INSTITUT TEKNOLOGI – PLN PROYEK AKHIR PENGUJIAN TAN DELTA (TD) DALAM RANGKA PEMELIHARAAN PADA SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 KV DI PT HALEYORA POWER. Disusun Oleh : OGI TRI ANDIKA 2017-71-059 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN INSTITUT TEKNOLOGI PLN JAKARTA, 2020
74
Embed
INSTITUT TEKNOLOGI PLN PROYEK AKHIR PENGUJIAN TAN DELTA PEMELIHARAAN PADA SALURAN ...156.67.221.169/3420/1/38. PROYEK AKHIR_OGI TRI ANDIKA... · 2021. 6. 16. · Saluran Kabel Tegangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
PROYEK AKHIR
PENGUJIAN TAN DELTA (TD) DALAM RANGKA
PEMELIHARAAN PADA SALURAN KABEL TEGANGAN
MENENGAH (SKTM) 20 KV DI PT HALEYORA POWER.
Disusun Oleh :
OGI TRI ANDIKA
2017-71-059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA, 2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Proyek Akhir dengan Judul
PENGUJIAN TAN DELTA (TD) DALAM RANGKA
PEMELIHARAAN PADA SALURAN KABEL TEGANGAN
MENENGAH (SKTM) 20 KV DI PT HALEYORA POWER
Disusun oleh :
OGI TRI ANDIKA
NIM : 2017-71-059
Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
Jakarta, 20 Juli 2020
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Program Studi Dosen Pembimbing Utama
D-III Teknologi Listrik
(Retno Aita Diantari, ST., MT.) (Retno Aita Diantari, ST., MT.)
Dosen Pembimbing Kedua
(Rinna Hariyati, ST., MT.)
ii
Pawenary, Ir., MT
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Ogi Tri Andika
NIM : 2017-71-059
Program Studi : D-III Teknologi Listrik
Judul : Pengujian Tan Delta (TD) Dalam Rangka Pemeliharaan
Pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 kV
Di PT. Haleyora Power.
Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Sidang Proyek Akhir pada Program
Diploma III, Program Studi Teknologi Listrik Institut Teknologi – PLN pada
Dibawah ini adalah representasi dari kabel (gambar 3.3). Tangen dari
sudut δ diukur yang akan menunjukkan nilai tahanan dalam isolasi. Dengan
mengukur IR / IC (tangen), kita dapat menentukan kualitas isolasi kabel. Dalam
sebuah kabel sempurna, sudut akan mendekati nol. Sebuah sudut meningkat
menunjukkan peningkatan arus resistif melalui isolasi, yang berarti kontaminasi.
Semakin besar sudut kabel berarti keadaan kabel semakin buruk.
Gambar 3.3 Diagram Phasor Kondisi Isolasi Kabel
Pohon Air adalah saluran berbentuk pohon kecil yang ditemukan dalam
isolasi kabel, disebabkan oleh adanya kelembaban. Mereka sangat menonjol
dalam kabel XLPE yang telah lama beroperasi serta dalam kabel dengan
dielektrik padat lainnya seperti PE dan kabel EPR. Pohon ini berbentuk saluran
air yang dengan adanya medan listrik akan menyebabkan terjadinya PD. Hal
tersebut akan mengarah pada pembentukan pohon listrik, yang akhirnya dapat
tumbuh ke titik di mana akan menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi. Uji
tangen delta menunjukkan tingkat kerusakan akibat adanya pohon air di kabel.
Sumber tegangan diperlukan dalam pengukuran tangen delta kabel dan
kabel tersebut sendiri harus dilepaskan terlebih dahulu dari sistem jaringan.
Sumber tegangan eksternal yang biasanya dipergunakan dalam pengukuran
tangen delta kabel adalah:
1. Tegangan Continuous 50 (60) Hz AC
2. Tegangan Damped AC 20-300 Hz (DAC)
3. Tegangan Very Low Frequency (VLF)
20
Gambar 3.4 Rangkaian Pengukuran Tan Delta
Tabel 3.1 Kelebihan dan Kekurangan diagnostik Tangen Delta
KELEBIHAN KEKURANGAN
a. Dapat melakukan assesment
isolasi kabel. b. Dapat melakukan monitor pada
saat pengujian diantaranya melihat tingkah laku kabel dan ketahanan isolasinya.
c. Dapat mendeteksi adanya Water Tree, celah pada isolator, dan arus bocor.
d. Mendapatkan informasi kondisi isolator kabel dari tabel dan grafik trending dari langkah uji.
a. Tidak dapat memperlihatkan lokasi titik kerusakan isolasi kabel.
21
3.2.2 Degradasi XLPE
Proses degradasi isolasi XLPE dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
utama yaitu ekstrinsik dan instrinsik. Degradasi ekstrinsik disebabkan oleh
gelembung udara (void), kontaminan, ketidaksempurnaan fisik atau komponen
yang kurang tersebar merata. Degradasi instrinsik disebabkan oleh perubahan
fisik atau perubahan kimia atau muatan-muatan yang terperangkap.
Proses degradasi instrinsik dapat mempengaruhi volume besar isolasi,
misalnya degradasi termal bahan isolasi. Degradasi instrinsik biasanya
menyebabkan perubahan lokal bahan isolasi seragam.
Degradasi fisik, kimia, dan listrik adalah mekanisme kerusakan utama yang
mempengaruhi isolasi polimer. Polimer tidak akan mencapai struktur kristal
akhir setelah proses manufaktur. Proses curing akhir struktur isolasi akan
terjadi selama beberapa tahun, karena proses curing adalah proses yang
lamban dimana lubang-lubang kecil dan area padat dapat terbentuk di dalam
isolasi. Struktur isolasi yang tidak merata akan meningkatkan efek degradasi
listrik dan resiko tembus atau kegagalan listrik.
3.2.3 Tegangan Very Low Frequency (VLF)
Very Low Frequency (VLF) system adalah salah satu metode off-line
diagnostik kabel. Sistem ini membangkitkan tegangan AC dan arus pada
frekuensi 0.1 Hz – 0.01 Hz. Tegangan ini masih merupakan tegangan AC
dengan polaritas sinusoidal yang berubah setiap setengah siklus. Peralatan
VLF ini digunakan untuk menghasilkan hasil berupa go/no-go atau pass/fail dari
test ketahanan. Peralatan VLF ini juga dapat digunakan sebagai sumber
tegangan untuk melakukan pengukuran diagnostik Tan Delta kabel. Alat test
VLF ini digunakan untuk pengetesan lapangan beban kapasitif yang besar
seperti kabel dan motor. Semakin rendah frekuensi dari sumber tegangan AC,
semakin rendah arus dan daya yang dibutuhkan untuk memberikan tegangan
pada beban kapasitif seperti kabel. Pada frekuensi 0.1 Hz, dibutuhkan 600 lebih
kecil daya daripada pengetesan kabel dengan frekuensi 60 Hz. Selain itu
pengetesan dengan VLF juga dapat menghindari terjadinya gejala space
charge yang timbul ketika melakukan pengetesan dengan tegangan DC.
22
Prinsip kerja VLF adalah mengetes medium dan high voltage kabel
berpelindung. Kabel yang panjang memiliki kapasitansi dalam ukuran
microfarads. Untuk pengetesan tegangan tinggi AC maka kabel membutuhkan
teknologi VLF ini. Pengetesan tegangan AC adalah cara terbaik untuk
memastikan integritas kabel AC. Jika kabel tidak dapat menahan 2 – 3 kali
tegangan normal, maka kabel tersebut dalam keadaan tidak sehat dan
kemungkinan gangguan pada kemudian hari dapat terjadi. VLF kemudian
digunakan untuk menyebabkan gangguan pada kabel yang kemudian dilakukan
perbaikan atau penggantian. VLF ini sendiri dapat digunakan sebagai sumber
tegangan untuk pengukuran PD dan Tan Delta.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kabel Uji
Pada pengambilan data terkait pengujian Tan Delta kabel tegangan
menengah 20 kV di PT. Haleyora Power yang dilakukan dengan menggunakan
alat TD 45, maka dapat diperoleh data kabel dan penyulang sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Kabel Dan Penyulang
No Nama Penyulang Segmen Kabel Panjang kabel
Tipe kabel
1. Sedap
DK 242 P ke GI
Duri Kosambi 614 m
XLPE (cross linked
polyethylene)
2. Sahara MK 274 ke TA 79 684 m
XLPE (cross linked
polyethylene)
4.2 Hasil Pengujian Tan Delta (TD)
Hasil pengujian Tan Delta (TD) yang telah dilakukan pada kabel XLPE
dengan waktu pemakaian kabel yang berbeda adalah sebagai berikut :
4.2.1 Hasil Pengujian Tan Delta Pada Penyulang Sedap
Pada penyulang ini lama pemakaian kabel dalam waktu 1,5 tahun.
Pengujian dilakukan dari Gardu DK 242 P Ke Arah GI Duri Kosambi.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa R
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 184 nF 184 nF 184 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 1,0 1,0 1,0
Deviation (10e-3) 0,00 0,00 0,00
Tan δ (10e-3) 1,0;1,0; 1,0;1,0; 1,0;1,0;
24
1,0;1,0;1,0 1,0;1,0;1,0 1,0;1,0;1,0
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa R dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 184 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya sama yaitu 1,0 dan deviasi yang didapatkan adalah 0,00.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa S
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 187 nF 187 nF 187 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 1,0 2,5 15,0
Deviation (10e-3) 0,00 0,10 1,37
Tan δ (10e-3) 1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
2,3;2,4;
2,5;2,5;2,6
12,9;14,1;
15,0;16,0;16,8
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa S dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 187 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu pertama
1,0 kedua 2,5 dan ketiga 15,0 serta deviasi yang didapatkan pada level uji
pertama 0,00 kedua 0,10 dan ketiga 1,37.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa T
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 186 nF 186 nF 186 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 1,0 1,0 1,0
Deviation (10e-3) 0,00 0,00 0,00
25
Tan δ (10e-3) 1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa T dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 186 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya sama yaitu 1,0 dan deviasi yang didapatkan adalah 0,00.
4.2.2 Hasil Pengujian Tan Delta Pada Penyulang Sahara
Pada penyulang ini lama pemakaian kabel dalam waktu 4 tahun.
Pengujian dilakukan dari Gardu MK 274 Ke Arah TA 79.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa R
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 187 nF 187 nF 187 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 53,9 47,8 33,1
Deviation (10e-3) 3,19 3,33 2,97
Tan δ (10e-3) 59,6;55,0;
52,7;51,4;50,8
53,3;49,4;
47,3;45,3;43,8
38,2;34,4;
32,3;30,9;29,8
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa R dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 187 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu yang
pertama 53,9 kedua 47,8 dan ketiga 33,1 serta deviasi yang didapatkan
berdasarkan level tegangan uji yang pertama 3,19 kedua 3,33 dan ketiga 2,97.
26
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa S
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 189 nF 189 nF 189 nF
Resistance 10,9 MΩ 10,9 MΩ 10,9 MΩ
Mean (10e-3) 514,9 409,5 295,6
Deviation (10e-3) 28,75 21,40 18,13
Tan δ (10e-3) 564,2;526,2;
508,8;493,4;
482,1
442,9;423,6;
405,0;391,6;
384,3
325,4;305,4;
291,0;282,2;
274,2
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa S dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 189 nF sedangkan
untuk resistansinya 10,9 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu yang
pertama 514,9 kedua 409,5 dan ketiga 295,6 serta deviasi yang didapatkan
berdasarkan level tegangan uji yaitu pertama 28,75 kedua 21,40 dan ketiga
18,13.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa T
Voltage 8,2 kV 16,3 kV 24,4 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 187 nF 187 nF 187 nF
Resistance 95,8 MΩ 95,8 MΩ 95,8 MΩ
Mean (10e-3) 80,8 74,0 89,9
Deviation (10e-3) 2,00 1,49 0,97
Tan δ (10e-3) 83,2;82,9;80,7;
78,9;78,3
75,5;74,9;74,4;
73,8;71,2
91,8;89,4;89,8;
89,5;89,1
27
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa T dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 187 nF sedangkan
untuk resistansinya 95,8 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu pertama
80,8 kedua 74,0 dan ketiga 89,9 serta deviasi yang didapatkan berdasarkan
level tegangan uji yang pertama 2,00 kedua1,49 dan ketiga 0,97.
4.3 Perhitungan Sesuai Data Hasil Pengujian
Dari persamaan rumus kriteria evaluasi dalam pengujian Tan Delta
maka akan diketahui baik atau buruknya kabel dan tindakan yang harus
dilakukan pada kabel tersebut. Dari persamaan 3.2, dan 3.3 maka dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
4.3.1 Perhitungan rata-rata Tan Delta semua level tegangan uji.
1. Rata-rata Tan Delta Pada Penyulang Sedap
a. Pada Fasa R (L1)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =1,0 + 1,0 + 1,0
3
= 1,0
b. Pada Fasa S (L2)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =1,0 + 2,5 + 15,0
3
= 6,167
c. Pada Fasa T (L3)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =1,0 + 1,0 + 1,0
3
= 1,0
28
2. Rata-rata Tan Delta Pada Penyulang Sahara
a. Pada Fasa R (L1)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =53,9 + 47,8 + 33,1
3
= 44,933
b. Pada Fasa S (L2)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =514,9 + 409,5 + 295,6
3
= 406,67
c. Pada Fasa T (L3)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =80,8 + 74,0 + 89,9
3
= 81,57
4.3.2 Perhitungan Perubahan Tan Delta
1. Perubahan Tan Delta Pada Penyulang Sedap
a. Pada Fasa R (L1)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 1,0 − 1,0
= 0
b. Pada Fasa S (L2)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 15,0 − 1,0
= 14,0
c. Pada Fasa T (L3)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 1,0 − 1,0
= 0
29
2. Perubahan Tan Delta Pada Penyulang Sahara
a. Pada Fasa R (L1)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 33,1 − 53,9
= −20,8
b. Pada Fasa S (L2)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 295,6 − 514,9
= −219,3
c. Pada Fasa T (L3)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 89,9 − 80,8
= 9,1
4.4 Analisa Kondisi Kabel
Parameter Tangen Delta pada sistem kabel yang diperoleh dari hasil
pengukurannya menggunakan alat TD 45 sebagai berikut :
1. Mean Tan Delta merupakan hasil rata-rata pengukuran dari level tegangan
uji yang berbeda.
2. Differential Tan Delta merupakan selisih atau perubahan dari level
tegangan uji tertinggi dan level tegangan uji terendah.
3. Stability Tan Delta merupakan deviasi yang terjadi terhadap standar.
Untuk standar pengujian Tan Delta ini tidak mencakup keseluruhan dari
level tegangan uji yang diinput pada kabel, akan tetapi untuk standar baik atau
buruknya kabel lebih dominan diambil ketika input tegangan yang diberikan
sesuai dengan tegangan kerja kabel atau tegangan kerja fasa ground.
30
Berikut ini adalah standar yang pengujian Tan Delta berdasarkan IEEE 400.2 :
Tabel 4.8 Standar Pengujian Tan Delta
Kondisi Kabel Deviasi Tan Delta pada
U0 [10-3]
Perubahan Tan Delta
antara 0,5 U0
[10-3] dan 1,5 U0 [10-3]
Rata- rata Tan Delta pada U0
[10-3]
Tidak Perlu Tindakan < 0,1 Dan < 5 Dan < 4
Pemeliharaan Lebih
Lanjut 0,1-0,5 Atau 5-80 Atau 4-50
Perlu Tindakan > 0,5 Atau > 80 Atau > 50
Tabel 4.9 Tingkat Pengulangan Berdasarkan Kondisi Kabel
Kondisi Kabel Tingkat Pengulangan
Tidak Perlu Tindakan 5 Tahun
Pemeliharaan Lebih Lanjut 1 Tahun
Perlu Tindakan Penggantian Kabel
Berdasarkan standar hasil pengujian menurut IEEE 400.2 maka dapat
diketahui bahwa ketika nilai deviasi tan delta pada kabel yang diuji kurang dari
0,1 dan perubahan tan delta kurang dari 5 serta rata-rata tan delta kurang dari 4
menandakan bahwa kabel masih dalam kondisi baik atau tidak perlu adanya
tindakan. Ketika kondisi kabel dalam keadaan baik maka tingkat pengulangan
pengujian selanjutnya pada kabel tersebut dalam jangka waktu 5 tahun.
Jika nilai deviasi tan delta berada pada kisaran 0,1-0,5 atau perubahan
tan delta 5-80 atau rata-rata tan delta 4-50, maka perlu pemeliharaan lebih
lanjut pada kabel tersebut. Pemeliharaan lebih lanjut ini dalam rentang waktu 1
Tahun. Pada kondisi ini walaupun hanya salah satu dari parameter yang
nilainya dalam rentang tersebut maka kabel termasuk ke dalam kategori
pemeliharaan lebih lanjut. Ababila nilai deviasi tan delta melebihi 0,5 atau
perubahan tan delta melebihi 80 atau rata-rata tan delta melebihi 50 maka
kabel tersebut berada dalam kategori perlu adanya tindakan seperti pergantian
kabel maupun potong sambung.
31
4.5 Analisa Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Dan Sahara
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada penyulang sedap
dan penyulang sahara dengan segmen gardu DK 242 P ke GI Duri Kosambi
dan MK 274 ke TA 79 maka didapatkan perbandingan kondisi kabel dan dasar
pemeliharaan yang akan dilakukan selanjutnya.
Dalam proses pengujian Tan Delta mempunyai standar sistem untuk
menentukan status pada kabel tersebut. Keputusan yang direkomendasikan
adalah hasil perhitungan dan pembacaan alat TD 45. Standar tersebut sudah
menjadi kebijakan PT. Haleyora Power untuk merekomendasikan kapan
pemeliharaan kabel SKTM 20 kV selanjutnya akan dilaksanakan.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan pada pengujian di penyulang
sedap dan penyulang sahara :
Tabel 4.10 Tabel Hasil Perhitungan Dan Pengujian
Parameter Penyulang Sedap Penyulang Sahara
Fasa R Fasa S Fasa T Fasa R Fasa S Fasa T
Rata-Rata TD
pada U0 [10-3] 1,0 2,5 1,0 47,8 409,5 81,57
Perubahan TD
antara 0,5 U0
[10-3] dan 1,5
U0 [10-3]
0 14 0 20,8 219,3 9,1
Deviasi TD
pada U0 [10-3] 0 0,10 0 3,33 21,40 1,49
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata tan delta di
penyulang sedap dan sahara mengalami perbedaan. Pada penyulang sedap
nilai rata-rata tan delta pada saat tegangan kerja di fasa R 1,0, fasa S 25,5 dan
fasa T 1,0.
32
Sedangkan pada penyulang sahara nilai rata-rata tan delta pada saat
tegangan kerja di fasa R 47,8 , fasa S 409,5 dan fasa T 81,57. Untuk
perubahan tan delta yang terjadi pada penyulang sedap di fasa R 0, fasa S 14
dan fasa T 0, sedangkan pada penyulang sahara nilai perubahan tan delta di
fasa R -20,8 fasa S -219,3 dan fasa T 9,1. Parameter yang ketiga adalah
deviasi tan delta. Pada penyulang sedap nilai deviasi tan delta pada saat
tegangan kerja di fasa R 0, fasa S 0,10 dan fasa T 0 sedangkan pada
penyulang sahara nilai deviasi tan delta pada saat tegangan kerja di fasa R
3,33, fasa S 21,40 dan fasa T 1,49.
Gambar 4.1 Grafik Penyulang Sedap Fasa R
33
Gambar 4.2 Grafik Penyulang Sedap Fasa S
Gambar 4.3 Grafik Penyulang Sedap Fasa T
34
Berdasarkan standar hasil pengujian menurut IEEE 400.2 pada tabel 4.8
maka kondisi kabel secara keseluruhan pada penyulang sedap berada pada
tahap pemeliharaan lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan nilai deviasi pada
saat tegangan kerja, dan perubahan tan delta pada fasa S berada di dalam
kategori kedua yaitu pemeliharaan lebih lanjut. Akan tetapi pada fasa R dan T
kondisinya masih dalam keadaan baik. Untuk tahap pengujian selanjutnya
dilakukan dalam satu tahun berikutnya.
Gambar 4.4 Grafik Penyulang Sahara Fasa R
Gambar 4.5 Grafik Penyulang Sahara Fasa S
35
Gambar 4.6 Grafik Penyulang Sahara Fasa T
Kondisi kabel pada penyulang sahara berdasarkan tabel 4.8 berada dalam
kategori perlu adanya tindakan pada kabel tersebut. Hal ini ditandakan dengan
nilai deviasi, rata-rata dan perubahan tan delta yang terjadi berada diatas
standar yang ditetapkan. Besarnya tan delta yang terjadi dapat dilihat dari
penyimpangan pada gambar grafik diatas. Pada penyulang ini menurut hasil
pengujian maka seharusnya dilakukan pergantian kabel karena kondisi kabel
dalam ketiga fasanya dalam keadaan buruk.
Dari hasil pengujian dan perhitungan yang didapatkan diketahui bahwa
ketika umur pemakaian kabel dalam waktu 1,5 tahun masih dalam keadaan
normal. Ketika kabel yang digunakan sudah dalam waktu 4 tahun maka
keadaan kabel dalam kondisi yang perlu adanya tindakan. Hal ini dibuktikan
dalam pengujian yang dilakukan dan data hasil pengujian yang didapatkan.
Semua fasa pada kabel tersebut sudah dalam keadaan buruk dan perlu sebuah
tidakan dan perlu adanya pergantian kabel. Dari data hasil pengujian diatas
maka didapatkan perbandingan bahwa semakin lama umur pemakaian kabel
maka Tan Delta pada kabel tersebut akan semakin buruk.
36
Tabel 4.11 Kondisi Pada Saat Sebelum Dan Sesudah Pengujian Serta Hasil Yang Didapatkan
NO KONDISI SEBELUM
PENGUJIAN KONDISI SESUDAH
PENGUJIAN HASIL
1. Sebelum melakukan pengujian Tan Delta kondisi tanah tempat jalur lintasan kabel pada penyulang Sedap dalam keadaan kering dan melewati tanah yang berpasir. Sedangkan pada penyulang Sahara tanah dalam kondisi kering akan tetapi ada beberapa jalur lintasan kabel yang melewati tanah dalam keadaan lembab.
Ketika sesudah melakukan pengujian kondisi tanah dalam keadaan yang sama dan tidak ada perubahan jalur kabel dalam tanah.
Penyulang Sedap :
Pada penyulang sedap nilai rata-rata Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 1,0 , fasa S 2,5 dan fasa T adalah 1,0. Untuk nilai perubahan Tan Delta di fasa R adalah 0, fasa S adalah 14 dan fasa T adalah 0. Sedangkan untuk nilai deviasi Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 0, fasa S adalah 0,1 dan fasa T adalah 0. Penyulang Sahara :
Pada penyulang Sahara nilai rata-rata Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 47,8 , fasa S 409,5 dan fasa T adalah 81,57. Untuk nilai perubahan Tan Delta di fasa R adalah 20,8, fasa S adalah 219,3 dan fasa T adalah 9,1. Sedangkan untuk nilai deviasi Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 3,33 , fasa S adalah 21,40 dan fasa T adalah 1,49.
2. Sebelum melakukan pengukuran gardu dalam keadaan aktif dan beroperasi. Dan pada saat pengukuran gardu dalam keadaan mati atau tidak beroperasi.
Sesudah melakukan pengujian gardu diaktifkan kembali untuk beroperasi.
3. Kabel pada penyulang sedap merupakan kabel yang telah beroperasi selama 1,5 tahun sedangkan pada penyulang sahara kabel telah beroperasi selama 4 tahun.
Kondisi sesudah pengujian sama dengan kondisi sebelum pengujian.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan dan perhitungan pada bab-bab sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kondisi kabel pada penyulang Sedap berada pada tahap pemeliharaan
lebih lanjut. Hal ini dapat dilihat dari data yang didapatkan bahwa di fasa
S perubahan Tan Delta nilainya 14 dan deviasi Tan Delta nilainya 0,10
yang berdasarkan standar berapa pada tahap pemeliharaan lebih lanjut.
Pada penyulang sahara kondisi kabel memerlukan tindakan yaitu
melakukan pergantian kabel.
2. Kenaikan sudut Tan Delta sangat berpebgaruh pada kondisi kabel.
Kenaikan sudut ini dipengaruhi oleh keadaan kabel yang semakin buruk.
Apabila kabel dalam keadaan kotor maka itulah yang menjadi hambatan
resistif pada kabel yang dapat meningkatkan nilai Tan Delta.
3. Berdasarkan kriteria hasil pengujian diketahui bahwa, semakin lama
umur pemakaian kabel maka kondisi Tan Delta akan semakin buruk. Hal
ini ditunjukkan dari data yang didapatkan bahwa nilai rata-rata,
perubahan, dan deviasi Tan Delta pada penyulang sedap nilainya kecil
dan pada penyulang sahara nilainya besar dan diatas standar.
5.2 Saran
Selama melakukan penelitian di PT. Haleyora Power, maka penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebelum menggunakan alat pengujian sebaiknya alat dikalibrasi terlebih
dahulu agar hasil pengujian yang didapatkan lebih akurat.
2. Pemeliharaan yang dilakukan agar sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dan sesuai rekomendasi yang telah ditetapkan.
38
DAFTAR PUSTAKA
[1]. PT. PLN PUSLITBANG.2010. Penelitian No.15.LIT.2010. Studi Assesmen
Kondisi Kabel 20 KV. Jakarta Selatan: PT PLN (PERSERO).
[2]. Jurjani, Firman. 2016. Analisis Dan Resiko Partial Discharge Pada Kabel
Tegangan Menengah. Jakarta : Jurnal.
[3]. Syakur, Abdul. 2009. Pengujian Tan Delta Pada Kabel Tegangan Menengah.