TUGAS MAKALAH KELOMPOK IMUN dan HEMATOLOGI TENTANG VAKSINASI dan IMUNISASI Di Susun Oleh : GUSTADINO HANNA ZAQIA HORI MAULANA HUSNUL YAKIN L. AGUNG ADIGUNA NURUL JANNAH YANA OCTAVIRA FIRDAUS SEKOLAH TINGGI KESEHATAN 1
TUGAS MAKALAH KELOMPOK
IMUN dan HEMATOLOGI
TENTANG VAKSINASI dan IMUNISASI
Di Susun Oleh :
GUSTADINO
HANNA ZAQIA
HORI MAULANA
HUSNUL YAKIN
L. AGUNG ADIGUNA
NURUL JANNAH
YANA OCTAVIRA FIRDAUS
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
(STIKES) MATARAM
2013
1
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang
karena rahmat-NYA dan hidayah-NYA lah makalah yang berjudul “Imun Dan Hematologi
tentang Imunisasi dan Vaksinasi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
berisikan penjelasan tentang imunisasi dan vaksinisasi yang wajib diberikan kepada anak, beserta
dengan manfaat dan efeksamping yang di timbulkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk teman-teman termasuk saya pribadi
dengan menambah pengetahuan kita tentang materi Imun dan Hematologi ini.
Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam memahami konsep teori dari keperawatan Imun dan Hematologi ini.
Mataram, 31 Oktober 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................2
BAB II Pembahasan ...........................................................................................................3
2.1 Definisi Vaksinasi dan Imunisasi .................................................................................3
2.2 Macam-Macam Vaksin .................................................................................................4
2.3 Vaksin dan Toksit yang Dianjurkan dan Rute Pemberian yang Dianjurkan ................5
2.4 Jadwal Imunisasi Anak yang Dianjurkan .....................................................................13
2.5 Dosis Vaksin yang Dianjurkan .....................................................................................14
2.6 Kontraindikasi ..............................................................................................................17
2.7 Kemungkinan adanya Efek Samping ...........................................................................18
BAB II Penutup ..................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................21
3.2 Saran .............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan
Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang
sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan
terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double
burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga
muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi,
sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah
penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya
penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif
singkat dan dengan hasil yang efektif.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia
dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi
diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan
terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis,
difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan
merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat
menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya
surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat
terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans
epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran
akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular
baru kian meningkat.
4
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam
penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan
yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-
lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat
meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas
imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat
memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi,
upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan
sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Vaksinasi dan Imunisasi ?
2. Apa saja jenis Vaksinasi ?
3. Apa saja Vaksin dan Toksoit yang dianjurkan dan rute pemberian yang dianjurkan ?
4. Apa saja jadwal Imunisasi anak yang dianjurkan ?
5. Aerapa dosis Vaksin yang di anjurkan pada anak ?
6. Apa saja kontraindikasi dari pemberiam Vaksinasi dan Imunisasi ?
7. Apa saja efek samping yang diderita ?
8. Apa saja penanganan masalah pasca Imunisasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep materi tentang Imunisasi dan Vaksinisasi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dari Vaksinasi dan Imunisasi
2. Mengetahui jenis Vaksinasi
3. Dapat mengetahui apa saja Vaksin dan Toksoit yang dianjurkan dan rute pemberian
yang dianjurkan
5
4. Mengetahui jadwal Imunisasi anak yang dianjurkan
5. Mengetahui dosis Vaksin yang di anjurkan pada anak
6. Mengetahui kontraindikasi dari pemberiam Vaksinasi dan Imunisasi
7. Mengetahui efek samping yang diderita Mengetahui penanganan masalah pasca
Imunisasi
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Vaksinasi dan Imunisasi
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang
berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang
menginfeksi sapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga disebut dengan imunisasi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasi)
Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang
diperoleh dari agen menular sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai
resistensi terhadap agen menular tersebut.
Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita terhadap
infeksi tertentu. (www.satuportal.net/content/vaksin-yang-dianjurkan-untuk-orang-
dewasa.html)
Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang efektif sehingga terbentuk
antibody dan sel-sel memory. Makin sering vaksinasi dilakukan, maka makin banyak
jumlah sel memory yang terbentuk. Vaksinasi yang berhasil akan memberikan
perlindungan kepada tubuh terhadap serangan infeksi. Hal tersebut tergantung dari
spesifitas vaksin, cara pemberian vaksin, vaksin yang dapat membangkitkan respon imun,
jenis vaksin, dan sebagainya. (Subowo, 1993)
Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau
sistem kekebalan pada tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yang telah dilemahkan
dengan menggunakan bahan tambahan seperti formaldehid, dan thymerosal.
(nafiisah.multiply.com/_kehalalan_vaksinasi)
Imunisasi adalah suatu perlakuan yang mengakibatkan seorang menjadi kebal (imun) terhadap suatu penyakit.
7
2.2 Macam-macam Vaksin
Vaksin diklasifikasikan menjadi 2, yakni vaksin hidup dan vaksin mati.
a. Vaksin Hidup
Vaksin hidup berasal dari organisme yang telah dilemahkan keganasannya. Tujuannya
adalah untuk memodifikasi organisme agar bertingkah laku tetap alami seperti organisme
asli tanpa menyebabkna sakit yang berarti. Pengurangan virulensi (keganasan) dikenal
dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk
keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian
atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal.
Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya :
Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan
yang kekurangan zat makanan.
Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai
untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan
menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lain adalah menumbuhkan virus mamalia
pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam
dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan
memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak
dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan
yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.
Vaksin organisme yang dilemahkan seperti untuk poliomyelitis (Sabin), measle, dan
Rubella sudah dipakai secara luas. Namun untuk vaksin tertentu, kadang-kadang masih
terdengar timbulnya efek yang merugikan seperti encephalitis. Efek samping lainnya,
yakni ada kemungkinan timbulnya mutasi virus yang menjadi virulen.
b. Vaksin Mati
Vaksin mati berasal dari mikroorganisme mati. Cara yang paling sederhana untuk
merusak kemampuan mikroba membuat sakit inang, tetapi tetap antigenik, yaitu dengan
mencegah perbanyakannya melalui pembunuhan dengan cara tertentu. Parasit cacing dan
protozoa sangat sulit untuk ditumbuhkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk
pembuatan vaksin yang mengandung organisme mati. Sebaliknya, masalah tersebut tidak
8
timbul pada sebagian bakteria dan virus, apalagi pada umumnya mereka masih tetap dapat
memberikan antigen yang diperlukan. Contoh untuk vaksin mati, adalah tifoid (dicampur
dengan paratyphoid A dan B), kolera dan virus poliomyelitis (Salk).
Perlu diperhatikan agar dalm proses mematikan organisme tidak ikut terjadi kerusakan
antigenisitas yang diperlukan untuk vaksin. Hal ini pernah dialami pada tahun 1960-1961
sehingga terjadi kenaikan kejadian kematian karena penyakit polio walaupun telah
diadakan vaksinasi Salk. Ternyata ketidakberhasilan vaksinasi disebabkan oleh lemahnya
antigenisitas salah satu dari 3 galur virus yang dipakai vaksin. Namun, pada saat ini
teknologi pembuatannya masih diperbaiki. Selama produksi vaksin, pada awalnya terjadi
kerusakan antigen fusi yang diperlukan untuk penyebaran virus yang dimatikan, sehingga
imunitas yang terjadi tidak sempurna setelah vaksinasi. Imunitas yang tidak sempurna
berbahaya bagi daerah yang mengalami endemi penyakit tersebut atau yang berpenduduk
kekurangan gizi.
2.3 Vaksin dan Toksit yang dianjurkan dan Rute Pemberian yang Dianjurkan
Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan pada mulut
anak balita (bawah lima tahun).
1. Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh
banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. Pemberian
vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Imunisasi dasar
vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu.
Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat
masuk sekolah (5-6 tahun), dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).
Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan secara suntik), dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan
dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan). Di Indonesia, umumnya diberikan vaksin
Sabin.
Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur Merieux
Serums & Vaccins, Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet.
9
Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3 hidup yang dilemahkan, asam
amino, antibiotic, dan calf serum yang distabilkan dengan magnesium clorida dan fenol
merah sebagai indicator. Secara fisik berupa cairan kemerahan jernih yang cepat sekali
rusak bila terkena panas atau cahaya matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8
derajat Celcius (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 derajat
Celcius (masa kadaluarsa 2 tahun).
Kontraindikasinya, diare berat, defisiensi imun (karena obat imunosupresi:
kemoterapi, kortikosteroid), dan kehamilan.efek samping yang mungkin terjadi berupa
kelumpuhan dan kejang-kejang.
2. Campak
Pemberian vaksin ini menimbulokan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Imunisasi campak dianjurkan diberikan satu dosis pada umur 9 bulan atau lebih. Pada
kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan atau diulang 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntik subkutan dalam sebanyak 0,5 mla. Kemasannya yang dibuat
Biofarma berupa flakon 10 dosis dan pelarut akuabides 5 ml. kandungan vaksin yang
sudah dilarutkan terdiri dari virus campak tidak kurang dari 5 ribu TCID50 atau PFU,
kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg, dan eritromisin tidak lebih dari 30 mcg. Secara
fisik, vaksin yang beku kering, sedangkan setelah dilarutkan tidak tahan panas (suhu 2-8
derajat Celcius) sehingga harus selalu tersimpan dalam pendingin serta harus dipakai
dalam waktu 8 jam. Vaksin harus disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celcius (masa
kadauarsa 2 tahun), untuk penyimpanan jangka panjang disimpan dalam suhu -20 derajat
Celcius dan dihindarkan dari sinar matahari serta pelarutnya disimpan dalam tempat yang
sejuk.
Kontraindikasinya infeksi akut disertai demam lebih dari 38 derajat Celcius,
defisiensi imunologis, pengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur,
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, diare, konjungtivitis, dan gajala
kataral serta ensefalitis.
Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali
membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan
potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.
10
3. BCG
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah
vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak
terhadap penyakit tuberculosis (TBC).
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang
telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin
harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah
dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar
matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas.
BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntik inrakutan di daerah insersio m.deltoideus
dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,1 ml. pada
bayi perempuan disuntikkan di paha kanan atas.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa ampul 80 dosis bayidan 4 ml pelarut NaCl
0,9 %. Kandungan vaksin terdiri dari bakteri hidup yang dilemahkan dari biakan Bacillus
Calmette-Guerrin 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Secara fisik berupa vaksin beku kering
tahan beku, stabilitas terhadap panas sedang. Setelah dilarutkan mudah rusak bila kena
panas atau sinar matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius
dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan harus terus terlindung dari sinar matahari langsung
atau tidak langsung. Setelah vaksin dilarutkan, harus segera dipakai dalam waktu 3 jam.
Kontraindikasinya pasien dengan imunokompromis (leukemia, pengobatan steroid
jangka panjang, dan infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi yakni:
Reaksi local yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan erupa indurasi dan eritema di
tempat suntikan yang berubah menjadi pustule kemudian pecah menjadi ulkus, dan
akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan
parut.
Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat,
tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
11
Komplikasi yang dapat terjadi berupa abses di tempat suntikan karena suntikan
terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang dan akan menyembuh spontan. Bila abses
telah matang (merah, fluktuasi, dan kulit tipis) sebaiknya dilakukan aspirasi dan jangan
diinsisi. Komplikasi lain adalah limfadenitis suprativa yang terjadi pada suntikan yang
terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang dan akan menyembuh
dalam waktu 2-6 bulan.
4. Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat
dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses
pemurnian. Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
B. imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Imunisasi dasar
diberikan 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara
suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.
Pada anak, vaksin diberikan secara intramuscular di daerah pangkal lengan atas,
seedangkan pada bayi di daerah paha.
Pada bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negative diberikan 5 mcg vaksin rekombinan
atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan
ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif diberikan 0,5 ml
Hepatitis B Imuno Globulin (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin
rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derivet yang disuntikkan pada sisi yang berlainan.
Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir
dengan ibu HBsAg tidak diketahui diberikan 0,5 ml mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg
vaksin plasma derivet. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga berumur 6
bulan. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Sebelum memberikan umunisasi,
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius, tetapi tidak sampai beku.
Kontraindikasinya, anak yang sakit erat. Vaksin dapat diberikan pada ibu hamil. Efek
samping berupa efek local (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu,
perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.
12
5. DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi
bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
rahang serta kejang.
Vaksin disuntikkan intramuscular di bagian anterolateral paha sebanyak 0,5 ml.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5 ml, 10 dosis. Kandungan vaksin terdiri
dari 40 Lf toksoid bakteri, 15 Lf toksoid tetanus, 24 (OU) Bordetella pertussis (mati)
diserapkan ke dalam aluminium fosfat dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak
berwarna, berkabut dengan sdikit endapan putih, yang rusak bila beku, terkena panas, atau
sinar matahari langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2 sampai 8 derajat Celcius
dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
Kontraindikasinya usia di atas 7 tahun, demam (lebih dari 38 derajat Celcius), sakit
berat (terutama kelainan neurologis), riwayat reaksi berat terhadap pemberian DPT
sebelumnya berupa syok, kejang, penurunan kesadaran, atau gejala neurologis lainnya.
Bila anak berusia lebih dari 7 tahun, dapat diberi imunisasi DT.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, nyeri, bengkak local, abses
steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan nyeri pada tempat suntikan dapat diberikan
analgetik antipiretik. Bila terjadi reaksi berlebihan, maka imunisasi berikutnya diberikan
DT
6. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk,
hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia.
Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak
13
dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan
pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa
menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan
otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga
terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
7. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat
yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong
imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat,
imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya
radang selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda.
Penyakit ini sangat berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup
serius. Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib
dan Pedvax.
8. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan
membentuk keropeng yang akan mengelupas.
9. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah
suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi
hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat
fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa
memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa
14
yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam pekerjaannya kerap
terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat,
pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat
di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat suntik, homoseksual/biseksual
aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena penyakit
menular seksual, fasilitas penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana
endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan
6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu dilakukan
pemberian imunisasi penguat (booster).
10. Imunisasi Pneumokokus Konjungata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang
sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
11. Tipa
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus
atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh
karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi
oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang
sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada
imunisasi ini tidak terdapat efek samping.
12. Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi
bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1
sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis
B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang
yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang
sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi
tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang
15
bekerja dengan hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan
penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.
13. DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh
kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya
pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih
perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat
vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan dua dosis
diberikan paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12
bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus
dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.
Veksin disuntikkan intramuscular subkutan dalam sebanyak 0,5 ml. kemasan yang
dibuat Biofarma berupa flakon 25 ml, 50 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lf
toksoid difteri, 15 Lf toksoid tetanus, aluminium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik berupa
cairan yang tidak berwarna, jernih, dan dapat rusak bila beku dan kena sinar matahari
langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius dengan masa
kadaluarsa 2 tahun.
Konraindikasinya anak yang sakit parah atau sedang menderita demam tinggi. Efek
samping yang mungkin terjdai berupa demam ringan dan pembekakan local di tempat
suntikan 1-2 hari.
14. TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan
(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal
dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang
pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan
setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan
enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun
16
setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4
(perlindungan 25 tahun).
Vaksin disuntik intramuscular atau subkutan dalam sebanyak 0,5 ml. kandungan
vaksin terdiri dari 25 Lf toksoid tetanus, aluminium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik
berupa cairan tidak berwarna, berkabut, dengan sedikit endapan putih yang tidak tahan
beku dan panas. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2 sampai 8 derajat Celcius dengan
masa kadaluarsa 2 tahun.
Kontraindikasinya anak yang sakit parah. Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi
local (kemerahan, bengkak, dan rasa sakit di tempat suntikan), sedangkan pemberiananti
tetanus serum mungkin dapat terjadi gatal di seuruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.
2.4 Jadwal Imunisasi Anak yang Dianjurkan
JENIS
VAKSIN
UMUR PEMBERIAN VAKSIN
BULAN TAHUN
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
Program Pengembangan Imunisasi/PPI (diwajibkan)
BCG
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
DPT 1 2 3 4 5 6
Campak 1 2
Program Imunisasi NON-PPI (dianjurkan)
Hib 1 2 3 4
Pneumokokus
(PVC)1 2 3 4
Influenza Diberikan setahun sekali
MMR 1 2
Tifoid Ulangan tiap 3 tahun
Hepatitis A 2x interval 6-12 bulan
Varisela
17
2.5 Dosis Vaksin yang Dianjurkan
Jenis Imunisasi Penyakit
Terkait
Dosis Komentar dan Peringatan
Dianjurkan bagi semua orang dewasa HIV-positif
Virus Hepatitis
B (HBV)
Hepatitis B 3 suntikan
dalam
periode 6
bulan
Dianjurkan kecuali terdapat bukti
kekebalan atau hepatitis aktif. Tes darah
untuk memastikan tingkat antibodi HBV
diperlukan setelah rangkaian imunisasi
berakhir. Suntikan tambahan mungkin
dibutuhkan bila tingkat antibodi terlalu
rendah.
Influenza Flu 1 suntikan Harus diberikan tiap tahun. Hanya vaksin
flu suntik yang sebaiknya diberikan pada
mereka yang HIV-positif. Vaksin semprot
(FluMist/LAIV) sebaiknya tidak diberikan
untuk populasi ini.
Cacar, mumps
dan Rubella
(MMR)
1. Cacar
2. Mumps
3. Rubella
(Cacar
Jerman)
1 atau 2
suntikan
Satu-satunya vaksin hidup yang
dianjurkan untuk orang HIV positif
dewasa. Orang yang lahir sebelum 1957
tidak perlu diberikan vaksin ini. Orang
dewasa HIV positif dengan jumlah CD4
<200 sel/mm3, yang memiliki sejarah
penyakit terkait AIDS, atau memiliki
gejala klinis HIV tidak boleh menerima
vaksin MMR. Tiap komponen dapat
diberikan secara terpisah bila diperlukan
untuk memperoleh tingkatan antibodi
yang diperlukan.
18
Polysaccharide
pneumococcal
Pneumonia 1 atau 2
suntikan
Sebaiknya diberikan begitu didiagnosa
HIV, kecuali bila divaksinasi dalam 5
tahun terakhir. Bila jumlah CD4 <200
sel/mm3 ketika diberi vaksin, imunisasi
harus diulang bila jumlah CD4 Ã
¢â€°Â¥200 sel/mm3. Ulangi tiap 5 tahun.
Tetanus dan
Difteria Toksoid
(Td)
1. Lockjaw
2. Difteri
1 suntikan Ulangi tiap 10 tahun.
Dianjurkan bagi sebagian orang dewasa HIV-positif
Virus Hepatitis
A (HAV)
Hepatitis A 2 suntikan
dalam
periode 1
atau 1.5
tahun
Dianjurkan untuk pekerja kesehatan, laki-
laki yang berhubungan seks dengan laki-
laki, pengguna napza suntik, orang
dengan penyakit lever kronis (termasuk
hepatitis B atau C kronis), hemofilia, dan
orang yang akan pergi ke beberapa tempat
di dunia.
Vaksin
kombinasi
Hepatitis
A/Hepatitis B
(Twinrix)
1. Hepatitis
A
2. Hepatitis
B
3 suntikan
dalam
periode 1
tahun
Dapat digunakan pada mereka yang
membutuhkan sekaligus imunisasi HAV
dan HBV.
Haemophilus
influenzae tipe B
Bakterial
meningitis
1 suntikan Orang dewasa HIV-positif beserta
penyedia pelayanan kesehatan mereka
perlu membahas apakah
imunisasiHaemophilus
influenzae diperlukan.
Meningococcal Bakterial 1 suntikan Dianjurkan bagi mahasiswa, tentara dan
19
meningitis orang-orang yang bepergian ke beberapa
tempat di dunia.
Tidak dianjurkan bagi orang dewasa HIV-positif
Anthrax Anthrax Vaksin smallpox dan varicella yang sekarang ada
merupakan vaksin hidup. Kecuali vaksin MMR,
vaksin hidup tidak dianjurkan bagi orang dengan
HIV. Walaupun vaksin anthrax yang sekarang
berlisensi tidak untuk vaksin hidup, Komite
Penasehat untuk Praktik Imunisasi tidak
menganjurkan vaksinasi rutin anthrax.
Smallpox Smallpox
Varicella Chicken pox
Varicella-
zoster*
Shingles
Beberapa dosis vaksin yang dianjurkan, antara lain:
Vaksin BCG dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk
anak 0,1 ml.
Vaksin DPT diberikan sebanyak 0,5 ml.
Vaksin DT diberikan sebanyak 0,5 ml.
Vaksin tetanus diberikan 0,5 ml.
Vaksin polio diberikan 2 tetes (0,1 ml).
Vaksin campak diberikan 0,5 ml.
Vaksin Hepatitis B diberikan sesuai kadar HBsAg. Yakni:
HBsAg negative diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived.
HBsAg positif diberikan 0,5 ml HBIG dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin
plasma derived.
HBsAg tidak diketahui dibebrikan 0,5 ml mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin
plasma derived.
2.6 Kontraindikasi
A. KONTRAINDIKASI VAKSINASI
20
Ada beberapa kondisi di mana jadwal pemberian vaksin berubah. Pasien yang sebelumnya
mengalami reaksi anafilaksis, pasien yang sebelumnya mengalami ensefalopati dalam 7
hari dari dosis difteria, dan tetanus sebelumnya (DPT), atau mereka yang mengalami gejala
sisa sedang atau berat setelah dosis sebelumnya tidak boleh menerima dosis lanjutan.
Selain itu DPT sering ditunda untuk anak yang sebelumnya mengalami demam lebih dari
40 derajat Celcius dalam 48 jam dari vaksinasi atau mereka yang mengalami kejang atau
terjadi syok dalam 3 hari sebelum vaksinasi. Vaksin hidup biasanya tidak diindikasikan
untuk pasien dengan imunosupresi seperti infeksi HIV, leukemia, limfoma, keganasan,
penggunaan kortikosteroid tertentu, atau pada pengobatan imunosupresi untuk mencegah
penolakan transplantasi.
B. KONDISI YANG BUKAN HALANGAN UNTUK MELAKUKAN IMUNISASI
Gangguan saluran napas atas atau gangguan salurancerna ringan
Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga.
Riwayat kejang dalam keluarga.
Riwayat kejang demam
Riwayat penyakit infeksi terdahulu
Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi
Kelainan saraf menetap seperti palsi serebral sindrom Down
Eksim dan kelainan lokal di kulit
Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit metabolik)
Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata)
Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir
Berat lahir rendah
Ibu si anak sedang hamil
Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi
C. KONDISI DIMANA IMUNISASI TIDAK DAPAT DIBERIKAN ATAU IMUNISASI
BOLEH DITUNDA:
Sakit berat dan akut; Demam tinggi;
Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;
21
Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid
jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral, MMR, BCG, Cacar
Air).
Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza
2.7 Kemungkinan Efek Samping dari Imunisasi dan Tanggung Jawab Keperawatan
KEMUNGKINAN EFEK SAMPING DARI IMUNISASI
BCG
Reaksi normal. Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu
akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm.
Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian
menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan
biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh
dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.
Reaksi berat. Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang
lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini
disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.
Reaksi yang lebih cepat. Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses
pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah
mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.
DPT
Panas. Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat
imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan
dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air yang
dicelupkan ke air hangat.
Rasa sakit di daerah suntikan. Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan,
bengkak.
Peradangan. Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin
disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena:
22
Telah tersentuh,
Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril,
Sterilisasi kurang lama,
Pencemaran oleh kuman.
Kejang-kejang. Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi
disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.
Polio
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada
gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.
Hepatitis B
Efek samping berupa efek local (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan,
lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.
TT
Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi local (kemerahan, bengkak, dan rasa sakit
di tempat suntikan), sedangkan pemberian anti tetanus serum mungkin dapat terjadi gatal di
seuruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.
Campak
Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas
selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti
penderita campak ringan.
PENANGANAN MASALAH PASCA IMUNISASI
23
BCG, luka tidak perlu diobati cukup dibersihkan atau dikompres dengan air hangat atau
larutan fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak
anjurkan ke puskesmas
DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan
kompres dingin.
Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
24
Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita
terhadap infeksi tertentu.
Tujuan dari program vaksinasi adalah untuk melebarkan skala pencegahan penyakit
infeksi yang spesifik agar tidak terjadi dalam populasi.
Petunjuk yang detail tentang mereka yang mengalami alergi dan komplikasi lain harus
merupakan informasi yang disediakan yaitu meliputi pendinginan, penyimpanan, dosis, dan
cara pemberian.
Vaksin diklasifikasikan menjadi 2, yakni vaksin hidup dan vaksin mati.
Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan pada
mulut anak balita (bawah lima tahun).
Ada berbagai jenis vaksin yang biasa diberikan, antara lain vaksin BCG, DPT, TT, Polio,
Campak, Hepatitis B, dsb.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentangVaksinasi. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif M. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
MediaAesculapius.
25
Subowo. 1993. Imunologi Klinik. Bandung : Angkasa.
Http://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/imunisasi.html
Http://bidansherly.wordpress.com/tag/jenis-jenis-vaksin.html
26