IMPLEMENTASI PELAYANAN PADA KANTOR BERSAMA SAMSAT KOTA PAREPARE (ANALISIS HUKUM ISLAM) Oleh: ASNITA NIM: 11.2200.054 PROGRAM STUDI MUAMALAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAREPARE 2016
IMPLEMENTASI PELAYANAN PADA KANTOR BERSAMA
SAMSAT KOTA PAREPARE (ANALISIS HUKUM ISLAM)
Oleh:
ASNITA
NIM: 11.2200.054
PROGRAM STUDI MUAMALAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAREPARE
2016
IMPLEMENTASI PELAYANAN PADA KANTOR BERSAMA
SAMSAT KOTA PAREPARE
Oleh:
ASNITA
NIM: 11.2200.054
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum(S.H)
pada Program Studi Muamalah Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare
PROGRAM STUDI MUAMALAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAREPARE
2016
IMPLEMENTASI PELAYANAN PADA KANTOR BERSAMA
SAMSAT KOTA PAREPARE
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Program Studi
Muamalah (Ekonomi Islam)
Disusun dan diajukan oleh
ASNITA
NIM: 11.2200.054
Kepada
PROGRAM STUDI MUAMALAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAREPARE
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., berkat hidayah, taufik,
dan maunah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar “Sarjana Syariah” Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Parepare.
Penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda
Asmawati, Ayahanda Muh.Nur, serta saudara saya tercinta dimana dengan
pembinaan dan berkat doa tulusnya, penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan tugas akademik pada tepat waktunya.
Penulis telah menerima banyak bimbingan dan bantuan dari Ibu Syahriyah
Semaun, S.E., M.M dan Ibu Damirah, S.E., M.M. selaku pembimbing I dan
pembimbing II, atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
ucapkan terima kasih.
Selanjutnya, penulis juga mengucapkan, menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si sebagai Ketua STAIN Parepare yang
telah bekerja keras mengelola pendidikan di STAIN Parepare.
2. Bapak Budiman,M.HI sebagai Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam atas
pengabdiannya telah menciptakan suasana pendidikan yang positif bagi
mahasiswa.
3. Ibu Rusnaena, M.Ag. selaku Penanggung Jawab Program Studi Hukum
Ekonomi Islam/ Muamalah.
4. Bapak dan Ibu dosen seluruh program studi yang telah meluangkan waktu
mereka dalam mendidik penulis selama kuliah di STAIN Parepare.
5. Para sahabat seperjuangan yang meluangkan waktu menemani dan membantu
penulis dalam mencari referensi.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik moril maupun materil hingga tulisan ini dapat
diselesaikan. Semoga Allah swt,. Berkenan menilai segala kebajikan sebagai amal
jariah dan memberikan rahmat dan pahala-Nya.
Akhirnya penulis menyampaikan kiranya pembaca berkenan memberikan
saran konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.
Parepare, 26 September 2016
Penulis
ASNITA
NIM: 11.2200.054
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : ASNITA
NIM : 11.2200.054
Tempat/Tgl. Lahir : Parepare, 02 April 1993
Program Studi : Muamalah
Jurusan : Syariah dan Ekonomi Islam
Judul Skripsi : Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama SAMSAT
Kota Parepare
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Parepare, 26 September 2016
Penulis
ASNITA
NIM: 11.2200.054
ABSTRAK
ASNITA.,(Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Parepare)
(dibimbing oleh Ibu Syahriyah Semaun dan Ibu Damirah) Sistem Administrasi Manunggal di Satu Atap (SAMSAT) merupakan salah
satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dan memperbaiki sistem pelayanan pajak, sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas dan surat-surat kendaraan bermotor. Bagaimana Sistem Pelayanan dan Kualitas Pelayanan Kantor Bersama SAMSAT di Kota Pare. Untuk mengetahui bagaimana penerapan dan faktor apa saja yang mempengaruhi Sistem Pelayanan dan Kualitas Pelayanan Kantor Bersama SAMSAT di Kota Parepare.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Intinya, penelitian ini berupaya menggambarkan kondisi faktual yang diperoleh dari hasil pengolahan data secara kualitatif melalui wawancara dan observasi peneliti terhadap masyarakat di Kantor Bersama SAMSAT dan masyarakat Kecamatan Soreang di Kota Parepare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SAMSAT memiliki integritas yang tinggi, inovasi untuk kemajuan yang lebih baik, kualitas dan produktivitas yang tertinggi, kerjasam team dan kepuasan masyarakat melalui standar pelayanan yang terbaik, Upaya dalam menggenjot peningkatan pajak di Kota Pare-pare. UPTD Kantor bersama Samsat melakukan sistem pelayanan secara prima, dan juga dalam hal ini pihak UPTD melakukan Iplementasi dan regulasi. Motto yang diambil di kantor SAMSAT adalah kepuasan masyarakat dalam penyelesaian administrasi kendaraan bermotor adalah kehormatan bagi kami. kemudian dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa pelaksanaan yang dilakukan SAMSAT telah berhasil dan masyarakat khususya di Kecamatan Soreang Kota Parepare sebagai wajib pajak telah menyadari ketetapan pembayaran pajak dikarenakan pelayanan yang di berikan dengan sebaiknya. Dimana Kesederhanaan pelayanan yang dilakukan untuk mempermudah masyarakat dalam pembayaraan pajak kendaraan bermotor di Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT).
Key Word: Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Parepare
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………………………..ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………………iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING……………………………iv
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI…………………………………...v
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... viii
ABSTRAK……………………………………………………………………………ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………...xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………11
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................11
1.4 Kegunaan Penelitian………………………………………………….11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu………………………………………..12
2.2 Tinjauan Teoritis……………………………………………………...13
2.2.1 Definisi Pelayanan………………………………………………13
2.2.2 Teori Faktor-faktor Pelayanan………………………………….15
2.2.3 Teori Kualitas Layanan…………………………………………15
2.2.4 Teori Sumber Daya Manusia…………………………………....19
2.3 Tinjauan Konseptual…………………………………………………..20
2.4 Bagan Kerangka Pikir………………………………………………...23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………..24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………25
3.3 Fokus Penelitian………………………………………………………25
3.4 Jenis dan Sumber Data………………………………………………..25
3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………26
3.6 Teknik Analisis Data……………………………………………….....27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………….29
4.2 Struktur Organisasi Bersama Samsat Kota Parepare…………………37
4.3 Sistem Pelayanan Kantor Bersama SAMSAT di Kota Parepare……..38
4.4Kualitas Pelayanan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Parepare
dalam Tinjauan Hukum Islam…………………………………………60
4.5Teori Sumber Daya Manusia………………………………………….72
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………...74
5.2 Saran………………………………………………………………….75
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Jumlah Unit Kendaraan
Berdasarkan Subjek PKB yang
Terdaftar dan Terbayar Pada
UPTD SAMSAT Wilayah Kota
Parepare pada Tahun 2012-2014.
42
Tabel 4.2 Data Jumlah Unit Kendaraan
Berdasarkan PKB yang Terdaftar
dan Belum Terbayar Pada UPTD
SAMSAT Wilayah Kota Parepare
Tahun 2012-2014.
43
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Bagan Kerangka Pikir
Gambar SAMSAT
Peta Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
Struktur Organisasi SAMSAT Kota Parepare
21
30
34
35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp. Judul Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Bukti Wawancara
Foto Lokasi SAMSAT di Kota Parepare
Riwayat Hidup Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Reformasi telah membawa perubahan paradigma pemerintahan dari
Pemerintah menjadi Tata Kelola. Perubahan penyelenggaraan pemerintahan daerah
dilakukan dengan melakukan revitalisasi dan reposisi kelembagaan pemerintah
daerah untuk mengawali proses otonomi daerah. Otonomi daerah dalam SK Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 8 tahun 1993 diterapkan untuk
mengoptimalkan fungsi pemerintahan meliputi pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan diformulasikan dalam kebijakan publik yang berorientasi terhadap
kebutuhan masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat menjadi titik
penting dari keseluruhan reformasi penyelenggaraan pemerintahan.
Selama ini pelaksanaan otonomi daerah masih berorientasi pada peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD). Sumberdaya keuangan memang sangat berpengaruh
dalam kelancaran penyelenggaraan pemerintahan karena seluruh kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan bersumber dari PAD. Komitmen pemerintah daerah
berfokus pada peningkatan sumberdaya keuangan berdampak dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang kurang efektif dan efisien. Kinerja organisasi dan pelayanan
publik sebagai bagian dari penyelenggaraan pemerintahan kurang diperhatikan.
Padahal secara sistemik untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik harus
memperhatikan kinerja organisasi dan pelayanan publik. Peningkatan PAD
mendorong besarnya pembiayaan belanja daerah dan meningkatnya beban
masyarakat yang harus diemban. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Wahyudi Kumorotomo, kualitas pelayanan publik belum mengalami peningkatan
yang signifikan dengan peningkatan belanja daerah dan peningkatan beban
masyarakat berupa kenaikan pajak dan biaya pelayanan. Pada hakekatnya tugas
pokok pemerintah sebagai organisasi publik adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga aparat pemerintah memiliki kewajiban dan tanggungjawab
untuk memberikan pelayanan publik dengan baik dan dapat memuaskan semua pihak.
Terselenggaranya pelayanan publik yang profesional merupakan tanggungjawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat, karena mendapatkan pelayanan yang
memuaskan merupakan hak masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah.1
Dalam era otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang perimbangan keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
menjadi lebih besar. Hal ini sangat berbeda dengan era sebelumnya dimana
kewenangan lebih banyak tetapi dituntut untuk mewujudkan pemerintahan yang baik
sebagai manifestasi strategi yang lebih luas dari pemerintahan pusat.2
Selanjutnya, adapun Tujuan pelayanan prima adalah untuk menghasilkan
kualitas layanan yang baik dan tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan
berkurangnya keluhan dari para pelanggan, sehingga menunjukkan kinerja prestasi
untuk layanan yang professional. Dengan bergesernya kewenangan kepada daerah
kota, maka pelayanan masyarakat seperti hak dalam pelayanan Sistem Administrasi
Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT). Para pejabat dan aparat pelaksana
dituntut agar kemampuan dan keterampilan yang berkualitas dan cepat dalam
1Eprints.uny.ac.id. www./download/.pdf. Diakses tanggal 2 November 2015 2A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara,
2000).
melayani masyarakat pelanggan, sehingga akan tercapai pelayanan yang prima.
Sedangkan yang mendasari tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pelayanan masyarakat.
Namun, dalam kenyataannya masih banyak pelayanan aparat pemerintah yang
tidak memuaskan masyarakat dan jauh dari prinsip-prinsip pelayanan publik seperti
yang telah digariskan dalam SK Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(MENPAN). Masyarakat akan merasa puas jika harapan dan kebutuhannya dapat
terpenuhi. Apabila masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan
maka dapat dipastikan bahwa pelayanan tersebut tidak efektif dan efisien. Ada tiga
masalah besar dalam pelayanan publik yaitu diskriminasi pelayanan, tidak adanya
kepastian pelayanan dan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
publik. Fakta bahwa pelayanan publik di Indonesia itu masih banyak yang
menunjukkan kualitas yang buruk sering menjadi bahasan, baik itu secara lisan
maupun tulisan. Kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang
menghargai hak dan martabat warga negara sebagai pengguna pelayanan
mengakibatnya lemahnya legitimasi pemerintah bukan hanya di mata warga
negaranya tetapi ini juga berdampak luas terhadap ketidakpercayaan pihak swasta dan
pihak asing untuk menanamkan investasinya.
Di dalam kelengkapan penjelasan mengenai sistem pelayanan juga dibutuhkan
Manajemen Publik Relations dan Media Komunikasi. Sebagai ilmu pengetahuan
menejemen bersifat universal dan sistematis, yaitu mencakupi kaidah-kaidah, prinsip-
prinsip dan konsepsi serta mengacu pada landasan teoritis yang ada dalam
melaksanakan fungsi-fungsi dasar dari menejemen umum; tahap perencanaan,
pengorganisasian, pengoordinasian dan hingga ke tahap penilaian (evaluasi). Sebagai
suatu seni manajemen merupakan bagaimana cara memimpin (leadership) orang lain
demi mencapai tujuan bersama pada sebuah lembaga/organisasi, termasuk
manajemen untuk mengelola bidang keuangan, manajemen pemasaran dan lain
sebagainya. Menejemen berasal dari kata manage (bahasa latinnya:manus) yang
berarti memimpin, menangani, mengatur, atau membimbing. mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.3
Dari definisi manajemen di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa fungsi
pokok atau tahapan-tahapan dalam manajemen merupakan suatu proses yang meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1.1.1. Perencanaan
Meliputi: penetapan tujuan dan standar, penentuan aturan dan prosedur,
pembuatan rencana serta ramalan (prediksi) apa yang akan terjadi.
1.1.2. Pengorganisasian (organizing)
Meliputi: pemberian tugas terpisah kepada masing-masing pihak, membentuk
bagian, mendelegasikan dan menetapkan sistem komunikasi, mengoordinir kerja
setiap karyawan dalam satu tim yang solid dan terorganisasi.
1.1.3. Penyusun formasi (staffing)
Meliputi: menentukan persyaratan dan porsonel yang akan di pekerjakan,
merekrut calon karyawan, menentukan gambaran tugas dan pesyaratan teknis suatu
pekerjaan, melakukan penilaian dan pelatihan termasuk di dalamnya pengembangan
3Rosady Ruslan, Manajemen Publik Relations & Media Komunikasi (Cet. X; Jakarta: 2010),
h. 1.
kualitas dan kuantitas karyawan sebagai acuan untuk penyusunan setiap fungsi dalam
manajemen organisasi.
1.1.4. Memimpin (leading)
Meliputi: membuat orang lain melaksanakan tugasnya, mendorong dan
memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif-
khususnya dalam metode komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya-sehingga
timbul saling pengertian dan kepercayaan yang baik.
1.1.5. Pengawasan (controlling)
Fungsi terakhir manajemen ini mencakup: persiapan suatu standar kualitas
dan kuantitas hasil kerja, baik berupa bentuk produk maupun jasa yang di berikan
perusahaan/organisasi dalam upaya pencapaian tujuan, produktivitas dan terciptanya
citra yang positif.
Sudah sejak lama memang banyak kesan buruk yang disandang aparat
pemerintah (sektor publik) dalam hal pelayanan. Hal ini antara lain dapat
diindikasikan dari besarnya dana yang digunakan untuk membiayai aparatur
pemerintah, namun hal itu ternyata tidak diimbangi dengan kualitas pelayanan yang
maksimal. Ini menunjukkan bahwa budaya pelayanan pada instansi pemerintahan
masih belum berorientasi pada kepuasan masyarakat selaku pelanggannya. Padahal
masyarakat telah bersedia mengorbankan sebagian sumber dayanya untuk negara
dengan membayar berbagai macam pungutan, baik pajak, retibusi dan sebagainya.
Sudah sewajarnya jika masyarakat mengharapkan kepuasan yang maksimal atas
pelayanan yang diberikan oleh negara. Budaya organisasi mencerminkan spesifikasi
suatu organisasi sehingga berbeda dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi ini
melingkupi seluruh pola perilaku anggotanya dan menjadi pegangan bagi setiap
individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup internal maupun eksternal.
Adapun, Etika Aparatur Sebagai Penyelenggara Pelayanan Publik yaitu: Etika,
termasuk etika birokrasi yang mempunyai dua fungsi, yaitu: pertama, sebagai
pedoman, acuan, refrensi bagi administrasi negara (birokrasi publik) dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam organisasi tadi
dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela. Kedua, etika birokrasi sebagai standar penilaian
mengenai sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai baik, tidak tercela dan
terpuji. Leys berpendapat bahwa: “Seseorang administrator dianggap etis apabila ia
menguji dan mempertanyakan standar-standar yang digunakan dalam pembuatan
keputusan, dan tidak mendasarkan 6 keputusannya semata-mata pada kebiasaan dan
tradisi yang sudah ada”. Selanjutnya, Anderson menambahkan suatu poin baru
bahwa: “standar-standar yang digunakan sebagai dasar keputusan tersebut sedapat
mungkin merefleksikan nilai-nilai dasar dari masyarakat yang dilayani”. Berikutnya,
Golembiewski mengingatkan dan menambah elemen baru yakni: “standar etika
tersebut mungkin berubah dari waktu-kewaktu dan karena itu administrator harus
mampu memahami perkembangan standar-standar perilaku tersebut dan bertindak
sesuai dengan standar tersebut”.4
Beberapa konsep mengenai etika pelayanan publik dapat disimak dari
pendapat-pendapat berikut ini:
1.1.1. Etika pelayanan publik adalah: “suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum
4 Keban, Yeremias T. 1994. Pengantar Aministrasi Publik. Program MAP UGM, Yogyakarta.
atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik”
Kumorotomo.
1.1.2. Lebih lanjut dikatakan oleh Putra Fadillah, etika pelayanan publik adalah:
“suatu cara dalam melayani publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang
mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau norma yang mengatur tingkah laku
manusia yang dianggap baik”.
1.1.3. Sedangkan etika dalam konteks birokrasi menurut Dwiyanto : “Etika birokrasi
digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi aparat birokrasi dalam menjalankan
tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi harus menempatkan kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasnya. Etika harus
diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar mengutamakan
kepentingan masyarakat luas”.
1.1.4. Darwin mengartikan etika birokrasi (administrasi negara) sebagai seperangkat
nilai yang menjadi acuan atau penuntun bagi tindakan manusia organisasi.
Selanjutnya dikatakan bahwa etika (termasuk etika birokrasi) mempunyai dua fungsi
yaitu: pertama, sebagai pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi
publik) dalam menjalankan tugas dan kewenangannya agar tindakannya dalam
organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela; kedua, etika birokrasi sebagai
standar penilaian mengenai sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi publik dinilai baik,
tidak tercela dan terpuji. Seperangkat nilai dalam etika birokrasi yang dapat
digunakan sebagai acuan, referensi, penuntun bagi birokrasi publik dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya antara lain: efesiensi, membedakan milik
pribadi dengan milik kantor, impersonal, merytal system, responsible, accountable,
dan responsiveness.
1.1.5. Menurut Widodo, Etika administrasi negara adalah merupakan wujud kontrol
terhadap administrasi negara dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok,
fungsi dan kewenangannya. Manakala administrasi negara menginginkan sikap,
tindakan dan perilakunya dikatakan baik, maka dalam menjalankan tugas pokok,
fungsi dan kewenangannya harus menyandarkan pada etika administrasi negara.
Konsep etika menurut Bertens, terdiri beberapa arti, salah satu diantaranya
dan biasa digunakan orang adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak. Filsuf besar
Aristoteles telah menggunakan kata etika ini dalam menggambarkan filsafat moral,
yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Kamus
Umum Bahasa Indonesia, karangan Purwadaminta, etika dirumuskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral), sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, istilah etika disebut sebagai berikut:
1.1.1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral;
1.1.2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan
1.1.3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dengan memperhatikan beberapa sumber diatas, Bertens berkesimpulan
bahwa ada tiga arti penting etika, yaitu etika:
1.1.1. Sebagai nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, atau disebut dengan
“sistim nilai”;
1.1.2. Sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering dikenal dengan “kode
etik”; dan
1.1.3. Sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk, yang acapkali disebut “filsafat
moral”.
Sistem Administrasi Manunggal di Satu Atap (SAMSAT) merupakan salah
satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah dan memperbaiki sistem pelayanan pajak, sumbangan wajib dana kecelakaan
lalu lintas dan surat-surat kendaraan bermotor. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
perkembangannya hingga saat ini pelayanan yang diberikan oleh SAMSAT dirasakan
oleh masyarakat sangat kurang dan belum seperti yang diharapkan, sederhana, cepat
dan transparan. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kepuasan layanan dilihat dari kesadaran aparat layanan, disiplin aparat
layanan, kerjasama aparat dalam layanan dan jaminan layanan yang diharapkan oleh
masyarakat (penerima layanan). Metode analisis dari jawaban angket yang disebarkan
pada penerima layanan SAMSAT Kota Parepare dilakukan dengan menggunakan
analisis korelasi Rank-Kendall dan analisis korelasi Pearson untuk menguji hubungan
antara variabel kesadaran aparat, disiplin aparat, kerjasama aparat, jaminan layanan
dan kepuasan penerima layanan. Temuan pertama dalam penelitian ini adalah ada
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel kesadaran aparat, disiplin aparat,
kerjasama aparat dan jaminan layanan dengan kepuasan penerima layanan secara
parsial. Sedangkan temuan kedua dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang
positif dan signifikan antara variabel kesadaran aparat, disiplin aparat, kerjasama
aparat dan jaminan layanan dengan kepuasan penerima layanan secara bersama-sama.
Kantor samsat merupakan salah satu dari wadah pelayanan publik yang
dibentuk oleh pemerintah di bidang pendaftaran kendaraan bermotor berdasarkan
Instruksi Bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan
Menteri Keuangan, dimana pelaksanaan pelayanan dengan sistem administrasi yang
dilakukan secara manunggal di bawah satu atap. Salah satu tugasnya adalah
melakukan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK). STNK
berfiingsi sebagai registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dengan hak memakai
nomor kendaraan bermotor. Selain itu, mengenai tata laksana pelayanan Samsat
tersebut diatur berdasarkan Surat Keputusan Bersama Kepala Kepolisian Republik
Indonesia, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur
Utama PT. Jasa Raharja juga didukung dengan PP Nomor 31 Tahun 2004 dimana
Surat Keputusan dan PP ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui
mekanisme/jalur pelayanan maupun biaya administrasi yang harus mereka ikuti pada
kantor samsat. Visi dan misi dari organisasi merupakan elemen kunci untuk
membentuk dan menimbulkan budaya organisasi. Visi dan misi ini mencakup
maksud, tujuan, dan ruang lingkup kegiatan suatu organisasi yang membentuk
budaya organisasi yang bagaimana yang diterapkan pada instansi ini. Lebih spesifik
lagi penulis ingin melihat apakah banyaknya keluhan seperti berbagai kasus yang
dialami masyarakat ketika berurusan dengan kebanyakan instansi-instansi pemerintah
yang melayani pelayanan publik, juga yang dialami masyarakat ketika berurusan pada
kantor samsat. Untuk itulah penulis berkeinginan untuk meneliti apakah budaya
organisasi yang telah ada dalam Kantor Bersama Samsat Kota Parepare.
Dengan demikian, fokus pembahasan skripsi ini adalah mengenai
Implementasi Pelayanan Pada Kantor Layanan SAMSAT Kota Parepare.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana Sistem Pelayanan Kantor Bersama SAMSAT di Kota Parepare?
1.2.2. Bagaimana Kualitas Pelayanan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota
Parepare?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pelayanan pada Kantor Bersama
SAMSAT di Kota Parepare
1.3.2. Untuk mengetahui Kualitas Pelayanan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota
Parepare
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi penulis
Berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir
dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan.
1.4.2. Bagi instansi
Penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi bagi Kantor Bersama Samsat
Kota Parepare dalam memberikan pelayanan pendaftaran kendaraan bermotor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sepanjang penelusuran referensi yang telah penulis lakukan, penelitian yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Penulis menemukan sebuah penelitian yang
berjudul “Analisis pelayanan pajak kendaraan bermotor di samsat di kota semarang
II” oleh Zainal Hidayat yang mengatakan bahwa karena kinerja belum sesuai dengan
petugas pelayanan di samsat kota semarang belum sesuai dengan keinginan pengguna
jasa (masyarakat). 5 Strategi Penerapan Kualitas Pelayanan Jasa Sebagai upaya
peningkatan kepuasan layanan pada kantor dinas pendapatan daerah Palembang. Oleh
Ike Kusdyah Rachmawati yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan samsat di
Palembang belum dapat meningkat kualitas pelayanan karena kualitas karyawan
harus di latih dengan keterampilan yang lebih baik lagi dan bagi pihak Samsat
Palembang bahwa hendaklah memperhatikan kualitas layanan yang mereka berikan
kepada pelanggan.6
Terkait dengan penelitian saya yang berjudul implementasi pelayanan pada
kantor bersama samsat kota Parepare, penelitian ini yang memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya. Dalam penelitan ini, yang membedakan judul saya sistem
pelayanan pada kantor bersama samsat kota parepare dan kualitas pelayanan pada
kantor bersama samsat kota parepare apakah telah melayani masyarakat kota parepare
dalam pelayan publik di kantor samsat dengan baik dan memuaskan pelayanan
terhadap masyarakat adanya kemudahan pengurusan pada kantor bersama samsat
5Zainal Hidayat, Analisis kepuasan pelayanan pajak kendaraan bermotor di samsat kota semarang II
(Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro). 6Ike Kusdyah Rachmawati, Strategi penerapan kualitas pelayanan jasa sebagai upaya peningkatan
kepuasan layanan pada kantor dinas pendapatan daerah Palembang (STIE Asia Malang).
kota parepare serta untuk mengetahui kualitas pelayanan samsat kota parepare yang
memiliki bukti langsung dalam menunjang pelayanan pada masyarakat, kehandalan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan cepat dan tepat waktu dalam
menanggapi setiap keluhan yang disampaikan oleh masyarakat.
2.2. Tinjauan Teoritis
Penelitian ini akan menggunakan suatu bangunan kerangka teoritis atau
konsep-konsep yang menjadi grand teori dalam menganalisis permasalahan yang
akan diteliti atau untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah dibangun
sebelumnya. Adapun tinjauan teori yang digunakan adalah:
2.2.1. Definisi Pelayanan
Definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau
service yang disampaikan kepada pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,
kemampuan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan
untuk kepuasan konsumen. 7 Pelayanan atau jasa adalah setiap tindakan atau
perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan tertentu
Produksi jasa bisa berhubungan dengan produksi fisik maupun tidak pelayanan
publik didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan landasan faktor materil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu
dalam rangka memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya pelayanan
7 Kotler, Manajemen Pemasaran di Iindonesia (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian), (Jakarta : Salemba Empat, 2002). h. 129
pada dasarnya mempunyai sasaran yang sederhana yaitu untuk kepuasan pelanggan.
Oleh karena itu pelayanan yang diberikan harus memperhatikan kualitas harus
dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan.8
Pengertian Pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggaan Artinya, terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi kualitas
jasa, yaitu layanan yang diharapkan dan layanan yang dirasakan.9 Kualitas layanan
merupakan cara terbaik yang konsisten untuk dapat mempertemukan harapan
konsumen (standar pelayanan eksternal dan biaya), dan sistem kinerja cara pelanggan
(standar pelayanan internal, biaya, dan keuntungan). pelayanan terbaik pada
pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki
pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja pelayanan pada
umumnya kepuasan pengguna layanan didasarkan pada pengukuran terhadap kualitas
jasa itu sendiri, yaitu penilaian atas sejauh mana suatu jasa sesuai dengan apa yang
seharusnya diberikan atau disampaikan. Pelayanan Publik adalah pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah di tetapkan.
pelayanan itu sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam
rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
8Zulian Yamit, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia, 2002. 9 Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations Dan Media Komunikasi (Jakarta Utara: Kelapa
Gading Permai, Cet: 10 Juli 2010), h. 280.
2.2.2. Teori Faktor-Faktor Pelayanan
Pelayanan umum kepada masyarakat akan dapat berjalan sebagaimana yang di
harapkan, apabila faktor pendukungnya cukup memadai serta dapat di fungsikan
secara berhasil guna dan berdaya guna. menurut moenir terdapat beberapa faktor
yang mendukung berjalannya suatu pelayanan dengan baik, yaitu:
2.2.2.1. Faktor kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam
pelayanan umum
2.2.2.2. Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan
2.2.2.3. Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan
berjalanya mekanisme kegiatan pelayanan
2.2.2.4. Faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan
berjalanya mekanisme kegiatan pelayanan
2.2.2.5. Faktor keterampilan petugas
2.2.2.6. Faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan
Keenam faktor tersebut mempunyai peranan yang berbeda tetapi saling
mempengaruhi dan secara bersama-sama akan mewujudkan pelaksanaan secara
optimal baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tulisan atau pelayanan dalam bentuk
gerakan/tindakan dengan atau tanpa tulisan.
2.2.3. Teori Kualitas Layanan
Kualitas merupakan konsep yang kompleks dan menjadi salah satu hal yang
secara universal sangat menarik di dalam keseluruhan teori manajemen. Sekarang ini
di dalam bisnis telah terjadi revolusi kualitas, oleh karena itu Manajemen kualitas
Total menjadi salah terbaik bagi setiap perusahaan. Manajemen kualitas total adalah
komitmen kultur organisasional untuk memuasi para costumer melalui penggunaan
system peralatan, teknik, dan pelatihan yang terintegrasi.
Manajemen kualitas total diperkenalkan oleh W. Edward Deming setelah
berhassil mempelajari masyarakat jepang Kontrol Proses Statistik sejak tahun 1950.
Kontrol Proses Statistik adalah metode pengukuran variasi dan peningkatan proses
terus menerus prose kerja, sebelum dilakukan inspeksi akhir untuk mencegah produk
cacat hasil produksi.10
Kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh chirstopher Lovelock dalam
bukunya “Produk ditambah”. Apa yang dikemukakan merupakan suatu gagasan
menarik tentang bagaimana suatu produk bila ditambah dengan pelayanan (Layanan)
akan menghasilkan suatu kekuatan yang memberikan manfaat pada organisasi dalam
meraih keuntungan bahkan untuk menghadapi persaingan. Ada 8 suplemen pelayanan
yang dijelaskan sebagai berikut:
2.2.3.1. Informasi, yaitu proses suatu pelayanan yang berkualitas di mulai dariproduk
dan jasa yang diperlukann oleh pelanggan.
2.2.3.2. Konsultasi, setelah memperoleh informasi yang diinginkan, pelanggan
memerlukan konsultasi baik menyangkut masalah teknis, administrasi, biaya. Untuk
itu, suatu organisasi harus, menyiapkan sarananya menyangkut materi konsultasi,
karyawan/petugas melayani, dan waktu untuk konsultasi secara cuma-Cuma.
2.2.3.3. Pengambilan, penilaian pelanggan pada titik ini adalah ditekan pada kualitas
pelayanan yang mengacu pada kemudahan pengisian aplikasi maupun administrasi
yang tidak berbelat-belit, pleksibel, biaya murah, dan syarat-syarat ringan
10 Agus Sabardi, Manajemen Pengantar, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahan
YKPN, 2001), Hal.17
2.2.3.4. Keramahan, pelanggan yang berurusan secara langsung akan memberikan
penilaian kepada sikap ramah dan sopan dari karyawan, ruang tunggu yang nyaman
dan fasilitas lain yang memadai.
2.2.3.5. Pengambilan, variasi latar belakang yang berbeda-beda akan menuntut
pelayanan yang berbeda-beda pula.
2.2.3.6. Pengecualian, beberapa pelanggan kadang-kadang menginginkan kualitas
pelayanan.
2.2.3.7. Penagihan, titik rawan berada pada administrasi pembayaran. Artinya,
pelayanan harus memperlihatkan hal-hal yang berkaitan administrasi pembayaran,
baik menyangkut daftar isian formulir transaksi, mekanisme pembayaran hingga
keakuratan perhitungan tagihan.
2.2.3.8. Pembayaran, pada ujung pelayanan harus disediakan pasilitas pembayaran
berdasarkan pada keinginan pelanggan, seperti transfer bank, credit card, debet
langsung pada rekening pelanggan.11
Pelayanan Publik yang profesional setidak tidaknya harus mencerminkan
akuntabilitas dan rensponsibilitas. Untuk dapat memberikan pelayanan publik yang
baik maka aparat pemerintah perlu memahami prinsip-prinsip pelayanan yang baik
yaitu kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi serta kenyamanan
Profesinalisme aparat dalam memberikan pelayanan dengan sendirinya akan
menggambarkan citra pelayanan yang diberikan kepada publik.12
2.2.2.1. Kualitas Pelayanan Kantor Bersama Samsat Kota Parepare telah melakukan
berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan, yaitu antara lain :
11T. Mansur: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Public pada Bagian
Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008. 12Drs Faisal Tamin, Manajemen Jasa (Kualitas Pelayanan Samsat), (Cet. II; Surakarta 2003).
h. 17.
2.2.2.2.1. Peningkatan sarana dan prasarana fisik seperti gedung/ kantor, halaman
parkir, ruang tunggu serta fasilitas dan sarana pendukung lainnya yang mendukung
terlaksananya pelaksanaan pelayanan yang baik dan menyenangkan.
2.2.2.2.2. Memberikan pelatihan pelayanan prima kepada petugas yang bertugas pada
Kantor Bersama Samsat
2.2.2.2.3. Mendorong Kantor Bersama Samsat untuk menentukan Visi dan Misi,
Moto sekaligus nilai-nilai pelayanan sesuai dengan kondisi pada masing-masing
wilayah Pelayanan Samsat.
Salah satu langkah dan tindakan yang sesuai dengan pelayanan dengan
memberikan pelayanan yang baik, islam mengajarkan bahwa dalam memberikan
layanan dari usaha yang dijalankan baik itu berupa barang atau jasa jangan
memberikan yang buruk atau tidak berkualitas, melainkan yang berkualitas kepada
orang lain. Hal ini tampak dalam al-qur’an surat al-Baqarah (2): 267, yang
menyatakan bahwa:
ن آلرض آأخرجنا لكم م موا آلخب يأ يها الذينءامنواأنفقوامن طي بت ما كسبتم ومم من ولاتيم ي
خذي إلاأن تغمضوافي وآعلمواأن آلل غنى حميد. تنفقون ولستم بأ
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari
padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”.13
2.2.4. Teori sumber daya manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan
perusahaan. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah
organisasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai
sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau
organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human
Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekadar
sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan,
dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya
sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi
atau organisasi lebih mengemuka.
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro.
Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota
suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan,
pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian SDM secara makro
adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang
belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
13Depertemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: SYGMA,
2009), h.67
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang
bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan
berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.14
Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang ini meliputi pengembangan
karir (penugasan) dan pengembangan kemampuan kerja mereka. Pengembangan karir
berkaitan dengan penyusunan jalur karir yang merupakan urut-urutan posisi (jabatan)
yang mungkin diduduki oleh seorang pegawai mulai dari tingkatan terendah hingga
tingkatan teratas dalam struktur organisasi. Untuk mempermudah penyusunannya,
manajemen sumber daya manusia dapat menggunakan dua macam jalur karir versi
Heneman bersaudara sebagai acuan.15
2.3. Tinjauan Konseptual
Untuk menghindari kesalahan interprestasi dalam skripsi ini, maka penulis
memberikan pengertian judul secara harfiah:
2.3.1. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, Secara sederhana implementasi bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan.
14 Greer Charles R. Strategy and Human Resources:a General Managerial Perspective. New
Jersey: Prentice Hall, 1995. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusia / Sumber daya
manusia di akses pada tanggal 13 Juni 2016
15 Surya Dharma, et al., eds., Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi ke: 2), (Cet.I;
Jogjakarta: Amara Books, 2002), h. 33
2.3.2. Kualitas Pelayanan Kantor Bersama Samsat Kota Parepare
Peningkatan sarana dan prasarana fisik seperfi gedung/ kantor, halaman
parkir, ruang tunggu serta fasilitas dan sarana pendukung lainnya yang mendukung
terlaksananya pelaksanaan pelayanan yang baik dan menyenangkan, Memberikan
pelatihan pelayanan prima kepada petugas yang bertugas pada Kantor Bersama
Samsat Mendorong Kantor Bersama Samsat untuk menentukan Visi dan Misi, Moto
sekaligus nilai-nilai pelayanan sesuai dengan kondisi pada masing-masing wilayah
Pelayanan Samsat. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT), atau
dalam Bahasa Inggris One Roof System, adalah suatu sistem administrasi yang
dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat
yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung. Contoh dari samsat adalah
dalam pengurusan dokumen kendaraan bermotor.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pengertian Implementasi
pelayanan pada Kantor bersama Samsat kota parepare adalah belum baik karena
masih banyak yang terkendala dalam kualitas layanan pada kantor bersama samsat
kota parepare utamanya dalam pengurusan STNK motor harus memenuhi persyaratan
namun persyaratan sudah lengkap akan tetapi STNK motor tersebut belum bisa
langsung diambil di karenakan kurangnya pekerja yang melayani masyarakat dan
apalagi masyarakat banyak yang mengurus STNK motor jadi pengaruhnya kualitas
layanan terlambat jadinya STNK motor tersebut.
2.3.3. Teori Implementasi Faktor-Faktor Pelayanan Terhadap Kualitas
Layanan
Impelementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan
setelah perencanaaan sudah dianggap fix. berikat ane akan sedikit info tentang
pengertian implentasi menurut para ahli. semoga info tentang pengertian
implementasi menurut para ahli bisa bermanfaat, Secara sederhana implementasi bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan
Usman), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
(dalam Nurdin dan Usman) mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang
saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman).
Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman) mengemukakan bahwa ”implementasi
adalah sistem rekayasa. 16 Adapun prinsip pelayanan pada kantor bersama samsat
parepare yang dibuat berdasasarkan Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003.
2.2.3.1 Adapun butir-butir prinsip pelayanan tersebut adalah sebagai berikut :
2.2.3.1.1. Kesederhanaan
2.2.3.1.2. Kejelasan
2.2.3.1.3. Kepastian Waktu
2.2.3.1.4. Akurasi
2.2.3.1.5. Keamanan
2.2.3.1.6. Tanggung jawab
2.2.3.1.7. Kelengkapan
16El-kawaqi.blogspot.com/.../Pengertian-Implementasi-Menurut-Para.html
2.2.3.1.8. Kemudahan
2.2.3.1.9. Disiplin, kesopanan dan keramahan
2.2.3.1.10. Kenyamanan
2.4. Kerangka Pemikiran
Dari pembahasan diatas telah dijelaskan dalam pengaruh layanan kualitas
kantor bersama samsat kota parepare yang menjelaskan tentang dalam layanannya
yang dapat memuaskan masyarakat dalam pembuatan STNK di kantor bersama
samsat dapat menyimpulkan dengan kerangka pikir yaitu:
KEAMANAN KESEDERHANAAN
TANGGUNG
JAWAB
KELENGKAPAN
KEPASTIAN
WAKTU
KEJELASAN
KEMUDAHAN DISIPLIN
KENYAMANAN AKURASI
IMPLEMENTASI KUALITAS LAYANAN KANTOR BERSAMA
SAMSAT KOTA PAREPARE
PELAYANAN
PRINSIP PELAYANAN PADA KANTOR
BERSAMA SAMSAT KOTA PAREPARE
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Skripsi yang diterbitkan STAIN Parepare, tanpa
mengabaikan buku-buku metodologi lainnya. Metode penelitian dalam buku tersebut,
mencakup beberapa bagian, yakni jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, fokus
penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.17
3.1. Jenis penelitian
Dalam mengelola dan menganalisis data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah pertama, untuk
mempermudah mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk alur cerita atau teks
naratif sehingga lebih mudah untuk dipahami. Pendekatan ini menurut peneliti
mampu menggali data dan informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam mungkin
untuk keperluan penelitian. Kedua, pendekatan penelitian ini diharapkan mampu
membangun keakraban dengan subjek penelitian atau informan ketika mereka
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian sehingga peneliti dapat mengemukakan data
berupa fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Ketiga, peneliti mengharapkan
pendekatan penelitian ini mampu memberikan jawaban atas rumusan masalah yang
telah diajukan.18
17 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi), Edisi Revisi
(Parepare: STAIN Parepare, 2013), h. 30.
18Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h.115
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti dalam hal ini akan melakukan penelitian di wilayah kantor pelayanan
kantor bersama SAMSAT (Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap) kota
parepare.tempat lokasinya Jalan jenderal sudirman selama ± 2 bulan.
3.3. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul penulis maka akan difokuskan untuk melakukan Penelitian
tentang Implemenasi Faktor-Faktor Pelayanan Terhadap Kualitas Layanan Pada
Kantor Bersama Samsat Kota Parepare.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Sumber Data adalah semua keterangan yang diperoleh dari responden maupun
yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk
lainnya guna keperluan penelitian tersebut.19 Dalam penelitian lazimnya terdapat dua
jenis data yang dianalisis, yaitu primer dan sekunder Sumber data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
di catat untuk pertama kalinya.20 Dengan kata lain, data lain di ambil oleh peneliti
secara langsung dari objek penelitiannya, tanpa di perantarai oleh pihak ketiga,
keempat dan seterusnya, dalam penelitian ini data primer di peroleh langsung dari
lapangan baik yang berupa observasi maupun berupa hasil wawancara tentang
Implemenasi Faktor-faktor Pelayanan Terhadap Kualitas Layanan Pada Kantor
Bersama Samsat Kota Parepare. Data primer dalam hal ini di peroleh dari sumber
19Joko Subagyo, Metode Penelitian (dalam teori praktek) (Jakarta, Rineka Cipta: 2006), h. 87
20Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: Hanindita Offset, 1983), h.55.
individu atau perorangan yang terlibat langsung dalam permasalahan yang di teliti,
seperti pelaksanaan pelayanan di kas pajak, Samsat, pengguna (iuran) di Kota
Parepare.
3.4.1.1. Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT)
3.4.1.2. Masyarakat
3.4.1.3. kepolisian
3.4.2 Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang mencakup dokumen-dokumen resmi pada
dinas Samsat, buku-buku,hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian
dan seterusnya.21 Adapun data sakunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-
buku ilmiah, pendapat-pendapat pakar dan dokumentasi serta foto yang
menggambarkan kehidupan masyarakat kota Parepare.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tekhnik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam
penyusunan proposal ini antara lain:
3.5.1 Teknik field research: Teknik field research dilakukan dengan cara peneliti
terjun kelapangan untuk mengadakan penelitian dan untuk memperoleh data-data
kongkret berhubungan denagan pembahasan ini. Adapun teknik yang digunakan
untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan data yang bersifat tekhnis,
yakni sebagai berikut:
21Sujono Soekanto, Pengantar Penelitian hukum (Jakarta: UI Press, 1986), h.12
3.5.1.1. Wawancara (Interview)
Interview adalah merupakan alat pengumpul informasi dengan cara tanya
jawab. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara
pencari informasi dan sumber informasi. Dalam penelitian ini penulis melakukan
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.
3.5.1.2. Observasi
3.5.1.3.Obsevasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan dilokasi.
3.5.1.4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui gambaran yang lengkap
tentang kondisi dokumen yang terkait dengan pembahasan proposal ini.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada umumnya adalah
metode induktif dan deduktif.Adapun tahapan proses analisis data adalah sebagai
berikut:
3.6.1. Analisis Data adalah upaya yang dilakukan dengan cara yang dilakukan
dengan cara menganalisis/memeriksa data, menorganisasikan data, memilih
dan memilahnya menjadi sesuatu yang dapat diperoleh, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting berdasarkan kebutuhan
dalam penelitian dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan.
3.6.2. Mereduksi data, data dari hasil wawancara dengan beberapa sumber data serta
hasil dari studi dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan selanjutnya
dianalisis oleh penulis. Kegiatan ini bertujuan untuk membuang data yang
tidak perlu dan menggolongkan ke dalam hal-hal pokok yang menjadi fokus
permasalahan yang diteliti yakni kualitas layanan pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare.
3.6.3. Penyajian data dilakukan dengan menggabungkan informasi yang diperoleh
dari hasil wawancara dengan beberapa sumber data dan studi dokumentasi.
Data yang disajikan berupa narasi kalimat, dimana setiap fenomena yang
dilakukan atau diceritakan ditulis apa adanya kemudian peneliti memberikan
interpretasi atau penilaian sehingga data yang tersaji menjadi bermakna.
3.6.4. Verifikasi dan penarikan kesimpulan, dimana peneliti melakukan interpretasi
dan penetapan makna dari data yang tersaji. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara komparasi dan pengelompokkan. Data yang tersaji kemudian dirumuskan
menjadi kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara tersebut senantiasa
akan terus berkembang sejalan dengan pengumpulan data baru dan
pemahaman baru dari sumber data lainnya, sehingga akan diperoleh suatu
kesimpulan yang benar-benar sesuai denga keadaan yang sebenarnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Asal Mula dan Sejarah Kota Parepare
Diawal perkembangannya dataran tinggi yang sekarang ini, yang
disebut Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar
yang diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring
tempat tumbuhnya semak-semak tersebut secara liar dan tidak teratur, mulai
dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian dengan
melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu
dinamakan Kota Parepare.
Lontara Kerajaan Suppa menyebutkan, sekitar abad XIV seorang anak
Raja Suppa meninggalkan Istana dan pergi ke selatan mendirikan wilayah
tersendiri pada tepian pantai karena hobbynya memancing. Wilayah itu
kemudian dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu lagi kerajaan
berdiri sekitar abad XV yakni Kerajaan Bacukiki. Dalam satu kunjungan
persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga
(1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang.
Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor
pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah
pada hamparan ini dan spontan menyebut “Bajiki Ni Pare” artinya “Baik
dibuat pelabuhan Kawasan ini”. Sejak itulah melekat nama “Parepare” Kota
Pelabuhan. Parepare akhirnya ramai dikunjungi termasuk orang-orang
melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Melihat posisi yang strategis sebagai pelabuhan yang terlindungi oleh
tanjung di depannya, serta memang sudah ramai dikunjungi orang-orang,
maka Belanda pertama kali merebut tempat ini kemudian menjadikannya
kota penting di wilayah bagian tengah Sulawesi Selatan. Di sinilah Belanda
bermarkas untuk melebarkan sayapnya dan merambah seluruh dataran timur
dan utara Sulawesi Selatan. Hal ini yang berpusat di Parepare untuk wilayah
Ajatappareng. Pada zaman Hindia Belanda, di Kota Parepare, berkedudukan
seorang Asisten Residen dan seorang Controlur atau Gezag Hebber sebagai
Pimpinan Pemerintah (Hindia Belanda), dengan status wilayah pemerintah
yang dinamakan “Afdeling Parepare” yang meliputi, Onder Afdeling Barru,
Onder Afdeling Sidenreng Rappang, Onder Afdeling Enrekang, Onder
Afdeling Pinrang dan Onder Afdeling Parepare.
Pada setiap wilayah/Onder Afdeling berkedudukan Controlur atau
Gezag Hebber. Disamping adanya aparat pemerintah Hindia Belanda
tersebut, struktur Pemerintahan Hindia Belanda ini dibantu pula oleh aparat
pemerintah raja-raja bugis, yaitu Arung Barru di Barru, Addatuang Sidenreng
di Sidenreng Rappang, Arung Enrekang di Enrekang, Addatung Sawitto di
Pinrang, sedangkan di Parepare berkedudukan Arung Mallusetasi.
Struktur pemerintahan ini, berjalan hingga pecahnya Perang Dunia II
yaitu pada saat terhapusnya Pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun
1942. Pada zaman kemerdekaan Indonesia Tahun 1945, struktur
pemerintahan disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945
(Komite Nasional Indonesia). Dan selanjutnya Undang-undang Nomor 2
Tahun 1948, dimana struktur pemerintahannya juga mengalami perubahan,
yaitu di Daerah hanya ada Kepala Daerah atau Kepala Pemerintahan Negeri
(KPN) dan tidak ada lagi semacam Asisten Residen atau Ken Karikan.
Pada waktu status Parepare tetap menjadi Afdeling yang wilayahnya
tetap meliputi 5 Daerah seperti yang disebutkan sebelumnya. Dan dengan
keluarnya Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan dan
pembagian Daerah-daerah tingkat II dalam wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan, maka ke empat Onder Afdeling tersebut menjadi Kabupaten Tingkat
II, yaitu masing-masing Kabupaten Tingkat II Barru, Sidenreng Rappang,
Enrekang dan Pinrang, sedang Parepare sendiri berstatus Kota Praja Tingkat
II Parepare. Kemudian pada tahun 1963 istilah Kota Praja diganti menjadi
Kotamadya dan setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, maka status Kotamadya berganti menjadi
“KOTA” sampai sekarang ini. Didasarkan pada tanggal pelantikan dan
pengambilan sumpah Walikotamadya Pertama H. Andi Mannaungi pada
tanggal 17 Februari 1960, maka dengan Surat Keputusan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Nomor 3 Tahun 1970 ditetapkan hari kelahiran Kotamadya
Parepare tanggal 17 Februari 1960.
4.1.2 Letak Kecamatan Soreang
Kecamatan Soreang merupakan salah satu kecamatan terdiri dari 4
(empat) Kecamatan di Kota Parepare yang terletak di Ibu Kota parepare.
Kecamatan Soreang terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan yaitu:
4.1.2.1. Kelurahan Bukit Harapan (Kodepos: 91131)
4.1.2.2. Kelurahan Bukit Indah (Kodepos: 91131)
4.1.2.3. Kelurahan Kampung Pisang (Kodepos: 91131)
4.1.2.4. Kelurahan Ujung Baru (Kodepos: 91131)
4.1.2.5. Kelurahan Ujung Lare (Kodepos: 91131)
4.1.2.6. Kelurahan Wattang Soreang (Kodepos: 91132)
4.1.2.7. Kelurahan Lakessi (Kodepos: 91133)
4.1.3. Profil lokasi penelitian pada Kantor SAMSAT Kota Parepare
4.1.3.1. Letak Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT)
Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan urusan-urusan
pemerintahan sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggung jawab di daerah, maka perlu didukung dengan
pembentukan organisasi perangkat daerah yang lebih sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan dan karakteristik daerah. Sebagai pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah, maka Pemerintah Daerah menetapkan Organisasi
Perangkat Daerah yang lebih efisien untuk perkembangan pemerintahan dan
kebutuhan pelayanan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 14 Tahun
2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Daerah dan Kantor Daerah,
maka terbentuklah Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Parepare
dengan sususan organisasi berdasarkan pada pasal 11 ayat 1 dan 2.
Namun untuk lebih mensinkronkan penyelenggaraan urusan-urusan
pemerintahan, pada tahun 2008, Badan Pengelola Keuangan Daerah diubah
menjadi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Struktur pemerintahan Kota Parepare mengalami penyesuaian
terhadap kelembagaan sebagaimana halnya dengan unit-unit kerja yang
secara teknis operasional bertugas melaksanakan kewenangan atau urusan-
urusan yang dikelola Pemerintah Daerah Kota Parepare.
Dalam rangka lebih optimalnya pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah yang dilaksanakan dinas daerah perlu
dilakukan penyempurnaan dengan mengubah beberapa ketentuan dalam
Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008. Bahwa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan, perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang perubahan atas
Perda Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah.
Pada tanggal 7 Februari 2011, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian keuangan dan asset bergabung
dalam susunan organisasi Sekretariat Daerah Kota Parepare, dan bagian
pengelolaan pendapatan berdiri sendiri sebagai Dinas Pendapatan Daerah
Kota Parepare, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 3
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Parepare
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.
Pembentukan kelembagaan Dinas Pendapatan Daerah sebagaimana
yang di inginkan dalam pelaksanaan otonomi daerah didasarkan sepenuhnya
pada pertimbangan kesesuaian urusan-urusan yang akan dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Parepare dengan memperhatikan kemampuan dan
kebutuhan, baik dalam hal pembiayaan maupun kesiapan porsenil dan
ketersediaan sarana dan prasarana.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 3 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Perda Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Dinas Pendapatan Daerah
mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksanaan Teknis Operasional yang
bertugas dibidang Pengelolaan Pendapatan, Penagihan, Pembukuan dan
Pelaporan, UPTD Islamic Centre dan UPTD Mess Pemda Kota Parepare.
Dalam Meningkatnya tingginya partisipasi serta kesadaran masyarakat
terhadap kewajibanya membayar pajak kendaraan di Kota Parepare,
mengharuskan Kantor Pelayanan Wajib Pajak kendaraan roda dua maupun
roda empat ini, untuk memberikan pelayanan secara prima dan optimal. Hal
ini pun sejalan dengan visi misi Samsat Parepare, dalam mencapai kinerja
guna memuaskan masyarakat dalam hal pelayanan. Berusaha selalu
konsisten dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat selain
kemudahan dan kecepatan, semoga apa yang kami berikan menjadi yang
terbaik bagi masyarakat.
Ditambahkan pula kita berupaya untuk memberikan pelayanan secara
prima dan optimal terhadap para Wajib Pajak di Kota Parepare ini. Karena
memang kita menganggap, peran serta masyarakat dalam memenuhi
kewajibannya, serta tingginya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
kendaraan milik mereka, kita anggap sangat tinggi dan terbilang pro-aktif.
Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT) Kota Parepare
merupakan salah satu administrasi pelaksanaan teknis pemerintah daerah
Provinsi Sulawesi Selatan di bidang pungutan pendapatan daerah yang
merupakan gabungan dari beberapa instansi di dalamnya yaitu instansi
Kepolisian, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan serta PT.
Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja dituntut untuk lebih meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT) Kota Parepare
yang terletak ± 1 Km dari Kantor Walikota Kota Parepare. Berlokasi Jl. Jend.
Sudirman Parepare, Sulawesi Selatan, Indonesia 91261.
4.1.3.2. Visi dan Misi SAMSAT Kota Parepare
Visi
Terwujudnya Pelayanan Prima Dalam Pengurusan Administrasi dan
Regident Kendaraan Bermotor Melalui Keterpaduan Pelayanan POLRI,
PEMDA, dan JASA RAHARJA Pada Samsat Parepare.
Misi
4.1.3.2.1. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat dengan Menjunjung
Tinggi Etika Profesi.
4.1.3.2.2. Melaksanakan Proses Administrasi Kendaraan Bermotor Secara
Tepat dan Cepat.
4.1.3.2.3. Mewujudkan Aparat Pelaksana Samsat yang Bersih, Jujur, Cakap
dan bertanggung jawab serta profesional.
4.1.3.2.4. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak.
4.1.3.2.5. Penataan Arsip Kendaraan yang Tertib untuk Memudahkan
Identitas dan Keamanan Dokumen.
Sumber: Search Sulsel https://maps.google.co.in diakses 1 Desember 2015)22
22Peta Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Sumber: Search Sulsel https://maps.google.co.in diakses 1 Desember 2014)
4.2. Struktur Organisasi Bersama SAMSAT di Kota Parepare Tahun
2015.
4.2.1. Tata Ruang Kantor Bersama Samsat23
MEKANISME PELAYANAN PADA KANTOR BERSAMA SAMSAT
23 Sumber: Tata Ruang Kantor Bersama Samsat
PEMILIK/PEMOHON
LOKET PELAYANAN LOKET PELAYANAN
PENDAFTARAN & PENETAPAN PEMBAYARAN & PENYERAHAN
PEN
DAF
TAR
AN
B
A
R
U
PERP
ANJ
ANG
AN
S
T
N
K
PEN
GES
AHA
N
S
T
N
K
M
U
S
T
A
S
I
PER
SYA
RAT
AN
KH
USU
S
KASIR
BENDAHARA
KHUSUS
PENERIMA
PENYERAHAN
VALIDASI SKPD, CETAK STNK TNKB
DAN BPKB
UNIT ADMINISTRASI
ADM. STNK/TNKB
ADM. ASURANSI JASA RAHARJA
ADM. PAJAK DAERAH
ARSIP
4.3. Sistem Pelayanan Kantor Bersama SAMSAT di Kota Parepare
Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Wilayah
Kota Parepare sebagai salah satu unsur pelaksanaan teknis pemerintah
daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bidang pungutan pendapatan daerah
yang merupakan gabungan dari beberapa instansi di dalamnya yaitu instansi
Kepolisian, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan serta PT.
Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja dituntut untuk lebih meningkatkan
pendapatan asli daerah.
Upaya dalam menggenjot peningkatan pajak di Kota Pare-pare. UPTD
Kantor bersama Samsat melakukan sistem pelayanan secara prima, dan juga
dalam hal ini pihak UPTD melakukan Iplementasi dan regulasi.
Kami hanya melaksanakan tugas sesuai dengan kapasitas yang
berdasarkan Surat Keputusan (SK) PDE yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah pusat.
Katanya “Setiap ada kebijakan yang dilakukan di Pare-pare kami
menggelar berbagai sosialisasi baik melalui iklan berupa media, baliho serta
pembuatan stiker untuk diketahui masyarakat agar semuanya bisa terlayani”
Ia menambahkan kalau sistem pelayanan yang selama ini pihak UPTD Pare-
pare melayani masyarakat yakni pelayanan yang berada pada loket, pada
prinsipnya sebagai sarana prasarana dan Domesti Pajak” Kami pun selama
ini biasanya melakukan sistem penjemputan,” jelas Asruddin Untuk
pencapaian target PAD besaran 56 Milyar Rupiah pihak SAMSAT Pare-pare
merealisasikan dengan berbagai langkah sosialisasi dengan sistem
pelayanan di beberapa titik lokasi keramaian di Kota Pare-pare seperti pada
pelayanan SAMSAT Korner yang berada di CU dan pihak samsat juga
menjemput berbagai sarana pelayanan pada tempat-tempat umum. Hal
tersebut kami lakukan dengan sistem berbasis kinerja sesuai dengan koridor
yang ada.24
Kesederhanaan pelayanan yang dilakukan untuk mempermudah
masyarakat dalam pembayaraan pajak kendaraan bermotor di Satuan
Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT). Di dalam proses pembayaran
ini SAMSAT sudah melakukan berbagai upaya dengan memberikan layanan-
layanan kemudahan di loket dengan standar layanan yang di tentukan untuk
pengesahan pajak kendaraan bermotor dapat selesai dalam waktu kurang (-)
dari 20 menit dengan syarat kelengkapan berkas terpenuhi.25
Selain Sistem Satuan Administrasi Menunggal Satu Atap (SAMSAT)
keliling juga sudah menyiapkan layanan E-PAYMENT atau E SAMSAT,
Ipman ini dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor dapat di lakukan
pada Kantor Cabang Bank Sul Sel-Bar. Jadi, masyarakat Kota Parepare
24 Bapak Jusmiarto, Wakil Kepala Administrasi Pelayanan di Kantor Bersama Samsat Kota
Parepare pada tanggal 10 Desember 2015 25 Bapak Jusmiarto, Wakil Kepala Administrasi Pelayanan di Kantor Bersama Samsat Kota
Parepare pada tanggal 10 Desember 20155
dapat melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor khusus pada
Cabang Bank Sul Sel-Bar.26
STANDAR WAKTU PELAYANAN PADA KANTOR BERSAMA SAMSAT
PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN
26 Bapak Jusmiarto, Wakil Kepala Administrasi Pelayanan di Kantor Bersama Samsat Kota
Parepare pada tanggal 10 Desember 2015
PEMILIK/PEMOHON
(WAJIB PAJAK)
LOKET PELAYANAN I
PENDAFTARAN &
PENETAPAN
3. Penetapan PKB/BBN-KB
2. Input Data/ Entry Data
(Baru) (Ulangan)
Komputer : 5 Menit
1.Penerimaan & Penelitian
Dokumen = 10 Menit
( Manual)
LOKET PELAYANAN I
PEMBAYARAN DAN
PENYERAHAN
5. Pembayaran Oleh Kasir
Validasi SKPD = 5 Menit
( Komputer)
6. Order TNK / Cetak STNK
Pengesahan STNK Ulangan
Manual /Komputer 10
Menit
7. Penyerahan TNK/
STNK Manual =
5 Menit
4.3.1. Kualitas Pelayanan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Parepare
4.3.1.1. Faktor Pendukung
4.3.1.1.1. Kesederhanaan
Keserdahanaan dalam arti prosedur tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah
dipahami, dan mudah dilaksanakan. Menurut pengamatan peneliti bahwa
berbagai fenomena tentang pemberdayaan kompetensi pegawai pada UPTD
SAMSAT Wilayah Kota Parepare sebagai tantangan didalam mencapai
pelayanan yang efektif dan prima kepada wajib pajak atau masyarakat atau
pihak terkait lainnya guna menunjang visi dan misinya. Kemudian, Fenomena
yang terjadi terkait dengan faktor sumber daya manusia seperti:
Keterampilan, Kerjasama, Disiplin kerja, Pendidikan, Pengalaman kerja,
Kepemimpinan, Ketersediaan sarana dan lain-lain.
8. ARSIP
5 Menit
Secara keseluruhan sumber daya manusia yang ada pada Kantor
UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare cukup baik dalam mendukung
berjalannya pelayanan pemungutan pajak yang efektif meskipun beberapa
dari pegawai belum maksimal dalam penguasaan keterampilan seperti hal
nya keterampilan dalam mengoperasikan komputer, namun Kepala UPTD
SAMSAT Wilayah Kota Parepare pandai dalam menempatkan para pegawai
pada keahlian yang dimiliki para pegawai. Dalam ketetapan waktu
pembayaran pajak belum terlaksana tepat waktu pembayaran sebagai mana
aturan yang di terapkan. Sedangkan, faktor yang mempengaruhi kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak masih sangat rendah apalagi mengenai
pajak kendaraan bermotor. 27 Dalam ketetapan waktu pembayaran pajak
secara pribadi terlaksana sudah tepat waktu. Sedangkan, faktor yang
mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dalam
membantu pengendaraan bermotor tentang adanya Undang-undang pajak
kendaraan bermotor sehingga perbaikan jalan dapat terlaksana dengan
baik.28
4.3.1.1.2. Disiplin
Disiplin yang merupakan sumber daya manusia yang cukup memadai
kantor UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare sebagai instansi pemerintah
yang berfungsi melakukan proses administrasi kendaraan bermotor secara
cepat dan tepat kepada wajib pajak/ masyarakat di parepare, tidak luput dari
27 Hamka, masyarakat, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 11 Desember 2015
28 Ahmad, masyarakat, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 11 Desember 2015
tuntutan pegawai yang berkualifikasi di dalam proses pelayanan, agar dapat
memuaskan para wajib pajak atau masyarakat.
Di dalam menyikapi tuntutan tersebut maka dibutuhkan kompetensi
dan profesionalisme pegawai yang mampu memberikan pelayanan yang
prima dan disiplin dengan pendekatan konsep manajemen sumber daya
manusia sesuai yang dibutuhkan atau keluhan masyarakat atas pelayanan
pembayaran pajak kendaraan bermotor yang dapat bermanfaat bagi mereka.
4.3.1.1.3. Akurasi Data
Akurasi dalam proses administrasi dengan sistem komputerisasi selain
info layanan pajak dengan sistem komputerisasi, Proses administrasi STNK
dengan sistem komputerisasi sebagai salah satu dari tiga inovasi pelayanan
unggulan pada Kantor UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare tentunya
memberikan kemudahan dalam proses pelayanan pemungutan pajak
kendaraan bermotor. Dengan sistem komputerisasi ini pengolahan data akan
lebih cepat.
4.3.1.1.4. Kemudahaan dan Kenyaman
Pro-Aktif Melayani Wajib Pajak melalui SAMSAT Keliling
SAMSAT Keliling merupakan kebijakan Dinas Pendapatan Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan dalam memudahkan wajib pajak yang berada jauh
dari kantor pelayanan pajak daerah. Dalam hal ini pegawai pajak daerah
akan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap mudah untuk dijangkau
oleh wajib pajak dengan menggunakan mobil khusus yang dilengkapi dengan
peralatan pelayanan. Mobil khusus ini menggunakan satelit yang
menghubungkan dengan sistem yang ada pada kantor pengolahan data yang
ada di pusat.
Kemudahan Pembayaran Pajak dari Jarak Jauh untuk mempermudah
wajib pajak dalam membayar pajak, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan memberikan fasilitas dengan mengadakan sistem
pembayaran jarak jauh yang disebut SAMSAT LINK. Dalam hal ini semua
wajib pajak dapat melakukan pembayaran pada UPTD SAMSAT yang ada di
seluruh Sulawesi Selatan dengan ketentuan, pajak yang akan dibayarkan
tidak dalam keadaan menunggak selain itu sistem pembayaran ini hanya
berlaku sampai pukul 12.00 WITA.
4.3.1.1.5. Keamanan
Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian
hukum.
4.3.1.1.6. Kelengkapan
Dalam arti prosedur/tata cara persyaratan satuan kerja/pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian dan rincian
biaya/tarif dan lain-lain yang berhubungan dengan proses pelayanan wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat baik diminta maupun tidak diminta.
4.3.1.1.7. Tanggung jawab
Tangagungjawab dalam pelaksana dan koordinator, diantaranya:
4.3.1.1.7.1. Aparat pelaksana Kantor Bersama SAMSAT terdiri dari unsur
Direktorat Lalu LintasKepolisian Daerah, Dinas Pendapatan Propinsi dan PT.
Jasa Raharja (Persero) Cabang.
4.3.1.1.7.2. Penanggung Jawab kegiatan
4.3.1.1.7.2.1. Unit Pelayanan : Petugas Dipenda dan Polri
4.3.1.1.7.2.2. Unit Administrasi : Petugas Dipenda, Polri dan Jasa Raharja
4.3.1.1.7.2.3. Unit Pembayaran : Petugas Dipenda ( Bendaharawan SAMSAT
)
4.3.1.1.7.2.4. Unit Pencetakan : Petugas Dipenda dan Polri
4.3.1.1.7.2.5. Unit Penyerahan : Petugas Polri
4.3.1.1.7.2.6. Unit Arsip : Petugas Polri dan Dipenda
4.3.1.1.7.2.7. Unit Informasi : Petugas Polri dan Dipenda
4.3.1.1.7.3. Koordinasi pada Kantor Bersama SAMSAT, dijabat oleh:
4.3.1.1.7.3.1. SAMSAT Ibu Kota Propinsi : Pa. Regident Ditlantas Polda
4.3.1.1.7.3.2. SAMSAT Daerah Kabupaten atau Kota : Pa. Lantas Fungsi
Regident
4.3.1.1.8. Kejelasan Dan Kepastian Waktu
Dalam hal persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik serta
pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurung waktu yang
telah ditentukan.
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama
dengan BANK SULSELBAR sebagai kas daerah, dimana hasil penerimaan
pajak yang di pungut baik dari Pokok PKB maupun Denda PKB kemudian
disetor dalam waktu 1 (satu) hari kerja dengan menggunakan dokumen
administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal
ini setelah jam pelayanan selesai maka petugas dari PT. BANK SULSELBAR
akan mendatangi kantor pelayanan SAMSAT untuk menerima setoran hasil
pungutan pajak pada saat itu.
Adapun pada tahun 2012-2014 jumlah unit kendaraan yang terdaftar
dan terbayar berdasarkan subjeknya baik pribadi maupun badan adalah
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 4.1 Data Jumlah Unit Kendaraan Berdasarkan Subjek PKB
yang Terdaftar dan Terbayar Pada UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
pada Tahun 2012-2014.
TAHUN BARU ULANG JUMLAH
2012 16.148 54.364 24.802
2013 12.668 54.882 28.620
2014 12.220 58.264 42.684
Sumber Data: DISPENDA UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare.29
4.3.1.1.9. PERATURAN PRESIDEN NO 5 TAHUN 2015, TANGGAL
PENERBIT 19 JANUARI 2015 TENTANG
29 Dinas Pendapatan Daerah UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
PENYELENGGARAAN SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL
SATU ATAP KENDARAAN BERMOTOR (SAMSAT)
4.3.1.1.9.1. Bagian Kesatu Kantor Bersama Samsat
Pasal 20
4.3.1.1.9.1.1. Kantor Bersama Samsat dibentuk di setiap wilayah Kabupaten/Kota.
4.3.1.1.9.1.2. Kantor Bersama Samsat berada di lingkungan kantor Kepolisian
setempat setingkat kepolisian daerah atau kepolisian resor atau diluar
akses pelayanan, keamanan, dan situasi kondisi setempat.
4.3.1.1.9.1.3. Pembentukan kantor bersama samsat ditetapkan dengan keputusan
bersama gubernur, kepala kepolisan daerah dan kepala cabang badan
usaha.
Pasal 21
4.3.1.1.10.1. Pembangunan fasilitas Kantor Bersama Samsat sekurang-kurangnya
terdiri atas :
4.3.1.1.10.1.1. Ruang koordinator Samsat.
4.3.1.1.10.1.2. Ruang Kepala Unit Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
melaksanakan pemungutan pajak provinsi.
4.3.1.1.10.1.3. Ruang Badan Usaha.
4.3.1.1.10.1.4. Ruang pelayanan Samsat.
4.3.1.1.10.1.5. Ruang pelayanan konsultasi dan informasi.
4.3.1.1.10.1.6. Ruang pelayanan pengaduan.
4.3.1.1.10.1.7. Ruang sistem informasi dan teknologi.
4.3.1.1.10.1.8. Ruang pengamanan dan pengawasan internal Kantor Bersama
Samsat.
4.3.1.1.10.1.9. Ruang pemeriksaan cek fisik Ranmor.
4.3.1.1.10.1.10.Ruang pencetakan TNKB atau workshop TNKB.
4.3.1.1.10.1.11.Fasilitas pendukung pelayanan Samsat.
4.3.1.1.10.2. Perencanaan pembangunan Kantor Bersama Samsat dikoordinasikan
oleh Pemerintah Daerah bersama dengan instansi terkait.
Pasal 22
4.3.1.1.10.3. Peningkatan kualitas pelayanan Kantor Bersama Samsat dapat
dilakukan dengan membentuk unit pembantu:
4.3.1.1.10.3.1. Samsat pembantu.
4.3.1.1.10.3.2. Samsat gerai/corner/payment point/outlet.
4.3.1.1.10.3.3. Samsat drive thru.
4.3.1.1.10.3.4. Samsat keliling.
4.3.1.1.10.3.5. Samsat delivery order/door to door.
4.3.1.1.10.3.6. E-Samsat.
4.3.1.1.10.3.7. Pengembangan Samsat lain sesuai dengan kemajuan teknologi
dan harapan masyarakat.
4.3.1.1.10.4. Penentuan prosedur, lingkup kewenangan, sarana prasarana unit
pembantu pelayanan Kantor Bersama Samsat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun sesuai dengan kebutuhan dengan tetap
memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.
4.3.1.1.9.2. Bagian Kedua Organisasi Samsat
4.3.1.1.10.4. Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dibentuk organisasi
Samsat, terdiri atas :
4.3.1.1.10.4.1. Pembina Samsat.
4.3.1.1.10.4.2. Koordinator Samsat.
4.3.1.1.10.4.3. Pelaksana Samsat.
Pasal 24
4.3.1.1.10.5. Pembina Samsat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a terdiri
atas :
4.3.1.1.10.5.1. Pembina Samsat tingkat nasional.
4.3.1.1.10.5.2. Pembina Samsat tingkat provinsi.
4.3.1.1.10.5.6. Pembina Samsat tingkat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas :
4.3.1.1.10.5.6.1. Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan
Dalam negeri.
4.3.1.1.10.5.6.2. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Keuangan.
4.3.1.1.10.5.6.3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4.3.1.1.10.5.7. Pembina Samsat tingkat provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas :
4.3.1.1.10.5.7.1. Gubernur.
4.3.1.1.10.5.7.2. Kepala Kepolisian Daerah.
4.3.1.1.10.5.7.3. Kepala Cabang Badan Usaha.
4.3.1.1.10.5.8. Pembina Samsat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
huruf a dan huruf b, dapat menunjuk pejabat struktural/pimpinan
Badan Usaha yang terkait dengan penyelenggaraan Samsat dalam
melaksanakan tugas pembinaan.
4.3.1.1.10.5.9. Untuk mendukung pelaksanaan tugas Pembina, dibentuk Sekretariat
Pembina Samsat :
4.3.1.1.10.5.9.1. Tingkat nasional.
4.3.1.1.10.5.9.2. Tingkat provinsi.
4.3.1.1.10.5.10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Sekretariat Pembina
Samsat tingkat nasional ditetapkan dalam peraturan bersama
Pembina Samsat tingkat nasional.
4.3.1.1.10.5.11. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Sekretariat Pembina
Samsat tingkat provinsi ditetapkan dalam peraturan bersama
Pembina Samsat tingkat provinsi.
Pasal 25
4.3.1.1.10.5.12. Pembina Samsat tingkat nasional mempunyai tugas:
4.3.1.1.10.5.12.1. Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria dalam pelayanan,
pembentukan, pengembangan Samsat, sumber daya manusia,
sarana prasarana dan sistem informasi Samsat serta sistem
pembayaran Samsat melalui transaksi elektronik.
4.3.1.1.10.5.12.2. Memberikan bimbingan, pelatihan dan bantuan teknis kepada
Pembina Samsat tingkat provinsi.
4.3.1.1.10.5.12.3. Melaksanakan supervisi, analisa dan evaluasi terhadap kegiatan
pelaksanaan Samsat.
4.3.1.1.10.5.12.4. Menyampaikan laporan kegiatan pelaksanaan Samsat setiap tahun
atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Presiden.
Pasal 26
4.3.1.1.10.5.13. Pembina Samsat Tingkat Provinsi Mempunyai Tugas:
4.3.1.1.10.5.13.1.Mengawasi pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
Yang dilakukan pelaksana Samsat.
4.3.1.1.10.5.13.2.Memberikan pertimbangan/usulan tentang penetapan standar
Pelayanan kepada Pembina Samsat tingkat nasional.
4.3.1.1.10.5.13.3. Memberikan bimbingan, pelatihan dan bantuan teknis kepada
Pelaksana Samsat.
4.3.1.1.10.5.13.4.Melakukan supervisi, analisis dan evaluasi terhadap
Penyelenggaraan pelayanan Samsat.
4.3.1.1.10.5.13.5. Menyampaikan laporan kegiatan pelaksanaan Samsat setiap tahun
atau sewaktu-waktu apabila diperlukan kepada Pembina Samsat
tingkat nasional.
Pasal 27
4.3.1.1.10.5.14. Koordinator Samsat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b
terdiri atas :
4.3.1.1.10.5.14.1. Koordinator Kantor Bersama Samsat untuk seluruh wilayah hukum
Kepolisian Daerah.
4.3.1.1.10.5.14.2. Koordinator pada setiap Kantor Bersama Samsat di wilayah hukum
Kepolisian Resor.
4.3.1.1.10.5.15. Koordinator pada Kantor Bersama Samsat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh :
4.3.1.1.10.5.15.1. Pejabat teknis yang bertanggung jawab di bidang Regident
Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah bagi Kantor Bersama
Samsat yang berada di wilayah hukum Kepolisian Daerah.
4.3.1.1.10.5.15.2. Pejabat teknis yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas bagi
Kantor Bersama Samsat yang berada di wilayah hukum
Kepolisian Resor.
Pasal 28
4.3.1.1.10.5.16. Tugas Koordinator Samsat untuk seluruh wilayah hukum Kepolisian
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a
meliputi :
4.3.1.1.10.5.16.1. Mengoordinasikan perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan
Evaluasi kegiatan penyelenggaraan Samsat yang berada di
wilayah hukum Kepolisian Daerah.
4.3.1.1.10.5.16.2. Memfasilitasi dan/atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
Dalam penyelenggaraan Samsat di wilayah hukum Kepolisian
Daerah.
4.3.1.1.10.5.16.3. Mengoordinasikan pengelolaan sistem informasi dan komunikasi
antar Kantor Bersama Samsat.
4.3.1.1.10.5.16.4. Menerima laporan penyelenggaraan pelayanan Samsat secara
periodik setiap bulan dari Kantor Bersama Samsat.
Pasal 29
4.3.1.1.10.5.17. Tugas Koordinator pada setiap Kantor Bersama Samsat di wilayah
hukum Kepolisian Resor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1) huruf b meliputi :
4.3.1.1.10.5.17.1. Mengoordinasikan perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan
evaluasi kegiatan penyelenggaraan tugas Kantor Bersama Samsat.
4.3.1.1.10.5.17.2. Memfasilitasi dan/atau menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
dalam penyelenggaraan tugas Kantor Bersama Samsat.
4.3.1.1.10.5.17.3. Mengoordinasikan pengelolaan sistem informasi dan komunikasi di
lingkungan Kantor Bersama Samsat.
4.3.1.1.10.5.17.4. Mengoordinasikan pengaturan tata ruang Kantor Bersama Samsat.
4.3.1.1.10.5.17.5. Menerima laporan secara periodik setiap bulan dari unsur pelaksana
Samsat.
4.3.1.1.10.5.17.6. Melaksanakan evaluasi pelayanan Samsat.
4.3.1.1.10.5.17.7.Melaporkan penyelenggaraan pelayanan Samsat kepada
koordinator Samsat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1) huruf a.
Pasal 30
4.3.1.1.10.5.18. Pelaksana Kantor Bersama Samsat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 huruf c terdiri atas :
4.3.1.1.10.5.18.1. Unsur kepolisian.
4.3.1.1.10.5.18.2.Unsur Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
melaksanakan pemungutan pajak provinsi.
4.3.1.1.10.5.18.3. Unsur Badan Usaha.
4.3.1.1.10.5.19. Pelaksana Kantor Bersama Samsat harus memenuhi standar jumlah
Dan standar kompetensi.
4.3.1.1.10.5.20. Pelaksana Kantor Bersama Samsat melaksanakan pelayanan Samsat
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
4.3.1.1.9.3. Bagian Ketiga Sistem Informasi
Pasal 31
4.3.1.1.9.3.1. Penyelenggaraan Samsat didukung sistem informasi dan komunikasi
yang merupakan integrasi data dari :
4.3.1.1.9.3.1.1. Kantor Bersama Samsat dalam wilayah hukum Kepolisian Daerah
seluruh Indonesia.
4.3.1.1.9.3.1.2. Kantor Bersama Samsat dalam wilayah hukum Kepolisian Resor.
4.3.1.1.9.3.2. Pelaksanaan sistem informasi dan komunikasi Samsat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan sub bagian dari Sistem Informasi
dan Komunikasi Lalu Lintas Angkutan Jalan.
4.3.1.1.9.3.3. Sistem informasi dan komunikasi Samsat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berisi data dan informasi antara lain :
4.3.1.1.9.3.3.1. Ranmor dan pemilik.
4.3.1.1.9.3.3.2. Penerimaan PKB dan BBN-KB.
4.3.1.1.9.3.3.3. SWDKLLJ.
4.3.1.1.9.3.4. Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses
oleh masyarakat dalam rangka pelayanan dengan memperhatikan
faktor keamanan sesuai peraturan perundang-undangan.
4.3.1.1.9.3.5. Standarisasi sistem informasi dan komunikasi Samsat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pembina Samsat tingkat
nasional.
4.3.1.1.9.3.6. Data Regident Ranmor merupakan subsistem dari sistem informasi dan
komunikasi Samsat yang digunakan untuk forensik kepolisian sebagai
bagian dari Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang diselenggarakan oleh Polri.
4.3.1.2. Faktor Penghambat
4.3.1.2.7. Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat.
Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan
maka laju pertumbuhan kendaraan bermotor di Sulawesi Selatan juga
mengalami peningkatan beberapa tahun belakangan ini, hal ini dapat terlihat
dari data pertumbuhan kendaraan yang ada di Kota Parepare Provinsi
Sulawesi Selatan .
Adapun pada tahun 2012-2014 jumlah unit kendaraan yang terdaftar
dan belum terbayar berdasarkan baik pribadi maupun badan adalah dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 4.2 Data Jumlah Unit Kendaraan Berdasarkan PKB yang
Terdaftar dan Belum Terbayar Pada UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
Tahun 2012-2014.
NO PERIODE TAHUN
JUMLAH KENDARAAN BELUM TERBAYAR
1 2012 2.924
2 2013 19.345
3 2014 23.234
Sumber Data: DISPENDA UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare.30
30 Dinas Pendapatan Daerah UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
4.3.1.2.8. Data Wajib Pajak yang tidak lengkap
Data wajib pajak yang tidak lengkap sering terjadi untuk alamat wajib
pajak itu sendiri, dalam hal ini wajib pajak yang tidak melakukan pembayaran
dapat menyulitkan pegawai dalam melakukan penagihan langsung. Data
alamat yang tidak lengkap ini terjadi pada saat pendaftaran baik kesalahan
pengetikan oleh petugas maupun alamat pada kartu tanda pengenal wajib
pajak yang tidak jelas.
4.3.1.2.9. Pemindah tanganan Kendaraan Bermotor tanpa di balik nama
Pemindah tanganan kendaraan bermotor tanpa balik nama juga
menjadi salah satu faktor penghambat pemungutan pajak pada UPTD
SAMSAT Wilayah Kota Parepare. Hal ini terjadi apabila wajib pajak yang baru
tidak melakukan pembayaran pajak. Selain merugikan pihak yang namanya
terdaftar sebagai pemilik pertama yang tentunya akan di tagih langsung oleh
pegawai pajak, kesulitan lain bagi pegawai pajak juga terjadi dalam mencari
pemilik kendaraan kedua, dimana hal ini biasanya terjadi bagi wajib pajak
yang melakukan pemindahtanganan kendaraan kepada orang yang tidak
dikenal atau tidak memiliki alamat orang tersebut.
4.3.1.2.10. Pemilik berpindah tempat tinggal
Hambatan yang terjadi pada kasus ini juga pada penagihan bagi wajib
pajak yang melalaikan kewajibannya sebagai wajib pajak. Hal ini menyulitkan
pegawai pajak dalam melakukan penagihan yang tentunya hal ini akan
memicu terjadinya peningkatan nilai tunggakan pajak kendaraan bermotor.
4.3.1.2.11. Keadaan Sumber Daya Manusia yang masih kurang
kualitasnya.
Hal ini Nampak pada keterlambatan pegawai dan masih adanya
beberapa pegawai yang dibebani tugas diluar SAMSAT. Hal ini tentu saja
merugikan SAMSAT dan wajib pajak sebagai penerima pelayanan.
Keterlambatan pegawai menyebabkan terhentinya proses pelayanan,
karena proses pelayanan SAMSAT merupakan alur yang saling berhubungan
maka jika salah satu bagian terganggu maka akan menyebabkan bagian lain
ikut terganggu dan ini akan memperlambat pelayanan.
Selain itu, masih dibebaninya beberapa pegawai dengan tugas di
luar SAMSAT menyebabkan pegawai yang lain mengambil alih tugas yang dit
inggalkan sehingga tugasnya menjadi banyak dan ini juga akan
menyebabkan pelayanan menjadi
terganggu dan proses pelayanan menjadi lama.
4.3.1.2.12. Faktor penghambat yang lain adalah masalah dana
Dana merupakan unsur yang vital dalam sebuah organisasi, begitu
pula dengan SAMSAT. Untuk mendapatkan dana guna penambahan dan
perbaikan sarana dan fasilitas penunjang harus melalui presedur yang
memakan waktu lama, sehingga seringkali pelayanan juga menjadi
terganggu.
Faktor penghambat lain yang dikemukakan Berdasarkan wawancara
yang penulis lakukan bersama Bapak Jusmiarto bahwa juga terdapat kasus
wajib pajak kendaraan bermotor yang mana kendaraan tersebut merupakan
kendaraan angsuran yang di bayarkan oleh kantor pembiayaan. Menjadi
hambatan apabila terjadi penarikan kendaraan bermotor dari pihak
pembiayaan tanpa ada laporan dari pihak pemilik kendaraan bermotor
ataupun dari pihak pembiayaan itu sendiri, dapat menjadi masalah dalam hal
ini yakni sebelum kendaraan di tarik oleh pembiayaan kendaraan tersebut
telah terdaftar sebagai obyek pajak kendaraan bermotor pada kantor pajak
daerah sehingga apabila terjadi penarikan yang tidak dilaporkan maka
kendaraan tersebut dapat menjadi tunggakan pajak kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, pemilik kendaraan atau pihak pembiayaan seharusnya
melaporkan kasus itu ditempat dimana kendaraan bermotor tersebut terdaftar
sebagai obyek pajak kendaraan bermotor.31
Untuk faktor sarana dan prasarana, memberikan pelayanan berupa
yaitu adanya SAMSAT Corner, SAMSAT Drive Thru, dan SAMSAT Keliling.
Selain itu warga dapat bertanya setiap saat terhadap hal-hal yang
bersangkutan dengan pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare.
4.3.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor Pada UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
Tata cara Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor:
4.3.1.3.7. Pendaftaran untuk dapat melaksanakan penghitungan besarnya
PKB harus dilakukan pendaftaran terhadap obyek Pajak, 32 yaitu
dengan cara sebagai berikut :
31 Bapak Jusmiarto, Wakil Kepala Administrasi Pelayanan di Kantor Bersama Samsat Kota
Parepare pada tanggal 10 Desember 2015
32 Bapak Jusmiarto, Wakil Kepala Administrasi Pelayanan di Kantor Bersama Samsat Kota
Parepare pada tanggal 10 Desember 2015
4.3.1.3.7.3. Setiap Wajib Pajak harus mengisi Surat Pendaftaran dan
Pendataan Kendaraan Bermotor (SPPKB) dengan jelas, lengkap
dan benar sesuai dengan identitas kendaraan bermotor dan wajib
pajak yang bersangkutan serta ditandatangani oleh Wajib Pajak
atau Kuasanya.
4.3.1.3.7.4. SPPKB disampaikan selambat-lambatnya 14 hari sejak saat
kepemilikan dan atau penguasaan, untuk kendaraan bermotor
baru Sampai dengan tanggal berakhirnya masa pajak bagi
kendaraan bermotor lama 30 hari sejak tanggal surat keterangan
fiskal antar daerah, bagi kendaraan bermotor pindah dari luar
daerah (Mutasi masuk).
4.3.1.3.7.5. Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam
masa pajak, baik perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian
mesin suatu kendaraan bermotor; wajib dilaporkan dengan
menggunakan SPPKB.
4.3.1.3.2. Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor
Setelah diketahui dengan jelas dan pasti obyek dan subyek PKB
berdasar SPPKB, kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) yang merupakan pemberitahuan ketetapan besarnya pajak yang
terhutang.
4.3.1.3.3 Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor:
4.3.1.3.3.1 Pembayaran atas PKB harus dilunasi sekaligus dimuka untuk 12
bulan.
4.3.1.3.3.2. Pajak dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
diterbitkan SKPD.
4.3.1.3.3.3. Kapada Wajib Pajak yang telah membayar lunas pajaknya diberi
tanda
pelunasan pajak.
4.3.1.3.4. Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor:
Pada lazimnya jika Wajib Pajak telah melakukan kewajiban membayar
PKB sesuai dengan jangka waktu jatuh tempo pembayaran, maka tidak akan
terjadi
penagihan. Penagihan baru dapat dilakukan apabila Wajib Pajak tidak
melunasi kewajibannya sesuai dengan jangka waktu pembayaran PKB.
4.3.1.3.5. Pelaksanaan Penagihan PKB sebagai berikut:
4.3.1.3.5.1.Dengan menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakkan pelaksanaan
penagihan Pajak, dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran pajak.
4.3.1.3.5.2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau
Surat Peringatan atau surat lainnya yang sejenis, Wajib Pajak
harus melunasi pajak terhutang.
4.3.2. Prinsip Pelayanan Pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Parepare:
4.3.2.1. Kejelasan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare:
4.3.2.1.7. Besar biaya TNKB, BPKB, dan biaya administrasi didasarkan pada
Skep Kapolri
4.3.2.1.8. Besar PKB dan BBNKB didasarkan pada SK Gubernur
4.3.2.1.9. Besar SWDKLLJ didasarkan pada Keputusan Menkeu
4.3.2.1.10. Tersedia papan alur mekanisme proses pengurusan
4.3.2.2. Kepastian Waktu Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare:
4.3.2.2.7. Penyelesaian jenis proses pengurusan mempunyai standar waktu
maksimal
4.3.2.2.8. Bagi proses tertentu yang melewati batas standar maksimal, wajib
pajak yang bersangkutan dapat menanyakan kepada petugas
termasuk ranmor dan dokumen pendaftaran yang bermasalah
4.3.2.3. Akurasi Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama SAMSAT
Kota Parepare:
4.3.2.3.7. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
4.3.2.4. Keamanan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare:
4.3.2.4.7. Memberikan kepastian perlindungan hukum
4.3.2.4.8. Aman SKPD di validasi
4.3.2.4.9. Aman STNK disahkan
4.3.2.4.10. Semua data Kendaraan Bermotor mulai dari pendaftaran
sampai dengan arsip terintegrasi dalam satu jaringan komputer
4.3.2.5. Tanggung jawab Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
4.3.2.6. Kelengkapan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare
Kelengkapan sarana prasarana, tersedianya sarana prasarana
kerja peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekominkasi dan informatika (telematika).
4.3.2.7. Kemudahan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
SAMSAT Kota Parepare
Kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika
4.3.2.8. Disiplin Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama SAMSAT
Kota Parepare
Kedisiplinan, Sopan dan ramah, pemberi pelayanan harus bersikap
disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan pelayanan dengan
ikhlas.
4.3.2.9. Kenyamanan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Bersama
Samsat Kota Parepare
Kenyamanan, lingkungan harus teratur, tersedia ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi fasilitas
pendukung pelayanan seperti, parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
4.4. Kualitas Pelayanan pada Kantor Bersama SAMSAT Kota Parepare
dalam Tinjauan Hukum Islam
4.4.1. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kualitas Pelayanan Pada
Kantor Bersama Samsat Kota Parepare
Kualitas Pelayanan dalam hukum islam yang dijadikan tolok ukur
untuk menilai kualitas pelayanan yaitu standarisasi syariah. Islam mensyari'atkan
kepada manusia agar selalu terikat dengan hukum syara' dalam menjalankan setiap
aktivitas ataupun memecahkan setiap permasalahan. Di dalam islam tidak mengenal
kebebasan beraqidah ataupun kebebasan beribadah , apabila seseorang telah memeluk
Islam sebagai keyakinan aqidahnya, maka baginya wajib untuk terikat dengan seluruh
syariah Islam dan diwajibkan untuk menyembah Allah SWT sesuai cara yang sudah
ditetapkan.
Oleh karena itu, variabel-variabel yang diuji dalam suatu penelitian tidaklah
murni menggunakan teori konvensional saja. Namun menjadikan syariah sebagai
standar penilaian atas teori tersebut.
4.4.1.1. Keandalan
Keandalan adalah Kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
secara akurat dan dapat diandalkan. Artinya pelayanan yang diberikan handal dan
bertanggung jawab, karyawan sopan dan ramah. Bila ini dijalankan dengan baik maka
masyarakat merasa sangat dihargai. Sebagai seorang muslim, telah ada contoh teladan
yang tentunya bisa dijadikan pedoman dalam menjalankan aktifitas. Allah SWT telah
berfirman yang artinya "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al- Ahzab: 21). Di
dalam hadist-hadist mulia, Rasulullah SAW telah mempraktikkan dan
memerintahkan supaya setiap muslim senantiasa menjaga amanah yang diberikan
kepadanya.
4.4.1.2. Daya Tanggap
Daya Tangga adalah Keinginan untuk membantu konsumen dan menyediakan
jasa tepat waktu. Dalam Islam kita harus selalu menepati komitmen seiring dengan
pelayanan dalam masyarakat. Apabila kantor samsat tidak bisa menepati komitmen
dalam memberikan pelayanan yang baik, maka resiko yang akan terjadi kesalah
pahaman. Demikian juga Allah SWT telah mengingatkan kita tentang
profesionalisme dalam menunaikan pekerjaan. Allah SWT berfirman yang artinya :
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain", (QS. Al-Insyirah: 7).
4.4.1.3. Jaminan
Jaminan adalah kemampuan karyawan alas pengetahuan terhadap produk
secara tepat, kualitas, keramah-tamahan, perkataan atau kesopanan dalam
membedakan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi dan kemampuan
dalam menanamkan kepercayaan masyarakat terhadap kantor samsat. Dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat hendaklah selalu memperhatikan etika
berkomunikasi, supaya tidak melakukan manipulasi pada waktu melayani masyarakat
maupun berbicara dengan kebohongan. Sehingga kantor samsat tetap mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat, dan yang terpenting adalah tidak melanggar syariat
dalam bermuamalah.
4.4.1.4. Emphaty
Emphaty adalah Peduli, perhatian individu yang diberikan kepada masyarakat.
Perhatian yang diberikan oleh kantor samsat kepada masyarakat haruslah dilandasi
dengan aspek keimanan dalam rangka mengikuti seruan Allah SWT untuk selalu
berbuat baik kepada orang lain. Allah telah berfirman, yang artinya "Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-
Nahl : 90).
Secara sederhana pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah provinsi dalam hal ini UPTD DISPENDA/ SAMSAT Wilayah Parepare
dalam peningkatan pemasukan pajak kendaraan bermotor Sulawesi Selatan
yaitu metode pelayanan yang salah satunya SAMSAT keliling. SAMSAT
keliling ini berupa kendaraan operasional yang mobile berjalan ditempatkan
pada daerah yang strategis yang di perkirakan banyak jumlah wajib pajaknya.
Di mana masyarakat dapat langsung melakukan pembayaran pajak
kendaraan bermotor di tempat tanpa harus melakukan pembayaran pada
Kantor SAMSAT. Induk pembayaran pajak kendaraan bermotor khusus
pembayaran pengesahan 1 (satu) tahunan di luar pergantian plat karena
untuk pergantian plat pada kendaraan bermotor harus di lakukan pada
pengecekan fisik dan pemeriksaan berkas lebih detail pada kantor SAMSAT
Parepare.
Untuk pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi pada UPTD SAMSAT
Wilayah Kota Parepare dimana Gubernur karena jabatannya atau karena
permohonan wajib pajak dapat membetulkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak
Daerah) atau STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) yang dalam penerbitannya
terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam
penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, membatalkan
atau mengurangkan ketetapan pajak yang benar, mengurangkan atau
menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga atau denda yang
disebabkan karena kealpaann Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannnya. Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan
ketetapan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD atau STPD
harus disampaikan kepada Kepala Dinas paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya surat ketetapan atau surat tagihan, Permohonan diajukan
secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas
dan dilengkapi dokumen pendukung yang diperlukan, Permohonan
pembetulan tidak menunda kewajiban membayar pajak. Kemudian Kepala
Dinas dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat permohonan akan
memberikan keputusan.33
Informasi Umum Pajak Kendaraan Bemotor Terdiri Atas:
4.4.1.4.1. Subjek Pajak
Pasal 4 UU No. 28 Tahun 2009 mengatur bahwa subjek Pajak
Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki
dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Yang menjadi subjek Pajak
Kendaraan Bermotor pada Kantor UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai
kendaraan bermotor dimana kendaraan bermotor tersebut terdaftar pada
Kantor UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare.
4.4.1.4.2. Wajib Pajak
33 Rahmat, masyarakat, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 11 Desember 2015
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan
yang memiliki kendaraan bermotor. Bagi Wajib Pajak yang berupa suatu
badan maka kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa dari
badan tersebut.
4.4.1.4.3. Obyek Pajak
Obyek Pajak Kendaraan Bermotor adalah pemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor alat-alat besar yang tidak dipergunakan
sebagai angkutan orang dan atau barang di jalan umum.
Dikecualikan dari Obyek Pajak Kendaraan Bermotor adalah
kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor:
4.4.1.4.3.1. Pemerintah Pusat; Pemerintah Daerah Provinsi; Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
4.4.1.4.3.2. Kedutaan; Konsulat; Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan
Lembaga Lembaga Internasional;
4.4.1.4.3.3. Kendaraan Bermotor pabrikan atau milik importir yang semata-
mata tersedia untuk dipamerkan dan dijual;
4.4.1.4.3.4. Kendaraan Bermotor yang dipergunakan untuk Pemadam
Kebakaran;
4.4.1.4.3.5. Kendaraan Bermotor yang disegel atau disita oleh Negara.
4.4.1.4.3.4. Subyek Pajak Kendaraan Bermotor
Subyek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan
yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor, sedangkan Wajib
Pajak kendaraan bermotor adalah pribadi atau badan yang memiliki
kendaraan bermotor. Yang bertanggung jawab atas pembayaran PKB
adalah:
4.4.1.4.3.4.1. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan atau
kuasanya atau ahli warisanya.
4.4.1.4.3.4.2. Untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.
4.4.1.4.3.5. Tahun Pajak dan Saat Pajak Terutang :
4.4.1.4.3.5.1. Masa pajak atau tahun pajak untuk PKB adalah jangka waktu
12 (dua belas) bulan berturut-turut, mulai saat pendaftaran
kendaraan bermotor.
4.4.1.4.3.5.2. Kewajiban pajak yang terakhir sebelum 12 bulan, besarnya
pajak terutang dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan.
Sedangkan bagian bulan yang melebihi 15 hari dihitung
berdasarkan bulan penuh.
4.4.1.4.3.5.3. Saat pajak terutang adalah saat terjadinya penyerahan
kendaraan bermotor atau penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD).
4.4.1.4.3.5.6.Bobot
Berdasarkan Pasal 2 ayat (7) huruf a Permendagri Nomor 29 Tahun
2012, sedan memiliki koefisien bobot senilai 1 (satu). Adapun koefisien bobot
senilai 1 (satu) tersebut memiliki arti bahwa kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan oleh penggunaan kendaraan bermotor dianggap
masih dalam batas toleransi.
4.4.1.4.3.5.6.1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Sebagaimana telah
disebutkan dalam pembahasan sebelumnya, tarif yang dikenakan adalah
sebesar 1,5% (satu koma lima persen).
4.4.1.4.3.5.6.2. Perhitungan, Pajak Kendaraan Bermotor = (Rp
150.000.000,00 x 1) x 1,5% = Rp 2.250.000,00 (Dua Juta Dua Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah)
4.4.1.4.3.5.6.3. Lain-lain, Dalam melakukan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor tiap tahunnya, selain jumlah Pajak Kendaraan Bermotor itu sendiri,
Wajib Pajak juga perlu memperhatikan biaya-biaya lain
Kendaraan SAMSAT Keliling terpusat di SAMSAT Parepare dan di
pergunakan di wilayah SAMSAT Pinrang, SAMSAT Barru, SAMSAT Sidrap,
dan SAMSAT Parepare. Kendaraan SAMSAT Keliling tersebut standby di
Parepare akan tetapi ketika di butuhkan oleh SAMSAT Kabupaten Pinrang,
SAMSAT Barru, SAMSAT Sidrap maka setiap saat bisa mengambil
kendaraan SAMSAT Keliling tersebut terkadang menjadi kebutuhan masing-
masing SAMSAT.
Kemudian, tempat operasional kegiatan SAMSAT Keliling di Kota
Parepare biasanya keliling pada Pasar Kecamatan dengan jadwalnya pada
hari Pasar Kecamatan yang jauh dari Kantor SAMSAT untuk memudahkan
masyarakat jauh yang ada di Wilayah Kota Parepare. Kendaraan SAMSAT
keliling pengawasan dari kepala UPTD masing-masing yang pengawasan
pajaknya dari Kantor pusat DISPENDA dalam hal ini kepala dinas
pendapatan daerah biasanya memberikan koordinasi kepada pihak
pengendalian dan pengawasan dari DISPENDA pusat.
SAMSAT Keliling orientasinya untuk mempermudah masyarakat
melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang sulit di jangkau oleh
masyarakat dengan jarak lokasi sekitar lebih dari 5 km keatas dan SAMSAT
keliling adalah produk DISPENDA akan tetapi bekerja sama dengan instansi
kepolisian Karena setiap orang yang membayar pajak kendaraan bermotor
terlebih dahulu di edintifikasi dulu kendaraan nya atau di registrasi dulu untuk
pemeriksaan kendaraan tersebut apakah kendaraannya bukan barang curian
atau ilegal ketika kepolisian sudah mengidentifikasi atau meregister semua
baru bisa melakukan membayar pajak.
4.4.2. Bentuk sangsi terhadap pelanggaran sesuai Implementasi Pelayanan
Pada Kantor SAMSAT Kota Parepare
Adapun Sangsi/ denda pajak mengenai perhitungan pajak yang di
berikan kepada lapisan masyarakat yang melakukan pelanggaran atau
keterlambatan pembayaran pajak kendaraan bermotor terhadap aturan yang
diterapakan pajak kendaraan bermotor di Kota Parepare berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, yaitu:
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Kendaraan Bermotor
pada
Pasal 7 yaitu:
4.4.2.1. Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5)
dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(9).
4.4.2.2. Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di wilayah
daerah tempat Kendaraan Bermotor terdaftar.
4.4.2.3.Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan bersamaan
dengan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.
4.4.2.4. Pemungutan pajak tahun berikutnya dilakukan di kas daerah atau
bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Kendaraan Bermotor pada
Pasal 8 yaitu:
4.4.2.4.1. Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua
belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan
Bermotor.
4.4.2.4.2. Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.
4.4.2.4.3. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar
(force majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat
dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi Masa Pajak
yang belum dilalui.
4.4.2.4.4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restitusi
diatur dengan Peraturan Gubernur.
4.4.2.4.5. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10%
(sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
peningkatan modal dan sarana transportasi umum.
4.4.2.4.6. Sanksi Bagi Wajib Pajak yang Melewati Jatuh Tempo Pembayaran
pada Kantor UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
Adapun Sangsi/denda pajak mengenai perhitungan pajak yang di
berikan kepada lapisan masyarakat yang melakukan pelanggaran atau
keterlambatan pembayaran pajak kendaraan bermotor terhadap aturan yang
diterapakan pajak. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan bersama
Bapak. Jusmiarto bahwa bagi wajib pajak kendaraan bermotor yang melewati
jatuh tempo pembayaran pada UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare
selama ini hanya dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi sebesar 2%
(dua persen) sebulan atau 24% (dua puluh empat persen) setahun. Jumlah
2% (dua persen) ini diambil dari besar pokok pajak kendaraan bermotor.
Misalnya pokok Pajak Kendaraan Bermotor seorang wajib pajak sebesar
Rp.150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) maka jumlah denda administrasi
keterlambatan dalam 1 (satu) bulan sebesar Rp. 3.000 (tiga ribu rupiah) atau
sebesar Rp.36.000 (tiga puluh enam ribu rupiah).34
4.4.3. Analisis anda sebagai masyarakat muslim tentang Implementasi
Pelayanan Pada Kantor Layanan SAMSAT Kota Parepare
Dalam informasi Umum Pajak Kendaraan Bemotor Terdiri Atas:
4.4.3.1. Subjek Pajak
Pasal 4 UU No. 28 Tahun 2009 mengatur bahwa subjek Pajak
Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/
34 Bapak Jusmiarto, Wakil Kepala Administrasi Pelayanan di Kantor Bersama Samsat Kota
Parepare pada tanggal 10 Desember 2015
atau menguasai kendaraan bermotor. Yang menjadi subjek Pajak Kendaraan
Bermotor pada Kantor UPTD SAMSAT Wilayah Kota Parepare adalah orang
pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor
dimana kendaraan bermotor tersebut terdaftar pada Kantor UPTD SAMSAT
Wilayah Kota Parepare.
4.4.3.2. Wajib Pajak
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan
yang memiliki kendaraan bermotor. Bagi Wajib Pajak yang berupa suatu
badan maka kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa dari
badan tersebut.
4.4.3.3. Obyek Pajak
Obyek Pajak Kendaraan Bermotor adalah pemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor alat-alat besar yang tidak dipergunakan
sebagai angkutan orang dan atau barang dijalan umum. Dikecualikan dari
Obyek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor.
4.4.4. Pandangan dan Saran Masyarakat dalam Pelayanan Sistem
pelaksanaan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Layanan SAMSAT
Kota Parepare
Berdasarkan Pandangan dan Saran Masyarakat kepada Unit
Pelayanan Pendapatan Daerah (UPPD) Kota Parepare dalam rangka
meningkatkan pendapatan asli daerah khususnya dari sektor pajak
kendaraan bermotor, yaitu sebagai berikut:
4.4.4.1. Pelaksanaan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Layanan
SAMSAT Kota Parepare dapat berjalan secara optimal maka sering
adakan razia kendaraan bermotor serta melihat kelengkapan surat-
surat kendaraan bermotor tersebut tanpa memilih orang tersebut,
kenal atau saudara dengan penegak hukum.pandangan masyarakat
masih sangat kurang dalam pelayanan pajak saat ini. Adapun
anlisis sebagai masyarakat beragama Islam ialah membabayar
pajak sebagai bentuk membantu pemerintah agar bisa
mensejahterahkan rakyatnya (asalkan uang tersebut dipakai untuk
mensejahterahkan rakyat tidak di korupsi).35
4.4.4.2. Pelaksanaan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Layanan
SAMSAT Kota Parepare agar mempermudah pelayanan sistem
pajak dan tidak terlalu membebankan masyarakat bagi masyarakat
yang kurang mampu. Pandangan sebagai masyarakat menyatakan
bahwa pelayanan system pajak saat ini cukup, memadai asalkan
administrasi jangan terlalu mahal dan sewajarnya. Adapun anlisis
sebagai masyarakat baragama Islam ialah sah-sah saja asalkan
jangan ada pengecualian antara manyarakat dan aparatur
pemerintah dan pengelolahannya tidak di salah gunakan oleh
pemerintah atau korupsi.36
35 Hamka, masyarakat, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 1 Desember
2015
36 Ahmad, masyarakat, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 11 Desember 2015
4.4.4.3. Pandangan dan Saran Pihak Kepolisian terhadap Implementasi
Pelayanan Pada Kantor Layanan SAMSAT Kota Parepare Pajak
Kendaraan Bermotor di Kota Parepare.
4.4.4.4. Agar pelaksanaan Implementasi Pelayanan Pada Kantor Layanan
SAMSAT Kota Parepare lebih diperketat selalu dan dari pihak
DISPENDA agar turun ke masyarakat untuk mensosialisasikan atau
mengingatkan masyarakat kepada pengguna kendaraan bermotor
untuk tepat waktu membayar pajak. Adapun analisis dari kami pihak
kepolisian yang beragama Islam bahwa dapat membantu pemerintah
setempat guna pembangunan di wilayah Kota Parepare sesuai yang
diinginkan masyarakat di Kota Parepare itu sendiri.37
4.4.4.5. Saran untuk kemajuan pelayanan Kantor Bersama Samsat yaitu,
Memberikan sosialisasi yang lebih jelas agar masyarakat mudah
memahami tata cara melakukan pembayaran di drive thru.
Memaksimalkan drive-thru dengan Meningkatkan kualitas sistem
perangkat komputer yang dapat memberikan layanan menyeluruh
sehingga tidak terbatas pada perpanjangan STNK saja sehingga
desentralisasi pelayanan dapat terwujud.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak membiarkan manusia saling
menzhalimi satu dengan yang lainnya, Allah dengan tegas mengharamkan
perbuatan zhalim atas diri-Nya, juga atas segenap makhluk-Nya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
37 A.wahyudi, anggota Polri, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 13 Desember
2015
حرام ليأتين على الناس زمان ل يبالي المرء بما أخذ المال أمن حلل أم من
Artinya:
“Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman saat manusia tidak peduli dari mana mereka mendapatkan harta, dari yang halalkah atau yang haram”.38
Dengan demikian, pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor
sistem on line memang dirasa sangat memudahkan wajib pajak, dimana
wajib pajak pada saat berada diluar Kota akan dapat membayar PKB dan
pengesahan STNK di SAMSAT manapun di Sulawesi selatan. Kelemahan
dalam sistem on line dimana wajib pajak yang dilayani dengan sistim On Line
hanya yang berkaitan dengan Pembayaran PKB dan Pengesahan STNK,
disikapi dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
pelayanan sistem On Line yang memang belum memungkinan melayani
semua jenis permohonan berkaitan dengan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor.39
4.5. Teori sumber daya manusia
4.5.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. SDM juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan
perusahaan. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah
organisasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu.
38 HR Bukhari Al-Buyu’: 7 39 Akbar, anggota Polri, Kecamatan Soreang, Kota Parepare pada tanggal 13 Desember 2015
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai
sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau
organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human
Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekadar
sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan,
dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya
sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi
atau organisasi lebih mengemuka.
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro.
Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota
suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan,
pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian SDM secara makro
adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang
belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang
bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan
berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.40
Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang ini meliputi pengembangan
karir (penugasan) dan pengembangan kemampuan kerja mereka. Pengembangan karir
berkaitan dengan penyusunan jalur karir yang merupakan urut-urutan posisi (jabatan)
yang mungkin diduduki oleh seorang pegawai mulai dari tingkatan terendah hingga
tingkatan teratas dalam struktur organisasi. Untuk mempermudah penyusunannya,
40 Greer Charles R. Strategy and Human Resources:a General Managerial Perspective. New
Jersey: Prentice Hall, 1995. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusia / Sumber daya
manusia di akses pada tanggal 13 Juni 2016
manajemen sumber daya manusia dapat menggunakan dua macam jalur karir versi
Heneman bersaudara sebagai acuan.41
41 Surya Dharma, et al., eds., Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi ke: 2), (Cet.I;
Jogjakarta: Amara Books, 2002), h. 33
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1. Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Wilayah
Kota Parepare sebagai salah satu unsur pelaksanaan teknis pemerintah
daerah Provinsi Sulawesi Selatan di bidang pungutan pendapatan daerah
yang merupakan gabungan dari beberapa instansi di dalamnya yaitu
instansi Kepolisian, Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
serta PT. Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja dituntut untuk lebih
meningkatkan pendapatan asli daerah. Upaya dalam menggenjot
peningkatan pajak di Kota Pare-pare. UPTD Kantor bersama Samsat
melakukan sistem pelayanan secara prima, dan juga dalam hal ini pihak
UPTD melakukan Iplementasi dan regulasi.
5.1.2. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap yang selanjutnya disebut Samsat
adalah serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan pembayaran Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara terintegrasi dan
terkoordinasi dalam Kantor Bersama Samsat. Kendaraan Bermotor yang
selanjutnya disebut Ranmor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.
5.1. SARAN
Adapun saran penulis berikan dalam penulisan skripsi ini adalah:
5.1.1. Fenomena tentang pemberdayaan kompetensi pegawai pada UPTD SAMSAT
Wilayah Kota Parepare sebagai tantangan didalam mencapai pelayanan yang
efektif dan prima kepada wajib pajak atau masyarakat atau pihak terkait
lainnya guna menunjang visi dan misinya.
5.1.2. Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan atau
pengurangan sanksi administrasi atas SKPD atau STPD harus disampaikan
kepada Kepala Dinas paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
surat ketetapan atau surat tagihan, Permohonan diajukan secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas dan dilengkapi dokumen
pendukung yang diperlukan, Permohonan pembetulan tidak menunda
kewajiban membayar pajak.
5.1.3. Buku Pemilik Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disingkat BPKB adalah
dokumen pemberi legitimasi kepemilikan Ranmor yang diterbitkan Polri dan
berisi identitas Ranmor dan pemilik, yang berlaku selama Ranmor tidak
dipindahtangankan. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang
selanjutnya disingkat STNK adalah dokumen yang berfungsi sebagai bukti
legitimasi pengoperasian Ranmor yang berbentuk surat atau bentuk lain yang
diterbitkan Polri yang berisi identitas pemilik identitas Ranmor dan masa
berlaku termasuk pengesahannya.
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Moenir, 2000, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta
Dwiyanto, Agus, 2005, Dalam Rangka Analisis Mengenai Kualitas Layanan Publik Ini. Jakarta: Erlangga.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: SYGMA.
Dharma, Surya, et al., eds. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Amara Books. Jogjakarta.
Fandy Tjiptono, 1996, Manajemen Jasa, Yogyakarta.
Ghazali, Rusman, 1997, Anisis Pelayanan Aparatur Kepada Para Investor di Kota Makassar. Tesis, Pascasarjana Unhas
Hidayat Zainal, 2010, Analisis Kepuasan Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT, Semarang II Administrasi : Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Juliantara, Dadang, 2005, Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan.
Juwandi, Irawan, Hendy, 2004, Kepuasan Pelayanan Jasa. Jakarta: Erlangga.
Kotler, 2002, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian), Jakarta : Salemba Empat.
Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran , Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Jakarta: Prenhallindo
Kotler, Phillip & Kevin Lane Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Indeks
Kotler, Philip, 1995, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat. Jilid- 1 k3 8.
Kusdyah Rachmawati Ike, 1997, Strategi Penerapan Kualitas Pelayanan Jasa sebagai Upaya Peningkatan Kepuasan Layanan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah, Palembang : (STIE Asia Malang).
Kurniawan, Agung., 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta
Keban, Yeremias T, 2004, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori dan Isu, Yogyakarta: Gaya Media
Lukman, Sampara, 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta: STIA LAN Press
Mangkunegara, Prabu AA., 2004, Perilaku Konsumen, Bandung Erasco
Mansur. T: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Public pada Bagian Bina Sosial Setdako Lhokseumawe, 2008.
Marzuki, 1983, Metodologi Riset, Yogyakarta: Hanindita Offset
Moenir, H.A.S., 2002, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara.
Ruslan, Rosady, 2010, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta Utara: Kelapa Gading Permai.
Rambat, Lipoyadi dan A. Hamdani, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.
Sabardi Agus, 2001, Manajemen Pengantar, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahan YKPN
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAIN), 2013, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Parepare: STAIN Parepare.
Sinambela, Lijan Poltak, et al., eds, 2006, Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekanto Sujono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press
Subagyo Joko, 2006, Metode Penelitian (dalam Teori Praktek), Jakarta: Rineka Cipta
Tjiptono, Fandy, 1996, Total Quality Management. Yogyakarta
Vinsen, Gasperz, 1997, Manajemen Kualitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Yamit, Zulian, 2002, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.
Situs Internet:
Core.ac.uk www./download/pdf/12348730.pdf
El-kawaqi.blogspot.com/.../Pengertian-Implementasi-Menurut-Para.Html
Eprints.uny.ac.id. www./download/.pdf
Https://Ilmu Pemerintahan.wordpress.com
R. Charles, Greer. 1995. Strategy and Human Resources:a General Managerial
Perspective. New Jersey: Prentice Hall.
KANTOR SAMSAT KOTA PAREPARE
KANTOR SAMSAT KOTA PAREPARE
RIWAYAT HIDUP PENULIS
ASNITA, Lahir pada tanggal 02 April 1993. Anak ke
dua dari tujuh bersaudara dari pasangan Muh Nur dan
Hasma di Parepare. Penulis mulai masuk pendidikan
formal pada Sekolah MI Taqwa Parepare pada 1999 –
2005 selama 6 Tahun, Sekolah MTS Taqwa Parepare pada 2005 – 2008 3 Tahun,
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Parepare pada 2008 - 20011 selama
3 Tahun, pada Tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Parepare, dengan mengambil Jurusan Syariah, Prodi
Muamalah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah dan Ekonomi Islam, penulis
mengajukan Skripsi dengan Judul “Implementasi pelayanan Pada Kantor Bersama
Samsat Kota Parepare”.