Top Banner
MAKALAH SISTEM IMUNOLOGI Disusun untuk memenuhi tugas IKD IV ( Ilmu Keperawatan Dasar ) Oleh Nr. Theresia Anita S.Kep Disusun Oleh : Kelompok 1. Asma Warnaniah 2. Arni Fadriyana 3. Rio Aguspurnomo 4. Supran 5. Taufiq Rahman PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN 1
34

imunologi makalah

Oct 26, 2015

Download

Documents

Joko Delima
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: imunologi makalah

MAKALAH

SISTEM IMUNOLOGIDisusun untuk memenuhi tugas IKD IV ( Ilmu Keperawatan Dasar )

Oleh Nr. Theresia Anita S.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok

1. Asma Warnaniah

2. Arni Fadriyana

3. Rio Aguspurnomo

4. Supran

5. Taufiq Rahman

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA

KALIMANTAN TENGAH

2013

1

Page 2: imunologi makalah

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan

rahmat-Nya kami sebagai penulis sangat bahagia sehingga penyusunan makalah

ini dapat terselesaikan dengan pembahasan “Sistem Imunologi” serta tidak lupa

pula ucapan terimakasih, kami ucapakan kepada pihak-pihak yang telah

membantu kami demi lancarnya penyusunan makalah kami.

Sebagai penyusun kami sadar bahwa dalam pembuatan dan penyusunan

makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu kami mengharapkan

kepada pembaca makalah kami ini kiranya dapat memberikan sumbangsihnya

berupa kritik dan sarannya demi makalah kami.

Pangkalan Bun, 03 Juli 2013

Penyusun

2

Page 3: imunologi makalah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang...................................... 1

B. Rumusan Masalah ..............................................................1

C. Tujuan Penulisan ..............................................................2

D. Manfaat Penulisan ..............................................................2

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Imunologi .........................................................................B. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Pathogen ..................................

C. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Jaringan ....................................

D. Hipersensitif .......................................................................................

E. Obat Antiinflamasi .............................................................................

F. Fungsi Imun dalam Tubuh .................................................................

G. Alergi ..................................................................................................

H. Autoimun ............................................................................................

I. Definisi Imun ......................................................................................

J. Imunisasi ............................................................................................

K. Imun Terhadap Transplamasi .............................................................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan......................... ..............................................................27

B. Saran .............................................................. 27

Daftar Pustaka................................................................................................ 28

3

Page 4: imunologi makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, semakin banyak penyakit yang bermunculan. Penyakit

sistem imun adalah penyakit yang sedang ramai dibahas. Defisiensi sistem

imun yang paling melekat di masyarakat adalah HIV/AIDS, padahal masih

banyak penyakit sistem imun yang terdapat di sekitar kita. Defisiensi imun

disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya virus, mutasi, antigen, genetik dan

lain sebagainya. Melalui makalah ini, kami mencoba untuk memberikan

informasi mengenai defisiensi sistem imun.

Sistem kekebalan tubuh ( Imunitas ) adalah suatu organ komplek yang

memproduksi sel-sel yang khusus yang dibedakan  dengan sistem peredaran

darah dari sel darah merah, tetapi bekerja sama dalam melawan infeksi

penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh. Semua sel imun

mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan bersirkulasi dalam sistem

imun dan diproduksi oleh sumsum tulang. Sedangkan kelenjar limfe adalah

kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe yang merupakan

titik pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari benda

asing yang masuk kedalam tubuh. Mikroorganisme yang menyerang tubuh

kita dapat berupa bakteri, virus, jamur ataupun bahan kimia. Respon tubuh

terhadap imun pada dasarnya berupa proses pengenalan dan eliminasi. Jika

salah satu atau kedua proses ini terganggu maka akan terjadi gangguan

patologis.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan imunologi ?

2. Apa saja respon kekebalan tubuh terhadap pathogen ?

3. Apasaja respon kekebalan tubuh terhadap jaringan ?

4. Apa yang dimaksud dengan hipersensitif ?

5. Apa yang dimaksud dengan fungsi imun dalam tubuh ?

4

Page 5: imunologi makalah

6. Apa yang dimaksud dengan imunisasi dan imun terhadap transplamasi ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian imunologi.

2. Untuk mengetahui respon kekebalan tubuh terhadappathogen dan

jaringan.

3. Untuk mengetahui fungsi imun didalam tubuh.

D. Manfaat

1. Manfaat UmumDengan menyusun makalah ini diharap pembaca dapat mengetahui

dan memahami tentang Fisiologi Sistem Imunitas.

2. Manfaat Khusus

5

Page 6: imunologi makalah

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Imunologi

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau

imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk

kedalamtubuh. Secara historisistilahini kemudian digunakan untuk

menjelaskan perlindungan terhadap penyakitinfeksi. Untuk melindungi dirinya,

tubuh memerlukan mekanisme yang dapat membedakan sel-sel itu sendiri

(Self) dariagen-agenpenginvasi (nonself). Sistem kekebalan atau sistem imun

adalah system sel dan organ khusus pada sut pengaruh luar biolagis yang

dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organism.

(http://es.slideshare.net/aminudinharahap/makalah-rekayasa genitka dan sistem

imun-1)

Imunitas mempunyai tiga fungsi utama:

a. Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistens terhadap agen

penginvasi seperti mikroorganisme.

b. Perannya dalam survey lans adalah mengindentifikasi dan menghancurkan

sel-sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi. Perannya dalam

homeostasis adalahmembersihkan sisa-sisa seldan zat-zat buangan sehingga

tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.

B. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Pathogen

Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap antigen tertentu dengan

mengaktifkan sel limfosit dan memproduksi protein khusus yang disebut

antibodi. Sistem kekebalan tubuh mampu mengingat antigen yang pernah

menyerang dan telah mempersiapkan diri lebih baik dan efektif jika patogen

tersebut menyerang kembali. Yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh

adalah Sel Limfosit dan Antibodi. Sel limfosit terdiri dari Sel Limfosit B dan

Limfosit T.

6

Page 7: imunologi makalah

(Read more:http:/www.pustakasekolah.com/sistem-pertumbuhan-tubuh-

spesifik.html#1xzz2xrss730u)

a) Antibodi.

 Antibodi merupakan protein. Antibodi berikatan dengan protein yang

lainnya (antigen) yang ditemukan di dalam tubuh. Molekul protein pada

permukaan bakteri atau virus berperan sebagai antigen. Antibodi merupakan

bagian yang berperan di dalam pertahanan tubuh. Setiap antibodi memiliki

dua tempat yang dapat bereaksi dengan antigen. Fungsi antibodi, yaitu

berikatan dengan molekul antigen membentuk rangkaian seperti jaring.

Antibodi dapat menghambat partikel-partikel virus. Untuk menginfeksi

saluran sel, virus pertama-tama harus bisa mengenali sel inangnya. Protein

dari virus mencocokkan bentuknya dengan molekul pada membran sel dari

sel inang. Antibodi dapat menutupi protein dari virus agar virus tersebut

tidak bisa menginfeksi sel. Protein yang disebut interferon juga bekerja

melawan virus. Interferon diproduksi oleh sel yang telah terinfeksi oleh

virus. Interferon membuat sel-sel yang tidak terinfeksi menjadi resisten

terhadap serangan virus. Antibodi tersusun atas dua tipe rantai polipeptida

yaitu rantai ringan (light chain) dan rantai berat (heavy chain). Struktur

gabungan kedua rantai tersebut membentuk huruf Y. Di tengah-tengah

ikatan rantai tersebut terdapat daerah Hinge (Hinge Region) yang

memungkinkan rantai-rantai polipeptida untuk bergerak. Setiap lengan dari

antibodi memiliki daerah pengikat antigen (antigen-binding site). Antibodi

dapat dibedakan berdasarkan susunan proteinnya menjadi lima kelas utama.

Setiap antibodi berinteraksi dengan molekul dan sel yang berbeda-beda dan

memiliki karakteristik yang berbeda pula. Masing-masing antibodi memiliki

daerah variabel (variable region) yang dapat mengenali antigen khusus dan

daerah konstan (constant region) yang mengontrol bagaimana molekulnya

berinteraksi dengan bagian lain dari sistem kekebalan tubuh. Untuk lebih

jelasnya mengenai tipe-tipe antibodi.

b) Respons Kekebalan Tubuh.

7

Page 8: imunologi makalah

 Respons kekebalan tubuh dan memori imunologis terhadap suatu

patogen atau antigen dapat dibedakan atas respons primer dan respons

sekunder. Respons primer merupakan respons kekebalan tubuh yang

pertama kali terjadi ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh. Respons

sekunder merupakan respons kekebalan tubuh ketika antigen yang sama

menyerang tubuh kembali untuk kedua kalinya. Ketika antigen pertama kali

memasuki tubuh, respons sistem kekebalan tubuh tidak terjadi secara

langsung. Diperlukan beberapa hari bagi sel limfosit untuk dapat aktif.

Selama keterlambatan ini, individu yang terinfeksi akan sakit (contohnya

demam). Konsentrasi antibodi mencapai puncak setelah sekitar 2 minggu

dari awal infeksi. Saat konsentrasi antibodi dalam darah dan sistem limfatik

naik, gejala sakit akan berkurang dan hilang. Setelah itu, pembentukan

antibodi menurun dan individu tersebut sembuh. Jika antigen yang sama

menyerang tubuh kembali, antigen tersebut akan memicu respons kekebalan

tubuh sekunder. Respons kedua ini terjadi lebih cepat daripada respons

primer. Respons sekunder juga menghasilkan konsentrasi antibodi yang

lebih besar dan lebih lama. Selain imunitas humoral (pembentukan

antibodi), imunitas seluler juga berperan dalam respons kekebalan tubuh

sekunder ini. Karena respons kekebalan tubuh sekunder yang cepat, gejala

sakit (demam) tidak terjadi. Oleh karena itu, individu tersebut dikatakan

kebal terhadap penyakit tersebut.

c) Imunitas Humoral.

 Imunitas humoral menghasilkan pembentukan antibodi yang

disekresikan oleh sel limfosit B. Antibodi ini berada dalam plasma darah

dan cairan limfa (dahulu disebut cairan humor) dalam bentuk protein.

Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara

spesifik akan bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya

akan berekasi dengan dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B. Antibodi

umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.

Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja

antibodi dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi

8

Page 9: imunologi makalah

menghancurkan patogen atau antigen, yaitu netralisasi, penggumpalan,

pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen).

Netralisasi terjadi jika antibodi memblokir beberapa tempat antigen

berikatan dan membuatnya tidak aktif. Antibodi menetralkan virus dengan

menempel pada tempat yang seharusnya berikatan dengan sel inang. Selain

itu, antibodi menetralkan bakteri dengan menyelimuti bagian beracun

bakteri dengan antibodi. Hal tersebut menetralkan racun bakteri sehingga sel

fagosit dapat mencerna bakteri tersebut. Penggumpalan (aglutinasi) bakteri,

virus, atau sel patogen lain oleh antibodi merupakan salah satu cara yang

cukup efektif. Hal ini dapat dilakukan karena antibodi memiliki minimal

dua daerah ikatan (binding site). Cara ini memudahkan sel fagosit

menangkap sel-sel patogen tersebut. Cara ketiga mirip dengan

penggumpalan. Pengendapan dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi.

Hal ini untuk membuat antigen terlarut tidak bergerak dan memudahkan

ditangkap oleh sel fagosit. Cara terakhir merupakan perpaduan antara

antibodi dan sistem komplemen. Antibodi yang berikatan dengan antigen

akan mengaktifkan sistem komplemen (protein komplemen) untuk

membentuk luka atau pori pada sel mikroba patogen. Pembentukan luka

atau pori ini menyebabkan luka atau pori pada sel mikroba patogen.

Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan lisozim dapat masuk dan sel

patogen tersebut akan hancur (lisis).

d) Imunitas Seluler.

 Imunitas seluler bergantung pada peran langsung sel-sel (sel limfosit)

dalam menghancurkan patogen. Setelah kontak pertama dengan sebuah

antigen melalui makrofag, sekelompok limfosit T tertentu dalam jaringan

limfatik akan membesar diameternya. Setelah itu, berkembang biak dan

berdiferensiasi menjadi beberapa sub populasi. Sub populasi tersebut, antara

lain sel T sitotoksik (cytotoxic T cell), sel T penolong (helper T cell), sel T

supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell). Tugas

utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah

terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang

9

Page 10: imunologi makalah

telah menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh

tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh antibodi tubuh. Sebenarnya

hanya sel T sitotoksik saja yang dapat menghancurkan sel yang terinfeksi.

Sel yang terinfeksi memiliki antigen asing milik virus atau bakteri yang

menyerangnya. Sel T sitotoksik membawa reseptor yang dapat berikatan

dengan antigen sel terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang terinfeksi,

sel T sitotoksik menghasilkan protein perforin yang dapat melubangi

membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T dapat masuk

dan menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang

menyerangnya.

C. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Jaringan

D. Hipersensitif

Hipersensitif adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.

Hipersensitif memacu kepada respons imun yang berlebihan yang

menimbulkan kerusakan jaringan atau organ. (intisari mikrobiologi &

imunologi, 2011) Mereka terbagi menjadi 4 kelas (tipe I-IV) yaitu:

a. Tipe I - Hipersensitivitas akut ( alergi, anafilaksis, segera)

1) Tipe I memerlukan dua pajanan dengan nantige/alergen spesik yang

sama.

a) Pajanan petama menimbulkan sensitisasi dan produksi antibodi IgE

di dalam darah, yang berikatan dengan respon pada respon pada sel

mast dan/atau basofil.

b) Panjang kedua dengan alergen mengakibatkan kompleks alergen-IgE

pada permukaan sel mast dan/atau basofil sehingga terjadi

dgranulasi dan pelepasan granul basofilik yang mengandung

histamin dan aminvasoaktif lainnya. Keadaan ini pada akhirnyab

mengakibatkan reaksi lokal ( alergi) atau reaksisistemik (

anafilaksis) yang bersifat segera.

2) Contoh – contoh tipe I :

a) Anafilaksis sistemik

10

Page 11: imunologi makalah

b) Rhinitis alegi dan asma

c) Dermatitis atopik

d) Alergi penisilin

e) Alergi makanan

f) Urtika dan peradangan lokal.

b. Tipe II – Hipersensitvitas sitotoksik (bergantuing – antibody)

1) Pada respon imun, antibodi yang terbentuk dapat mengenali dan

menyerang komponen molekuler hospes pada permukaan sel dan

jaringan melalui salah satu di antara dua cara berikut ini :

a) Pengenalan langsung molekul pada permukaan sel hospes yang

terpajan akibat cedera yang secara noemal tidak terlihat oleh sistem

imun dan dengan demikian bersifat imunogenik.

b) Nonantigen ekstrinsik diserap ke permukaan sel hospes. Ketika

sistem imun menyerang antiigen pada permukan sel, serangan ini

menimbulkan destruksi antigen, demikian pula pada jaringan tempat

antigen tersebut terikat.

2) Mediasi terjadi lewt IgG atai IgM yang terikat dengan Ag pada jaringan

sehingga mengakibatkan aktivitas pengendapan komponen jalur klasik

dan produksi mediator inflamasi multipel di tempat ini.

3) Hasil akhirnya adalah kematian sel dan lisi yang terjadi karena produksi

membrane attack comlexes dan fagositasi sesudah opsonisasi pada

permukaan jaringan hospes.

4) Contoh- contoh tipe II :

a) Anemia hemolitik autoimun

b) Anemia hemolitikterinduksi-obat (misalnya, metildopa)

c) Reaksi transfusi

d) Miastenia gravis

e) Penyakit grave

c. Tipe III – Hipersensitivitas kompleks imun

1) Terjadi karena antigen berlebihan yang, setelah beberapa waktu akan

berikatan dengan antibodi membentuk kompleks imun yang larut.

11

Page 12: imunologi makalah

2) Ketika jumlah kompleks imun yang larut (Ag-Ab) di dalam darah

meningkat sehingga mencapai kadar yang membuatnya tidak larut lagi,

kompleks imun tersebut mulai mengendap di dalam jaringan, memicu

aktivitas komplemen.

3) Komponen yang aktif, bersama dengan kompleks Ag-Ab,

mengakibatkan degranulasi neutrofil enzim dan stimulasi makrofag

untuk melepaskan sitokin, reactive oxygen intermediates, dan nitril

oksida sehingga menimbulkan destruksi sel dan kerusakan jaringan.

4) Contoh – contoh tipe III

a) Serum sickness

b) Nefritis atau vaskulitis SLE

c) Reaksi Arhus

d. Tipe IV – Hipersensitivitas yang diperantarai sel ( tipe lambat)

1) Tipe ini merupakan reaksi yang dipeantarai hapten yang memperlukan

sensitisasi. Sesudah pajanan-ulang antigen, sebuah APC ( biasanya

makrofag) akan menganmbil antigen tersebut dan memprosesenya pada

molekul MHC-I atau MHC-II seraya melepaskan IL-12 yang

meningkatkan proliferasi sel T helper.

2) Sel T memori yang tersensitisasi, bisa berupa ThI CD4+ (antigen

inttrasel) atau sel-T sitotoksik CD8+ (antigen ekstra), akan memulai

reaksi:

a) Aktivitas sel Th tersensitisasi melepaskan IFN g yang menimbulkan

aktivitas makrofag dan aktivitas ThIlebih lanjut; dan IL-12 yang

meningkatkan proliferasi sel-T.

b) Aktivitas sel-T sitotoksik tersensitasi menyebabkan destruksi

langsung sel target (penolakan alogrfi).

3) Hasil akhirnya adalah respon imun yang diperantarai-sel yang

ditimbulkan oleh makrofag.

a) Makrofag yang teraktivasi memperlihatkan pemperlihatkan

peningkatan aktivitas fagisitik, bakteriosidal dan sitosidal.

12

Page 13: imunologi makalah

b) Jika reaksi tersebut disebabkan oleh infeksi mikroganisme intrasel

yang kronik, respon DTH ( delayed type hypersensitivity) dapat

memanjang, mengakibatkan perubahan makrofag menjadi epiteloid

danselraksa berinti banyak, yang merupakan ciri khas reaksi

granuloma.

4) Contoh – contoh obat tipe IV :

a) Penyakit granuloma – Tuberkulosis, sarkoidosis, lepra

b) Dermatitis kontak – Poison ivy, reaksi aksema

c) Penolakann cangkok organ allograft.

E. Obat AntiinflamasiObat-obat antiinflamasi adaah golongan obat yang memiliki aktivitas

menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui

berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang

prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang maupun

menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. 

(http://www.psychologymania.com obat -antiflamasi.html, 2012)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi

dua golongan utama yaitu golongan steroida dan non-steroida (Kee dan

Evelyn, 1996)

a) Obat Antiinflamasi dari Golongan Steroid (Glukokortikoida) 

Efek antiinflamasi golongan steroid (glukokortikoid) berhubungan

dengan kemampuan untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin,

yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase A2 sehingga

mencegah pelepasan mediator seperti asam arakhidonat dan metabolitnya

seperti prostaglandin (PG), leukotrien (LT), tromboksan dan prostasiklin.

Glukokortikoid dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase,

sedangkan AINS hanya memblok enzim siklooksigenase. Contoh senyawa

yang termasuk dalam kelompok ini adalah kortison, hidrokortison,

deksametason, prednison dan sebagainya

b) Obat Antiinflamasi Non-Steroida (AINS) 

13

Page 14: imunologi makalah

AINS merupakan kelompok obat-obat yang bekerja dengan aktivitas

menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat

menjadi prostaglandin menjadi terganggu. AINS cocok digunakan untuk

mengurangi pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi  (Kee dan Evelyn,,

1996).

Contoh senyawa yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Turunan asam salisilat, contoh: aspirin, diflusinal, sulfasalazin,

olsalazin 

2) Turunan para-aminofenol, contoh: asetaminofen 

3) Indol dan asam indene asetat, contoh: indometasin, sulindak, etodolak 

4) Asam heteroalil asetat, contoh: tolmetin, diklofenak, ketorolak 

5) Asam arilpropionat, contoh: ibuprofen, naproksen, feniprofen,

ketoprofen 

6) Asam antranilat (fenamat), contoh: asam mefenamat, asam

meklofenamat 

7) Asam enolat, contoh: oksikam (piroksikam, tenoksikam), pirazolidin

(fenilbutazon, oksifentatrazoFoye, , 1996)

F. Fungsi Imun Dalam Tubuh

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai :

a. Penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh.

b. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan

komponen tubuh yang telah tua.

c. Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta

menghancurannya.

Pada prinsipnya, jika sistem imun seseorang bekerja optimal, orang

tersebut tidak mudah terkena penyait dan sistem keseimbangannya juga

normal. Namun, sistem imun tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat.

Respon imun tubuh alamiah terhadap serangan patogen baru akan muncul

dalam 24 jam. Tubuh kita mampu mengatasi infeksi patogen karena adanya

sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Tubuh kita memiliki dua

14

Page 15: imunologi makalah

pertahanan tubuh, yaitu pertahanan tubuh alami dan pertahan tubuh oleh sel

darah putih.

G. AlergiJangan pernah menyepelekan penyakit lingkup alergi dan imunologi.

Seluruh tubuh merasa nyeri atau sesak napas. Jangan pula merasa tidak terjadi

apa-apa jika tiba-tiba hidung gatal, tersumbat, kulit melepuh serta akhirnya

menimbulkan kematian. Itu semua merupakan bagian kecil dari gejala

penyakit-penyakit alergi dan imunologi. Jenis penyakit alergi dan imunologi

sangat beragam. Asma merupakan kasus yang relatif paling sering, diikuti

rinitis alergi, dan urtikaria kronik. Jenis alergi lain yang tak kalah pentingnya

adalah reaksi alergi obat. Sementara dalam bidang imunologi, terdapat

penyakit autoimun, khususnya Lupus Eritematosis Sistemik (LES).

Sementara dari penyakit imunodefisiensi, salah satunya yang terkenal adalah

penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Dalam artikel ini

juga akan dikemukakan pentingnya imunisasi pada orang dewasa. Berikut

beberapa penyakit dalam lingkup alergi:

1. Asma Bronkial

Masalah utama asma adalah sering tak terdiagnosis atau pengobatan

tak adekuat. Pasien mengobati sendiri, pemahaman dan pengetahuan

mengenai asma yang kurang serta beberapa mitos atau salah persepsi

mengenai asma. Tak jarang dijumpai rasa sesak disangka penyakit jantung,

atau batuk-batuk kronis yang disebabkan penyakit bronkitis atau sukar

tidur karena insomnia. Keluhan batuk mengi atau sesak saja bukan

monopoli penyakit asma. Beberapa penyakit atau keadaan dapat

menyerupai asma, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

bronkitis kronik dan emfisema; infeksi paru; sinusitis paranasal;

tuberkulosis; refluks gastroesofageal dan penyakit jantung seperti gagal

jantung. Diagnosis tepat mengarahkan pengobatan yang tepat.

Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan penderita obat

anti inflamasi, menghindari faktor pencetus serangan, dan mendapatkan

15

Page 16: imunologi makalah

edukasi. Edukasi bertujuan agar pemahaman dan pengetahuan pasien

mengenai asma dan penyebabnya menjadi lebih baik. Pengetahuan inilah

yang akan mempermudah komunikasi dengan dokter, dan memahami

mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. 

Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat penderita asma dapat

menjalani hidup dengan normal (pasien harus mematuhi instruksi, dan

kontrol dokter. Ia pun wajib memakai obat pengontrol secara teratur. 

Jangan pergi  ke dokter saat asma menyerang saja).         

2. Rinitis Alergi

Rinitis alergi merupakan salah satu bentuk rinitis yang mekanismenya

secara umum melalui sistem imun,  atau IgE secara khusus. Prevalensinya

berkisar antara 10-15% dari masyarakat. Penderitanya pun beragam, mulai

dari usia anak hingga dewasa. Gejalanya dapat berupa rinorea, hidung

gatal, bersin dan hidung tersumbat. Terkadang disertai rasa gatal di mata.

Akibatnya, mengganggu kualitas hidup penderitanya. Seperti, gangguan

tidur, gangguan aktivitas, hingga absen dari sekolah atau pekerjaan.

Berdasarkan lama dan seringnya gejala rinitis dapat diklasifikasikan

sebagai rinitis alergi intermiten atau persisten. Dikatakan rinitis intermiten

bila gejala berlangsung kurang dari empat hari per minggu dan lamanya

kurang dari empat minggu. Sedangkan rinitis persisten gejala berlangsung

lebih dari empat hari/ minggu dan lamanya lebih dari empat minggu.

Derajatnya dikatakan sedang atau berat bila gejalanya menggangu kualitas

hidup penderitanya. Yang perlu diwaspadai adalah komplikasi terjadinya

sinusitis, polip hidung, dan gangguan pendengaran.        

Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asma.

Sering pasien baru datang ke dokter jika telah terjadi komplikasi. Dengan

pengobatan yang baik, gejala rinitis dapat terkontrol. Sehingga kualitas

hidup penderitanya meningkat kembali dan menjalani hidup layaknya

orang normal.

4. Urtikaria dan Angioderma

16

Page 17: imunologi makalah

Urtikaria ditandai kelainan kulit berupa bentol, kemerahan, dan gatal.

Dikatakan urtikaria akut jika gejala berlangsung kurang dari enam minggu

dan sebabnya jelas. Sedangkan urtikaria kronik jika gejala berlangsung

lebih dari enam minggu, bahkan bisa sampai 20 tahun. Umumnya pasien

yang datang ke poli alergi adalah urtikaria kronik.        

Umumnya pasien telah lama berobat ke berbagai dokter baik umum

maupun spesialis, sehingga pasien merasa jengkel karena urtikarianya

tidak sembuh-sembuh. Sebagian besar urtikaria kronik penyebabnya tidak

diketahui sehingga pengobatan bisa berlangsung lama. Bila sebabnya

diketahui, mungkin gejalanya dapat dihilangkan. Angioderma menyerupai

urtikaria, tetapi mengenai jaringan kulit yang lebih dalam. Gejala sering

tidak gatal tetapi terasa sakit. Umumnya mengenai mukosa mata, bibir atau

kemaluan. Bila mengenai daerah trakea atau bronkus, seperti pada reaksi

anafilaksis dapat membahayakan nyawa pasien.

5. Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

LES merupakan salah satu penyakit autoimun. Karena bersifat

sistemik, auto-antibodi menyerang beberapa organ, baik secara bersamaan

atau berurutan. Radang sendi merupakan gejala yang tersering, tetapi

demam yang berkepanjangan juga merupakan salah satu gejala lupus.

Gejala seperti kemerahan di wajah, sariawan, anemia, lekopeni atau

trambositopeni merupakan petunjuk ke arah LES. Proteinuria dan

hematuria sampai kepada efusi pleura atau perikard tidak jarang dijumpai.

Kelainan neorologi atau psikitrik dapat disebabkan LES. Makin dini

diagnosis, dan makin cepat diobati, diharapkan komplikasi yang serius

dapat dihindari.

6. Penyakit Imunodefisiensi

Penyakit imunodefisiensi bisa didapat sejak lahir, atau setelah dewasa.

Berbagai penyakit atau keadaan seperti pemakaian obat dapat

menyebabkan imunodefisiensi. Infeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV) merupakan salah satu penyebab imunodefisiensi yang dikenal

dengan AIDS. Umumnya pasien datang dalam keadaan sudah lanjut

17

Page 18: imunologi makalah

karena infeksi oportunistik, padahal semakin awal penyakit diketahui dan

diobati semakin baik prognosisnya. Penyakit-penyakit kronis lainnya

seperti diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, sirosis hati, dan PPOK dapat

menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, meningkatkan daya tahan

tubuh sangat diperlukan, agar terhindar dari bahaya penyakit infeksi.

H. Auotoimun

Penyakit autoimun adalah salah satu penyakit yang hingga kini belum di

ketahui pasti penyebabnya dan susah disembuhkan, kini ilmuwan mulai

mengungkap penyebab penyakit autoimun. Penyakit imun muncul ketika

imun atau sistem kekebalan tubuh dalam diri yang seharusnya bertugas

melawan bibit penyakit dari luar tubuh malah menyarang jaringan tubuh

sendiri. Penelitian di National jewish Health telah menemuka jenis sel yang

menjadi penyebab penyakit autoimun, temuan ini juga telah menjelaskan

mengapa penyakit seperti lupus, multiple, sclerosis dan rheumatoid arhritis

lebih sering menyerang wanita di banding pria. (http://healthdeti.com/read,

2011)

Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut

autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara

diri sendiri dan orang lain yang menyerang dari bagian tubuh.

I. Difisiensi Imun

Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun

tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada

baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50

tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba

adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan

nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di

negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan

gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi

antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium,

zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga

mengurangi respon imun. Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic

18

Page 19: imunologi makalah

granulomatus disease (penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk

menghancurkan fagosit berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe

kanker.

J. ImunisasiImunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang

melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi

dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai

macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh

dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat

asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan

jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit

karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi

organisme. Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah

berevolusi yang menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti

bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap

infeksi virus . Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno

dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.

Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin,

fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman

berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata.

Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ

tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin.

Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata

mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses

adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih

efektif selama pertemuan pada masa depan dengan patogen tersebut. Proses

imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit yang paling

efektif, contohnya penyakit cacar (variola) telah lama hilang dari muka bumi,

sedangkan kasus-kasus polio dalam beberapa tahun terakhir tidak pernah

19

Page 20: imunologi makalah

dijumpai lagi. Program imunisasi selama ini diwajibkan untuk anak, dan

hasilnya sangat memuaskan.         

Imunisasi dapat menurunkan kejadian sakit, perawatan rumah sakit atau

meninggal dunia karena penyakit-penyakit infeksi. Pemberian vaksin

influenza pada orang dewasa usia < 65 tahun menurunkan insidensi influenza

sebesar 70-90%, pada orang usia lanjut menyebabkan penurunan insidensi

kasus influenza 30-40%, perawatan rumah sakit 50-60% dan penurunan

angka kematian sebesar 70-100%. Vaksin pneumokok efektivitasnya sekitar

60-64%, hepatitis B 80-95%, dan MMR 90-95%. Keberhasilan imunisasi

menyebabkan biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit menjadi lebih

hemat. Peranan imunisasi  sama pentingnya dengan olahraga dan diet dalam

menjaga kesehatan tetapi sering dilupakan. Jenis vaksin yang di

rekomendasikan orang dewasa antara lain influenza, pneumokok (infeksi

paru), varicella, human papiloma virus (untuk mencegah kanker leher rahim),

hepatitis A & B, dan Measles, Mumps and Rubella (MMR), serta tetanus,

difteri & pertusis (TDaP).       

K. Imun Pada Transplantasi

20

Page 21: imunologi makalah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Defisiensi sistem imun merupakan penyebab utama menurunnya

pertahanan tubuh terhadap antigen. Defisiensi sistem imun dapat disebabkan

karena infeksi virus, hipersensitivitas, mutasi genetik pada sistem imun,

faktor psikologis dan usia.  

Gangguan pada sistem imun meliputi gangguan limfosit B dan T,

gangguan makrofag (inflamasi), gangguan sistem komplemen, maupun

gangguan imunitas sistemik. Dan salah satu penyakit yang umum diderita

terkait dengan infeksi gastrointestinal adalah HIV/AIDS

B. Saran

Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan

pembelajaran bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah (Sistem

Imunologi) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang

membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan

dalam penyusunannya.

21

Page 22: imunologi makalah

Daftar Pustaka

1. (Kee dan Evelyn,, 1996)

2. (Read more:http:/www.pustakasekolah.com/sistem-pertumbuhan-tubuh-

spesifik.html#1xzz2xrss730u)

3. (fenilbutazon, oksifentatrazoFoye, , 1996)

4. (http://es.slideshare.net/aminudinharahap/makalah-rekayasa genitka dan

sistem imun-1)

5. (http://healthdeti.com/read, 2011)

6. (http://www.psychologymania.com obat -antiflamasi.html, 2012)

7. (intisari mikrobiologi & imunologi, 2011)

8. (susanblog18.blogspot.com, 2012)

22