Top Banner
Indikator Asam Basa Pengertian Indikator Asam Basa Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada larutan, dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator asam basa biasanya adalah asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa pada konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan warna, yang menandakan kisaran pH. Penggunaan Indikator Asam Basa Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang sesuai, kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari perubahan warna larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai dengan kisaran pH yang sesuai dengan jenis indikator. Indikator yang Biasa Digunakan Di bawah ini ada beberapa indikator asam basa yang sering digunakan. Indikator dapat bekerja pada larutan, maupun alkohol sesuai dengan sifatnya. Inilah contoh indikator yang digunakan untuk mengetahui pH. Indikator pp berwarna pink saat basa dan tak berwarna saat asam
62

Indikator Asam Basa

Dec 02, 2015

Download

Documents

Ana Romlah Aza
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Indikator Asam Basa

Indikator Asam Basa Pengertian Indikator Asam Basa

Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada larutan, dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator asam basa biasanya adalah asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa pada konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan warna, yang menandakan kisaran pH.

Penggunaan Indikator Asam Basa

Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang sesuai, kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari perubahan warna larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai dengan kisaran pH yang sesuai dengan jenis indikator.

Indikator yang Biasa Digunakan

Di bawah ini ada beberapa indikator asam basa yang sering digunakan. Indikator dapat bekerja pada larutan, maupun alkohol sesuai dengan sifatnya. Inilah contoh indikator yang digunakan untuk mengetahui pH.

Indikator pp berwarna pink saat basa dan tak berwarna saat asam

Daftar indikator asam basa lengkap

IndikatorRentang

pHKuantitas penggunaan per 10

mlAsam Basa

Timol biru 1,2-2,8 1-2 tetes 0,1% larutan merah kuning

Pentametoksi merah 1,2-2,31 tetes 0,1% dlm larutan 0% alkohol

merah-ungu tak berwarna

Page 2: Indikator Asam Basa

Tropeolin OO 1,3-3,2 1 tetes 1% larutan merah kuning

2,4-Dinitrofenol 2,4-4,01-2 tetes 0,1% larutan dlm 50% alkohol

tak berwarna

kuning

Metil kuning 2,9-4,01 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

merah kuning

Metil oranye 3,1-4,4 1 tetes 0,1% larutan merah oranyeBromfenol biru 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru-unguTetrabromfenol biru 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biruAlizarin natrium sulfonat

3,7-5,2 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu

α-Naftil merah 3,7-5,01 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

merah kuning

p-Etoksikrisoidin 3,5-5,5 1 tetes 0,1% larutan merah kuningBromkresol hijau 4,0-5,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biruMetil merah 4,4-6,2 1 tetes 0,1% larutan merah kuningBromkresol ungu 5,2-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning unguKlorfenol merah 5,4-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merahBromfenol biru 6,2-7,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru

p-Nitrofenol 5,0-7,0 1-5 tetes 0,1% larutantak berwarna

kuning

Azolitmin 5,0-8,0 5 tetes 0,5% larutan merah biruFenol merah 6,4-8,0 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

Neutral merah 6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

merah kuning

Rosolik acid 6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

kuning merah

Kresol merah 7,2-8,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

α-Naftolftalein 7,3-8,71-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

merah mawar

hijau

Tropeolin OOO 7,6-8,9 1 tetes 0,1% larutan kuningmerah mawar

Timol biru 8,0-9,6 1-5 tetes 0,1% larutan kuning biru

Fenolftalein (pp) 8,0-10,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

tak berwarna

merah

α-Naftolbenzein 9,0-11,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

kuning biru

Timolftalein 9,4-10,61 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

tak berwarna

biru

Nile biru 10,1-11,1 1 tetes 0,1% larutan biru merahAlizarin kuning 10,0-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning lilac

Salisil kuning 10,0-12,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

kuningoranye-coklat

Diazo ungu 10,1-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu

Tropeolin O 11,0-13,0 1 tetes 0,1% larutan kuningoranye-coklat

Nitramin 11,0-13,01-2 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

tak berwarna

oranye-coklat

Page 3: Indikator Asam Basa

Poirrier's biru 11,0-13,0 1 tetes 0,1% larutan biru ungu-pink

Asam trinitrobenzoat 12,0-13,4 1 tetes 0,1% larutantak berwarna

oranye-merah

Indikator Asam Basa Alami

Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami. Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam basa alami antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang mempunyai warna (anggrek, kamboja jepang, bunga sepatu, asoka, bunga kertas). Cara membuat indikator asam basa alami adalah:

1. Menumbuk bagian bunga yang berwarna pada mortar.2. Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan ekstrak cair.3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.4. Menguji dengan meneteskan larutan asam  dan basa pada ekstrak, sehingga ekstrak

dapat berubah warna.

Inilah hasil pengamatan beberapa indikator asam basa alami

ndikatorAsam Basa

RentangpH

Kuantitaspenggunaan per 10 ml

Asam Basa

Timol biru 1,2-2,8 1-2 tetes 0,1% larutan merah kuningPentametoksimerah

1,2-2,31 tetes 0,1% dlm larutan 0% alkohol

merah-ungu

takberwarna

Page 4: Indikator Asam Basa

Tropeolin OO 1,3-3,2 1 tetes 1% larutan merah kuning

2,4-Dinitrofenol 2,4-4,01-2 tetes 0,1% larutan dlm 50% alkohol

takberwarna

kuning

Metil kuning 2,9-4,01 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

merah kuning

Metil oranye 3,1-4,4 1 tetes 0,1% larutan merah oranyeBromfenol biru 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru-unguTetrabromfenol biru 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biruAlizarin natrium sulfonat

3,7-5,2 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu

α-Naftil merah 3,7-5,01 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

merah kuning

p-Etoksikrisoidin 3,5-5,5 1 tetes 0,1% larutan merah kuningBromkresolhijau

4,0-5,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru

Metilmerah

4,4-6,2 1 tetes 0,1% larutan merah kuning

Bromkresolungu

5,2-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu

Klorfenolmerah

5,4-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

Bromfenolbiru

6,2-7,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru

p-Nitrofenol 5,0-7,0 1-5 tetes 0,1% larutantakberwarna

kuning

Azolitmin 5,0-8,0 5 tetes 0,5% larutan merah biruFenolmerah

6,4-8,0 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

Neutralmerah

6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

merah kuning

Rosolikacid

6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

kuning merah

Kresolmerah

7,2-8,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah

α-Naftolftalein 7,3-8,71-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

merahmawar

hijau

Timolbiru

8,0-9,6 1-5 tetes 0,1% larutan kuning biru

Fenolftalein(pp)

8,0-10,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol

takberwarna

merah

α-Naftolbenzein 9,0-11,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

kuning biru

Timolftalein 9,4-10,61 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

takberwarna

biru

Nilebiru

10,1-11,1 1 tetes 0,1% larutan biru merah

Alizarin 10,0-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning lilac

Page 5: Indikator Asam Basa

kuningSalisilkuning

10,0-12,01-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol

kuningoranye-coklat

 4. Bunga SepatuBunga sepatu merupakan salah satu  indikator alami asam basa. Bagaimana caranya? Percobaan indikator asam basa ini cukup mudah, tumbuk saja mahkota bunga sepatu. Peras airnya. Misal masih kurang tambahkan sedikit air lalu pisahkan menjadi dua wadah. Sekarang masukkan cuka makan ke wadah satu dan air kapur ke wadah  lainnya. larutan bunga sepatu yang berwarna merah akan berubah menjadi biru jika terkena larutan basa (air kapur) dan tetap merah jika terkena larutan asam (cuka makan).

5. Indikator Asam Basa Alami lainnyaSelain bunga sepatu atau Hibiscus rosa-sinensis ada masih banyak lagi indikator alami yang bisa digunakan, misalnya seperti kamboja, bunga terompet (warna puti keunguan), kunyit, anggrek dan lain-lain. Berikut ini tabel indikator asam basa alami

1)      Merah Kresol ( Red Cresol )

Page 6: Indikator Asam Basa

Merah kresol (nama lengkap: o-Cresolsulfonephthalein) adalah triarylmethane pewarna yang

sering digunakan untuk memantau pH dalam akuarium.

Merah kresol dapat digunakan di berbagai reaksi biologi molekular umum di tempat pewarna

dermaga lainnya. Merah kresol tidak menghambat polimerase Taq ke tingkat yang sama

seperti lainnya pewarna loading umum.

Merah kresol juga dapat digunakan sebagai penanda warna untuk memantau proses

elektroforesis agarosa gel dan elektroforesis gel poliakrilamid. Dalam 1% agarose gel itu

berjalan kira-kira pada ukuran 125 pasangan basa (pb) DNA molekul (tergantung pada

konsentrasi buffer dan komponen lainnya). Bromofenol biru dan cyanol xilena juga dapat

digunakan untuk tujuan ini.

2)      Jingga metil (methyl Orange)

Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan

yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:

Sekarang, anda mungkin berfikir bahwa ketika anda menambahkan asam, ion hidrogen akan

ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk memulainya.

Cresol Red (pH indicator)

below pH 7.2 above pH 8.8

7.2 ↔ 8.8

Page 7: Indikator Asam Basa

Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap

nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:

Anda memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada kasus

lakmus – tetapi warnanya berbeda.

Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna ketika anda menambahkan

asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus lakmus – bedanya adalah warna.

Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning

menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral. Ini akan diekplorasi

dengan lebih lanjut pada bagian bawah halaman.

3)      Lakmus

Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita

sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit"

adalah molekul asam lemah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam

air. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:

Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.

Page 8: Indikator Asam Basa

Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda

menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada

kesetimbangan ini.

Penambahan ion hidroksida:

Penambahan ion hidrogen:

Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:

Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua

warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari

keduanya.

Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat

alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus,

terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang menjadi

alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan

anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.

4)      Fenolftalein (PP)

Page 9: Indikator Asam Basa

Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein ini

merupakan bentuk asam lemah yang lain.

Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.

Contoh indicator phenolphtalein

Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan

mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion

hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya – mengubah

indikator menjadi merah muda.Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran

warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini

sulit untuk mendeteksinya dengan akurat.

5)      Biru bromotymol ( Bromthymol blue )

Bromothymol biru (juga dikenal sebagai phthalein sulfon bromothymol, Bromthymol Blue,

dan BTB) adalah indikator kimia untuk asam lemah dan basa. kimia ini juga digunakan untuk

Page 10: Indikator Asam Basa

mengamati kegiatan fotosintesis atau indikator pernapasan (berubah kuning sebagai CO2

ditambahkan).

Bromothymol biru bertindak sebagai asam lemah dalam larutan. Dengan demikian dapat

berupa terprotonasi atau terdeprotonasi, muncul kuning dan biru masing-masing. Hal ini hijau

kebiruan dalam larutan netral. Hal ini biasanya dijual dalam bentuk padat sebagai garam

natrium indikator asam. Hal ini juga menemukan penggunaan sesekali di laboratorium

sebagai slide biologis noda. Pada titik ini sudah biru, dan menjatuhkan satu atau dua

digunakan pada slide air. Slip cover ditempatkan di atas tetesan air dan spesimen di

dalamnya, dengan warna biru campuran masuk Hal ini kadang-kadang digunakan untuk

mendefinisikan dinding sel atau inti di bawah mikroskop.

Bromothymol biru banyak digunakan untuk mengukur zat yang akan memiliki tingkat asam

atau dasar relatif rendah (dekat dengan pH netral). Hal ini sering digunakan dalam

pengelolaan pH kolam dan tangki ikan, dan untuk mengukur keberadaan asam karbonat

dalam cairan.

Sebuah demonstrasi sifat umum pH BTB's indikator melibatkan mengembuskan melalui

tabung ke dalam larutan netral BTB. Seperti karbon dioksida diserap dari nafas ke dalam

larutan, membentuk asam karbonat, solusi perubahan warna dari hijau ke kuning. Dengan

demikian, BTB umumnya digunakan dalam kelas-kelas sains sekolah menengah untuk

menunjukkan bahwa semakin bahwa otot yang digunakan, semakin besar output CO2.

below pH 6.0 above pH 7.6

6.0 ↔ 7.6

Bromothymol juga digunakan dalam kebidanan untuk mendeteksi ketuban pecah dini. cairan

ketuban biasanya memiliki bromothymol pH> 7,2, sehingga akan berubah biru ketika dibawa

kontak dengan cairan bocor dari amnion. Sebagai pH vagina normal bersifat asam, warna

biru menunjukkan adanya cairan ketuban. Pengujian mungkin palsu-positif di hadapan zat

alkalin lain seperti darah, air mani, atau di hadapan vaginosis bakteri.

6)      Timol biru ( Thymol Blue )

Page 11: Indikator Asam Basa

Timol biru (thymolsulphonephthalein) adalah bubuk kristal hijau kecoklatan atau coklat

kemerahan yang digunakan sebagai indikator pH. Hal ini tidak larut dalam air tetapi larut

dalam alkohol dan larutan alkali encer. Ini transisi dari merah ke kuning pada pH 1,2-2,8 dan

dari kuning ke biru pada pH 8,0-9,6.

7)      Metil Kuning ( Methyl Yellow )

Metil kuning, atau C.I. 11.020, adalah senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai indikator

pH.

Methyl yellow (pH indicator)

below pH 2.9 above pH 4.0

2.9 ↔ 4.0

Page 12: Indikator Asam Basa

Dalam larutan air pada pH rendah, kuning metil muncul merah. Antara pH 2,9, dan 4,0 metil

kuning mengalami transisi, menjadi kuning di atas pH 4,0.

Indikator tambahan yang tercantum dalam artikel tentang indikator pH.

Sebagai "kuning mentega" agen telah digunakan sebagai bahan tambahan makanan sebelum

toksisitasnya diakui (Opie EL)

8)      Merah Metil ( Methyl Red )

Metil merah, juga disebut C.I. Asam Merah 2, merupakan zat warna indikator yang berubah

merah dalam larutan asam. Ini adalah zat warna azo, dan merupakan bubuk kristal berwarna

merah tua.Metil merah merupakan indikator pH, melainkan merah pada pH di bawah 4,4,

kuning pada pH lebih dari 6.2, dan oranye di antara, dengan pKa 5,1 .Murexide dan merah

metil yang diteliti sebagai peningkat menjanjikan kehancuran SONOKIMIA polutan

hidrokarbon diklorinasi.Metil merah digolongkan oleh IARC dalam kelompok 3 -

unclassified untuk potensial karsinogenik pada manusia. Sebagai zat warna azo, Metil Merah

dapat dibuat dengan diazotization asam antranilat, diikuti dengan reaksi dengan

dimethylaniline.

Di mikrobiologi, merah metil digunakan dalam Metil Merah (MR) Test, digunakan untuk

mengidentifikasi bakteri penghasil asam yang stabil melalui mekanisme fermentasi asam

campuran glukosa (lih. Voges-Proskauer (VP) test).Uji metil merah adalah "M" bagian dari

empat tes IMViC digunakan untuk karakterisasi bakteri enterik. Uji metil merah digunakan

untuk mengidentifikasi bakteri enterik berdasarkan pola metabolisme glukosa mereka. Semua

enterics awalnya menghasilkan asam piruvat dari metabolisme glukosa. Beberapa enterik

kemudian gunakan jalur asam diramu untuk metabolisme asam piruvat menjadi asam lain,

seperti asam laktat, asetat, dan format. Bakteri ini disebut Escherichia coli metil-merah positif

dan menyertakan dan Proteus vulgaris. enterics lain yang kemudian menggunakan jalur glikol

Page 13: Indikator Asam Basa

buytylene untuk metabolisme asam piruvat ke produk akhir-netral. Bakteri ini disebut metil-

merah-negatif dan termasuk Serratia marcescens dan Enterobacter aerogenes.

9)         Metil Violet

Methyl violet 2B (C24H28N3Cl)

Methyl violet adalah keluarga senyawa organik yang terutama digunakan sebagai pewarna.

Tergantung pada jumlah kelompok metil melekat, warna pewarna dapat diubah. Kegunaan

utamanya adalah sebagai pewarna ungu untuk tekstil dan memberikan warna ungu jauh di

dalam cat dan tinta. 10B Methyl violet (dikenal dengan banyak nama berbeda) memiliki

keperluan medis

Methyl violet 2B (pH indicator)

below pH 0.0 above pH 1.6

0.0 ↔ 1.6

Istilah metil violet mencakup tiga senyawa yang berbeda dalam jumlah kelompok metil

terikat pada gugus fungsional amina. Mereka semua larut dalam air, etanol, glikol dietilena

glikol dan dipropylene

10)  Malachite Hijau

           Malachite hijau merupakan senyawa organik yang digunakan sebagai Dyestuff dan telah muncul sebagai agen kontroversial di akuakultur. Malachite hijau secara tradisional

Page 14: Indikator Asam Basa

digunakan sebagai pewarna untuk bahan seperti sutra, kulit, dan kertas. Meskipun hijau malachite disebut, senyawa ini tidak berhubungan dengan perunggu mineral - nama hanya berasal dari kesamaan warna.Struktur dan sifatMalachite Green adalah anggota dari garam triphenylcarbenium, diklasifikasikan dalam industri zat warna sebagai pewarna triarylmethane. Secara formal, Malachite Green mengacu pada garam klorida [C6H5C (C6H4N (CH3) 2) 2] Cl, meskipun Malachite Green istilah digunakan secara longgar dan sering hanya mengacu pada kation berwarna. Garam oksalat juga dipasarkan. Anion klorida dan oksalat tidak berpengaruh pada warna. Warna hijau kuat dari hasil kation dari sebuah band serapan kuat pada 621 nm (kepunahan koefisien 105 M-1cm-1).

Malachite green (first transition) (pH indicator)

below pH 0.2 above pH 1.8

0.2 ↔ 1.8

Malachite green (second transition) (pH indicator)

below pH 11.5 above pH 13.2

11.5 ↔ 13.2

Malachite hijau disusun oleh larutan benzaldehida dan dimethylaniline untuk memberikan leuco hijau malachite (LMG):

C6H5CHO + 2 C6H5N(CH3)2 à C6H5CH(C6H4N(CH3)2)2 + H2O

Kedua, senyawa ini leuco tidak berwarna, yang relatif triphenylmethane, teroksidasi untuk kation yang MG:C6H5CH(C6H4N(CH3)2)2 + HCl + 1/2 O2 à [C6H5C(C6H4N(CH3)2)2]Cl + H2O

   Agen pengoksidasi khas adalah mangan dioksida.

Di sebelah kiri adalah leuco-Malachite Green (LMG) dan di sebelah kanan adalah dua struktur resonansi setara kation MG. Turunan carbinol MG berasal dari LMG oleh penggantian CH unik oleh C-OH.Hidrolisis MG memberikan bentuk carbinol:

[C6H5C(C6H4N(CH3)2)2]Cl + H2O à C6H5C(OH)(C6H4N(CH3)2)2 + HClalkohol Hal ini penting karena, tidak MG, melintasi membran sel. Setelah masuk sel, itu dimetabolisme menjadi LMG. Hanya MG kation adalah sangat berwarna, sedangkan LMG

Page 15: Indikator Asam Basa

dan turunannya carbinol tidak. Perbedaan ini timbul karena hanya berupa kationik telah memperpanjang pi-delokalisasi, yang memungkinkan molekul untuk menyerap cahaya tampak.

Tabel . GUGUS CHROMOPHORE INDIKATOR ASAM BASA

No Indikator Asam Basa Gugus Chromophore

1. Kresol Red ( Red Cresol ) Nitro dan Quinoid Group

2. Jingga metil (Methyl orange) Azo Group

3. Lakmus Nitro dan Quinoid Group

4. Fenolftalein (PP)                 Quinoid dan Carbonil group

5. Biru bromotymol ( Bromothymol blue ) Quinoid Group          

6. Timol biru ( Thymol Blue ) Carbonil Group dan Quinoid Group.

7. Metil Kuning ( Methyl Yellow )               Azo group dan Quinoid group

8. Merah Metil ( Methyl Red )        Quinoid group

9. Metil Violet Azo dan Quinoid Group

10.

Malachite Hijau Azo dan Quinoid Group

    Pentingnya pKind

Berpikirlah tentang indikator yang umum, HInd – dimana "Ind" adalah bagian indikator yang

terlepas dari ion hidrogen yang diberikan keluar:

Page 16: Indikator Asam Basa

Karena hal ini hanya seperti asam lemah yang lain, anda dapat menuliskan ungkapan K a

untuk indikator tersebut. Kita akan menyebutnya Kind untuk memberikan penekanan bahwa

yang kita bicarakan di sini adalah mengenai indikator.

Pikirkanlah apa yang terjadi pada setengah reaksi selama terjadinya perubahan warna. Pada

titik ini konsentrasi asam dan ion-nya adalah sebanding. Pada kasus tersebut, keduanya akan

menghapuskan ungkapan Kind.

anda dapat menggunakan hal ini untuk menentukan pH pada titik reaksi searah. Jika anda

menyusun ulang persamaan yang terakhir pada bagian sebelah kiri, dan kemudian

mengubahnya pada pH dan pKind, anda akan memperoleh:

Hal itu berarti bahwa titik akhir untuk indikator bergantung seluruhnya pada harga pK ind.

Untuk indikator yang kita miliki dapat dilihat dibawah ini:

    Rentang pH indikator

Indikator tidak berubah warna dengan sangat mencolok pada satu pH tertentu (diberikan oleh

harga pKind-nya). Malahan, mereka mengubah sedikit rentang pH.

Indikator pKind

lakmus 6.5

jingga metil 3.7

fenolftalein 9.3

Page 17: Indikator Asam Basa

Dengan mengasumsikan kesetimbangan benar-benar mengarah pada salah satu sisi, tetapi

sekarang anda menambahkan sesuatu untuk memulai pergeseran tersebut. Selama terjadi

pergeseran kesetimbangan, anda akan memulai untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih

banyak lagi pembentukan warna yang kedua, dan pada beberapa titik mata akan mulai

mendeteksinya.

Sebagai contoh, jika anda menggunakan jingga metil pada larutan yang bersifat basa maka

warna yang dominan adalah kuning. Sekarang mulai tambahkan asam karena itu

kesetimbangan akan mulai bergeser.

Pada beberapa titik akan cukup banyak adanya bentuk merah dari jingga metil yang

menunjukkan bahwa larutan akan mulai memberi warna jingga. Selama anda melakukan

penambahan asam lebih banyak, warna merah akhirnya akan menjadi dominan yang mana

anda tidak lagi melihat warna kuning.

Terjadi perubahan kecil yang berangsur-angsur dari satu warna menjadi warna yang lain,

menempati rentang pH. Secara kasar "aturan ibu jari", perubahan yang tampak menempati

sekitar 1 unit pH pada tiap sisi harga pKind.

Harga yang pasti untuk tiga indikator dapat kita lihat sebagai berikut:

Perubahan warna lakmus terjadi tidak selalu

pada rentang pH yang besar, tetapi lakmus

berguna untuk mendeteksi asam dan basa pada lab karena perubahan warnanya sekitar 7.

Jingga metil atau fenolftalein sedikit kurang berguna.

Berikut ini dapat dilihat dengan lebih mudah dalam bentuk diagram.

Indikator pKind pH rentang pH

Lakmus 6.5 5 – 8

jingga

metil

3.7 3.1 – 4.4

fenolftalein 9.3 8.3 – 10.0

Page 18: Indikator Asam Basa

Gambar  2.Diagram Perubahan warna lakmus terhadap pH

Sebagai contoh, jingga metil akan berwarna kuning pada tiap larutan dengan pH lebih besar

dari 4.4. Hal ini tidak dapat dibedakan antara asam lemah dengan pH 5 atau basa kuat dengan

pH 14.

    Pemilihan Indikator untuk Titrasi

Harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi yang mana anda memiliki campuran dua zat pada

perbandingan yang tepat sama. anda tak pelak lagi membutuhkan pemilihan indikator yang

perubahan warnanya mendekati titik ekivalen. Indikator yang dipilih bervariasi dari satu

titrasi ke titirasi yang lain.

a)      Asam kuat vs basa kuat

Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat.

Bagian yang diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk jingga metil dan

fenolftalein.

Page 19: Indikator Asam Basa

Gambar 3. Pengaruh pH terhadap penambahan asam kuat pada basa kuat

anda dapat melihat bahwa tidak terdapat perubahan indikator pada titik ekivalen.

Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen tersebut yang menunjukkan tidak

terdapat perbedaan pada volume asam yang ditambahkan apapun indikator yang anda pilih.

Akan tetapi, hal tersebut berguna pada titrasi untuk memilihih kemungkinan warna terbaik

melalui penggunaan tiap indikator.

Jika anda mengguanakan fenolftalein, anda akan mentitrasi sampai fenolftalein berubah

menjadi tak berwarna (pada pH 8,8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik

ekivalen.

Dilain pihak, dengan menggunakan jingga metil, anda akan mentitrasi sampai bagian pertama

kali muncul warna jingga dalam larutan. Jika larutan berubah menjadi merah, anda

mendapatkan titik yang lebih jauh dari titik ekivalen.

b)     Asam kuat vs basa lemah

Gambar 4. Pengaruh pH terhadap penambahan asam kuat pada basa lemah

Page 20: Indikator Asam Basa

Kali ini adalah sangat jelas bahwa fenolftalein akan lebih tidak berguna. Akan tetapi jingga

metil mulai berubah dari kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen.anda

memiliki pilihan indiaktor yang berubah warna pada bagian kurva yang curam.

c)      Asam lemah vs basa kuat

Gambar 5. Pengaruh pH terhadap penambahan asam lemah pada basa kuat

Kali ini, jingga metil sia-sia! Akan tetapi, fenolftalein berubah warna dengan tepat pada

tempat yang anda inginkan.

d)     Asam lemah vs basa lemah

Kurva berikut adalah untuk kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding lemahnya –

sebagai contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan

terletak pada pH yang lain.

Page 21: Indikator Asam Basa

Gambar 6. Pengaruh pH terhadap penambahan asam lemah pada basa kuat

Anda dapat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir

perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali.

Ini memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau

mengakhirinya pada titik eqivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke

kasus yang lain, anda tidak dapat mengeneralisirnya.

Secara keseluruhan, anda tidak akan pernah mentitrasi asam lemah dan asam basa melalui

adanya indikator.

    Contoh pemakaian indikator phenolftalein dan jingga metal pada

larutan natrium karbonat dan asam hidroklorida encer

Berikut ini adalah kasus yang menarik. Jika anda menggunakan fenolftalein atau jingga metil,

keduanya akan memberikan hasil titirasi yang benar – akan tetapi harga dengan fenolftalein

akan lebih tepat dibandingkan dengan bagian jingga metil yang lain.

Hal ini terjadi bahwa fenolftalein selesai mengalami perubahan warnanya pada pH yang tepat

dengan titik ekivalen pada saat untuk pertamakalinya natrium hidrogenkarbonat terbentuk.

Page 22: Indikator Asam Basa

Perubahan warna jingga metil dengan tepat terjadi pada pH titik ekivalen bagian kedua

reaksi.

     

   II.            TITRASI REDOKS ( Oksidasi-Reduksi )

Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetri baik untuk zat anorganik

maupun organik.Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi

redoks dapat menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi.

Selain itu cara sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator. Titrasi redoks

melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit.Titrasi redoks banyak

dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator

atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman

anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan

kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan

menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.

Berdasarkan jenis oksidator atau reduktor yang dipergunakan dalam titrasi redoks, maka

dikenal beberapa jenis titrimetri redoks seperti iodometri, iodimetri danm permanganometri.

1)      Iodimetri dan Iodometri

Teknik ini dikembangkan berdasarkan reaksi redoks dari senyawa iodine dengan natrium

tiosulfat. Oksidasi dari senyawa iodine ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :

I2 + 2 e à 2 I-          Eo = + 0,535 volt

Sifat khas iodine cukup menarik berwarna biru didalam larutan amilosa dan berwarna merah

pada larutan amilopektin. Dengan dasar reaksi diatas reaksi redoks dapat diikuti dengan

menggunaka indikator amilosa atau amilopektin.

Analisa dengan menggunakan iodine secara langsung disebut dengan titrasi iodimetri. Namun

titrasi juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan iodida, dimana larutan tersebut

diubah menjadi iodine, dan selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat, titrasi tidak

iodine secara tidak langsung disebut dengan iodometri. Dalam titrasi ini digunakan indikator

amilosa, amilopektin, indikator carbon tetraklorida juga digunakan yang berwarna ungu jika

mengandung iodine.

Page 23: Indikator Asam Basa

2)      Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi redoks menggunakan larutan standar Kalium

permanganat. Reaksi redoks ini dapat berlangsung dalam suasana asam maupun dalam

suasana basa. Dalam suasana asam, kalium permanganat akan tereduksi menjadi Mn2+

dengan persamaan reaksi :

MnO4- + 8 H+ + 5 e à Mn2+ + 4 H2O

Berdasarkan jumlah ellektron yang ditangkap perubahan bilangan oksidasinya, maka berat

ekivalen Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau 31,606.

Dalam reaksi redoks ini, suasana terjadi karena penambahan asam sulfat, dan asam sulfat

cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat. Larutan permanganat berwarna ungu,

jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator tidak diperlukan. Namun

jika larutan permangant yang kita pergunakan encer, maka penambahanindikator dapat

dilakukan. Beberapa indikator yang dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil

antranilat.

Analisa dengan cara titrasi redoks telah banyak dimanfaatkan, seperti dalam analisis vitamin

C (asam askorbat). Dalam analisis ini teknik iodimetri dipergunakan. Pertama-tama, sampel

ditimbang seberat 400 mg kemudian dilarutkan kedalam air yang sudah terbebas dari gas

carbondioksida (CO2), selanjutnya larutan ini diasamkan dengan penambahan asam sulfat

encer sebanyak 10 mL. Titrasi dengan iodine, untuk mengetahui titik akhir titrasi gunakan

larutan kanji atau amilosa.

INDIKATOR REDOKS

A.    Indikator Redoks Reversibel

Tidak semua indikator redoks dapat dipakai untuk sembarang titrasi redoks. Pemilihan

indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titrat dan titrant, dengan perkataan

lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari

pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung.

Untuk titrasi dengan Ce4+ dapat dipakai Ferroin; sedangkan untuk titrasi dengan Cr2O7 =

Ferroin tidak cocok karena potensial perubahan ferroin terlalu tinggi dibandingkan dengan

potensial TE. Maka dipakai difenilamin atau difenilamin sulfonat. Sebenarnya kedua

indikator ini kebalikan dari ferroin dalam arti potensial peralihannya terlalu rendah. Namun

dengan asam fosfat 3 M kesulitan ini teratasi karena potensial TE diturunkan sehingga sesuai

Page 24: Indikator Asam Basa

untuk penggunaan difenilamin atau garam sulfonatnya. Penurunan potensial terjadi karena

asam fosfat (H3PO4) mengkompleks Fe3+ tetapi tidak mengkompleks Fe2+, sehingga

konsentrasi Fe3+ bebas selalu rendah. Berikut Beberapa Contoh – contoh Indikator Redoks

yang sering digunakan:

            1. Kompleks Fe ( II ) – ortofenentrolin

                                Suatu golongan senyawa organik yang dikenal dengan nama 1,10

fenantrolin ( Ortofenantrolin ) yang membentuk kompleks yang stabil dengan Fe ( II ) dan

ion-ion lain melalui kedua atom N pada struktur induknya. Sebuah ion Fe2+ berikatan

dengan tiga buah molekul fenantrolin dan membentuk kelat dengan struktur.

Kompleks ini terkadang disebut FERROIN dan ditulis (Ph)3Fe2+ agar sederhana. Besi yang

terikat dalam ferroin itu mengalami oksidasi reduksi secara reversible.

Walaupun kompleks (Ph)3 Fe2+ berwarna biru muda, dalam kenyataannya, warna dalam

titrasi berubah dari hampir tak berwarna menjadi merah. Karena kedua warna berbeda

intensitas, maka titik akhir dianggap tercapai pada saat baru 10 % dari indikator berbentuk

(Ph)3Fe2+. Oleh sebab itu maka potensial peralihannya kira – kira 1,11 Volt dalam larutan

H2SO4 1 M.

Diantara semua indikator redoks, Ferroin

paling mendekati bahan yang ideal. Perubahan

warnanya sangat tajam, larutannya mudah

dibuat dan sangat stabil. Bentuk teroksidasinya

amat tahan terhadap oksidator kuat. Reaksinya cepat dan reversibel. Diatas 60 oC, Ferroin

terurai.

2. Difenilamin dan turunannya

Phenanthroline Fe(II) (Redox indicator)

E0= 1.06 V

Reduced ↔ Oxidized

This box: view · talk · edit

Page 25: Indikator Asam Basa

Ditemukan pertama kali dan penggunaannya dianjurkan oleh Knop pada tahun 1924 untuk

titrasi Fe2+ dengan kalium bikhromat.

Reaksi pertama membentuk difenilbenzidine yang tak berwarna; reaksi ini tidak reversibel.

Yang kedua membentuk violet difenilbenzidine, reversibel dan merupakan reaksi indikator

yang sebenarnya.

Potensial reduksi reaksi kedua kira – kira 0.76 volt. Walaupun ion H+ tampak terlibat,

ternyata perubahan keasaman hanya berpengaruh kecil atas potensial ini, mungkin karena

asosiasi ion tersebut dengan hasil yang berwarna itu.

Kekurangan difenilamain antara lain ialah indikator ini harus dilarutkan dalam asam sulfat

pekat karena sulit larut dalam air. Hasil oksidasi ini membentuk endapan dengan ion

Wolfram sehingga dalam Analisa , ion tersebut tidak dapat dipakai. Akhirnya ion merkuri

memperlambat reaksi indikator ini. Derivat difenilamin yaitu Asam Difenilamin Sulfonat,

tidak mempunyai kelemahan – kelemahan diatas :

         Garam Barium atau Natrium dari asam ini dapat digunakan untuk membuat larutan indikator

dalam air dan sifatnya serupa dengan induknya.

          Perubahan warna sedikit lebih tajam, dari tak berwarna , melalui hijau menjadi violet.

          Potensial peralihannya 0.8 volt dan juga tak tergantung dari konsentrasi asam. Asam

sulfonat derivat ini sekarang banyak digunakan dalam titrasi redoks.

B.     Indikator Redoks Irreversibel

Indikator ini digunakan pada titrasi Bromatometri. Contoh yang sering digunakan adalah

Methyl Red (MR) dan Methyl Orange (MO).

Reaksi yang terjadi berupa oksidasi dari indikator MR atau MO menjadi senyawa yang tidak

berwarna oleh Brom bebas (Br2). Brom ini berasal dari :

KBrO3 + HCl à KCl + HBr + 3 O

2 HBr + O à H2O + Br2

Br2 + MO / MR à Teroksidasi (Tidak berwarna)

C.    Indikator Redoks Khusus (Tidak terpengaruh Potensial redoks)

Indikator ini dipakai pada Iodometri dan Iodimetri, indikator yang biasa digunakan adanya

Page 26: Indikator Asam Basa

Amylum dan Chloroform. Pemakaian indikator ini tidak terpengaruh oleh naik turunnya

bilangan oksidasi atau potensial larutan, melainkan berdasarkan pembentukan kompleks

dengan iodium.

1.      Amylum

Penggunaan Indikator ini berdasarkan pembentukan kompleks Iod-Amylum yang larut

dengan Iodium (I2) yang berwarna biru cerah. Mekanisme pewarnaan biru ini karena

terbentuknya suatu senyawa dala dari amilum dan atom iod. Fraksi Amilosa-amilum

mempunyai bentuk helikal dan dengan itu membentuk celah berbentuk saluran. Dalam

saluran itu terdapat suatu rantai iod linear, Warna biru disebabkan oleh ketujuh elektron luar

atom Iod yang mudah bergerak.

I2 + Amylum à Iod-Amylum (biru)

Iod-Amylum + S2O32- à Warna Hilang

Setelah penambahan titrant Tiosulfat maka kompleks ini dipecah dan bila konsentrasi Iod

habis maka warna biru tadi akan hilang. Penambahan indikator amylum sebaiknya menjelang

titik akhir titrasi karena kompleks iod-amilum yang terbentuk sukar dipecah pada titik akhir

titrasi sehingga penggunaan Tiosulfat kelebihan berakibat terjadi kesalahan titrasi. Bila Iod

masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini

mengganggu perubahan warna pada titik akhir titrasi.

2.      Chloroform

Penggunaan indikator ini untuk titrasi Iodometri, berdasarkan fungsi Chloroform sebagai

pelarut organik yang melarutkan iodium dalam fase organik (fase nonpolar). Melarutnya

Iodium dalam Chloroform memberi warna violet. Hal ini patut dipahami karena Iodium sukar

larut dalam air, larut hanya sekitar 0,0013 mol perliter pada suhu 25O C. Tetapi sangat

mudah larut dalam larutan KI karena membentuk Ion TriIodida (I3-) dan dalam Chloroform.

Setelah penambahan titrant Tiosulfat maka Iodium akan diubah menjadi Iodida dan bila

konsentrasi iod habis maka warna violet tadi akan hilang.

Page 27: Indikator Asam Basa

III.            TITRASI PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks

(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi

dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–

reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup

luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh

reaksi titrasi kompleksometri :

Ag+ + 2 CN-   à Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- à HgCl2

(Khopkar, 2002).

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik

melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit

terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi

ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).

Titrasi kompleksometri adalah titrasi  berdasarkan pembentukan senyawa kompleks

antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang

banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina

tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks

dengan perbandingan 1 : 1, beberapa valensinya:

Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari

larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu.

Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya

logam hidroksida.

Page 28: Indikator Asam Basa

Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat

membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion

logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.

Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan

ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.

Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal

sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat

pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O

(Khopkar, 2002).

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah

satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat

berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-

nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per

molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA)

yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang

dalam molekul (Rival, 1995).

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar

ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak

asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam,

yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam

larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang

ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba

dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan

indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya

mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut

indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T;

pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam

salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).

Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala

ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion

Page 29: Indikator Asam Basa

perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-

sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi

pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk

kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu

(Rival, 1995).

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai

tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan

pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga

sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan

akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya

selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau

tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-

indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin

agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke

kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas

dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus

sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi

sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan

dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada

pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+

dengan indikator murexide (Basset, 1994).

Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan

penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen

maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil

dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat

diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan

percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya

EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi,

1993).

Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks dipergunakan oleh kimiawan

dalam prosedur titrimetrik maupun gravimetrik. Molekul yang bertindak sebagai ligan

biasanya memiliki atom elektronegatif, misalnya nitrogen, oksigen, atau salah satu dari

halogen. Ligan yang hanya mempunyai sepasang electron tak dipakai bersama, misalnya

NH3, dikatakan unidentat. Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua

Page 30: Indikator Asam Basa

ikatan dengan atom sentral dikatakan bidentat. Suatu contoh adalah etilendiamin

NH2CH2CH2NH2 dengan kedua atom nitrogen mempunyai pasangan electron tak terpakai

bersama. Ion tembaga (II) membentuk kompleks dengan dua molekul etilendiamin seperti

berikut :

Cincin heterosiklik terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan dua atau lebih

gugus fungsioanal dalam ligan dinamakan cincin khelat; molekul organiknya pereaksi

pembentuk khelat, dan kompleksnya dinamakan khelat atau senyawa khelat. Penggunaan

analitik didasarkan pada penggunaan pereaksi khelat sebagai titran untuk ion-ion logam telah

menunjukan pertumbuhan menarik.

Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi pembentukan

larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hash berupa kompleks. Untuk

dapat dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus

memenuhi persyaratan umum amok titrasi, make kompleks yang terjadi hams stabil. Titrasi

ini biasanya digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan

menggunakan NaaEDTA sebagai titran pembentuk kompleks (Tim Penyusun, 1983).

Tabel.  Kompleksometri

Logam Ligan Kompleks Bilangan

koordinasi

Logam

Geometri Reaktivitas

Ag+ NH3 Ag(NH3)2+ 2 Liniar Labil

Hg2+ Cl- HgC12 2 Liniar Labil

Cu2+ NH3 Cu(NH3)42+ 4 Tetrahedral Labil

Ni2+ CN- Ni(CN)42- 4 Persegi

planar

Labil

Co2+ H2O CO(H2O)62+ 6 Oktahedral Labil

Co3+ NH3 Co(NH3)63+ 6 Oktahedral Inert

Cr3+ CN- Cr(CN)63- 6 Oktahedral Inert

Fe 3+ CN- Fe(CN)63- 6 Oktahedral Inert

Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng, cadmium, dan merkuri

(II) membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti amoniak dan trine. Beberapa ion

logam lain, misalnya alumunium, timbale, dan bismuth lebih baik berkompleks dengan ligan

Page 31: Indikator Asam Basa

dengan atom oksigen sebagai donor electron. Beberapa pereaksi pembentuk khelat, yang

mengandung baik oksigen maupun nitrogen terutama efektif dalam pembentukan kompleks

stabil dengan berbagai logam. Dari ini yang terkenal ialah asam etilendiamintetraasetat,

kadang-kadang dinyatakan asam etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :

Istilah chelon telah disarankan sebagai nama umum untuk seluruh golongan peereaksi,

termasuk poliamin seperti trine, asam poliamino karboksilat seperti EDTA, dan senyawa

sejenis membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam, larut dalam air dan karenanya dapat

dipergunakan sebagai titran logam dan titrasinya disebut titrasi khelometrik.

Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik dari banyak unsur logam

dan merupakan hal yang sangat penting dalam banayak lapangan. Reaksi pengkomplekan

dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul pelarut atau lebih yang

terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang terikat oleh pada ion pusat

disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan

dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan

sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat,

yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau

pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka

molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan koordinasi

dengan ion logam yang lama, ligan itu disebut bidentat. Ligan multidental mempunyai

lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan termodinamik dari satu spesi

merupakan ukuran sejaidi mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi

tertentu, jika sistem itiu dibiarkan mencapai kesetimbangan (Vogel, 1994).

Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan

karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi reaksi

intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut

disebut "zwitter ion". EDTA dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih

mudah larut daripada bentuk asamnya (Syafei, 1998)

Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul

pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain, gugus yang

terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau

sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasi atas dasar banyaknya titik lekat

kepada ion logam. Ligan sederhana seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H20 atau

NH3 adalah monodentat, yaitu ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik

oleh penyumbangan atau pasangan elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai

Page 32: Indikator Asam Basa

dua atom, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua

ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan

multidentat mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan

termodinamik dari satu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan terbentuk

dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan mencapai kesetimbangan

Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat, EDTA, maupun senyawa

anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan metal yang stabil, diperlukan

ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA

dengan Ca. Ion logam terkoordinasi dengan pasangan electron dari atom-atom N-EDTA dan

juga dengan keempat gugus karboksil yangh terdapat pada molekul EDTA (Winarno,

1982).

Ligan dapat menghambat proses oksidasi, senyawa ini merupakan sinerjik anti oksidan

karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalisis proses oksidasi (Winarno,

1982).

1.      Titrasi Khelometrik

EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion

logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empas gugus karboksil. Dalam hal-hal lain,

EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang

mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dengan

logamnya. Untuk memudahkan, bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y. Dalam

larutan yang cukup asam, protonasi sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari

kompleks iogam mungkin terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY-; tetapi

pada kondisi biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan dengan ion

logam. Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin menembus lingkungan

koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH) Y3- dapat terjadi.

2.      Efek Kompleks

Zat-zat lain dari titran kilon yang mungkin ada dalam larutan ion logam dapat membentuk

kompleks dengan logamnya dan dengan demikian bersaing dengan reaksi titrasi yang

diinginkan. Sebenarnya pembentukan kompleks demikian kadang-kadang dengan

pertimbangan digunakan untuk mengatasi interferensi, yang dalam hal ini efek dari

pengompleks disebut penutupan. Dengan ion-ion logam tertentu yang dengan mudah

terhidrolisa, mungkin perlu untuk menambahkan ligan pengompleks agar mencegah

pengendapan hidroksida logam. Jika tetapan stabilitas untuk semua kompleks diketahui,

maka efek pembentukan kompleks terhadap reaksi titrasi EDTA dapat dihitung.

Page 33: Indikator Asam Basa

3.      Efek Hidrolisa

Hidrilisa ion logam mungkin bersaing dengan proses titran khelometrik. Peningkatan pH

membuat efek ini lebih jelek dengan penggeseran ke keseimbangan yang benar dari jenis

M2+ + H2O à M(OH)+ H+

Hidrolisa secara ekstensif dapat mengakibatkan pengendapan hidroksida yang hanya bereaksi

dengan EDTA secara perlahan-lahan, bahkan apabila pertimbangan-pertimbangan

keseimbangan menguntungkan pembebtukkan khelonat logam. Sekali pun seringkali tetapan

hidrolisa yang cocok untuk ion-ion logam tidak tersedia, dan karenanya pengaruh ini

sering tidak dapat dihitung dengan teliti.

4.      Cara-cara Titrasi EDTA

Titrasi secara khelatometri telah dilakukan dengan baik terhadap semua kation biasa.

Jenis-jenis titrasinya adalah :

a. Titrasi langsung, dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan menggunakan

indicator logam. Pereaksi pembentukan kompleks, seperti sitrat dan tartrat, sering

ditambahkan untuk pencegahan endapan hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH

9 sampai 10 sering digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak

(Underwood, 1994).

b. Titrasi kembali, digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTA lambat atau apabila

indicator yang sesuai tidak ada. EDTA berlebih ditambahkan berlebih dan yang bersisa

dititrasi dengan larutan standar Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator.

Kompleks Mg-EDTA mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak

digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk menentukan logam dalam endapan,

seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca dalam CaSOa (Underwood, 1994).

c. Titrasi substitusi, berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion logam yang

ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang mengandung kompleks Mg-EDTA ditambahkan

dan ion logam, misalnya M2+, menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative

lemah itu (Underwood, 1994).

d. Titrasi secara tidak langsung, beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain penentuan sulfat

dengan menambahkan larutan baku barium berlebihan dan menitrasi kelebihan tersebut

dengan EDTA. Juga pospat sudah ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang

tidak terlalu sukar lanrt lalu menitrasi kelebihan Mg (Underwood, 1994).

e. Cara titrasi alkalimetri, dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan kepada larutan

analat yang bereaksi netral. Ion hydrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa.

(Underwood,1994)

Page 34: Indikator Asam Basa

5.      Kestabilan Kompleks

Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan (a) kemampuan

mengkompleks dari ion logam yang terlihat, dan (b) dengan cirri khas ligan itu, yang

penting untuk memeriksa faktor-faktor ini dengan singkat.

(a) Kemampuan mengkompleks logam-logam digambarkan dengan baik menurut klasifikasi

Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam

lewis (penerima pasangan electron) kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh

larutan afinitas (dalam larutan air) terhadap halogen, dan membentuk kompleks yang

paling stabil engan anggota pertama grup table berkala. Kelas B lebih mudah

berkoordinasi dengan I- daripada dengan f dalam larutan air dan membentuk kompleks

terstabil dengan atom penyumbang kedua dari masing-masing grup itu yakni Nitrogen,

Oksigen, dan F, Cl, C, P.

Konsep asam basa keras dan lunak adalah berguna dalam menandai ciri-ciri perilaku

penerima pasangan electron kelas A dan kelas B (Vogel, 1994).

(b) Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks diman aligan itu terlibat,

adalah (i) kekuatan basa dari ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan, jika ada, dan (iii) efek-efek

sterik (ruang). Efek sterik yang paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar

yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang. (Vogel, 1994).

6.      Indikator Logam

Indikator logam adalah suatu indicator terdiri dari suatu zat yang umumnya senyawa

organic yang dengan satu atau beberapa ion logam dapat membentuk senyawa kompleks

yang warnanuya berlainan dengan warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indicator

asam basa akan tergantung, pada pH larutannya, sedangkan warna indicator logam sampai

batas tertentu bergantung pada pM. Oleh karena itu indicator logam sering disebut sebagai

"pM-slustive indicator" atau metalochrome-indikator (syafei, 1998).

Beberapa macam indicator logam yang digunakan adalah sebagai berikut :

a.      Eriochrome Black T

Eriochrome Black T merupakan indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari titrasi

kompleksometri, misalnya dalam proses penentuan kekerasan air. Ini adalah dye.It azo juga

Page 35: Indikator Asam Basa

dikenal sebagai ET-00. Dalam bentuk terprotonasi nya, Eriochrome Black T biru. Ternyata

merah ketika membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium, atau ion logam lainnya.

Rumus kimianya dapat ditulis sebagai HOC10H6N = NC10H4 (OH) (NO2) SO3Na.

Eriochrome Black T adalah biru, tapi ternyata merah di hadapan logam.

Ketika digunakan sebagai indikator dalam titrasi EDTA, akhir biru karakteristik titik-tiba saat

EDTA memadai telah ditambahkan dan membentuk kompleks ion logam dengan EDTA

bukan Eriochrome.Eriochrome Black T juga telah digunakan untuk mendeteksi keberadaan

logam tanah .

H2In- à  HIn2- pKa= 6,3

biru

HIn2- à In3

- pKa= 11,6

jingga kekuningan

Kelemahan indikator ini, tak stabil dalam larutan,sehingga larutan tidak dapat disimpan lama

b.      Murexide

Kelat Murexide dengan logam berwarna merah muda dan indikator bebasnya berwarna ungu.

Seperti halnya Calcon, Murexide sangat cocok untuk titrasi penetapan Ca pada pH tinggi, pH

11-13 tanpa gangguan ion Mg++. Perubahan warnanya dari warna merah muda menjadi

ungu. Disini tidak diperlukan Masking Agent untuk menentukan kesadahan Ca karena ion

Mg dan logam lainnya tidak menggangu pada pH diatas 11. Logam-logam tadi mengendap

dalam bentuk hidroksida.

Page 36: Indikator Asam Basa

c.       Xylanol Orange (XO)

Indikator ini dibuat dengan mereaksikan o-kresolsulfonftalein dengan formaldehid dan asam

iminodiasetat, sehingga diadisikan satu atau dua gugus pengkelat.

Sebagai Indikator asam-basa, Xylenol orange berwarna kuning lemon dalam larutan asam

(pH < 5,4) dan merah pada pH 5,5 – 7,4. Sedangkan kelat indikator logam berwarna violet

atau merah. Indikator ini dipakai pada pH rendah (< 5,4) atau dalam HNO3 0,2 M untuk

titrasi kelat EDTA yang kuat. Misal untuk Bi dan Th sevara langsung pada pH 1,5 – 3,0 dan

tak langsung untuk Zr dan Fe (III).

d.      Calmagite

Calmagite merupakan indikator kompleksometri digunakan dalam kimia analitik untuk

mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam larutan. Seperti dengan ion logam calmagite

indikator lain akan berubah warna saat itu pasti akan ion. Calmagite akan merah anggur bila

terikat pada ion logam dan mungkin biru, merah, atau oranye jika tidak terikat pada ion

Page 37: Indikator Asam Basa

logam. Calmagite sering digunakan dalam hubungannya dengan EDTA, bahan pengikat kuat

logam.

Seperti halnya Erio T, calmagite mengkompleks banyak ion logam. Daerah kerjanya

mencakup pH 8,1 – 12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Larutan Calmagite stabil, tetapi

dalam hal-hal lain sifatnya sama dengan Erio T, antara lain mengalami blocking oleh Cu, Ni,

Fe (III), dan Al. Sifat asam basa Calmagite dapat disajikan secara ringkas sebagai berikut :

pH pH

H2Ind- Hind= Ind3- 8,1 12,4

(merah) (Biru) (Jingga)

e.        Arsenazo I

Indikator ini dipakai untuk Ca maupun Mg, sehingga dalam titirasi Ca++ tidak perlu

penambahan Mg++. Selain itu, keuntungan besar ialah, indikator ini tidak diblock oleh Cu (II)

dan Fe (III) dalam jumlah kecil. Keuntungan lain bereaksi cepat sehingga perubahan warna

juga cepat.

 Arsenazo I merupakan indikator jitu untuk titrasi logam alkali tanah dan Th (IV) dengan

EDTA.

f.        NAS

Warna NAS merah-violet dalam larutan yang sangat asam dan merah-jingga pada pH 3,5

keatas. Daerah kerja NAS kira-kira pH 3 – 9. Kelatnya dengan Cu, Zn, dan Pb berwarna

kuning pucat, dan dengan beberapa ion logam lain kuning atau jingga pucat.

Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk tittrasi Cu, Co (II), Cd, Ni, Zn,.Al, dan

beberapa kation lain dengan EDTA. Dalm banyak penggunaannya, perlu atau membantu

sekali ditambahkan sedikit Cu (II) supaya bereaksi dengan indikator. Indikator-Cu ini baru

terurai kembali bila titrasi sudah selesai. Penambahan Cu (II) mendekati akhir titrasi, tanpa

Cu pun tampak perubahan warna dari jingga menjadi merah.

g.       Pyrocatechol Violet

Page 38: Indikator Asam Basa

Indikator ini asam berbasa tiga, tetapi karena ion H+ pertama mengion hampir sempurna,

hanya dalam keadaan asam sekali terdapat dalam bentuk molekul bebas dengan warna merah.

Antara pH 2 dan 6 karena pengionan SO3H, berwarna kuning, antara pH 7 – 10 violet dan

diatas pH 10 warna purpur. Kebanyakan kelat logamnya berwarna biru, sehingga baik dipakai

pada pH 2 dan 6. Dengan indikator ini dapat ditentukan campuran Bi-Pb dengan jalan

menitrasi pertama pada pH 2 untuk Bi , terjadi warna biru menjadi kuning dan pH dinaikkan

menjadi 5, titirasi dilanjutkan untuk Pb dengan perubahan warna dari biru menjadi kuning.

h.       Calcon

Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrom Blue Black R, yang disebut juga

Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator yang netral, H3In, berwana hijau dan hanya

terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 warna menjadi merah sampai pH 10, lalu biru

sampai pH 13,5 dan diatas itu jingga.

Kelat calcon dengan logam berwarna merah dan sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5 –

13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna pada titik akhir titrasi dari warna merah ke

biru murni. Dengan indikator ini kesadahan air oleh Ca saja dapat ditentukan.

Indikator yang banyak  digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:

a.       Hitam eriokrom

Page 39: Indikator Asam Basa

            Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10

senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu

sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12.

Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.

b.  Jingga xilenol

            Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana

alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi

dalam suasana asam.

c.  Biru Hidroksi Naftol

            Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13

dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.

Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat

membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks

dilakukan titrasi kembali.

7.      Indikator untuk Titrasi Khelometrik

Pada dasarnya indikator metalokhromik merupakan senyawa organik berwama, yang

membentuk khelat dengan ion logam. Khelatnya harus mempunyai warna lain dari warana

indikator bebasnya, dan jika suatu kosong indikator harus dihindari dan titik akhir yang

tajam diperoleh, maka indicator harus melepaskan ion logamnya kepada titran EDTA pada

Page 40: Indikator Asam Basa

suatu harga pM sangat dekat dengan titik ekivalen. Indicator metalokhromik biasa juga

mempunyai sifat asam-basa dan tanggap sebagai indikator pH maupun sebagai indikator

terhadap PM.

 IV.            TITRASI PENGENDAPAN

Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi presipitimetri seperti pada

Argentometri. Dalam Titrasi Argentometri dibedakan menjadi 3 macam cara berdasar

indikator yang dipakai untuk titik akhir titrasi, yaitu : cara Mohr, cara Fajans, dan cara

Volhard.

Jadi dalam tiga cara tersebut titrant masing-masing tertentu, indikator dan pH untuk cara

Mohr dan Volhard tertentu, sedang dalam cara Fajans tidak harus tertentu dan pH disesuaikan

dengan indikator.

TABEL INDIKATOR ADSORPSI

Indikator         Titrasi Larutan

Fluorescein

Dichlorofluorescein

bromcresol green

eosin

methyl violet

rhodamin 6

thorin

bromphenol blue

orthochrome T

Cl- dengan Ag+

Cl- dengan Ag+

SCN- dengan Ag+

Br-, I-, SCN- dengan Ag+

Ag+ dengan Cl-

G Ag+ dengan Br

SO42-  dengan Ba2+

Hg2+ dengan Cl-

Pb2+ dengan CrO42-

              pH 7-8

pH 4

pH 4-5

pH 2

asam

HNO3 (0,3M)

pH 1,5-3,5

larutan 0,1 M

netral, larutan 0,02M

Page 41: Indikator Asam Basa

a.      Indikator Argentometri Mohr

Indikator yang digunakan adalah K2CrO4 yang pada titik akhir titrasi bereaksi dengan larutan

titrant membentuk endapan yang berwarna merah bata.

K2CrO4 + 2 AgNO3 à 2 KNO3 + Ag2CrO4↓            (merah bata)

Konsentrasi CrO42- yang ditambahkan tidak sembarangan, tetapi harus dihitung berdasarkan

Ksp zat uji (misal AgCl) dan Ksp Ag2CrO4. Dalam penggunaan sesungguhnya, konsentrasi

0,0072 M terlalu besar karena warna K2CrO4 terlalu kuning sehingga mengakibatkan

perubahan warna pada titik akhir titrasi sulit dilihat. Maka harus pakai konsentrasi lebih

rendah dan tampaknya 0,0025 merupakan konsentrasi optimal. Tetapi karena diturunkan

maka perlu Ag+ > 1,33 x 10-5 untuk dapat menghasilkan endapan merah sebagai indikator.

Disamping itu masih diperlukan sejumlah AgNO3 lagi agar endapan cukup banyak dan

tampak. Untuk larutan 0,1 M tidak berpengaruh, tetapi untuk larutan encer berpengaruh

serius. Koreksinya berupa :

- Titrasi blanko dengan suspensi CaCO3 yang bebas Cl-

-    Untuk analat yang berbeda perlu digunakan konsentrasi indikator yang berbeda.

Dalam Penggunaan K2CrO4 sebaiknya pH larutan dikoreksi agar berada pada pH netral atau

sedikit alkali. Bila pH rendah ion CrO42- sebagian berubah menjadi Cr2O72- oleh karena

disosiasi asam yang melepaskan ion H+ yang mana dapat mengurangi konsentrasi indikator

dan menyebabkan tidak timbul endapan atau terlambat menunjukkan titik akhir titrasi.

Dalam titrasi Argentometri ini penetapan kadar I- dan SCN- tidak dapat ditetapkan kadarnya

dengan cara ini, karena endapan AgI maupun AgSCN sangat kuat menyerap Kromat

sehingga hasilnya tidak memuaskan. Perak (Ag+) juga tidak dapat ditetepkan dengan cara ini

karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk pada awal titrasi sukar dipecah.

Pengganggu dalam penggunaan indikator ini adalah adanya ion Pb++ dan Ba++ yang

mengendapkan ion CrO42- menjadi endapan yang berwarna kuning yang tidak larut oleh ion

Ag+berupa PbCrO4 dan BaCrO4 yang dapat mengurangi dan menggangu titik akhir titrasi.

Pb++ + CrO42 à¯PbCrO4

Ba++ + CrO42 à ¯BaCrO4

b.      Indikator Argentometri Fajans

Indikator yang digunakan adalah indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi merupakan zat yang

dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan

Page 42: Indikator Asam Basa

diatur pada titik ekivalen dengan memilih indikator dan pH larutan.

Cara kerja indikator adsoprsi ialah indikator ini asam lemah atau basa lemah organik yang

dapat membentuk endapan dengan perak. Misal Flurescein (HFl) pada penetapan Cl-. Dalam

larutan Fluorescein akan mengion :

Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan berwarna merah muda.

Karena Penyerapan terjadi pada permukaan dalam titrasi ini diusahakan agar permukaaan

endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna juga tampak sejelas mungkin Maka

endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu

bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titrant ( ion Ag+ ).

Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan dimana masih

ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+ ; maka endapan menyerap ion-ion X - sehingga

butiran-butiran koloid menjadi negatif. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang

kelebihan ion X- ; pada titik ekivalen semua X- diikat oleh Ag+, sehingga koloid jadi netral.

Setetes titrant menyebabkan kelebihan ion Ag+, sehingga koloid jadi positif, dan menarik ion

Fl- yang menyebabkan warna endapan mendadak menjadi merah muda. Pada waktu

bersamaan terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang semula keruh menjadi jernih atau

lebih jernih.

Titik akhir titrasi ini diketahui berdasarkan tiga macam perubahan, yaitu :

o   Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan menggumpal,

o    Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih

o   Larutan yang semula kuning hijau hampir – hampir tidak berwarna lagi.

Dari keseimbangan pengionan HFl terlihat bahwa konsentrasi Fl- akan sangat dipengaruhi

oleh pH , makin rendah pH makin mengarah kekiri keseimbangan tersebut dan makin kecil

konsentrasi Fl- . Bila jumlah Fl- terlalu kecil maka perubahan warna akan kurang jelas dan

titik akhir akan terlambat Kebanyakan indikator adsorbsi bersifat asam lemah maka

umumnya tidak dapat dipakai dalam larutan yang terlalu asam (misal HNO3 6N).

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak diantara zat

warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka cahaya ( fotosensitifasi ) dan

menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat

dan terpercaya . Sebaliknya penerapannnya agak terbatas karena memerlukan endapan

berbentuk koloid yang juga harus terbentuk dengan cepat.

Page 43: Indikator Asam Basa

c.       Indikator Argentometri Volhard

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator Fe3+ (Ferri Ammonium Nitrat).

Indikator ini bekerja berdasarkan pembentukan kompleks yang larut antara Fe3+ dengan ion

SCN- membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya yaitu merah :

SCN+ + Fe3+ à  Fe(SCN) ++    (merah)

Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang karena titrant

bereaksi dengan titrat maupun indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.

Disamping itu bila konsentrasi indikator lebih besar dari 0,2 M warna asli kuningnya cukup

jelas sehingga menyulitkan pengamatan warna kompleks Fe(SCN)++ . Konsentrasi Fe3+ yang

umum digunakan dalam titrasi kira-kira 0,01 M. Dalam prakteknya, konsentrasi indikator

dapat lebih kecil lagi, karena ternyata tidak membawa kesalahan titrasi yang tidak terlalu

besar.

Pada penetapan kadar Iodida (I-), penambahan indikator Fe3+ dilakukan setelah Iodida

diendapkan sebagai AgI, agar tidak dioksidasi oleh Fe3+ menjadi Iodium.

2 Fe3+ + 2 I- à 2 Fe++ + I

Reaksi ini berlangsung karena kesanggupan Fe3+ untuk mereduksi / menerima elektron dari

Iodida, oleh sebab itu pada titrasi kembali hendaknya I- harus tepat habis diendapkan sebagai

AgI.