Top Banner
1 Injeksi Botox  Dhilah Harfadhilah, Nelly Herfina D ahlan I. Pendahuluan Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang saling berkaitan yaitu  proses penuaan intrinsik (chronologic aging ) dan proses penuaan ekstrinsik. Proses  penuaan intrinsik merupakan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan ras. Proses penuaan ekstrinsik terjadi akibat berbagai factor dari luar tubuh seperti sinar matahari/ultraviolet, kelembaban udara, suhu, asap rokok, dan berbagai faktor eksternal lainnya yang dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi  penuaan dini. Proses ini dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang mempercepat proses tersebut (1) . Toksin botulinum merupakan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, yang dapat menyebabkan paralisis otot dengan merusak transmisi sinyal antara neuromuscular junction (NMJ). Kontraksi otot wajah secara volunter dan involunter memegang peran penting pada berbagai macam ekspresi emosi individu. Kerut merupakan tanda awal proses penuaan, terdapat 2 macam, yaitu kerut dinamik dan kerut statis. Pada bidang kosmetik, toksin botulinum digunakan sebagai terapi pada kerut dinamik akibat kontraksi otot yang kita gunakan sehari- hari pada ekspresi wajah. Penggunaan toksin botulinum pada terapi wajah bagian atas dapat dilakukan pada  glabellar frown lines , horizontal forehead lines, crow’s  feet dan brow lift . Walaupun bekerja secara sementara, toksin botulinum
17

Injeksi Botox

Jun 04, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 1/17

1

Injeksi Botox

 Dhilah Harfadhilah, Nelly Herfina Dahlan

I.  Pendahuluan 

Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang saling berkaitan yaitu

 proses penuaan intrinsik (chronologic aging ) dan proses penuaan ekstrinsik. Proses

 penuaan intrinsik merupakan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang

disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan

ras. Proses penuaan ekstrinsik terjadi akibat berbagai factor dari luar tubuh seperti

sinar matahari/ultraviolet, kelembaban udara, suhu, asap rokok, dan berbagai faktor

eksternal lainnya yang dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi

 penuaan dini. Proses ini dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor yang

mempercepat proses tersebut(1)

.

Toksin botulinum merupakan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium

botulinum, yang dapat menyebabkan paralisis otot dengan merusak transmisi

sinyal antara neuromuscular junction (NMJ). Kontraksi otot wajah secara volunter

dan involunter memegang peran penting pada berbagai macam ekspresi emosi

individu. Kerut merupakan tanda awal proses penuaan, terdapat 2 macam, yaitu

kerut dinamik dan kerut statis. Pada bidang kosmetik, toksin botulinum digunakan

sebagai terapi pada kerut dinamik akibat kontraksi otot yang kita gunakan sehari-

hari pada ekspresi wajah. Penggunaan toksin botulinum pada terapi wajah bagian

atas dapat dilakukan pada glabellar frown lines, horizontal forehead lines, crow’s

 feet dan brow lift . Walaupun bekerja secara sementara, toksin botulinum

Page 2: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 2/17

2

mempunyai efek samping minimal dan tehnik pelaksanaannya mudah, sehingga

 berkembang pesat dan diminati masyarakat(1,2,3)

.

II.  Definisi

Injeksi botox adalah suntikan toksin botulinum ke dalam otot-otot

tertentu untuk melumpuhkannya sehingga tidak membentuk keriput maupun

kerutan. Injeksi botox merupakan salah satu terapi terbaik yang menggunakan

 beberapa bentuk toksin botulinum untuk menyebabkan paralisis sementara pada

otot. Toksin ini dihasilkan oleh bakteri yang menyebabkan botulisme (4).

III.  Sejarah

Toksin botulinum merupakan bahan yang telah dikenal selama lebih dari

satu abad dan digunakan untuk tujuan medis selama lebih dari 50 tahun.

Clostridium botulinum pertama kali diidentifikasikan oleh Emile Pierre Marie van

Ermengem, pada tahun 1893. Penggunaan klinis dari toksin botulinum (BTX)

dimulai pada sekitar tahun 1950 oleh dr. Vernon Brooks, dan maju pesat pada

tahun 1970, dikembangkan oleh dr. Alan Scott, yang menunjukkan nilai terapeutik

toksin botulinum tipe A (BTX-A) pada penatalaksanaan strabismus non operatif,

 blefarospasme, dan distonia servikal (5).

Kini penggunaan botox meluas untuk perawatan pada bidang

dermatology, kosmetik, kelainan sekretori, ophthalmology, dan ortopedi. Pada

tahun 2002, toksin botulinum disetujui untuk memperbaiki dan merelakskan garis

kerutan yang terdapat pada daerah glabella dan digunakan dengan sukses pada

Page 3: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 3/17

3

lebih dari 11 juta pasien pada saat itu. Pada tahun 2004, botox disetujui pada

 pengobatan hiperhidrosis, dan pada tahun 2010 disetujui dalam penggunaannya

 pada migren(6).

IV.  Agen pada botox

C. botulinum merupakan bakteria berspora, berbentuk batang, Gram

 positif dan bersifat anaerobik. Spora dari C. botulinum tersebar dalam tanah,

tumbuh-tumbuhan, isi usus hewan mamalia, unggas dan ikan. Dalam kondisi

tertentu, spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif yang dapat menghasilkan

toksin. Hal ini yang menyebabkan C. botulinum dapat tumbuh dan menghasilkan

neurotoksin dalam kondisi anaerobic (7).

Ada 8 tipe C. botulinum yaitu A, B, C1, C2, D, E, F dan G yang

menghasilkan toksin berbeda secara imunologis. Neurotoksin botulinum

merupakan protein dengan berat molekul 150 kDa yang mempunyai aktivitas

 zincendopeptidase  (protease/endopeptidase spesifik yang tergantung pada

keberadaan ion Zn). Toksin ini dapat diaktivasi oleh pemecahan proteolitik.

Molekul toksin disekresikan sebagai toksin awal yang mengandung neurotoksin

dan komponen nontoksik lainnya. Komponen nontoksik akan melindungi

neurotoksin terhadap stres lingkungan dan membantu proses absorbsi neurotoksin

ke dalam tubuh. Molekul neurotoksin botulinum terdiri atas 2 subunit yang

dihubungkan oleh ikatan tunggal disulfida. Sub-unit 100 kDa (heavy chain)

 berperan dalam pengikatan dan translokasi toksin menyeberangi membrane

 synaptic melalui reseptor spesifik, dan subunit 50 kDa (light chain) berperan

Page 4: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 4/17

4

memecah protein yang terlibat dalam acetyl choline vesicle docking serta berfusi

ke membran  presynaptic. Penghambatan pelepasan neurotransmitter

menyebabkan adanya kelumpuhan otot (7).

Berdasarkan karakteristik atau aktivitas metabolik bakterinya, C.

botulinum dibagi menjadi 4 kelompok Kelompok I termasuk tipe A dan galur

 proteolitik tipe B dan F. Kelompok II termasuk tipe E dan galur nonproteolitik

tipe B dan F. Kelompok III termasuk galur nonproteolitik tipe C dan D.

Kelompok IV adalah tipe G. Secara umum, kelompok proteolitik I dari C. 

botulinum bekerja dengan enzim endogenous dari bakteri, tetapi neurotoksin yang

dihasilkan oleh galur proteolitik kelompok II memerlukan protease eksternal

seperti tripsin untuk aktifasinya (7).

V.  Mekanisme Kerja

Toksin botulinum dihasilkan oleh Clostridium botulinum, yang

menghasilkan 7 macam neurotoksin, yaitu tipe A, B, C1, D, E, F dan G, yang

memiliki antigen yang berbeda , tetapi memiliki struktur subunit yang homolog.

 Neurotoksin ini menghambat pelepasan Asetil kolin (ACh) pada NMJ pada otot

 bergaris, sehingga menyebabkan paralisis flasid

(1,5,8,9)

.

Secara normal, pada NMJ terdapat vesikel-vesikel berisi neurotransmitter

ACh. Saat terjadi potensial aksi melalui saraf dan mencapai ujung saraf, vesikel-

vesikel tersebut akan menempel pada membran terminal pada NMJ, terjadi fusi

dengan membran dan ACh akan dilepaskan ke celah sinaptik serta menempel pada

 post sinaptik pada otot dan terjadilah kontraksi otot (1).

Page 5: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 5/17

5

Yang memungkinkan vesikel ACh menempel dan fusi dengan membran

otot adalah  synaptic fusion complex, yang dibentuk oleh protein Soluble N-

ethylmaleimide-sensitive factor attachment protein receptor (SNARE). Kompleks

ini terdiri dari SNARE VAMP-2 (vesicle associated membrane protein) atau v-

SNARE atau synaptobrevin dan 2 target protein (t-SNARE), yaitu  synaptosome-

associated protein of 25 kDa (SNAP-25) dan syntaxin, yang memungkinkan

terjadinya pelepasan neurotransmiter, yang dipicu oleh influks kalsium.

Pembentukan formasi kompleks SNARE merupakan proses yang melepaskan

energi yang dibutuhkan untuk fusi membran (1,5,10).

Toksin botulinum merusak struktur untuk transmisi sinyal antara NMJ,

yaitu pada kompleks SNARE. Apabila kompleks SNARE pada otot bergaris

rusak, maka akan terjadi kemodenervasi lokal dan kontraksi otot tidak terjadi,

yang secara klinis terjadi paralisis. Paralisis mulai terjadi dalam 48 jam setelah

injeksi, dan terjadi paralisis maksimal pada 7-10 hari, yang bersifat lokal dan

reversibel. Otot yang paralisis akan kembali berfungsi sekitar 2 hingga 5 bulan

setelah injeksi BTX, tergantung pada dosis yang diberikan (1).

Sebagian besar penderita berespon saat menerima terapi lanjutan BTX,

tetapi beberapa menjadi tidak berespon terhadap terapi lanjutan BTX, karena

tubuh membentuk blocking antibody. Mekanisme imunoresisten ini masih belum

diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rantai berat BTX (Hc)

mengandung epitop yang dikenali oleh anti- Hc Abs dan oleh  Hc primed T

lymphocyte. Antibodi tersebut melawan kompleks neurotoksin dengan memblok

kerja BTX. Adanya blocking antibody yang dapat dideteksi dengan  Mouse

Page 6: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 6/17

6

 Protection Assay (MPA), menunjukkan bahwa penderita sudah tidak berespon

dengan serotipe yang menimbulkan antibodi tersebut, tetapi mungkin masih

 berespon dengan BTX serotipe lain (5).

Reaksi silang juga dapat menimbulkan imunoresisten terhadap serotipe

alternatif. Suatu studi mengemukakan faktor-faktor yang meningkatkan kejadian

reaksi silang, yaitu injeksi booster yang kurang dari 2 hingga 3 bulan serta dosis

kumulatif yang besar dalam periode singkat. Pencegahan imunoresisten dapat

dilakukan dengan penggunaan preparat BTX dengan potensi antigenisitas rendah

dan menjaga dosis rumatan tiap sesi serendah mungkin dan menggunakan interval

dosis sepanjang mungkin (setidaknya 10 minggu)(1).

VI.  Bentuk dan Sediaan

BTX secara komersial tersedia dalam beberapa nama. BTX-A dikenal

dengan nama BOTOX (Allergan Inc.), dikemas dalam vial berisi 100 unit dalam

 bentuk lyophilized , yang mengandung 5 ng neurotoksin dan 0,9 mg natrium

chloride, serta 0,5 mg albumin human sebagai stabilisator. Selain itu, BTX-A juga

tersedia dengan nama dagang Dysport dan Xeomin (1,5).

BTX-B tersedia dalam nama Myobloc TM, tersedia dalam bentuk solusio

dengan pH 5,6, dimana tiap vialnya ada yang mengandung 2500 unit, 5000 unit

atau 10000 unit. BTX-B lebih stabil, tetapi kurang poten dibandingkan BTX-A

dan membutuhkan 50 – 150 kali dosis BTX-A untuk mencapai hasil yang sama

.(1,10)

Page 7: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 7/17

7

Produk-produk diatas mempunyai dosis penggunaan yang beragam

sehingga diperlukan suatu unit standart untuk mengukur potensi preparat toksin

 botulinum dengan Mouse Protection Assay (MPA). Dimana 1 unit toksin

 botulinum adalah jumlah toksin yang diinjeksikan intraperitoneal dan mematikan

50% (LD 50%) pada sekelompok mencit (1,10).

VII.  Pengenceran dan penyimpanan botox

Sebuah pustaka menyebutkan dilusi Botox yang telah dilakukan berkisar

antara 2,5 – 100 unit/ml. Tetapi kebanyakan Botox digunakan dengan dilusi 25 – 

100 unit/ml. Konsentrasi 5 unit/0,1 ml atau pengenceran dengan 2 ml salin per

vial memberikan volume distribusi yang baik dan menyediakan volume yang

efisien sehingga injeksi lebih mudah dilakukan (11).

Saat mengencerkan Botox, normal salin harus dimasukkan perlahan

kedalam vial menggunakan jarum 25 gauge dengan spuit 3 ml. Lalu dicampur

 perlahan dengan gerakan sirkuler mendatar, dan tidak boleh dikocok. Apabila

salin dimasukkan kedalam vial dengan cepat, maka akan terjadi turbulensi, lalu

rantai ringan dan rantai berat berdisosiasi dan menyebabkan toksin botulinum

tidak aktif. Botox sebaiknya disimpan pada temperatur dibawah 5° C ( freezer ).

Setelah diencerkan, penyimpanan dilakukan di lemari pendingin atau suhu kamar

(11).

Produsen Dysport merekomendasikan pengenceran Dysport dengan 2,5

ml salin tiap vial atau konsentrasi 20 unit/0,1 ml yang rasionya 4:1 bila

dibandingkan ekuivalen volume Botox yang diencerkan dengan 2,0 ml salin.

Page 8: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 8/17

8

Semenjak Dysport tersedia dalam 500 unit per vial, pengenceran dilakukan

dengan 4 ml salin untuk mencapai dosis ekuivalen dengan Botox yang diencerkan

dengan 2,5 ml salin. Pengeceran Dysport dengan 2,5 ml salin digunakan pada

kelainan spastik pada kelompok otot yang lebih banyak (1,11). 

Dysport sebaiknya disimpan pada temperatur 2 – 8° C. Setelah dilakukan

 pengenceran, penyimpanan dilakukan di lemari pendingin atau pada suhu kamar.

Botox Dysport

Vial content  

 Reconstitution

Volume 

 Injection

Concentration 

 Dose Ratio 

Type A –  

100 Unit

2,0 ml

5 units/ 0,1 ml

1

Type A –  

500 unit

2,5 ml

20 unit/ 0.1 ml

4

Tabel 1. Dilusi Botox dan Dysport yang Direkomendasikan untuk Indikasi

Fungsional. Dikutip dari kepustakaan 11.

VIII.  Teknik Pelaksanaan

A.  Persiapan

Sebelum melakukan terapi BTX, perlu dilakukan identifikasi penderita,

 penjelasan mengenai terapi BTX, penandatanganan informed consent , serta

dokumentasi foto sebelum terapi. Setelah itu, dilakukan perencanaan perawatan

yang meliputi dokumentasi dosis dan lokasi tiap injeksi. Posisi terbaik untuk

melakukan injeksi BTX adalah duduk dengan kemiringan 25 – 30 derajat dari

 posisi vertical (11).

Page 9: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 9/17

9

B.  Pelaksanaan

Pasien berbaring, kemudian daerah suntikan dibersihkan dengan

 pembersih nonalkohol, seperti Hibiclens dan betadin. Beberapa dokter akan

memberikan anastesi topikal, seperti krim EMLA, atau alternatif lain. BTX

diambil dari vial dengan spuit 1ml dengan jarum 25 gauge sesuai dosis

ditambahkan 0,05 ml, lalu jarum diganti dengan jarum 30 gauge untuk injeksi.

Asisten menyiapkan pak gel dingin sebagai anestesi topikal, digunakan selama 1 – 

2 menit untuk mengurangi rasa nyeri, lalu dibersihkan dari area injeksi dengan

kapas alkohol. Spuit dipegang pada tangan dominan, dan kasa pada tangan yang

tidak dominan. Setelah itu, botox diinjeksikan pada daerah yang diinginkan. Pola

injeksi yaitu pada empat atau lima area pada setiap sisi dahi, dua atau tiga area

 pada daerah kedua mata. Apabila dalam 1 sesi disuntikkan lebih dari 1 injeksi,

sebaiknya antar injeksi diberikan jarak waktu 10 – 15 detik. Apabila terjadi titik

 perdarahan setelah injeksi, sebaiknya segera diberikan penekanan untuk

mengurangi resiko ekimosis (6).

C.  Setelah pelaksanaan

Setelah penyuntikan, pasien pasien didudukkan tegak selama dua sampai

lima menit untuk memastikan pasien berada dalam keadaan baik setelah prosedur

dilakukan, dan pasien sebaiknya tidak berbaring dalam 2 sampai 4 jam. Apabila

khawatir terdapat memar, sebaiknya menghindari aspirin atau produk-produk

terkait lain, seperti ibuprofen, naproxen, untuk menjaga memar seminimal

mungkin setelah prosedur (6).

Page 10: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 10/17

10

Banyak dokter yang mengizinkan pasien bekerja pada hari berikutnya,

dengan alternatif untuk tidak menggunakan otot yang diinjeksi selama beberapa

hari. Hal ini lebih untuk menghindarkan timbulnya memar (6).

IX.  Indikasi Injeksi Botox

Botulinum atau biasanya disebut botox adalah injeksi tanpa operasi yang

 bersifat sementara untuk mengurangi kerutan pada dahi, seputar mata, dan kerutan

 pada bagian leher. Proses botox biasanya berlangsung dalam waktu 20 menit, dan

hasilnya akan terlihat dalam 2 sampai 7 hari. Botox disarankan pada pasien yang

mempunyai kerutan pada wajah dan leher , punya motivasi untuk mempunyai

 penampilan lebih baik, memiliki harapan realistis, dan sebaikanya tidak merokok

(1).

Gambar 1. Sebelum dan setelah injeksi botox pada musculus orbicularis pada

kelopak mata bawah. Dikutip dari referensi 1.

Selain untuk mengurangi kerutandi wajah dan leher, botox memiliki

fungsi lain. Indikasi penggunaan botox antara lain (12):

A.  Disfungsi Bladder

1.  Overaktif bladder

Page 11: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 11/17

11

Injeksi botox diindikasikan pada pengobatan overaktif bladder dengan

gejala inkotinensia urin tipe urge, urgensi dan frekuensi,pada orang

dewasa yang memiliki respon yang minimal atau tidak toleran pada anti

kolinergik.

2.  Overaktif detrussor terkait dengan kondisi neurologis

Botox diindikasikan untuk pengobatan inkotinensia karena overaktivitas

detrussor terkait dengan kondisi neurologis pada orang dewasa yang

memiliki respon inadekuat atau tidak toleran terhadap oabat-obat

antikolinergik.

B.  Migrain kronik

Botox diindikasikan sebagai profilaksis nyeri kepalapada orang dewasa

migraine kronik (≥ 15 hari per bulan dengan nyeri kepala yang berlangsung 4 jam

atau lebih dalam sehari.

Gambar 2. Lokasi injeksi untuk pengobatan overaktif bladder

dan averaktif detrussor terkait dengan kondisi

neurologis. Dikutip dari kepustakaan 12

Page 12: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 12/17

12

C.  Spasme ekstremitas atas

Botox diindikasikan untuk pengobatan spasme ekstremitas atas pada

orang dewasa untuk mengurangi peningkatan berat tonus otot pada flexor elbow,

 pergelangan tangan (flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris), dan flexor-

flexor jari (flexor digitorum profundus dan flexor digitorum sublimis).

Penting untuk diketahui, bahwa belum ada percobaan pasti mengenai

keamanan injeksi botox pada otot-otot ekstremitas atas lainnya, ataupun

spastisitas ekstremitas bawah. Selain itu, keamanan dan keefektivan botox pada

anak usia di bawah 18 tahun belum ditetapkan.

D. 

Distonia servikal

Botox diindikasikan untuk pengobatan distonia servikal pada orang

dewasa, untuk mengurangi beratnya abnormalitas posisi kepala dan leher yang

dapat menyebabkan nyeri.

Gambar 3. Lokasi injeksi untuk pengobatan migrain kronik. Dikutip dari

kepustakaan 12

Page 13: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 13/17

Page 14: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 14/17

14

-  Hamil

-  Laktasi

-  Inflamasi kulit

-  Usia > 65

Tabel 2. Kontraindikasi penggunaan Botox. Dikutip dari kepustakaan 11.

XI.  Komplikasi Injeksi Botox(13)

 

Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang lengkap,

kemungkinan resiko dan komplikasi harus diberitahukan kepada pasien dan

tertuang dalam inform consent. Nyeri pada lokasi suntikan, udem, ekimosis dapat

terjadi pada sebagian besar pasien, walaupun keadaan ini terjadi tergantung pada

teknik dokter yang melakukan. Nyeri kepala, malaise, flu like syndrome juga

terjadi pada sebagian besar pasien setelah suntikan botox. Selain itu, kejadian

memar juga dilaporkan sebagai komplikasi lain dari suntikan botox, terlebih pada

 pasien yang menggunakan aspirin, obat antikoagulan (seperti warfarin), anti-

inflamasi, obat-obat herbal seperti ginseng, gingko biloba, bawang dosis tinggi,

dsb. Dapat juga terjadi hypestesia pada daerah suntikan, namun tidak

mengindikasikan adanya kerusakan saraf. Infeksi juga merupakan komplikasi lain,

namun insidennya tidak begitu besar. Terdapat komplikasi lain berupa:

a.  Komplikasi periorbital

-  Ptosis

Page 15: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 15/17

15

-  Ectropion

-  Strabismus

 b.  Komplikasi perioral

-  Kelemahan bibir bawah

-  Sulit menelan

-  Hilangnya suara

Gambar 4. Ptosis kelopak mata berupa efek dari ekstravasasi toxin

 botulinum pada musculus levator palpebra superior. Dikutip dari

kepustakaan 13

Page 16: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 16/17

16

XII.  Daftar Pustaka

1.  Rohrer TE, Beer K. Backround to Botolinum Toxin. In: Carruthers A.,

Carruthers J., editors. Botulinum Toxin. USA: Elsevier Inc.; 2005. p. 9 – 18.

2.  Triana Z. Botulinum Toxin. Available at:

http/www.emedicine.com/derm/surgical. Accessed on February 23, 2008.

3.  Klein AW. Complications with the Use of Botulinum Toxin. Dermatol Cli

2004; 22: 197 – 205.

4.  Mayo Clinic. Definition botox injection. [serial of internet] 2009 [cited 2013

 November 04]. Available from: http://Defenition/Botox injections -

MayoClinic.com.htm. 

5.  Jankovic J. Botulinum Toxin in Clinical Practice. Journal of Neurosurgery and

Psychiatry. 2004; 75: 951 – 57.

6.  Schlessinger, J. Botox injection. [serial of internet] 2006 [cited 2013

 November 4]. Available from: http://Botox Causes, Symptoms, Treatment -

After the Procedure - eMedicineHealth.htm.

7.   Natalia, L. Priadi, A. Botulismus: pathogenesis, diagnosis dan pencegahan.

WARTAZOA Vol. 22 No. 3 Th. 2012. p. 128-9.

8.  Klein AW. Botulinum Toxin: Beyond Cosmesis. Arch Dermatol; April 2000;

136: 487 – 90.

9.  Khawaja HA, Perez EH. Botox in Dermatology. International Journal of

Dermatology. 2001; 40: 311 – 17.

Page 17: Injeksi Botox

8/13/2019 Injeksi Botox

http://slidepdf.com/reader/full/injeksi-botox 17/17

17

10. Lipham W.J. What Is Botulinum Toxin and How Does It Work. I: Lipham

WJ. Cosmetic and Clinical Application of Botulinum Toxin. Danvers: Slack;

2004: 5 – 10.

11. Lipham W.J. Commercially Available Products, Basic Equipment and

Supllies, Reconstitution and Dilution Recommendations and Clinical

Implementation. In: Lipham WJ. Cosmetic and Clinical Applications of

Botulinum Toxin. Danvers: Slack; 2004: 23 – 36.

12. Irvine. BOTOX (onabotulinumtoxinA) for injection, for intramuscular,

intradetrusor, or intradermal use. Allergan Pharmaceuticals Ireland a

subsidiary of: Allergan, Inc. 2525 Dupont 2013.

13. Vartain, A.J. Hayan, S.H. Complication of botulinum toxin A use in facial

rejuvenation. Facial Plast Surg Clin N Am 13 (2005) 1 –  10.