1 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL (Studi Pada Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Oleh : DEWI SETYO RINI PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI TANJUNGPINANG 2015
21
Embed
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · adanya hubungan antara minuman keras dan tindak pidana.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL
(Studi Pada Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Tahun 2013)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
DEWI SETYO RINI
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
1
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL
(Studi Pada Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Tahun 2013)
DEWI SETYO RINI
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH
Penyalahgunaan alkohol merupakan penyebab atau paling sedikit sebagai
faktor pencetus terjadinya tindak kriminal. Data dalam penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan antara minuman keras dan tindak pidana. Dalam arti bahwa
penyalahgunaan minuman keras dapat menimbulkan tindak pidana kekerasan,
antara lain penganiayaan, pencurian, zina/cabul/susila, pengrusakan, perkosaan,
dan pembunuhan. Pengaruh alkohol yang menekan pusat pengendalian diri
seseorang sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah mengetahui Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 8 Tentang
Ketentuan Larangan Pengawasan Dan Pengendalian Minuman Beralkohol (Studi
Pada Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Tahun 2013). Pada penelitian
ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kualitatif. Dalam penelitian
ini informan terdiri dari 5 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Setelah dilakukan penelitian, maka hasil temuan yang didapatkan bahwa
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Bintan Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pengawasan Dan
Pengendalian Minuman Beralkohol Pada Kecamatan Bintan Timur Kabupaten
Bintan Tahun 2013 belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan beberapa hal
sebagai berikut : Dari dimensi keluaran kebijakan dapat diketahui bahwa selama
ini prosedur dalam pelaksanaan pengawasan hanya berpedoman pada Peraturan
Daerah Kabupaten Bintan Nomor 6 Tahun 2011, tidak ada peraturan turunan yang
jelas dalam menjalankan peraturan ini dilapangan yang dilaksanakan oleh satpol
PP. Dari dimensi kepatuhan kelompok sasaran maka diketahui bahwa secara
umum Satpol PP Kabupaten Bintan sudah taat terhadap aturan yang berlaku.
Namun pada dimensi dampak nyata kebijakan diketahui bahwa masih banyak
orang yang belum patuh sehingga dampak nyata dari kebijakan ini belum terlihat.
Seperti masyarakat yang masih sering mengkonsumsinya, kemudian kedai yang
masih berjualan, padahal razia sudah sangat sering dilakukan. Namun
permasalahan datang dari masyarakat dan para pengusaha. Mereka berdalih masih
tidak mengetahui tentang peraturan tersebut.
Kata Kunci : Kebijakan, Implementasi kebijakan
2
IMPLEMENTATION OF DISTRICT BINTAN REGULATION NUMBER 6 OF
2011 ON THE SUPERVISION AND CONTROL OF ALCOHOL
(Studies in District of East Bintan Bintan regency in 2013)
DEWI SETYO RINI
Students of Science Of Government, FISIP, UMRAH
Alcohol abuse is the cause or at least as a trigger factor crime. The data in
this study suggests a link between alcohol and crime. In the sense that the abuse
of alcohol can lead to crimes of violence, among other mistreatment, theft,
adultery / obscene / moral, destruction, rape, and murder. The influence of
alcohol that suppress the central control so that the relevant person to be brave
and aggressive
The purpose of this research is basically knowing Implementation Bintan
District Regulation No. 6 of 2011 Article 8 The provisions Prohibition
Supervision and Control of Alcoholic Beverages (Studies in District of East
Bintan Bintan regency in 2013). In this study, the authors use this type of
qualitative descriptive study. In this study, the informants consist of 5 people.
Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative data
analysis techniques.
After doing research, the findings showed that the results of this study can
be concluded that the implementation of Bintan District Regulation No. 6 of 2011
on Supervision and Control of Alcoholic Beverages In the District of East Bintan
Bintan regency in 2013 is not going well, this is because some things as follows:
From the output dimensions of the policy can be seen that during the procedure
under supervision only based on Bintan District Regulation No. 6 of 2011, there
are no clear rules in the running derivative of this regulation in the field are
conducted by Satpol PP. Of dimensional compliance of the target group it is
known that in general the municipal police Bintan regency has been obedient to
the rules applicable. But the real impact of the policy dimension in mind that
there are still many people who have not been obedient so that the real impact of
this policy is yet to be seen. As people who are still often consume them, then store
that still sells, whereas raids have very often done. But the problems come from
the community and employers. They argue still do not know about the new rules.
Keywords: policy, policy implementation
3
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL
(Studi Pada Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan Tahun 2013)
A. Latar Belakang
Otonomi daerah bisa diartikan sebagai kewajiban yang dikuasakan kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan &
kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan daya guna dan juga hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
kewajiban yaitu kesatuan masyarakat hukum yg memiliki batas-batas wilayah yg
berwenang mengutur dan mengatur pemerintahan serta kepentingan
masyarakatnya sesuai prakarsa sendiri berdasarkan keinginan dan suara
masyarakat.
Sebagai suatu daerah yang otonom, Pemerintah daerah mempunyai
wewenang dalam mengeluarkan suatu Peraturan, dimana salah satu tujuannya
adalah guna menjamin kepastian hukum dan menciptakan serta memelihara
ketentraman dan ketertiban umum. Kepastian hukum dan penegakan Peraturan
Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, tentu tidak terlepas dari terciptanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, yang dalam perwujudannya diperlukan
suatu kemampuan manajemen dan profesionalisme dalam menangani berbagai
pelanggaran-pelanggaran menyangkut ketertiban sehingga hasil yang dicapai
sesuai dengan apa yang diharapkan.
4
Dalam kenyataan di lapangan penegakan Peraturan daerah yang
menyangkut ketertiban dan ketentraman umum amat bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat banyak, dalam hal ini masyarakat menengah kebawah,
betapa banyaknya hal-hal dan kegiatan masyarakat yang diwarnai dengan
pelanggaran, namun pelanggaran itu sendiri tidak dirasakan, dan bahkan jauh dari
itu masyarakat yang melanggar malah meyakini bahwa tindakan yang dilakukan
mereka bukan suatu pelanggaran, walau sudah ada aturan yang mengaturnya.
Hal ini tentu yang menjadi salah satu penyebab adalah masyarakat tidak
pernah mendapat informasi ataupun peringatan-peringatan dari aparat yang
berwenang mengenai larangan-larangan yang tertuang dalam suatu Peraturan
Daerah yang berlaku secara syah dan kurangnya ketegasan pihak Pemda terhadap
aturan dimaksud.
Ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat adalah suatu keadaan
dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat
dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib dan teratur. Memang
dirasakan oleh berbagai kalangan bahwa suatu Peraturan Daerah yang sudah
diberlakukan secara efektif tidak pernah disosialisasikan oleh pemerintah daerah
bersama aparat kepolisian atau instansi terkait, sehingga pemahaman masyarakat
akan pentingnya Peraturan Daerah ini amat dangkal.
Dalam Perda Nomor 6 Tahun 2012 Satpol PP mempunyai tugas
menegakkan Peraturan Daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat. Pada pasal 5 Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Satuan Polisi Pamong Praja berwenang melakukan
5
tindakan penertiban non yustisial terhadap warga masyarakat, aparataur, atau
badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/atau
Peraturan Bupati, menindak warga masyarakat,aparatur atau badan hukum yang
mengganggu ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, fasilitasi dan
pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat, melakukan
tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,atau badan hukum
yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Bupati,
melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau
badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan/atau
Peraturan Bupati.
Dilain pihak Penegakan peraturan dianggap tidak memberikan rasa dan
kesan keadilan bagi masyarakat. Aparat kadang kala melakukan tindakan setelah
pelanggaran tersebut sudah terakumulasi sehingga dalam penegakannya
memerlukan tenaga, biaya dan pikiran yang cukup berat, karena bagaimanapun
dengan sudah banyaknya pelanggaran akan banyak juga resiko yang dihadapai
dalam penegakan Peraturan Daerah, bahkan akan berpotensi besar terhadap
timbulnya masalah yang lebih serius yang bisa membahayakan kepentingan
masyarakat luas atau kepentingan umum.
Minuman beralkohol pada hakekatnya membahayakan kesehatan jasmani
dan rohani, mengancam kehidupan masa depan kehidupan bangsa, dapat
mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat serta menjadi salah satu faktor
terjadinya tindak kekerasan dan kriminalitas serta tindakan yang tidak terpuji
lainnya, bahwa dalam rangka penertiban pengedaran dan penggunaan minuman
6
beralkohol, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman Beralkohol.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak perilaku menyimpang
seperti perkelahian, tawuran, kriminalitas, pencurian, perampokan, dan perilaku
seks berisiko dipengaruhi oleh penggunaan alkohol. Perilaku menyimpang ini
jelas mengganggu ketenteraman dan kenyamanan masyarakat yang terkena imbas
perilaku penyalahgunaan alkohol karena sulit mengendalikan prikiran dan
perilakunya maka mudah menyakiti, misalnya dengan terjadinya berbagai perilaku
kriminal yaitu pada kasus-kasus tertentu bahkan membunuh. (Sudarsono:2008:36)
Peraturan larangan penjualan minuman keras beralkohol bir di minimarket
adalah berdasarkan pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 6
Tahun 2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan,
Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Permendagri tersebut melarang
penjualan minuman beralkohol golongan A yakni yang memiliki kadar alkohol di
bawah 5 persen antara lain jenis bir, dilarang dilakukan di minimarket. Penjualan
hanya boleh di supermarket atau hipermarket namun hanya boleh dikonsumsi di
lokasi.
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.6 Tahun 2015 ini
merupakan perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20
Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan,
Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Dalam peraturan itu
memperbolehkan menjual minuman beralkohol dengan kadar 5 persen di
minimarket. Sebagai petunjuk pelaksana Peraturan Menteri Perdagangan
7
(Permendag) kemudian diterbitkan SK Direktur Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri Nomor 04/PDN/4/2015 terkait pembatasan penjualan bir di tingkat
pengecer. Kebijakan itu diambil untuk melindungi generasi muda Indonesia dari
miras. Saat ini, akses generasi muda terhadap miras dinilai sangat mudah terutama
dengan dijualnya miras di minimarket.
Pemerintah Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan guna menekan
angka kriminalitas yang diakibatkan oleh pengguna alkohol. Tujuan dari
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 ini adalah mendorong perilaku
masyarakat agar melindungi kesehatan, ketenteraman dan ketertiban serta
kehidupan moral masyarakat dari akibat buruk konsumsi minuman beralkohol,
dan Menekan angka kriminalitas dengan mengurangi faktor penyebab timbulnya
kriminalitas untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang aman, tertib, dan
tenteram. Untuk itu sangat dibutuhkan Peran pemerintah khususnya satpol PP
serta peran aktif masyarakat untuk turut menjalankan kebijakan ini, agar dapat
berjalan sesuai dengan tujuannya. Peraturan ini juga dibuat untuk mendorong
perilaku masyarakat agar melindungi kesehatan, ketenteraman dan ketertiban serta
kehidupan moral masyarakat dari akibat buruk konsumsi minuman beralkohol dan
Menekan angka kriminalitas dengan mengurangi faktor penyebab timbulnya
kriminalitas untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang aman, tertib, dan
tenteram. (Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011)
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 menjelaskan pada pasal 9 bahwa
Jalur agama dan budaya sebagai upaya pencegahan dan menanggulangi minuman
beralkohol. serta Pelaksanaan peran masyarakat dilakukan secara bertanggung
8
jawab sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dengan
menghormati norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. Minum minuman keras
dalam Islam jelas Haram hukumnya akan tetapi sampai seberapa pengaruhnya
terhadap diri sendiri maupun lingkungannya sehingga Islam mengharamkannya.