7/31/2019 induksi aan
1/42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangPersalinan adalah suatu proses dimana janin berpindah dari intrauterin ke lingkungan
ekstra uterin. Ini merupakan diagnosis klinik yang didefinisikan sebagai permulaan dan
menetapnya kontraksi yang bertujuan untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang berkesinambungan. Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas proses ini saat ini
belum sepenuhnya dipahami.1
Induksi persalinan merujuk dimana kontraksi uterus diawali secara medis maupun
bedah sebelum terjadinya partus spontan. Berdasarkan studi-studi terkini, rasionya bervariasi
dari 9,5 33,7% dari semua kehamilan setiap tahun. Pada keadaan serviks yang tidak
matang, jarang terjadi keberhasilan partus pervaginam. Dengan demikian, pematangan
serviks atau persiapan induksi harus dinilai sebelum pemilihan terapi.
MenurutBritish Columbia Reproductive Care Program, ada beberapa indikasi induksi
persalinan, antara lain kehamilan posterm, penyakit ibu (diabetes, hipertensi), pecah ketuban
sebelum waktunya (PROM), kematian janin. Induksi persalinan ini merupakan suatu
intervensi aktif dengan potensi risiko baik pada ibu maupun janin. Risikonya meliputi
peningkatan risiko persalinan seksio sesaria, denyut jantung janin yang abnormal,
hiperstimulasi uterus, ruptur uteri, prolaps tali pusat, intoksikasi ibu, dan medikolegal
(oksitosin sering dipertimbangkan oleh pengadilan sebagai kofaktor yang berhubungan
dengan kondisi janin maupun neonatus yang abnormal).
Saat ini sudah terbukti bahwa tindakan induksi persalinan semakin sering dilakukan.
American College of Obstetricians and Gynecologists (1999a) berdasarkan resiko persalinanyang berlangsung secara cepat, tidak mendukung tindakan ini kecuali untuk indikasi-indikasi
tertentu (rumah parturien yang jauh dari rumah sakit atau alasan psikososial). Luthy dkk
(2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan
sectio caesar.2
7/31/2019 induksi aan
2/42
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Anatomi dan Fisiologi Serviks Uteri
Serviks uteri merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang dapat mengalami
perubahan yang sangat bermakna selama kehamilan dan persalinan. Serviks layaknya sebagai
suatu katup yang unik yang bertanggung jawab untuk menjaga janin tetap dalam uterus
sampai akhir kehamilan dan berfungsi pula sebagai jalan lahir yang aman menuju dunia luar
selama persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan ikat fibrosa, tersusun atas matriks
ekstraseluler yang didominasi oleh kolagen dengan elastin dan proteoglikan, dan bagian
seluler terdiri atas otot polos dan fibroblas, terutama kolagen glikosaminoglikan dan
glikoperotein, epitel, dan pembuluh darah. Rasio relatif jaringan ikat dengan otot polos
distribusinya tidak sama di sepanjang serviks. Bagian distal memiliki rasio jaringan ikat
dengan otot polos yang lebih besar daripada serviks bagian atas yang lebih dekat dengan
miometrium. Perubahan serviks terjadi sejak awal kehamilan sampai periode postpartum.5
Gambar 1. Struktur uterus dalam keadaan hamil.1
Pada serviks yang tidak hamil, kumparan kolagen padat dan tersusun ireguler. Selama
hamil, kolagen secara aktif disintesis dan secara kontinyu mengalami perubahan yang
dipengaruhi oleh kolagenase, yang disekresikan dari sel-sel serviks dan neutrofil. Kolagen
dipecah oleh kolagenase secara intraseluler, untuk melepaskan prokolagen yang rusak untukmencegah pembentukan struktur kolagen yang lemah, dan secara ekstraseluler, untuk
7/31/2019 induksi aan
3/42
3
melemahkan matriks kolagen secara perlahan (disebut juga perlunakan atau pematangan)
untuk mengawali persalinan. Sel-sel otot polos dan fibroblas juga mempengaruhi peningkatan
enzim pemecah kolagen, yang selanjutnya distimulasi oleh asam hialuronat. Pada awal
persalinan, terjadi perubahan kadar asam hialuronat, sitokin (interleukin 1 dan interleukin 8)
dan kolagenase yang selanjutnya memecah kolagen serviks. Interaksi yang kompleks ini
menyebabkan serviks mengalami perlunakan dan mulai dilatasi. Proses yang menyebabkan
terjadinya pembukaan serviks masih belum sepenuhnya dipahami.
Proses pasti yang terjadi saat pematangan serviks dapat menyebabkan pendataran dan
pembukaan masih belum jelas. Ada berbagai elemen penting yang terlibat termasuk dekorin,
asam hialuronat, hormon, sitokin, dan protease. Faktor-faktor ini tampaknya mengalami
interaksi yang kompleks. Waktu dan mekanisme yang pasti mengenai permulaan dan
pencetus proses perubahan serviks ini masih belum dapat diungkap. Secara keseluruhan,
faktor-faktor ini bertanggung jawab dalam peningkatan kadar air serviks, menurunkan
konsentrasi kolagen, dan restrukturisasi kolagen.5
Konsep lama bahwa pematangan serviks disebabkan karena kontraksi uterus tidak tepat.
Saat ini jelas bahwa mekanisme pematangan serviks melibatkan rangkaian peristiwa biokimia
yang berbeda dengan peristiwa yang bertanggung jawab terhadap aktivasi miometrium dan
serupa dengan yang terjadi pada inflamasi jaringan. Pada fase akhir kehamilan kandungan air
dalam serviks meningkat dan serviks diinvasi oleh neutrofil, makrofag, sel mast, dan zat lain
yang berpotensi melepaskan sitokin inflamasi, seperti interleukin 1 dan interleukin 8.
Sitokin ini menstimulasi produksi metalloproteinase yang menyebabkan disosiasi dan
pecahnya kumparan kolagen degradasi kolagen dan penurunan kandungan kolagen. Ada juga
perubahan aktivitas fibroblas yang meningkatkan produksi glikosaminoglikan khususnya
asam hialuronat dan menurunkan sekresi kolagen.6
Dekorin merupakan proteoglikan dermatan sulfat kecil yang berikatan dengan permukaan
fibril kolagen. Dekorin menyebabkan susunan fibril kolagen menjadi lebih erat dan rasio
dekorin dengan kolagen berhubungan terbalik dengan perlunakan serviks. Saat sel-sel serviks
mengalami kematian sel secara fisiologis, rasio dekorin dan kolagen meningkat, dan
peningkatannya menyebabkan gangguan pembentukan kolagen. Diyakini bahwa pemberian
induksi persalinan dengan prostaglandin juga meningkatkan rasio dekorin terhadap kolagen.
Mekanisme berikutnya melibatkan degradasi enzimatis dari matriks ekstraseluler.
Kolagenase, matriks metalloproteinase, dan elastase merupakan enzim yang terlibat dalam
restrukturisasi serviks tahap akhir. Metalloproteinase dihambat oleh tissue inhibitor dari
7/31/2019 induksi aan
4/42
4
metalloproteinase dan 2-makroglobulin yang ditemukan pada serviks selama kehamilan.
Saat aterm dan selama persalinan, rasio metalloproteinase terhadap inhibitornya meningkat
sehingga terjadi keseimbangan untuk membantu degradasi kolagen.
Sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin 8 meningkatkan aktivitas kolagenase. Hal
ini tampak seperti proses inflamasi dimana interleukin-1 dapat menginduksi ekspresi MMP,
mengatur ekspresi inhibitor MMP, dan menghambat sintesis matriks. Pada serviks, kadar
interleukin-1 dan interleukin 8 meningkat selama aterm sampai pembukaan serviks 6 cm.
Tampaknya sel-sel otot polos serviks juga distimulasi oleh sitokin inflamasi untuk
melepaskan protease. Metabolit bakteri merupakan sumber stimulasi eksogen dari
interleukin-1 pada serviks, diduga ini merupakan penyebab hubungan antara infeksi
intraamnion dengan persalinan preterm.
Asam hialuronat berperan penting dalam meningkatkan kandungan air pada serviks saat
aterm, yang mengarah kepada pelonggaran dan pemecahan serabut fibroblas. Zat ini juga
menstimulasi sintesis enzim proteolitik melalui fibroblas serviks. Selama hamil, kadar asam
hialuronat pada serviks rendah dan secara berangsur-angsur meningkat seiring dengan
pematangan serviks dan onset persalinan. Segera setelah persalinan, kadarnya menurun
sampai ke kadar normal. Asam hialuronat dihasilkan oleh fibroblas dan distimulasi oleh
beberapa agen, termasuk interleukin-1 dan prostaglandin.4
Manipulasi hormonal, meskipun mekanismenya masih belum jelas, juga berperan dalam
pematangan serviks uteri. Jaringan ikat serviks mengandung reseptor estrogen dan
progesteron. Estrogen dan prekursornya dapat menstimulasi degradasi kolagen in vitro pada
serviks wanita hamil. Efek ini diblok oleh progesteron dan wanita dengan defisiensi plasental
sulfatase yang memiliki kadar estrogen dalam sirkulasi yang rendah tidak mengalami
pematangan serviks saat aterm.6
Progesteron dapat memelihara kadar enzim perusak asam hialuronat agar tetap tinggi
sehingga dapat menjaga kadar asam hialuronat rendah sampai aterm ketika kadar progesteron
dan reseptor progesteron mulai menurun. Progesteron juga menghambat jaringan serviks
menghasilkan interleukin-8. Sehingga, sebagai efek terbatasnya progesteron pada akhir
kehamilan, kadar interleukin-8 meningkat bersama dengan asam hialuronat. Selanjutnya,
serviks yang diterapi dengan antiprogestin menunjukkan peningkatan asam hialuronat dan
kadar dekorin pada serviks.4,6
7/31/2019 induksi aan
5/42
5
2.2 Definisi
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik
secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga
terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada
akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah inpartu 3.
Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk mempercepat
proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah kekuatan dari luar tidak boleh
merugikan ibu dan janinnya dalam usaha menuju well born baby dan well health mother,
sehingga diperlukan indikasi yang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat.
Disamping itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan tindakan lebih lanjut,
induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas tindakan operasi 4.
2.3Tujuan InduksiTujuan melakukan induksi antara lain : 2
Mengantisipasi hasil yang belainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan
penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin
Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin danmemaksimalkan kepuasan ibu.
2.4 Indikasi induksi peralinan
1. Indikasi Ibua. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan eklamsi (3,4,7,8).b. Kehamilan dengan diabetes miltus (3,4).c. Infeksi amnionitis (4).
2. Indikasi janina. Kehamilan lewat waktu (postmaturitas)(3,4,7).b. Ketuban pecah dini (3,8).c. Janin mati (3).d. Inkompatibilitas Rh (7).
7/31/2019 induksi aan
6/42
6
e. Gestasi pascamatur (8).f. Insufisiensi plasenta (4).g. IUFD (4).h. IUGR (4).i. Oligohidramnion (4).
3. Indikasi Selektifa. Maturitas paru cukupb. Kontraksi uterus tak sempurnac. Atas permintaan yang bersangkutan
Pada usia kehamilan postmatur, di atas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi
penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin
(gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin) (7).
2.5 Kontraindikasi induksi peralinan
1. Disproporsi sefalo-pelvik(3,4,7).2. Ibu menderita penyakit jantung berat (7).3. Hati-hati pada bekas-bekas operasi/uterus yang cacat seperti bekas SC,
miomektomi yang luas dan ekstensif(7).
4. Malposisi dan malpresentasi janin (3).5. Infusiensi plasenta (3).6. Cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea (3).7. Grande multipara (3).8. Gemeli (3,4).9. Distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion (3).10. Plasenta previa (3,8).11. Makrosomia (8).12. Hydrosefalus (8).13. Beberapa penyakit , seperti herpes genetalis aktif(8).
7/31/2019 induksi aan
7/42
7
2.6Syarat induksi peralinanA. Kehamilan aterm
B. Ukuran panggul normal
C. Tidak ada CPD
D. Janin dalam presentasi kepala
E. Serviks sudah matang yaitu, portio teraba lunak, mulai mendatar dan sudah mulai
membuka. Untuk menilai serniks ini dapat juga dipakai skor Bishop. Yaitu bila nilai
bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Tabel 1. Skor Pelvik menurut Bishop
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Penurunan kepala
diukur dari Hodge
III (cm)
-3 -2 -1,0 +1 +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu
jalan lahir
Ke arah depan
2.7Cara Induksi PersalinanInduksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara
1. Secara medisa. Infuse oksitosin
Kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosinon. Syarat-syarat pemberian
infuse oksitosin
1) Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidakmemungkinkan penyulit baik pada ibu dan janin, maka diperlukan syarat-
syarat berikutnya :
a) Kehamilan atermb) Ukuran panggul normal
7/31/2019 induksi aan
8/42
8
c) Tidak ada CPD (disproposi antara pelvis dan janin).d) Janin dalam presentasi kepalae) Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan
mulai membuka.
2) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai skor bishop, yaitu bila nilaiberlebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Oksitosin merupakan agen farmakologi yang lebih disukai untuk menginduksi
persalinan apabila serviks telah matang. Konsentrasi oksitosin dalam plasma serupa
selama kehamilan dan selama fase laten dan fase aktif persalinan, namun terdapat
peningkatan yang bermakna dalam kadar oksitosin plasma selama fase akhir dari kala II
persalinan. Konsentrasi oksitosin tertinggi selama persalinan ditemukan dalam darah tali
pusat, yang menunjukkan bahwa adanya produksi oksitosin yang bermakna oleh janin
selama persalinan. Oksitosin endogen diesekresikan dalam bentuk pulsasi selama
persalinan spontan, hal ini tampak dalam pengukuran konsentrasi oksitosin plasma ibu
menit per menit.6,13
Seiring dengan perkembangan kehamilan, jumlah reseptor oksitosin dalam uterus
meningkat (100 kali lipat pada kehamilan 32 minggu dan 300 kali lipat pada saat
persalinan). Oksitosin mengaktifkan jalur fosfolipase C-inositol dan meningkatkan kadar
kalsium ekstraseluler, menstimulasi kontraksi otot polos miometrium. Banyak studi acak
yang terkontrol dengan penggunaan plasebo memfokuskan penggunaan oksitosin dalam
induksi persalinan. Ditemukan bahwa regimen oksitosin dosis rendah (fisiologis) dan
dosis tinggi (farmakologis) sama-sama efektif dalam menegakkan pola persalinan yang
adekuat.13
Oksitosin dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja. Ia diabsorpsi oleh
mukosa bukal dan nasal . Jika diberikan per oral, oksitosin dengan cepat diinaktifkan
oleh tripsin. Rute intravena paling sering digunakan untuk menstimulasi uterus hamil
karena pengukuran jumlah indikasi yang diberikan lebih tepat dan dapat dilakukan
penghentian obat secara relatif cepat apabila terjadi efek samping.
Saat diabsorpsi, oksitosin didistribusikan dalam cairan ekstraseluler dan tidak
berikatan dengan protein. Dibutuhkan waktu 20-30 menit untuk mencapai kadar puncak
plasma. Interval waktu yang lebih singkat dapat memperpendek induksi persalinan, tetapi
lebih cenderung berhubungan dengan hiperstimulasi uterus dan gawat janin. Mekanismeoksitosin adalah dengan meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler. Hal ini dicapai
7/31/2019 induksi aan
9/42
9
dengan pelepasan deposit kalsium pada retikulum endoplasma dan dengan meningkatkan
asupan kalsium ekstraseluler. Aktivitas oksitosin diperantarai oleh reseptor membran
spesifik yang berpasangan dengan protein transduser dan efektor yang membawa
informasi dalam sel.
Transduser oksitosin adalah guanosil trifosfat (GTP) binding protein atau protein
G. Kompleks reseptor oksitosin protein G menstimulasi fosfolipase C (PLC).
Fosfolipase C secara selektif akan menghidrolisa fosfatidil inositol 4,5bifosfat (PIP 2)
untuk membentuk inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan 1,2-diasil gliserol. IP3 menyebabkan
keluarnya kalsium dari retikulum endoplasma yang meningkatkan konsentrasi kalsium
sitoplasma. Peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler yang disebabkan karena
lepasnya kalsium dan retikulum endoplasma tidak adekuat untuk mengaktivasi
sepenuhnya mekanisme kontraktil miometrium dan kalsium ekstraseluler yang penting
untuk aksi oksitosin yang adekuat. Apanila tidak ada kalsium ekstraseluler, respon sel-sel
miometrium terhadap oksitosin menurun. Kompleks oksitosin protein G membantu
keluarnya kalsium dari retikulum endoplasma dengan melakukan perubahan pada kanal
kalsium, baik secara langsung maupun melalui efek yang diperantarai IP3, menyebabkan
influks kalsium ekstraseluler. Efek oksitosin terhadap masuknya kalsium ekstraseluler ke
dalam sel miometrium tidak sensitif terhadap nifedipin.
Gambar 2. Mekanisme aksi oksitosin.6
7/31/2019 induksi aan
10/42
10
Oksitosin dapat menstimulasi kontraksi uterus melalui mekanisme yang bebas dari
konsentrasi kalsium intraseluler. Ditemukan bahw akonsentrasi Prostaglandin E (PGE)
danProstaglandin F (PGF) meningkat selama pemberian oksitosin. Oksitosin juga
menstimulasi produksi PGE dan PGF dari desidua manusia. Penemuan ini menunjukkan
adanya interaksi positif antara oksitosin dan prostaglandin sebagai tambahan terhadap
aksi uterotonika dan mungkin pelepasan prostaglandin oleh oksitosin perlu untuk
mengifisienkan kontraksi uterus selama persalinan.6
Teknik infuse oksitosin berencana
1) Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudah tidur dengannyenyak.
2) Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih dan rektumdikosongkan)
3) Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari dengan observasiyang baik.
4) Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin.5) Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan
secara intravena melalui saluran infuse dengan jarum no 20 G.
6) Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar lengan bawah7) Tetesan permulaan kecepatan pertama 10 tetes/menit.8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam
waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya
tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40
tetes/menit, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan
menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse
oksitosin dihentikan.
9) Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untukkemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda rupture uteri membakat,
maupun tanda-tanda gawat janin
10) Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar tetsanoksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi rahim yang
sangat kuat, jumlah tetsan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
7/31/2019 induksi aan
11/42
11
11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinanselasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.
12) Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan denganperiksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian
infuse oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung,
maka infuse oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera
setelah kala II dimulai, maka tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan
ibu di pimpin mengejan atau dipimpin dengan persalinan buatan sesuai
dengan indikasi yang ada pada waktu itu. Tetapi bila sepanjang
pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu maupun janin. Maka
infuse oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan segera
diselesaikan dengan seksio sesarea (3).
b. Prostaglandin E2Prostaglandin bereaksi pada serviks untuk membantu pematangan serviks
melalui sejumlah mekanisme yang berbeda. Ia menggantikan substansi
ekstraseluler pada serviks, dan PGE2 meningkatkan aktivitas kolagenase pada
serviks. Ia menyebabkan peningkatan kadar elastase, glikosaminoglikan,
dermatan sulfat, dan asam hialuronat pada serviks. Relaksasi pada otot polos
serviks menyebabkan dilatasi. Pada akhirnya, prostaglandin menyebabkan
peningkatan kadar kalsium intraseluler, sehingga menyebabkan kontraksi otot
miometrium.9
Risiko yang berhubungan dengan penggunaan prostaglandin
meliputi hiperstimulasi uterus dan efek samping maternal seperti mual,
muntah, diare, dan demam. Saat ini, kedua analog prostaglandin tersedia untuk
tujuan pematangan serviks, yaitu gel dinoprostone (Prepidil) dan dinoprostone
inserts (Cervidil). Prepidil mengandung 0,5 mg gel dinoproston, sementara
Cervidil mengandung 10 mg dinoprostone dalam bentuk pessarium.
Teknik untuk memasukkan gel dinoprostone (Prepidil)10
1. Seleksi pasien :
Pasien tidak demam
Tidak ada perdarahan aktif pervaginam
Penilaian denyut jantung janin teratur
Pasien memberikan informed consent
7/31/2019 induksi aan
12/42
12
Skor Bishop 8,
atau perubahan status ibu atau janin.
8. Dosis maksimum yang direkomendasikan adalah 1,5 mg dinoprostone (3 dosis)
dalam 24 jam
9. Jangan mulai pemberian oksitosin selama 6 sampai 12 jam setelah pemberian dosis
terakhir, untuk memperoleh onset persalinan spontan dan melindungi uterus dari
stimulasi yang berlebihan.
Teknik pemasangan dinoprostone pervaginam (Cervidil)10
1. Seleksi pasien
2. Penggunaan sejumlah kecil lubrikan yang mengandung air, letakkan di forniks
posterior dari serviks. Sementara alat tersebut menyerap kelembaban dan cairan, ia
melepaskan dinoprostone dalam kecepatan 0,3 mg per jam selama 12 jam
3. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara kontinyu mulai 15 sampai
30 menit sebelum pemberian. Karena hiperstimulasi dapat terjadi sampai sembilan
setengah jam setelah pemberian, denyut jantung janin dan aktivitas uterus harus
dimonitor sejak pemberian sampai 15 menit setelah dilepaskan.
4. Setelah insersi, pasien harus tetap berbaring selama 2 jam
5. Lepaskan insersi dengan mendorong talinya setelah 12 jam, saat fase aktif dimulai,
atau jika terjadi hiperstimulasi uterus.
7/31/2019 induksi aan
13/42
13
Interval waktu aman minimal antara pemberian prostaglandin E2 dan permulaan
pemberian oksitosin belum diketahui pasti. Menurut petunjuk pembuatannya, induksi
oksitosin harus ditunda selama 6 hingga 12 jam (8).
Efek samping
Angka hiperstimulasi uterus dilaporkan, didefinisikan sebagai 6 kontraksi atau lebih
dalam 10 menit selama total 20 menit, adalah 1 persen untuk gel intraserviks (dosis 0,5 mg)
dan 5% untuk gel intravagina (dosis 2 hingga 5 mg). karena dapat terjadi hiperstimulasi
serius atau gangguan janin lebih lanjut, prostaglandin biasanya tidak digunakan pada
persalinan. Jika terjadi, hiperstimulasi biasanya dimulai dalam 1 jam setelah gel di sisipandimasukan. Irigasi serviks dan vagina untuk mengeluarkan gel serviks belum terbukti
bermanfaat.
Salah satu kemungkinan keunggulan gel intravagina adalah bahwa pengeluaran
sisipan ini dengan menariknya biasanya meredakan efek samping tersebut. Efek sistemik
berupa demam, muntah, dan diare akibat prostaglandin E2 sangat jarang terjadi. Produsen
obat ini menganjurkan kehati-hatian dalam pemakaian obat ini pada pasien dengan glaucoma,
gangguan hati dan ginjal yang berat/asma (2).
c. MisoprostolMisoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1 sintenik, dan saat ini tersedia
berbagai tablet 100 mcg untuk mencegah ulkus peptic. Penggunaan misoprostol
tidak direkomendasikan pada pematangan serviks atau induksi persalinan pada
wanita yang pernah mengalami persalinan dengan seksio sesaria atau operasi
uterus mayor karena kemungkinan terjadinya ruptur uteri. Wanita yang diterapi
dengan misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi persalinan harus
dimonitor denyut jantung janin dan aktivitas uterusnya di rumah sakit sampai
penelitian lebih lanjut mampu mengevaluasi dan membuktikan keamanan terapi
pada pasien.11
Misoprostol berharga murah, stabil pada suhu kamar, dan mudah
diberikan peroral atau dengan memasukannya kevagina, tetapi tidak ke serviks
(2).
7/31/2019 induksi aan
14/42
14
d. Misoprostol vaginaTablet misoprostol vagina dimasukan kedalam vagina setara dan mungkin
lebih 25g. Dosis misoprostol intravagina yang lebih tinggi (50 g atau lebih)
menyebabkan peningkatan bermakna takisistol uterus, pengeluaran dan aspirasi
mekonium, dan sesar atas indikasi hiperstimulasi uterus. Laporan rupture uterus
pada wanita dengan riwayat pembedahan dengan menyebabkan misoprostol
tidak boleh digunakan pada para wanita tersebut (2).
Uji klinis menunjukkan bahwa dosis optimal dan pemberian interval dosis
25 mcg intravagina setiap empat sampai enam jam.1,27
Dosis yang lebih tinggi
atau interval dosis yang lebih pendek dihubungkan dengan insidensi efeksamping yang lebih tinggi, khususnya sindroma hiperstimulasi, yang
didefinisikan sebagai kontraksi yang berakhir lebih dari 90 detik atau lebih dari
lima kontraksi dalam 10 menit selama dua periode .10 menit berurutan, dan
hipersistole, suatu kontraksi tunggal selama minimal dua menit.
Ruptur uteri pada wanita dengan riwayat seksio sesaria sebelumnya juga
mungkin merupakan komplikasi, yang membatasi penggunaannya pada wanita
yang tidak memiliki skar uterus.
11
(Evidence level B, studi kohort). Teknik
penggunaan misoprostol vagina adalah sebagai berikut :12
1. Masukkan seperempat tablet misoprostol intravagina, tanpa menggunakan gel
apapun (gel dapat mencegah tablet melarut)
2. Pasien harus tetap berbaring selama 30 menit
3. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara kontinyu selama
minimal 3 jam setelah pemberian misoprostol sebelum pasien boleh bergerak
4. Apabila dibutuhkan tambahan oksitosin (pitosin), direkomendasikan interval
minimal 3 jam setelah dosis misoprostol terakhir
5. Tidak direkomendasikan pematangan serviks pada pasien-pasien yang
memiliki skar uterus (Evidence level A, RCT)
Telaah Cochrane menyimpulkan bahwa penggunaan misoprostol dapat
menurunkan insidensi seksio sesaria. Insidensi persalinan pervaginam lebih tinggi
dalam 24 jam pemberian misoprostol dan menurunkan kebutuhan oksitosin (pitosin)
tambahan.12 (Evidence level A, tinjauan sistematis RCT). Tinjauan pustaka
7/31/2019 induksi aan
15/42
15
tambahan menunjukkan bahwa misoprostol merupakan agen yang efektif untuk
pematangan serviks.11,12
(Evidence level A, telaah sistematis RCT)
Telaah Cochrane menurut grup Pregnancy and Childbirth mengidentifikasikan 26
uji klinis tentang misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi persalinan ataukeduanya. Studi-studi ini menunjukkan bahwa misoprostol lebih efektif daripada
prostaglandin E2
agar terjadi persalinan pervaginam dalam 24 jam dan mengurangi
kebutuhan dan jumlah total oksitosin tambahan. Meskipun dalam penelitian ini
dinyatakan bahwa misoprostol dihubungkan dengan insidensi hiperstimulasi uterus
yang lebih tinggi dan cairan amnion kehijauan (meconium staining), tetapi
komplikasi ini biasanya dijumpai dengan dosis misoprostol yang lebih tinggi
(>25g). Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa paparan misoprostol
intrapartum (atau agen pematangan serviks prostaglandin lain) menimbulkan efek
samping jangka panjang terhadap janin yang lahir tanpa gawat janin.
ACOG Committee on Obstetric Practice menyatakan bahwa tablet misoprostol
intravaginal efektif dalam induksi persalinan pada wanita hamil dengan serviks yang
belum matang. Komite ini menekankan bahwa hal-hal berikut ini sebaiknya
dilakukan untuk meminimalkan risiko hiperstimulasi uterus dan ruptur uteri pada
pasien-pasien yang menjalani pematangan serviks atau induksi persalinan padatrimester ketiga, yaitu :
1. Jika misoprostol digunakan untuk pematangan serviks atau induksi persalinan pada
trimester ketiga, dipertimbangkan pemberian dosis awal seperempat tablet 100 g
(sekitar 25 g).
2. Dosis sebaiknya tidak diberikan lebih sering daripada setiap 3-6 jam.
3. Oksitosin seharusnya tidak diberikan kurang dari 4 jam setelah dosis misoprostol
terakhir.
4. Misoprostol sebaiknya tidak digunakan pada pasien bekas SC atau bekas operasi
uterus mayor.
Penggunaan dosis misoprostol yang lebih tinggi (misalnya 50 g setiap 6 jam)
untuk induksi persalinan mungkin dapat diberikan pada beberapa situasi, meskipun
ada laporan bahwa dosis tersebut meningkatkan risiko komplikasi, termasuk
hiperstimulasi uterus dan ruptur uteri. Grande multipara juga merupakan faktor risiko
relatif untuk terjadinya ruptur uteri.3
7/31/2019 induksi aan
16/42
16
e. Misoprostol oralAfektivitas misoprostol oral, 100 g, serupa dengan misoprostol intravagina
25 g (2).
f. Cairan hipertonik intrauterine1) Pemberian cairan hipertonik cairan amnion dipakai untuk merangsang
kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik
yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20%, urea dan lain-
lain, kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin
untuk meperkuar rangsangan pada otot-otot rahim.
Cara ini dapat menimbulkan penyulit yang cukup berbahaya, misalnya
hipernatremia, infeksi gangguan pembekuan darah (3).
2. Secara manipulative dengan tindakanInisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik telah lama
diterima sebagai tindakan yang efektif sebelum terminasi kehamilan untuk
meningkatkan efektivitas induksi persalinan jika serviks belum matang (2).
a. AmniotomiAmniotomi atau pemecahan ketuban secara artificial di inggris juga disebut
sebagai induksi bedah, sering digunakan untuk menginduksi atau mempercepat
persalinan. Indikasi umum lain untuk amniotomi antara lain adalah pematauan
denyut jantung janin internal jika diantisipasi adanya gangguan janin dan
penilaian intrauterus kontraksi jika persalinan belum memuaskan. Amniotomi
elektif untuk mempercepat persalinan spontan/mendeteksi mekonium juga
dapat diterima dan sering di praktikan (2).
7/31/2019 induksi aan
17/42
17
Gambar 3. amniotomi
Hendaknya ketuban dipecahkan jika memenuhi syarat sbb:
Serviks sudah matang/skor pelviks diatas 5. Pembukaan kira-kira 4-5 cm Kepala sudah memasuki PAP biasanya setelah 1-2 jam pemecahan
ketuban diharapkan HIS akan timbul dan menjadi lebih kuat (3).
1) Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baikdibagian bawah depan dengan (fore water) maupun dibagian belakang
(bind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catbeter macdonald
klem). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana
pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
2) Beberapa teori mengemukakan bahwaa) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga
tenaga kontraksi dapat lebih kuat untuk membuka serviks.
b) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahimkira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga
berkurangnya oksigenasi otot-otot rahim dan keadaan ini
meningkatnya kepekaan otot rahim.
c) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dindingserviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf-syaraf yang
merangsang kontraksi rahim.
3) Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda pemulaan persalinan, maka harus di ikuti dengan cara-cara lain
untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infuse oksitosin.
7/31/2019 induksi aan
18/42
18
4) Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagaiberikut
a) Infeksib) Prolapsus funikulic) Gawat janind) Tanda-tanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyak dan
keluarnya secara tepat) (3).
Teknik amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dimasukan kedalam jalan lahir
sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari berubah sedemikian rupa sehingga telapak tangan
menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus
kedalam jalan lahir dengan tutunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung
pengait diletakan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang ada
didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus pengait
tersebut untuk dapat masuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu
menusukan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait
dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian
dimasukan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu
tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu
atas panggul. Stelah air ketuban mengalir keluar , pengait dikeluarkan leh
tangan kiri, sedang jari tangan yang didalam memperlebar robekan selaput
ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit-demi sedikit untuk menjaga
kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat
janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik kluar dan
kejalan lahir (3).
b. Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim (striping of themembrane).
1) Yang dimaksud denga striping of the membrane, ialah melepaskanketuban dan dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi
7/31/2019 induksi aan
19/42
19
mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam
merangsang timbulnya his.
2) Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialaha) Serviks yang belm dapat dilalui oleh jarib) Bila didapatkan persangkaan plasenta letak endah, tidak boleh
dilakukan
c) Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggulStripping of the membranes dapat meningkatkan aktivitas fosfolipase A2 dan
prostaglandin F2 (PGF2 ) dan menyebabkan dilatasi serviks secara mekanis yang
melepaskan prostaglandin. Stripping pada selaput ketuban dilakukan dengan
memasukkan jari melalui ostium uteri internum dan menggerakkannya pada arah
sirkuler untuk melepaskan kutub inferior selaput ketuban dari segmen bawah
rahim.9,22
(Evidence level C). Risiko dari teknik ini meliputi infeksi, perdarahan, dan
pecah ketuban spontan serta ketidaknyamanan pasien. Telaah Cochrane
menyimpulkan bahwa stripping of the membrane saja tidak menghasilkan manfaat
klinis yang penting, tapi apabila digunakan sebagai pelengkap, tampaknya
berhubungan dengan kebutuhan dosis oksitosin rata-rata yang lebih rendah dan
peningkatan rasio persalinan normal pervaginam.23 (Evidence level A, RCT).
c. Pemakaian rangsangan listrikDengan kedua electrode, yang satu diletakkan dalam serviks, sedang yang lain
ditempelkan pada kulit dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan
memberkan rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim.
Bentuk alat ini bermacam-macam , bahkan ada yang ukurannya cukup kecil
sehingga dapat di bawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal dirumah sakit.
Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien (3).
d. Rangsangan pada punting susu (breast stimulation)Stimulasi payudara ini telah direkomendasikan sejak zaman Hipocrates dan
diyakini dapat merangsang timbulnya kontraksi uterus dan inisiasi persalinan.12
Pemijatan payudara dan stimulasi payudara tampaknya memfasilitasi pelepasan
oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior.
7/31/2019 induksi aan
20/42
20
Pada salah satu punting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase
ringan dengan jari ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka
sbaiknya pada daerah punting dan aerola mammae diberi minyak pelicin.
Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat setmgah jam sampai satu jam,
kemudian istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam
satu hari maksimal dilakukan tiga jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan
tindakan ini pada kedua payudara bersamaan., karena ditakutkan terjadinya
perangsangan berlebihan.
Oksitosin dilepaskan, dan banyak studi yang menunjukkan bahwa denyut
jantung janin abnormal yang timbul serupa dengan yang terjadi pada uji
oksitosin pada kehamilan risiko tinggi. Rasio yang abnormal ini mungkin
disebabkan karena penurunan perfusi plasenta dan hipoksia janin. Dua studi
yang cukup lemah dilakukan pada tahun 1970an dan 1980an menunjukkan
perbedaan pada kedua kelompok intervensi, tetapi desain penelitian yang lemah
menyebabkan buktinya kurang adekuat untuk mendukung suatu kesimpulan
bahwa stimulasi payudara merupakan metode yang viabel dalam menginduksi
persalinan.9
e. Modalitas MekanisSemua modalitas mekanis bekerja dalam mekanisme aksi yang serupa disebut
juga sebagai bentuk penekanan lokal yang menstimulasi pelepasan
prostaglandin.1
Risiko yang berhubungan dengan metode ini meliputi infeksi
(endometritis dan sepsis neonatus dihubungkan dengan dilator osmotik
alamiah), perdarahan, pecah ketuban, dan solusio plasenta.
1. Dilator higroskopis
Dilator higroskopik menyerap endoserviks dan cairan pada jaringan lokal,
menyebabkan alat tersebut membesar dalam endoserviks dan memberikan tekanan
mekanis yang terkontrol. Produk yang tersedia meliputi dilator osmotik alamiah
(misalnyaLaminaria japonicum) dan dilator osmotik sintetis (misalnya Lamicel).
Keuntungan utama dalam menggunakan dilator higroskopik ini meliputi
penempatan pasien rawat jalan dan tidak dibutuhkan pengawasan denyut jantung
janin. Laminaria umumnya digunakan sebagai metode standar pematangan serviks
7/31/2019 induksi aan
21/42
21
sebelum dilatasi dan kuretase. Teknik pemasangan dilator higroskopik dijelaskan
sebagai berikut :9
a. Perineum dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
b. Gunakan pemeriksaan spekulum yang steril untuk melihat serviks, dilatordimasukkan ke dalam endoservik, dengan ekornya diletakkan pada vagina
c. Dilator secara progresif dimasukkan sampai endoservik penuh
d. Jumlah dilator yang digunakan dicatat dalam rekam medis
e. Kassa steril diletakkan dalam vagina untuk menjaga posisi dilator
2. Balon
Alat balon memberikan tekanan mekanis secara langsung pada serviks saat
balon diisi. Dapat digunakan suatu kateter Foley (26 Fr) atau alat balon yang
didesain secara khusus. Teknik pemasangan dilator balon yaitu :9,16,17
a. Kateter dimasukkan ke dalam endoserviks melalui visualisasi langsung
atau blinddengan memastikan lokasi serviks dengan pemeriksaan vaginal
toucher dan mengarahkan kateter menelusuri tangan dan jari melalui
endoserviks dan ke dalam rongga potensial antara selaput ketuban dan
segmen bawah rahim.
b. Balon diisi dengan 3050 ml larutan fisiologis.c. Balon mengalami retraksi sehingga terletak dalam muara interna.
d. Langkah-langkah tambahan :
1) Berikan tekanan dengan menambah berat pada ujung kateter.
Tekanan yang konstan : gantungkan 1 L cairan intravena ke ujung
kateter dan letakkan pada ujung tempat tidur.
Tekanan intermiten : sentakkan ujung kateter dua atau empat kali per
jam
2) Infus cairan salin
Masukkan kateter dengan 40 ml air steril atau cairan salin.
Infus cairan salin steril pada kecepatan 40 ml per jam dengan
menggunakan pompa infus.
Lepaskan 6 jam kemudian pada saat ekspulsi spontan atau pecah
ketuban.
3) Infus prostaglandin E2
7/31/2019 induksi aan
22/42
22
Saat ini, beberapa RCT membandingkan penggunaan balon dengan infus
cairan salin ekstra amnion, laminaria, atau prostaglandin E2 (PGE2). Hasil uji
klinik ini menunjukkan bahwa masing-masing metode ini efektif untuk
pematangan serviks dan masing-masing memiliki rasio persalinan seksio sesaria
yang dapat dibandingkan pada wanita dengan serviks yang tidak matang6,14,15
(Evidence level A, RCT)
2.8 Tanda-Tanda Induksi Baik
1. Respons uterus berupa aktifitas kontraksi miometrium baik2. Kontraksi simetris, dominasi fundus, relaksasi baik (sesuai dengan tanda-tanda his
yang baik / adekuat)
3. Nilai pelvik menurut Bishop (tabel) (1)Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan
dalam guna memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan
panggul. Hasil pemerikasaan dicatat dan disimpulkan dalam satu tabel nilai pelvis.
Selaanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sbb:
a. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukanlah amniotomi. Bila 4 jamkemudian tidak ada kemajuan persalinan, berikan infus tetes oksitosin.
b. Apabila skor dibawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infus tetes oksitosin.Setelah beberapa lama berjalan, nilai kembali pelvis.
Bila skor diatas 5 lakukan amniotomi. Bila skor dibawah 5, oksitosin tetes diulangi. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan
amniotomi.
2.9 Risiko Melakukan Induksi
Risiko induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah:
1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam
pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan
rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi
caesar.
7/31/2019 induksi aan
23/42
23
2. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin
(stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus
memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu beresiko menimbulkan gawat janin, proses
induksi harus dihentikan.
3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya
pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai.
Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan
menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu
seketika.
Komplikasi
1. Terhadap ibua. Kegagalan induksib. Kelelahan ibu dan krisis emosionalc. Inersia uteri dan partus lamad. Tetania uteri yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri dan
laserasi jalan lahir.
e.
Infeksi intrauterine
(1)
.2. Terhadap janin
a. Trauma pada janin oleh tindakanb. Prolapsus tali pusatc. Infeksi intrapartal pada janin (1).
7/31/2019 induksi aan
24/42
24
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. W Nama Suami : Tn. H
Umur : 28 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kejawan Gebang I/27, Surabaya
MRS : 13 April 2012 (jam 12.03)
No RM : 615561
2. ANAMNESA1. Keluhan Utama : Bengkak kedua tungkai2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita datang ke VK pukul 12.03 dengan membawa surat rujukan dari Poli Hamil
dengan diagnosa GIP0-0 38/39 minggu TH+PEB. Sebelum dan awal kehamilan penderita
mengatakan tidak pernah mengalami pusing dan tekanan darahnya selalu normal
(120/70mmHg). Tekanan darah tinggi baru diketahui saat kontrol 1 bulan yang lalu (TD
140/90 mmHg). Kemudian kontrol dengan hasil pemeriksaan dari Poli Hamil saat ini
didapatkan tekanan darah penderita 160/100 mmHg disertai pembengkakkan pada kedua
kaki. Bengkak pada kedua kaki dirasakan sejak 2 bulan ini, makin lama makin memberat,
tapi pasien masih dapat berjalan. Tidak mengeluh pandangan kabur, tidak melihat ganda,
tidak melihat banyangan hitam. Tidak mengeluh nyeri ulu hati. Tidak sesak. Riwayat kejang
disangkal. Berat badan sebelum hamil 65 kg, dan setiap kali kontrol naik 1,5 kg. Pasien
belum merasa kenceng-kenceng selama hamil ini, tetapi sering merasa janin bergerak aktif.
Di rumah tidak keluar darah maupun lendir, tidak merasa keluar cairan ketuban
7/31/2019 induksi aan
25/42
25
Selama kehamilan, pasien kontrol ke bidan secara teratur, dan minum teratur obat-obat
yang diberikan bidan tersebut.
Pasien tidak mengeluh gangguan BAK, BAK sering dan lancar, tidak mengeluh nyeri
saat BAK, Warna air kencing kuning jernih, BAK merah sebelumnya tidak pernah dialami
pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :Hipertensi : disangkal
Diabetes mellitus: tidak ada
Asma : tidak ada
Alergi : tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga :Hipertensi : ada, pada ibu kandung
Diabetes mellitus: tidak ada
Asma : tidak ada
Alergi : tidak ada
5. Riwayat HaidMenarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 7 hari
Dismenorhea : kadang-kadang sebelum haid, tidak pernah mengeluh nyeri yang
sangat hanya seperti mulas
Fluor albus : Tidak pernah
6. Lain-lainHPHT : 15-07-2011
TP : 22-04-2012
7/31/2019 induksi aan
26/42
26
Umur kehamilan : 38-39 minggu
7. Riwayat PerkawinanMenikah : 1 kali
Lama menikah : 4 tahun
8. Riwayat Kehamilan dan PersalinanI. Aterm/spontan B/bidan //3000/ 3 tahunII. Hamil ini
9. Riwayat ANCPerawatan antenatal
Di bidan 8 kali (N)10. Riwayat KB
Suntik 3 bulanberhenti sejak 1 tahun yang lalu
3. PEMERIKSAAN FISIKTinggi badan : 159 cm
Berat badan awal : 65 kg
Berat badan hamil : 82 Kg
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Suhu (axiller) : 36,8C
RR : 20 x / menit
.
7/31/2019 induksi aan
27/42
27
a. Status Generalis
Kepala : Oedem kelopak mata - / -
Konjunctiva anemis - / -
Sclera icterus - / -
Chloasma gravidarum -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :Bentuk normal, gerak simetris, mammae membesar +/+,
hiperpigmentasi areola mammae +/+, ASI -/-
Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh - / - , Whz - / -
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : I = membesar, cembung, simetris
P = nyeri tekan (-)
P = tidak dilakukan
A = BU dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat + + oedem - -
+ + + +
Reflex patella (+/+)
b. Status Obstetri
I : Perut membesar, cembung, simetris, striae albican (-), linea nigra (+), bekas
jahitan operasi (-), scar (-)
P: TFU : 33 cm, nyeri tekan (-), oedema (-)
His : ()
Leopold I : Teraba bagian janin bulat, lunak, tidak, melenting. Kesan bokong.
TFU 33 cm
7/31/2019 induksi aan
28/42
28
Leopold II : Kesan punggung janin di sisi kiri ibu. bagian kecil dari janin sebelah
kanan, DJJ (+) 12.11.12
Leopold III : Teraba bagian janin bulat, keras, dan masih dapat digoyang. Kesan
bagian terendah janin adalah kepala dan belum masuk PAP.
Leopold IV : kepala belum masuk PAP
A : Punctum maximum di bawah pusat sebelah kiri bawah.
DJJ = 12.11.12 , frekuensi 140 x/mnt, irama teratur.
Urogenital :
Lendir ( - ), Darah ( - ), VT : (-)/bagian terendah janin masih tinggi/PS 2 UPD~ Normal Taksiran Berat Janin ( TBJ ) : ( 3312 ) x 155 gram = 3255gram
4. PEMERIKSAAN PENUNJANGDL dan UL
Hasil laboratorium 13/04/2012
Darah lengkap :
Hb : 11,5 g/dl (N: 11,4-15,1 g/dl)
Leukosit : 9.960/mm (N:4.300-11.300/mm)
Trombosit : 270.000 /mm (N : 150.000-400.000/mm)
Hct : 39,8 % (N : 38-42 %)
Urine lengkap :
BJ :1,010
pH : 7
Nitrit : (-)
Protein : 500 mg (++++)
Glukosa : N
7/31/2019 induksi aan
29/42
29
Keton : (-)
Urobilin : N
Bilirubin : (-)
Sedimen : eri : 3-5
Leuko : 1-3
Cylind : (-)
Epitel : 3-5
Bact : (-)
Cryst silinder (-)
Lain :(-)
5. RESUMENy. W, 28 tahun, Pasien kiriman poli hamil dengan GIP0-0 38/39 minggu TH+PEB,
bengkak pada kedua kaki dirasakan sejak 2 bulan ini, makin lama makin memberat, tapi
pasien masih dapat berjalan. Sebelum dan awal kehamilan penderita mengatakan tidak pernah
mengalami pusing dan tekanan darahnya selalu normal (120/70mmHg).Tekanan darah tinggibaru diketahui saat kontrol 1 bulan yang lalu (TD 140/90 mmHg). Kemudian kontrol saat ini
didapatkan tekanan darah tekanan darah 160/100 mmHg. Tidak mengeluh pandangan kabur,
tidak melihat ganda, tidak melihat banyangan hitam. Tidak mengeluh nyeri ulu hati. Tidak
sesak. Riwayat kejang disangkal.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
I. Aterm/spontan B/bidan //3000/ 3 tahunII. Hamil ini
Riwayat ANC
Perawatan antenatal
Di bidan 8 kali (N)
Riwayat KB
Suntik 3 bulanberhenti sejak 1 tahun yang lalu
7/31/2019 induksi aan
30/42
30
Pemeriksaan Fisik:
o Tekanan Darah 160/100 mmHgo Edema kedua tungkai (+)o Refleks patella (+/+)
Status obstetri:
o LI kesan bokong, TFU 33 cmo L2 puki, DJJ 12.11.12 144 x/menit, teraturo L3 bagian terendah janin adalah kepala dan belum masuk PAP.o L4 kepala belum masuk PAPo His ()o Taksiran berat janin: 3255 gramo VT : (-) / bagian terndah janin masih tinggi/PS 2o UPD ~ Normal
6. DIAGNOSAGII PI-I 38/39 minggu/T/H/IU/letak kepala/Preeklamsia berat/UPD kesan normal/ tak
inpartu/TBJ 3255 g
7. RENCANAa. Diagnosa
Laboratorium: Darah lengkap, urine lengkap, K/Na, SGOT/SGPT, BUN/ kreatinin
serum, faal hemostasis, albumin
Lain-lain: NST
b.TerapiBebaskan jalan napasPasang O2 nasal 8 lpm Inf. RD5Anti convulsan: Loading dose: Inj. 4 gr (20 cc) MgSO4 20% i.v pelan-pelan selama 15 menit Maintenance: inj. 10 gr MgSO4 40% drip dalam lart. RD5 17 tts/mnt selama
1x 24 jam
Antihipertensi: Nifedipin 3x10 mg bila tensi 140/90 mmHg
7/31/2019 induksi aan
31/42
31
Terminasi misoprostol 4x50 g /vag/6jam sampai PS 5Bila PS 5 pro OD 12 jam setelah misoprostol terakhir
c. MonitoringKesadaranVital sign (tensi, nadi, RR, suhu)Balance cairan (Cairan Masuk=Cairan Keluar + 500cc) kateterRefleks patelaMinum maksimal 1000cc/24jamHIS/ DJJ/ tanda-tanda impending eklampsi
d.EdukasiDiagnosa pasienRencana yang akan kita lakukan pada pasienKomplikasi pada ibu dan janinPro terminasi kehamilan
7/31/2019 induksi aan
32/42
32
Follow up
Tanggal S O A P
13/04/2012Jam 16.00
Jam 22.00
STU :Cm,GCS456,AICD (-),T 140/90mmHg, N88x/mnt, RR18x/mnt, tax 36.40C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 13 12 12His (-)VT : PS 2
STU :T 140/90mmHg, N90x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.7
0C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 12 12 13His (-)VT : PS 2
GII PI-I 38/39minggu/T/H/
IU/letak
kepala/Preekl
amsia
berat/UPD
kesan
normal/ tak
inpartu/TBJ
3100 g
misoprostol 1 50 g/vag/6jam pro
evaluasi pkl. 22.00
Misoprostol 2 50 g
/vag/6jam pro
evaluasi pkl. 04.00
(14/04/2012)
14/04/2012
Jam 04.00
Pandangan
kabur (-),
nyeri ulu
hati (-),
sesak (-),
gerak janin
(+) baik
STU :T 140/90mmHg, N90x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.70
C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 12 12 13His (+) jarang
VT : PS 2
Misoprostol 3 50 g
/vag/6jam pro
evaluasi pkl. 10.00
Jam 10.00 STU :T 150/90mmHg, N84x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.50
C, C/P dbnSTO :
Misoprostol 4 50 g
/vag/6jam pro
evaluasi pkl. 16.00
7/31/2019 induksi aan
33/42
33
DJJ (+) 12 13 12His (+) jarang
VT : PS 3
Jam 16.00 Pusing (-),
pandangan
kabur (-
),nyeri ulu
hati (-),
sesak (-),
gerak janin
(+) baik
STU :
Cm,GCS456,AICD (-),T 140/90mmHg, N88x/mnt, RR20x/mnt, tax 36.40C, C/P dbnSTO :DJJ (+) 13 12 12His (+)jarangVT : 1cm/ eff.