Top Banner

of 42

induksi aan

Apr 05, 2018

Download

Documents

aangede
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/31/2019 induksi aan

    1/42

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangPersalinan adalah suatu proses dimana janin berpindah dari intrauterin ke lingkungan

    ekstra uterin. Ini merupakan diagnosis klinik yang didefinisikan sebagai permulaan dan

    menetapnya kontraksi yang bertujuan untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks

    yang berkesinambungan. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas proses ini saat ini

    belum sepenuhnya dipahami.1

    Induksi persalinan merujuk dimana kontraksi uterus diawali secara medis maupun

    bedah sebelum terjadinya partus spontan. Berdasarkan studi-studi terkini, rasionya bervariasi

    dari 9,5 33,7% dari semua kehamilan setiap tahun. Pada keadaan serviks yang tidak

    matang, jarang terjadi keberhasilan partus pervaginam. Dengan demikian, pematangan

    serviks atau persiapan induksi harus dinilai sebelum pemilihan terapi.

    MenurutBritish Columbia Reproductive Care Program, ada beberapa indikasi induksi

    persalinan, antara lain kehamilan posterm, penyakit ibu (diabetes, hipertensi), pecah ketuban

    sebelum waktunya (PROM), kematian janin. Induksi persalinan ini merupakan suatu

    intervensi aktif dengan potensi risiko baik pada ibu maupun janin. Risikonya meliputi

    peningkatan risiko persalinan seksio sesaria, denyut jantung janin yang abnormal,

    hiperstimulasi uterus, ruptur uteri, prolaps tali pusat, intoksikasi ibu, dan medikolegal

    (oksitosin sering dipertimbangkan oleh pengadilan sebagai kofaktor yang berhubungan

    dengan kondisi janin maupun neonatus yang abnormal).

    Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan.

    American College of Obstetricians and Gynecologists (1999a) berdasarkan resiko persalinanyang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi

    tertentu (rumah parturien yang jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial). Luthy dkk

    (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan

    sectio caesar.2

  • 7/31/2019 induksi aan

    2/42

    2

    BAB II

    TINJAUAN KASUS

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Serviks Uteri

    Serviks uteri merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang dapat mengalami

    perubahan yang sangat bermakna selama kehamilan dan persalinan. Serviks layaknya sebagai

    suatu katup yang unik yang bertanggung jawab untuk menjaga janin tetap dalam uterus

    sampai akhir kehamilan dan berfungsi pula sebagai jalan lahir yang aman menuju dunia luar

    selama persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan ikat fibrosa, tersusun atas matriks

    ekstraseluler yang didominasi oleh kolagen dengan elastin dan proteoglikan, dan bagian

    seluler terdiri atas otot polos dan fibroblas, terutama kolagen glikosaminoglikan dan

    glikoperotein, epitel, dan pembuluh darah. Rasio relatif jaringan ikat dengan otot polos

    distribusinya tidak sama di sepanjang serviks. Bagian distal memiliki rasio jaringan ikat

    dengan otot polos yang lebih besar daripada serviks bagian atas yang lebih dekat dengan

    miometrium. Perubahan serviks terjadi sejak awal kehamilan sampai periode postpartum.5

    Gambar 1. Struktur uterus dalam keadaan hamil.1

    Pada serviks yang tidak hamil, kumparan kolagen padat dan tersusun ireguler. Selama

    hamil, kolagen secara aktif disintesis dan secara kontinyu mengalami perubahan yang

    dipengaruhi oleh kolagenase, yang disekresikan dari sel-sel serviks dan neutrofil. Kolagen

    dipecah oleh kolagenase secara intraseluler, untuk melepaskan prokolagen yang rusak untukmencegah pembentukan struktur kolagen yang lemah, dan secara ekstraseluler, untuk

  • 7/31/2019 induksi aan

    3/42

    3

    melemahkan matriks kolagen secara perlahan (disebut juga perlunakan atau pematangan)

    untuk mengawali persalinan. Sel-sel otot polos dan fibroblas juga mempengaruhi peningkatan

    enzim pemecah kolagen, yang selanjutnya distimulasi oleh asam hialuronat. Pada awal

    persalinan, terjadi perubahan kadar asam hialuronat, sitokin (interleukin 1 dan interleukin 8)

    dan kolagenase yang selanjutnya memecah kolagen serviks. Interaksi yang kompleks ini

    menyebabkan serviks mengalami perlunakan dan mulai dilatasi. Proses yang menyebabkan

    terjadinya pembukaan serviks masih belum sepenuhnya dipahami.

    Proses pasti yang terjadi saat pematangan serviks dapat menyebabkan pendataran dan

    pembukaan masih belum jelas. Ada berbagai elemen penting yang terlibat termasuk dekorin,

    asam hialuronat, hormon, sitokin, dan protease. Faktor-faktor ini tampaknya mengalami

    interaksi yang kompleks. Waktu dan mekanisme yang pasti mengenai permulaan dan

    pencetus proses perubahan serviks ini masih belum dapat diungkap. Secara keseluruhan,

    faktor-faktor ini bertanggung jawab dalam peningkatan kadar air serviks, menurunkan

    konsentrasi kolagen, dan restrukturisasi kolagen.5

    Konsep lama bahwa pematangan serviks disebabkan karena kontraksi uterus tidak tepat.

    Saat ini jelas bahwa mekanisme pematangan serviks melibatkan rangkaian peristiwa biokimia

    yang berbeda dengan peristiwa yang bertanggung jawab terhadap aktivasi miometrium dan

    serupa dengan yang terjadi pada inflamasi jaringan. Pada fase akhir kehamilan kandungan air

    dalam serviks meningkat dan serviks diinvasi oleh neutrofil, makrofag, sel mast, dan zat lain

    yang berpotensi melepaskan sitokin inflamasi, seperti interleukin 1 dan interleukin 8.

    Sitokin ini menstimulasi produksi metalloproteinase yang menyebabkan disosiasi dan

    pecahnya kumparan kolagen degradasi kolagen dan penurunan kandungan kolagen. Ada juga

    perubahan aktivitas fibroblas yang meningkatkan produksi glikosaminoglikan khususnya

    asam hialuronat dan menurunkan sekresi kolagen.6

    Dekorin merupakan proteoglikan dermatan sulfat kecil yang berikatan dengan permukaan

    fibril kolagen. Dekorin menyebabkan susunan fibril kolagen menjadi lebih erat dan rasio

    dekorin dengan kolagen berhubungan terbalik dengan perlunakan serviks. Saat sel-sel serviks

    mengalami kematian sel secara fisiologis, rasio dekorin dan kolagen meningkat, dan

    peningkatannya menyebabkan gangguan pembentukan kolagen. Diyakini bahwa pemberian

    induksi persalinan dengan prostaglandin juga meningkatkan rasio dekorin terhadap kolagen.

    Mekanisme berikutnya melibatkan degradasi enzimatis dari matriks ekstraseluler.

    Kolagenase, matriks metalloproteinase, dan elastase merupakan enzim yang terlibat dalam

    restrukturisasi serviks tahap akhir. Metalloproteinase dihambat oleh tissue inhibitor dari

  • 7/31/2019 induksi aan

    4/42

    4

    metalloproteinase dan 2-makroglobulin yang ditemukan pada serviks selama kehamilan.

    Saat aterm dan selama persalinan, rasio metalloproteinase terhadap inhibitornya meningkat

    sehingga terjadi keseimbangan untuk membantu degradasi kolagen.

    Sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin 8 meningkatkan aktivitas kolagenase. Hal

    ini tampak seperti proses inflamasi dimana interleukin-1 dapat menginduksi ekspresi MMP,

    mengatur ekspresi inhibitor MMP, dan menghambat sintesis matriks. Pada serviks, kadar

    interleukin-1 dan interleukin 8 meningkat selama aterm sampai pembukaan serviks 6 cm.

    Tampaknya sel-sel otot polos serviks juga distimulasi oleh sitokin inflamasi untuk

    melepaskan protease. Metabolit bakteri merupakan sumber stimulasi eksogen dari

    interleukin-1 pada serviks, diduga ini merupakan penyebab hubungan antara infeksi

    intraamnion dengan persalinan preterm.

    Asam hialuronat berperan penting dalam meningkatkan kandungan air pada serviks saat

    aterm, yang mengarah kepada pelonggaran dan pemecahan serabut fibroblas. Zat ini juga

    menstimulasi sintesis enzim proteolitik melalui fibroblas serviks. Selama hamil, kadar asam

    hialuronat pada serviks rendah dan secara berangsur-angsur meningkat seiring dengan

    pematangan serviks dan onset persalinan. Segera setelah persalinan, kadarnya menurun

    sampai ke kadar normal. Asam hialuronat dihasilkan oleh fibroblas dan distimulasi oleh

    beberapa agen, termasuk interleukin-1 dan prostaglandin.4

    Manipulasi hormonal, meskipun mekanismenya masih belum jelas, juga berperan dalam

    pematangan serviks uteri. Jaringan ikat serviks mengandung reseptor estrogen dan

    progesteron. Estrogen dan prekursornya dapat menstimulasi degradasi kolagen in vitro pada

    serviks wanita hamil. Efek ini diblok oleh progesteron dan wanita dengan defisiensi plasental

    sulfatase yang memiliki kadar estrogen dalam sirkulasi yang rendah tidak mengalami

    pematangan serviks saat aterm.6

    Progesteron dapat memelihara kadar enzim perusak asam hialuronat agar tetap tinggi

    sehingga dapat menjaga kadar asam hialuronat rendah sampai aterm ketika kadar progesteron

    dan reseptor progesteron mulai menurun. Progesteron juga menghambat jaringan serviks

    menghasilkan interleukin-8. Sehingga, sebagai efek terbatasnya progesteron pada akhir

    kehamilan, kadar interleukin-8 meningkat bersama dengan asam hialuronat. Selanjutnya,

    serviks yang diterapi dengan antiprogestin menunjukkan peningkatan asam hialuronat dan

    kadar dekorin pada serviks.4,6

  • 7/31/2019 induksi aan

    5/42

    5

    2.2 Definisi

    Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik

    secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga

    terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada

    akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah inpartu 3.

    Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk mempercepat

    proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah kekuatan dari luar tidak boleh

    merugikan ibu dan janinnya dalam usaha menuju well born baby dan well health mother,

    sehingga diperlukan indikasi yang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat.

    Disamping itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan tindakan lebih lanjut,

    induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas tindakan operasi 4.

    2.3Tujuan InduksiTujuan melakukan induksi antara lain : 2

    Mengantisipasi hasil yang belainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan

    penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin

    Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin danmemaksimalkan kepuasan ibu.

    2.4 Indikasi induksi peralinan

    1. Indikasi Ibua. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan eklamsi (3,4,7,8).b. Kehamilan dengan diabetes miltus (3,4).c. Infeksi amnionitis (4).

    2. Indikasi janina. Kehamilan lewat waktu (postmaturitas)(3,4,7).b. Ketuban pecah dini (3,8).c. Janin mati (3).d. Inkompatibilitas Rh (7).

  • 7/31/2019 induksi aan

    6/42

    6

    e. Gestasi pascamatur (8).f. Insufisiensi plasenta (4).g. IUFD (4).h. IUGR (4).i. Oligohidramnion (4).

    3. Indikasi Selektifa. Maturitas paru cukupb. Kontraksi uterus tak sempurnac. Atas permintaan yang bersangkutan

    Pada usia kehamilan postmatur, di atas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi

    penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin

    (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin) (7).

    2.5 Kontraindikasi induksi peralinan

    1. Disproporsi sefalo-pelvik(3,4,7).2. Ibu menderita penyakit jantung berat (7).3. Hati-hati pada bekas-bekas operasi/uterus yang cacat seperti bekas SC,

    miomektomi yang luas dan ekstensif(7).

    4. Malposisi dan malpresentasi janin (3).5. Infusiensi plasenta (3).6. Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea (3).7. Grande multipara (3).8. Gemeli (3,4).9. Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion (3).10. Plasenta previa (3,8).11. Makrosomia (8).12. Hydrosefalus (8).13. Beberapa penyakit , seperti herpes genetalis aktif(8).

  • 7/31/2019 induksi aan

    7/42

    7

    2.6Syarat induksi peralinanA. Kehamilan aterm

    B. Ukuran panggul normal

    C. Tidak ada CPD

    D. Janin dalam presentasi kepala

    E. Serviks sudah matang yaitu, portio teraba lunak, mulai mendatar dan sudah mulai

    membuka. Untuk menilai serniks ini dapat juga dipakai skor Bishop. Yaitu bila nilai

    bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

    Tabel 1. Skor Pelvik menurut Bishop

    Skor 0 1 2 3

    Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6

    Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%

    Penurunan kepala

    diukur dari Hodge

    III (cm)

    -3 -2 -1,0 +1 +2

    Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak

    Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu

    jalan lahir

    Ke arah depan

    2.7Cara Induksi PersalinanInduksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara

    1. Secara medisa. Infuse oksitosin

    Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon. Syarat-syarat pemberian

    infuse oksitosin

    1) Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidakmemungkinkan penyulit baik pada ibu dan janin, maka diperlukan syarat-

    syarat berikutnya :

    a) Kehamilan atermb) Ukuran panggul normal

  • 7/31/2019 induksi aan

    8/42

    8

    c) Tidak ada CPD (disproposi antara pelvis dan janin).d) Janin dalam presentasi kepalae) Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan

    mulai membuka.

    2) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor bishop, yaitu bila nilaiberlebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.

    Oksitosin merupakan agen farmakologi yang lebih disukai untuk menginduksi

    persalinan apabila serviks telah matang. Konsentrasi oksitosin dalam plasma serupa

    selama kehamilan dan selama fase laten dan fase aktif persalinan, namun terdapat

    peningkatan yang bermakna dalam kadar oksitosin plasma selama fase akhir dari kala II

    persalinan. Konsentrasi oksitosin tertinggi selama persalinan ditemukan dalam darah tali

    pusat, yang menunjukkan bahwa adanya produksi oksitosin yang bermakna oleh janin

    selama persalinan. Oksitosin endogen diesekresikan dalam bentuk pulsasi selama

    persalinan spontan, hal ini tampak dalam pengukuran konsentrasi oksitosin plasma ibu

    menit per menit.6,13

    Seiring dengan perkembangan kehamilan, jumlah reseptor oksitosin dalam uterus

    meningkat (100 kali lipat pada kehamilan 32 minggu dan 300 kali lipat pada saat

    persalinan). Oksitosin mengaktifkan jalur fosfolipase C-inositol dan meningkatkan kadar

    kalsium ekstraseluler, menstimulasi kontraksi otot polos miometrium. Banyak studi acak

    yang terkontrol dengan penggunaan plasebo memfokuskan penggunaan oksitosin dalam

    induksi persalinan. Ditemukan bahwa regimen oksitosin dosis rendah (fisiologis) dan

    dosis tinggi (farmakologis) sama-sama efektif dalam menegakkan pola persalinan yang

    adekuat.13

    Oksitosin dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja. Ia diabsorpsi oleh

    mukosa bukal dan nasal . Jika diberikan per oral, oksitosin dengan cepat diinaktifkan

    oleh tripsin. Rute intravena paling sering digunakan untuk menstimulasi uterus hamil

    karena pengukuran jumlah indikasi yang diberikan lebih tepat dan dapat dilakukan

    penghentian obat secara relatif cepat apabila terjadi efek samping.

    Saat diabsorpsi, oksitosin didistribusikan dalam cairan ekstraseluler dan tidak

    berikatan dengan protein. Dibutuhkan waktu 20-30 menit untuk mencapai kadar puncak

    plasma. Interval waktu yang lebih singkat dapat memperpendek induksi persalinan, tetapi

    lebih cenderung berhubungan dengan hiperstimulasi uterus dan gawat janin. Mekanismeoksitosin adalah dengan meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler. Hal ini dicapai

  • 7/31/2019 induksi aan

    9/42

    9

    dengan pelepasan deposit kalsium pada retikulum endoplasma dan dengan meningkatkan

    asupan kalsium ekstraseluler. Aktivitas oksitosin diperantarai oleh reseptor membran

    spesifik yang berpasangan dengan protein transduser dan efektor yang membawa

    informasi dalam sel.

    Transduser oksitosin adalah guanosil trifosfat (GTP) binding protein atau protein

    G. Kompleks reseptor oksitosin protein G menstimulasi fosfolipase C (PLC).

    Fosfolipase C secara selektif akan menghidrolisa fosfatidil inositol 4,5bifosfat (PIP 2)

    untuk membentuk inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan 1,2-diasil gliserol. IP3 menyebabkan

    keluarnya kalsium dari retikulum endoplasma yang meningkatkan konsentrasi kalsium

    sitoplasma. Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler yang disebabkan karena

    lepasnya kalsium dan retikulum endoplasma tidak adekuat untuk mengaktivasi

    sepenuhnya mekanisme kontraktil miometrium dan kalsium ekstraseluler yang penting

    untuk aksi oksitosin yang adekuat. Apanila tidak ada kalsium ekstraseluler, respon sel-sel

    miometrium terhadap oksitosin menurun. Kompleks oksitosin protein G membantu

    keluarnya kalsium dari retikulum endoplasma dengan melakukan perubahan pada kanal

    kalsium, baik secara langsung maupun melalui efek yang diperantarai IP3, menyebabkan

    influks kalsium ekstraseluler. Efek oksitosin terhadap masuknya kalsium ekstraseluler ke

    dalam sel miometrium tidak sensitif terhadap nifedipin.

    Gambar 2. Mekanisme aksi oksitosin.6

  • 7/31/2019 induksi aan

    10/42

    10

    Oksitosin dapat menstimulasi kontraksi uterus melalui mekanisme yang bebas dari

    konsentrasi kalsium intraseluler. Ditemukan bahw akonsentrasi Prostaglandin E (PGE)

    danProstaglandin F (PGF) meningkat selama pemberian oksitosin. Oksitosin juga

    menstimulasi produksi PGE dan PGF dari desidua manusia. Penemuan ini menunjukkan

    adanya interaksi positif antara oksitosin dan prostaglandin sebagai tambahan terhadap

    aksi uterotonika dan mungkin pelepasan prostaglandin oleh oksitosin perlu untuk

    mengifisienkan kontraksi uterus selama persalinan.6

    Teknik infuse oksitosin berencana

    1) Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudah tidur dengannyenyak.

    2) Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih dan rektumdikosongkan)

    3) Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasiyang baik.

    4) Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin.5) Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan

    secara intravena melalui saluran infuse dengan jarum no 20 G.

    6) Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar lengan bawah7) Tetesan permulaan kecepatan pertama 10 tetes/menit.8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam

    waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya

    tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40

    tetes/menit, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan

    menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse

    oksitosin dihentikan.

    9) Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untukkemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda rupture uteri membakat,

    maupun tanda-tanda gawat janin

    10) Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar tetsanoksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi rahim yang

    sangat kuat, jumlah tetsan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.

  • 7/31/2019 induksi aan

    11/42

    11

    11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinanselasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.

    12) Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan denganperiksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian

    infuse oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung,

    maka infuse oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera

    setelah kala II dimulai, maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan

    ibu di pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatan sesuai

    dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang

    pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin. Maka

    infuse oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan segera

    diselesaikan dengan seksio sesarea (3).

    b. Prostaglandin E2Prostaglandin bereaksi pada serviks untuk membantu pematangan serviks

    melalui sejumlah mekanisme yang berbeda. Ia menggantikan substansi

    ekstraseluler pada serviks, dan PGE2 meningkatkan aktivitas kolagenase pada

    serviks. Ia menyebabkan peningkatan kadar elastase, glikosaminoglikan,

    dermatan sulfat, dan asam hialuronat pada serviks. Relaksasi pada otot polos

    serviks menyebabkan dilatasi. Pada akhirnya, prostaglandin menyebabkan

    peningkatan kadar kalsium intraseluler, sehingga menyebabkan kontraksi otot

    miometrium.9

    Risiko yang berhubungan dengan penggunaan prostaglandin

    meliputi hiperstimulasi uterus dan efek samping maternal seperti mual,

    muntah, diare, dan demam. Saat ini, kedua analog prostaglandin tersedia untuk

    tujuan pematangan serviks, yaitu gel dinoprostone (Prepidil) dan dinoprostone

    inserts (Cervidil). Prepidil mengandung 0,5 mg gel dinoproston, sementara

    Cervidil mengandung 10 mg dinoprostone dalam bentuk pessarium.

    Teknik untuk memasukkan gel dinoprostone (Prepidil)10

    1. Seleksi pasien :

    Pasien tidak demam

    Tidak ada perdarahan aktif pervaginam

    Penilaian denyut jantung janin teratur

    Pasien memberikan informed consent

  • 7/31/2019 induksi aan

    12/42

    12

    Skor Bishop 8,

    atau perubahan status ibu atau janin.

    8. Dosis maksimum yang direkomendasikan adalah 1,5 mg dinoprostone (3 dosis)

    dalam 24 jam

    9. Jangan mulai pemberian oksitosin selama 6 sampai 12 jam setelah pemberian dosis

    terakhir, untuk memperoleh onset persalinan spontan dan melindungi uterus dari

    stimulasi yang berlebihan.

    Teknik pemasangan dinoprostone pervaginam (Cervidil)10

    1. Seleksi pasien

    2. Penggunaan sejumlah kecil lubrikan yang mengandung air, letakkan di forniks

    posterior dari serviks. Sementara alat tersebut menyerap kelembaban dan cairan, ia

    melepaskan dinoprostone dalam kecepatan 0,3 mg per jam selama 12 jam

    3. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara kontinyu mulai 15 sampai

    30 menit sebelum pemberian. Karena hiperstimulasi dapat terjadi sampai sembilan

    setengah jam setelah pemberian, denyut jantung janin dan aktivitas uterus harus

    dimonitor sejak pemberian sampai 15 menit setelah dilepaskan.

    4. Setelah insersi, pasien harus tetap berbaring selama 2 jam

    5. Lepaskan insersi dengan mendorong talinya setelah 12 jam, saat fase aktif dimulai,

    atau jika terjadi hiperstimulasi uterus.

  • 7/31/2019 induksi aan

    13/42

    13

    Interval waktu aman minimal antara pemberian prostaglandin E2 dan permulaan

    pemberian oksitosin belum diketahui pasti. Menurut petunjuk pembuatannya, induksi

    oksitosin harus ditunda selama 6 hingga 12 jam (8).

    Efek samping

    Angka hiperstimulasi uterus dilaporkan, didefinisikan sebagai 6 kontraksi atau lebih

    dalam 10 menit selama total 20 menit, adalah 1 persen untuk gel intraserviks (dosis 0,5 mg)

    dan 5% untuk gel intravagina (dosis 2 hingga 5 mg). karena dapat terjadi hiperstimulasi

    serius atau gangguan janin lebih lanjut, prostaglandin biasanya tidak digunakan pada

    persalinan. Jika terjadi, hiperstimulasi biasanya dimulai dalam 1 jam setelah gel di sisipandimasukan. Irigasi serviks dan vagina untuk mengeluarkan gel serviks belum terbukti

    bermanfaat.

    Salah satu kemungkinan keunggulan gel intravagina adalah bahwa pengeluaran

    sisipan ini dengan menariknya biasanya meredakan efek samping tersebut. Efek sistemik

    berupa demam, muntah, dan diare akibat prostaglandin E2 sangat jarang terjadi. Produsen

    obat ini menganjurkan kehati-hatian dalam pemakaian obat ini pada pasien dengan glaucoma,

    gangguan hati dan ginjal yang berat/asma (2).

    c. MisoprostolMisoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1 sintenik, dan saat ini tersedia

    berbagai tablet 100 mcg untuk mencegah ulkus peptic. Penggunaan misoprostol

    tidak direkomendasikan pada pematangan serviks atau induksi persalinan pada

    wanita yang pernah mengalami persalinan dengan seksio sesaria atau operasi

    uterus mayor karena kemungkinan terjadinya ruptur uteri. Wanita yang diterapi

    dengan misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi persalinan harus

    dimonitor denyut jantung janin dan aktivitas uterusnya di rumah sakit sampai

    penelitian lebih lanjut mampu mengevaluasi dan membuktikan keamanan terapi

    pada pasien.11

    Misoprostol berharga murah, stabil pada suhu kamar, dan mudah

    diberikan peroral atau dengan memasukannya kevagina, tetapi tidak ke serviks

    (2).

  • 7/31/2019 induksi aan

    14/42

    14

    d. Misoprostol vaginaTablet misoprostol vagina dimasukan kedalam vagina setara dan mungkin

    lebih 25g. Dosis misoprostol intravagina yang lebih tinggi (50 g atau lebih)

    menyebabkan peningkatan bermakna takisistol uterus, pengeluaran dan aspirasi

    mekonium, dan sesar atas indikasi hiperstimulasi uterus. Laporan rupture uterus

    pada wanita dengan riwayat pembedahan dengan menyebabkan misoprostol

    tidak boleh digunakan pada para wanita tersebut (2).

    Uji klinis menunjukkan bahwa dosis optimal dan pemberian interval dosis

    25 mcg intravagina setiap empat sampai enam jam.1,27

    Dosis yang lebih tinggi

    atau interval dosis yang lebih pendek dihubungkan dengan insidensi efeksamping yang lebih tinggi, khususnya sindroma hiperstimulasi, yang

    didefinisikan sebagai kontraksi yang berakhir lebih dari 90 detik atau lebih dari

    lima kontraksi dalam 10 menit selama dua periode .10 menit berurutan, dan

    hipersistole, suatu kontraksi tunggal selama minimal dua menit.

    Ruptur uteri pada wanita dengan riwayat seksio sesaria sebelumnya juga

    mungkin merupakan komplikasi, yang membatasi penggunaannya pada wanita

    yang tidak memiliki skar uterus.

    11

    (Evidence level B, studi kohort). Teknik

    penggunaan misoprostol vagina adalah sebagai berikut :12

    1. Masukkan seperempat tablet misoprostol intravagina, tanpa menggunakan gel

    apapun (gel dapat mencegah tablet melarut)

    2. Pasien harus tetap berbaring selama 30 menit

    3. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara kontinyu selama

    minimal 3 jam setelah pemberian misoprostol sebelum pasien boleh bergerak

    4. Apabila dibutuhkan tambahan oksitosin (pitosin), direkomendasikan interval

    minimal 3 jam setelah dosis misoprostol terakhir

    5. Tidak direkomendasikan pematangan serviks pada pasien-pasien yang

    memiliki skar uterus (Evidence level A, RCT)

    Telaah Cochrane menyimpulkan bahwa penggunaan misoprostol dapat

    menurunkan insidensi seksio sesaria. Insidensi persalinan pervaginam lebih tinggi

    dalam 24 jam pemberian misoprostol dan menurunkan kebutuhan oksitosin (pitosin)

    tambahan.12 (Evidence level A, tinjauan sistematis RCT). Tinjauan pustaka

  • 7/31/2019 induksi aan

    15/42

    15

    tambahan menunjukkan bahwa misoprostol merupakan agen yang efektif untuk

    pematangan serviks.11,12

    (Evidence level A, telaah sistematis RCT)

    Telaah Cochrane menurut grup Pregnancy and Childbirth mengidentifikasikan 26

    uji klinis tentang misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi persalinan ataukeduanya. Studi-studi ini menunjukkan bahwa misoprostol lebih efektif daripada

    prostaglandin E2

    agar terjadi persalinan pervaginam dalam 24 jam dan mengurangi

    kebutuhan dan jumlah total oksitosin tambahan. Meskipun dalam penelitian ini

    dinyatakan bahwa misoprostol dihubungkan dengan insidensi hiperstimulasi uterus

    yang lebih tinggi dan cairan amnion kehijauan (meconium staining), tetapi

    komplikasi ini biasanya dijumpai dengan dosis misoprostol yang lebih tinggi

    (>25g). Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa paparan misoprostol

    intrapartum (atau agen pematangan serviks prostaglandin lain) menimbulkan efek

    samping jangka panjang terhadap janin yang lahir tanpa gawat janin.

    ACOG Committee on Obstetric Practice menyatakan bahwa tablet misoprostol

    intravaginal efektif dalam induksi persalinan pada wanita hamil dengan serviks yang

    belum matang. Komite ini menekankan bahwa hal-hal berikut ini sebaiknya

    dilakukan untuk meminimalkan risiko hiperstimulasi uterus dan ruptur uteri pada

    pasien-pasien yang menjalani pematangan serviks atau induksi persalinan padatrimester ketiga, yaitu :

    1. Jika misoprostol digunakan untuk pematangan serviks atau induksi persalinan pada

    trimester ketiga, dipertimbangkan pemberian dosis awal seperempat tablet 100 g

    (sekitar 25 g).

    2. Dosis sebaiknya tidak diberikan lebih sering daripada setiap 3-6 jam.

    3. Oksitosin seharusnya tidak diberikan kurang dari 4 jam setelah dosis misoprostol

    terakhir.

    4. Misoprostol sebaiknya tidak digunakan pada pasien bekas SC atau bekas operasi

    uterus mayor.

    Penggunaan dosis misoprostol yang lebih tinggi (misalnya 50 g setiap 6 jam)

    untuk induksi persalinan mungkin dapat diberikan pada beberapa situasi, meskipun

    ada laporan bahwa dosis tersebut meningkatkan risiko komplikasi, termasuk

    hiperstimulasi uterus dan ruptur uteri. Grande multipara juga merupakan faktor risiko

    relatif untuk terjadinya ruptur uteri.3

  • 7/31/2019 induksi aan

    16/42

    16

    e. Misoprostol oralAfektivitas misoprostol oral, 100 g, serupa dengan misoprostol intravagina

    25 g (2).

    f. Cairan hipertonik intrauterine1) Pemberian cairan hipertonik cairan amnion dipakai untuk merangsang

    kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik

    yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-

    lain, kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin

    untuk meperkuar rangsangan pada otot-otot rahim.

    Cara ini dapat menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya, misalnya

    hipernatremia, infeksi gangguan pembekuan darah (3).

    2. Secara manipulative dengan tindakanInisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik telah lama

    diterima sebagai tindakan yang efektif sebelum terminasi kehamilan untuk

    meningkatkan efektivitas induksi persalinan jika serviks belum matang (2).

    a. AmniotomiAmniotomi atau pemecahan ketuban secara artificial di inggris juga disebut

    sebagai induksi bedah, sering digunakan untuk menginduksi atau mempercepat

    persalinan. Indikasi umum lain untuk amniotomi antara lain adalah pematauan

    denyut jantung janin internal jika diantisipasi adanya gangguan janin dan

    penilaian intrauterus kontraksi jika persalinan belum memuaskan. Amniotomi

    elektif untuk mempercepat persalinan spontan/mendeteksi mekonium juga

    dapat diterima dan sering di praktikan (2).

  • 7/31/2019 induksi aan

    17/42

    17

    Gambar 3. amniotomi

    Hendaknya ketuban dipecahkan jika memenuhi syarat sbb:

    Serviks sudah matang/skor pelviks diatas 5. Pembukaan kira-kira 4-5 cm Kepala sudah memasuki PAP biasanya setelah 1-2 jam pemecahan

    ketuban diharapkan HIS akan timbul dan menjadi lebih kuat (3).

    1) Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baikdibagian bawah depan dengan (fore water) maupun dibagian belakang

    (bind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catbeter macdonald

    klem). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana

    pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.

    2) Beberapa teori mengemukakan bahwaa) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga

    tenaga kontraksi dapat lebih kuat untuk membuka serviks.

    b) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahimkira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga

    berkurangnya oksigenasi otot-otot rahim dan keadaan ini

    meningkatnya kepekaan otot rahim.

    c) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dindingserviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf-syaraf yang

    merangsang kontraksi rahim.

    3) Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda pemulaan persalinan, maka harus di ikuti dengan cara-cara lain

    untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infuse oksitosin.

  • 7/31/2019 induksi aan

    18/42

    18

    4) Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagaiberikut

    a) Infeksib) Prolapsus funikulic) Gawat janind) Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak dan

    keluarnya secara tepat) (3).

    Teknik amniotomi

    Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukan kedalam jalan lahir

    sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis

    servikalis, maka posisi jari berubah sedemikian rupa sehingga telapak tangan

    menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus

    kedalam jalan lahir dengan tutunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung

    pengait diletakan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang ada

    didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus pengait

    tersebut untuk dapat masuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu

    menusukan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait

    dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian

    dimasukan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu

    tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu

    atas panggul. Stelah air ketuban mengalir keluar , pengait dikeluarkan leh

    tangan kiri, sedang jari tangan yang didalam memperlebar robekan selaput

    ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit-demi sedikit untuk menjaga

    kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat

    janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik kluar dan

    kejalan lahir (3).

    b. Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (striping of themembrane).

    1) Yang dimaksud denga striping of the membrane, ialah melepaskanketuban dan dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi

  • 7/31/2019 induksi aan

    19/42

    19

    mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam

    merangsang timbulnya his.

    2) Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialaha) Serviks yang belm dapat dilalui oleh jarib) Bila didapatkan persangkaan plasenta letak endah, tidak boleh

    dilakukan

    c) Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggulStripping of the membranes dapat meningkatkan aktivitas fosfolipase A2 dan

    prostaglandin F2 (PGF2 ) dan menyebabkan dilatasi serviks secara mekanis yang

    melepaskan prostaglandin. Stripping pada selaput ketuban dilakukan dengan

    memasukkan jari melalui ostium uteri internum dan menggerakkannya pada arah

    sirkuler untuk melepaskan kutub inferior selaput ketuban dari segmen bawah

    rahim.9,22

    (Evidence level C). Risiko dari teknik ini meliputi infeksi, perdarahan, dan

    pecah ketuban spontan serta ketidaknyamanan pasien. Telaah Cochrane

    menyimpulkan bahwa stripping of the membrane saja tidak menghasilkan manfaat

    klinis yang penting, tapi apabila digunakan sebagai pelengkap, tampaknya

    berhubungan dengan kebutuhan dosis oksitosin rata-rata yang lebih rendah dan

    peningkatan rasio persalinan normal pervaginam.23 (Evidence level A, RCT).

    c. Pemakaian rangsangan listrikDengan kedua electrode, yang satu diletakkan dalam serviks, sedang yang lain

    ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan

    memberkan rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim.

    Bentuk alat ini bermacam-macam , bahkan ada yang ukurannya cukup kecil

    sehingga dapat di bawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal dirumah sakit.

    Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien (3).

    d. Rangsangan pada punting susu (breast stimulation)Stimulasi payudara ini telah direkomendasikan sejak zaman Hipocrates dan

    diyakini dapat merangsang timbulnya kontraksi uterus dan inisiasi persalinan.12

    Pemijatan payudara dan stimulasi payudara tampaknya memfasilitasi pelepasan

    oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior.

  • 7/31/2019 induksi aan

    20/42

    20

    Pada salah satu punting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase

    ringan dengan jari ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka

    sbaiknya pada daerah punting dan aerola mammae diberi minyak pelicin.

    Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat setmgah jam sampai satu jam,

    kemudian istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam

    satu hari maksimal dilakukan tiga jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan

    tindakan ini pada kedua payudara bersamaan., karena ditakutkan terjadinya

    perangsangan berlebihan.

    Oksitosin dilepaskan, dan banyak studi yang menunjukkan bahwa denyut

    jantung janin abnormal yang timbul serupa dengan yang terjadi pada uji

    oksitosin pada kehamilan risiko tinggi. Rasio yang abnormal ini mungkin

    disebabkan karena penurunan perfusi plasenta dan hipoksia janin. Dua studi

    yang cukup lemah dilakukan pada tahun 1970an dan 1980an menunjukkan

    perbedaan pada kedua kelompok intervensi, tetapi desain penelitian yang lemah

    menyebabkan buktinya kurang adekuat untuk mendukung suatu kesimpulan

    bahwa stimulasi payudara merupakan metode yang viabel dalam menginduksi

    persalinan.9

    e. Modalitas MekanisSemua modalitas mekanis bekerja dalam mekanisme aksi yang serupa disebut

    juga sebagai bentuk penekanan lokal yang menstimulasi pelepasan

    prostaglandin.1

    Risiko yang berhubungan dengan metode ini meliputi infeksi

    (endometritis dan sepsis neonatus dihubungkan dengan dilator osmotik

    alamiah), perdarahan, pecah ketuban, dan solusio plasenta.

    1. Dilator higroskopis

    Dilator higroskopik menyerap endoserviks dan cairan pada jaringan lokal,

    menyebabkan alat tersebut membesar dalam endoserviks dan memberikan tekanan

    mekanis yang terkontrol. Produk yang tersedia meliputi dilator osmotik alamiah

    (misalnyaLaminaria japonicum) dan dilator osmotik sintetis (misalnya Lamicel).

    Keuntungan utama dalam menggunakan dilator higroskopik ini meliputi

    penempatan pasien rawat jalan dan tidak dibutuhkan pengawasan denyut jantung

    janin. Laminaria umumnya digunakan sebagai metode standar pematangan serviks

  • 7/31/2019 induksi aan

    21/42

    21

    sebelum dilatasi dan kuretase. Teknik pemasangan dilator higroskopik dijelaskan

    sebagai berikut :9

    a. Perineum dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.

    b. Gunakan pemeriksaan spekulum yang steril untuk melihat serviks, dilatordimasukkan ke dalam endoservik, dengan ekornya diletakkan pada vagina

    c. Dilator secara progresif dimasukkan sampai endoservik penuh

    d. Jumlah dilator yang digunakan dicatat dalam rekam medis

    e. Kassa steril diletakkan dalam vagina untuk menjaga posisi dilator

    2. Balon

    Alat balon memberikan tekanan mekanis secara langsung pada serviks saat

    balon diisi. Dapat digunakan suatu kateter Foley (26 Fr) atau alat balon yang

    didesain secara khusus. Teknik pemasangan dilator balon yaitu :9,16,17

    a. Kateter dimasukkan ke dalam endoserviks melalui visualisasi langsung

    atau blinddengan memastikan lokasi serviks dengan pemeriksaan vaginal

    toucher dan mengarahkan kateter menelusuri tangan dan jari melalui

    endoserviks dan ke dalam rongga potensial antara selaput ketuban dan

    segmen bawah rahim.

    b. Balon diisi dengan 3050 ml larutan fisiologis.c. Balon mengalami retraksi sehingga terletak dalam muara interna.

    d. Langkah-langkah tambahan :

    1) Berikan tekanan dengan menambah berat pada ujung kateter.

    Tekanan yang konstan : gantungkan 1 L cairan intravena ke ujung

    kateter dan letakkan pada ujung tempat tidur.

    Tekanan intermiten : sentakkan ujung kateter dua atau empat kali per

    jam

    2) Infus cairan salin

    Masukkan kateter dengan 40 ml air steril atau cairan salin.

    Infus cairan salin steril pada kecepatan 40 ml per jam dengan

    menggunakan pompa infus.

    Lepaskan 6 jam kemudian pada saat ekspulsi spontan atau pecah

    ketuban.

    3) Infus prostaglandin E2

  • 7/31/2019 induksi aan

    22/42

    22

    Saat ini, beberapa RCT membandingkan penggunaan balon dengan infus

    cairan salin ekstra amnion, laminaria, atau prostaglandin E2 (PGE2). Hasil uji

    klinik ini menunjukkan bahwa masing-masing metode ini efektif untuk

    pematangan serviks dan masing-masing memiliki rasio persalinan seksio sesaria

    yang dapat dibandingkan pada wanita dengan serviks yang tidak matang6,14,15

    (Evidence level A, RCT)

    2.8 Tanda-Tanda Induksi Baik

    1. Respons uterus berupa aktifitas kontraksi miometrium baik2. Kontraksi simetris, dominasi fundus, relaksasi baik (sesuai dengan tanda-tanda his

    yang baik / adekuat)

    3. Nilai pelvik menurut Bishop (tabel) (1)Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan

    dalam guna memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan

    panggul. Hasil pemerikasaan dicatat dan disimpulkan dalam satu tabel nilai pelvis.

    Selaanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sbb:

    a. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukanlah amniotomi. Bila 4 jamkemudian tidak ada kemajuan persalinan, berikan infus tetes oksitosin.

    b. Apabila skor dibawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infus tetes oksitosin.Setelah beberapa lama berjalan, nilai kembali pelvis.

    Bila skor diatas 5 lakukan amniotomi. Bila skor dibawah 5, oksitosin tetes diulangi. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan

    amniotomi.

    2.9 Risiko Melakukan Induksi

    Risiko induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah:

    1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam

    pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan

    rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi

    caesar.

  • 7/31/2019 induksi aan

    23/42

    23

    2. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin

    (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus

    memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu beresiko menimbulkan gawat janin, proses

    induksi harus dihentikan.

    3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya

    pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.

    4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai.

    Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan

    menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu

    seketika.

    Komplikasi

    1. Terhadap ibua. Kegagalan induksib. Kelelahan ibu dan krisis emosionalc. Inersia uteri dan partus lamad. Tetania uteri yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri dan

    laserasi jalan lahir.

    e.

    Infeksi intrauterine

    (1)

    .2. Terhadap janin

    a. Trauma pada janin oleh tindakanb. Prolapsus tali pusatc. Infeksi intrapartal pada janin (1).

  • 7/31/2019 induksi aan

    24/42

    24

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    1. IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Ny. W Nama Suami : Tn. H

    Umur : 28 Tahun Umur : 31 Tahun

    Suku : Jawa Suku : Jawa

    Agama : Islam Agama : Islam

    Pendidikan : SLTA Pendidikan : SMA

    Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

    Alamat : Jl. Kejawan Gebang I/27, Surabaya

    MRS : 13 April 2012 (jam 12.03)

    No RM : 615561

    2. ANAMNESA1. Keluhan Utama : Bengkak kedua tungkai2. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Penderita datang ke VK pukul 12.03 dengan membawa surat rujukan dari Poli Hamil

    dengan diagnosa GIP0-0 38/39 minggu TH+PEB. Sebelum dan awal kehamilan penderita

    mengatakan tidak pernah mengalami pusing dan tekanan darahnya selalu normal

    (120/70mmHg). Tekanan darah tinggi baru diketahui saat kontrol 1 bulan yang lalu (TD

    140/90 mmHg). Kemudian kontrol dengan hasil pemeriksaan dari Poli Hamil saat ini

    didapatkan tekanan darah penderita 160/100 mmHg disertai pembengkakkan pada kedua

    kaki. Bengkak pada kedua kaki dirasakan sejak 2 bulan ini, makin lama makin memberat,

    tapi pasien masih dapat berjalan. Tidak mengeluh pandangan kabur, tidak melihat ganda,

    tidak melihat banyangan hitam. Tidak mengeluh nyeri ulu hati. Tidak sesak. Riwayat kejang

    disangkal. Berat badan sebelum hamil 65 kg, dan setiap kali kontrol naik 1,5 kg. Pasien

    belum merasa kenceng-kenceng selama hamil ini, tetapi sering merasa janin bergerak aktif.

    Di rumah tidak keluar darah maupun lendir, tidak merasa keluar cairan ketuban

  • 7/31/2019 induksi aan

    25/42

    25

    Selama kehamilan, pasien kontrol ke bidan secara teratur, dan minum teratur obat-obat

    yang diberikan bidan tersebut.

    Pasien tidak mengeluh gangguan BAK, BAK sering dan lancar, tidak mengeluh nyeri

    saat BAK, Warna air kencing kuning jernih, BAK merah sebelumnya tidak pernah dialami

    pasien.

    3. Riwayat Penyakit Dahulu :Hipertensi : disangkal

    Diabetes mellitus: tidak ada

    Asma : tidak ada

    Alergi : tidak ada

    4. Riwayat Penyakit Keluarga :Hipertensi : ada, pada ibu kandung

    Diabetes mellitus: tidak ada

    Asma : tidak ada

    Alergi : tidak ada

    5. Riwayat HaidMenarche : 13 tahun

    Siklus : 28 hari, teratur

    Lama : 7 hari

    Dismenorhea : kadang-kadang sebelum haid, tidak pernah mengeluh nyeri yang

    sangat hanya seperti mulas

    Fluor albus : Tidak pernah

    6. Lain-lainHPHT : 15-07-2011

    TP : 22-04-2012

  • 7/31/2019 induksi aan

    26/42

    26

    Umur kehamilan : 38-39 minggu

    7. Riwayat PerkawinanMenikah : 1 kali

    Lama menikah : 4 tahun

    8. Riwayat Kehamilan dan PersalinanI. Aterm/spontan B/bidan //3000/ 3 tahunII. Hamil ini

    9. Riwayat ANCPerawatan antenatal

    Di bidan 8 kali (N)10. Riwayat KB

    Suntik 3 bulanberhenti sejak 1 tahun yang lalu

    3. PEMERIKSAAN FISIKTinggi badan : 159 cm

    Berat badan awal : 65 kg

    Berat badan hamil : 82 Kg

    Keadaan umum : Cukup

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tekanan darah : 160/100 mmHg

    Nadi : 88 x / menit

    Suhu (axiller) : 36,8C

    RR : 20 x / menit

    .

  • 7/31/2019 induksi aan

    27/42

    27

    a. Status Generalis

    Kepala : Oedem kelopak mata - / -

    Konjunctiva anemis - / -

    Sclera icterus - / -

    Chloasma gravidarum -/-

    Leher : Pembesaran KGB (-)

    Thorax :Bentuk normal, gerak simetris, mammae membesar +/+,

    hiperpigmentasi areola mammae +/+, ASI -/-

    Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh - / - , Whz - / -

    Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : I = membesar, cembung, simetris

    P = nyeri tekan (-)

    P = tidak dilakukan

    A = BU dalam batas normal

    Ekstremitas : akral hangat + + oedem - -

    + + + +

    Reflex patella (+/+)

    b. Status Obstetri

    I : Perut membesar, cembung, simetris, striae albican (-), linea nigra (+), bekas

    jahitan operasi (-), scar (-)

    P: TFU : 33 cm, nyeri tekan (-), oedema (-)

    His : ()

    Leopold I : Teraba bagian janin bulat, lunak, tidak, melenting. Kesan bokong.

    TFU 33 cm

  • 7/31/2019 induksi aan

    28/42

    28

    Leopold II : Kesan punggung janin di sisi kiri ibu. bagian kecil dari janin sebelah

    kanan, DJJ (+) 12.11.12

    Leopold III : Teraba bagian janin bulat, keras, dan masih dapat digoyang. Kesan

    bagian terendah janin adalah kepala dan belum masuk PAP.

    Leopold IV : kepala belum masuk PAP

    A : Punctum maximum di bawah pusat sebelah kiri bawah.

    DJJ = 12.11.12 , frekuensi 140 x/mnt, irama teratur.

    Urogenital :

    Lendir ( - ), Darah ( - ), VT : (-)/bagian terendah janin masih tinggi/PS 2 UPD~ Normal Taksiran Berat Janin ( TBJ ) : ( 3312 ) x 155 gram = 3255gram

    4. PEMERIKSAAN PENUNJANGDL dan UL

    Hasil laboratorium 13/04/2012

    Darah lengkap :

    Hb : 11,5 g/dl (N: 11,4-15,1 g/dl)

    Leukosit : 9.960/mm (N:4.300-11.300/mm)

    Trombosit : 270.000 /mm (N : 150.000-400.000/mm)

    Hct : 39,8 % (N : 38-42 %)

    Urine lengkap :

    BJ :1,010

    pH : 7

    Nitrit : (-)

    Protein : 500 mg (++++)

    Glukosa : N

  • 7/31/2019 induksi aan

    29/42

    29

    Keton : (-)

    Urobilin : N

    Bilirubin : (-)

    Sedimen : eri : 3-5

    Leuko : 1-3

    Cylind : (-)

    Epitel : 3-5

    Bact : (-)

    Cryst silinder (-)

    Lain :(-)

    5. RESUMENy. W, 28 tahun, Pasien kiriman poli hamil dengan GIP0-0 38/39 minggu TH+PEB,

    bengkak pada kedua kaki dirasakan sejak 2 bulan ini, makin lama makin memberat, tapi

    pasien masih dapat berjalan. Sebelum dan awal kehamilan penderita mengatakan tidak pernah

    mengalami pusing dan tekanan darahnya selalu normal (120/70mmHg).Tekanan darah tinggibaru diketahui saat kontrol 1 bulan yang lalu (TD 140/90 mmHg). Kemudian kontrol saat ini

    didapatkan tekanan darah tekanan darah 160/100 mmHg. Tidak mengeluh pandangan kabur,

    tidak melihat ganda, tidak melihat banyangan hitam. Tidak mengeluh nyeri ulu hati. Tidak

    sesak. Riwayat kejang disangkal.

    Riwayat Kehamilan dan Persalinan

    I. Aterm/spontan B/bidan //3000/ 3 tahunII. Hamil ini

    Riwayat ANC

    Perawatan antenatal

    Di bidan 8 kali (N)

    Riwayat KB

    Suntik 3 bulanberhenti sejak 1 tahun yang lalu

  • 7/31/2019 induksi aan

    30/42

    30

    Pemeriksaan Fisik:

    o Tekanan Darah 160/100 mmHgo Edema kedua tungkai (+)o Refleks patella (+/+)

    Status obstetri:

    o LI kesan bokong, TFU 33 cmo L2 puki, DJJ 12.11.12 144 x/menit, teraturo L3 bagian terendah janin adalah kepala dan belum masuk PAP.o L4 kepala belum masuk PAPo His ()o Taksiran berat janin: 3255 gramo VT : (-) / bagian terndah janin masih tinggi/PS 2o UPD ~ Normal

    6. DIAGNOSAGII PI-I 38/39 minggu/T/H/IU/letak kepala/Preeklamsia berat/UPD kesan normal/ tak

    inpartu/TBJ 3255 g

    7. RENCANAa. Diagnosa

    Laboratorium: Darah lengkap, urine lengkap, K/Na, SGOT/SGPT, BUN/ kreatinin

    serum, faal hemostasis, albumin

    Lain-lain: NST

    b.TerapiBebaskan jalan napasPasang O2 nasal 8 lpm Inf. RD5Anti convulsan: Loading dose: Inj. 4 gr (20 cc) MgSO4 20% i.v pelan-pelan selama 15 menit Maintenance: inj. 10 gr MgSO4 40% drip dalam lart. RD5 17 tts/mnt selama

    1x 24 jam

    Antihipertensi: Nifedipin 3x10 mg bila tensi 140/90 mmHg

  • 7/31/2019 induksi aan

    31/42

    31

    Terminasi misoprostol 4x50 g /vag/6jam sampai PS 5Bila PS 5 pro OD 12 jam setelah misoprostol terakhir

    c. MonitoringKesadaranVital sign (tensi, nadi, RR, suhu)Balance cairan (Cairan Masuk=Cairan Keluar + 500cc) kateterRefleks patelaMinum maksimal 1000cc/24jamHIS/ DJJ/ tanda-tanda impending eklampsi

    d.EdukasiDiagnosa pasienRencana yang akan kita lakukan pada pasienKomplikasi pada ibu dan janinPro terminasi kehamilan

  • 7/31/2019 induksi aan

    32/42

    32

    Follow up

    Tanggal S O A P

    13/04/2012Jam 16.00

    Jam 22.00

    STU :Cm,GCS456,AICD (-),T 140/90mmHg, N88x/mnt, RR18x/mnt, tax 36.40C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 13 12 12His (-)VT : PS 2

    STU :T 140/90mmHg, N90x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.7

    0C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 12 12 13His (-)VT : PS 2

    GII PI-I 38/39minggu/T/H/

    IU/letak

    kepala/Preekl

    amsia

    berat/UPD

    kesan

    normal/ tak

    inpartu/TBJ

    3100 g

    misoprostol 1 50 g/vag/6jam pro

    evaluasi pkl. 22.00

    Misoprostol 2 50 g

    /vag/6jam pro

    evaluasi pkl. 04.00

    (14/04/2012)

    14/04/2012

    Jam 04.00

    Pandangan

    kabur (-),

    nyeri ulu

    hati (-),

    sesak (-),

    gerak janin

    (+) baik

    STU :T 140/90mmHg, N90x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.70

    C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 12 12 13His (+) jarang

    VT : PS 2

    Misoprostol 3 50 g

    /vag/6jam pro

    evaluasi pkl. 10.00

    Jam 10.00 STU :T 150/90mmHg, N84x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.50

    C, C/P dbnSTO :

    Misoprostol 4 50 g

    /vag/6jam pro

    evaluasi pkl. 16.00

  • 7/31/2019 induksi aan

    33/42

    33

    DJJ (+) 12 13 12His (+) jarang

    VT : PS 3

    Jam 16.00 Pusing (-),

    pandangan

    kabur (-

    ),nyeri ulu

    hati (-),

    sesak (-),

    gerak janin

    (+) baik

    STU :

    Cm,GCS456,AICD (-),T 140/90mmHg, N88x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.40C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 13 12 12His (+)jarangVT : 1cm/ eff.