BAB IV
BAB IV
INJEKSI AIR PADA SECONDARY RECOVERY
Operasi perolehan minyak tahap kedua (secondary recovey)
dilakukan dengan maksud untuk memperoleh minyak sisa di reservoir
yang tidak dapat diambil dengan metode tahap pertama (primary
recovery). Dalam operasi perolehan tahap kedua ini, suatu fluida
diinjeksikan ke dalam reservoir minyak sisa tersebut bukan untuk
mempertahankan energi reservoir, tetapi secara fisik mendesak
minyak sisa dari reservoir. Waterflooding (injeksi air) merupakan
salah satu dari metode perolehan tahap kedua yang banyak digunakan
dalam industri perminyakan, karena water flooding mempunyai banyak
keuntungan daripada metode perolehan tahap kedua yang lainnya (gas
flooding), diantaranya yaitu :
air tersedia dalam jumlah yang melimpah,
air relatif mudah diinjeksikan,
air mampu menyebar melalui formasi bearing minyak, dan
air lebih efisien dalam mendesak minyak.
Dalam sejarahnya, water flood pertama kali terjadi sebagai suatu
hasil dari injeksi air yang tidak disengaja pada daerah Pithole
City Pensylvania di tahun 1865. Pada tahun 1880, John F. Carll
menyimpulkan bahwa air tanah dari lapisan yang lebih dangkal mampu
mendorong minyak dari reservoir dan memberi manfaat dalam membantu
peningkatan produksi minyak. Pada saat itu air dirasakan sebagai
fungsi utama dari injeksi air dalam mempertahankan tekanan
reservoir yang memberikan sumur-sumur itu mempunyai umur produktif
yang lebih panjang.
Pada awalnya metode waterflooding ini dilakukan dengan
menginjeksikan air ke dalam sumur tunggal; saat zone yang terinvasi
air meningkat dan sumur-sumur yang berdekatan dimana air tidak
menjangkaunya dijadikan sumur penginjeksi untuk memperluas daerah
invasi air. Ini dikenal sebagai circle flooding. Teknik ini
kemudian diperbaiki oleh Forest Oil Corp. dengan mengubah beberapa
sumur produksi menjadi sumur injeksi air dan membentuk suatu pola
line drive.
4.1. Pengertian Waterflooding
Pada banyak reservoir minyak, tekanan reservoir akan berkurang
selama produksi berlangsung. Penurunan tekanan reservoir di bawah
tekanan jenuh (bubble point) dari hidrokarbon mengakibatkan
keluarnya gas (komponen hidrokarbon yang ringan) dari dalam minyak.
Gelembung gas akan membentuk fasa yang bersinambungan dan mengalir
ke arah sumur-sumur produksi, bila saturasinya melampaui harga
saturasi equilibrium. Terproduksinya gas ini akan mengurangi energi
yang tersedia secara alami untuk memproduksikan minyak, sehingga
jumlah minyak yang dapat diproduksikan (recovery) secara alami
dapat berkurang pula. Secara umum dapat dikatakan bahwa penurunan
tekanan yang tidak terkontrol memberikan kontribusi terhadap
pengurangan recovery.
Penurunan tekanan reservoir dapat diperlambat secara alami bila
penyerapan reservoir oleh sumur-sumur produksi diimbangi oleh
perembesan air ke dalam reservoir dari aquifer. Air ini berperan
sebagai pengisi atau pengganti minyak yang terproduksi, disamping
berperan sebagai media pendesak. Mekanik produksi minyak yang
mengandalkan tenaga pengembangan dari gas yang keluar dari larutan
(depletion drive). Kenyataan ini mendorong orang untuk melakukan
proses penginjeksian air (waterflooding) dari permukaan bumi ke
dalam reservoir minyak.
Waterflooding merupakan metode perolehan tahap kedua dimana air
diinjeksikan ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan
perolehan minyak yang bergerak dari reservoir minyak menuju ke
sumur produksi setelah reservoir tersebut mendekati batas ekonomis
produktif melalui perolehan tahap pertama.
Penginjeksian air yang dimaksudkan disini merupakan penambahan
energi kedalam reservoir melalui sumur-sumur tertentu, yaitu sumur
injeksi. Air ini akan mendesak minyak mengikuti jalur-jalur arus
(stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada
sumur produksi. Pada suatu saat partikel air yang bergerak dari
sumur injeksi ini akan sampai pada sumur produksi, pada saat mana
air mulai terproduksi.
Gambar 4.1.
Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus Sebelum dan Sesudah
Tembus Air Pada Sumur Produksi 13)
Gambar 4.1. menunjukkan kedudukan partikel air A, B, C, D, dan E
yang bergerak pada waktu yang bersamaan di sekeliling lubang sumur,
melalui jalur arus 1, 2, 3, 4, dan 5. Jalur-jalur ini merupakan
seperempat bagian dari pola injeksi-produksi lima titik (five
spot). Gambar itu memperlihatkan pula kedudukan partikel air yang
membentuk batas air-minyak sebelum (a) dan sesudah (b) tembus air
(water breakthrough) pada sumur produksi. Fraksi air yang turut
terproduksi ini makin lama makin besar, sehingga suatu saat
produksi sumur tidak ekonomis lagi.
Sekarang timbul pertanyaan, berapa besar volume minyak yang
telah diproduksikan dengan bantuan injeksi air sampai dengan lain
produksi yang tidak bernilai ekonomis. Atau dengan perkataan lain
pertanyaan ini menyangkut berapa besar recovery minyak dalam tahap
produksi sekunder itu (proses injeksi air merupakan tahap produksi
sekunder yang proses pelaksanaannya mengikuti tahap produksi
primer). Pertanyaan ini sebenarnya memerlukan jawaban sebelum
keputusan untuk melaksanakan proses penginjeksian air diambil.
Sebelum dilakukan proses waterflooding maka diperlukan studi
pendahuluan yang meliputi :
Perolehan data-data
Sifat fisik batuan reservoir.
Permeabilitas rata-rata dalam berbagai luasan reservoir.
Data porositas dalam berbagai luasan reservoir.
Heterogenitas reservoir mengenai perubahan permeabilitas dalam
setiap ketebalan.
Sifat fluida reservoir.
Meliputi : gravitasi, faktor volume formasi, dan viscositas
sebagai fungsi saturasi fluida.
Distribusi saturasi air.
Distribusi saturasi air sebelum dan sesudah injeksi.
Model geologi.
Diperlukan pengetahuan tentang model geologi yang dapat
diterapkannya waterflooding dengan tepat, pengetahuan meliputi
stratigrafi dan struktur.
Sejarah produksi dan tekanan.
Identifikasi mengenai mekanisme pendorong selama masa produksi
awal seperti; water drive, gas cap drive, solution gas drive.
Perkiraan minyak yang tersisa setelah produksi awal serta
distribusi tekanan dalam reservoir.
Air untuk injeksi.
Air untuk injeksi harus mempunyai syarat-syarat :
Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang masa injeksi
Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut.
Secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi dengan
elemen-elemen yang terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.
Simulasi reservoir.
Sebelum waterflooding diterapkan terlebih dahulu dibuat
simulasinya berdasarkan data-data diatas. Simulasi dapat dibuat
dalam sistem 1 dimensi, 2 dimensi, dan 2 dimensi dengan teknik
numerik.
Laboratorium.
Diadakan penelitian laboratorium untuk mencari kecocokan antara
proses waterflooding dengan sifat batuan dan fluidanya.
Pilot Project.
Mencoba mengaplikasikan ke dalam permasalahan di lapangan. Ada
dua jenis pola injeksi yang umum digunakan, yaitu pola five-spot
dan single-injection. Kedua pola ini dapat memaksimalkan jumlah
migrasi minyak.
Monitoring.
Melihat dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari lapangan. Di
evaluasi apakah tidak terjadi aliran minyak yang keluar dari pilot
area.
Resimulasi.
Hasil yang diperoleh dari lapangan dibandingkan dengan simulasi
reservoir yang dibuat, lalu diadakan penyesuaian antara kondisi
lapangan dengan simulasi reservoirnya.
Evalusi ekonomi.
Meliputi: Perkiraan biaya yang dibutuhkan,
perhitungan-perhitungan dan presentasi.
Sedangkan penilaian layak tidaknya suatu proyek waterflooding
memerlukan keterangan-keterangan mengenai :
Tahap pendahuluan: perkiraan recovery menyeluruh.
Tahap lanjutan
: perkiraan laju produksi terhadap waktu.
Perkiraan recovery menyeluruh ini diperlukan untuk memperoleh
gambaran kasar apakah proses injeksi air layak dilaksanakan.
Persamaan empiris yang dapat digunakan adalah :
Guthrie Greenberger
ER = 0,2719 log K + 0,25569 Sw + 0,1355 log (o 1,538 ( -
0,0003488 h + 0,11403 (4-1)
A P I
(4-2)
dimana :
Sw: saturasi air, fraksi
K: permeabilitas, mD
(: porositas, fraksi
h: tebal formasi
(o: viscositas minyak, cp
(w: viscositas air, cp
Bo: faktor volume formasi minyak, (STB/BBL)
Pi: tekanan reservoir mula-mula, psia
Pa: tekanan reservoir pada saat ditinggalkan, psia
Secara volumetris dapat pula ditentukan jumlah minyak yang dapat
dihasilkan oleh penginjeksian air yaitu berdasarkan persamaan:
(4-3)
dimana :
Npf : kumulatif produksi minyak, STB
Vsw: gross swept volume, acre-ft
Sop: saturasi minyak pada saat dimulai injeksi, fraksi
Sor: saturasi minyak pada saat akhir injeksi, fraksi
Bop: faktor volume formasi minyak pada awal injeksi,
BBL/STB
Bor: faktor volume formasi minyak pada akhir injeksi,
BBL/STB
Et: effisiensi total penginjeksian, fraksi.
Gross swept volume, Vsw merupakan volume minyak yang dipengaruhi
oleh letak dari sumur injeksi-produksi yang harganya belum tentu
sama dengan volume reservoir keseluruhannya. Faktor efisiensi, Et
dipengaruhi sifat homogenitas reservoir (variasi harga
permeabilitas dalam arah vertikal) dan pola susunan sumur
injeksi-produksi.
4.2. Perencanaan Waterflooding
Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi
Pada umumnya dipegang prinsip bahwa sumur-sumur yang sudah ada
sebelum injeksi dipergunakan secara maksimal pada waktu
berlangsungnya injeksi nanti. Jika masih diperlukan sumur-sumur
baru maka perlu ditentukan lokasinya. Untuk memilih lokasi
sebaiknya digunakan peta distribusi cadangan minyak tersisa. Di
daerah yang sisa minyaknya masih besar mungkin diperlukan lebih
banyak sumur produksi daripada daerah yang minyaknya tinggal
sedikit. Peta isopermeabilitas juga membantu dalam memilih arah
aliran supaya penembusan fluida injeksi (breakthrough) tidak
terjadi terlalu dini.
Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi
Untuk meningkatkan faktor perolehan minyak salah satu caranya
adalah dengan efisiensi yang sebaik-baiknya dengan membuat satu
caranya adalah dengan mendapatkan efisiensi yang sebaik-baiknya
dengan membuat pola sumur injeksi-produksi.Tetapi kita harus tetap
memegang prinsip bahwa sumur yang sudah ada sebelum injeksi harus
dapat digunakan semaksimal mungkin pada waktu berlangsungnya
injeksi nanti.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi
produksi tergantung pada:
Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke
arah lateral maupun ke arah vertikal.
Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan
ukuran.
Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
Topografi.
Ekonomi.
Pada operasi waterflooding sumur-sumur injeksi dan produksi
umumnya dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya
pola tiga titik,lima titik, tujuh titik, dan sebagainya. Pola sumur
dimana sumur produksi dikelilingi oleh sumur-sumur injeksi disebut
dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya yaitu sumur-sumur
produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted.
Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana
memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah
penyapuan yang berbeda-beda. Diantara pola-pola yang paling umum
digunakan :
Direct line drive
: sumur injeksi dan produksi membentuk garis tertentu dan saling
berlawanan. Dua hal penting untuk diperhatikan dalam sistem ini
adalah jarak antara sumur-sumur sejenis (a) dan jarak antara
sumur-sumur tak sejenis (b)
Staggered line drive : sumur-sumur yang membentuk garis tertentu
dimana sumur injeksi dan produksinya saling berlawanan dengan jarak
yang sama panjang, umumnya adalah a/2 yang ditarik secara lateral
dengan ukuran tertentu.
Gambar 4.2.
Pola-Pola sumur Injeksi-Produksi 10)
Four spot
: terdiri dari tiga jenis sumur injeksi yang membentuk segitiga
dan sumur produksi terletak ditengah-tengahnya.
Five spot
: Pola yang paling dikenal dalam waterflooding dimana sumur
injeksi membentuk segi empat dengan sumur produksi terletak
ditengah-tengahnya.
Seven spot
: sumur-sumur injeksi ditempatkan pada sudut-sudut dari bentuk
hexagonal dan sumur produksinya terletak ditengah-tengahnya.
Penentuan Debit Injeksi dan Tekanan
Debit injeksi yang akan ditentukan di sini adalah untuk
sumur-sumur dengan pola tertutup dengan anggapan bahwa mobility
ratio (R) sama dengan satu. Besarnya debit injeksi sangat
tergantung pada perbedaan tekanan injeksi di dasar sumur dan
tekanan reservoirnya. Bentuk persamaan dikembangkan dari Persamaan
Darcy sesuai dengan pola sumur injeksi-produksi,sebagai berikut
:
Pola direct line drive (d/a (1),
(4-4)
Pola staggered line drive (d/a (1),
(4-5)
Pola five spot (d/a = 0,5),
(4-6)
Pola seven spot,
(4-7)
dimana :
i: laju injeksi,bbl/day
kw: permeabilitas efektif terhadap air, mD
h: ketebalan, ft
(P: perbedaan tekanan di dasar, psi
(w: viscositas air,cp
d: jarak antara sumur tidak sejenis, ft
a: jarak antara sumur sejenis
rw: jari-jari efektif sumur, ft
Persamaan yang disebutkan diatas adalah laju injeksi dari fluida
yang mempunyai mobilitas yang sama (M=1) karena reservoir minyak
terisi oleh cairan saja. Untuk menentukan laju injeksi sampai
dengan terjadinya interferensi digunakan persamaan:
(4-8)
dimana :
re: radius terluar oil bank, ft
r: radius terluar dari front pendesakan air, ft
Dari persamaan darcy terlihat bahwa debit injeksi dan tekanan
injeksi mempunyai keterkaitan. Masalah sekarang adalah besaran mana
yang harus ditentukan lebih dahulu, karena keduanya merupakan
besaran yang dapat diatur dalam operasi injeksi air. Untuk mencapai
keuntungan ekonomis yang maksimal biasanya diinginkan debit injeksi
yang maksimal, namun ada pembatasan-pembatasan yang harus
diperhatikan. Batas bawah debit injeksi adalah debit yang
menghasilkan produksi minyak yang merupakan batas ekonomisnya.
Batas atas debit injeksi adalah debit yang berhubungan dengan
tekanan injeksi yang mulai menyebabkan terjadi rekahan di
reservoir. Metode untuk memperkirakan debit injeksi yang terbaik
dengan menggunakan pola five spot seperti yang ditunjukan pada
gambar berikut ini.
Gambar 4.3.
Divisi dari Sebuah Segment Jaringan Sumur Five-Spot
Kedalam Sektor Aliran Radial 22)
Gambar 4.4.
Conductance Ratio Untuk Five Spot Pattern 13)
Analisa berikutnya adalah injeksi air dari interface sampai
dengan fill-up. Besarnya laju injeksi pada perioda ini dinyatakan
dengan persamaan:
iwf = ( x I (4-9)
dimana :
iwf: laju injeksi air selama fill up, bbl/day
i : laju injeksi fluida dengan M = 1, bbl/day
: conductance ratio yang ditentukan dari grafik
Gambar 4.4. memperlihatkan salah satu contoh grafik conductance
ratio untuk pola five spot. Dengan diketahuinya laju injeksi pada
setiap periode dari perilaku water flood, maka diramalkan waktu
injeksi dari setiap periode.
Penentuan Performance Injeksi Berpola
Percobaan model fisik berskala kecil menghasilkan beberapa
grafik performance dalam bentuk hubungan Es (effisiensi penyapuan)
terhadap Vid (volume yang diinjeksikan, tak berdimensi), atau fw
(fraksi laju aliran dari fluida pendesak, misalnya air) terhadap M
(perbandingan mobilitas air terhadap minyak). Model fisik ini
menggambarkan reservoir dan aliran sebagai berikut :
Tebal lapisan dibandingkan dengan ukuran reservoir adalah kecil,
sehingga persoalan dapat dianggap 2 dimensi.
Tidak ada pengaruh gravitasi atau kemiringan reservoir adalah
kecil ( Sgc). Gas bebas pada saat saturasi mencapai Sg ( Sgc masih
belum dapat mengalir, sehingga injeksi air tidak dapat mendesak gas
ke arah sumur-sumur produksi melainkan tertinggal di belakang front
atau larut kembali dalam minyak.
4.2.4.1. Penentuan Performance Bila 0(Sg(Sgc
Besaran-besaran ukuran performance yang digunakan adalah :
Np= produksi minyak kumulatif
Wp= produksi air kumulatif
Wi= injeksi air kumulatif
WOR= perbandingan laju produksi air terhadap laju produksi
minyak
Gambar 4.6.
Grafik Efisiensi Penyapuan Untuk pola Lima Titik 10)
Perhitungan dimulai dengan menentukan harga-harga :
Perbandingan mobilitas
(4-13)
VD = volume pori-pori yang dapat didesak oleh air (displaceble
pore volume)
= Vb . ( (1 Swc Sg Sor) (4-14)
Dari grafik-grafik (seperti pada gambar 4.6.) dapat ditentukan
hubungan Es vs Vid (=Vi/VD) atau Es vs fw untuk harga M yang
bersangkutan.
I.Vid
Es
II.Es
fw
(
( *
(
( *
(
(
(
(-
(
(
(
(
(
(
(
(* = tembus air
dst
dst
dst
dst
Di buat gambarnya
pada kertas milimeter
Dari hubungan Vid vs Es seperti di atas dapat dihitung :
(fo)res =
(fw)res = 1 (fo)res
= tan (, dimana ( adalah sudut kemiringan dari grafik Es vs
Vidatau (
Dari harga (fw)res dapat dihitung :
(4-15)
(4-16)
Selanjutnya ditentukan :
(4-17)
(4-18)
(4-19)
Hasil yang diperoleh dari perhitungan di atas memberi
kemungkinan untuk menghitung harga-harga :
(4-20)
(4-21)
= tan (, dimana tan ( adalah sudut kemiringan dari grafik
Np vs (Wp + Np)
Gambar 4.7.
Grafik Hubungan Np vs (Wp + Np) 13)
Bila digunakan hubungan Es vs fw maka perhitungan performance
dilakukan sebagai berikut :
Setelah menentukan M dan Vd, maka dibuatlah grafik Es vs fw.
Kemudian dihitung ;
(4-22)
Harga integral sama dengan luas grafik vs Es
Dari sini diperoleh harga-harga Es vs ViD
(4-23)
4.2.4.2. Penentuan Performance Bila Sg>Sgc
Gas bebas yang dapat mengalir akan bergerak mendahului minyak
bila didesak oleh air. Mobilitas gas jauh lebih besar dari
mobilitas minyak, sehingga gas akan mendahului minyak, tetapi tidak
semua gas akan terdorong oleh minyak. Sebagian akan tertinggal
sebagai reidual gas atau terlarut kembali dalam minyak. Bila di
buat penampang aliran dari sumur injeksi hingga sumur produksi akan
terlihat tiga zona, yaitu air, minyak, dan gas seperti dapat
dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8
Zona Minyak dan Gas 21)
Dari mulai terbentuknya hingga oil bank mencapai sumur produksi
minyak tetap diproduksikan seperti sebelum di injeksi dimulai
(kecuali bila sumur-sumur produksi ditutup) dengan harga GOR yang
tinggi. Laju produksi minyak akan bertambah setelah oil bank
mencapai sumur produksi (oil breakthrough) disertai dengan
berkurangnya harga GOR. Perkiraan performance dilakukan berdasarkan
data Es vs fw (ViD vs Es) dengan memperhatikan jumlah air yang
telah di injeksi (Wif) hingga oil bank breakthrough.
Penentuan performance berikaut ini di peroleh dari metode yang
sama seperti untuk lapisan tunggal dimana 0(Sg(Sgc disertai dengan
anggapan bahwa :
Oil bank diusahakan bertemu pada sumur produksi yang dikelilingi
oleh sumur injeksi, hal ini telah dicapai oleh sistem injeksi
berpola.
Oil telah mengisi seluruh bagian reservoir kecuali daerah yang
diisi oleh air pada saat oil bank mencapai sumur produksi. Oil bank
breakthrough terjadi bersamaan di semua unit dari injeksi
berpola.
Selama pengisian pori-pori yang telah ditinggalkan oleh gas
dengan minyak hingga oil bank breakthrough tercapai (fill-up) sumur
tetap memproduksi minyak (qo) seperti sebelum injeksi dimulai.
Pada saat oil bank breakthrough terjadi maka volume air dan
situasi minyak adalah sebagai berikut :
Situasi minyak pada oil bank :
So = (1 Swc Sgr) (4-24)
Dan displaceable porosity :
(D = ( (1 Swc Sgr Sor) (4-25)
Jumlah air yang telah diinjeksi, Wif, mengisi ruangan yang telah
ditinggalkan oleh :
Gas bebas yang mengalir keluar sebanyak :
Vb ( (Sg Sgr)
Reservoir void sebagai akibat minyak terproduksi sebesar qo
selama fill-up ((t) :
Wif = Vb ( (Sg Sgr) + (void rate) ((t)
dimana :
((t) =
iw = laju injeksi
void rate = qo . Bo
Sehingga :
(4-26)
atau :
(4-27)
Sampai dengan fill-up :
Minyak yang diproduksikan :
(4-28)
Untuk Wi ( Wif atau ViD ( ViDf
Setelah fill-up :
Produksi minyak kumulatif :
(4-29)
(4-30)
Untuk Wi ( WifVolume air yang telah diinjeksikan sejak operasi
dimulai :
(4-31)
Produksi air kumulatif :
Wp = volume air yang diinjeksikan sesudah fill-up
= volume air yang menggantikan minyak sesudah fill-up.
=
= (4-32)
Perbandingan air minyak / Water Oil Ratio (BAM/WOR) di permukaan
:
(4-33)
Secara tabulasi perhitungan performance disusun sebagai berikut
:
ViDEsEs - ViDfViD - EsWINpWp(WOR)s
4.2.5. Sistem Pengolahan Air Injeksi
Air yang diinjeksikan ke dalam reservoir seringkali menimbulkan
beberapa persoalan, seperti korosi baik pada peralatan di permukaan
ataupun di bawah permukaan, scale, swelling, padatan tersuspensi,
gas yang terlarut ; yang kesemuanya itu bisa mengurangi efficiency
pendorongan minyak oleh air.
Apabila air yang diinjeksikan berasal dari sumber lain jika
bukan dari formasi yang akan diinjeksi, maka haruslah diperiksa
terlebih dahulu sifat campuran kedua air tersebut. Apakah campuran
itu tidak menimbulkan endapan-endapan kimia seperti barium sulfat,
calcium sulfat, calcium carbonat, sulfida besi dan oksida besi yang
diakibatkan unsur-unsur dari zat-zat tersebut dalam air injeksi.
Jika hal ini terjadi, maka pori-pori formasi akan tersumbat dan
injeksi air akan macet atau kurang lancar. Begitu pula akibat
banyaknya oksigen dalam air injeksi bisa menimbulkan tumbuhnya
bakteri dalam pori-pori formasi, sehingga hal serupa dapat terjadi.
Pada pokoknya campuran tersebut selain tidak boleh menimbulkan
endapan, dan tidak boleh merusak formasi, misalnya kalau dalam
formasi kapur tidak boleh menyebabkan larutnya formasi tersebut,
juga kalau dalam formasi clay tidak boleh menimbulkan swelling.
Sehingga dikatakan bahwa sifat campuran kedua air biasa disebut
compatibility. Dua macam air lebih dikatakan compatibility-nya baik
apabila campuran tersebut tidak menyebabkan reaksi apa-apa.
Untuk mencegah problem-problem ditimbulkan seperti diatas, maka
dapat digunakan treatment yang berupa ;
Aeration,
Adalah pemecahan air menjadi partikel-peartikel halus ke dalam
suatu ruangan. Proses ini dimaksudkan untuk pengoksidasian besi dan
mangan yang terdapat di dalam air, sehingga hasil oksidasinya dapat
tersaring. Aeration juga digunakan untuk menghilangkan
karbondioksida dan hidrogen sulfida dari dalam air. Aeration, sudah
tentu menyebabkan penambahan kadar oksigen dalam air, dan ini bisa
menjadikan air lebih korosif. Akan tetapi metode ini terutama
dipakai untuk air yang mengandung besi, mangan, karbondioksida dan
hidrogen sulfida.
Penambahan zat kimia (chemical treatment)
Chemical treatment ini berfungsi untuk menghilangkan
senyawa-senyawa yang dapat menghilangkan korosi, scale, swelling.
Jadi di sini penambahan zat kimia yang dipergunakan untuk weater
treatment pemilihannya bergantung kepada persoalan yang dihadapi.
Misalnya, garam-garam alkali digunakan untuk menaikkan pH dan
menghilangkan karbondioksida ; chlor seringkali dipakai untuk
mengontrol algae, dan sebagainya.
Settling atau pengendapan
Dimaksudkan untuk mengendapkan padatan-padatan yang tersuspensi
dalam air. Sehingga dapat memisahkan benda padat yang halus seperti
lumpur, clay, sand, dan silt dari air. Tempat-tempat yang biasa
dipakai untuk pengendapan ini adalah oil skimmer tank atau skimming
pit.
1. Algae treatment
Algae treatment ini dilakukan dengan menambahkan zat-zat kimia
seperti chlor, hypochlorite, tembaga sulfate dan phenol ke dalam
air. Caranya adalah zat-zat tersebut diinjeksikan ke dalam air
sebagai gas dalam jumlah yang kecil, tetapi kontinu.
2. Penyaringan (filtering)
Penyaringan ini berfungsi sebagai penyaring dari
partikel-partikel yang tersuspensi dalam air, dengan ukuran yang
lebih kecil. Dalam prakteknya dilakukan setelah treatment terhadap
zat-zat yang berbentuk endapan.
De-aeration
Yaitu proses pemecahan air menjadi partikel-partikel di dalam
suatu ruang hampa, sehingga oksigen bersatu dengan udara, kemudian
dikeluarkan oleh vacum pump.
Dalam prakteknya pengolahan-pengolahan tersebut diklasifikasikan
dalam tiga sistem, yaitu sistem terbuka, sistem setengah tertutup,
dan sistem tertutup (dalam garis besarnya seperti pada pressure
maintenance).
Perhitungan Perolehan Minyak
Perhitungan untuk meramalkan perolehan minyak dari pendesakan
fluida tidak tercampur terutama air telah dikembangkan oleh banyak
ahli, baik secara analitis maupun empiris. Pada bagian ini akan
dibicarakan perolehan minyak berdasarkan pendesakan linier yang
dikembangkan oleh Buckley dan Leverett pada pendesakan injeksi
berpola.
4.3.1. Pendesakan Linier
Pendesakan linier adalah pendesakan yang mempunyai kecepatan
hanya dalam satu arah pada setiap saat dan setiap tempat. Dalam
prakteknya dapat terjadi pada pendesakan berpola direct line drive
yang jarak antara sumur sejenis jauh lebih kecil daripada jarak
antara sumur tidak sejenis.
Secara umum, suatu pendesakan akan mempunyai batas yang
merupakan front terdepan fluida pendesak. Pada bidang front ini
saturasi fluida pendesak melonjak naik, kemudian di belakang front
saturasi fluida pendesak naik secara berangsur-angsur sampai
mencapai saturasi maksimalnya, yaitu seharga (1 Sor fluda yang
didesak)
Persamaan Fraksi Aliran
Gambar 4.9.
Geometri Aliran 7)
Anggapan/asumsi yang digunakan :
Aliran mantap (steady state).
Sistem pendesakan dari dua macam fluida yang tidak larut satu
sama lain (immiscible).
Fluida yang tidak dapat dimampatkan (incompressible).
Aliran terjadi pada media berpori-pori yang homogen.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi pendesakan
dikembangkan pertama kali oleh Buckley-Leverret, yang mendasarkan
pada persamaan Darcy :
(4-34)
dimana :
s= sumbu yang searah dengan aliran
= sudut kemiringan
= massa jenis
k= permeabilitas
P= tekanan
V= laju aliran
Untuk aliran horisontal, persamaan (4-34) berubah menjadi :
(4-35)
Jika dua macam fluida yang mengalir, misalkan air dan minyak,
maka persamaan aliran untuk masing-masing fasa menjadi :
(4-36)
(4-37)
Dengan pengaturan selanjutnya gabungan dari persamaan (4-36) dan
(4-37) menjadi :
(4-38)
Jika qt = qo + qw (4-39)
Maka persamaan (4-38) menjadi :
(4-40)
Dengan jalan membagi persamaan (4-40) dengan dan mendefinisikan
fraksi aliran fw = , maka :
(4-41)
atau bila dinyatakan dalam satuan :
k= mDPc= psi
(= cps= ft
A= ft3(= gr/cc
(4-42)
Data tekanan kapiler umumnya dinyatakan sebagai fungsi dari (Sw)
gradien tekanan kapiler
dapat dinyatakan dalam hubungan :
(4-43)
dimana harga diperoleh dari grafik tekanan kapiler. Akan
tetapi
sulit diperoleh, atau tidak diketahui sama sekali. Berdasarkan
hal itu untuk segi praktisnya maka harga diabaikan. Jadi persamaan
fraksi aliran menjadi :
(4-44)
Persamaan ini akan lebih sederhana bila aliran terjadi dalam
arah horisontal, ( = 0.
(4-45)
Bila pendesakan minyak terjadi pada temperatur konstant dengan
harga viscositas minyak dan air tertentu, maka persamaan (4-45)
hanya merupakan fungsi langsung dari saturasi. Persamaan fraksi
aliran jika di plot dalam kertas milimeter akan menghasilkan kurva
seperti ditunjukkan pada gambar 4.10. dengan saturasi antara Swc
dan 1 - Sor dimana fraksi aliran bertambah dari nol sampai
satu.
Gambar 4.10.
Kurva Fraksi Aliran Sebagai Fungsi dari Saturasi Air 7)
Metoda Pendesakan Kemajuan Front
Dalam th 1942 Buckley-Leverett menyajikan apa yang disebut
sebagai persamaan dasar untuk menggambarkan pendesakan immiscible
satu dimensi. Persamaan Buckley-Leverret tersebut adalah :
(4-46)
Untuk laju injeksi air yang konstan (iw = qi) kecepatan bidang
dengan Sw pada Sw yang bersangkutan. Sedangkan letak atau posisi
dengan Sw yang berbeda-beda pada waktu tertentu dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
(4-47)
dimana :
Wi = injeksi air kumulatip (dengan anggapan Wi = 0, untuk t =
0)
Secara matematis terdapat kesukaran hubungan antara kurva fraksi
aliran (Gambar 4.10.) dengan persamaan (4-47). Adanya titik belok
di dalam kurva fraksi aliran menyebabkan dfw vs Sw akan mempunyai
suatu titik maksimum yang ditunjukkan oleh gambar 4.11a. Penggunaan
persamaan (4-48) untuk memplot distribusi pada waktu tertentu akan
menghasilkan kurva garis lurus pada gambar 4.11b.
Gambar 4.11.
Penurunan Saturasi dari Suatu Kurva Fraksi Aliran
Distribusi Saturasi Dalam Jarak Pendesakan 7)
Profil saturasi seperti gambar di atas secara fisik tidak
mungkin, karena tidak mungkin ada beberapa harga saturasi pada satu
titik di reservoir. Untuk menggambarkan profil saturasi yang tepat
maka ditarik garis vertikal lurus sehingga luas A sama dengan B.
Garis ini merupakan gambaran saturasi di front Swf
Welge (1952) mengajukan pendekatan lain untuk menentukan Swf.
Cara yang dilakukan adalah mengintegrasikan distribusi saturasi
dari titik injeksi ke front, selanjutnya dapat diperoleh saturasi
air rata-rata di belakang front (sw), seperti ditunjukan pada
gambar 4.12.
(4-48)
atau :
(4-49)
Untuk memenuhi persamaan tersebut, haruslah dibuat garis
singgung terhadap kurva fraksi aliran dari titik (Sw = Swf ; fw =
0) ke titik (Sw = Swf ;fw (Swf) dan ekstrapolasi garis singgung
tersebut akan memotong garis fw = 1 di titik (Sw = Sw ; fw = 1).
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat gambar 4.12.
Gambar 4.12.
Garis Singgung terhadap Kurva Fraksi Aliran dari Sw = Swc 7)
Dengan demikian di dalam menentukan Swf, fw(Sw dan Sw diperlukan
plot kurva fraksi aliran, yaitu dengan menggunakan persamaan (4-44)
atau (4-48) untuk interval saturasi Swc < Sw