Top Banner
25

Info Pusaka Edisi VII

Apr 02, 2016

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Info Pusaka Edisi VII
Page 2: Info Pusaka Edisi VII

Daftar Isi

Pekan Budaya kaur 2013[Hal 10 - 11]

PentingnyaMenjaga Tradisi[Hal 12 - 17]

Pangan Lokal

[hal. 20 - 21]

Pemanfaatan Pangan Berbasis Sumber Daya

Lokal[hal. 24-27]

Sejarah Hari Ibu [Hal. 28 - 33 ]

Permasalahan UmumDalam Budaya Lokal[Hal 18 - 19]

Sosialisai UU RINo. 17 Tahun 2013 tentang

Organisasi Kemasyarakatan [Hal. 34-35 ]

PenanamanSatu Milyar Pohon[Hal. 36 - 37]

Membangun Bangsa:Belajar dari Kearifan Desa

[Hal 2- 9]

Page 3: Info Pusaka Edisi VII

MEMBANGUN BANGSA:BELAJAR DARI KEARIFAN DESA

Hermen Malik, Ph.D

Page 4: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 20144 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 5

A. PEMBANGUNAN TANPA BUDAYAPembangunan yang selama ini kita jalankan ter-lalu terfokus pada bidang ekonomi dan politik, yang mengabaikan bidang sosial dan budaya. Fokus berlebihan dibidang ekonomi meng-hasilkan generasi tamak, rakus, memiliki libido ekonomi terlalu tinggi dan memporak-poranda-kan sumber daya alam. Begitu pula halnya ter-lalu terfokus pada bidang politik, menghasilkan pembangunan tanpa makna. Pembangunan dilakukan memenuhi syarat prosedural dalam bentuk kelembagaan tanpa isi yang hanya men-gutamakan penampilan seperti sampul, kos-mestik, sangkar, dan penciteraan semata. Sudah

waktunya kita menyeimbangkan pembangu-nan ekonomi, politik, sosial dan budaya secara proporsional. Keserasian antar pilar-pilar pem-bangunan menghasilkan pembangunan penuh makna, akan terjadi keseimbangan fisik dan nonfisik, keseimbangan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan keseimbangan antara kebutu-han kini dan masa mendatang.

Masuknya kita dalam arus globalisasi ekono-mi dengan faham liberalisasi mengutamakan produktivitas dan efisiensi, akan mengabaikan pemerataan, tekanan terhadap lingkungan dan

menggerus kearifan lokal (desa). Acuan terse-but akan mengakibatkan jurang kaya dan miskin akan melebar, kehidupan sosial akan terganggu, harmonisasi kehidupan di desa mulai tidak stabil dan fungsi kelembagaan desa berkurang . Mas-uknya modal dan teknologi yang tidak terken-dali merusak SDA di perdesaan. Di darat terjadi kerusakan hutan, tambang, tanah dan air; di-laut terjadi over fishing, mengakibatkan regen-erasi ikan lebih lambat dari pada pengambilan hasilnya yang lama kelamaan ikan akan menjadi punah. Kelembagaan desa yang selama ini be-fungsi menjaga kelestarian SDA tidak mampu besaing dengan kekuatan besar tersebut. Se-

makin lama kelembagaan desa semakin pudar, kelembagaan global masuk terjadilah disharmo-ni sosial dan alam di pedesaan.

Keberhasilan pembangunan politik Belahaan Bumi Bagian Barat, menggoda kita untuk meng-kopi keberhasilan pembangunan mereka. Pilar-pilar demokrasi yang merupakan prasyarat untuk keberhasilan demokrasi, belum kita persiapkan secara utuh. Kita memang sudah memiliki pi-lar musyawarah seperti ditingkat desa, juga pilar gotong-royong yang merupakan warisan keari-fan lokal sejak dulu. Kelengkapan lainnya sep-erti kebebasan dan kesamaan hak dan kewajiban belum sepenuhnya difahami oleh masyarakat desa . Kebebasan yang kita maksud adalah ke-bebasan sebebasnya sesuai dengan keingin kita. Kita belum mengerti kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan terbatas yaitu tidak meng-ganggu orang lain. Begitu pula kesamaannya be-lum membudaya dalam masyarakat, masih ada kelas dalam sistem sosial kita. Oleh karena itu, dua pilar terakhir harus terus menerus kita so-sialisasikan agar demokrasi kita penuh makna.

Koreksi terhadap ketidakseimbangan tersebut sudah harus dilakukan. pengabaian azas pemer-ataan akibat kesalahan pembangunan ekonomi harus dikoreksi. Kerusakan lingkungan hidup di darat dan dilaut semestinya sudah dicegah. Orentasi kelembagaan formal semata dan men-gutamakan penciteraan dalam pembangunan politik sudah seharusnya bergeser kepada isi dan makna pembangunan sesungguhnya. Ke-hancuran budaya lokal akibat cara pandang yang keliru harus dicegah. Kita harus belajar harmo-nisasi pembangunan yang selaras dan seimbang dari desa yang sudah lama dipraktekan mela-lui pengetahuan lokal berdasarkan pengalaman hidup bertahun-tahun.

B. MEMAHAMI KEHIDUPAN DESADesa yang selama ini kita pahami merupakan sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah di tandai oleh kehidupan yang harmonis dengan sistem lingkungannya. Desa yang masih asli ditandai ikatan kekerabatan dan tetangga, keberlakuan norma dan sanksi adat yang ketat. Perekonomian yang melekat dalam kebudayaan,

Page 5: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 20146 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 7

relasi tatap muka masih dominan dan asset pokok dikelola bersama atas dasar kehendak bersama. Interaksi didalam suatu desa dibalut dalam hubungan physikologis atas dasar keber-samaan dan nilai-nilai budaya desa. Hubungan mereka dipersatukan oleh jejaring perkerabatan, tetangga, pertemanan yang dipimpin oleh pem-inpin yang kharismatik.

Nilai-nilai kearifan desa tersebut merupahkan sebuah konsepsi milik masyarakat desa. Nilai yang hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan dari ucapan, perbuatan, pantun, tarian, musik, lukisan, nyayian, gerakan, dan materi yang dibuat masyarakat. Nilai ini diturunkan melalui aktivitas ritual, cerita menjelang tidur, dan pen-didikan formal, nonformal dan informal. Mak-na sebuah nilai dapat mengikat setiap orang desa untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu, dan memberi arah tingkah laku secara berkesinambungan. Dalam kenyataan kesehari-an nilai di desa bergeser secara lambat atau cepat akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar.

Dalam hubungan dengan alam, masyarakat desa bekerjasama dengan alam dalam bentuk saling ketergantungan satu sama lain. Mareka memanfaatkan alam dan berinteraksi dalam pertukaran aliran materi, energi, informasi yang relatif seimbang, saling bergantung dan ber-adaptasi satu sama lainnya. Penghidupan mere-ka berbasis produk perimer yaitu menggunakan hasil hutan seperti tumbuhan hutan dalam ben-

tuk umbi-umbian, daun-daunan, batang muda, bunga-bunga dan buah-buahan. Masyarakat juga memanfaatkan hewan liar dengan cara ber-buru dan menangkap ikan. Domistikasi tum-buhan dan hewan sudah dilaksanakan secara sederhana dengan menanam tanaman secara subsisten untuk memenuhi kebutuhan sendiri di desa. Kelebihan produksi akan disimpan untuk menanggulangi apabila terjadi kemarau panjang, bencana dan paceklik.

Gaya hidup yang harmonis dengan alam yang dilakukan oleh masyarakat desa perlu kita re-nungkan dan evaluasi kembali dan kita tanya-

kan kembali apakah tingkah laku kita sekarang sudah berada pada jalur yang tepat ?. Libido ekonomi dan politik mengakibatkan kerusakan alam yang merupakan tempat kita hidup dan merupakan sahabat kita yang saling membutuh-kan. Kita perlu belajar dari desa ! C. KEARIFAN LOKALKehidupan masyarakat merupakan proses in-

teraksi antar individu dan individu lainnya dan antara masyarakat dengan lingkungan biotik dan abiotik sekitarnya. Hasil interaksi tersebut mela-hirkan prilaku dan tindakan individu maupun bersama untuk memenuhi kebutuhan kehidu-pan. Kadangkala dalam kebersamaan dengan lingkungan terjadi tindakan yang bersifat adap-tif yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kadangkala harus mencari cara-cara yang baru yang disebut inovatif. Kedua tindakan adaptif dan inovatif menjadi bagian dari kehidu-pan masyarakat desa yang sudah teruji dalam waktu lama yang merupakan kearifan lokal atau

pengetahuan lokal.

Penemuan ilmu pengetahuan lokal tidak dilaku-kan dengan cara eksperimental dengan metode yang baku, akan tetapi melalui proses kehidupan sehari-hari atau bekerja sambil memperhatikan kejadian-kejadian, dampak-dampakya, akibat-akibatnya, berarti melalui proses bekerja sam-bil belajar. Pengetahuan yang didapat biasanya

spesifik lokasi, hanya cocok untuk lokasi itu saja. Penerapan pengetahuan lokal pada lokasi lainnya sering kali mengalami kegagalan. Untuk diterapkan pada daerah lainnya memerlukan penyesuaian-penyesuaian pada variable-variabel yang berbeda. Dibutuhkan pengamatan yang rinci dan teliti untuk menerapkan pengetahuan lokal pada daerah lain.

Pengetahuan lokal digunakan masyarakat un-tuk menjaga eksistensi kehidupan bersama dan menjaga identitas diri. Keharmonisan hubun-gan perlu dipelihara agar jangan sampai bias

Page 6: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 20148 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 9

dari kebersamaan dan harus dikendalikan un-tuk tidak berorentasi pada kepentingan indi-vidu atau pihak tertentu. Fungsi lainnya yaitu pengetahuan lokal dapat pula digunakan untuk beradaptasi dengan perubahan atau perkemban-gan yang datang dari luar. Dari satu sisi adap-tasi ini akan mendorong kamajuan, sisi lainnya sering menganggu keharmonisan dan keseim-bangan hubungan internal dan eksternal. Gang-guan tersebut dapat merenggangkan kohesi sosial yang melemahkan modal sosial dalam

masyarakat. Sebaliknya ikatan terlalu ketat akan mengakibatkan ekslusivitias lokal. Kita harus belajar dari azas keseimbangan kearifan lokal agar pembangunan dapat berhasil. D. KEARIFAN DESA DAN PEMBANGU-NAN Berbagai bentuk kearifan lokal digunakan masyarakat untuk pembangunan. Masyarakat mampu mengidentifikasi sumber daya alam yang dimiliki, mengetahui tingkat teknologi

yang dikuasai, mampu menghitung tenaga kerja, memiliki pengetahuan tentang iklim, dan mengkalkulasi modal yang tersedia. Selain itu masyarakat juga mampu mengorganisasi, mel-akukan kerja sama dengan pihak luar, dan mem-bangun jaringan yang saling menguntungkan dengan pihak lainnya baik pemerintah mau-pun swasta. Dasar pengetahuan ini, membuat masyarakat mampu merencanakan, melaksana-kan dan mengawasi tindakannya dalam memen-uhi kebutuhan hidup.

Dalam pembangunan sering diinginkan pe-rubahan, termasuk perubahan dalam peng-etahuan lokal. Bila kita pandang sepintas seolah-olah kohesi sosial dan solidaritas sosial yang tinggi akan menghambat pem-bangunan. Kecepatan pembangunan saling bertolak belakang dengan kohesi sosial. Padahal dalam kohesi sosial terdapat nilai keterbukaan, toleransi dan adaptasi terha-dap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kedua nilai yang nampak bertolak belakang tersebut dapat diintergrasikan dan disinerji-kan. Energi hibrida ini dapat dikelola secara serasi dan seimbang untuk mempercepat pembangunan.

Pembangunan sebenarnya merupakan har-monisasi antara sumber kebudayaan internal dan eksternal. Bukan merupakan rekayasa sosial atau menjadikan budaya dari luar yang sama sekali baru tanpa menghiraukan budaya yang mudah berkembang lama di masyarakat. Budaya internal dikenali, kemu-dian digunakan untuk mendukung pemban-gunan dengan sedikit merubah fungsinya. Kalau cara harmonisasi unsur-unsur kebu-dayaan tersebut kita lakukan, maka kearifan lokal dapat mengatasi krisis jangka pendek maupun jangka panjang. Contoh mengatasi masalah jangka pendek yaitu secara bersa-ma gotong royong dalam penyelesaian ber-bagai infrastruktur jalan, pengairan, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan dan sampai masalah individu seperti pembangunan ru-mah secara bergotong royong buat warga yang kurang mampu. Untuk krisis jangka panjang, sewaktu krisis ekonomi tahun 1997 secara nasional kita sudah lumpuh total. Mengapa secara mikro kita tenang-tenang saja, ini karena kearifan lokal yang mampu menyelamatkan bangsa ini dari krisis multi dimensi yang kita alami beberapa tahun yang lalu. Semuanya pelajaran-pelajaran dari kea-rifan desa ini dapat menjadi guru bagi kita untuk strategi pembangunan di masa men-datang.(**)

Page 7: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201410 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 11

Pekan budaya merupakan ajang dan wadah untuk memupuk, membudayakan dan men-umbuhkembangkan nilai-nilai adat, budaya, seni dan agama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Tak kalah pentingnya, penampilan seni dan budaya dalam pekan budaya ini dihara-pkan mampu membangkitkan kembali nilai-nilai budaya yang dulu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Bupati Kabupaten Kaur, Hermen Malik, P.Hd mengatakan itu dalam sambutannya ketika membuka secara resmi acara pekan budaya Ka-bupaten Kaur di Pasar Budaya Komplek Taman

PEKAN BUDAYA KAUR 2013“Pekan budaya ini adalah ajang membudayakan adat dan seni. Tak kalah pentingnya, ini juga merupakan aplikasi dan implementasi visi dan misi mewujudkan kebersamaan, kemakmuran, menuju kesejehtaraan masyarakat yang bernuansa adat sehingga mampu membangun sebuah

peradaban,”

Bineka Desa Sinar Pagi Kecamatan Kaur Sela-tan, Senin (30/12/2013).

“Pekan budaya ini adalah ajang membudayakan adat dan seni. Tak kalah pentingnya, ini juga merupakan aplikasi dan implementasi visi dan misi mewujudkan kebersamaan, kemakmuran, menuju kesejehtaraan masyarakat yang bernu-ansa adat sehingga mampu membangun sebuah peradaban,” papar Bupati.

Lebih jauh Bupati mengatakan, masyarakat Kabupaten Kaur telah mewarisi budaya nenek moyang. Salah satu buktinya, masyarakat daerah

ini sering menampilkan kesenian tarian seka-pur sirih yang merupakan tarian penyambutan tamu -tamu adat yang berkunjung ke Kabupaten Kaur.

Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan dan Ke-budayaan Kabupaten Kaur M. Daud Abdullah mengapresiasi kegiatan pekan budaya ini. Men-urutnya, pihaknya sekarang telah memulai mel-akukan riset budaya Kaur dalam rangka mengar-sip budaya-budaya yang perlahan sudah tergerus zaman dan akan mengembalikan budaya pada posisi yang seharusnya dan selayaknya sehingga membentuk suatu peradaban..

“Kita sedang melaukan riset budaya, dengan tujuan untuk menghimpun dan mengarsip bu-daya-budaya yang hilang. Kemudian meletak-kannya pada tempat selayaknya,” Jelas Daud.

Pekan budaya itu bukan saja sebagai ajang kom-petisi tapi juga sebagai sarana menggali, membi-

na, mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya daerah. Dalam rangka menggali, mem-bina dan melestarikan seni dan budaya tersebut, pekan budaya kali ini sengaja bertemakan Kaur Membangun Peradaban.

Bentuk kegiatan acara yang diikuti oleh sejum-lah Kecamatan. Acara yang berlangsung selama dua hari ini menampilkan tari tarian dari berba-gai daerah di Kabupaten Kaur diantaranya, Tari Dewa Sembilan, Tari Mainangan, Tari Sekeapur Sirih, Tari Payung dan lainnya. Juga diadakan Pameran Kerajinan Khas Kaur, seperti Bubu, Jayik, Lesung, Kelintung ada juga peninggalan Pangeran Cungkai. Lomba Masak kuliner Khas Kaur yaitu: Lemang Tapai, Lupis, Serabi, Jam-bar, Gelamai dan lainnya.

Acara pembukaan pekan budaya itu ditandai dengan pemukulan gong oleh Bupati Kaur Her-men Malik, P.Hd didampingi oleh istrinya Dra. Hj. Lilik Hanifah Hermen.(**)

Page 8: Info Pusaka Edisi VII

Pentingnya Menjaga TradisiPemerintah beserta masyarakat harus bekerja keras untuk mengembalikan budaya lokal terdahulu yang

mulai tergerus oleh budaya luar. Melalui even ini, kita juga disadarkan betapa besarnya budaya lokal yang menjadi pijakan kita dalam pembangunan.

Page 9: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201414 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 15

Melihat dari daerah-daerah kunjungan wisata, seperti Bali dan Yogyakarta, selain dari fasilitas yang memadai juga tidak bisa lepas dari daya tarik tradisi yang tumbuh di sana, bagaimana ru-mah adatnya dengan masih terawat dan rapih, upacara atau tradisi masyarakat masih sering di-gelar, dan faktor penting keberlangsungan adat tradisi adalah masyarakat dan pemerintahnya yang terus berperan aktif untuk menjaga dan mengembangkan adat tradisi tersebut.

Membangun sarana tradisi tidaklah sama den-gan membangun adat tradisi itu sendiri. Karena membangun sarana hanyalah salah satu dari banyak hal yang harus diperhatikan dalam rang-kaian pembangunan adat tradisi. Sebab, yang sangat dikhawatirkan adalah pembangunan sa-rana yang tak profesional, apalagi untuk selan-jutnya memanfaatkan sarana tersebut ke arah pelestarian adat tradisi.Tradisi daerah, seperti kesenian, upacara, dan

rumah-rumah adat, selain bernilai pariwisata juga merupakan ciri-ciri keagungan dan kebang-gaan budaya suatu daerah, karena di setiap ke-unikan rumah adat dan tradisi lain di Nusantara tersimpan kearifan lokal di dalamnya, juga se-bagai warisan leluhur bangsa ini yang memang pantas dijaga dan dilestarikan.

Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan

lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang di-hadapi di masa lalu. Masalahnya, kearifan lokal tersebut sering diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan bu-daya yang lapuk dimakan usia, telantar, dan tera-baikan. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari jati dirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Semoga bangsa kita khu-

susnya masyarakat lampung terus mencintai adat tradisinya sendiri.

Bengkulu khu-susnya Kabupaten Kaur sebagai salah satu penyumbang khazanah budaya Nusantara, bumi yang memiliki ker-agaman tradisi, seperti Peningga-lan Kerajaan Sri-wijaya dan tradisi Adat lainnya, su-dah selayaknya membangun kembali adat tradisi yang mungkin sudah terlupakan seperti rumah-rumah adat dan kebudayaan lainnya, disajikan dalam ben-tuk yang lebih baik dan menarik guna menjawab tantangan kepariwisataan juga tantangan kele-starian yang dinamis.

Selain itu juga tidaklah cukup hanya sebatas membangun kembali, tapi sangat diperlukan adanya kerja ekstra dari seluruh komponen baik pemerintah, tokoh masyarakat dan pemuda, agar apa yang dibangun dapat bermanfaat bagi masyarakat pemilik tradisi budaya setempat.

PEKAN BUDAYA KAURPernahkah kita bertanya dan berpikir secara jujur, setelah dilaksanakan Pekan Budaya Ka-bupaten Kaur, apa memberikan manfaat bagi pengembangan kebudayaan Kaur itu sendiri atau malahan sebaliknya.

Pertanyaan itu penting, sebab even yang dis-elenggarakan jelang pergantian Tahun 2013 menuju tahun 2014 (30,31/12/2013) merupa-kan even yang besar sebagai konsekuensinya memang harus memberi manfaat bagi rakyat itu sendiri khususnya bagi pengembangan kebu-dayaan Kaur.

Sebagai sebuah even besar, keg-iatan ini memang menjadi muara, yang menyuguh-kan representasi dari pertumbuhan seni budaya yang ada di kabupaten/kota serta mem-beri tempat pent-ing pada seni bu-daya yang tumbuh dalam masyarakat Kaur. Kalau tidak, pekan budaya

Page 10: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201416 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 17

hanyalah sebuah even rutinitas yang tak mem-beri apa-apa bagi rakyat.

Namun itu sebetulnya tidak cukup sampai di situ saja menyoal perspektif urgensi pekan budaya itu sendiri. Sebagai sebuah kegiatan yang sarat dengan masalah budaya dilaksanakan dalam waktu dua hari dan memunculkan nama pekan budaya memang harus kita letakkan pada tata-ran kebudayaan itu sendiri. Bobot kebudayaan sebagai sebuah nilai harus menjadi prioritas. Bukan hanya sekadar pementasan seni budaya, lomba, festival, pameran produk kerajinan dan

sebagainya namun lebih dari itu, yakni memben-tuk karakter orang untuk berbudaya yang ber-pondasikan kepada nilai-nilai agama, adat dan budayanya.

Dalam sambutannya saat membuka Pekan Bu-daya, Bupati Kaur Hermen Malik, P.Hd men-gungkapkan pemerintah beserta masyarakat harus bekerja keras untuk mengembalikan bu-daya lokal terdahulu yang mulai tergerus oleh budaya luar. Melalui even ini, kita juga disadar-kan betapa besarnya budaya lokal yang menjadi pijakan kita dalam pembangunan. Maka dari itu dalam berbagai kegiatan, Bupati senantiasa ber-pesan pada masyarakat agar terus melestarikan budaya, karena pembangunan Kabupaten Kaur saat ini berlandaskan Budaya Lokal yang sesuai dengan kultur, sosio ekonomi masyarakat. Dengan digaungkan kembali Budaya Lokal, kedepanya tidak akan terjadi Gap Gereration (pemisah antar generasi) karena masing masing

generasi mempunyai pijakan yang sama yaitu Budaya Lokal Kaur.

Ini penting sebab di dalam kecepatan irama (tempo) yang berbeda-beda unsur-unsur kebu-dayaan telah berubah. Kecangihan teknologi yang diselimuti dengan modernitas sebagai teknik dan unsur pembawanya yang diterap-kan di dalam mengubah alam bagi keperluan di masyarakat kita berubah dengan cepat. Apa yang kini modern, lima tahun yang akan datang telah menjadi usang. Tapi moral dan nilai bu-daya bertahan jauh lebih lama. Seiring dengan

itu nilai-termasuk nilai budaya pun dipertanya-kan karena hal tersebut. Rembesan-rembesan kemampuan tekhnologi dan modernitas itu sendiri telah membuat sebagian kita telah ter-jerembab pada persoalan orang yang berbudaya dan tak berbudaya. Ketika rembesannya telah merubah semuanya maka posisinya pada orang yang tak berbudaya begitu pula sebaliknya.

Pekan Budaya, diharapkan menjawab persoalan di atas. Bagaimana meletakkan budaya itu sendi-ri dalam posisi membudayakan orang atau lebih jauh lagi membuat orang berbudaya. Ini tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu dua hari saja. Perlu proses untuk itu sebetulnya. Walaupun Pe-kan Budaya itu sendiri hanya sebuah “letupan” awal untuk memulainya. Namun ini merupakan batu loncatan ke arah tersebut.

Hal ini tidak terlepas bahwa kalau kita setuju ke-budayaan itu sendiri tidak lain merupakan suatu

“organisme hidup” yang berubah ubah di dalam ruang dan waktu, menjawab keperluan-keperl-uan insani serta di satu pihak memperbaharui dan di pihak lain melestarikan nilai-nilai. Tradis-ionalitas yang ditonjolkan bersifat mengawetkan (preservatif) atas sistem nilai yang ada. Tapi se-mata-mata mengawetkan akan membuat sistem nilai itu bertabrakan dengan keperluan-keperlu-an obyektif masyarakat pada suatu ketika. Oleh karena itu harus ada koreksi yang bersifat mem-perbaharui (inovatif), sehingga hajat keperluan manusia tetap dapat berdiri kukuh.

Sebagai langkah awalnya, Kabupaten Kaur yang memiliki keanekaragaman seni budaya yang unik, spesifik dan dinamis haruslah “dikemas” dimulai dari diri sendiri. Hingga dasar berpijak even ini haruslah melihat posisi budaya lokal se-bagai sebuah kekuatan. Ini juga terkait dengan kondisi dimana budaya itu tumbuh dan berkem-bang di daerah ini pada setiap daerah. Kita tahu bahwa setiap daerah memiliki adat dan budayan yang berbeda.

Tidak sampai di sini saja, pengenalan budaya lokal dalam even ini yang berbasis daerah per-lu dilakukan karena dewasa ini budaya luar sudah menjamur dalam masyarakat, se-hingga budaya lokal hampir tertinggal dan akhirnya bisa punah. Masyarakat sekarang lebih cenderung me-makai budaya luar ka-rena dirasanya lebih praktis dan simple, dan ini bisa diatasi dengan cara memperkenal-kan budaya yang ada di daerah kita sendiri. Inilah kiranya bingkai besar yang ada pada Pekan Budaya Kabu-paten Kaur 2014.

Kita menyadari sepenuhnya bahwa

pengembangan dalam bidang kebudayaan um-umnya sampai saat ini masih menghadapi be-berapa permasalahan sebagai akibat dari ber-bagai perubahan tatanan kehidupan, termasuk tatanan sosial budaya yang berdampak pada ter-jadinya pergeseran nilai-nilai di dalam kehidupan masyarakat. Meskipun pengembangan dalam bi-dang kebudayaan yang dilakukan melalui revital-isasi dan reaktualisasi nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup mengembirakan yang ditandai den-gan berkembangnya pemahaman terhadap pent-ingnya kesadaran multikultural, secara umum masih dihadapi permasalahan dalam domain pengembangan kebudayaan tersebut, antara lain (1) rendahnya apresiasi dan kecintaan terhadap budaya lokal, (2) semakin pudarnya nilai-nilai solidaritas sosial, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap se-bagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, serta semakin menguatnya nilai-nilai materialisme, dan (3) belum memadainya ke-mampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya termasuk pelestarian nilai-nilai budaya pada tingkat lokal, khususnya di Kabupaten Kaur.

Jadi sebetulnya yang di-harapkan dari Pekan Bu-daya Kabupaten Kaur 2014 ini tidak lain adalah bagaimana fondasi nilai yang jadi peroritas dalam even ini, nilai yang mem-bentuk karakter yag ber-fondasikan pada nilai-nilai agama, adat dan budaya masyarakat Kaur. Selama itu ada dalam kerangka be-sar even ini maka sebuah awal keberhasilan sudah dicapai.Akhirnya, mari kita dukung dan sukseskan se-cara bersama-sama Pekan Budaya Kabupaten Kaur agar terus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin Pemerintah Daerah Kabu-paten Kaur.(**)

Page 11: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 19

Bimbing Anak Menyiapkan Masa Depan MerekaPentingnya pendidikan bagi anakBersekolah dapat membuka kesempatan kepada anak untuk mengenyam pendidikan yang membekali mereka dengan keterampilan dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta meningkatkan kepercayaan diri. Dengan de-mikian, pendidikan di sekolah dapat memberikan mereka kesempatan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Dalam permasalahan pada budaya lokal, telah di analisiskan dengan analisis SWOT syaitu:A. Kekuatan (Strength)1) Kekuatan dari suatu nilai kearifan dalam ber-budaya lokal adalah perlu adanya bimbingan ter-hadap generasi muda kita agar nilai dalam unsur kebudayaan yang ada di indonesia tetap melekat pada diri generasi muda kita sehingga tidak hi-lang suatu ajaran yang bernilai positif pada ke-budayaan yang ada di indonesia.

2) Nilai Bhineka Tunggal Ika sebagai sikap so-cial yang menyadari akan kebersamaan ditengah perbedaan, dan perbedaan dalam kebersamaan. Semangat ini sangat penting untuk diaktualisasi-kan dalam tantanan kehidupan social yang mul-ticultural.

3) Nilai moral sosial itu terkait hubungan manu-sia dengan manusia yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam melakukan hubungan tersebut, manusia perlu memahami norma-nor-ma yang berlaku agar hubungannya dapat ber-jalan lancar atau tidak terjadi kesalah pahaman.

B. Kelemahan (Weakness)1) Kurang adanya partisipasi kepada seluruh kalangan masyarakat ataupun generasi muda untuk mempertahankan suatu kebudayaan yang ada di indonesia, kebudayaan yang turunan dari leluhur kita dan banyak sekali mengandung arti tersendiri bagi bangsa indonesia yaitu nilai arti dalam kehidupan sosial baik dalam bertutur kata yang baik ataupun tingkah laku.

2) Seiring dengan perkembangan pesatnya sua-tu zaman sehingga nilai dari kearifan kebu-dayaan yang ada maka tertinggalah suatu nilai kebudayaan di indonesia sehingga sedikit sekali masyarakat indonesia yang masih melestarikan budaya indonesia yang ada pada saat ini.

3) Kurang dapat perhatian dari pemerintah seki-tar mengenai kearifan kebudayaan yang ada dis-ekitarnya sehingga masyarakat sekitarnya kurang begitu mau mempelajarinya sehingga norma-norma yang terkandung dalam suatu kearifan kebudayaan yang ada di indonesia sedikit ter-lupakan.

C. Peluang (Opportunity)1) Indonesia mampu bersaing dengan negara lain mengenai suatu unsur kearifan dalam kebu-dayaannya karena indonesia itu memiliki suatu nilai norma kehidupan yang terkandung dalam karakteristik setiap seseorang sehingga tercipta-lah suatu arti bihneka tunggal ika.

2) Mampu menciptakan daya tarik tersendiri ke-pada wisatawan mancanegara untuk datang ke indonesia, karena indonesia itu sendiri memiliki keaneka ragaman suku bangsa dan budaya serta memiliki norma-norma kehidupan yang baik dalam berperilaku sehari-hari sehingga banyak wisatawan asing mencontoh nilai kebudayaan bangsa indonesia untuk dikembangkan lagi din-egaranya pada saat dia kembali.

3) Mempunyai nilai tersendiri bagi bangsa indo-nesia untuk bersaing dalam kemajuan teknologi yang terjadi pada zaman sekarang sehingga nilai karakteristik yang terdapat pada bangsa indone-sia tidak hilang karena indonesia dikenal oleh negara lain dengan negara yang mempunyai kebubayaan yang banyak dan mempunyai ke-kayaan alam yang dapat mencukupi kehidupan setiap warga negaranya.

D. Tantangan/Hambatan (Threats)1) Tantang bagi seluruh kalangan masyarakat in-donesia adalah bagaimana caranya melestarikan budaya indonesia agar kebudayaan dan cermi-nan perilaku bangsa indonesia dalam berbudaya tidak punah dan tidak pula ketinggalan zaman.

2) Kemajuan pesat teknologi pada saat ini se-hingga sedikit sekali masyarakat indonesia mem-punyai peranan penting dalam tanggung jawab bersama sebagai dalam memajukan kebudayaan yang ada di indonesia.

3) Terlalu mengesampingkan perihal men-genai kebudayaan yang ada di indonesia dan masyarakat indonesia juga terlalu mengikuti perkembangan zaman jadi sedikit sekali per-hatian terhadap setiap warga negara indonesia dalam berpartisipasi memajukan budaya indo-nesia.(**)

Permasalahan Umumdalam Budaya Lokal

Page 12: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 21

Pangan LokalDra. Hj. Lilik Hanifah Hermen

Pangan Lokal Diverifikasi pangan untuk men-ingkatkan ketahanan dan Kedaulatan pangan. Pangan lokal untuk meningkatkan kemampuan SDM dalam pengembangan pangan

Alternatif pangan dibuat dalam upaya men-gurangi ketergantungan konsumsi beras dan tepung terigu, masyarakat indonesia umumnya

dan masyarakat kabupaten Kaur khususnya. Diversifikasi pangan belum dapat berhasil sepe-nuhnya karena keterkaitan masyarakat yang san-gat kuat dengan konsumsi beras. Maka perlu dikembangkanalternatif pangan menyerupai beras dan terigu,namun tidak murni terbuat dari berasSebagaimana telah disampaikan oleh bupati kaur pada pelaksanaan pembukaan bazar sembako menyambut hari raya idul fitri tahun 2013 yang lalu bahwa pada tahun 2014 produk bahan pangan yang dijual adalah berbasis pangan lokal yang di-hasilkan oleh daerah sendiri terutama bahan kue yang terbuat dari tepung.

Seiring dengan program tersebut pemer-intah daerah kabupaten kaur tahun 2013 ini sudah menyiapkan sarana dan prasa-rana yaitu berupa gedung dan peralatan pengolahan berbagai jenis tepung.

Untuk itu tim penggerak PKK kabu-paten kaur menyambut baik program bapak bupati kaur dengan implementasi dan bekerja dengan gigih agar program tersebut dapat berjalan.

Hal tersebut diwujudkan dengan melaksana-kan pengolahan pangan berbasis bahan tepung lokal, kegiatan tersebut telah dilaksanakan di be-berapa kecamatan dan pada hari kamis, tanggal 12 desember 2013 yang bekerjasama dengan tim penggerak PKK Provinsi bengkulu bertempat di disa cahaya batin kecamatan semidang gumay dengan produk yang dihasilkan sebanyak 13 jenis olahan pangan. Berikut ini beberapa con-toh makanan yang berbahan dasar pangan lokal : Bronis Ubi Kayu, Muffin Singkong, Donat Ubi Ungu, Tat Raflesia, Kroket Singkong/Sukun, Lapis Cantik manis Ganyong, Wingko Tepung Singkong, Talam Jagung Kelapa MudaDari Hasil olahan yang dipraktekkan semua ba-han tersedia, mudah didapat di kabupaten kaur. Dengan harapan ibu-ibu PKK Kecamatan dan desa dapat menerapkan dirumah masing-masing dan dapat menyediakan aneka kue pada setiap acara yang bahannya berasal dari tepung lokal.

Disamping pengolahan pangan, tak kalah pent-ing adalah masyarakat kabupaten kaur terutama tim penggerak PKK mulai dari kabupaten hing-ga ke desa untuk berpartisipasi menggerakkan semua pengurus untuk menanam umbi-umbian dan buah-buahan dilahan yang kurang produk-tif. Tanpa partisipasi kita semua, program yang kita inginkanakan sulit dicapai (**)

Page 13: Info Pusaka Edisi VII
Page 14: Info Pusaka Edisi VII

Pemanfaatan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

Melalui program percepatan ini diharapkan dapat mendorong terciptanya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan aman yang berbasis sumberdaya lokal.

Page 15: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201426 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 27

PEMANFAATAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL SEBAGAI PER-WUJUDAN CINTA MAKANAN KHAS DAERAH

Pemantapan ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam agenda pembangunan na-sional karena : Pertama, akses terhadap pangan dengan gizi yang cukup merupakan hak yang paling asasi bagi manusia; Kedua, kualitas pan-gan dan gizi yang dikonsumsi merupakan un-sur penentu yang penting bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas: Ketiga, Ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut, diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, ber-mutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan diu-tamakan berasal dari pangan lokal melalui pro-gram Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Perlu kita ketahui bahwa program penganekarag-aman pangan sudah lama diluncurkan, namun masih ditemui permasalahan, beberapa dianta-ranya adalah adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal dan lambatnya perkembangan, pe-nyebaran dan penyerapan teknolongi pengola-han pangan lokal untuk meningkatkan keprakti-san dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, sosial, citra dan daya terima. Serta belum opti-malnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal

Untuk melihat susunan keragaman pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memen-uhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya ter-ima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama dikenal dengan Pola Pangan Harapan (PPH). Pengertian dari pola pangan harapan adalah susunan beragam pangan yang didasar-kan pada sumbangan energi dari kelompok pan-gan utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989) Mendefinisikan PPH sebagai “Komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. Kon-sep PPH merupakan implementasi konsep gizi seimbang yang didasarkan pada konsep trigu-nan makanan (Sebagai sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur), keseimbangan jumlah anatar kelompok pangan merupakan syarat terwujudnya keseimbangan gizi. Konsep gizi seimbang juga bergantung pada keseimban-gan antara asupan (konsumsi) zat gizi dan ke-butuhannya serta jumlahnya antar waktu makan.

Pangan yang dikonsumsi secara baragam dalam jumlah yang cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup kelompok: 1) Padi-padian, 2) Umbi-umbian, 3) Pangan Hewani, 4) Minyak dan Lemak, 5) Buah dan biji berminyak, 6) Kacang-kacangan, 7) Gula, 8) Sayuran dan buah-buahan, 9) Lain-lain.

Sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berba-sis Sumber Daya Lokal, merupakan penguatan agar strategi untuk mengatasi masalah di atas adalah melalui program percepatan diversifikasi konsumsi pangan. Melalui program percepatan ini diharapkan dapat mendorong terciptanya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan aman yang ber-

basis sumberdaya lokal. Pada sisi lain, pelaksan-aan program percepatan diversifikasi konsumsi pangan dapat mendo-rong berkembangnya usaha bidang pangan, sehingga perekonomian keluarga dapat meningkat.

Keberhasilan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sangat ditentukan oleh keter-sediaan aneka ragam pangan dan perilaku kon-sumen dalam mengkonsumsi aneka ragam pan-gan. Efektifitas percepatan penganekaragaman konsumsi pangan akan tercapai apabila upaya internalisasi didukung dan berjalan seiring den-gan pengembangan bisnis pangan. Oleh karena itu program penganekargaman pangan nasional dan daerah perlu diselaraskan khususnya dalam pengembangan pertanian, perikanan dan indus-

tri pengolahan pangan guna memajukan pere-konomian wilayah. Dengan demikian kita perlu berkomitmen untuk mendorong dan meman-tapkan pelaksanaan penganekaragaman pangan karena:

1. Faktor penentu mutu makanan adalah keanekaragaman jenis pangan, keseimbangan gizi dan keamanan pangan oleh sebab perlu adanya upaya untuk menyajikan pangan-pangan

olahan yang aman untuk dikonsumsi yang be-rasal dari pangan local sehingga dapat mening-katkan citra makanan tradisional

2. Adanya upaya untuk mengurangi penggunaan beras dan tepung terigu dalam mengolah pan-gannya agar produk-produk pangan local da-pat dimanfaatkan dan dijadikan makanan yang memiliki cita rasa tinggi melalui seni kuliner. Dengan demikian manfaat dan hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendorong terwujudnya konsumsi pan-gan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta meningkatkan status gizi masyarakat. (**)

Page 16: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201428 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 29

SEJARAH HARI IBUKalau kita melihat sejarah betapa heroiknya kaum perempuan (kaum Ibu) pada saat itu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, apakah sepadan dengan peringatan Hari Ibu saat ini

yang hanya ditunjukkan dengan peran perempuan dalam ranah domestik.

Page 17: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201430 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 31

Sejarah Dan Makna Peringatan Hari Ibu 22 De-sember. Di berbagai Instansi Pemerintah, Kam-pus, Sekolah, Rumah Sakit dan lain-lain setiap tanggal 22 Desember biasanya dilaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Ibu.

Namun tahukah anda apa yang melatarbelakan-gi tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, adakah peristiwa bersejarah dan istimewa yang terjadi pada tanggal tersebut. Mungkin pertanyaan seperti ini sempat terbersit dalam fikiran kita tapi sampai saat ini belum menda-patkan jawaban yang memuaskan.

Baiklah mari kita kembali ke masa lalu tepatnya pada tanggal 22 s/d 25 Desember 1928 ber-tempat di Yogyakarta, para pejuang wanita In-donesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Per-empuan Indonesia I (yang pertama).

Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah

berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera yang kemudian mela-hirkan terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Kalau melihat kembali sejarah, sebenarnya sejak tahun 1912 sudah ada organisasi perempuan. Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 sep-erti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasu-na Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.

Hal itu menjadi latar belakang dan tonggak se-jarah perjuangan kaum perempuan di Indone-sia, dan memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan per-baikan nasib bagi kaum perempuan.

Pada Kongres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama adalah mengenai persat-uan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan per-empuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Banyak hal besar yang diagendakan namun tan-pa mengangkat masalah kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu menuangkan pemikiran kritis dan upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan.

Pada Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perem-puan Indonesia II, dalam konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.

Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan dalam Kongres Per-

empuan Indonesia III pada tahun 1938. Dan puncak peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke 25 pada tahun 1953. Tak kurang dari 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai Ternate merayakan peringa-tan Hari Ibu secara meriah.

Secara resmi tanggal 22 Desember ditetap-kan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Pada awalnya peringatan Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat dan perjuangan para per-empuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Misi itulah yang tercermin menjadi seman-gat kaum perempuan dari berbagai latar bela-kang untuk bersatu dan bekerja bersama.

Salah satu contoh saat peringatan 25 tahun Hari Ibu Di Solo, dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya digunakan untuk membiayai

Page 18: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201432 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 33

Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan bea-siswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan ra-pat umum yang mengeluarkan resolusi mem-inta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok.

Pada peringatan Hari Ibu tahun 1950 an, diraya-kan dengan mengadakan pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perem-puan secara langsung. Dan satu sejarah penting kaum perempuan adalah untuk pertama kalinya wanita diangkat menjadi menteri, dialah Ma-ria Ulfah yang pada tahun 1950 diangkat seba-gai Menteri Sosial yang pertama oleh Presiden Soekarno.

Pada kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan untuk dibuat sebuah monumen, dan pada tahun berikutnya dibangunlah Balai Srikandi. Ketua Kongres pertama Ibu Sukanto melakukan pelet-akkan batu pertama pembangunan tersebut, dan pada tahun 1956 diresmikan Balai Srikandi oleh menteri Maria Ulfah. Dan akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluru-han kompleks monumen Balai Srikandi menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adis-ucipto, Yogyakarta.

Kiprah kaum perempuan sebelum kemerdekaan Indonesia adalah Kongres Perempuan ikut ter-libat dalam pergerakan internasional dan per-juangan kemerdekaan itu sendiri. Hingga pada tahun 1973 Kowani berhasil men-jadi anggota penuh International Council of Women (ICW) yang berperan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Kalau kita melihat sejarah betapa heroiknya kaum perempuan (kaum Ibu) pada saat itu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indone-sia, apakah sepadan dengan peringatan Hari Ibu saat ini yang hanya ditunjukkan dengan peran perempuan dalam ranah domestik. Misalnya dalam sebuah keluarga pada tanggal tersebut se-orang ayah dan anak-anaknya berganti melaku-kan tindakan domestik seperti masak, mencuci, belanja, bersih-bersih, dan kemudian memberi-kan hadiah-hadiah untuk sang ibu.Peringatan Hari Ibu di Indonesia saat ini lebih kepada ungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Ber-bagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta keju-tan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berke-

baya, atau membe-baskan para ibu dari beban kegiatan do-mestik sehari-hari.Meski secara makna-wi peringatan Hari Ibu saat ini kurang sejalan dengan mak-na kegiatan perem-puan yang dilakukan pada masa perjuan-gan dahulu. Tapi itulah kenyataan yang ada, tergantung bagaimana kita me-nyikapinya.

Dalam Agama Islam dikenal patokan bah-wa sejauh menyang-kut ibadah, semuan-

ya dilarang kecuali yang diperintahkan. Sejauh menyangkut muamalah semuanya boleh kec-uali yang dilarang. Salah satu pesan penting dari patokan itu ialah untuk membentuk keluarga se-jahtera, kepekaan susila dan ketangguhan moral saja belum cukup. Ka-rena itu perlu memban-gun kepekaan sosial dan intelektual. Tujuan dari pendekatan komprehen-sif tersebut ialah selain etik dan moral anggota keluarga kita kokoh, mereka pun dapat me-milih dan menawarkan pilihan-pilihan cerdas untuk kemajuan ber-sama. Untuk itu kaum IBU dituntut agar mere-ka semakin cerdas. Bagaimana Peran IBU dalam pembentukan keluarga sejahtera di Indonesia?

Sejak tiga dasa warsa terakhir peran IBU dalam kehidupan keluarga mengalami kemajuan pesat. Dorongan utamanya adalah tuntutan ekonomi. Keluarga tidak bisa lagi mengandalkan para ba-pak untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara memadai. Untuk itu, para IBU terpanggil untuk berperan, mengambil alih peran bapak yang tak mampu mencukupi.

Sementara, posisi IBU dalam rumah tangga juga mengalami perubahan, bahkan dengan cara drastis dan radikal. Wewenang dan wibawa para ibu menanjak dalam keluarga. Mereka turut memutuskan apa saja yang selama ini dipegang kaum bapak. Disamping itu, pergeseran dalam kemampuan intelektual, khususnya tingkat pen-didikan kaum perempuan merupakan salah satu kunci perkembangan sekaligus masalah baru dalam keluarga. Emansipasi dalam kehidupan sosial juga turut menentukan hubungan harmo-nisasi antara bapak dan ibu serta anak-anak di rumah.

Dengan demikian, ke-luarga harus “diman-age” dengan cara yang lebih demokratis, bukan otoriter. Karena alasan atau reasoning tidak lagi dimonopoli oleh para bapak. Semua anggota keluarga mempunyai referensi yang hampir sama secara intelektual. Pemecahan masalah dalam rumah tangga, konkurensi wibawa, aset sosial ekonomi, seksual dan intelektual semacamnya tidak lagi bisa dipecahkan dengan cara- cara di masa lalu.

Peran dan tanggung jawab.Peran dan tanggung jawab IBU dalam mem-

bentuk keluarga sejahtera, sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari peran dan tanggung jawab kaum bapak. Tidak dapat dikatakan yang satu dominan dan lebih menentukan, sedang yang lain sekedar pelengkap. Keduanya saling meleng-kapi dan saling mendukung. Para IBU dan para BAPAK, katakanlah ibu dan ayah adalah team work dalam membentuk Keluarga Sejahtera.

Membentuk Keluarga Sejahtera pada dasarnya adalah menggerakkan proses dan fungsi mana-jemen dalam kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, selain tugas-tugas kodrati (men-gandung dan menyusui) segala sesuatu yang berhubungan dengan membentuk Keluarga Se-jahtera haruslah elastis, terbuka dan demokratis. Ibu dan ayah bisa saja bersepakat, misalnya me-nentukan siapa yang mengerjakan apa, hal-hal yang diputuskan sendiri dan lebih baik diputus-kan bersama. Dalam manajemen hal demikian disebut membangun “shared values”. Segala sesuatu ditempatkan pada proporsi yang tepat. Tugas pokok bisa berbeda, tetapi tujuan dan acuan nilainya sama.(**)

Page 19: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201434 35

1. UMUMUndang-undang Dasar Negara Republik Indo-nesia Tahun 1945 menjamin kemerdekaan ber-srikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat serta memajukan dirinya dalam memperjuang-kan haknya secara individu ataupun kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan ne-gara kesatuan Republik Indonesia sebagai per-wujudan hak asasi manusia. Pasal 28J ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indo-nesia tahun 1945 menyebutkan bahwa dalam menjalankan hak asasi dan kebebasan secara individu maupun kolektif, setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia lainnya dan wa-

jib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta menghormati atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan per-timbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis.

Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas dengan segala bentuknya hadir, tumbuh dan berkembang sejalan dengan sejarah perkembangan kehidupan bermasyarakat, ber-bangsa dan bernegara. Dalam sejarah perjuan-

gan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, Ormas merupakan wadah utama dalam pergera-kan kemerdekaan di antaranya Boedi Oetomo, Muhammadiyah, Nahdatul ulama, dan Ormas lain yang didirikan sebelum kemerdekaan Re-publik Indonesia. Peran rekam jejak Ormas yang telah berjuang secara ikhlas dan sukarela terse-but mengandung nilai sejarah dan merupakan aset bangsa yang sangat penting bagi perjalanan bangsa dan negara.

Dinamika perkem-bangan Ormas dan perubahan sistem pemerintahan mem-bawa paradigma baru baru dalam tata kelola organisasi ke-masyarakatan dalam kehidupan berbang-sa, dan bernegara. Pertumbuhan jumlah Or-mas, sebaran dan jenis kegiatan Ormas dalam kehidupan demokrasi makin menuntut peran, fungsi dan tanggung jawab Ormas untuk ber-partisipasi dalam upaya mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia, serta menjaga dan memeliharah keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peningkatan peran dan fungsi Ormas dalam pembangunan memberi konsekuensi pentingnya membangun sistem pengelolaan Ormas yang memenuhi kai-dah Ormas yang sehat sebagai organisasi nirlaba yang demokratis, profesional, mandiri, transpar-an, dan akuntabel.

Pancasila merupakan dasar dan falsafah dalam kehidupah Bermarsyarakat,berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, Setiap warga Negara, baik secara individu atau-pun kolektif, termasuk ormas wajib menjadi-kan pancasila sebagai napas, jiwa,dan semangat dalam mengolah ormas. Pengakuan dan peng-hormatan terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagai dasar dan falsafah berbangsa dan bernegara, tetap menghargai dan menghormati kebinekaan Ormas yang memiliki asas perjuan-gan organisasi yang tidak bertentangan dengan

pancasila, dan begitu pula ormas yang menjadi-kan Pancasila sebagai asas organisasinya.

Pergaulan internasional membawa konsekuensi terjadinya interaksi antara Ormas di suatu ne-gara dan negara lain. Kehadiran Ormas dari ne-gara lain du Indonesia harus tetap menghormati kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indone-sia, memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa,

patuh dan tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh kare-na itu, undang-undang mengatur ormas yang didirikan warga Negara asing dan badan hukum asing yang beroperasi di Indonesia.

Dinamika Ormas den-gan segala kompleksitasnya menuntut pengelo-laan dan pengaturan hukum yang berlebihan komprehensif. Undang-Undang Nomor 8 Ta-hun 1985 tentang Organisasi kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1985 Nomor 44) yang ada saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan dinamika kehidupan bermasyarakatan, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan peng-gantian Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi Kemasyarakatan. Undang-Undang tentang Organisasi kemasyarakatan ter-diri dari 19 Bab dan 87 pasal. Undang-Undang ini mengatur mengenai: pengertian ; asas, ciri, dan sifat; tujuan, fungsi, dan ruangan lingkup; pendirian; pendaftaran; hak dan kewajiban; or-ganisasi, kedudukan, dan kepengurusan; keang-gotaan; AD dan ART; keuangan; badan usaha; dan pemberdayaan Ormas. Selain itu, Undang-Undang ini mengatur mengenai Ormas yang didirikan oleh warga Negara asing ataupun or-mas asing yang beraktivitas di Indonesia; penga-wasan; penyelesaian sengketa organisasi; laran-gan; dan sanksi. Pengaturan tersebut diharapkan dapat menjadi aturan yang lebih baik dan mem-berikan manfaat kepada sistem kehidupan ber-masyarakat, berbangsa, dan bernegara. ( Sum-ber : UU Ormas No 17 tahun 2013 )

SOSIALISASI UU RINO.17 Tahun 2013 TENTANG

ORGANISASI KEMASYARAKATAN( Oleh H. EKA JONI IKHWAN, SE. MM)Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Page 20: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201436 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 37

Pemerintah Kabupaten Kaur, terus merintis akan gerakan penanaman 1 miliar pohon.

Seperti dilakukan Bupati Kaur, Hermen Malik, P.Hd didampingi Wakil Bupati Kaur Hj.Yulis Suti Sutri , melakukan pencanangan gerakan penanaman 1 milyar pohon yang dipusatkan di RSUD Kaur, Kecamatan Semidang Gumay, Rabu (11/12/2013) yang dihadiri oleh un-sur muspida serta sejumlah SKPD Kabupaten Kaur, dan Ketua DPRD Kaur.

Pada pencangan tersebut melibatkan pelajar dengan tujuan untuk menyadarkan pentingnya lingkungan hidup yang rindang dan asri. Dis-amping itu agar turut memberikan konstri-

busi nyata dalam upaya penyelamatan kerusa-kan lingkungan. Sebagai bentuk komitmennya, Pemerintah Pusat telah menetapkan tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indo-nesia (HMPI) dan bulan Desember sebagai Bu-lan Menanam Nasional.

“Jadi penanaman satu miliar pohon ini meru-pakan gerakan nyata penanaman pohon secara massal yang bertujuan, pertama untuk menam-bah tutupan lahan dan mencegah terjadinya bencana banjir dan longsor. Kedua, konservasi keanekaragaman hayati, ketiga, penyerapan karbon di atmosfir untuk pencegahan dampak perubahan iklim dan keempat, mendukung pembangunan ketahanan pangan, energi, dan

ketersediaan air untuk kes-ejahteraan masyarakat,” ujar Hermen dalam sambutannya sekealigus membuka gerakan penanaman 1 milyar pohon Kabupaten Kaur.

Menurutnya, kekuatan geolo-gis yang mengakibatkan ber-bagai fenomena alam diber-bagai wilayah dinegeri ini, telah mendekatkan berbagai potensi sumber daya alam tambang ke atas permukaan bumi. Potensi sumber daya ala mini, tentunya menjadi satu potensi kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembangu-nan dalam upaya mensejahtera-kan masyarakat.

Untuk itu, Pemerintah Kabu-paten Kaur mendukung penuh upaya gerakan penanaman satu milyar pohon. Selain itu, komit-men Pemerintah Daerah Kaur dalam upaya melestarikan Ru-ang Terbuka Hijau (RTH) harus terus dipertahankan. Upaya ini tidak hanya sebagai bentuk pelestarian estuaria perairan, mencegah abrasi yang paling penting pelestarian RTH.(**)

PENANAMAN SATU MILYAR POHON

Page 21: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201438 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 39

Page 22: Info Pusaka Edisi VII

PANTAI MELUANGKec. Nasal

Page 23: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 201442 INFO PUSAKA No. 07 Tahun II Januari 2014 43

Page 24: Info Pusaka Edisi VII

INFO PUSAKA No. 04 Tahun I oktober 201346

Siapa bilang makan makanan pedas tak ada man-faatnya? Hampir semua orang menyukai cita rasa yang satu ini. Asal tak berlebihan, makan makanan pedas juga bisa memberi efek positif terhadap kesehatan Anda, lho.Dikutip dari health.detik, Sabtu (4/1/2014), berikut 5 manfaat sehat konsumsi makanan pe-das:

1. Menurunkan berat badanIni pasti merupakan manfaat yang paling disu-kai oleh mereka yang memiliki berat badan ber-lebih. Ya, dikatakan konsumsi makanan pedas juga bisa membantu menurunkan berat badan dengan cara mengikis timbunan lemak dalam tubuh. Sesuai penelitian, cabai memiliki cap-saicin, sebuah senyawa yang memberikan efek thermogenik dan membuat tubuh membakar kalori lebih banyak.

2. Mencegah kankerDalam sebuah penelitian disebutkan bahwa cap-saicin dalam cabai juga memiliki kemampuan untuk membunuh beberapa sel kanker. Selain itu, cabai juga dapat membantu memerangi pilek, mencegah stroke dan obesitas.

3. Menjaga kesehatan jantungCabai dan sensasi pedasnya dikenal juga mampu mengurangi risiko penyakit jantung dan pembu-luh darah pada seseorang. Cabai mampu men-urunkan risiko penyakit jantung dengan cara mengurangi efek perusak kolesterol LDL atau kolesterol jahat dalam darah. Capsaicin memi-liki kemampuan untuk meredakan peradangan, yang merupakan faktor utama dalam masalah jantung.

4. Menurunkan tekanan darahSebuah studi telah menunjukkan bahwa senyawa dalam cabai memiliki kemampuan untuk menu-runkan tekanan darah. Konsumsi makanan pe-das juga diyakini dapat membuat pembuluh da-rah menjadi lebih santai dan rileks.

5. Mengurangi emosi dan kemarahanKonsumsi makanan pedas diyakini dapat menin-gkatkan produksi serotonin. Hormon serotonin ini sendiri dipercaya sebagai pemberi perasaan nyaman dan senang. Oleh sebab itu, konsumsi makanan pedas cukup dianjurkan bagi mereka yang mengalami depresi.(**)

5 Manfaat Makan Pedas

Page 25: Info Pusaka Edisi VII