Top Banner
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13 ISSN 2085-319X Info Tek Media Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 11, Nomor 4, April 2019 Publikasi Semi Populer Alamat Redaksi: Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111. Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194. email: go.id [email protected]. http//perkebunan.litbang.pertanian.go.id Dana: APBN 2018 DIPA Puslitbang Perkebunan Design: Zainal Mahmud Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra Kelapa merupakan salah satu tanaman penghasil minyak kelapa untuk bahan baku pangan dan produk-produk industri. Pengembangan komoditas ini mengalami beberapa kendala salah satu di antaranya adalah adanya gangguan hama gudang dan pascapanen. Produk buah kelapa (kopra) biasanya dijemur (Gambar 1) sebelum disimpan di gudang terbuka atau gudang tertutup. Pada saat penyimpanan kopra yang tidak tepat akan diserang oleh hama gudang yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat karena adanya aktivitas hama yang secara langsung akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas produk. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara hama menyerang atau merusak. Pengenalan hama pascapanen dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengendalian. Hasil observasi pembuatan kopra petani di Minahasa Utara, teridentifikasi adanya hama gudang kopra yaitu N. rufipes. Serangga dewasa ber- ukuran 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna kebiru- biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna hijau gelap. Tungkai berwana coklat kemerahan atau orange. Antena berwarna cokelat kemerahan dengan ujungnya berwarna cokelat tua atau hitam (Gambar 2a dan 2b). Hama ini aktif baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah celah retakan kopra di tempat tersembunyi. Setelah menetas larva akan menggerek dan merusak kopra. N. rufipes menyukai kopra yang berkualitas rendah, dengan kadar air tinggi, sehingga menyebabkan udara di dalam tempat penyimpanan kopra tersebut menjadi lembab dan basah. Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan N. rufipes. Kualitas kopra yang rendah disebabkan antara lain buah kelapa yang dipanen masih muda (belum saatnya dipanen), pengeringan kopra yang kurang maksimal sehingga kadar air kopra masih tinggi dan cara penyimpanan serta kondisi tempat penyimpanan belum memadai. Serangan hama N. rufipes dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25 - 37 0 C serta menurunkan tingkat kadar air kopra. Untuk pengendalian secara alami meng- gunakan pestisida nabati yaitu daun dan biji srikaya karena senyawa toksin dalam biji srikaya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga serta dapat mematikan serangga Gambar 1. Buah kelapa yang dijemur untuk kopra Gambar 2. Kumbang N. rufipes. a) kumbang betina, b) kumbang jantan Editorial Produksi dan mutu merupakan faktor utama di dalam budidaya tanaman perkebunan, termasuk pada tanaman kelapa, kopi dan kakao. Pada edisi ini dibahas mengenai hama pascapanen pada kopra yang dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas produk kopra. Pada artikel lain dibahas tentang Korolla, yaitu varietas unggul baru kopi Robusta asal Lampung Barat yang memiliki cita rasa excellent, sehingga dapat memberikan pilihan varietas bagi petani kopi. Selain itu juga diulas tentang tingkat adopsi teknologi anjuran oleh petani kakao di Kabupaten Aceh Timur. Redaksi (NovalisaLumentut/PenelitiBalitPalma)
4

InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra ... biruan metalik dan mengkilap.

Dec 07, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra ... biruan metalik dan mengkilap.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13

ISSN 2085-319X

InfoTekMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan

InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitiandan Pengembangan Perkebunan,

Badan Penelitian danPengembangan Pertanian

Volume 11, Nomor 4, April 2019 Publikasi Semi Populer

Alamat Redaksi:Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111.Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194.email: [email protected]//perkebunan.litbang.pertanian.go.idDana: APBN 2018 DIPA Puslitbang PerkebunanDesign: Zainal Mahmud

Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra

Kelapa merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

kelapa untuk bahan baku pangan dan produk-produk industri.

Pengembangan komoditas ini mengalami beberapa kendala

salah satu di antaranya adalah adanya gangguan hama gudang

dan pascapanen.

Produk buah kelapa (kopra) biasanya dijemur (Gambar 1)

sebelum disimpan di gudang terbuka atau gudang tertutup.

Pada saat penyimpanan kopra yang tidak tepat akan diserang

oleh hama gudang yang dapat mengakibatkan terjadinya

kerusakan dan kehilangan berat karena adanya aktivitas hama

yang secara langsung akan berpengaruh pada kuantitas dan

kualitas produk. Besarnya kerusakan dan kehilangan

tergantung dari cara hama menyerang atau merusak.

Pengenalan hama pascapanen dimaksudkan untuk

memudahkan dalam pengendalian. Hasil observasi pembuatan

kopra petani di Minahasa Utara, teridentifikasi adanya hama

gudang kopra yaitu N. rufipes. Serangga dewasa ber-

ukuran 4 - 5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna kebiru-

biruan metalik dan mengkilap. Bagian permukaan bawah perut

berwarna hijau gelap. Tungkai berwana coklat kemerahan atau

orange. Antena berwarna cokelat kemerahan dengan ujungnya

berwarna cokelat tua atau hitam (Gambar 2a dan 2b). Hama ini

aktif baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah

celah retakan kopra di tempat tersembunyi. Setelah menetas

larva akan menggerek dan merusak kopra.

N. rufipes menyukai kopra yang berkualitas rendah, dengan

kadar air tinggi, sehingga menyebabkan udara di dalam tempat

penyimpanan kopra tersebut menjadi lembab dan basah.

Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang cocok untuk

pertumbuhan dan perkembangan N. rufipes. Kualitas kopra

yang rendah disebabkan antara lain buah kelapa yang dipanen

masih muda (belum saatnya dipanen), pengeringan kopra yang

kurang maksimal sehingga kadar air kopra masih tinggi dan

cara penyimpanan serta kondisi tempat penyimpanan belum

memadai.

Serangan hama N. rufipes dapat dicegah dengan cara

menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban

gudang dengan kisaran 25 - 370C serta menurunkan tingkat

kadar air kopra. Untuk pengendalian secara alami meng-

gunakan pestisida nabati yaitu daun dan biji srikaya karena

senyawa toksin dalam biji srikaya dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan serangga serta dapat

mematikan serangga

Gambar 1. Buah kelapa yang dijemur untuk kopra

Gambar 2. Kumbang N. rufipes. a) kumbang betina, b)

kumbang jantan

Editorial

Produksi dan mutu merupakan faktor utama di dalam

budidaya tanaman perkebunan, termasuk pada tanaman

kelapa, kopi dan kakao. Pada edisi ini dibahas mengenai hama

pascapanen pada kopra yang dapat menyebabkan penurunan

kuantitas dan kualitas produk kopra. Pada artikel lain dibahas

tentang Korolla, yaitu varietas unggul baru kopi Robusta asal

Lampung Barat yang memiliki cita rasa excellent, sehingga

dapat memberikan pilihan varietas bagi petani kopi. Selain itu

juga diulas tentang tingkat adopsi teknologi anjuran oleh

petani kakao di Kabupaten Aceh Timur.

Redaksi

(Novalisa Lumentut/Peneliti Balit Palma)

Page 2: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra ... biruan metalik dan mengkilap.

14 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Varietas Unggul Baru Kopi: Korolla Klon Kopi Robusta Lampung Barat

Kopi Robusta (Cofeea canephora) terbagi dalam tiga ke-

lompok yaitu Guinean yang berasal dari Afrika Barat, Congolese

yang berasal dari Aftika Tengah dan Conillion. Kopi Robusta

yang berkembang di Indonesia sebagian besar kelompok Cong-

olese yang memiliki cita rasa lebih baik sebagai pencampur kopi

Arabika sehingga kopi Robusta asal Indonesia lebih digemari

konsumen. Di samping itu ketersediaan biji kopi setiap tahun-

nya seringkali tidak stabil disebabkan oleh sifat pembuahan

yang hanya berbuah lebat setiap dua tahun sekali (biannual

bearing), dan juga dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Di Indonesia sentra produksi kopi Robusta adalah Provinsi

Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Ketiga daerah ini

menghasilkan hampir 50% dari total produksi kopi Robusta

nasional.

Lampung merupakan salah satu daerah produsen utama

kopi Robusta di Indonesia, luas areal tanamannya mencapai

137.904 ha dengan total produksi 108.983 ton. Sedangkan kopi

Robusta di Kabupaten Lampung Barat mencapai 42.745 ton

Pengembangan tanaman kopi diarahkan untuk meningkat-

kan produksi. Salah satu faktor keberhasilan budidaya kopi ada-

lah digunakannya bahan tanaman unggul sesuai dengan kondisi

agroklimat tempat penanaman. Penyediaan benih kopi yang

berkualitas masih menjadi permasalahan yang mendasar. Klon

unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting,

untuk mendukung kinerja dan kesinambungan industri

perkopian nasional yang efisien dan berdaya saing tinggi.

Korolla merupakan varietas unggul baru produksi tinggi dan

tahan terhadap PBKo serta tahan karat daun. Varietas kopi

Korolla telah dibudidayakan secara luas khususnya di Desa

Bodong Jaya, Kecamatan Tugu Jaya, Kabupaten Lampung

Barat.

Pengujian organoleptik (mutu seduhan = Cup test) untuk

mengetahui cita rasa/mutu kopi telah dilakukan dari setiap

klon yang diuji. Pengolahan biji kopi dari masing-masing klon

dilakukan dengan menggunakan olah kering dengan sinar

matahari penuh. Biji kopi untuk pengujian diperoleh dari kopi

yang dipanen dan diolah sesuai dengan standar pengolahan

yang dilakukan oleh Puslitkoka Jember.

Hasil uji organoleptik cita rasa kopi Robusta Lampung

Barat ditampilkan dalam bentuk komponen cita rasa antara

78,58 - 82,33. menunjukkan hasil “Very good dan

Excellent”. Nilai skor ini sudah melampaui nilai minimum

untuk kategori kopi specialty yaitu 80, sehingga potensial

untuk menghasilkan kopi spesial (Specialty coffee). Kopi

Robusta Lampung Barat menunjukkan skor keseragaman

(Uniform Cups) dan kebersihan rasa (Clean Cups) tinggi yaitu

mencapai 10 dari hasil pengujian cita rasa. Jika dibandingkan

dengan kopi yang sudah dilepas klon 534, nilai akhir kopi

Korolla 1 dan Korolla 2 lebih tinggi. Korolla 1 memiliki nilai cita

rasa 81,67 (Excellent) Caramelty, Chocolaty dan Mild,

sedangkan Korolla 2 memiliki nilai cita rasa 82,33 (Excellent)

Caramelty dan Chocolaty

Menurut SCAA, (2014) keseragaman (uniform) merupakan

karakteristik flavor yang konsisten, sedangkan kebersihan rasa

(clean cup) menunjukkan tidak ada jejak rasa/aroma negatif

yang mengganggu dari awal hirupan sampai tegukan terakhir.

Tabel 1. Karakter morfologi Klon Kopi Robusta lokal di Lampung Barat

Karakter Korolla 1 Korolla 2 Korolla 3 Korolla 4

Daun :

Warna daun muda Cokelat kehijauan Hijau Hijau muda Hijau

Warna daun tua Hijau Hijau Hijau tua Hijau tua

Ujung daun Tumpul meruncibg Tumpul Tumpul meruncing Runcing

Pamgkal daun Meruncing Meruncing Meruncing Membulat

Tepi daun Bergelombang Bergelombang Bergelombang Bergelombang jelas

Permukaan daun Bergelombang Bergelombang Bergelombang Bergelombang jelas

Warna pucuk Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan Hijau kecoklatan

Panjang daun (cm) 21,58 1,13 19,82 0,07 21,58 1,13 19,65 1,98

Lebar daun (cm) 9,08 0,28 7,98 0,21 9,08 0,28 7,06 0,21

Panjang tangkai daun (cm) 1,22 0,00 1,42 0,52 1,22 0,00 1,42 0,28

Buah :

Ukuran buah Sedang Sedang Sedang Sedang

Bentuk buah Bulat Bulat Bulat Bulat

Warna buah muda Kuning Hijau Hijau terang Hijau

Warna buah tua Merah Merah Merah Merah

Panjang buah (mm) 15,33 006 17,70 3,87 16,20 15,02 0,04

Lebar buah (nn) 15,25 1,32 13,78 0,69 13,04 13,91 0,40

Tebal buah (mm) 12,71 1,90 13,07 1,94 12,96 12,38 0,44

Ukuran diskus Kecil Kecil Kecil Kecil

Jumlah buah/dompol 28,13 0,90 20,07 2,12 28,13 0,90 37,90

Jumlah buah/cabang 13,25 2,83 10,47 1,41 13,15 2,83 14,80

Jarak antar dompol 3,29 0,14 2,56 0,78 3,29 0,14 3,90

Biji

Bentuk biji Oval Oval Oval Oval

Panjang biji (mm) 9,90 10,40 9,50 10,40

Lebar biji (mm) 7,90 8,40 7,30 7,90

Diameter biji (mm) 4,70 4,80 4,40 4,70

Biji Normal (%) 75 57 90 81

Biji Tunggal (%) 10 22 2 5

Biji Gajah (%) 15 21 8 12

Biji triase (%) 0 0 0 0

Cita rasa (%) 81,67 Excellent 82,33 Excellent 78,80 Very Good 80,83 Excellent

Ketahanan terhadap PBKo 16,78 17,34 14,93 18,86

Karat daun 15,79 13,23 17,56 20,27

Gambar 1. Penampilan bentuk dan warna biji kopi Robusta Lampung Barat a) Klon 1, b) Klon 2, c) Klon 3, d) Klon 4, dan e) Penampilan buah Korolla 1, f) Penampilan buah Korolla 2

a b c d

e f

(Laba Udarno/Peneliti Balittri)

Page 3: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra ... biruan metalik dan mengkilap.

15Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Pelindung Dr. Fadjry Djufry

(Kepala Puslitbang Perkebunan)

Penanggung Jawab Dr. Jelfina Constansje Alouw

Pemimpin Redaksi Dr. Nurliani Bermawie

Anggota Dr. Joko Pitono

Dr. Rr. Sri Hartati Dr. Rita Harni

Dr. Suci Wulandari

Redaksi Pelaksana Dr. Saefudin

Sudarsono.SE Elfiansyah Damanik

Adopsi Teknologi Anjuran Oleh Petani Kakao di Kabupaten Aceh Timur

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan poten-sial dan sekaligus merupakan tanaman unggulan di Kabupaten Aceh Timur. Tetapi dalam perkembangan produktivitas kakao di Aceh Timur mengalami penurunan dari 819 kg/ha pada tahun 2010 menjadi 785 kg/ha pada tahun 2017. Produktivitas ini tentu jauh dibawah potensi produksi yang dapat dihasilkan klon unggul atau kakao hibrida hingga mencapai 1.500 - 2.000 kg/ha/tahun. Upaya untuk meningkatkan produktivitas kakao sudah diperkenalkan oleh pemerintah semenjak tahun 2005 di Desa Pante Rambong yang merupakan salah satu sentra penghasil kakao di Kabupaten Aceh Timur. Adapun teknologi peningkatan produktivitas yang diperkenalkan antara lain: (1) penyambungan samping, (2) pembuatan drainase, (3) pemu-pukan, (4) pengendalian OPT dan (5) cara pemangkasan.

Sejak tahun 2005 petani di Desa Pante Rambong telah diperkenalkan dengan teknologi budidaya, seperti (1) sambung samping, (2) pembuatan drainase, (3) pemupukan, (4) pengendalian OPT dan (5) pemangkasan.

Petani telah mengusahakan tanaman kakao lebih dari 15 tahun. Kondisi tanaman kakao saat ini banyak yang sudah tua, sehingga akan mengganggu produksi. Untuk itu perlu diting-katkan, salah satunya dengan cara teknik sambung samping. Teknik ini menggunakan batang atas (entres) dari kakao klon unggul yang kemudian disambungkan pada batang tanaman kakao dengan tujuan untuk menghasilkan tanaman baru yang lebih produktif (Nai, 2013). Teknik sambung samping telah diperkenalkan sejak tahun 2010, namun belum banyak dilakukan oleh petani, karena terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani. Serta belum tersedianya berbagai klon unggul introduksi maupun klon lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber entres.

Teknologi lain yang telah diperkenalkan adalah pembuatan drainase. Drainase dibuat di sekeliling kebun dan di tengah-tengah kebun dengan lebar sekitar 30 cm. Secara teknis drainase ini berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Pemupukan juga telah diperkenalkan, meliputi pemu-pukan organik (pupuk kandang dan pupuk daun) dan anorganik (pupuk Urea, TSP dan KCL). Petani umumnya telah mengenal cara pemupukan tanaman kakao, namun tidak banyak petani yang melakukannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal petani untuk membeli pupuk, meskipun pupuk tersebut cukup tersedia di pasar kecamatan yang jaraknya relatif dekat dari Desa Pante Rambong.

Teknologi pengendalian hama dan penyakit juga telah diperkenalkan, namun belum dilakukan secara optimal karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan petani dalam mengenal berbagai jenis serangan hama dan penyakit. Jenis hama yang menyerang tanaman kakao di antaranya adalah

(1) Pengisap Kulit Buah Kakao, (2) Penggerek Buah Kakao (PBK), dan (3). Penggerek Batang dan Cabang. Secara teknis pengendalian PBK telah diperkenalkan secara mekanik, dengan mengatur naungan, secara biologis, menggunakan semut hitam dan secara kimia penggunaan insektisida. Serangan hama dan penyakit pada kakao, hampir terjadi setiap tahun, namun usaha pengendalian OPT tidak dilakukan karena petani umumnya tidak mengetahui jenis hama yang menyerang dan cara mengendalikannya, serta tidak memiliki modal untuk membeli pestisida.

Teknologi pemangkasan kakao juga telah diperkenalkan. Teknologi ini erat kaitannya dengan upaya untuk memperoleh produksi yang maksimal. Namun, sebagian besar petani kakao di Desa Pante Rambong tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pemangkasan.

Secara umum penguasaan teknologi budidaya kakao di Desa Pante Rambong masih belum memadai. Hal ini tercermin dari anjuran teknologi yang belum seluruhnya diterapkan oleh petani. Keterbatasan informasi yang diterima petani, karena belum optimalnya pelayanan penyuluhan dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Pante Rambong, me-rupakan penyebab rendahnya penguasaan teknologi.

Potensi pengembangan dan peningkatan produksi komo-ditas kakao masih berpeluang untuk dilakukan melalui intro-duksi teknologi secara intensif. Teknologi yang dibutuhkan para petani, terkait dengan peningkatan produksi dan mutu kakao adalah: (1) Teknologi Pembibitan; (2) Teknologi Budidaya dan (3) Teknologi Panen dan Pascapanen.

Identifikasi kebutuhan teknologi untuk mendukung pengembangan usahatani kakao di wilayah ini, disampaikan melalui diagram pohon (Gambar 1). Pada diagram dijelaskan masalah, antisipasinya dan kebutuhan inovasi teknologi.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI

Gambar 1. Diagram Identifikasi Kebutuhan Teknologi Kakao

MASALAH SUMBER MASALAH AKAR MASALAH ANTISIPASI MASALAH KEBUTUHAN INOVASI

Ketersediaan sarana produksi

Penyediaan sarana produksi

Kelembagaan sarana produksi

Petani tidak melakukan pemupukan dengan baik dan menggunakan bibit mutu rendah

Sarana produksi tidak terjangkau petani

Informasi sistem pembiayaan usahatani

Skema pembiayaan

Petani tidak/belum tahu teknologi pemupukan pengendalian OPT, pemangkasan, rehabilitasi

Informasi tentang keter-sediaan dan penggunaan teknologi, pemupukan, OPT, pemangkasan, rehabilitasi

Peremajaan rehabilitasi tanaman pengelolan pohon penanung santasi, pengendalian hama dan penyakit

PRODUKTIVITAS KAKAO RENDAH

Tidak ada posisi tawar

Harga rendah

Informasi tentang posisi tawar petani

Penguatan kelembagaan petani dan Kemitrraan

Mutu tidak baik Informasi pasca panen dan mutu produk

Penyuluhan pascapanen

Bagian harga diterima petani rendah

Informasi harga pasar untuk petani

Penumbuhan kelembagaan pemasaran hasil

(Iwan S Anugerah dan Valeriana D/PSEKP)

Page 4: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Mengenal Hama Pascapanen Necrobia rufipes pada Kopra ... biruan metalik dan mengkilap.

16 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan;inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasanberdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan yang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id

ISSN 2085-319X

9 772085 319001

Kepala Badan Litbang Pertanian Resmikan Laboratorium Terpadu

BALITTAS

Laboratorium merupakan salah satu unit kerja yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan penelitian pada suatu balai penelitian. Dalam memberikan pelayanan pengujian, analisis, identifikasi dan pengolahan, maka laboratorium selalu mengutamakan mutu hasil kerja atau pengujian/analisis dan kepuasan pelanggan serta menjamin pelaksanaan pengujian sesuai prosedur standar. Pengujian atau analisis dilakukan secara profesional menggunakan fasilitas dan peralatan yang terkalibrasi dan standar berdasarkan manajemen mutu terpadu dan panduan mutu yang mengacu pada ISO 17025-2008.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si., meresmikan Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) di Malang (3/04/19). Laboratorium terpadu ini terdiri dari empat lantai yang pembangunannya dimulai pada tahun 2013 dan mulai operasional pada tahun 2018, ujar Kepala Balittas Dr. Muchammad Cholid dalam sambutan selamat datangnya. Lantai 1 diperuntukkan untuk kegiatan preparasi, lantai 2 untuk kegiatan bioteknologi dan kultur jaringan, lantai 3 kegiatan bioprosesing, dan lantai 4 untuk kegiatan biokontrol. dengan adanya laboratorium terpadu, pekerjaan dapat menjadi lebih efisien dalam menunjang kegiatan penelitian dan pencapaian hasil analisis yang akurat sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat dipublikasi pada Jurnal terindeks global.

Kepala Balitbangtan dalam sambutannya menyampaikan bahwa laboratorium yang tangguh merupakan salah satu penciri lembaga penelitian yang handal. Peralatan yang stan-dar dan sumber daya manusia yang profesional dibutuhkan untuk menjamin terselengaranya penelitian di laboratorium dalam menghasilkan data atau hasil penelitian yang akurat. “Pengujian dan analisis harus mengikuti perkembangan tek-nologi dalam menghadapi era global, guna memberi jaminan konsistensi, kompetensi serta teknis pengujian dan secara berkelanjutan meningkatkan/menyempurnakan efektivitas sis-tem manajemen,” ujar Kepala Balitbangtan.

Selanjutnya Kepala Balitbangtan meresmikan Labora-torium Terpadu Balittas dengan melakukan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti yang disaksikan oleh Sekretaris Balitbangtan Dr. M. Prama Yufdy, jajaran pejabat lingkup Balitbangtan, peneliti dan para undangan yang hadir. Rombongan selanjutnya meninjau ruangan dan peralatan serta kegiatan yang berlangsung di laboratorium, dipandu oleh Kepala Balittas yang didampingi oleh para penanggung jawab kegiatan. Pengelolaan laboratorium dapat dioptimalkan untuk memberikan hasil penelitian yang akurat, serta dapat

Rintisan Kerja Sama Fakultas Pertanian UNTIRTA dan Puslitbang Perkebunan

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Prof. Dr. Ir. Nurmayulis, M.P beserta Wakil Dekan dan dosen UNTIRTA berkunjung ke Puslitbang Perkebunan (29/04/2019), untuk melakukan rintisan kerja sama dengan Puslitbang Perkebunan. Ruang lingkup kerja sama akan diperluas meliputi sinergisitas program dan kegiatan, pembimbingan akademis mahasiswa, praktek kerja lapangan (PKL), kegiatan seminar dan konferensi. Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari MoU yang sudah ditandatangani antara UNTIRTA dan Badan Litbang Pertanian.

Pada kesempatan kunjungan tersebut, Nurmayulis menyampaikan, bahwa sebelumnya Kapuslitbang Perkebunan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Balitbangtan Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si mendorong untuk melakukan kerja sama dengan Puslitbang Perkebunan mengingat potensi, SDM dan sarana prasarana yang tersedia di Puslitbangbun. UNTIRTA mengajak Puslitbang Perkebunan untuk bekerja sama dalam penyelenggaraan “The 1st International Conference on Agriculture and Rural Development (ICARD) pada 8 - 9 Agustus 2019 di Serang Banten. Beliau berharap Puslitbang Perkebunan dapat berkontribusi dalam penyelenggaran kegiatan tersebut terutama dalam keikutsertaan peneliti Lingkup Puslitbang Perkebunan sebagai peserta.

Ir. Jelfina C Alouw, M.Sc,. PhD selaku Kepala Bidang KSPHP di dampingi Kepala Sub Bidang Kerja Sama Dr. Saefudin menyambut dengan baik rencana kerja sama tersebut. Jelfina, menekankan pentingnya kerja sama dengan perguruan tinggi dalam upaya penderasan diseminasi dan share teknologi terutama pada pengembangan komoditas perkebunan. Lebih lanjut Jelfina menekankan pentingnya bentuk kerja sama dalam pembimbingan mahasiswa dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada baik di UNTIRTA maupun Puslitbang Perkebunan. Dokumen pendukung sebagai payung hukum pelaksanaan kerjasama agar dapat disiapkan segera pungkas Jelfina mengakhiri pertemuan dengan UNTIRTA.

Gambar 1. Diskusi Rintisan Kerjasama Puslitbangbun dan

Untirta

(Saefudin dan Je lf ina C. A louw/Pusl itbangPerkebunan)

meningkatkan pelayanan analisis. (Tim Puslitbang

Perkebunan)