Top Banner
I NTER NASIONAL 18 SENIN, 12 DESEMBER 2011 TOKOH-TOKOH senior yang berada di pemerintah baru Libia melayangkan surat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam surat itu me- reka mendesak PBB membuka aset-aset pemerintah Libia yang masih dibekukan, meski perang sipil di negeri Afrika utara itu telah berakhir tiga bulan lalu. Ketika pemberontakan mere- bak Februari lalu untuk menen- tang pemerintahan Moammar Khadafi, Dewan Keamanan PBB membekukan aset-aset milik Libia yang nilainya men- capai US$150 miliar. Kini aset yang dibekukan itu masih belum bisa dimanfaatkan pe- merintahan baru Libia. Dengan perkembangan seka- rang, pemerintah sementara Libia mengaku sangat mem- butuhkan uang tunai. Uang itu diperlukan untuk membayar para pegawai di sektor publik dan memperbaiki sejumlah ge- dung pemerintah yang rusak. Dalam surat yang dikirim pada Kamis (8/12), pejabat pemerintah sementara Libia itu berupaya meyakinkan negara- negara anggota PBB. Pasalnya, PBB meragukan kepemimpinan baru Libia mampu bersatu dan sepakat dalam penggunaan uang. Gubernur Bank Sentral Libia Saddeq Omar Elkaber menga- takan dirinya turut menanda- tangani surat bersama Ketua Dewan Transisi Nasional (NTC) Libia Mustafa Abdel Jalil, Per- dana Menteri Libia interim Abdurrahim El-Keib, dan Men- teri Keuangan Hassan Ziglam. “Kami membutuhkan uang untuk mengelola negara,” kata Elkaber pada jumpa pers di Tripoli, Libia, kemarin. Pembekuan aset milik Libia oleh PBB itu merupakan bagian dari paket sanksi yang dituju- kan untuk menekan pemerin- tah Khadaagar menghenti- kan kekerasan terhadap para demonstran. Sebagaimana diketahui, akhirnya, setelah 42 tahun berkuasa, Khadafi terguling dan melarikan diri dari Tri- poli pada Agustus lalu. Pada pertempuran antara pasukan pemberontak dan tentara loya- lis pemerintah, Oktober lalu, Khadaditangkap dan tewas ditembak. Pemerintah Libia pun ber- pindah tangan ke NTC. Na- mun hingga akhir November lalu, sekitar US$18 miliar dari US$150 miliar yang disita baru dicairkan Komisi Sanksi Dewan Keamanan PBB. Sejumlah diplomat menga- takan bulan lalu ternyata dari US$18 miliar yang dijanjikan hanya tersedia US$3 miliar un- tuk pemerintah baru Libia. Pasalnya, aset yang dibeku- kan sebenarnya bukan milik pemerintah Libia, melainkan milik Khadafi dan keluarga- nya. Para diplomat juga meng- ungkapkan kekhawatiran me- ngenai pemberian aset tersebut kepada NTC. Alasannya, peja- bat pemerintah sementara Libia di bawah NTC tidak dipilih melalu pemilihan umum dan kurang memiliki legitimasi. Libia memang dikenal seba- gai salah satu negara pengek- spor minyak terbesar di dunia. Namun, ekspor minyak dari Libia terhenti saat pecah kon- ik. Sejumlah pengeboran mi- nyak mengalami kerusakan dan butuh waktu cukup lama untuk memperbaikinya. Sementara itu, baku tembak pecah pada malam hari kemarin di Tripoli. (Drd/Reuters/I-2) Kami membutuhkan uang untuk mengelola negara.” Saddeq Omar Elkaber Gubernur Bank Sentral Libia PBB Didesak Buka Aset Libia P ADA Oktober lalu, panitia Hadiah Nobel mengumumkan para pemenang dari berbagai bidang. Tiga pejuang perempuan akhirnya dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2011. Pada Sabtu (10/12) di Balai Kota Oslo, Norwegia, perhelatan penyerahan penghargaan bergengsi tersebut digelar. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian kali ini berbeda dengan tahun- tahun sebelumnya. Bukan satu orang, melainkan tiga perempuan secara bersama- sama dinyatakan layak meraih perhargaan prestisius itu. Tiga serangkai srikandi tersebut adalah Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, aktivis perdamaian Liberia Leymah Gbowee, dan pengampanye prodemokrasi Tawakkol Karman. Para srikandi dunia itu dikenal sebagai pejuang antikekerasan demi terwujudnya keamanan bagi perempuan dan hak perempuan dalam membangun perdamaian. Mereka juga berjuang menentang ketidakadilan, kediktatoran, dan kekerasan seksual. Setelah mendapat piagam dan medali Hadiah Nobel pada upacara penyerahan di Oslo, tiga srikandi tersebut menyeru kepada kaum wanita di dunia untuk bangkit melawan supremasi pria. “Adik-adikku, anak- anak perempuanku, teman-temanku tunjukkan suaramu,” kata Sirleaf. “Atas nama semua wanita Liberia, perempuan Afrika dan di mana pun di dunia harus berjuang untuk perdamaian, keadilan, dan kesetaraan. Dengan kerendahan hati, saya menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2011 ini.” Sirleaf yang menginjak usia 73 tahun telah menjabat Presiden Liberia sejak 2005. Pada pemilu presiden Oktober lalu, dia kembali terpilih menjadi presiden. Sang presiden perempuan pertama Benua Afrika itu telah sukses mengakhiri perang saudara di negaranya yang telah berlangsung 14 tahun. Pemenang Hadiah Nobel Tawaklol Karman ialah seorang jurnalis dan pendiri organisasi Jurnalis Perempuan Tanpa Jaringan pada 2005. Perempuan berjilbab itu menjadi perempuan Arab pertama yang meraih Hadiah Nobel. Bahkan perempuan berusia 32 tahun itu dinobatkan sebagai peraih Hadiah Nobel Perdamaian termuda. “Saya menerima penghargaan ini atas nama warga Yaman dan pemuda Arab yang melakukan revolusi,” kata Karman, aktivis gerakan Arab Spring yang telah menggulingkan penguasa Tunisia, Mesir, Libia, dan Yaman. Selain presidennya, aktivis Liberia Leymah Gbowee, 39, juga mendapat Hadiah Nobel Perdamaian. Dia dikenal sebagai pejuang hak-hak perempuan dan menentang tindak pemerkosaan. (Drd/ Reuters/BBC/I-2) Srikandi Nobel Ajak Perempuan Bangkit KTT Iklim Sepakat Ikat para Pencemar K ONFERENSI Ting- kat Tinggi (KTT) Pe- rubahan Iklim PBB menyepakati suatu pakta yang untuk pertama ka- linya mengikat para pencemar lingkungan terbesar untuk melaksanakan janji-janji me- reka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Para delegasi sepakat untuk menyusun trak- tat baru mulai tahun depan hingga 2015 dan akan diber- lakukan mulai 2020. Setelah melalui pembicaraan yang berlangsung selama 36 jam, KTT juga menyepakati format pendanaan untuk mem- bantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim. Selain itu, KTT juga meme- takan jalan untuk mencapai kesepakatan yang mengikat se- cara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kesepakatan tersebut meng- akhiri upaya-upaya untuk mengikat secara internasional raksasa-raksasa ekonomi baru seperti China dan India, serta negara-negara kaya seperti Amerika Serikat (AS). Sebe- lumnya upaya-upaya itu selalu menemui kegagalan. Negara-negara maju telah menerima sasaran formal yang ditetapkan dalam fase pertama Protokol Kyoto yang berakhir tahun lalu meski AS belum per- nah meratifikasi komitmen mereka. Tercapainya kesepakatan itu telah berhasil menyelamatkan muka Afrika Selatan (Afsel) se- bagai tuan rumah. Para peserta dari 194 negara mengecam tuan rumah yang dinilai tidak memiliki strategi dan upaya. Tidak mengherankan jika tepukan tangan meriah menggema ketika Menteri Hubungan Internasional Afsel Maite Nkoana-Mashabane mengumumkan kesepakatan tersebut. “Kita datang ke sini dengan rencana A dan kita membuat kesimpulan pertemuan ini de- ngan rencana A untuk menye- lamatkan satu planet bagi masa depan anak-anak kita dan anak cucu kita nanti,” katanya. “Kita telah membuat sejarah.” Peta jalan itu diusulkan Uni Eropa, Aliansi Negara-negara Pulau Kecil (Aosis), dan blok Negara-negara Berkembang (LDC). Mereka menyatakan hanya dengan kesepakatan baru yang mencakup emisi dari seluruh negara--terutama ne- gara-negara pencemar terbesar seperti China--kenaikan tem- peratur global dapat ditekan di bawah 2 derajat celsius. Tingkat kenaikan suhu 2 derajat celsius ini merupakan ambang batas yang disepakati masyarakat internasional. “Jika tidak ada instrumen legal yang menuntut setiap negara bertanggung jawab untuk melaksanakannya, kami akan mengajukan kata-kata yang indah. Pada saat mereka berkembang, kami sekarat, dan mengapa kami harus menerima ini,” ungkap Karl Hood, Men- teri Luar Negeri Grenada, yang berbicara atas nama Aosis. Dikritik Namun delegasi dari ke- lompok Basic yakni Brasil, Af- rika Selatan, India, dan China mengkritik kesepakatan terse- but. Mereka menilai legalitas kesepakatan itu terlalu ketat dan berlebihan. “Saya tetap menuntut keseat- aran,” ujar Menteri Lingkung- an India Jayanthi Natarajan. “Ini bukan tentang India, ini tentang seluruh dunia.” India kukuh menyatakan hanya negara-negara maju yang harus memangkas emisi gas rumah kaca. “Negara- negara Barat tidak memangkas emisi mereka seperti yang di- janjikan. Lalu, mengapa kami negara miskin harus melaku- kannya untuk mereka?” ka- tanya. (Reuter/AP/I-3) [email protected] Delegasi Brasil, Afrika Selatan, India, dan China mengkritik legalitas terlalu ketat dan berlebihan. HERYADI AKSI AKTIVIS: Penghargaan ‘pelecehan’ Fosil Kolosal dipersembahkan kepada aktivis Jordan Konek (nomor dua dari kiri) dari LSM Koalisi Iklim Pemuda Australia selama Konferensi Perubahan Iklim PBB di Durban, Afrika Selatan, kemarin. REUTERS/ROGAN WARD AP/FRERIK VARFJELL ANGKAT TANGAN: Pemenang Nobel Perdamaian dari kiri, aktivis Liberia Leymah Gbowee, aktivis prodemokrasi dari Yaman Tawakkol Karman, dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, mengangkat tangan dari balkon Hotel Grand Oslo, Norwegia, Sabtu (10/12). KANDIDAT calon presiden Amerika Serikat dari Partai Re- publik Newt Gingrich menjadi sasaran serangan dalam debat kandidat yang digelar di Iowa, Sabtu (10/12). Serangan teru- tama menyangkut ucapannya yang menyebut rakyat Pales- tina sebagai bangsa buatan. Selain mempertanyakan pola pikir mantan ketua parlemen AS tersebut, pesaing-pesaing Gingrich juga menyerangnya karena mendapat keuntungan dari lembaga keuangan yang bermasalah, sikapnya yang pemarah, dan perkawinannya yang bermasalah. Dalam debat yang disiarkan stasiun televisi ABC tersebut, Gingrich diserang pesaingnya atas komentarnya mengenai rakyat Palestina dalam wawan- cara dengan stasiun televisi Jew- ish Channel. Saat itu, Gingrich mengatakan rakyat Palestina sebagai bangsa buatan. “Secara sejarah mereka meru- pakan bagian dari komunitas Arab,” ujar Gingrich dalam wawancara Jumat pekan lalu (9/12). Selain itu, ia juga mengkritik kebijakan Presiden AS Barack Obama dalam mengatasi kondi- si konik Israel-Palestina telah memberikan keuntungan pada teroris. “Sangat jauh dengan realitas. Itu seperti membawa anak kalian ke kebun binatang dan menjelaskan bahwa singa itu adalah kelinci.” Menanggapi pernyataan Gin- grich soal kebenaran itu, kan- didat presiden yang lain Mitt Romney mengatakan dirinya bukanlah ‘pelempar bom’ se- perti Gingrich. “Kita akan membicarakan tentang kebenaran. Tapi kita tidak bisa melempar kata-kata provokatif ke tempat ‘panci se- dang mendidih’,” ujar mantan Gubernur Massachusetts itu. Romney melanjutkan, sebe- lum membuat penyataan, ia akan menelepon terlebih dulu Perdana Menteri Israel dan bertanya apakah menolong bila dirinya mengatakan seperti yang dikatakan Gingrich. “Saya bukan pelempar bom. Secara retorika atau tertulis,” tandas Romney. Kandidat lainnya Michele Bachmann dam Ron Paul mengkritik Gingrich sebagai seorang hipokrit. Keduanya menuding Gin- grich mendapat keuntungan dari kontak-kontaknya dan telah mengambil uang para pembayar pajak melalui lem- baga keuangan Freddie Mac yang mendapat talangan dari pemerintah federal. “Ketika Anda menerima uang untuk memengaruhi hasil undang-undang, itu meru- pakan contoh kemapanan,” ungkap Bachmann.(Reuters/ DK/I-2) Kandidat Republik Serang Gingrich Terkait Palestina BERDEBAT: Mantan Ketua DPR AS Newt Gingrich (kanan) berdebat dengan pesaingnya, mantan Gubernur Massachusetts Mitt Romney, dalam debat kandidat calon presiden Partai Republik di Iowa, Sabtu (10/12). AP/CHARLIE NEIBERGALL)
1

INTERNASIONAL - ftp.unpad.ac.id · tang pemerintahan Moammar Khadafi, Dewan Keamanan PBB membekukan aset-aset milik Libia yang nilainya men-capai US$150 miliar. Kini aset yang dibekukan

Mar 03, 2019

Download

Documents

NguyễnThúy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: INTERNASIONAL - ftp.unpad.ac.id · tang pemerintahan Moammar Khadafi, Dewan Keamanan PBB membekukan aset-aset milik Libia yang nilainya men-capai US$150 miliar. Kini aset yang dibekukan

INTERNASIONAL18 SENIN, 12 DESEMBER 2011

TOKOH-TOKOH senior yang berada di pemerintah baru Libia melayangkan surat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam surat itu me-reka mendesak PBB membuka aset-aset pemerintah Libia yang masih dibekukan, meski perang sipil di negeri Afrika utara itu telah berakhir tiga bulan lalu.

Ketika pemberontakan mere-bak Februari lalu untuk menen-tang pemerintahan Moammar Khadafi, Dewan Keamanan PBB membekukan aset-aset milik Libia yang nilainya men-capai US$150 miliar. Kini aset yang dibekukan itu masih belum bisa dimanfaatkan pe-merintahan baru Libia.

Dengan perkembangan seka-rang, pemerintah sementara

Libia mengaku sangat mem-butuhkan uang tunai. Uang itu diperlukan untuk membayar para pegawai di sektor publik dan memperbaiki sejumlah ge-dung pemerintah yang rusak.

Dalam surat yang dikirim pada Kamis (8/12), pejabat pemerintah sementara Libia itu berupaya meyakinkan negara-negara anggota PBB. Pasalnya, PBB meragukan kepemimpinan baru Libia mampu bersatu dan sepakat dalam penggunaan uang.

Gubernur Bank Sentral Libia Saddeq Omar Elkaber menga-takan dirinya turut menanda-tangani surat bersama Ketua Dewan Transisi Nasional (NTC) Libia Mustafa Abdel Jalil, Per-dana Menteri Libia interim Abdurrahim El-Keib, dan Men-

teri Keuangan Hassan Ziglam. “Kami membutuhkan uang untuk mengelola negara,” kata Elkaber pada jumpa pers di Tripoli, Libia, kemarin.

Pembekuan aset milik Libia oleh PBB itu merupakan bagian dari paket sanksi yang dituju-kan untuk menekan pemerin-tah Khadafi agar menghenti-kan kekerasan terhadap para demonstran.

Sebagaimana diketahui,

akhirnya, setelah 42 tahun berkuasa, Khadafi terguling dan melarikan diri dari Tri-poli pada Agustus lalu. Pada pertempuran antara pasukan pemberontak dan tentara loya-lis pemerintah, Oktober lalu, Khadafi ditangkap dan tewas ditembak.

Pemerintah Libia pun ber-pindah tangan ke NTC. Na-mun hingga akhir November lalu, sekitar US$18 miliar dari US$150 miliar yang disita baru dicairkan Komisi Sanksi Dewan Keamanan PBB.

Sejumlah diplomat menga-takan bulan lalu ternyata dari US$18 miliar yang dijanjikan hanya tersedia US$3 miliar un-tuk pemerintah baru Libia.

Pasalnya, aset yang dibeku-kan sebenarnya bukan milik

pemerintah Libia, melainkan milik Khadafi dan keluarga-nya.

Para diplomat juga meng-ungkapkan kekhawatiran me-ngenai pemberian aset tersebut kepada NTC. Alasannya, peja-bat pemerintah sementara Libia di bawah NTC tidak dipilih melalu pemilihan umum dan kurang memiliki legitimasi.

Libia memang dikenal seba-gai salah satu negara pengek-spor minyak terbesar di dunia. Namun, ekspor minyak dari Libia terhenti saat pecah kon-fl ik. Sejumlah pengeboran mi-nyak mengalami kerusakan dan butuh waktu cukup lama untuk memperbaikinya.

Sementara itu, baku tembak pecah pada malam hari kemarin di Tripoli. (Drd/Reuters/I-2)

Kami membutuhkan

uang untuk mengelola negara.”

Saddeq Omar ElkaberGubernur Bank Sentral Libia

PBB Didesak Buka Aset Libia

PADA Oktober lalu, panitia Hadiah Nobel mengumumkan para

pemenang dari berbagai bidang. Tiga pejuang perempuan akhirnya dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2011. Pada Sabtu (10/12) di Balai Kota Oslo, Norwegia, perhelatan penyerahan penghargaan bergengsi tersebut digelar.

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bukan satu orang, melainkan tiga perempuan secara bersama-sama dinyatakan layak

meraih perhargaan prestisius itu. Tiga serangkai srikandi tersebut adalah Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, aktivis perdamaian Liberia Leymah Gbowee, dan pengampanye prodemokrasi Tawakkol Karman.

Para srikandi dunia itu dikenal sebagai pejuang antikekerasan demi terwujudnya keamanan bagi perempuan dan hak perempuan dalam membangun perdamaian. Mereka juga berjuang menentang ketidakadilan, kediktatoran, dan kekerasan seksual.

Setelah mendapat piagam

dan medali Hadiah Nobel pada upacara penyerahan di Oslo, tiga srikandi tersebut menyeru kepada kaum wanita di dunia untuk bangkit melawan supremasi pria.

“Adik-adikku, anak-anak perempuanku, teman-temanku tunjukkan suaramu,” kata Sirleaf. “Atas nama semua wanita Liberia, perempuan Afrika dan di mana pun di dunia harus berjuang untuk perdamaian, keadilan, dan kesetaraan. Dengan kerendahan hati, saya menerima Hadiah Nobel Perdamaian 2011 ini.”

Sirleaf yang menginjak usia 73 tahun telah menjabat

Presiden Liberia sejak 2005. Pada pemilu presiden Oktober lalu, dia kembali terpilih menjadi presiden. Sang presiden perempuan pertama Benua Afrika itu telah sukses mengakhiri perang saudara di negaranya yang telah berlangsung 14 tahun.

Pemenang Hadiah Nobel Tawaklol Karman ialah seorang jurnalis dan pendiri organisasi Jurnalis Perempuan Tanpa Jaringan pada 2005. Perempuan berjilbab itu menjadi perempuan Arab pertama yang meraih Hadiah Nobel. Bahkan perempuan berusia 32 tahun itu

dinobatkan sebagai peraih Hadiah Nobel Perdamaian termuda.

“Saya menerima penghargaan ini atas nama warga Yaman dan pemuda Arab yang melakukan revolusi,” kata Karman, aktivis gerakan Arab Spring yang telah menggulingkan penguasa Tunisia, Mesir, Libia, dan Yaman.

Selain presidennya, aktivis Liberia Leymah Gbowee, 39, juga mendapat Hadiah Nobel Perdamaian. Dia dikenal sebagai pejuang hak-hak perempuan dan menentang tindak pemerkosaan. (Drd/Reuters/BBC/I-2)

Srikandi Nobel Ajak Perempuan Bangkit

KTT Iklim SepakatIkat para Pencemar

KONFERENSI Ting-kat Tinggi (KTT) Pe-rubahan Iklim PBB menyepakati suatu

pakta yang untuk pertama ka-linya mengikat para pencemar lingkungan terbesar untuk melaksanakan janji-janji me-reka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Para delegasi sepakat untuk menyusun trak-tat baru mulai tahun depan hingga 2015 dan akan diber-lakukan mulai 2020.

Setelah melalui pembicaraan

yang berlangsung selama 36 jam, KTT juga menyepakati format pendanaan untuk mem-bantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim. Selain itu, KTT juga meme-takan jalan untuk mencapai kesepakatan yang mengikat se-cara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Kesepakatan tersebut meng-akhiri upaya-upaya untuk mengikat secara internasional raksasa-raksasa ekonomi baru seperti China dan India, serta negara-negara kaya seperti Amerika Serikat (AS). Sebe-lumnya upaya-upaya itu selalu menemui kegagalan.

Negara-negara maju telah menerima sasaran formal yang ditetapkan dalam fase pertama Protokol Kyoto yang berakhir tahun lalu meski AS belum per-nah meratifikasi komitmen

mereka. Tercapainya kesepakatan itu

telah berhasil menyelamatkan muka Afrika Selatan (Afsel) se-bagai tuan rumah. Para peserta dari 194 negara mengecam tuan rumah yang dinilai tidak memiliki strategi dan upaya.

Ti d a k m e n g h e r a n k a n jika tepukan tangan meriah menggema ketika Menteri Hubungan Internasional Afsel Maite Nkoana-Mashabane mengumumkan kesepakatan tersebut.

“Kita datang ke sini dengan rencana A dan kita membuat kesimpulan pertemuan ini de-ngan rencana A untuk menye-lamatkan satu planet bagi masa depan anak-anak kita dan anak cucu kita nanti,” katanya. “Kita telah membuat sejarah.”

Peta jalan itu diusulkan Uni Eropa, Aliansi Negara-negara

Pulau Kecil (Aosis), dan blok Negara-negara Berkembang (LDC). Mereka menyatakan hanya dengan kesepakatan baru yang mencakup emisi dari seluruh negara--terutama ne-gara-negara pencemar terbesar seperti China--kenaikan tem-peratur global dapat ditekan di bawah 2 derajat celsius.

Tingkat kenaikan suhu 2 derajat celsius ini merupakan ambang batas yang disepakati masyarakat internasional.

“Jika tidak ada instrumen legal yang menuntut setiap negara bertanggung jawab untuk melaksanakannya, kami akan mengajukan kata-kata yang indah. Pada saat mereka berkembang, kami sekarat, dan mengapa kami harus menerima ini,” ungkap Karl Hood, Men-teri Luar Negeri Grenada, yang berbicara atas nama Aosis.

DikritikNamun delegasi dari ke-

lompok Basic yakni Brasil, Af-rika Selatan, India, dan China mengkritik kesepakatan terse-but. Mereka menilai legalitas kesepakatan itu terlalu ketat dan berlebihan.

“Saya tetap menuntut keseat-aran,” ujar Menteri Lingkung-an India Jayanthi Natarajan. “Ini bukan tentang India, ini tentang seluruh dunia.”

India kukuh menyatakan hanya negara-negara maju yang harus memangkas emisi gas rumah kaca. “Negara-negara Barat tidak memangkas emisi mereka seperti yang di-janjikan. Lalu, mengapa kami negara miskin harus melaku-kannya untuk mereka?” ka-tanya. (Reuter/AP/I-3)

[email protected]

Delegasi Brasil, Afrika Selatan, India, dan China mengkritik legalitas terlalu ketat dan berlebihan.

HERYADI

AKSI AKTIVIS: Penghargaan ‘pelecehan’ Fosil Kolosal dipersembahkan kepada aktivis Jordan Konek (nomor dua dari kiri) dari LSM Koalisi Iklim Pemuda Australia selama Konferensi Perubahan Iklim PBB di Durban, Afrika Selatan, kemarin.

REUTERS/ROGAN WARD

AP/FRERIK VARFJELL

ANGKAT TANGAN: Pemenang Nobel Perdamaian dari kiri, aktivis Liberia Leymah Gbowee, aktivis prodemokrasi dari Yaman Tawakkol Karman, dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, mengangkat tangan dari balkon Hotel Grand Oslo, Norwegia, Sabtu (10/12).

KANDIDAT calon presiden Amerika Serikat dari Partai Re-publik Newt Gingrich menjadi sasaran serangan dalam debat kandidat yang digelar di Iowa, Sabtu (10/12). Serangan teru-tama menyangkut ucapannya yang menyebut rakyat Pales-tina sebagai bangsa buatan.

Selain mempertanyakan pola pikir mantan ketua parlemen AS tersebut, pesaing-pesaing Gingrich juga menyerangnya karena mendapat keuntungan dari lembaga keuangan yang bermasalah, sikapnya yang pemarah, dan perkawinannya yang bermasalah.

Dalam debat yang disiarkan stasiun televisi ABC tersebut, Gingrich diserang pesaingnya atas komentarnya mengenai rakyat Palestina dalam wawan-cara dengan stasiun televisi Jew-ish Channel. Saat itu, Gingrich mengatakan rakyat Palestina sebagai bangsa buatan.

“Secara sejarah mereka meru-pakan bagian dari komunitas Arab,” ujar Gingrich dalam wawancara Jumat pekan lalu (9/12).

Selain itu, ia juga mengkritik kebijakan Presiden AS Barack Obama dalam mengatasi kondi-si konfl ik Israel-Palestina telah memberikan keuntungan pada teroris. “Sangat jauh dengan realitas. Itu seperti membawa anak kalian ke kebun binatang dan menjelaskan bahwa singa

itu adalah kelinci.”Menanggapi pernyataan Gin-

grich soal kebenaran itu, kan-didat presiden yang lain Mitt Romney mengatakan dirinya bukanlah ‘pelempar bom’ se-perti Gingrich.

“Kita akan membicarakan tentang kebenaran. Tapi kita tidak bisa melempar kata-kata provokatif ke tempat ‘panci se-dang mendidih’,” ujar mantan Gubernur Massachusetts itu.

Romney melanjutkan, sebe-lum membuat penyataan, ia akan menelepon terlebih dulu Perdana Menteri Israel dan bertanya apakah menolong bila dirinya mengatakan seperti yang dikatakan Gingrich. “Saya bukan pelempar bom. Secara retorika atau tertulis,” tandas Romney.

Kandidat lainnya Michele Bachmann dam Ron Paul mengkritik Gingrich sebagai seorang hipokrit.

Keduanya menuding Gin-grich mendapat keuntungan dari kontak-kontaknya dan telah mengambil uang para pembayar pajak melalui lem-baga keuangan Freddie Mac yang mendapat talangan dari pemerintah federal.

“Ketika Anda menerima uang untuk memengaruhi hasil undang-undang, itu meru-pakan contoh kemapanan,” ungkap Bachmann.(Reuters/DK/I-2)

Kandidat RepublikSerang Gingrich Terkait Palestina

BERDEBAT: Mantan Ketua DPR AS Newt Gingrich (kanan) berdebat dengan pesaingnya, mantan Gubernur Massachusetts Mitt Romney, dalam debat kandidat calon presiden Partai Republik di Iowa, Sabtu (10/12).

AP/CHARLIE NEIBERGALL)