 2014.6. Gede M. Ilmu Anestesia dan
Reanimasi. Denpasar: Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif
Universitas Udayana. 2010: 217-227.7. Soenarjo dkk, Anestesiologi.
Semarang: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran UNDIP/RSUP Kariadi; 2010: 295-305.8. Rasa Nyeri.
Available from:
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=560.Diunduh pda tanggal 2
Februari 2014.9. Holdcroft A, Jaggar S. Core Topics in Pain.
London: Cambridge University, 2005: 223.10. Marwoto. Masalah Nyeri
: Anatomi , Fisiologi dan Manajemen Nyeri Secara Rasional.
Semarang: Bagian/SMF Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. 2003: 1-6.11. Budiman G. Basic Neuroanatomical Pathway.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2005: 5-11.12. Muhiman M, Thaib R, Sunatrio S, Dahlan R.
Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
FKUI. 2004: 27-33.13. Erna M. Penatalaksanaan Nyeri Kronik.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2003: 12-15.14. WHO Analgesic Ladder. Available from:
http://whatworksforpain.com/2010/02/understanding-chronic-pain.
Diunduh pada tanggal 2 Februari 2014.15. Three step analgesic
ladder for pain. Available from :
http://www.medicine.ox.ac.uk.bandolier/booth/painpag/wisdom/493HJM.html.
Diunduh pada tanggal 2 Februari 2014.2