INTELLECTUAL CAPITAL corner | Intellectual Capital Copyright Ihyaul Ulum MD. [email protected] http://ihyaul.staff.umm.ac.id/buku-ingsun/40-2/ Intellectual Capital SINOPSIS Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset tidak berwujud (intangible assets) telah meningkat secara dramatis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible assets tersebut adalah intellectual capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Munculnya “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga telah memicu tumbuhnya minat dalam intellectual capital (Petty dan Guthrie, 2000; Bontis, 2001). Salah satu area yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah yang terkait dengan kegunaan IC sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 2001). Selama ini, pembedaan antara intangible assets dan IC telah disamarkan ke dalam pengertian intangible yang keduanya dirujuk pada istilah goodwill (APB, 1970; ASB, 1997; IASB, 2004). Hal ini dapat ditelusuri pada awal tahun 1980-an ketika catatan dan pemahaman umum tentang nilai intangible, biasanya diberi nama goodwill, mulai tampak dalam praktek bisnis dan akuntansi (IFA, 1998). Di Indonesia, kajian tentang intellectual capital masih cukup langka. Kalaupun ada, baru sekedar sebuah wacana dalam page 1 / 2