Top Banner
1 x INSEKTISIDA DAN AKARISIDA YANG BERASAL DARI ALAM Panut Djojosumarto [email protected] A. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan insektisida dan akarsida alami adalah semua bahan aktif insektisida dan akarisida yang diambil dari alam, bukan merupakan hasil sintesa di laboratorium. Ketika insektisida alami diproduksi secara komersial, peranan industri terbatas pada riset dan pengembangan, pemurnian bahan aktif dan formulasi, sehingga senyawa tersebut dapat digunakan secara praktis di lapangan. Dalam aartikel ini kami membagi insektisida alami kedalam beberapa kategori sebagai berikut: 1. Insektisida nabati (insektisida botani), yakni bahan aktif insektisida yang diekstrak dari tumbuhan, seperti azadiraktin, nikotin, rotenon, dan seterusnya. 2. Insektisida mikrobiologi (insektisida biologi), adalah mikroorganisme seperti jamur, virus, nematoda, dan sebagainya, yang umumnya menyebabkan penyakit pada serangga hama tertentu.
40

Insektisida alami

Jul 06, 2015

Download

Documents

djojosumarto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Insektisida alami

1

x

INSEKTISIDA DAN AKARISIDA

YANG BERASAL DARI ALAM

Panut Djojosumarto

[email protected]

A. PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan insektisida dan akarsida alami adalah semua bahan

aktif insektisida dan akarisida yang diambil dari alam, bukan merupakan hasil

sintesa di laboratorium. Ketika insektisida alami diproduksi secara komersial,

peranan industri terbatas pada riset dan pengembangan, pemurnian bahan aktif dan

formulasi, sehingga senyawa tersebut dapat digunakan secara praktis di lapangan.

Dalam aartikel ini kami membagi insektisida alami kedalam beberapa kategori

sebagai berikut:

1. Insektisida nabati (insektisida botani), yakni bahan aktif insektisida yang

diekstrak dari tumbuhan, seperti azadiraktin, nikotin, rotenon, dan

seterusnya.

2. Insektisida mikrobiologi (insektisida biologi), adalah mikroorganisme

seperti jamur, virus, nematoda, dan sebagainya, yang umumnya

menyebabkan penyakit pada serangga hama tertentu.

Page 2: Insektisida alami

2

3. Insektisida alami yang bukan termasuk ke dalam kategori 1, 2 dan 4.

Contoh dari kategori ini adalah tanah diatomeae, bubuk karbon, dan

sebagainya.

4. Insektisida yang berasal dari fermentasi mikroorganisme, seperti

antibiotika, makrolida, dan sebagainya. Alasan mengapa kelompok

antibiotika dan/atau makrolida kami masukkan ke dalam kelompok

insektisida alami adalah kenyataan bahwa senyawa kimia ini tidak

dibuat/disintesa di laboratorium, tetapi dihasilkan secara alami dari

fermentasi mikrobiologi.

B. INSEKTISIDA NABATI

Sejak lama diketahui bahwa beberapa ekstrak tumbuhan bersifat racun bagi

serangga tertentu. Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida telah

diketahui sejak abad 18, di antaranya daun tembakau (1763), bubuk piretrum dari

bunga Chrysantemum (1840), dan akar tuba (Derris eliptica).

Daftar tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pestisida botani

diberikan dalam tabel 1.

Tabel 01: Beberapa jenis tumbuhan yang telah diteliti manfaatnya sebagai pestisida botani

No Nama Umum Nama Ilmiah Bagian tanaman Penggunaan

1 Aglaia (i) Aglaia

odorata Kulit, batang, daun Insektisida

2 Babandotan Ageratum conyzoides Daun, batang, akar

Insektisida Nematisida

3 Balakama Ocimum basilicum Daun, biji Insektisida 4 Bawang Allium spp. Umbi Insektisida

Fungisida Nematisida

5 Bengkuang Pacchiryzus erosus Daun, biji Insektisida 6 Bitung Barringtonia sp. Biji Insektisida

Piscisida 7 Brotowali Tinospora sp. Batang Insektisida 8 Cengkih Syzigium aromaticum Daun, bunga Bakterisida

Fungisida Insektisida

9 Daun wangi Malaleuca bracteata Daun Atraktan 10 Duku Lansium domesticum Kulit buah, biji Insektisida 11 Gadung Dioscore composite Umbi Rodentisida

Page 3: Insektisida alami

3

Insektisida 12 Jarak Ricinus communis Biji, daun Rodentisida

Insektisida Nematisida

13 Jarak pagar Jathropa curcas Biji Insektisida 14 Jeringau Acarus calamus Rimpang Insektisida

Fungisida 15 Kecubung Datura sp. Biji, daun Insektisida 16 Kembang

sungsang Gloriosa superba Akar Insektisida

17 Kipahit Tithonia sp. Daun Repelen 18 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Nematisida

Rodentisida 19 Lada Piper nigrum Buah, biji Insektisida

Nematisida Fungisida

20 Legundi Vitex trifolia Daun Insektisida 21 Lempuyang

emprit Zingiber Americans Rimpang Insektisida

22 Lempuyang gajah

Zingiber zerumbet Rimpang Insektisida

23 Lerak Sapindus rarak Buah, biji Piscisida Insektisida

24 Mahoni Swietenia macroplylla Biji Insektisida 25 Jambu mete Anacardium

occidentale Kulit biji Insektisida

Nematisida Fungisida Bakterisida

26 Mimba Azadirachta indica Biji Insektisida Nematisida

27 Nangka Artocarpus heterophylus

Daun Nematisida

28 Nilam Pogostemon cablin Daun Insektisida Repelen

29 Patah tulang Euphorbia turricalli Daun Molluskisida 30 Pepaya Carica papaya Akar, daun Nematisida 31 Picung Pangium edule Buah Insektisida 32 Piretrum Chrysantemum spp. Bunga Insektisida 33 Saga Abrus pecatorius Biji Insektisida 34 Secang Caesalpinia sappan Daun, bunga, biji Insektisida 35 Selasih Ocimum sp. Daun Atraktan 36 Sembung Blumea balsamifera Daun Molluskisida 37 Senggugu Clerodendron seratum Daun Rodentisida 38 Sereh dapur Andropogon nardus Daun Insektisida

Fungisida 39 Sirih Piper bettle Daun Bakterisida

Fungisida 40 Sirsak Annona reticulate Daun, biji Insektisida 41 Srikaya Annona squamosa Biji Insektisida

Nematisida 42 Tefrosia Tephrosia vogelii Daun Molluskisida 43 Tembakau Nicotiana tabacum Daun Insektisida

Fungisida Nematisida

44 Tembelekan Lantana camara Bunga, daun Insektisida

Page 4: Insektisida alami

4

45 Akar tuba Derris elliptica Akar Piscisida Insektisida

Novizan (2002): Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan

Berikut adalah beberapa insektisida nabati yang telah dapat dimurnikan bahan

aktifnya, dan diproduksi secara komersial, meskipun banyak di antaranya yang

belum dipasarkan di Indonesia.

Asam sitrat (citric acid)

Asam sitrat diekstraksi dari buah jeruk, digunakan sebagai insektisida untuk

mengendalikan berbagai jenis serangga, seperti semut, aphids, kumbang, ulat,

wereng daun, kutu dompolan, tungau dan kutu kebul, pada tanaman buah-buahan,

sayuran dan tanaman hias.

Azadiraktin (azadirachtin)

Ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) sejak lama diketahui mempunyai efek

insektisida. Azadiraktin (AZA) adalah senyawa kimia utama dari ekstraksi atas biji-

biji mimba (neem). Disamping azadiraktin, ekstrak biji mimba juga mengandung

senyawa limonoid lainnya, seperti nimbolid, nimbin dan salanin. Ekstrak biji mimba,

atau “neememulsion” mengandung 25% (berat/berat) azadiraktin, 30-50% senyawa

limonoid lainnya, 25% asam lemak dan 7% ester gliserol.

Azadiraktin bekerja sebagai antagonis ecdyson (ecdyson adalah hormon yang

bertanggung-jawab atas proses pergantian kulit serangga), sehingga ecdyson tidak

bekerja dengan baik dan serangga hama yang terpapar akan tergganggu proses

ganti kulitnya, sehinnga mati. Oleh karena itu azadiraktin dapat diklasifikasikan

sebagai penghambat pertumbuhan serangga (insect growth regulator : IGR)

Azadiraktin digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama dari genus-

genus yang berbeda. Efektif untuk mengendalikan kutu kebul (Bemisia spp.), thrips,

pengorok daun, aphids, larva Lepidoptera (ulat), kutu sisik, kumbang dan kutu

dompolan, pada sayuran (tomat, kubis, kentang), kapas, teh, tembakau, kopi, dan

tanaman hias.

LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb. Tidak menyebabkan

iritasi pada kulit, tapi sedikit pada mata (kelinci). Klasifikasi toksisitas EPA

(formulasi) kelas IV.

Azadiraktin dipasarkan di Indonesia dengan nama-nama dagang Natural 9

WSC, Nimbo 0,6 AS dan Nospoil 8 EC, dan didaftarkan (dalam hal ini Nimbo)

Page 5: Insektisida alami

5

untuk mengendalikan kutu daun Myzus persicae dan ulat grayak Spodoptera litura

pada tanaman cabai (Anonim, 2006).

Azadiraktin-dihidro (dihydroazadirachtin)

Insektisida dihidroazadiraktin (DAZA) adalah bentuk terreduksi dari azadiraktin

alami. Sifat-sifatnya mirip dengan azadiraktin, demikian halnya dengan cara kerja

(mode of action) dan hama sasarannya.

LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb.

Ekstrak bawang putih

Digunakan sebagai pengusir serangga (insect repellent) dan harus digunakan

sebelum ada serangan serangga hama. Mungkin senyawa mengandung sulfur yang

terdapat dalam ekstrak bawang putihlah yang bertanggung-jawab atas efek

repellent-nya. Beberapa produk berisi ekstrak bawang putih telah diproduksi secara

komersial. Dalam penggunaannya dicampur dengan horticultural oil atau minyak

ikan, diencerkan sesuai dengan rekomendasi produsennya, dan disemprotkan

dengan volume tinggi pada tanaman yang dilindungi. Waktu aplikasikan sebaiknya

menjelang sore, dan diulangi setiap 10 hari.

Ekstrak bawang putih mungkin juga mengusir serangga penyerbuk. Karena itu

jangan digunakan saat tanaman berbunga, apabila kehadiran serangga penyerbuk

penting bagi produksi tanamannya. Ekstrak bawang putih praktis tidak berbahaya

(dalam takaran normal). Ekstrak bawang putih juga dimanfaatkan sebagai suplemen

makanan dan dalam masak-memasak.

Eugenol (4-allyl-2-methoxyphenol)

Eugenol (minyak cengkih) diekstrak dari berbagai jenis tanaman, termasuk

cengkih, bersifat sebagai insektisida. Cengkih mengandung antara 14-20% minyak

cengkih.

Digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk kutu

tanaman (aphids), ulat grayak, kumbang, ulat tanah, belalang, tungau, dsb., pada

tanaman sayuran dan buah-buahan.

Kapsaisin (Capsaicin)

Kapsaisin adalah senyawa kimia yang terdapat pada tanaman Solanaceae dari

genus Capsicum (berbagai macam cabai), dan merupakan senyawa kimia yang

Page 6: Insektisida alami

6

bertanggung-jawab atas rasa pedas pada cabai. Senyawa ini merupakan pengusir

serangga dan tungau, serta mempunyai efek sebagai insektisida. Juga dikatakan

dapat mengurangi transpirasi tumbuhan.

Produk komersial dengan nama dagang Armorex mengandung campuran

ekstrak cabai (kapsaisin) dengan mustard oil (allyl isothiocyanate) digunakan

dengan cara dikocorkan (soil drench) sebelum tanam, dan dapat mengendalikan

berbagai jenis cendawan tular tanah (termasuk Pythium, Rhizoctonia, Phytophthora,

Pyrenochaeta, Sclerotium, Armillaria dan Plasmodiophora), serangga tanah seperti

ulat potong (Agrotis), lundi (uret, larva kumbang), molluska, nematoda (Tylenchus,

Pratylenchus, Xiphinema, dsb.), serta sejumlah gulma.

Kapsaisin dikatakan dapat mengganggu metabolisme serangga dan bekerja

pada susunan syaraf sentral serangga.

Karanjin

Insektisida dan akarisida karanjin diekstrak dari biji tumbuhan Derris indica

(Pongamia pinnata). Bentuk WP didapat dengan menggiling biji hingga menjadi

tepung. Digunakan untuk mengendalikan tungau, kutu sisik, serangga pengunyah

dan penusuk-pengisap, serta beberapa jenis jamur. Terutama efektif untuk

mengendalikan kutu kebul (whiteefly) thrips, pengorok daun, aphids, ulat, kutu sisik

dan kutu dompolan pada berbagai jenis tanaman termasuk sayuran, kapas, teh,

tembakau, dan tanaman hias.

Karanjin bekerja dengan berbagai macam cara. Karanjin adalah penghalau

serangga (insect repellent), antifeedant (menghilangkan nafsu makan serangga),

menekan kegiatan hormon ecdyson (hormon yang mengatur pergantian kulit

serangga), karenanya bertindak sebagai insect growth regulator (IGR). Dikatakan

pula bahwa karanjin mampu menghambat sitokrom P450 pada serangga dan

tungau yang peka. Digunakan dengan cara disemprotkan.

Tidak ada bukti adanya efek alergi dan efek negatif lainnya, baik pada produsen,

formulator maupun pengguna.

Minyak kanola (canola oil)

Minyak kanola diekstrak dari biji kanola (iolseed rape plants, Brassica napus dan

Brassica campestris). Efektif untuk mengendalikan, dengan cara mengusir (insect

repellent) berbagai jenis serangga hama pada berbagai jenis tanaman, termasuk

Page 7: Insektisida alami

7

sayuran, tanaman hias, buah-buahan, jagung, bit gula, kedelai, dan sebagainya.

Digunakan dengan cara disemprotkan atau dialirkan lewat saluran irigasi.

Nikotin

Nikotin adalah senyawa bioaktif kimia utama dari tanaman tembakau (Nicotiana

tabacum, N. glauca dan N. rustica) serta beberapa tumbuhan dari familia

Lycopodiaceae, Crassulaceae, Leguminosae, Chenopodiaceae dan Compositae.

Nikotin sejak lama digunakan sebagai insektisida. Rata-rata kandungan nikotin pada

N. tabacum dan N. rustica adalah 2% hingga 6% berat kering. Dahulu nikotin

diproduksi dalam bentuk ekstrak dari daun tembakau, tetapi kini dibuat dan dijual

dalam bentuk nikotin teknis atau nikotin sulfat.

Nikotin adalag racun non-sistemik, terutama aktif dalam fase uapnya, tetapi juga

memiliki sedikit efek sebagai racun kontak dan racun perut. Bekerja pada syaraf

serangga dengan memblok reseptor (penerima) kholinergik asetilkholin. Merupakan

insektisida yang sangat toksik, berspektrum sangat luas, digunakan untuk

mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk aphids, thrips dan kutu

kebul; pada berbagai tanaman.

LD50 oral pada tikus antara 50-60 mg/kg, LD50 dermal (kelinci) 50 mg/kg. Mudah

diabsorbsi oleh kulit, beracun bagi manusia bila berkontak dengan kulit. Merupakan

racun inhalasi yang sangat toksik. Klasifikasi toksisitas WHO (bahan aktif) kelas Ib,

dan EPA (formulasi) kelas I.

Piretrum

Bubuk piretrum, yakni tepung yang diperoleh dari bunga semacam krisan, telah

digunakan sebagai insektisida di berbagai belahan bumi sejak jaman purba.

Tanaman ini mungkin berasal dari Cina, yang selanjutnya menyebar ke barat lewat

jalur sutera ke Persia pada abad pertengahan. Bubuk piretrum kemudian dikenal

pula sebagai Persian Insect Powder. Selanjutnya tanaman ini menyebar ke pesisir

laut Adriatik di Dalmatia (bagian dari Kroasia).

Piretrum diperoleh dari bunga tumbuhan semacam krisan, yakni Chrysantemum

cinerariaefolium (Pyrethrum cinerariaefolium, Tanacetum cinereriaefolium). Ekstrak

ini selanjutnya dimurnikan menggunakan metanol.

Ekstrak piretrum terdiri atas 3 kelompok senyawa, yang keseluruhannya terdiri

atas 6 senyawa bioaktif yakni piretrin (piretrin I dan II), jasmolin (jasmolin I dan II)

dan sinerin (sinerin I dan II).

Page 8: Insektisida alami

8

Rotenon

Rotenon merupakan senyawa kimia bersifat insektisida yang diekstrak dari

tanaman akar tuba (Derris eliptica & Derris maccensis), Lonchocarpus sp., dan

Tephrosia sp. Sejak lama perasan akar tuba digunakan untuk meracuni ikan.

Rotenon efektif untuk mengendalikan berbagai serangga hama, termasuk

aphids, thrips, tungau, semut merah, dan sebagainya. Bila diaplikasikan ke air

mampu mengendalikan larva nyamuk. Juga digunakan untuk mengendalikan ekto-

parasit ternak (bidang peternakan) dan di bidang perikanan digunakan untuk

mengendalikan ikan buas. Di bidang pertanian digunakan pada tanaman hias dan

sayuran.

Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi

serangga sasaran (pada lokasi I). Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun

lambung.

LD50 oral (tikus putih) 132-1500 mg/kg, mencit putih 350 mg/kg. LD50 dermal

(kelinci) >5000 mg/kg bb. Kelas toksisitas WHO (bahan aktif) kelas II, EPA

(formulasi) kelas I dan III. Perkiraan dosis mematikan untuk manusia antara 300-

500 mg/kg. Sangat beracun bila terhisap dibandingkan dengan bila termakan.

Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi.

Ryania

Ryania diekstrak dari tumbuhan Ryania speciosa, dan digunakan sebagai

insektisida untuk mengendalikan serangga Cydia pomonella, penggerek batang

jagung Ostrinia nubilalis serta thrips pada jeruk. LD50 oral (tikus) 1200 mg/kg bb.

Sabadila

Sabadila diekstrak dari biji Schoenocaulon officinale dan mengandung bahan

aktif veratrin yang merupakan campuran 2 : 1 dari sevadin, veratridin dan komponen

minor lainnya. Sabadila merupakan insektisida kontak dan selektif untuk untuk

mengendalikan thrips pada jeruk dan advokat.

Sitronela

Sitronela diakstrak dari tanaman sereh wangi, dan telah digunakan sebagai

pengusir (insect repellent) nyamuk, dsb., sejak 1901. Kecuyali mengandung

Page 9: Insektisida alami

9

sitronela, ektrak tanaman ini juga mengandung senyawa-senyawa minor lainnya,

seperti alpha-sitronela, sitronelol dan alpha-sitronelol.

C. INSEKTISIDA MIKROBIOLOGI

Mikroorganisme berasosiasi dengan serangga dengan berbagai macam cara,

mulai dari asosiasi mutualistik (simbiose) sampai yang bersifat parasitik.

Mikroorganisme parasit ini dapat menyebabkan penyakit bagi serangga, dan dikenal

sebagai patogen serangga (entomopatogen). Telah diketahui bahwa ada sekitar

1500 spesies mikroba menyebabkan penyakit pada antropoda, termasuk serangga.

Berbagai patogen serangga yang telah dimanfaatkan sebagai insektisida

mikrobiologi ditampilkan di bawah ini. Banyak diantaranya telah diproduksi secara

komersial.

a. Jamur

Beauveria spp.

Hirsutela thompsonii (akarisida)

Lagenidium giganteum

Lecanicillium lecanii (dahulu Verticillium lecanii)

Metarhizium spp

Paecilomyces fumosoroseus (+ akarisida)

b. Bakteri

Bacillus spp.

Paenobaccilus popilliae (dahulu Bacillus popilliae)

Serratia entomophila

c. Nematoda

Heterorhabditis spp.

Steinernematidae spp.

d. Protozoa: Microsporidium

Nosema locustae

Page 10: Insektisida alami

10

Vairimorpha necatrix

e. Virus

Granulosis virus (GV)

Nucleopolyhedro virus (Nuclear Polyhedrosis Virus, NPV)

C.1. Insektisida Mikrobiologi: Jamur

Tidak seperti patogen serangga lainnya ( misalnya bakteri dan virus) yang

umumnya harus di makan dan dicerna agar dapat menginfeksi inangnya, jamur

dapat menginfeksi inangnya (dalam hal ini serangga hama) dengan cara penetrasi

langsung. Apabila spora jamur menempel pada kulit serangga, dan apabila kondisi

mendukung, maka spora akan berkecambah, menembus kutikula serangga dan

masuk kedalam tubuh serangga. Dalam tubuh serangga jamur akan berkembang

membentuk hifa dan miselium hingga memenuhi bagian dalam tubuh serangga,

hingga serangga akhirnya mati. Jamur kemudian hidup sebagai saprofit dan

menyerap hara dari tubuh serangga yang sudah mati. Tubuh buah jamur kemudian

muncul dari bangkai serangga inang, menghasilkan spora, dan siap disebarkan

untuk menginfeksi serangga lainnya.

Tanaka dan Kaya (1993) telah mendata jamur penyebab penyakit serangga

(entomopatogen) yang terdapat dalam 8 kelas, 13 ordo dan 57 genus. Banyak

diantaranya yang bersifat sangat spesifik (hanya menginfeksi serangga tertentu).

Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin

Digunakan sebagai insektisida. Jamur ini dahulu dikenal dengan nama Botrytis

bassiana. Jamur entomopatogen (penyebab penyakit serangga) ini menginvasi

tubuh serangga sasaran. Spora (konidia) jamur akan menempel pada kutikula

serangga, dan saat berkecambah, benang jamur (hifa) akan menembus kutikula

dan berkembang didalam tubuh serangga. Untuk perkecambahan diperlukan

kelembapan tinggi serta air bebas. Infeksi bisa memakan waktu 24 hingga 48 jam,

tergantung pada temperatur. Serangga sasaran masih hidup 3 hingga 5 hari

sesudah infeksi, sebelum akhirnya mati. Sesudah serangga sasaran mati, spora

jamur akan terus diproduksi diluar tubuh serangga. Insektisida berbasis B. bassiana

adalah racun kontak dan bersifat sangat spesifik pada serangga sasaran.

Page 11: Insektisida alami

11

Diaplikasikan dengan disemprotkan pada kanopi tanaman. Dapat diaplikasikan

bersama insektisida lain, dengan tambahan ajuvant dan sebagainya. Jangan

digunakan bersama fungisida, dan tunggu hingga 48 jam sebelum menggunakan

fungisida. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan jangan

dicampur dengan air yang mengandung klorin.

Tidak menyebabkan infeksi pada tikus sesudah perlakuan 21 hari. Oral LD50

pada tikus >18 X 108 cfu/kg, dermal (tikus) >2000 mg/kg. Menyebabkan iritasi pada

mata, kulit dan sistim pernafasan.

Produk berbasis Beauveria bassiana yang telah diproduksi secara komersial

terdiri atas isolat-isolat berikut.

- Beauveria bassiana isolat BB 147

Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek tongkol jagung

(Ostrinia nubilalis, european corn borer dan Ostrinia furnacalis, asian corn

borer), pada tanaman jagung.

padi.

Gambar 01:: Wereng coklat dan walangsangit terinfeksi jamur Beauveria bassania (dari Shepard, dkk; IRRI)

Page 12: Insektisida alami

12

- B. bassiana isolat stanes

Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek buah kopi, lundi (uret),

penngerek buah kapas, ulat potong (cutworm), wereng batang coklat dan ulat

kubis, pada tanaman teh, kopi, kapas, tomat, okra, terung dan

- B. bassiana isolat GHA

Isolat GHA terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whitefly),

thrips, aphids, serta kutu dompolan, pada tanaman sayuran dan tanaman hias..

- B. bassiana isolat ATCC 74040

B. bassiana isolat ATCC 74040 efektif untuk mengendalikan Coleoptera dan

Hemiptera pada lapangan rumput dan tanaman hias.

Beauveria brongniartii (Saccardo) Petch

Jamur yang dimanfaatkan sebagai insektisida ini pernah dikenal dengan nama

Beauveria tenella. Dewasa ini ada 3 isolat yang dikomersialkan, yakni isolat Bb96

(isolat Swiss) dan IMBST 95.031 serta 95.041 (isolat Austria). Seperti jamur

entomopatogen lainnya, jamur ini juga menyerang tubuh serangga sasaran. Spora

(konidia) jamur akan menempel pada kutikula serangga, dan saat berkecambah,

benang jamur (hifa) akan menembus kutikula dan berkembang didalam tubuh

serangga. Untuk perkecambahan diperlukan kelembapan tinggi serta air bebas.

Infeksi bisa memakan waktu 24 hingga 48 jam, tergantung pada temperatur.

Serangga sasaran masih hidup 3 hingga 5 hari sebelum akhirnya mati. Sesudah

serangga sasaran mati, spora jamur akan terus diproduksi diluar tubuh serangga.

Insektisida berbasis B. bassiana adalah racun kontak dan bersifat sangat spesifik

pada serangga sasaran.

Dapat diaplikasikan bersama pestisida kimia lainnya, kecuali fungisida.

Diklasifikasikan sebagai non-toksik, dengan LD50 oral (tikus) >5000 mg/kg,

dermal (tikus) >2000 mg/kg, menimbulkan iritasi ringan pada kulit kelinci.

- B. brongniartii isolat Bb96

Isolat ini diisolasi dari semacam uret (lundi) Hoplochelus marginalis yang

terdapat di Madagaskar,oleh CIRAT/IRAT, Prancis. Prises untuk formulasinya

sekarang dimiliki oleh Natural Plant Protection (NPP). Digunakan untuk

Page 13: Insektisida alami

13

mengendalikan uret Hoplochelus marginalis pada tanaman tebu. Diaplikasikan

di tanah saat tanam pada alur-alur tanaman, atau pada pangkal ratun tebu.

- B. brongniartii isolat IMBST 95.031 dan 95.041

Isolat ini diisolati dari padang rumput yang diserang oleh larva Melolontha

melolontha oleh Istitut Mikrobiologi Universitas Leopold-Franzens di Austria.

Digunakan untuk mengendalikan larva Melolontha melolontha diaplikasikan

pada benih yang akan ditanam.

Hirsutella thompsonii Fisher

Akarisida biologis komersial berisi jamur Hirsutella thompsonii isolat MF(Ag)S

(ITCC 4962; IMI 385470), digunakan untuk mengendalikan tungau dari famili

Eriophyidae, terutama tungau kelapa Aceria guerreronis. Pertama kali diisolasi dari

tungau Eriophyidae di Tamil Nadu, India.

Jamur ini bekerja dengan mendegradasi kutikula tungau. Spora jamur yang

menempel pada kulit tungau, bila kondisi menunjang, akan berkecambah dan germ

tube dengan kekuatan fisik dan enzym akan memasuki kutikula tungau dan

selanjutnya hifa jamur berkembang dalam tubuh tungau, memproduksi spora pada

kutikula tungau baik yang masih hidup atau yang sudah mati, dan melanjutkan

siklus hidup selanjutnya.

Sediaan komersial yang mengandung spora H. tompsonii diaplikasikan dengan

cara disemprotkan bila kondisi cuaca kering. Jangan dicampur dengan fungisida,

terutama ditiokarbamat. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuta, asam, basa,

dan jangan dicampur dengan ir yang mengandung klorin.

Hirsutella thompsonii tidak menyebabkan iritasi kulit dan mata, tidak ada bukti

menyebabkan keracunan akut maupun kronis. Tidak nampak adanya reaksi alergik

atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat dalam penelitian,

produksi serta pengguna H. thompsoni.

Lagenidium giganteum Couch

Lagenidium giganteum digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk, yang

meluputi genus-genus Aedes, Anopheles, Coquillettidea, Culex, dan sebagainya.

L. giganteum adalah parasit dari larva nyamuk. Zoospora jamur, bila

diaplikasikan dalam air, akan mencari larva nyamuk dan menempel pada kutikula.

Selanjutnya zoospora akan berkecambah dan menembus kutikula larva, dan

Page 14: Insektisida alami

14

selanjutnya berkembang dalam tubuh jentik-jentik nyamuk dan khirnya

menyebabkan kematian.

Lecanicillium lecanii (Zimmerman) Gams & Zare

Dahulu dikenal dengan nama lama Cephalosporium lecanii atau Verticillium

lecanii. Jamur L. lecanii adalah entomopatogen yang bertindak dengan

mendegradasi kutikula serangga sasaran. Spora yang menempel pada kutikula

serangga, saat berkecambah akan masuk kedalam tubuh serangga dengan

menembus kutikula, baik dengan kekuatan fisik maupun bantuan enzym. Hifa jamur

kemudian akan berkembang dalam tubuh serangga yang menyebabkan serangga

sakit dan akhirnya mati.

Diaplikasikan pada kanopi daun dengan semprotan volume tinggi, sebagiknya

saat kelembapan tinggi. Jamur ini tidak menyebabkan keracunan pada tanaman

(non-fitotoksik) dan juga non-fotipatogenik (tidak menyebabkan penyakit pada

tanaman). Peka terhadap sejumlah fungisida, terutama ditiokarbamat. Tidak boleh

dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

L. lecanii tidak menyebabkan iritasi kulit dan mata. Tidak ada bukti bahwa L.

lecanii menyebabkan keracunan akut atau kronis, dan tidak menyebabkan infeksi

pada mamalia. Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan

lainnya pada mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna H.

thompsoni.

- L. lecanii isolat aphids

Isolat aphids (aphids isolate) ditemukan oleh R.A. Hall, dan diisolasi dari

semacam aphids, Macrosiphoniella sanborni, digunakan untuk mengendalikan

aphids, kutu kebul (whitefly), thrips dan kutu sisik pada sayuran, tanaman hias

dan tanaman lainnya.

- L. lecanii isolat kutu kebul (whitefly)

L. lecanii Isolat kutu kebul (whitefly isolate) juga ditemukan oleh R.A. Hall,

dan diisolasi dari kutu kebul rumah kaca, Trialeurodes vaporariorum. L. Lecanii

whitefly isolate dimanfaatkan untuk mengendalikan terutama kutu kebul, dengan

efek samping pada thrips.

Metarhizium anisopliae Sorok

Page 15: Insektisida alami

15

Insektisida biologi Metarhizium anisopliae dahulu dikenal dengan nama

Penicillium anisopliae dan Entomophthora anisopliae. Jamur yang umum terdapat

pada serangga yang mati, dan produk komersial diisolasi dai wereng batang padi

(Nilaparvata lugens). Ada produk yang khusus untuk mengendalikan rayap, ada

pula yang diregistrasi untuk wereng padi (Nilaparvata lugens) dan hama lain dari

ordo Coleoptera dan Lepidoptera, ada pula yang khusus untuk mengendalikan

kecoa.

M. anisopliae merupakan entomopatogen yang efektif, menyerang serangga

sasaran dengan cara menembus kutikula serangga, dan hifa jamur kemudian

berkembang dalam tubuh serangga, yang menyebabkan sakit dan kematian.

Setelah diaplikasikan, jamur akan menginvasi serangga sasaran dalam 2 hari, dan

akan mati dalam 7 – 10 hari. Serangga yang mati akan tetap melekat pada

tanaman, dan spora yang diproduksi oleh jamur akan menambah dan

mempertahankan adanya inokulan yang cukup bagi serangga hama yang datang

kemudian.

Produk untuk bidang pertanian diaplikasikan dengan cara disemprotkan.

Sedangkan untuk mengendalikan rayap diaplikasikan pada lubang-lubang rayap

atau jalur yang dilalui rayap. Gunakan produk berbasis M. anisopliae secara single,

tidak kompatibel dengan fungisida, oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang

mengandung klorin.Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan

lainnya pada mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna H.

thompsoni.

Beberapa varitas dan isolat M. anisopliae juga telah diisolasi dan

dikembangkan, serta diguanakan untuk mengendalikan hama yang berbeda, seperti

dibawah ini.

- M. anisopliae var. acridium

Jamur ini khusus digunakan untuk mengendalikan belalang. Produk

komersial terdiri atas isolat IMI 330189 dan FI-985.

- M. anisopliae var. anisopliae

Varitas khusus untuk mengendalikan larva kumbang (uret, lundi)

Dermolepida albohirtum pada perkebunan tebu.

Page 16: Insektisida alami

16

- M. anisopliae isolat ICIPE 30

Isolat jamur M. anisopliae khusus untuk mengendalikan rayap dari genus

Macrotermes, Microtermes dan Odontotermes, pada pertanaman jagung, ubi

kayu, jeruk, kopi, agroforestry, dan sayuran yang diserang rayap. Juga

digunakan untuk melindungi bangunan, dsb. dari serangan rayap.

- M. anisopliae isolat ICIPE 69

Produk ini khusus untuk mengenalikan hama thrips (Megalurothrips sjostedti,

Thrips tabaci dan Frankliniella occidentalis), pada tanaman sayuran dan

tanaman hias.

Gambar 02: Hama dari Ordo Coleoptera terinfeksi jamur Metarhizium anisopliae (dari Shepard, dkk. IRRI)

Metarhizium flavoviridae var. flavoviridae Gams & Rozsypal

Metarhizium flavoviridae var. flavoviridae isolat F001, digunakan untuk

mengendalikan Adoryphorus coulani pada lapangan rumput (turf).

Paecilomyces fumosoroseus (Wiize) AHS Brown & G. Smith

Paecilomyces furosomoseus merupakan insektisida dan akarisida berbasis

jamur yang dimanfaatkan untuk emngendalikan berbagai jenis serangga, seprti kutu

kebul (Trialeuroes vapororiorum dan Bemisia tabaci). Juga memiliki efikasi terhadap

Page 17: Insektisida alami

17

aphids, thrips dan tungau (spider mites). Isolat Apopka 97 (PFR 97) dari jamur ini

telah diproduksi secara komersial, dan direkomendasikan untuk digunakan pada

tanaman hias serta tanaman pangan, baik di dalam rumah kaca atau di lapangan.

Gambar 03: Wereng coklat terinfeksi jamur Metarhizium flavoviridae (dari Shepard, dkk; IRRI)

C.2. Insektisida Mikrobiologi: Bakteri

Bakteri penyebab penyakit serangga umumnya dibagi ke dalam kelompok

besar, yakni bakteri yang tidak membentuk spora dn bakteri yang membentuk

spora. Kebanyakan spesies bakteri entomopatogen yang diisolasi dari serangga

yang sakit adalah bakteri yang tidak membentuk spora. Akan tetapi untuk produksi

komersial, bakteri yang membentuk spora lebih mudah (relatif) diformulasi, karena

dalam bentuk spora bakteri tidak membutuhkan makanan dan dapat disimpan lebih

lama.

Agar efektif untuk mengendalikan serangga, bakteri umumnya harus dimakan

dan masuk ke dalam saluran cerna serangga terleih dahulu.

Bacillus sphaericus Neide

Bakteri ini terutama digunakan sebagai insektisida biologi di bidang kesehatan

masyarakat untuk mengendalikan nyamuk, terutama efektif untuk Culex spp.

Bacillus sphaericus isolat 2362 dipilih untuk dikomersialkan karena isolat ini efektif

Page 18: Insektisida alami

18

untuk mengendalikan larva Culex spp. B. sphaericus bertindak sebagai racun perut,

dan saat sporulasi bakteri menghasilkan kristal protein. Setelah termakan, dalam

usus serangga kristal protein yang merupakan pro-toksin ini akan dirubah menjadi

racun (toksin) oleh enzym protease. Toksin ini selanjutnya akan terikat pada sel-sel

usus tengah (midgut) pada lokasi spesifik dimana mereka aktif sebagai racun, dan

akhirnya mematikan serangga dengan menghancurkan selaput usus.

Diaplikasikan ke dalam air dimana larva nyamuk hidup. Kompatibel dengan

insektisida lain, jangan diaplikasikan bersama fungisida berbasis tempaga atau

algisida. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam, basa, dan jangan

dicampur dengan air yang mengandung klorin.

Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada

mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna B. sphaericus. Oral

LD50 akut (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg, menyebabkan iritasi

mata dan iritasi kulit ringan pada kelinci.

Bacillus thuringiensis Berliner

B. thuringiensis (Bt) mungkin merupakan insektisida mikrobiologi yang paling

luas dikenal. Bakteri gram positif ini dideteksi pertama kali pada tahun 1902 pada

larva ulat sutera (Bombyx mori) yang mati. Di Eropa, Bt diketemukan juga

diketemukan sebagai penyakit pada bubuk tepung di Thuringen (Jerman). Sejak

diketemukannya, memakan waktu 50 tahun sebelum akhirnya diketahui bahwa

semacam protein yang dihasilkan ketika bakteri ini mencapai fase sporulasi,

bertanggungjawab atas efek insektisidanya.

Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan patogen (penyebab penyakit) bagi

berbagai jenis serangga yang sangat spesifik. Bt merupakan insektisida racun perut.

Saat sporulasi, bakteri menghasilkan kristal protein yang mengandung beberapa

senyawa insektisida yang bekerja merusak sistem percernaan serangga. Setelah

termakan kristal protein ini akan dilarutkan oleh enzym protease, kemudian toksin

yang dihasilkan akan terikat pada sel usus tengah (midgut) serangga pada reseptor

sipesifik. Racun ini menghancurkan selaput usus serangga, serangga akan

berhenti makan dan mati dalam 2 – 3 hari (sumber lain 1 – 4 hari).

Dari B. thuringiensis didapat 4 agen toksik, yakni alpha-eksotoksin (enzym

fosfolipsa), beta-eksotoksin (suatu nukleotida), gamma-eksotoksin (fosfolipasa) dan

delta-endotoksin (parasporal inclusion protein). Setiap toksin terikat pada reseptor

Page 19: Insektisida alami

19

spesifik yang berbeda, dan ini menjelaskan adanya selektivitas yang berbeda dari

beberapa isolat atau subspesies Bt.

Studi yang dilakukan secara luas pada pestisida berbasis Bacillus thuringiensis

menunjukkan bahwa B. thuringiensis dan isolat-isolatnya diklasifikasikan sebagai

non-toksik. LD50 oral tidak ada infeksi atau keracunan yang diamati pada tikus yang

diperlakukan dengan 4.7 X 1011 spora per kg produk. Dermal LD50 (tikus) >5000

mg.kg bb. Beberapa produk dapat mengakibatkan iritasi mata sementara (mungkin

karena bahan pembawanya). Klasifikasi EPA (formulasi) kelas III. Tidak nampak

adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat

dalam penelitian, produksi serta pengguna B. thuringiensis.

Dikenal adanya beberapa varitas atau subspecies Bt, masing-masing dengan

berbagai strain, isolat dan sebagainya. Beberapa diantaranya yang telah diproduksi

secara komersial adalah sebagai berikut.

Gambar 04: Kristal protein Bacillus thuringiensis morrisoni strain T08025 (dari

Wilkipedia)

- B. thuringensis subsp. kurstaki

Digunakan untuk mengendalikan berbagai larva Lepidoptera, terutama ulat

daun kubis (diamond-back moth: Plutella xylostella) pada kubis, dan lepidoptera

lainnya pada sayuran dan kehutanan.

- B. thuringiensis subsp. morrisoni isolat Sa-10 dan NovoBtt

Page 20: Insektisida alami

20

Dahulu dikenal sebagai Bacillus thuringiensis subsp. tenebrionis atau

Bacillus thuringiensis subsp. san diego. Subspesies ini efektif untuk

mengendalikan Coleoptera, baik larva maupun serangga dewasa, terutama

kumbang kolorado (Leptinotarsa decemlineata) pada tanaman kentang dan

Solanaceae lainnya.

- B. thuringiensis subsp. aizawai

Beberapa isolat dan konjugat Bacillus thuringiensis subsp. aizawai

digunakan untuk mengendalikan larva Lepidoptera, termasuk Spodoptera spp.,

juga yang sudah resisten terhadap subsp. kurstaki.

- B. thuringiensis subsp. japonensis

Bacillus thuringiensis subsp. japonensis efektif intuk mengendalikan

kumbang tanah pada lapangan rumput dan tanaman hias.

- B. thuringiensis subsp. israelensis

Bt. subsp israelensis hanya efektif untuk mengendalikan Diptera, seperti lalat

dan nyamuk, di saerah perairan (saluran buangan, dsb.).

Paenibacillus popilliae Newman

Sebelumnya dikenal dengan nama Bacillus popilliae diketemukan oleh pegawai

Deptan Amerika. Bakteri ini diisolasi dari Popillia japonica, dan digunakan untuk

mengendalikan kumbang ini.

Serratia entomophila Grimont

Bakteri yang dimanfaatkan untuk mengendalikan semacam lundi (uret) dari

kumbang Costelytra zealandica) pada padang rumput (turf) di New Zealand.

C.3. Insektisida Mikrobiologi: Virus

Berbagai virus secara alami diketahui merupakan patogen (penyebab penyakit)

yang dapat menyebabkan kematian serangga. Virus patogen ini umumnya bersifat

sangat spesifik, hanya mengendalikan satu jenis serangga hama saja. Tentu selalu

Page 21: Insektisida alami

21

ada kekecualian, misalnya Anagrapha falfifera nucleopolyhedrovirus (AfNPV)

mampu mengendalikan lebih dari 30 spesies larva Lepidoptera yang berbeda.

Insektisida berbasis virus umumnya merupakan larvisida (hanya membunuh

larva serangga) racun lambung. Virus harus dimakan terlebih dahulu oleh serangga

hama, dan didalam sistim pencernaan serangga virus mulai berkembang dan

menyebabkan penyakit serta membunuh serangga hama. Kematian karena virus

patogen ini umumnya cukup lama, antara beberapa hari hingga dua minggu

sesudah aplikasi. Efikasi insektisida virus juga dipengaruhi oleh kondisi alam,

seperti suhu udara dan perkembangan larva serangga.

Insektisida berbasis virus diberi nama menurut serangga hama yang

diserangnya. Misalnya, Spodoptera exigua nocleopolyhedrovirus (SeNPV) adalah

virus yang menyerang, dan karenanya hanya digunakan untuk mengendalikan

Spodoptera exigua. Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang

merupakan penyakit pada, dan karenanya hanya digunakan untuk mengendalikan

Adoxophyes orana.

Sejumlah virus yang merupakan penyakit bagi serangga hama telah berhasil

diisolasi, dikembangkan, dan diproduksi secara komersial, terutama dari kelompok

nucleopolyhedrovirus dan granulosis virus (keduanya adalah Baculovirus).

Beberapa diantaranya dicantumkan berikut ini.

C.3.1. Granulosis Virus

Insektisida berbahan aktif granulosis virus bersifat sebagai racun lambung.

Serangga harus memakan virus agar virus efektif membunuhnya. Sesudah

termakan, dinding pembungkus protein virus akan terlarutkan dalam usus serangga

yang bersifat alkalis, dan partikel virus akan dilepaskan kedalam usus serangga.

Virus kemudian akan menginvasi inti sel (nukleus) dan berkembang biak di

dalamnya, menyebabkan serangga yang terpapar sakit, dan berakhir dengan

kematian. Efek virus terhadap serangga hama amat lambat jika dibandingkan

dengan kebanyakan insektisida kimiawi. Serangga hama akan mati 6 hingga 12 hari

sesudah terpapar (makan) virus, pada kondisi normal. Granulosis virus lebih efektif

mengendalikan larva yang masih kecil daripada larva dari stadia lanjutn. Virus yang

dilepaskan dari tubuh serangga yang mati masih tetap mampu mengeinfeksi

serangga hama.

Page 22: Insektisida alami

22

Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV)

Adoxophyaes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang terdapat luas

secara alami sebagai penyakit (patogen) pada fruit tortrix moth (Adoxophyes orana).

Produk insektisida biologi komersial diisolasi dari A. orana yang terinfeksi. AoGV

digunakan hanya untuk mengendalikan fruit tortrix moth (Adoxopyes orana) pada

beberapa tanaman buah.

AoGV diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Karena virus ini sangat efektif

untuk mengendalikan larva instar pertama, maka pengamatan saat penerbangan

dan masa bertelurnya serangga sangat penting. Penyemprotan sebaiknya dilakukan

saat serangga meletakkan telurnya. Aplikasi dilakukan secara merata pada

permukaan daun, dan gunakan air yang pH-nya antara 6-8. Jangan gunakan air

yang mengandung klorin untuk mencampurnya. Dapat digunakan bersama pestisida

lain yang tidak mengandung tembaga, serta tidak mempunyai efek repellent

terhadap Adoxophyes orana.

Tidak ada bukti bahwa AoGv berpengaruh terhadap organisme lain, kecuali

Adoxopyeas orana. AoGv tidak stabil pada pH yang ekstrim dan terhadap cahaya

ultra violet.

Tidak ada bukti bahwa virus ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata

maupun kulit. Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya

pada mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna AoGV.

Cydia pomonella granulosis virus (CpGV)

Virus ini merupakan penyakit alami dari codling moth (Cydia pomonella),

semacam hama yang umum menyerang buah apel dan pir. Larva C. pomonella

yang diinfeksi oleh virus ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1964 di Meksiko.

CpGV digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan hama codling moth

(Cydia pomonella) pada buah apel, pir dan walnut. Diaplikasikan dengan cara

disemprotkan. Pengamatan sangat diperlukan agar CpGV dapat diaplikasikan pada

saat yang tepat sehingga efektif.

Dapat diaplikasikan dengan produk perlindungan tanaman lainnya yang bukan

repellent bagi C.pomonella. Gunakan air yang pH-nya antara 6 – 8, dan jangan

menggunakan air yang mengandung klorin untuk mencampurnya. Tidak kompatibel

dengan oksidator yang kuat, asam dan basa.

Page 23: Insektisida alami

23

Tidak ada bukti bahwa CpGV menyebabkan keracunan baik akut maupun

kronis, dan tidak pula menyebabkan iritasi mata pada mamalia. Tidak nampak

adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat

dalam penelitian, produksi serta pengguna CpGV.

Plodia interpunctella granulosis virus (IMMGV)

Virus ini merupakan penyakit Plodia interpunctella (Indian Meal Moth, karenanya

disebut Indian Meal Moth Granulosis Virus, IMMGV), sejenis hama gudang yang

merusak buah-buahan kering dan kacang-kacangan. Virus ini dibiakkan dan

diproduksi secara komersial sebagai insektisida biologi untuk mengendalikan hama

ini.

C.3.2. Nucleopolyhedro Virus

Seperti insektisida virus lainnya, nucleopolyhedrovirus adalah racun perut.

Setelah diaplikasikan dan termakan oleh larva serangga hama sasaran pelindung

matriks protein virus akan terlarutkan di dalam usus serangga, dan partikel virus

akan memasuki sistim sirkulasi serangga. Partikel virus akan menyerang semua

jenis sel dalam tubuh larva, berkembang biak sehingga larva sakit dan akhirnya

mati. Bila serangga inang mati, virus akan tetap hidup 7 hingga 14 hari dipermukaan

daun.

Anagrapha falcifera nicleopolyhedrovirus (AfNPV)

AfNPV adalah virus yang terdapat secara alami, menyebabkan penyakit serta

kematian pada ulat alfalfa (Anagrapha falcifera). Tidak sebagaimana insektisida

virus lainnya yang umumnya sangat spesifik (hingga spesies), AfNVP mampu

menginfeksi lebih dari 30 spesies Lepidoptera, sehingga dapat menutupi terlalu

sempitnya spektrum pengendalian kebanyakan insektisida virus pada situasi

perlindungan tanaman umumnya. AfNVP digunakan untuk mengendalikan berbagai

larva Lepidoptera, terutama genus Heliothis dan Helicoverta, seperti Helicoverpa

zea dan Heliothis virescens, pada tanaman-tanaman jagung, kapas, tomat dan

sayuran lainnya, tanaman buah dan tanaman hias.

Diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan volume tinggi pada permukaan

daun hingga merata. Monitoring kapan serangga bertelur sangat penting, karena

Page 24: Insektisida alami

24

AfNVP lebih efektif mengendalikan larva yang baru menetas dari pada larva yang

sudah lanjut. Dapat dicampur dengan insektisida lain yang bukan repellent dari

serangga sasaran. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa atau

air yang mengandung klorin.

Virus ini spesifik menyerang invertebrata, tidak ada catatan bahwa virus ini

menginfeksi vertebrata. Virus tidak menginfeksi dan tidak berkembang biak pada

tubuh mamalia dan tidak aktif pada temperatur >32oC. Tidak ada bukti bahwa virus

ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata maupun kulit. Tidak nampak adanya

reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat dalam

penelitian, produksi serta pengguna AfNPV.

Anticarsia gemmatalis Nucleopolyhedro virus (AgNPV)

Virus ini diisolasi dari ulat (Anticarsia gemmatalis) yang menyerang semacam

kacang (velvet bean) yang terdapat pada tanaman kedelai di Amerika. Belakangan,

isolat baru diisolasi dari ulat penggerek tebu Diatraea saccharalis, yang lebih mudah

dipelihara dibandingkan Anticarsia.

AgNVP digunakan sebagai insektisida biologi untuk mengendalikan ulat

Anticarsia gemmatalis dan penggerek batang tebu (Diatraea saccharalis).

Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcNVP)

Virus ini diisolasi dari Autographa californica yang terinfeksi. AcNVP sebagai

insektisida biologi memiliki spektrum pengendaliannya cukup luas (lebih dari 30

spesies Lepidoptera) untuk mengendalikan larva Lepidoptera, pada jagung,

sayuran, tanaman buah-buahan, dan tanaman hias.

Diaplikasikan dengan semprotan volume tinggi hingga merata pada permukaan

daun. Dapat dicampur dengan insektisida lain yang bukan repellent dari serangga

sasaran. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa atau air yang

mengandung klorin.

Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada

mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna AcNVP.

Helicoverpa armigera nucleopolyhedrovirus (HaNPV)

Sering disebut pula sebagai Heliothis armigera nucleopolyhedrovirus (HaNPV).

Virus ini terdapat luas di alam, merupakan penyakit alami bagi Helicoverpa

armigera. Digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengendalikan H.

Page 25: Insektisida alami

25

armigera, pada berbagai jenis tanaman seprti kapas, sayuran (kubis, tomat, kapri)

dan tanaman hias (mawar). HaNPV juga mempunyai efek terhadap larva

Lepidoptera dari famili Noctuidae lainnya. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan.

Dapat digunakan bersama insektisida lainnya, yang tidak bersifat mengusir

(repellent) Helicoverpa. Jangan digunakan bersama senyawa yang bersifat

oksidator yang kuat, asam, basa dan jangan dicampur air yang mengandung klorin.

Virus ini spesifik menyerang invertebrata, tidak ada catatan bahwa virus ini

menginfeksi vertebrata. Virus tidak menginfeksi dan tidak berkembang biak pada

tubuh mamalia dan tidak aktif pada temperatur >32oC. Tidak ada bukti bahwa virus

ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata maupun kulit. Tidak nampak adanya

reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat dalam

penelitian, produksi serta pengguna HaNPV.

Helicoverpa zea nucleopolyhedrovirus (HzNVP)

HzNVP digunakan sebagai insektisida mikrobiologi untuk mengendalikan larva

serangga dari genus Helicoverpa dan Heliothis, seperti Helicoverpa zea dan

Heliothis virescens, pada sayuran, tanaman hias, tomat dan kapas.

Diaplikasikan dengan cara disemprotkan.

Virus ini spesifik menyerang invertebrata, tidak ada catatan bahwa virus ini

menginfeksi vertebrata. Virus tidak menginfeksi dan tidak berkembang biak pada

tubuh mamalia dan tidak aktif pada temperatur >32oC. Tidak ada bukti bahwa virus

ini menyebabkan keracunan akut, iritasi mata maupun kulit. Tidak nampak adanya

reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada mereka yang terlibat dalam

penelitian, produksi serta pengguna HzNPV (Copping, 2001).

Lymantria dispar nucleopolyhedrovirus (LdNPV)

Pertama kali diisolasi dari larva gypsy moth (Limantria dispar) yang terinfeksi

oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), dan diregistrasi oleh US-EPA

(United States Environmental Protection Agency) tahun 1978. Digunakan sebagai

insektisida biologi terutama di bidang kehutanan dan juga tanaman hias untuk

mengendalikan larva gypsy moth (Limantria dispar). Diaplikasikan dengan cara

disemprotkan.

Jangan dicampur dengan insektisida lain, juga jangan dicampur dengan

oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Page 26: Insektisida alami

26

Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada

mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna LdNPV.

Disimpulkan sebagai non-toksik terhadap mamalia.

Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV)

Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV) merupakan penyakit alami

dari ngengat kubis (Mamestra brassicae). Diiolasi pertama kali dari larva yang

terinfeksi di Prancis oleh peneliti dari INRA, dan dikembangkan sebagai insektisida

biologi oleh NPP (Natural Plant Protection). MbNPV digunakan untuk

mengendalikan Mamestra brassicae, Helicoverpa armigera, Phthorimaea

operculella dan Plutella xylostella pada tanaman sayuran, kentang, Cruciferae dan

tanaman hias. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada kanopi daun.

Kompatibel dengan produk perlindungan tanaman lainnya, asalkan tidak bersifat

repellent bagi serangga sasaran. Jangan diaplikasikan bersama fungisida berbasis

tembaga, oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Gunakan air yang pH-nya netral.

Tidak nampak adanya reaksi alergik atau masalah kesehatan lainnya pada

mereka yang terlibat dalam penelitian, produksi serta pengguna MbNPV. Tidak ada

buksi virus ini menyebabkan keracunan akut maupun krinis, juga tidak

menyebabkan iritasi mata dan kulit pada mamalia (Copping, 2001).

Mamestra configurata nucleopolyhedrovirus (McNPV)

Insektisida mikrobiologi, digunakan untuk mengendalikan Mamestra configurata

(berta armyworm)

Neodiprion sertifer nucleopolyhedrovirus (NsNPV)

Insektisida mikrobiologi, digunakan untuk mengendalikan Neodiprion spp. di

bidang kehutanan.

Orgya pseudotsugata nucleopolyhedro virus (OpNV)

Insektisida biologi, digunakan untuk mengendalikan hama Orgya

pseudotsugata.

Page 27: Insektisida alami

27

Spodoptera exigua nucleopolyhedro virus (SeNPV)

Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera exigua yang luas terdapat di alam

(juga di Indonesia). Diproduksi dari larva Spodoptera exigua yang terinfeksi virus

pada kondisi yang terkendali. Virus kemudian dipisahkan dari bangkai larva dengan

cara sentrifugal. Sebagai insektisida biologi, SeNPV khusus digunakan untuk

mengendalikan latva Spodoptera exigua (ulat bawang) pada berbagai tanaman,

seperti sayuran, kapas, tanaman hias, anggur dsb.

SeNPV kompatibel dengan kebanyakan pestisida lainnya yang bukan repellent

bagi Spodoptera exigua. Jangan digunakan bersama fungisida berbasis tembaga,

oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Tidak ada kejadian bahwa SeNPV menyebabkan keracunan, infeksi atau iritasi

pada mamalia. Tidak ada respon alergi atau gangguan kesehatan lain yang

disebabkan oleh penggunaan SeNPV, baik pada petani, pekerja atau pekerja

pabrik.

Gambar 05: Gejala khas ulat (Spodoptera spp.) yang mati karena virus SeNPV (dari Shepard, dkk.; IRRI)

Spodoptera litura nucleopolyhedro virus (SlNPV)

Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera litura yang luas terdapat di alam

(juga di Indonesia). Diproduksi sebagai insektisida biologi dari larva Spodoptera

Page 28: Insektisida alami

28

litura yang terinfeksi virus pada kondisi yang terkendali. Virus kemudian dipisahkan

dari bangkai larva dengan cara sentrifugal. SlNPV khusus digunakan untuk

mengendalikan latva Spodoptera litura (ulat grayak) pada berbagai tanaman, seperti

sayuran, kapas, tanaman hias, anggur dsb.

SlNPV kompatibel dengan kebanyakan pestisida lainnya yang bukan repellent

bagi Spodoptera litura. Jangan digunakan bersama fungisida berbasis tembaga,

oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Tidak ada kejadian bahwa SlNPV menyebabkan keracunan, infeksi atau iritasi

pada mamalia. Tidak ada respon alergi atau gangguan kesehatan lain yang

disebabkan oleh penggunaan SlNPV, baik pada petani, pekerja atau pekerja pabrik.

C.4. Insektisida Mikrobiologi: Protozoa

Beberapa spesies protozoa (dari kelompok Mikrosporidium) ternyata juga

menyebabkan penyakit pada serangga, yang bisa mengakibatkan kematian

serangga sasaran. Sejauh ini 2 spesies telah diproduksi secara komersial

Nosema locustae Canning

Nosema locustae diproduksi sebagai insektisida biologi dari rearing in vivo pada

tubuh belalang, dan digunakan terutama untuk mengendalikan belalang. Paling

efektif untuk mengendalikan larva belalang instar 2 dan 3 yang belum bersayap.

Protozoa ini harus dimakan terlebih dahulu supaya bekerja. Dalam usus

belalang spora Nosema akan berkecambah dan menginfeksi tubuh serangga

sehingga menyebabkan kematin.

Respons belalang terhadap infeksi Nosema bermacam-macam. Beberapa

diantaranya akan mati segera setelah infeksi, dan lainnya akan menjadi lemah dan

lunak (sluggish). Belalang yang lemah ini sering dimakan oleh kawannya yang

masih sehat (kanibalisme), sehingga belalang yang memakan tersebut juga akan

terinfeksi Nosema. Infeksi oleh Nosema dapat diturunkan ke generasi belalang

selanjunya lewat telur. Sekali mantap pada suatu populasi belalang, Nosema

biasanya dapat bertahan sepanjang tahun.

Nosema merupakan penyakit Protozoa (Microsporidium) yang dapat

menginfeksi sekitar 60 spesies belalang yang berbeda.

Page 29: Insektisida alami

29

Nosema locustae dianggap sebagai tidak beracun terhadap mamalia. Tidak

menimbulkan iritasi, tidak terakumulasi dan tidak berkembang biak pada kelinci.

LD50 oral (tikus) >5000 mg/kg. Toksisitas formulasi EPA kelas IV.

Vairimorpha necatrix (Kramer) Piley

Pertama kali dilaporkan sebagai penyakit pada ulat Pseudaletia unipuncta

(semacam ulat grayak) di Hawaii. Insektisida biologi digunakan untuk

mengendalikan serangga hama dari ordo Lepidoptera, seperti Helicoverpa, Ostrinia,

Spodoptera dan Tricliplusia, pada berbagai tanaman, termasuk jagung, kedelai,

kapas, dan tanaman sayuran.

C.5. Insektisida Mikrobiologi: Nematoda

Beberapa spesies nematoda, terutama dari Genus-genus Heterorhabditis

(Heterorhabditidae) dan Steinernema (Steinernematidae) diketahui merupakan

parasit bagi sejumlah serangga hama. Nematoda ini bersimbiose dengan bakteri

tertentu (Heterorhabditis dengan bakteri Photorhandus, dan Steinernema dengan

bakteri Xenorhabdus spp), yang tidak menyebabkan kerugian apapun bagi

nematoda, tetapi merupakan patogen (penyebab penyakit) bagi serangga sasaran.

Apabila nematoda memasuki tubuh serangga hama sasaran (melalui salah satu

lobang alami seperti mulut, anus, dsb. Atau lewat kulit), di dalam tubuh serangga

keluarlah bakteri yang berada dalam tubuh nematoda tersebut, dan racun (toksin)

yang dihasilkan oleh bakteri tersebut akan membunuh serangga dalam beberapa

jam (hingga 48 jam). Sediaan yang diproduksi secara komersial hanya berisi larva

nematoda stadia 3, karena hanya larva stadia inilah yang dapat hidup di luar tubuh

serangga, sebab mereka tidak perlu makan. Nanti, sesudah serangga sasaran mati,

bakteri yang bersimbiose dengan nematoda akan menghancurkan bangkai

serangga menjadi materi yang dapat dimakan oleh larva stadia 4, yang akan

berkembang dalam sisa-sisa bangkai serangga. Larva stadia 4 ini akan tumbuh

menjadi nematoda hermafrodit yang dapat bertelur masing-masing hingga 1500

butir. Telur ini akan menetas menjadi nematoda jantan dan betina, yang selanjutnya

akan berbiak secara seksual. Bila makanan tersedia, sesudah kawin nematoda

jantan mati, dan yang betina akan bertelur dalam bangkai serangga. Tetapi bila

Page 30: Insektisida alami

30

makanan tidak tersedia, larva stadia 1 dan 2 akan berkembang dalam bangkai

serangga, dan ketika mencapai stadia 3 mereka akan keluar dari bangkai serangga

untuk mencari inang (serangga) baru.

Nematoda Heterorhabditis dan Steinernema merupakan parasit serangga yang

sangat agresif. Larva instar 3 dapat bergerak beberapa puluh cm untuk mencari

inang baru (Copping, 2001).

Telah diketahui ada 10 spesies Steinernema dan 3 spesies Heterorhabditis

dapat dimanfaatkan sebagai insektisida. Kedua genus ini mempunyai beberapa

kelebihan sehingga banyak dikembangkan sebagai insektisida biologi, yakni

(Habazar & Yaherwandi, 2006).

- Mempunyai kisaran inang yang cukup luas

- Mampu membunuh inang dalam waktu 48 jam

- Dapat dibiakkan dalam media buatan

- Tidak ada inang yang resisten terhadap nematoda ini

- Aman terhadap lingkungan.

Beberapa spesies nematoda yang telah diproduksi secara komersial adalah

sebagai berikut.

Heterorhabditis bacteriophora Poinar

Insektisida mikrobiologi ini dahulu diketahui sebagai Heterorhabditis heliothidis,

mula-mula diketemukan di Eropa dan Amerika Utara, tetapi sekarang tersebar luas

sebagai nematoda penghuni tanah. H. bacteriophora efektif untuk mengendalikan

berbagai serangga tanah seperti Popillia japonica, Phyllopertha horticola, Hoplia

philanthus, Otiorhynchus sulcatus, pada berbagai tanaman pertanian, tanaman hias

dan lapangan rumput. Heterorhabditis bacteriophora bersimbiose dengan bakteri

Photorhabdus luminescens.

Diaplikasikan sebagai kocoran (drenching) pada tanah dimana serangga

sasaran berada. Diperlukan suhu tanah tidak kurang dari 12oC dan suhu udara

antara 12 – 30oC hingga 2 minggu sesudah aplikasi. Dapat juga disemprotkan pada

kanopi daun dengan volume tinggi, tetapi jangan sampai run-off.

Dapat dicampur dengan insektisida, tetapi jangan dicampur dengan fungisida

benzimidazole, oksidator yang kuat, asam dan basa.

Page 31: Insektisida alami

31

Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi negatif lainnya pada

orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan penggunaan H. bacteriophora.

LD50 dermal (tikus) >2000 mg/kg bb.

Heterorhabditis megidis Poinar, Jackson & Kein

Insektisida biologi ini juga terdapat luas sebagai nematoda tanah. Isolat-isolat

UK 211 dan HW79 telah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan

serangga tanah seperti Otiohrynchus sulcatus (vine weevil) pada sayuran dan

tanaman hias. Nematoda ini bersimbiose dengan bakteri Photorhabdus temperata.

Diaplikasikan debagai kocoran pada tanah. Lahan yang dikocor harus lembab

pada saat pengocoran, namun harus dapat dikeringkan sesudah pengocoran. Suhu

tanah antara 12 – 30oC pada saat, dan 2 minggu sesudah, aplikasi.

Tidak kompatibel dengan insektisida tanah, oksidator yang kuat, asam dan

basa.

Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi negatif lainnya pada

orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan penggunaan H. megidis.

Steinernema carpocapsae Weiser

Nematoda yang bersimbiose dengan bakteri Xenorhabdus nematophilus ini

dahulu dikenal denagn nama Neoaplectana carpocapsae. Mula-mula dijumpai di

Eropa, tetapi sekarang tersebar di seluruh dunia. Digunakan sebagai insektisida

mikrobiologi untuk mengendalikan vine weevil (Otiorhynchus sulcatus), dan

serangga tanah lainnya seperti Agrotis spp, anjing tanah (orong-orong, Gryllotalpa

spp.), Tipula spp., ulat grayak (Spodoptera spp.), penggerek batang, dan

sebagainya; pada tanaman sayuran dan tanaman hias.

Diaplikasikan sebagai drenching secara merata pada tanah yang diperlakukan.

Tidak dapat hidup pada pupuk kandang. Perlu kelembapan tinggi dan temperatur

diatas 15oC agar efektif. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam dan

basa.

Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi negatif lainnya pada

orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan penggunaan S. carpocapsae.

Page 32: Insektisida alami

32

Steinernema feltiae Filipjev

Dahulu dikenal sebagai Neoaplectana bibionis, N. Feltiae, N. Leucaniae,

Steinernema bibionis. Nematoda ini bersimbiose dengan bakteri Xenorhabdus

bovienii. Isolat UK 76 digunakan sebagai insektisida mikrobiologi untuk

mengendalikan beberapa spesies lalat (Bradysia spp., Lycoriella spp., Sciara spp.)

dan beberapa serangga tanah lainnya pada sayuran dan tanaman hias, strawberry,

serta budidaya jamur.

Diaplikasikan sebagai drenching secara merata pada tanah yang diperlakukan.

Tidak dapat hidup pada pupuk kandang. Perlu kelembapan tinggi dan temperatur

antara 10-30oC agar efektif. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam

dan basa.

Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi negatif lainnya pada

orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan penggunaan S. feltiae.

Steinernema glaseri (Steiner)

Produk komersial mengandung S. glaseri isolat B-326 yang diisolasi dari tanah

di New Jersey, Amerika Serikat, digunakan sebagai insektisida mikrobiologi untuk

mengendalikan lundi (uret) dari kumbang Scarabaeidae pada lapangan rumput

(turf). Nematoda ini bersimbiose dengan bakteri Xenorhabdus poinarii.

Diaplikasikan dengan cara kocoran di tanah. Tanah harus lembab dan suhu

antara 15 – 35oC (terbaik antara 25 – 35oC). Kompatibel dengan pestisida biologi

dan pestisida kimia pada umumnya, tetapi tidak kompatibel dengan oksidator yang

kuat, asam dan basa.

Steinernema kraussei (Steiner) Travassos

Produk insektisida mikrobiologi komersial mengandung S. kraussei isolat L-137,

digunakan untuk mengendalikan larva (uret) dari vine weevil (Otiorinchus sulcatus),

dan serangga tanah lainnya pada sayuran, tanaman hias dan strawberry. Nematoda

ini bersimbiose dengan bakteri Xenorhabdus spp.

Diaplikasikan dengan cara kocoran di tanah. Kompatibel dengan pestisida

biologi dan pestisida kimia pada umumnya, tetapi tidak kompatibel dengan oksidator

yang kuat, asam dan basa. Tidak ada laporan mengenai reaksi alergi atau reaksi

negatif lainnya pada orang-orang yang terlibat dalam riset, produksi dan

penggunaan S. kraussei serta bakteri yang hidup bersamanya.

Page 33: Insektisida alami

33

Steinernema riobrave Cabanillas, Pionar & Raulston

Nematoda ini hidup bersama bakteri Xenorhabdus spp., seagai insektisida

biologi digunakan untuk mengendalikan berbagai serangga tanah.

Steinernema scapterisci Nguyen & Smart

Nematoda ini bersimbiose dengan bakteri Xenorhabdus spp., digunakan untuk

mengendalikan orong-orang (Gryllotalpa spp.)

D. INSEKTISIDA ALAMI LAINNYA

Disamping insektisida dan akarisida alami yang diambil dari mikroorganisme

(baik secara langsung maupun lewat fermentasi) dan tumbuhan, ada beberapa

bahan alami yang tidak dapat dimasukkan kedalam kelompok tersebut di atas.

Contohnya adalah sebagai berikut.

Kriolite (Cryolite)

Kriolit adalah mineral alami yang mengandung trisodium heksafluoroaluminat,

digunakan sebagai racun perut untuk mengendalikan serangga Lepidoptera dan

Coleoptera pada beberapa sayuran dan buah-buahan.

LD50 oral pada tikus >5000 mg/kg bb, LD50 dermal pada kelinci >2000 mg/kg bb.

Minyak bumi

Minyak bumi diambil dari alam, dan telah digunakan baik sebagai insektisida,

akarisida, herbisida dan ajuvant sejak lama. Produk minyak bumi yang telah

dimurnikan antara lain dikenal dengan nama Agricultural Mineral Oil atau Broad-

Range Petroleum Spray Oil dan Horticultural Mineral Oil atau Narrow-Range

Petroleum Oil.

Minyak bumi membunuh serangga dengan cara yang tidak spesifik, misalnya

menutup lobang pernafasan (spirakel) serangga, sehingga serangga mati lemas.

Minyak bumi yang diaplikasikan di air akan menghambat larva nyamuk mengambil

udara dari permukaan air, sehingga jentik-jentik nyamuk mati karena kekurangan

oksigen.

Page 34: Insektisida alami

34

Tanah diatomae (diatomaceous earth)

Tanah diatomae terdapat dan ditambang dari alam. Tanah diatomae merupakan

timbunan fosil yang terdiri dari cangkang sejenis ganggang bersel satu

(Bacillariophyceae). Timbunan cangkang ini kemudia dihaluskan dan digunakan

sebagai – antara lain – insektisida. Cara kerja tanah diatomae juga tidak spesifik,

antara lain karena sangat higroskopis sehingga mampu menyerap cairan tubuh

serangga yang terpapar, dan serangga akhirnya matu karena dehidrasi (kekurangan

cairan tubuh).

E. MAKROLIDA

Fermentasi yang melibatkan mikroorganisme (jamur, bakteri) ternyata tidak

hanya menghasilkan antibiotika, tetapi juga menghasilkan senyawa kimia atau

kumpulan senyawa kimia lain yang strukturnya berbeda, disebut sebagai lakton

makrosiklik (macrocyclic lactones) atau singkatnya makrolida (macrolides) atau

makrolakton (macrolacton). Senyawa-senyawa makrolida ini - seperti banyak

senyawa alami lainnya - memiliki struktur kimia yang sangat kompleks dan sulit

diproduksi secara komersial oleh industri dengan cara sintesis.

Antibiotika banyak digunakan di bidang kedokteran, kedokteran hewan, dan

sebagian kecil digunakan di bidang pertanian sebagai fungisida dan bakterisida, dan

lebih sedikit lagi digunakan sebagai insektisida. Sedangkan makrolida, karena

efikasinya yang sangat baik untuk mengendalikan serangga, tungau dan nematoda

parasit, kecuali digunakan di bidang kedokteran, juga banyak digunakan di bidang

pertanian dan kesehatan hewan, sebagai insektisida, akarisida dan nematisida.

Beberapa makrolida telah diproduksi secara komersial, dan beberapa lagi masih

dalam taraf pengujian dan pengembangan.

Sejarah makrolida diawali pada awal 1970-an, ketika perusahaan Sankyo dan

Merck berhasil mengisolasi milbemisin dan avermektin yang memiliki struktur mirip,

dan ternyata efektif digunakan sebagai insektisida. Keduanya merupakan hasil

fermentasi yang memanfaatkan Streptomyces yang berbeda.

Page 35: Insektisida alami

35

Makrolida mudah didegradasi di lingkungan sehingga tidak berpotensi menjadi

pencemar lingkungan. Secara umum, penerimaan masyarakat terhadap senyawa

alami juga lebih baik dibandingkan dengan senyawa sintetik.

Klasifikasi insektisida antibiotika dan makrolida menurut Alan Wood (2006)

adalah sebagai berikut (kelompok naktin ditambahkan oleh penulisi):

- Insektisida antibiotika: allosamin dan thuringiensin

- Insektisida lakton makrosiklik (makrolida)

o Kelompok avermektin: abamektin, doramektin, emamektin,

eprinomektin, ivermektin, selamektin

o Kelompok milbemisin: lepimektin, milbemektin, moksidektin

o Kelompok spinosin: spinetoram dan spinosad

o Kelompok naktin: dinaktin, trinaktin, tetranaktin, polinaktin

E.1. Makrolida: Avermectin

Abamektin (abamectin)

- Penjelasan singkat: Insektisida dan akarisida ini diisolasi dari fermentasi

bakteri Streptomyces avermitilis (Actinomycetes). Efeknya sebagai akarisida

dilaporkan oleh I. Putter dkk., pada tahun 1981, dan diintroduksikan oleh Merck

Sharp & Dohme Agvet (sekarang Syngenta). Abamektin tersusun atas

sedikitnya 80% avermektin B1a dan tidak lebih dari 20% avermektin B1b.

- Hama yang dapat dikendalikan: Digunakan untuk mengendalikan stadia motile

dari akarina, leaf miner (pengorok daun), serangga penusuk-pengisap, kumbang

colorado, dsb., pada tanaman hias, kapas, jeruk, sayuran, kentang, dan

sebagainya.

- Mode of action: Abamektin adalah racun syaraf yang bekerja dengan

menstimulasi produksi gamma-amino asam butirat (GABA: gamma-aminobutyric

acid, suatu penghambat neurotransmitter), menyebabkan serangga yang

terpapar mengalasi paralisis. Abamektin merupakan racun kontak dan racun

perut, sangat sedikit sifat sistemiknya, tetapi memiliki sifat translaminar.

Page 36: Insektisida alami

36

- LD50 oral: Tikus 10 mg/kb bb (dalam minyak wijen) dan 221 mg/kg bb (dalam

air).

- LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (kelinci).

- ADI: 0,002 mg/kg bb (JMPR).

- Kelas toksisitas: EPA (formulasi) kelas IV.

- Iritasi: Menyebabkan iritasi ringan pada mata, tetapi tidak pada kulit (kelinci).

- Lain-lain: Tidak bersifat mutagenik pada test Ames.

Di Indonesia abamektin terdaftar dengan nama-nama dagang, antara lain:

Agrimec, Amect, Aspire, Bamex, Calebtin, Catez, Demolish, Dimectin, Diomec,

Kiliri, Mitigate, Numectin, Promectin, Schumec, Sidamec, Stamec, Supemec,

Taldin, Tsubamec, dan Wito. Digunakan (misalnya: Agrimec) untuk mengendalikan

Aphis pomi (apel), Thrips parvispinus (cabai), pengorok daun Phyllocnitis citrella

(jeruk), hama-hama Spodoptera, Phaedonia, Lamprosema, Etiella, Riptortus

(kedelai), Maruca (kacang panjang), Liriomyza spp. dan Thrips palmi (kentang),

Plutella (kubis) (Anonim, 2006).

Emamektin (emamectin)

- Penjelasan singkat: Insektisida ini diisolasi dari fermentasi bakteri

Streptomyces avermitilis (Actinomycetes). Emamektin tersusun atas emamektin

B1a dan emamektin B1b, dan diproduksi dalam bentuk emamektin-benzoat.

- Hama yang dapat dikendalikan: Emamektin terutama sangat baik untuk

mengendalikan larva Lepidoptera, dengan efek tambahan terhadap thrips,

tungau dan pengorok daun, pada tanaman sayuran, jagung, teh, kapas, dan

kedelai. Juga direkomendasikan digunakan dengan cara injeksi pohon (pinus).

- Mode of action: Emamektin terutama adalah racun kontak, yang mempunyai

efek sebagai racun perut. Hanya memiliki sediukit efek sebagai racun sistemik

(diserap lewat akar tanaman), tetapi memiliki efek translaminar yang kuat.

Terhadap serangga bekerja sebagai racun syaraf, yang secara biokimia bekerja

dengan menstimulasi gamma amino asam butirat (GABA).

- LD50 oral: 70 mg/kg bb (tikus)

- LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (tikus).

- NOEL: 0,2 mg/kg bb (anjing, 1 tahun).

- ADI: 0,0025 mg/kg bb.

- Kelas toksisitas: WHO (bahan aktif) kelas II, EPA (formulasi) kelas II.

Page 37: Insektisida alami

37

- Iritasi: Menyebabkan iritasi berat pada mata dan kulit (kelinci).

E.2. Makrolida: Milbemycin

Milbemektin (milbemectin)

- Penjelasan singkat: Insektisida dan akarisida ini dihasilkan dari fermentasi

bakteri (Actinomycetes) Streptomyces hygroscopius subsp. aureolacrimosus.

Milbemektin tersusun atas 2 jenis milbemisin yang homolog, yakni milbemisin A3

(metil-milbemisin) dan milbemisin A4 (etil-milbemisin), dengan perbandingan 3 :

7.

- Hama yang dapat dikendalikan: Milbemektin merupakan insektisida dan

akarisida yang kuat, digunakan untuk mengendalikan tungau merah dan tungau

merah jambu pada jeruk, dan tungau-tungau lainnya termasuk spider mite. Juga

direkomendasikan untuk mengendalikan pengorok daun pada jeruk dan teh.

- Mode of action: Bekerja sebagai racun syaraf, yang merangsang produksi

gamma amino asam butirat (GABA), sehingga menghambat kerja

neurotransmiter. Milbemektin adalah racun kontak dan racun perut, semi

sistemik dengan efek translaminar.

- LD50 oral: 762 mg/kg bb (tikus jantan), 456 mg/kg bb (tikus betina).

- LD50 dermal: >5000 mg/kg bb (tikus).

- NOEL: 6,81 mg/kg (tikus jantan), 8,77 mg/kg (tikus betina).

- ADI: 0,03 mg/kg bb.

- Lain-lain: Non-mutagenik, non-karsinogenik, non-teratogenik.

E.3. Makrolida: Spinosin

Spinosad

- Penjelasan singkat: Insektisida spinosad komersial merupakan campuran dari

spinosin A dan spinosin B, yang diperoleh sebagai metabolit sekunder dari

fermentasi dari bakteri aerobik, gram-positif, Saccharopolyspora spinosa

(Actinomycetes).

Page 38: Insektisida alami

38

- Hama yang dapat dikendalikan: Spinosad direkomendasikan untuk

mengendalikan larva Lepidoptera, pengorok daun, thrips, dan kumbang

pemakan daun, pada sayuran, jagung, kapas, anggur, tanaman hias. Juga

digunakan di bidang peternakan.

- Mode of action: Secara biokimia spinosad bekerja pada reseptor nikotinik

asetilkholin, tetapi pada lokasi yang berbeda dengan isteksida dari kelas

nikotinoid atau neonikotinoid. Spinosad juga mempengaruhi reseptor GABA,

tetapi peranannya belum jelas. Racun kontak dan racun perut.

- LD50 oral: 3783 mg/kg bb (tikus jantan), >5000 mg/kg bb (tikus betina).

- LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (kelinci).

- NOEL: pada anjing, mencit dan tikus masing-masing adalah 5, 6-8 dan 10

mg/kg/hari (13 minggu).

- ADI: 0,02 mg/kg bb.

- Kelas toksisitas: WHO (bahan aktif) kelas U, EPA (formulasi) kelas IV.

- Irritasi: Tidak menyebabkan iritasi kulit, tetapi sedikit menyebabkan iritasi mata

(kelinci).

- Lain-lain: Tidak menampakkan efek neurotoksik, reproduktif atau mutagenik

pada anjing, mencit atau tikus.

E.4. Makrolida: Naktin

Polinaktin (polynactins)

- Penjelasan singkat: Akarisida polinaktin, yang merupakan campuran dari

dinaktin, trinaktin dan tetranaktin, merupakan metabolit sekunder dari fermentasi

Streptomyces aureus isolat S-3466.

- Hama yang dapat dikendalikan: Sangat efektif, terutama pada kondisi basah,

untuk mengendalikan tungau (akarina) seperti Tetranychus cinnabarinus,

Tetranychus urticae dan Panonychus ulmi pada tanaman buah.

- Mode of action: Secara biokimia, polinaktin bekerja mempengaruhi

mitokondria. Air sangat penting untuk bekerjanya senyawa kimia ini.

- LD50 oral: Polinaktin umumnya dianggap tidak berbahaya bagi mamalia. LD50

oral untuk mencit adalah >15.000 mg/kg.

- LD50 dermal: >10.000 mg/kg bb (mencit).

- Kelas toksisitas: EPA (formulasi) kelas IV.

Page 39: Insektisida alami

39

- Iritasi: Sedikit menimbulkan iritasi ringan pada kulit dan mata.

Daftar Pustaka

- Anonim (2006): Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Depatemen Pertanian Republik Indonesia.

- Anonim: Bacillus thuringiensis. Wilkipedia, http;//www.wilkimediafoundation. org/ - Baehaki, Dr. Ir. SE (1993): Insektisida Pengendalian Hama Tanaman.

Angkasa, Bandung.

- Beattle, GAC; O. Nicetic, AS. Kalianpur dan Z. Hossain (2004): Managing Resistance with Horticultural Mineral Oils. Some Example from Different Crop. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Management Resistensi Pestisida dalam Penerapan Pengelolaan Hama Terpadu. UGM, Yogyakarta, 24-25 Februari 2004.

- Copping, LG (editor, 2004): The Manual of Biocontrol Agents. BCPC

- Djojosumarto, Panut (2008): Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia

Pustaka, Jakarta

- Extoxnet (1996): Abamectin. Extesion Toxicology Network. http://npic.orst.edu/

- Fisher, Hans-Peter, et al (1922): New Agrochemicals Based on Microbial

Metabolites: New Biopesticides. Proceeding of the ’92 Agricultural Biotechnology Symposium on Biopesticides, Korea, September 1992

- Flint, Mary Louis dan Robert Bosch (1991): Pengendalian Hama Terpadu,

Sebuah Pengantar. Edisi terjemahan Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.

- Habazar, Prof. Dr. Ir. Trimurti, dan Dr. Ir. Yaherwandi Msi (2006): Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit Tumbuhan. Andalas University Press, Padang.

- Luthy, P (1993): Tailor-Made Insect Control with Bacillus thuringiensis.

Insect Control No. 20, May 1993.

- Novizan, Ir. (2002): Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

- NPTN: Bacillus thuringiensis, General Fact Sheet. National Pesticide

Telecommunications Network. http://nptn.orst.edu/

- NPTN: Pyrethrin & Pyrethroid. National Pesticide Telecommunications Network. http://nptn.orst.edu/

Page 40: Insektisida alami

40

- Pitterna, Thomas (1997): Macrolides as Pest Control Agents: Avermectin and Milbemycins. Insecticide Newsletter No. 3, December 1997

- Shepard, B.M.; dkk (1987): Friends of Rice Farmer. Helpful Insects,

Spiders, and Pathogen. International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna, the Philippines.

- Singleton, Paul; dan Diana Sainsbury (19981): Dictionary of Microbiology.

John Wiley & Sons.

- Tomlin, CDS (editor, 2001): The Pesticide Manual. BCPC

- Wood, Alan (1995-2007): Compendium of Pesticide Common Name: Insecticides. http://www.alanwood.net.

-