Top Banner
TUGAS MAKALAH KELOMPOK IMUN dan HEMATOLOGI TENTANG VAKSINASI dan IMUNISASI Di Susun Oleh : GUSTADINO HANNA ZAQIA HORI MAULANA HUSNUL YAKIN L. AGUNG ADIGUNA NURUL JANNAH YANA OCTAVIRA FIRDAUS SEKOLAH TINGGI KESEHATAN 1
37

Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Dec 31, 2015

Download

Documents

dodek0110
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

IMUN dan HEMATOLOGI

TENTANG VAKSINASI dan IMUNISASI

Di Susun Oleh :

GUSTADINO

HANNA ZAQIA

HORI MAULANA

HUSNUL YAKIN

L. AGUNG ADIGUNA

NURUL JANNAH

YANA OCTAVIRA FIRDAUS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

(STIKES) MATARAM

2013

1

Page 2: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, yang

karena rahmat-NYA dan hidayah-NYA lah makalah yang berjudul “Imun Dan Hematologi

tentang Imunisasi dan Vaksinasi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini

berisikan penjelasan tentang imunisasi dan vaksinisasi yang wajib diberikan kepada anak, beserta

dengan manfaat dan efeksamping yang di timbulkan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk teman-teman termasuk saya pribadi

dengan menambah pengetahuan kita tentang materi Imun dan Hematologi ini.

Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen pembimbing yang telah

membimbing kami dalam memahami konsep teori dari keperawatan Imun dan Hematologi ini.

Mataram, 31 Oktober 2013

Penulis

2

Page 3: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................i

Daftar Isi .............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1

1.3 Tujuan ...........................................................................................................................2

BAB II Pembahasan ...........................................................................................................3

2.1 Definisi Vaksinasi dan Imunisasi .................................................................................3

2.2 Macam-Macam Vaksin .................................................................................................4

2.3 Vaksin dan Toksit yang Dianjurkan dan Rute Pemberian yang Dianjurkan ................5

2.4 Jadwal Imunisasi Anak yang Dianjurkan .....................................................................13

2.5 Dosis Vaksin yang Dianjurkan .....................................................................................14

2.6 Kontraindikasi ..............................................................................................................17

2.7 Kemungkinan adanya Efek Samping ...........................................................................18

BAB II Penutup ..................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................21

3.2 Saran .............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................22

3

Page 4: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan

cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan

Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan

pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang

sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan

terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double

burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga

muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi,

sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah

penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya

penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif

singkat dan dengan hasil yang efektif.

Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia

dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi

diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan

terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis,

difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.

Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan

merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat

menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya

surveilans epidemiologi agar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat

terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans

epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara

pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran

akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular

baru kian meningkat.

4

Page 5: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam

penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan

yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-

lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat

meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas

imunisasi.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk

mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat

memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi,

upaya imunisasi dapat semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan

sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Vaksinasi dan Imunisasi ?

2. Apa saja jenis Vaksinasi ?

3. Apa saja Vaksin dan Toksoit yang dianjurkan dan rute pemberian yang dianjurkan ?

4. Apa saja jadwal Imunisasi anak yang dianjurkan ?

5. Aerapa dosis Vaksin yang di anjurkan pada anak ?

6. Apa saja kontraindikasi dari pemberiam Vaksinasi dan Imunisasi ?

7. Apa saja efek samping yang diderita ?

8. Apa saja penanganan masalah pasca Imunisasi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep materi tentang Imunisasi dan Vaksinisasi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian dari Vaksinasi dan Imunisasi

2. Mengetahui jenis Vaksinasi

3. Dapat mengetahui apa saja Vaksin dan Toksoit yang dianjurkan dan rute pemberian

yang dianjurkan

5

Page 6: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

4. Mengetahui jadwal Imunisasi anak yang dianjurkan

5. Mengetahui dosis Vaksin yang di anjurkan pada anak

6. Mengetahui kontraindikasi dari pemberiam Vaksinasi dan Imunisasi

7. Mengetahui efek samping yang diderita Mengetahui penanganan masalah pasca

Imunisasi

6

Page 7: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Vaksinasi dan Imunisasi

Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan

kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang

berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang

menginfeksi sapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga disebut dengan imunisasi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasi)

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan antigen yang

diperoleh dari agen menular sehingga tanggap kebal dapat ditingkatkan dan tercapai

resistensi terhadap agen menular tersebut.

Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita terhadap

infeksi tertentu. (www.satuportal.net/content/vaksin-yang-dianjurkan-untuk-orang-

dewasa.html)

Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang efektif sehingga terbentuk

antibody dan sel-sel memory. Makin sering vaksinasi dilakukan, maka makin banyak

jumlah sel memory yang terbentuk. Vaksinasi yang berhasil akan memberikan

perlindungan kepada tubuh terhadap serangan infeksi. Hal tersebut tergantung dari

spesifitas vaksin, cara pemberian vaksin, vaksin yang dapat membangkitkan respon imun,

jenis vaksin, dan sebagainya. (Subowo, 1993)

Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas atau

sistem kekebalan pada tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yang telah dilemahkan

dengan menggunakan bahan tambahan seperti formaldehid, dan thymerosal.

(nafiisah.multiply.com/_kehalalan_vaksinasi)

Imunisasi adalah suatu perlakuan yang mengakibatkan seorang menjadi kebal (imun) terhadap suatu penyakit.

7

Page 8: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

2.2 Macam-macam Vaksin

Vaksin diklasifikasikan menjadi 2, yakni vaksin hidup dan vaksin mati.

a. Vaksin Hidup

Vaksin hidup berasal dari organisme yang telah dilemahkan keganasannya. Tujuannya

adalah untuk memodifikasi organisme agar bertingkah laku tetap alami seperti organisme

asli tanpa menyebabkna sakit yang berarti. Pengurangan virulensi (keganasan) dikenal

dengan istilah atenuasi (perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk

keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian

atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas konsentrasi subletal.

Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya :

Vaksin kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan

yang kekurangan zat makanan.

Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang tidak sesuai

untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen terhadap sapi, dilemahkan dengan

menumbuhkannya pada kambing. Cara etenuasi lain adalah menumbuhkan virus mamalia

pada telur atau menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam

dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan

memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan pembiak

dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel biakan dari jenis hewan

yang akan divaksinasi guna mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.

Vaksin organisme yang dilemahkan seperti untuk poliomyelitis (Sabin), measle, dan

Rubella sudah dipakai secara luas. Namun untuk vaksin tertentu, kadang-kadang masih

terdengar timbulnya efek yang merugikan seperti encephalitis. Efek samping lainnya,

yakni ada kemungkinan timbulnya mutasi virus yang menjadi virulen.

b. Vaksin Mati

Vaksin mati berasal dari mikroorganisme mati. Cara yang paling sederhana untuk

merusak kemampuan mikroba membuat sakit inang, tetapi tetap antigenik, yaitu dengan

mencegah perbanyakannya melalui pembunuhan dengan cara tertentu. Parasit cacing dan

protozoa sangat sulit untuk ditumbuhkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk

pembuatan vaksin yang mengandung organisme mati. Sebaliknya, masalah tersebut tidak

8

Page 9: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

timbul pada sebagian bakteria dan virus, apalagi pada umumnya mereka masih tetap dapat

memberikan antigen yang diperlukan. Contoh untuk vaksin mati, adalah tifoid (dicampur

dengan paratyphoid A dan B), kolera dan virus poliomyelitis (Salk).

Perlu diperhatikan agar dalm proses mematikan organisme tidak ikut terjadi kerusakan

antigenisitas yang diperlukan untuk vaksin. Hal ini pernah dialami pada tahun 1960-1961

sehingga terjadi kenaikan kejadian kematian karena penyakit polio walaupun telah

diadakan vaksinasi Salk. Ternyata ketidakberhasilan vaksinasi disebabkan oleh lemahnya

antigenisitas salah satu dari 3 galur virus yang dipakai vaksin. Namun, pada saat ini

teknologi pembuatannya masih diperbaiki. Selama produksi vaksin, pada awalnya terjadi

kerusakan antigen fusi yang diperlukan untuk penyebaran virus yang dimatikan, sehingga

imunitas yang terjadi tidak sempurna setelah vaksinasi. Imunitas yang tidak sempurna

berbahaya bagi daerah yang mengalami endemi penyakit tersebut atau yang berpenduduk

kekurangan gizi.

2.3 Vaksin dan Toksit yang dianjurkan dan Rute Pemberian yang Dianjurkan

Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan pada mulut

anak balita (bawah lima tahun).

1. Polio

Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh

banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk cairan. Pemberian

vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Imunisasi dasar

vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu.

Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat

masuk sekolah (5-6 tahun), dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).

Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang telah dimatikan

dan diberikan secara suntik), dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan

dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan). Di Indonesia, umumnya diberikan vaksin

Sabin.

Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau dengan

menggunakan sendok yang berisi air gula. Kemasannya yang dibuat oleh Pasteur Merieux

Serums & Vaccins, Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet.

9

Page 10: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1, 2, dan 3 hidup yang dilemahkan, asam

amino, antibiotic, dan calf serum yang distabilkan dengan magnesium clorida dan fenol

merah sebagai indicator. Secara fisik berupa cairan kemerahan jernih yang cepat sekali

rusak bila terkena panas atau cahaya matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8

derajat Celcius (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai -25 derajat

Celcius (masa kadaluarsa 2 tahun).

Kontraindikasinya, diare berat, defisiensi imun (karena obat imunosupresi:

kemoterapi, kortikosteroid), dan kehamilan.efek samping yang mungkin terjadi berupa

kelumpuhan dan kejang-kejang.

2. Campak

Pemberian vaksin ini menimbulokan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Imunisasi campak dianjurkan diberikan satu dosis pada umur 9 bulan atau lebih. Pada

kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan atau diulang 6 bulan kemudian.

Vaksin disuntik subkutan dalam sebanyak 0,5 mla. Kemasannya yang dibuat

Biofarma berupa flakon 10 dosis dan pelarut akuabides 5 ml. kandungan vaksin yang

sudah dilarutkan terdiri dari virus campak tidak kurang dari 5 ribu TCID50 atau PFU,

kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg, dan eritromisin tidak lebih dari 30 mcg. Secara

fisik, vaksin yang beku kering, sedangkan setelah dilarutkan tidak tahan panas (suhu 2-8

derajat Celcius) sehingga harus selalu tersimpan dalam pendingin serta harus dipakai

dalam waktu 8 jam. Vaksin harus disimpan dalam suhu 2-8 derajat Celcius (masa

kadauarsa 2 tahun), untuk penyimpanan jangka panjang disimpan dalam suhu -20 derajat

Celcius dan dihindarkan dari sinar matahari serta pelarutnya disimpan dalam tempat yang

sejuk.

Kontraindikasinya infeksi akut disertai demam lebih dari 38 derajat Celcius,

defisiensi imunologis, pengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur,

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin, diare, konjungtivitis, dan gajala

kataral serta ensefalitis.

Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali

membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan

potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.

10

Page 11: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

3. BCG

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah

vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak

terhadap penyakit tuberculosis (TBC).

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,

sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang

telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin

harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah

dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar

matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan atas.

BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena

keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntik inrakutan di daerah insersio m.deltoideus

dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,1 ml. pada

bayi perempuan disuntikkan di paha kanan atas.

Kemasan yang dibuat Biofarma berupa ampul 80 dosis bayidan 4 ml pelarut NaCl

0,9 %. Kandungan vaksin terdiri dari bakteri hidup yang dilemahkan dari biakan Bacillus

Calmette-Guerrin 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Secara fisik berupa vaksin beku kering

tahan beku, stabilitas terhadap panas sedang. Setelah dilarutkan mudah rusak bila kena

panas atau sinar matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius

dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan harus terus terlindung dari sinar matahari langsung

atau tidak langsung. Setelah vaksin dilarutkan, harus segera dipakai dalam waktu 3 jam.

Kontraindikasinya pasien dengan imunokompromis (leukemia, pengobatan steroid

jangka panjang, dan infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi yakni:

Reaksi local yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan erupa indurasi dan eritema di

tempat suntikan yang berubah menjadi pustule kemudian pecah menjadi ulkus, dan

akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan

parut.

Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat,

tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

11

Page 12: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Komplikasi yang dapat terjadi berupa abses di tempat suntikan karena suntikan

terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang dan akan menyembuh spontan. Bila abses

telah matang (merah, fluktuasi, dan kulit tipis) sebaiknya dilakukan aspirasi dan jangan

diinsisi. Komplikasi lain adalah limfadenitis suprativa yang terjadi pada suntikan yang

terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang dan akan menyembuh

dalam waktu 2-6 bulan.

4. Hepatitis B

Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat

dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses

pemurnian. Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis

B. imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Imunisasi dasar

diberikan 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara

suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.

Pada anak, vaksin diberikan secara intramuscular di daerah pangkal lengan atas,

seedangkan pada bayi di daerah paha.

Pada bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negative diberikan 5 mcg vaksin rekombinan

atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan

ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif diberikan 0,5 ml

Hepatitis B Imuno Globulin (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin

rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derivet yang disuntikkan pada sisi yang berlainan.

Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir

dengan ibu HBsAg tidak diketahui diberikan 0,5 ml mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg

vaksin plasma derivet. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga berumur 6

bulan. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Sebelum memberikan umunisasi,

dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.

Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius, tetapi tidak sampai beku.

Kontraindikasinya, anak yang sakit erat. Vaksin dapat diberikan pada ibu hamil. Efek

samping berupa efek local (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu,

perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.

12

Page 13: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

5. DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis

dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat

menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi

bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi

pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat

menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau

minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan

kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada

rahang serta kejang.

Vaksin disuntikkan intramuscular di bagian anterolateral paha sebanyak 0,5 ml.

Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5 ml, 10 dosis. Kandungan vaksin terdiri

dari 40 Lf toksoid bakteri, 15 Lf toksoid tetanus, 24 (OU) Bordetella pertussis (mati)

diserapkan ke dalam aluminium fosfat dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak

berwarna, berkabut dengan sdikit endapan putih, yang rusak bila beku, terkena panas, atau

sinar matahari langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2 sampai 8 derajat Celcius

dengan masa kadaluarsa 2 tahun.

Kontraindikasinya usia di atas 7 tahun, demam (lebih dari 38 derajat Celcius), sakit

berat (terutama kelainan neurologis), riwayat reaksi berat terhadap pemberian DPT

sebelumnya berupa syok, kejang, penurunan kesadaran, atau gejala neurologis lainnya.

Bila anak berusia lebih dari 7 tahun, dapat diberi imunisasi DT.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, nyeri, bengkak local, abses

steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan nyeri pada tempat suntikan dapat diberikan

analgetik antipiretik. Bila terjadi reaksi berlebihan, maka imunisasi berikutnya diberikan

DT

6. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak

Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk,

hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia.

Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak

13

Page 14: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan

pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa

menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan

otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga

terjadi kemandulan.

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan

pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan

pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

7. Imunisasi Hib

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.

Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat

yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong

imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat,

imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya

radang selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda.

Penyakit ini sangat berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup

serius. Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib

dan Pedvax.

8. Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai

dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan

membentuk keropeng yang akan mengelupas.

9. Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah

suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi

hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat

fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa

memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa

14

Page 15: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam pekerjaannya kerap

terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat,

pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat

di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat suntik, homoseksual/biseksual

aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena penyakit

menular seksual, fasilitas penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana

endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan

6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu dilakukan

pemberian imunisasi penguat (booster).

10. Imunisasi Pneumokokus Konjungata

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang

sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang

lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

11. Tipa

Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus

atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh

karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi

oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang

sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada

imunisasi ini tidak terdapat efek samping.

12. Hepatitis A

Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi

bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1

sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis

B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang

yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang

sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi

tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang

15

Page 16: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

bekerja dengan hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan

penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.

13. DT

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh

kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya

pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih

perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat

vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan dua dosis

diberikan paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12

bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus

dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.

Veksin disuntikkan intramuscular subkutan dalam sebanyak 0,5 ml. kemasan yang

dibuat Biofarma berupa flakon 25 ml, 50 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lf

toksoid difteri, 15 Lf toksoid tetanus, aluminium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik berupa

cairan yang tidak berwarna, jernih, dan dapat rusak bila beku dan kena sinar matahari

langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius dengan masa

kadaluarsa 2 tahun.

Konraindikasinya anak yang sakit parah atau sedang menderita demam tinggi. Efek

samping yang mungkin terjdai berupa demam ringan dan pembekakan local di tempat

suntikan 1-2 hari.

14. TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan

(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal

dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang

pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan

setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan

enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun

16

Page 17: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4

(perlindungan 25 tahun).

Vaksin disuntik intramuscular atau subkutan dalam sebanyak 0,5 ml. kandungan

vaksin terdiri dari 25 Lf toksoid tetanus, aluminium fosfat, dan mertiolat. Secara fisik

berupa cairan tidak berwarna, berkabut, dengan sedikit endapan putih yang tidak tahan

beku dan panas. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2 sampai 8 derajat Celcius dengan

masa kadaluarsa 2 tahun.

Kontraindikasinya anak yang sakit parah. Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi

local (kemerahan, bengkak, dan rasa sakit di tempat suntikan), sedangkan pemberiananti

tetanus serum mungkin dapat terjadi gatal di seuruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.

2.4 Jadwal Imunisasi Anak yang Dianjurkan

JENIS

VAKSIN

UMUR PEMBERIAN VAKSIN

BULAN TAHUN

Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12

Program Pengembangan Imunisasi/PPI (diwajibkan)

BCG

Hepatitis B 1 2 3

Polio 0 1 2 3 4 5

DPT 1 2 3 4 5 6

Campak 1 2

Program Imunisasi NON-PPI (dianjurkan)

Hib 1 2 3 4

Pneumokokus

(PVC)1 2 3 4

Influenza Diberikan setahun sekali

MMR 1 2

Tifoid Ulangan tiap 3 tahun

Hepatitis A 2x interval 6-12 bulan

Varisela

17

Page 18: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

2.5 Dosis Vaksin yang Dianjurkan

Jenis Imunisasi Penyakit

Terkait

Dosis Komentar dan Peringatan

Dianjurkan bagi semua orang dewasa HIV-positif

Virus Hepatitis

B (HBV)

Hepatitis B 3 suntikan

dalam

periode 6

bulan

Dianjurkan kecuali terdapat bukti

kekebalan atau hepatitis aktif. Tes darah

untuk memastikan tingkat antibodi HBV

diperlukan setelah rangkaian imunisasi

berakhir. Suntikan tambahan mungkin

dibutuhkan bila tingkat antibodi terlalu

rendah.

Influenza Flu 1 suntikan Harus diberikan tiap tahun. Hanya vaksin

flu suntik yang sebaiknya diberikan pada

mereka yang HIV-positif. Vaksin semprot

(FluMist/LAIV) sebaiknya tidak diberikan

untuk populasi ini.

Cacar, mumps

dan Rubella

(MMR)

1. Cacar

2. Mumps

3. Rubella

(Cacar

Jerman)

1 atau 2

suntikan

Satu-satunya vaksin hidup yang

dianjurkan untuk orang HIV positif

dewasa. Orang yang lahir sebelum 1957

tidak perlu diberikan vaksin ini. Orang

dewasa HIV positif dengan jumlah CD4

<200 sel/mm3, yang memiliki sejarah

penyakit terkait AIDS, atau memiliki

gejala klinis HIV tidak boleh menerima

vaksin MMR. Tiap komponen dapat

diberikan secara terpisah bila diperlukan

untuk memperoleh tingkatan antibodi

yang diperlukan.

18

Page 19: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Polysaccharide

pneumococcal

Pneumonia 1 atau 2

suntikan

Sebaiknya diberikan begitu didiagnosa

HIV, kecuali bila divaksinasi dalam 5

tahun terakhir. Bila jumlah CD4 <200

sel/mm3 ketika diberi vaksin, imunisasi

harus diulang bila jumlah CD4 Ã

¢â€°Â¥200 sel/mm3. Ulangi tiap 5 tahun.

Tetanus dan

Difteria Toksoid

(Td)

1. Lockjaw

2. Difteri

1 suntikan Ulangi tiap 10 tahun.

Dianjurkan bagi sebagian orang dewasa HIV-positif

Virus Hepatitis

A (HAV)

Hepatitis A 2 suntikan

dalam

periode 1

atau 1.5

tahun

Dianjurkan untuk pekerja kesehatan, laki-

laki yang berhubungan seks dengan laki-

laki, pengguna napza suntik, orang

dengan penyakit lever kronis (termasuk

hepatitis B atau C kronis), hemofilia, dan

orang yang akan pergi ke beberapa tempat

di dunia.

Vaksin

kombinasi

Hepatitis

A/Hepatitis B

(Twinrix)

1. Hepatitis

A

2. Hepatitis

B

3 suntikan

dalam

periode 1

tahun

Dapat digunakan pada mereka yang

membutuhkan sekaligus imunisasi HAV

dan HBV.

Haemophilus

influenzae tipe B

Bakterial

meningitis

1 suntikan Orang dewasa HIV-positif beserta

penyedia pelayanan kesehatan mereka

perlu membahas apakah

imunisasiHaemophilus

influenzae diperlukan.

Meningococcal Bakterial 1 suntikan Dianjurkan bagi mahasiswa, tentara dan

19

Page 20: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

meningitis orang-orang yang bepergian ke beberapa

tempat di dunia.

Tidak dianjurkan bagi orang dewasa HIV-positif

Anthrax Anthrax Vaksin smallpox dan varicella yang sekarang ada

merupakan vaksin hidup. Kecuali vaksin MMR,

vaksin hidup tidak dianjurkan bagi orang dengan

HIV. Walaupun vaksin anthrax yang sekarang

berlisensi tidak untuk vaksin hidup, Komite

Penasehat untuk Praktik Imunisasi tidak

menganjurkan vaksinasi rutin anthrax.

Smallpox Smallpox

Varicella Chicken pox

Varicella-

zoster*

Shingles

Beberapa dosis vaksin yang dianjurkan, antara lain:

Vaksin BCG dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk

anak 0,1 ml.

Vaksin DPT diberikan sebanyak 0,5 ml.

Vaksin DT diberikan sebanyak 0,5 ml.

Vaksin tetanus diberikan 0,5 ml.

Vaksin polio diberikan 2 tetes (0,1 ml).

Vaksin campak diberikan 0,5 ml.

Vaksin Hepatitis B diberikan sesuai kadar HBsAg. Yakni:

HBsAg negative diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived.

HBsAg positif diberikan 0,5 ml HBIG dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin

plasma derived.

HBsAg tidak diketahui dibebrikan 0,5 ml mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin

plasma derived.

2.6 Kontraindikasi

A. KONTRAINDIKASI VAKSINASI

20

Page 21: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Ada beberapa kondisi di mana jadwal pemberian vaksin berubah. Pasien yang sebelumnya

mengalami reaksi anafilaksis, pasien yang sebelumnya mengalami ensefalopati dalam 7

hari dari dosis difteria, dan tetanus sebelumnya (DPT), atau mereka yang mengalami gejala

sisa sedang atau berat setelah dosis sebelumnya tidak boleh menerima dosis lanjutan.

Selain itu DPT sering ditunda untuk anak yang sebelumnya mengalami demam lebih dari

40 derajat Celcius dalam 48 jam dari vaksinasi atau mereka yang mengalami kejang atau

terjadi syok dalam 3 hari sebelum vaksinasi. Vaksin hidup biasanya tidak diindikasikan

untuk pasien dengan imunosupresi seperti infeksi HIV, leukemia, limfoma, keganasan,

penggunaan kortikosteroid tertentu, atau pada pengobatan imunosupresi untuk mencegah

penolakan transplantasi.

B. KONDISI YANG BUKAN HALANGAN UNTUK MELAKUKAN IMUNISASI

Gangguan saluran napas atas atau gangguan salurancerna ringan

Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga.

Riwayat kejang dalam keluarga.

Riwayat kejang demam

Riwayat penyakit infeksi terdahulu

Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi

Kelainan saraf menetap seperti palsi serebral sindrom Down

Eksim dan kelainan lokal di kulit

Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit metabolik)

Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata)

Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir

Berat lahir rendah

Ibu si anak sedang hamil

Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi

C. KONDISI DIMANA IMUNISASI TIDAK DAPAT DIBERIKAN ATAU IMUNISASI

BOLEH DITUNDA:

Sakit berat dan akut; Demam tinggi;

Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;

21

Page 22: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid

jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral, MMR, BCG, Cacar

Air).

Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza

2.7 Kemungkinan Efek Samping dari Imunisasi dan Tanggung Jawab Keperawatan

KEMUNGKINAN EFEK SAMPING DARI IMUNISASI

BCG

Reaksi normal. Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu

akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm.

Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian

menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan

biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh

dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.

Reaksi berat. Kadang terjadi peradangan  setempat yang agak berat atau abses yang

lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini

disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.

Reaksi yang lebih cepat. Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses

pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah

mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.

DPT

Panas. Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat

imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan

dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air yang

dicelupkan ke air hangat.

Rasa sakit di daerah suntikan. Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan,

bengkak.

Peradangan. Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin

disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena:

22

Page 23: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Telah tersentuh,

Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril,

Sterilisasi kurang lama,

Pencemaran oleh kuman.

Kejang-kejang. Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi

disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.

Polio

Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada

gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

Hepatitis B

Efek samping berupa efek local (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan,

lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.

TT

Efek samping toksoid tetanus berupa reaksi local (kemerahan, bengkak, dan rasa sakit

di tempat suntikan), sedangkan pemberian anti tetanus serum mungkin dapat terjadi gatal di

seuruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.

Campak

Efek samping vaksin campak  : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas

selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti

penderita campak ringan.

PENANGANAN MASALAH PASCA IMUNISASI

23

Page 24: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

BCG, luka tidak perlu diobati cukup dibersihkan atau dikompres dengan air hangat atau

larutan fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak

anjurkan ke puskesmas

DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan

kompres dingin.

Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

24

Page 25: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita

terhadap infeksi tertentu. 

Tujuan dari program vaksinasi adalah untuk melebarkan skala pencegahan penyakit

infeksi yang spesifik agar tidak terjadi dalam populasi.

Petunjuk yang detail tentang mereka yang mengalami alergi dan komplikasi lain harus

merupakan informasi yang disediakan yaitu meliputi pendinginan, penyimpanan, dosis, dan

cara pemberian.

Vaksin diklasifikasikan menjadi 2, yakni vaksin hidup dan vaksin mati.

Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan pada

mulut anak balita (bawah lima tahun).

Ada berbagai jenis vaksin yang biasa diberikan, antara lain vaksin BCG, DPT, TT, Polio,

Campak, Hepatitis B, dsb.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita

tentangVaksinasi. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar

makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif M. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :

MediaAesculapius.

25

Page 26: Imunisasi Dan Vaksin Revisi 1

Subowo. 1993. Imunologi Klinik. Bandung : Angkasa.

Http://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/imunisasi.html

Http://bidansherly.wordpress.com/tag/jenis-jenis-vaksin.html

26