Top Banner
Edisi 1 - Juli 2018 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Platform Indonesiana adalah langkah konkret pelaksanaan amanat Undang-undang No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan melalui aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. D engan disahkannya UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan muncul kebutuhan untuk menangani kegiatan budaya secara lebih sistematis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merancang sebuah inisiatif baru, yaitu kegiatan pengembangan platform Indonesiana, sebuah struktur hubungan terpola antarpenyelenggara kegiatan budaya di Indonesia yang dibangun secara gotong-royong. Inisiatif ini dirumuskan dengan memperhatikan gejala fragmentasi kegiatan budaya dan ketiadaan standar penyelenggaraan kegiatan budaya. Gejala tersebut mencakup, antara lain: tidak jelasnya dampak kegiatan budaya dalam kehidupan masyarakat, penyelenggaraan kegiatan budaya yang minim investasi dan boros biaya, serta kondisi keberlanjutan kegiatan budaya yang memprihatinkan. Gotong-royong, meskipun nyata dalam penyelenggaraan kegiatan budaya, seringkali tidak diperhitungkan. TENTANG INDONESIANA Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Tak cukup hanya dengan Undang-undang Kebudayaan. Apa yang kau bisa, lakukan! Ajak saudara, ajak teman, ajak tetangga. Di situlah kemesraan budaya tercipta. Jabat erat!
12

Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Mar 03, 2019

Download

Documents

vuliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Edisi 1 - Juli

2018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA

Platform Indonesiana adalah langkah konkret pelaksanaan amanat Undang-undang No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan melalui aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Dengan disahkannya UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan

muncul kebutuhan untuk menangani kegiatan budaya secara lebih sistematis. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merancang sebuah inisiatif baru, yaitu kegiatan pengembangan platform Indonesiana, sebuah struktur hubungan terpola antarpenyelenggara kegiatan budaya di Indonesia yang dibangun secara gotong-royong.

Inisiatif ini dirumuskan dengan memperhatikan gejala fragmentasi kegiatan budaya dan ketiadaan standar penyelenggaraan kegiatan budaya. Gejala tersebut mencakup, antara lain: tidak jelasnya dampak kegiatan budaya dalam kehidupan masyarakat, penyelenggaraan kegiatan budaya yang minim investasi dan boros biaya, serta kondisi keberlanjutan kegiatan budaya yang memprihatinkan. Gotong-royong, meskipun nyata dalam penyelenggaraan kegiatan budaya, seringkali tidak diperhitungkan.

T E N TA N G I N D O N E S I A N A

Indonesiana: Gotong-royong KebudayaanTak cukup hanya dengan Undang-undang Kebudayaan. Apa yang kau bisa, lakukan!Ajak saudara, ajak teman, ajak tetangga.Di situlah kemesraan budaya tercipta.

Jabat erat!

Page 2: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Padahal, festival berpotensi menjadi ajang untuk menguatkan karakter budaya bangsa. Festival juga dapat menjadi wahana untuk menumbuh-kembangkan identitas budaya yang memperlihatkan bukan hanya keunikan melainkan juga ketersambungan daerah. Studi kegiatan menegaskan kegiatan budaya memberikan lahan yang subur bagi tumbuh-kembangnya s i n e r g i a n t a r p e m a n g k u kepentingan, sehingga mendorong efisiensi penyelenggaraannya. Itulah sebab, dalam menjalankan mandat UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memusatkan perhatian kepada kegiatan budaya, diawali dengan penyelenggaraan festival.

Dengan latar belakang inilah, platform Indonesiana dirumuskan. Pihak-pihak yang bergotong-royong diharapkan akan membentuk dan memperoleh cara serta fasilitas untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan budaya. Pelaku budaya akan membentuk dan memperoleh jalan untuk memantapkan pengembangan kegiatan budayanya.

Kegiatan-kegiatan budaya yang difasilitasi oleh Indonesiana d i l a k s a n a k a n d e n g a n memperhitungkan 2 tataran (tata kelola dan manajemen penyelenggaraan), 3 dimensi

(perancangan dan pengelolaan substansi, pengelolaan pengunjung, kualitas pelayanan dan pengelolaan SDM), dan 4 bidang pelaksanaan (kuratorial dan produksi, kehumasan dan publikasi, kerja sama dan pendukungan, pengelolaan pengetahuan).

Pada tataran tata kelola, Bidang Kuratorial dan Produksi mengidentifikasi dan memastikan terjadinya penguatan ekosistem obyek pemajuan kebudayaan kegiatan; Bidang Kehumasan dan Publikasi mengidentifikasi dan menegaskan identitas budaya daerah penyelenggara kegiatan; Bagian Kerja Sama dan Pendukungan mengidentifikasi dan memastikan terbangunnya kerja sama antarpihak yang berkomitmen mendukung kegiatan; terakhir, Bagian Pengelolaan Pengetahuan memantau dan mengevaluasi kegiatan guna mengembangkan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun platform Indonesiana. Seluruh fungsi tersebut didukung pula oleh bagian Kesekretariatan yang mengawasi kerja administrasi dan mengembangkan Standar Nasional Indonesia yang bersifat umum.

Di tataran penyelenggaraan, dalam dimensi perancangan dan pengelolaan substansi, Bidang Kuratorial membuat skema proses kurasi dan produksi, serta

mengadvokasi penyelenggara dalam proses tersebut. Bidang Kehumasan dan Publikasi membuat skema branding, merancang strategi penyebaran informasi, mendesain arsitektur layanan informasi hotline, mengadvokasi penyelenggara dalam proses tersebut, serta menjalankan tugas-tugas mereka di tingkat nasional.

Kemudian, Bagian Kerja Sama dan Pendukungan mengidentifikasi material (teknologi, SDM) dan fasilitas yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan, mengadvokasi penyelenggara dalam proses tersebut, serta menjalankan tugas-tugas mereka di tingkat nasional. Bagian Pengelolaan Pengetahuan menganalisis data penyelenggaraan kegiatan, menghimpun dan menyebarkan informasi terkait, menyelenggarakan semiloka penguatan di seluruh bidang pelaksanaan dan bidang Pemantauan dan Evaluasi, serta mengembangkan bank data kegiatan kurasi dan produksi guna mendukung pemajuan kebudayaan di tingkat nasional.

Page 3: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

International Gamelan Festival

Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi

Mengusung tema “homecoming”, International Gamelan Festival tahun ini diharap mampu menjadi semacam arena mudik bagi kelompok-kelompok gamelan yang telah berdiaspora di berbagai belahan dunia.

International Gamelan Festival (IGF) merupakan salah satu

kegiatan yang diselenggarakan di bawah platform Indonesiana dan yang akan dihelat 9 - 17 Agustus 2018 di tanah sucinya, Solo.

Salah satu program Indonesiana ialah penguatan penyelengaraan festival. Terkait IGF, penguatan yang diberikan oleh Tim Indonesiana adalah penyusunan strategi humas dan publikasi dalam rangka menggalang partisipasi masyarakat dan memperkuat ekosistem budaya dalam penyelenggaraan IGF. Kegiatan penguatan humas dan publikasi ini diselenggarakan selama 2 hari di Solo pada tanggal 11 - 13 Mei 2018 dalam suasana yang sangat bersahabat dan produktif dengan melibatkan sejumlah budayawan, komunitas anak muda, serta pengajar yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan IGF.

Ruang lingkup penguatan diutamakan pada perumusan pemosisian IGF dalam skena budaya baik di lingkup lokal, nasional maupun internasional, serta identifikasi saluran media yang tepat sasaran. Mudiknya gamelan akan menjadi sebuah ajang yang kuat dan berpotensi menjadi festival yang berkelanjutan 5 sampai 10 tahun mendatang. Penonton yang sebagian besar adalah masyarakat Jawa Tengah diajak untuk menjadi bagian dari festival dengan berperan sebagai tuan rumah.

Tahun 2018 ini, platform Indonesiana menghimpun 13 kegiatan besar di 9 daerah, salah satunya Festival Fulan Fehan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, yang akan digelar di sepanjang bulan Juli.

Bupati Belu menjelaskan komitmennya dalam pelaksanaan Festival Fulan Fehan yang memiliki beberapa rangkaian kegiatan, termasuk di dalamnya Festival Kampung Adat Foho Rai yang akan dilaksanakan pertama kali pada 3 Juli 2018.

Tim Indonesiana melihat bahwa perlu adanya pendampingan untuk Festival Kampung Adat Foho Rai di Belu dengan melakukan lokakarya bertema “Penguatan Kapasitas Penyelenggaraan Festival”. Diselenggarakan selama 3 hari dari tanggal 24 s.d. 26 Mei 2018, lokakarya ini dibagi menjadi 4 topik besar: Pengelolaan Pengetahuan, Kurasi dan Kuratorial, Produksi, serta Humas dan Publikasi; dan dalam beberapa agenda: presentasi pengetahuan oleh narasumber, diskusi kelompok terpumpun, sesi tanya-jawab, serta presentasi pengetahuan dan hasil diskusi oleh masing-masing kelompok.

Lokakarya ini pun memberikan kesan yang positif terhadap para peserta yang terdiri dari para praktisi seni dan budaya, pemangku kebijakan, pemangku adat dan anak muda yang hasratmemajukan ekosistem kebudayaan. Mereka merasakan adanya kepemilikan dalam membuat sebuah festival dan merasa mendapatkan informasi baru dalam menyelenggarakan sebuah kegiatan. Mereka pun berharap dengan adanya lokakarya ini festival-festival berikutnya dapat dilaksanakan dengan perencanaan yang lebih baik.

Festival Fulan Fehan

Indonesiana di Festival Kampung Adat Foho Rai

L I P U TA N

Page 4: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Gamelan telah mengembara jauh dari negeri asalnya. Sebagaimana layaknya manusia yang telah bertahun-tahun melakukan pengembaraan, penting untuk sesekali pulang kembali ke tempat muasalnya.

Gamelan telah ada dan menjadi bagian kehidupan sehari-hari

masyarakat Jawa lebih dari seribu tahun lalu. Relief-relief pada panel-panel rupadhatu candi Borobudur, memberi gambaran bahwa ia telah menjadi bagian dari aktivitas masyarakat kala itu. Tatkala negeri-negeri dari mana tradisi gamelan itu berasal surut dan tergantikan oleh negeri-negeri baru dengan sistem ketatanegaraan yang baru, gamelan masih meneruskan eksistensinya dalam masyarakat. 

Gamelan telah mengalami persebaran, bukan saja secara

geografis, tetapi juga mengalami penyesuaian dari sisi bentuk, fungsi, dan posisi dalam masyarakatnya. Sudah sejak berabad lalu, gamelan menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara bahkan hingga ke pelosok dunia, membentuk berbagai komunitas gamelan di Eropa, Amerika, Australia, dan Asia. Ia menemukan tempat-tempat hidupnya yang baru, diapresiasi oleh beraneka masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di negeri-negeri diaspora. Gamelan juga mengalami persebaran ke berbagai media ungkap seni seperti tari, teater, sinema, media visual, sastra, juga musik industri. Singkatnya, gamelan bukan lagi semata mata sebuah bentuk ekspresi musik, melainkan telah menjadi suatu bentuk ekspresi kultural.

Mengusung tema “Homecoming”, Gamelan International Festival 2018 diharapkan mampu mencipta semacam arena mudik bagi kelompok-kelompok gamelan yang telah berdiaspora di berbagai belahan dunia dan dalam beraneka corak perkembangan dan fungsi. Sebagaimana halnya peristiwa mudik, Gamelan International Festival diharapkan pula dapat menjadi

momentum silaturahmi dan ziarah kultural yang membangkitkan dan merawat ingatan-ingatan, menumbuhkan rasa bangga, mengkonstruksi kembali identitas dan merajut angan-angan tentang masa depan yang harmonis, toleran, setara melalui cara-cara yang estetis sebagaimana layaknya sebuah ansambel gamelan. 

Akan turut mewarnai kelompok-kelompok gamelan Nusantara, tidak kurang dari 14 kelompok gamelan mancanegara mengonfirmasi untuk hadir dan ambil bagian dalam gelaran International Gamelan Festival (IGF) 2018 yang akan di gelar pada tanggal 9 s.d. 17 Agustus di Solo. Mereka berasal dari Amerika, Inggris, Irlandia, Belanda, Jepang, Hongaria, Malaysia, Thailand, Singapura. Selain pertunjukan gamelan, IGF 2018 juga menyuguhkan konferensi, workshop maupun pameran.

Lalu, bagaimana rupa wujud gamelan setelah berkelana di berbagai penjuru dunia? Akankah ia kembali pulang dengan membawa pesona keindahan, keberagaman, dan membawa konstruksi identitas yang baru? Kita nantikan saja kepulangannya.

International Gamelan Festival

Menanti Kepulangan Gamelan di International Gamelan Festival

P R O F I L F E S T I V A L

Page 5: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Festival Fulan Fehan : Sabana Dengan Seribu Epos

Kabupaten Belu, NTT, menyelenggarakan Festival Fulan Fehan sebagai bagian dari Indonesiana 2018. Sebuah ruang terbuka yang luas dan indah, sekira 26 km dari Atambua, Fulan Fehan adalah lembah di kaki Gunung Lakaan yang terletak di Kabupaten Belu, sebuah wilayah perbatasan antara Republik Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste.

Festival Fulan Fehan yang diselenggarakan pada Oktober

mendatang akan mengangkat khazanah seni yang bermula dari mitos asal-usul manusia di kawasan tersebut, yakni Tarian Likurai, sebuah upacara penyambutan bagi para pahlawan perang yang ditarikan kaum perempuan dengan menggunakan kolo kolo bui muk sebagai instrumen tarian dan dibawakan di depan rumah adat. Kini, tidak adanya lagi peperangan. Tarian Likurai akhirnya dipentaskan dalam acara-acara resmi adat atau sebagai bentuk penyambutan tamu di Belu. Pada 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Tarian

Likurai sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

Festival Fulan Fehan mengangkat Tari Likurai sebagai cara untuk menguatkan ekosistem penunjang satuan budaya ini, juga menjadi cara untuk mengungkapkan nilai-nilai kerja sama, keramahtamahan, saling menghargai, saling berinteraksi, dan toleransi. Puncak festival adalah tampilan tarian akbar, melibatkan sekitar 1.500 penari di Lembah Fulan Fehan, disutradarai dan dikoreografikan oleh Eko Supriyanto yang berkolaborasi dengan seniman-seniman asal Belu seperti Rainer Koli, Pius Fahik, dan Marsela Klau.

Sebelum tampilan akbar di Lembah Fulan Fehan, diselenggarakan Festival Kampung Adat Foho Rai di 5 kampung adat, yaitu di Matabesi, Raimanuk, Nualain-Duarato dan Dirun. Festival Foho Rai merupakan ekosistem penunjang Tari Likurai yang, sebagai satuan budaya yang diangkat dalam Festival Fulan Fehan, dipampangkan dalam habitat muasalnya, yaitu kampung adat yang disangga oleh komunitas adat.

“Foho Rai”, atau secara harfiah berarti gunung dan tanah dalam

bahasa setempat, melambangkan kampung halaman atau tanah asal. Secara tradisional Foho Rai bisa berarti kerajaan, tempat tinggal, ulayat, kebun, dsb. Foho Rai juga bisa berarti tanah atau kampung leluhur, yakni tanah leluhur yang diperjuangkan dengan keringat dan darah. Pemaknaan tanah leluhur mengandung nilai adat yang sangat dalam yang mempengaruhi seluruh tata keyakinan tradisional dan praktek ritual masyarakat adat di Belu. 

Di lima kampung adat yang akan menjadi tempat perhelatan acara, akan digelar berbagai ritual. Di samping ritual inti di tiap kampung adat, diselenggarakan juga safari keliling kampung, berkunjung ke bukit batu, gua tradisional, pohon dan air suci, ksadan (balai pertemuan tradisional), pusat tenun serta keunikan rumah-rumah adat. Kegiatan-kegiatan lain adalah bazar kuliner, gerai dan lokakarya tenun, pertunjukan teater, pertunjukan sastra, pertunjukan budaya pantun (Aikbabelen), cerita rakyat dan fabel (Aikanoik), syair tradisional tentang sejarah kampung dalam bahasa Indonesia dan bahasa Tetun, hingga menari bersama, Tarian Likurai dan Tebe.

P R O F I L F E S T I V A L

Page 6: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan, mulai dari instansi kementerian terkait, pusat kebudayaan negara sahabat hingga pihak swasta, untuk bersinergi dengan program Indonesiana melalui skema kerja sama, sponsorship, dan kemitraan.

Sekretariat Indonesiana

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kompleks Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Gedung E, Lantai 6Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Indonesia 10270

t. +62 21 572 5542 e. [email protected]

Bagian Kerja Sama dan Sponsorship

Lanny Losung - koordinator t. +62 856 4300 4485e. [email protected]

TAHAP PERENCANAAN

PENGHIMPUNAN &PENGOLAHAN DATA

1. Survei dan/atau Riset2. Review proposal

kegiatan bersama tim Kurasi dan Produksi

3. Pembuatan Basis Data

PENGEMBANGAN INSTRUMEN

1. Template Proposal2. Template Laporan

Kunjungan3. Desain Kajian

Penyelenggaraan4. Instrumen Kajian

Penyelenggaraan

PENYUSUNANDOKUMEN

1. TOR / KAK Indonesiana2. Modul Umum

Indonesiana3. Modul Monitoring dan

Evaluasi4. Modul Pengelolaan

Pengetahuan

TAHAP PERSIAPAN

KUNJUNGAN LAPANGAN & PENGOLAHAN DATA

1. Penyusunan & Dokumentasi Laporan Kunjungan

2. Pengisian Basis Data

PERUMUSAN INFORMASI UNTUK KEPERLUAN INTERNAL

1. Basis Data Daring2. Informasi Dasar untuk

Laman Indonesiana bersama Tim Humas dan Publikasi

3. Suplai Informasi untuk Bidang bidang Lain

PENYELENGGARAAN LOKAKARYA

1. Kurasi dan Produksi2. Kehumasan, Publikasi

dan Kerjasama3. Monitoring dan Evaluasi

TAHAP PELAKSANAAN

MONITORING FESTIVAL

( Menggunakan Instrumen Kajian Penyelenggaraan Festival )

DOKUMENTASI PENYELENGGARAANFESTIVAL

( Teks, Foto & Audio Visual )

PENGHIMPUNAN & PEMBAHARUAN BASIS DATA

TAHAP PASCA KEGIATAN

EVALUASI FESTIVAL

PENGEMASAN HASIL DOKUMENTASI BEST PRACTICE & LESSONS LEARNED MENJADI PRODUK BUKU / KATALOG

LAPORAN EVALUASI & REKOMENDASI UNTUK INDONESIANA 2019

PEMBAHARUAN BASIS DATA

Mekanisme Kerja Indonesiana

Page 7: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

We invite all stakeholders, from relevant ministry agencies, cultural centers of partner countries to private parties, to synergize with the Indonesiana program through cooperation schemes, sponsorships and partnerships.

Indonesiana Secretariat

Directorate General of CultureKompleks Kementerian Pendidikan & KebudayaanBuilding E, 6th FloorJl. Jenderal Sudirman, Senayan,Jakarta, Indonesia10270

t. +62 21 572 5542 e. [email protected]

Cooperation and Sponsorship Division

Lanny Losung - Coordinator t. +62 856 4300 4485e. [email protected]

Planning Phase

DATA COLLECTION AND PROCESSING

1 Survey and/or research2 Proposal review of activ-

ities and events with the Curating and Production team

3 Creation of a database

DEVELOPMENT OF INSTRUMENT

1 Proposal Template2 Visit Report Template3 Organization

Assessment Design4 Organization

Assessment Instrument

DOCUMENT ARRANGEMENT

1 Indonesiana Term of Reference

2 General Module of Indonesiana

3 Monitaring and Evaluation M-odule

4 Information Management Module

Preparation Phase

FIELD VISIT & DATA PROCESSING

1 Arrangement & Documentation of Field Visits

2 Database Input

FORMULATION OF INFORMATION FOR INTERNAL PURPOSES

1 Online Database2 General Information for

Indonesiana Pages with Public Relations and Publication Team

3 Information Supply for Other Divisions

ORGANIZATION OF WORKSHOPS

1 Curation and Production2 Public Relations,

Publication, and Cooperation

3 Monitoring and Evaluation

Execution Phase

FESTIVAL MONITORING

Using the Organization Assessment Instrument for the festival

DOCUMENTATION OF FESTIVAL ORGANIZATION

Texts, Pictures, & Audio Visual

DATABASE COLLECTION AND UPDATES

Post Event Phase

FESTIVAL EVALUATION

PRESENTATION OF RESULTS BEST PRACTICES & LESSONS LEARNED DOCUMENTATION AS A BOOK / CATALOGUE

REPORT OF EVALUATION AND RECOMMENDATION FOR INDONESIANA 2019

DATABASE UPDATE

Mechanism of Indonesiana

Page 8: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Fulan Fehan Festival : A Savanna Of A Thousand Tales

The Belu District, East Nusa Tenggara, will organize the Fulan Fehan Festival as a part of the Indonesiana 2018. Approximately 26 km from Atambua lays a beautiful and vast open space called the Fulan Fehan. It is a valley located at the foot of Mount Lakaan in Belu District which is a border area between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of Timor Leste.

The Fulan Fehan Festival, held in the upcoming October, will

present a treasure that originated from a myth of human origins in that region called the Likurai Dance, a welcoming ceremony dedicated to war heroes, performed by women using kolo kolo bui muk as a dance instruments in front of their traditional house. Since there are no more wars, the Likurai Dance is performed in official traditional ceremonies or as a welcoming gesture for guests in Belu. In 2016, the Ministry of Education and Culture made the Likurai Dance an Indonesian intangible cultural heritage.

The Fulan Fehan Festival chose the Likurai Dance as a way to strengthen the ecosystem that supports this culture and also to demonstrate the values of cooperation, hospitality, mutual respect, communication and tolerance. The highlight of this festival will be the grand dance ,involving around 1.500 dancers in Fulan Fehan Valley, directed and choreographed by Eko Supriyanto in collaboration with such as Rainer Koli, Pius Fahik, and Marsela Klau.

Before the grand spectacle in the Fulan Fehan Valley, the Foho Rai Traditional Village Festival will be showcased in 5 traditional villages: Matabesi, Raimanuk, Nualain-Duarato, and Dirun.The creation of the Foho Rai Festival is designed to show the ecosystem supporting the Likurai Dance that will be presented in its original habitat, which is a traditional village, and will be supported by its traditional community.

“Foho Rai”, which lexically means mountain and land in its local language, symbolizes homeland.

According to tradition, Foho Rai means kingdom, dwelling, region, garden, etc. It could also be interpreted as land or ancestral village which is secured by the blood of sweat of their ancestors. This interpretation contains strong values of tradition that influence all of the traditional beliefs and ritual practices of the indigenous people in Belu.

Various rituals will be held in the five traditional villages hosting this event. In addition to the main ritual in each traditional village, there will also be safari tour around the village, visit to rocky hills, traditional caves, sacred trees and sacred water, ksadan (traditional meeting hall), weaving hub, as well as unique traditional houses. Other activities include culinary bazaar, weaving display and workshops, theatrical and literature performances, cultural performance of pantun or rhyming (Aikbabelen), folklores and fables (Aikanoik), traditional poems about the village’s history in Indonesian and Tetun language, as well as the Likurai and Tebe Dance.

F E S T I V A L P R O F I L E

Page 9: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

Gamelan has traveled far away from its home country. Similar to humans who have wandered for years away from their country, it is important to return home every now and then.

Gamelan has existed and became part of the daily

lives of Javanese people for over a thousand years. Engravings on the rupadhatu walls in Borobudur Temple illustrated that gamelan was one of people’s activities at that time. When the countries from where the gamelan tradition originated receded and then replaced by new countries with new state systems, gamelan still continued its presence in the society.

Gamelan had gone through not only a geographical expansion, but also adaptation of forms, functions, and position in people’s l ives. For centuries, gamelan expanded to various regions in the archipelago and abroad, creating numerous gamelan communities in Europe, the United States, Australia, and Asia. Gamelan found new places to live in where it is appreciated by a variety of people and was integrated in the daily lives of countries abroad. It also experienced an extension to a wide range of artistic media such as dance, theater, cinema, visual media, as well as the music industry. In summary, gamelan is no longer merely a form of musical expression, but it has become a cultural statement.

Car ry ing the theme o f

“Homecoming”, the International Gamelan Festival 2018 hoped to create a sort of homecoming reunion for gamelan groups that have explored various parts of the world through a range of development and different funct ions. Similar to mudik

(homecoming), the International Gamelan Festival is also expected to become a momentum of gathering and cultural pilgrimage that awakens memories, flourishes people’s pride, reconstructs our identity, and sparks dreams about a harmonious and tolerant future through beautiful means, as though it was a gamelan ensemble.

No less than 14 gamelan groups from abroad had confirmed their participation in the International Gamelan Festival ( IGF) 2018 which will be held on the 9th until the 17th of August in Solo. These groups originated from the United States, England, Ireland, the Netherlands, Japan, Hungary, Malaysia, Thailand, and Singapore. In addition to gamelan performances, the IGF 2018 will also offer conferences, workshops and exhibitions.

And so what would gamelan look like after having traveled around the world? Would it return home carrying its beauty, diversity, and maybe a new identity? We shall look forward to its return.

International Gamelan Festival

Waiting For The Return Of Gamelan In The International Gamelan Festival

F E S T I V A L P R O F I L E

Page 10: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

International Gamelan Festival

Mutual Collaboration BuildsPublic Relations & Publication Strategy

Using the theme “homecoming”, the International Gamelan Festival this year is expected to become a sort of mudik (homecoming) arena for gamelan groups who have explored various parts of the world.

The International Gamelan Festival (IGF) is one of

Indonesiana platform’s events and will be held on the 9th until 17th of August 2018 in gamelan’s holy land, Solo.

O n e o f I n d o n e s i a n a’s programs is to improve festival organizations. The strength provided by the Indonesiana Team related to the IGF is the planning of public relations and publication strategy in order to mobilize people’s participation and reinforce the ecosystem of culture in its organization. This public relations and publication activity was held for 2 days in Solo on 11th until 13th of May 2018 in a very friendly and productive atmosphere, involving a number of cultural actors, youth communities, as well as teachers who were directly implicated in the organization of the IGF.

The scope of this reinforcement prioritized the IGF’s positioning within the local, national, as well as international cultural program, as well identifying the appropriate media. The gamelan tour will become a powerful event and has the potential to become a sustainable event for the next 5 to 10 years. Most of the audience will be people of Central Java who are also invited to be a part of this festival as hosts.

This year, the Indonesiana platform brings together 13 large activities in 9 regions, one of which is the Fulan Fehan Festival in Belu Regency, East Nusa Tenggara that will be held throughout the month of July.

The Mayor of Belu expressed his commitment in the organization of the Fulan Fehan Festival, which will include several activities including the Foho Rai Traditional Village Festival that was held for the first time on July 3rd, 2018.

The Indonesiana Team noticed the need of assistance for this Foho Rai Traditional Village Festival in Belu and conducted a workshop with the theme of “Capacity Building for Festival Organizations”. Held for 3 days from the 24th until 26th of May 2018, this workshop was divided into 4 major topics: Knowledge Management, Curation and Curatorial, Production, and Public Relations and Publications. On its agenda were also a presentation given by a speaker, focused group discussion, question and answer sessions, and also presentation of discussion results from each groups.

This workshop also gave a positive impression to the participants who consisted of artists, stakeholders, culture conservators, and youths who wished to improve the ecosystem of our culture. They felt the responsibility of creating a festival and received new information in organizing an event. They also hoped that, with the help of this workshop, future festivals could be organized with better planning

Fulan Fehan Festival

Indonesiana in the Foho RaiTraditional Village Festival

N E W S

Page 11: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

In reality, festivals could be an opportunity to strengthen the character of our national cultures. Festivals could also be an instrument to nourish our cultural identity by showing not only its uniqueness, but also the connection between different regions in Indonesia. A study insisted that cultural activities and events could provide a fertile soil to improve the synergy between stakeholders, thereby boosting the efficiency of these cultural activities and events. This was the reason why, while carrying out the mandate of Law No. 5 of 2017, the Ministry of Education and Culture chose to focus its attention on cultural activities and events, starting with festivals.

The Indonesiana platform was formulated based on this background. Collaborating parties are expected to establish and obtain the means and resources to increase cultural activities’ effectiveness and efficiency. Cultural figures will form a path to stabilize the development of their cultural activities.

The cultural activities and events supported facilitated by Indonesiana are carried out by taking into account 2 levels (control system and organization management), 3 dimensions (design and substance management , management of visitors, service quality and

management of human resources), and 4 areas of implementation (curatorial and production, public relations and publication, cooperation and support, and knowledge management).

On the control system level, the Curatorial and Production Division identifies and ensures the ecosystem reinforcement to improve cultural activities and events; the Public Relations and Publication Division identifies and accentuates the cultural identity of the areas that organize the activities and events; the Cooperation and Support Division identifies and ensures the synergy between parties who are committed to support the activities and events; lastly, the Knowledge Management Division monitors and evaluates each activity in order to expand the knowledge and information needed to improve the Indonesiana platform. All of these functions are supported by the Secretarial Division that oversees administrative tasks and develops the general Indonesian National Standard.

O n t h e o rg a n i z a t i o n management level, within the design and substance management, the Curatorial Division creates the concept of curation and production process, and also advocates the organizers in that process. The

Public Relations and Publication Division creates a branding concept, plans the strategy of information distribution, devises the hotline information service, advocates the organizers in that process, and carries out their tasks at a national level.

Subsequently, the Cooperation and Support Division identifies the materials (technology, human resources), and facilities needed to organize the activities and events, advocates the organizers in that process, as well as performs their duties at a national scale. The Knowledge Management Division analyzes the data for activity organization, collects and diffuses related information, organizes workshops for reinforcement in all areas of organization and in the Monitoring and Evaluation division, as well as develops data banks for curatorial activities and production in order to support the culture development at a national scale.

Page 12: Indonesiana: Gotong-royong Kebudayaan Indonesiana_01...International Gamelan Festival Gotong-royong Membangun Strategi Humas dan Publikasi Mengusung tema “homecoming”, International

1st Edition - July

2018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANREPUBLIK INDONESIA

The Indonesiana Platform is a concrete step for the implementation of Law No. 5 of 2017 regarding Cultural Progress through actions involving various stakeholders.

After the legalization of Law No. 5 of 2017 regarding Cultural Progress, there was

a need to deal with cultural activities in a more systematic way. In order to meet that need, the Ministry of Education and Culture planned a new initiative: the development of the Indonesiana platform, which is a systemized framework of relations between organizers of cultural events in Indonesia that is organized collectively.

This initiative was formulated while focusing on signs of fragmentation on cultural activities and the absence of standards for cultural events. These signs included the unclear impact of cultural activities on people’s lives, very little investments and high costs of cultural events, as well as its worrying sustainability. Mutual cooperation, although crucial when organizing cultural events, is often not taken into account.

A B O U T I N D O N E S I A N A

Indonesiana: Mutual Collaboration For CultureCulture Laws are not enough.Contribute in any way you can!Invite your relatives, friends, and neighbors.Cultural festivity will then manifest.

Cherish it!