Top Banner
Interpretive Structural Interpretive Structural Modeling ( ISM) Modeling ( ISM) File : Format = ppt File : Format = ppt Source : azies-site.blogspot.com Source : azies-site.blogspot.com Link Download: Link Download: slidshare.net/azies.IT slidshare.net/azies.IT Email: Email: [email protected] Facebook: Facebook: www.facebook.com/Azies.IT www.facebook.com/Azies.IT
41

Interpretive structural modeling

May 24, 2015

Download

Technology

Nurdin Al-Azies
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Interpretive structural modeling

Interpretive Structural Modeling Interpretive Structural Modeling ( ISM) ( ISM)

File : Format = pptFile : Format = ppt

Source : azies-site.blogspot.comSource : azies-site.blogspot.com

Link Download: slidshare.net/azies.ITLink Download: slidshare.net/azies.IT

Email: Email: [email protected]

Facebook: www.facebook.com/Azies.ITFacebook: www.facebook.com/Azies.IT

Page 2: Interpretive structural modeling

Studi tentang:Studi tentang:Sistem yang kompleks :Sistem yang kompleks :

Sistem Pengembangan AgroindustriSistem Pengembangan Agroindustri Konservasi EnergyKonservasi Energy Sistem Pembangunan Yang BerkelanjutanSistem Pembangunan Yang Berkelanjutan dlldll

Memerlukan suatu pemahaman yang utuh tentang sistem yang dikaji Memerlukan suatu pemahaman yang utuh tentang sistem yang dikaji (seringkali dilakukan secara intuitif)(seringkali dilakukan secara intuitif)

Interpretive Structural Modeling Interpretive Structural Modeling ( ISM)( ISM)

Metodologi untuk menggambarkan Struktur dari Sistem Yang Dikaji.

Identifikasi seperti apa Struktur yg ada di dalam suatu Sistem merupakan kontribusi yg besar utk “menangani” sistem secara efektif dan

memberikan sumbangan yg berarti dalam proses pengambilan keputusan

Page 3: Interpretive structural modeling

StrukturStruktur : : Menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan Menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan

hubungan antar elemen dalam membentuk suatu hubungan antar elemen dalam membentuk suatu sistem.sistem.

Suatu struktur belum tentu memberikan penjelasan Suatu struktur belum tentu memberikan penjelasan tentang objek yang terikat didalam sistem atau tentang objek yang terikat didalam sistem atau memberikan penjelasan tentang sistem yang dikaji.memberikan penjelasan tentang sistem yang dikaji.

Interpretive Structural ModelInterpretive Structural Model: : berkenaan dengan interpretasi berkenaan dengan interpretasi dari hubungan antar elemen dari suatu sistem yang didasarkan atas dari hubungan antar elemen dari suatu sistem yang didasarkan atas hubungan kontekstualhubungan kontekstual tertentu. tertentu.

Interpretive Structural Modeling (ISM)Interpretive Structural Modeling (ISM): : as a process that transform unclear, poorly articulated mental as a process that transform unclear, poorly articulated mental

models of system models of system into into visible, well-defined models useful for many visible, well-defined models useful for many purpose.purpose.

Dikembangkan pertama kali oleh J.N., Warfield (1971).Dikembangkan pertama kali oleh J.N., Warfield (1971). Berkembang:Berkembang:

Flexible ISMFlexible ISM Fuzzy Structural Modeling.Fuzzy Structural Modeling.

Is a computer-assisted technique to help individuals and groups Is a computer-assisted technique to help individuals and groups understand and communicate effectively about complex systemsunderstand and communicate effectively about complex systems

Page 4: Interpretive structural modeling

Aplikasi ISMAplikasi ISM

Strukturisasi Perencanaan Program Strukturisasi Perencanaan Program Pendidikan TinggiPendidikan Tinggi

Strukturisasi Rencana Program Strukturisasi Rencana Program Conservasi Enersi pada Industri SemenConservasi Enersi pada Industri Semen

Strukturisasi Managemen Limbah.Strukturisasi Managemen Limbah.Strukturisasi Kualitas Sistem InformasiStrukturisasi Kualitas Sistem Informasi dlldll

Page 5: Interpretive structural modeling

Hubungan KontekstualHubungan Kontekstual

Jenis Hub. Kontekstual:Jenis Hub. Kontekstual: PengaruhPengaruh Membantu Membantu KontribusiKontribusi KepentinganKepentingan MendorongMendorong

Sifat Hub. Kontekstual:Sifat Hub. Kontekstual: Reflexive, Irreflexive, Reflexive, Irreflexive,

Mesoreflexive.Mesoreflexive. Symmetric, Symmetric,

Assymmetric, Assymmetric, MesosymerricMesosymerric

Transitive, Intransitive, Transitive, Intransitive, Mesotransitive.Mesotransitive.

Interpretasi dan Sintesa

Sistem Yg Dikaji

Page 6: Interpretive structural modeling

Property Logical ConditionReflexive An element always relates to itselfIrreflexive An element cannot relate to itselfMesoreflexive An element may or may not relate to itself

Symmetric If Si relates to Sj, Sj relate to Si

Asymmetric If Si relates to Sj, Sj cannot relate to Si

Mesosymmetric If Si relates to Sj, Sj may or may not relate to Si

Transitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj

relate to Sk, then Si relate to SkIntransitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj

relate to Sk, then Si cannot relate to SkMesotransitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj

relate to Sk, then Si may or maynot relate to Sk

Page 7: Interpretive structural modeling

Nama ElemenNama Elemen Hubungan KontekstualHubungan Kontekstual

Kebutuhan Kebutuhan sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang lain lain

Kendala/Masalah Kendala/Masalah sub-elemen kendala yang satu menyebabkan sub-elemen kendala yang satu menyebabkan sub-elemen kendala yang lain sub-elemen kendala yang lain

PerubahanPerubahan sub-elemen perubahan yang satu sub-elemen perubahan yang satu menyebabkan atau mendorong sub-elemen menyebabkan atau mendorong sub-elemen perubahan yang lain.perubahan yang lain.

TujuanTujuan sub-elemen tujuan yang satu memberikan sub-elemen tujuan yang satu memberikan kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan yang lain. yang lain.

Indikator/Ukuran Indikator/Ukuran sub-elemen indikator pencapaian tujuan sub-elemen indikator pencapaian tujuan pengembangan yang satu memberikan pengembangan yang satu memberikan kontribusi terhadap sub-elemen indikator kontribusi terhadap sub-elemen indikator yang lain.yang lain.

KegiatanKegiatan sub-elemen kegiatan pengembangan yang satu sub-elemen kegiatan pengembangan yang satu mendukung sub-elemen kegiatan yang lain.mendukung sub-elemen kegiatan yang lain.

Pelaku Pelaku sub-elemen pelaku yang satu dalam sub-elemen pelaku yang satu dalam pengembangan perlu mendapat dukungan pengembangan perlu mendapat dukungan sub-elemen pelaku yang lain.sub-elemen pelaku yang lain.

Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri

Page 8: Interpretive structural modeling

1. Meningkatkan pendapatan petani atsiri (t-1)2. Meningkatkan pendapatan usaha industri ekstraksi (t-2)3. Meningkatkan produktivitas industri ekstraksi (t-3)4. Meningkatkan nilai tambah bahan / produk minyak atsiri (t-4).5. Meningkatkan posisi tawar usaha industri ekstraksi (t-5).6. Meningkatkan kualitas produk minyak atsiri (t-6).7. Meningkatkan lapangan kerja (t-7).8. Meningkatkan akses dan kemudahan permodalan usaha (t-8).9. Meningkatkan pendapatan daerah (t-9).10.Meningkatkan jaminan pasokan bagi industri hilir m. atsiri (t-10).11.Meningkatkan jumlah dan nilai ekspor minyak atsiri (t-11).12.Meningkatkan iklim usaha dan investasi industri m.atsiri (t-12).

Sub-Elemen Tujuan Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri

Page 9: Interpretive structural modeling

Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan

Analisis Hubungan Kontekstual

antar Elemen Perubahan/Tujuan, Kebutuhan,

Dan Kendala

MetodeInterpretive Structural Modellng

Struktur Hirarki ElemenElemen Kunci Pengelompokan Elemen

Page 10: Interpretive structural modeling

Tahapan/Langkah ISMTahapan/Langkah ISM

Penentuan Elemen dan Sub-elemen dari Sistem &

Jenis hubungan Kontekstual

Tujuan dan Output dari

Kajian

Mental Process

Studi PustakaDiskusi

Brain StormingSurvey Pakar

Penentuan Tingkat Hubungan Kontekstual

antar Elemen/Sub-elemen

Expert survey/Kuesioner

Structured Self-Interaction Matrix (SSIM)

Transformasi SSIM keReachability Matrix (RM)

RMTransitive

?

Modifikasi SSIM

Reachability Matrix (RM)

SSIM Revised

Ya

X

structural information of a mental model

Page 11: Interpretive structural modeling

Sub-Elemen Kendala ke- i yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian

1. 

 Ke

tida

kpa

stia

n n

ilai t

uka

r m

ata

ua

ng

2. 

 Le

ma

hn

ya k

oo

rdin

asi

pira

nti

keb

ijaka

n p

em

erin

tah

(ca

da

ng

an

de

visa

, su

ku b

un

ga

, fis

kal d

an

de

reg

ula

si)

3. 

 Ke

terg

an

tun

ga

n y

an

g t

ing

gi t

erh

ad

ap

pin

jam

an

lua

r n

eg

eri

da

lam

an

gg

ara

n r

utin

da

n p

em

ba

ng

un

an

ne

ga

ra

4. 

Tin

gg

inya

be

ba

n b

iaya

re

kap

italis

asi

pe

rba

nka

n

5.

Pe

ne

rima

an

su

mb

er

pe

mb

iaya

an

da

lam

ne

ge

ri

yan

g b

elu

m o

ptim

al

6. 

Ke

pa

stia

n p

en

eg

aka

n h

uku

m

7. 

Pe

ng

aw

asa

n d

an

pro

ses

au

dit

8. 

Ke

ma

mp

ua

n p

ela

ku e

kon

om

i un

tuk

me

mp

erh

itun

gka

n r

esi

ko

9. 

Re

nd

ah

nya

ga

ji p

eg

aw

ai n

eg

eri

sip

il (P

NS

)

10

. A

sim

etr

i in

form

asi

11

. K

eru

saka

n li

ng

kun

ga

n d

an

me

lua

snya

lah

an

krit

is

1.  Ketidakpastian nilai tukar mata uang

2.  Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan devisa,suku bunga, fiskal dan deregulasi)

3.  Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri dalamanggaran rutin dan pembangunan negara

4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan

5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum optimal

6. Kepastian penegakan hukum

7. Pengawasan dan proses audit

8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan resiko

9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)

10. Asimetri informasi

11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis

2. Matrik Hubungan Kontekstual (Tingkat Pengaruh/Penyebab) antar Sub-Elemen Kendala yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian Nasional

Sub-Elemen Kendala ke- j yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian

Page 12: Interpretive structural modeling

Hubungan Kontekstual (contextual relationship)

– V : kendala (1) mempengaruhi kendala (2), tetapi tidak sebaliknya.

– A : kendala (2) mempengaruhi kendala (1), tetapi tidak sebaliknya.

– X : kendala (1) dan kendala (2) saling mempengaruhi .

– O : kendala (1) dan kendala (2) tidak saling mempengaruhi.

• V: eij = 1; eij = 0

• A: eij = 0; eij = 1

• X: eij = 1; eij = 1

• O: eij = 0; eij = 0

Page 13: Interpretive structural modeling

  Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai

Sub-Elemen Tujuan ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

T1 X V V A O X X V V A

T2   X V O V A X X A O

T3     X X X O A X V V

T4       X V V O A A V

T5         X X V X O O

T6           X V V O X

T7             X V V O

T8               X V X

T9                 X V

T10                   X

  Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai

Sub-Elemen Tujuan ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0

T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0

T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1

T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1

T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0

T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1

T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0

T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1

T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1

SSIM (Structural Self- Interaction Matrix)

RM (Reachability Matrix)

RM: Binary matrix bujur sangkar yg bersifat:

Reflexive dan

Transitive.

• V: eij = 1; eij = 0• A: eij = 0; eij = 1• X: eij = 1; eij = 1• O: eij = 0; eij = 0

Page 14: Interpretive structural modeling

X

Penentuan Level Setiap Elemen/

Sub-elemen

Perhitungan Driver – Dependency

Matrix ELemen/Sub-elemen

Perhitungan Rank Driver Power

ELemen/Sub-elemen

Struktur HirarkiElemen/sub-elemen

Kelompok Elemen/sub-elemen

Berdasarkan Driver Power &

Level dependency

Elemen/sub-elemenKunci

Page 15: Interpretive structural modeling

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 Driv

er P

ower

Ran

ks

T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 1T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 5 3T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 2T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 2T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6 2T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 1T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 2T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4 4T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 4 4Dependency 5 7 7 4 6 5 5 8 5 6Ranks 4 2 2 5 3 4 4 1 4 3

Page 16: Interpretive structural modeling

T8

T3T2

T10T5

T6T1 T9T7

T4

Level -1

Level -2

Level -3

Level -4

Level -5

Page 17: Interpretive structural modeling

Struktur Hirarki Hubungan Antar Sub-Elemen Tujuan

ELEMEN KUNCI

Page 18: Interpretive structural modeling

t1;t2;t3;t4;t5;t7;t8;t10,t11

Page 19: Interpretive structural modeling

Elemen Kebutuhan untuk Renovasi Perekonomian

1.  Kinerja ekonomi makro dengan komposisi yang tepat

2. Peningkatan pengembangan dan kinerja sektor riil berbasis sumberdaya nusantara

3.   Restrukturisasi sektor moneter/finansial

4.  Peran serta Masyarakat

5.   Aksesibilitas dan alokasi sumber daya ekonomi yang adil

6.    Penggunaan dan penerapan teknologi tepat sasaran

7.  Kelembagaan pemerintah dan kepemimpinan nasional yang handal

8.     Effektifitas hukum dan peradilan ekonomi

9.    Pengembangan prasarana pembangunan/infrastruktur

10. Kelestarian lingkungan hidup dalam pembengunan berkelanjutan

11.   Perluasan lapangan kerja

S4S3 S11

S1

S2

Page 20: Interpretive structural modeling

Elemen Kendala Renovasi Perekonomian

1.  Ketidakpastian nilai tukar mata uang

2.  Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan devisa, suku bunga, fiskal dan deregulasi)

3.  Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri dalam anggaran rutin dan pembangunan negara

4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan

5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum optimal

6. Kepastian penegakan hukum

7. Pengawasan dan proses audit

8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan resiko

9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)

10. Asimetri informasi

11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis

S11S9

S1

S1 S1S2 S8 S10

Page 21: Interpretive structural modeling

Kebutuhan:

1. Pengembangan Kelembagaan Usaha

2. Pembinaan Pelaku Usaha

Kendala:

Usaha Tani yang tersebar dan skala yang kecil.

SistemPengembanganIndustri Minyak

Atsiri

Perubahan:

1. Sub-elemen Proksi:

• Teknologi dan skala usaha budidaya

• Ketersediaan dan Mutu Bahan Baku

• Perluasan Pasar Ekspor

2. Teknologi Ekstraksi

3. Iklim Usaha

Kegiatan:

Pengembangan dan Aplikasi paket Teknologi Usaha Tani

Indikator:

1. Meningkatnya produk yg diserap pasar

2. Meningkatnya rendemen ekstraksi

3. Meningkatnya kemudahan memperoleh modal usaha.

Pelaku:

• Petani Atsiri

• Pengusaha Ekstraksi

• Industri Hilir Atsiri

TUJUAN:

1. Meningkatnya iklim usaha dan Investasi

2. Meningkatnya akses dan kemudahan dalam permodalan usaha:

Sub-Elemen Kunci pada setiap Elemen Sistem

Page 22: Interpretive structural modeling

AnalisisAnalisis PengembanganPengembangan KemitraanKemitraan

*) Strukturisasi Pengembangan*) Faktor Penentu Pengembangan

*) Alternatif Model Pengembangan

• Aspek Perubahan yg diinginkan/tujuan yang ingin dicapai• Aspek Kebutuhan stakeholder yang ingin dipenuhi.• Aspek Kendala yg dihadapi dlm pengembangan kemitraan

Page 23: Interpretive structural modeling

Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan

Penjaringan data/informasi:• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Perubahan yg diinginkan /tujuan yg dicapai

• Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani (T-1)• Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang lebih seimbang (T-2)• Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang lebih mudah dan murah (T-3),• Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin dalam program kemitraan (T-4),• Kemitraan berlangsung lebih langgeng (T-5),• Kemitraan yang lebih mandiri (T-6)• Meningkatnya volume transaksi Bokar antara Petani dan Industri Karet Remah (T-7), dan • Meningkatnya mutu Bokar (T-8).

Page 24: Interpretive structural modeling

Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan

Penjaringan data/informasi:• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Kebutuhan Stakeholder

• Diperolehnya harga Bokar yang lebih wajar (N-1),• Transparansi dan informasi harga yang lebih baik (N-2),• Proses transaksi yang lebih “fair”, transparan, dan sederhana (N-3),• Biaya transaksi yang labih murah (N-4),• Volume transaksi yang cukup signifikan bagi kebutuhan pabrik (N-5),• Mutu Bokar yang lebih baik dan terjamin dengan harga yang sesuai mutu (N-6), • Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan Saprodi yang lebih mudah (N-7),• Diperolehnya jaminan pasokan dan pasar Bokar yang lebih pasti (N-8).

Page 25: Interpretive structural modeling

Strukturisasi PengembanganStrukturisasi Pengembangan

Penjaringan data/informasi:• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Kendala Pengembangan

• Lemahnya Kelembagaan Petani Karet (K-1),• Keengganan Industri Karet Remah untuk bermitra (K-2),• Ketergantungan petani yang tinggi kepada Pedagang Pengumpul (K-3),• Industri Karet Remah lebih suka bertransaksi dengan pedagang (K-4),• Volume transaksi dengan petani mitra yang rendah (K-5),• Toleransi Industri Karet Remah dalam menerima Bokar dengan mutu yang beragam/rendah (K-6),• Apresiasi harga terhadap mutu Bokar yang lebih baik (K-7),• Proses dan mekanisme penetapan mutu Bokar (K-8).

Page 26: Interpretive structural modeling

T-5 T-6 T-7

T-1 T-2 T-3 T-4 T-8

Level-1

Level-2

Struktur Hirarki Elemen Tujuan

N-5 N-8

N-1 N-2 N-3 N-4 N-6

Level-1

Level-2

Struktur Hirarki Elemen Kebutuhan

N-7

K-2 K-3 K-4 K-5 K-6

K-1

K-7 K-8

Struktur Hirarki Elemen Kendala

Level-3

Strukturisasi Strukturisasi PengembanganPengembangan

Page 27: Interpretive structural modeling

No. Aspek Elemen Kunci / Elemen Dgn "Driver Power" yg tinggi

1 Perubahan / Tujuan yang diinginkan.

T-1: Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani,

T-2: Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang lebih seimbang

T-3. Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang lebih mudah dan murah.

T-4: Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin dalam program kemitraan

T-8:. Meningkatnya mutu Bokar

     

2 Kebutuhan N-8: Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan Saprodi yang lebih mudah

N-1: Diperolehnya harga Bokar yg lebih wajar

N-2: Transparansi dan informasi harga yg lebih baik

N-3: Proses transaksi yg lebih "fair", transparan, dan sederhana

N-4: Biaya transaksi yg lebih murah

N-6: Mutu Bokar yg lebih baik dan terjamin dg harga yg sesuai mutu

     

3 Kendala

K-1:Lemahnya kelembagaan petani Bokar.

K-2: Keengganan Industri Karet remah untuk bermitra

K-3: Ketergantungan petani yg tinggi kpd pedagang pengumpul

K-4: Industri lebih suka bertransaksi dengan pedagang

K-5: Volume transaksi dgn petani yg rendah

K-6: Toleransi Industri dlm menerima Bokar dgn mutu yg beragam /rendah

K-7: Apresiasi harga thd mutu Bokar

K-8: Proses dan penetapan mutu Bokar.

Page 28: Interpretive structural modeling

Analisis Hubungan Kontekstual

antar Elemen Perubahan/Tujuan, Kebutuhan,

Dan Kendala

MetodeInterpretive Structural Modellng

Struktur Hirarki ElemenElemen Kunci Pengelompokan Elemen

Faktor-faktor Pengembangan

Analisis Tingkat Kepentingan Faktor

Dgn Analytical Hierarchy Process

Faktor Penentu Pengembangan

Page 29: Interpretive structural modeling

Bobot kepentingan Faktor Penentu Pengembangan Kemitraan

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

No.Faktor

Bob

ot

1.1. 5.2. 7.2. 1.3. 3.0. 6.1. 8.2. 5.1. 6.2. 4.2. 8.1. 6.3.

2.1. 7.1. 2.2. 4.3. 4.1. 1.2.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.1.

5.2.

7.2.

1.3.

3.0.

6.1.

8.2.

5.1.

6.2.

4.2.

8.1.

6.3.

2.1.

7.1.

2.2.

4.3.

4.1.

1.2.

Bobot Agregat Kumulatif

Aspek/ Faktor Aspek/ Faktor

KelembagaanKelembagaan 1.1. Lembaga Ekonomi petani Bokar yg kuat 1.1. Lembaga Ekonomi petani Bokar yg kuat (1)(1)

1.2. Keberadaan dan peran Lembaga 1.2. Keberadaan dan peran Lembaga Mediator/PembinaMediator/Pembina

1.3. Kesetaraan Posisi (4)1.3. Kesetaraan Posisi (4)

Yuridis FormalYuridis Formal 2.1. Perjanjian tertulis ttg hak dan kewajiban2.1. Perjanjian tertulis ttg hak dan kewajiban

2.2. Kesepakatan tidak tertulis2.2. Kesepakatan tidak tertulis

Volume TransaksiVolume Transaksi 3.0. Volume transaksi yang ekonomis (5)3.0. Volume transaksi yang ekonomis (5)

Mekanisme Mekanisme TransaksiTransaksi

4.1. Proses transaksi yg mudah dan murah4.1. Proses transaksi yg mudah dan murah

4.2. Jaminan pasar dan pasokan (10)4.2. Jaminan pasar dan pasokan (10)

4.3. Sistem pembayaran yang cepat dan 4.3. Sistem pembayaran yang cepat dan sederhanasederhana

Aspek/ Faktor Aspek/ Faktor

Mutu Bokar:Mutu Bokar: 5.1. Mutu (standar mutu) bokar yang 5.1. Mutu (standar mutu) bokar yang ditransaksikan (8)ditransaksikan (8)

5.2. Insentif harga terhadap mutu (2)5.2. Insentif harga terhadap mutu (2)

Transparansi/Transparansi/AksessibilitasAksessibilitas

6.1. Transparansi Penetapn 6.1. Transparansi Penetapn Mutu/KKK (6)Mutu/KKK (6)

6.2. Transparansi Penetapan Harga 6.2. Transparansi Penetapan Harga (9)(9)

6.3. Aksessibilitas Informasi Harga6.3. Aksessibilitas Informasi Harga

Kelembagaan Kelembagaan Tataniaga Tataniaga AlternatifAlternatif

7.1. Pedagang Pengumpul7.1. Pedagang Pengumpul

7.2. Pasar Lelang (3)7.2. Pasar Lelang (3)

PembinaanPembinaan 8.1. Pembinaan bagi Lembaga 8.1. Pembinaan bagi Lembaga Ekonomi Petani Bokar (11)Ekonomi Petani Bokar (11)

8.2. Dukungan bantuan /kredit 8.2. Dukungan bantuan /kredit permodalan dan Saprodi (7)permodalan dan Saprodi (7)

Page 30: Interpretive structural modeling
Page 31: Interpretive structural modeling
Page 32: Interpretive structural modeling
Page 33: Interpretive structural modeling
Page 34: Interpretive structural modeling
Page 35: Interpretive structural modeling
Page 36: Interpretive structural modeling
Page 37: Interpretive structural modeling
Page 38: Interpretive structural modeling
Page 39: Interpretive structural modeling
Page 40: Interpretive structural modeling
Page 41: Interpretive structural modeling