IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achivement Divisions) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA JURUSAN TATA BUSANA SMK N 4 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Disusun Oleh: MARYATI 08513245005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011
147
Embed
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE … · Kisi-kisi Instrumen Angket ... Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tahapan PTK Model Kemmis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD (Student Teams Achivement Divisions) DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA
JURUSAN TATA BUSANA SMK N 4 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
Disusun Oleh:
MARYATI
08513245005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap “
(Alam Nasyroh : 6-8).
“Ketentraman dan Kepuasan Tidak Mungkin Kita Dapat Apabila Dalam
Menjalani Kehidupan Berlandaskan Kebebasan Tanpa aturan”
(MinKa)
“Belajar, berdoa, berusaha, dan terus berjuang tak mudah
putus asa, serta restu dari orang tua adalah
hal-hal untuk mencapai sukses di masa depan”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Teriring puja dan megucap syukur kepada Allah SWT atas segala keridhoan-Nya, sebuah
karya sederhana yang ku persembahkan untuk orang-orang yang sangat berarti dalam
kehidupanku, karya ini ku persembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku Tercinta
Terimakasih atas segala bimbingan, nasehat, perhatian, semangat dan semua yang
terbaik yang telah diberikan kepadaku, pengorbanan dan lantunan do’a yang salalu
mengiringi setiap langkahku, semoga selalu dilimpahkan rizki oleh allah swt dan
semoga kelak aku dapat membahagiakan dan memenuhi harapan kalian.
Kakakku (maz Gandung/cepex) dan Adikku (Harowi/owi’) serta saudara-saudaraku
Erfik, Dhini, Amin, Aisyah, Fahmi, Bowo, Wahyadi
Terima kasih untuk kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang sudah diberikan
Le’ No
Terimakasih untuk kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang sudah diberikan
Teman-temanku Yeni, Risa, Dewi, Eny, Novianti, Uyi, Tika dan temen-temanku
GARPA_28 n & MinKa
Terimakasih Atas Kerjasama, Bantuan, kebersamaan, dan semangat yang selalu
diberikan untukku. Kenangan Terindahnya yang Tak Terlupakan
Almamaterku UNY tercinta
Terima kasih sudah mewujudkan cita-citaku sampai saat ini.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(Student Teams Achivement Divisions) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MATA DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA JURUSAN TATA
BUSANA SMK N 4 YOGYAKARTA
Oleh:
Maryati
NIM. 08513245005
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dapat meningkatkan
keaktifan siswa pada mata diklat kewirausahaan jurusan tata busana SMK N 4
Yogyakarta; 2) mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achivement Divisions) dapat meningkatkan prestasi belajar mata diklat
kewirausahaan siswa jurusan tata busana SMK N 4 Yogyakarta; 3) mengetahui pendapat
siswa tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions) pada mata diklat kewirausahaan di SMK N 4 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model
penelitian dari Kemmis dan Taggart. Alur penelitian tindakan kelas terdiri dari (1)
Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Pengamatan, (4) Refleksi. Subjek dalam penelitian ini
adalah 33 siswa kelas 1 busana 4. Teknik pengumpulan data digunakan 1) observasi
untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses belajar mata
diklat kewirausahaan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 2) tes untuk
menilai prestasi belajar siswa mata diklat kewirausahaan, 3) angket untuk memperoleh
data pendapat siswa tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Uji
validitas instrumen 1) observasi menggunakan validitas logis dengan meminta
pertimbangan tiga ahli dan uji reliabilitas dengan metode ratings. 2) instrumen tes
menggunakan validitas logis dengan meminta pertimbangan tiga ahli dan uji reliabilitas
instrumen tes menggunakan rumus Alpha Cronbach, 3) instrumen angket menggunakan
validitas logis dengan meminta pertimbangan tiga ahli dan validitas empiris
menggunakan rumus product moment sedangkan uji reliabilitas instrumen angket
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji coba instrumen diujikan di kelas 1 busana 4
dengan jumlah siswa 35 orang. Hasil uji validitas dari 20 butir terdapat 2 butir soal yang
gugur kemudian sudah diperbaiki. Berdasarkan hasil uji coba dan wawancara dengan
guru kewirausahaan SMK N 4 Yogyakarta maka pelaksanaan penelitian diputuskan pada
kelas 1 busana 4. Menurut wawancara dengan guru kewirausahaan kelas tersebut
prestasinya dibawah kelas 1 busana 1 dan kurang aktif dalam proses belajar mengajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pra tindakan 38,5%, meningkat pada siklus I 62,4%,
meningkat pada siklus II 86,5%. 2) Peningkatan prestasi belajar siswa berdasarkan KKM
pada pra tindakan 39,40% pada siklus I meningkat 78,79% dan pada siklus II meningkat
100%. 3) Pendapat siswa tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) di SMK N 4 Yogyakarta berada pada
kategori sangat tinggi ada 16 siswa dengan persentase 48,49 %, tinggi ada 11 peserta
didik dengan persentase 33,33 %, sedangkan kategori sedang ada 6 peserta didik dengan
persentase 18,18 %.
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Prestasi belajar
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Implementasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions)
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Diklat Kewirausahaan Siswa Jurusan
Tata Busana SMK N 4 Yogyakarta” dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi
ini banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir Skripsi ini terutama kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA, selaku Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Wardan Suyanto, Ed. D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
3. Dr. Sri Wening, selaku Ketua Jurusan PTBB, Ketua Program Studi
Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Noor Fitrihana, M. Eng, selaku dosen Penasehat Akademik PKS.
5. Sri Emy Yuli Suprihatin, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat, dan semangat
dalam penyusunan skripsi ini.
6. M. Adam Jerusalem, MT, selaku validator ahli materi tes kewirausahaan dan
dosen penguji Tugas Akhir Skripsi.
7. Prapti Karomah, M. Pd, dan Kapti Asiatun, M. Pd selaku validator ahli model
pembelajaran.
8. Dr. Endang Mulyatiningsih, selaku validator ahli evaluasi.
9. Drs. Sentot Hargiardi selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Yogyakarta yang
telah memberikan izin dalam penelitian skripsi ini.
10. Ria Amilia Rossyah, SE, Tantri Agustiana, S Pd, selaku validator ahli materi,
model pembelajaran dan selaku guru mata diklat kewirausahaan di SMK N 4
Yogyakarta.
11. Seluruh keluarga besar SMK Negeri 4 Yogyakarta yang telah bersedia
memberikan data-data yang diperlukan.
12. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,
dukungan dan kerjasamanya.
14. Almamater
Penulis menyadari, dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat diharapkan. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Yogyakarta, Agustus 2011
Maryati
NIM. 08513245005
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
MOTO ............................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Batasan Masalah ......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
E. Tujuan ......................................................................................... 9
F. Manfaat ....................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................. 12
A. Deskripsi Teori ........................................................................... 12
Tabel 14. Kategori Implementasi Model Pembelajaran Kooperatis Tipe
STAD .......................................................................................... 86
Tabel 15. Data Amatan Keaktifan Siswa Pada Proses Belajar Mengajar
Mata Diklat Kewirausahaan ....................................................... 105
Tabel 16. Data Hasil Belajar Siswa Mata Diklat Kewirausahaan ............... 109
Tabel 17. Data Kategorisasi Pendapat Siswa Tentang
Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD .............................. 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahapan PTK Model Kemmis dan Taggart ............................ 42
Gambar 2. Hubungan Antar Variabel ....................................................... 46
Gambar 3. Data Amatan Keaktifan Siswa Pada Proses Belajar
Mengajar Mata Diklat Kewirausahaan ................... 107
Gambar 4. Data Hasil Belajar Siswa Mata Diklat Kewirausahaan ............ 109
Gambar 5. Data Kategorisasi Pendapat Siswa Tentang
Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD .............................. 112
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi dan Lembar Soal Tes
Lampiran 2. Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar Kewirausahaan Tiap Siklus
Lampiran 3. Validasi dan Reliabilitas
Lampiran 4. Daftar Hadir Siswa
Lampiran 5. Silabus, RPP dan Handout Tiap Siklus
Lampiran 6. Daftar Nilai Siswa
Lampiran 7. Contoh Hasil Tes Tiap Siklus
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan penyelenggaraan lembaga pendidikan adalah untuk
menciptakan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja khususnya pada jenjang
SMK dan perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang memilki program studi
kependidikan menuntut terciptanya lulusan yang siap terjun dalam dunia
pendidikan, baik sekolah, diklat, maupun dinas. Kemampuan mengajar
sebagai kemampuan utama yang harus dimiliki peserta didik (mahasiswa)
program studi pendidikan harus terus ditingkatkan mengingat hal ini berkaitan
erat dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan
menengah merupakan salah satu bagian dari pendidikan nasional, yang
bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam dunia usaha dan dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Sebagaimana tujuan khusus Sekolah Menengah Kejuruan adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan kerja yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
2
2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dimilikinya (Pedoman Kurikulum SMK 2004:7).
Berdasarkan uraian diatas, diharapkan peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan kelak setelah menyelesaikan pendidikannya mampu bekerja mandiri
dan mampu mengembangkan diri secara profesional dengan kompetensi yang
dimiliki.
Dalam upaya persiapan memasuki dunia kerja, siswa tata busana perlu
memiliki pengetahuan dan ketrampilan kerja (kompetensi) baik dalam bidang
pendidikan maupun keterampilan kerja di industri, agar ada keterkaitan dan
kesepadanan dengan dunia kerja. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah
adalah meningkatkan kurikulum sekolah menengah kejuruan, dengan
diberlakukannya kurikulum spektrum maka sekolah memiliki wewenang yang
luas untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Tujuan bidang keahlian tata
busana adalah mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan
dalam program keahlian tata busana, agar dapat bekerja secara mandiri atau
mengisi pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga
kerja tingkat menengah (Depdikbud, 2004: 5 )
Hal tersebut menunjukkan bahwa saat ini guru dituntut peran aktif
dalam dunia pendidikan sehingga memberikan peluang bagi guru untuk
mengembangkan kreativitasnya. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif
3
dan inovatif dalam bentuk penelitian tindakan terhadap berbagai teknik, model
pengelolaan pembelajaran atau model pembelajaran yang mampu
menghasilkan lulusan yang berkompeten. Model pembelajaran merupakan
salah satu komponen penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran sehingga
harus disusun secara cermat.
Mata diklat kewirausahaaan merupakan salah satu mata diklat adaptif
yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar
pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta
mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Dalam penelitian ini standar kompetensi kewirausahaan
yang digunakan yaitu menerapkan jiwa kepemimpinan dan kompetensi dasar
yaitu menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet yang bertujuan untuk
agar peserta didik mampu melakukan kegiatan usaha dengan semangat, tidak
putus asa, selalu ingin maju, selalu mencari sesuatu yang baru, kerja keras,
kreatif dan dapat menghargai prestasi kelak setelah lulus dari pendidikan
formalnya.
Berdasarkan observasi selama ini penyampaian materi kewirausahaan
hanya sebatas metode pembelajaran konvensional atau menggunakan model
ceramah sehingga masih banyak siswa yang tidak terpantau dan tidak aktif.
Kelemahan model ini adalah apabila guru tidak pandai memotivasi dan
menarik perhatian siswa serta kurang pintar mengamati kondisi belajar siswa
4
dikelas, maka siswa akan menjadi pasif, karena hanya sebagai penerima
informasi yang tentu saja akan cepat membosankan (Wardoyo, 2004:1).
Pemilihan model pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam
upaya menciptakan pembelajaran yang aktif (Hisyam Zaini, 2007). Oleh
karena itu, untuk setiap pertemuan pembelajaran perlu dirancang sebuah silkus
pembelajaran yang menarik dan memungkinkan siswa untuk berpartisipasi
secara aktif. Penciptaaan model pembelajaran yang beragam diharapkan dapat
terus menerus menjaga ketertarikan siswa pada setiap proses pembelajaran.
Guru perlu mengkombinasikan berbagai metode dan memvariasikannya dari
satu pertemuan ke pertemuan yang lainnya sehingga pembelajaran tidak
terkesan monoton.
Selain itu nilai yang diperoleh peserta didik belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga guru melakukan remidi untuk
memenuhi KKM tersebut. Guru dalam proses belajar mengajar mata diklat
kewirausahaan masih sangat berperan (teacher of centered). Komunikasi
yang masih satu arah dari guru dalam proses pembelajaran kewirausahaan
menyebabkan siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar.
Penggunaaan media pembelajaran yang digunakan guru masih kurang hanya
sebatas papan tulis. Keikutsertaan peserta didik dalam proses belajar
mengajar masih rendah, kebanyakan peserta didik kurang aktif sehingga
dibutuhkan variasi model pembelajaran. Penerapan pembelajaran kooperatif
belum ada, selama ini yang digunakan metode ceramah sehingga siswa
kurang berperan dalam proses belajar mengajar.
5
Hasil observasi KKN-PPL pada tanggal 1 Juli – 2 September 2010 saat
pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa terpaku, tidak ada siswa yang
mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan terhadap materi yang
disampaikan oleh guru tersebut. Walaupun guru sudah memberi kesempatan
untuk bertanya. Selain itu, saat pembelajaran berlangsung sebagian siswa
terlihat jenuh, ada yang ramai, mengobrol sendiri dengan temannya, dan ada
yang mengantuk. Permasalahan diatas menjadikan prestasi belajar siswa Tata
Busana masih belum maksimal untuk mata diklat kewirausahaan tidak seperti
yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut dipilih pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Bagian-bagian pembelajaran
kooperatif menurut Anita Lie (2004) adalah saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan ketrampilan untuk menjalin
hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti memilih implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions)
dalam meningkatkan prestasi belajar mata diklat kewirausahaan siswa jurusan
tata busana SMK N 4 Yogyakarta yang dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa pada mata diklat teori kewirausahaan tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif ini membutuhkan partisipasi dan kerja
sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju yang lebih baik dan dapat
6
meningkatkan prestasi belajar secara maksimal serta sikap tolong menolong
dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Pada proses model pembelajaran tipe STAD (Student Teams
Achivement Divisions) ini melalui lima tahapan yang meliputi : 1) tahap
penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap
penghitungan skor, 5) tahap pemberian penghargaan kelompok (Robert E.
Slavin,2008)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam
penelitian ini digabung dengan model ceramah, model diskusi, dan latihan
soal pada mata diklat teori kewirausahaan. Peneliti memilih menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement
Divisions) tersebut bertujuan untuk mengurangi kejenuhan siswa,
meningkatkan keaktifan siswa, dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata diklat kewirausahaan secara maksimal.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah uraian di atas maka muncul
berbagai masalah yang sangat luas berkaitan dengan pembelajaran
kewirausahaan di SMK sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran selama ini masih menggunakan metode
ceramah, guru dalam proses pembelajaran mata diklat kewirausahaan
masih sangat berperan (teacher of centered) sehingga siswa telihat kurang
aktif.
2. Keikutsertaan peserta didik dalam proses belajar mengajar masih rendah,
kebanyakan peserta didik kurang aktif sehingga dibutuhkan variasi model
pembelajaran
3. Komunikasi yang masih satu arah dari guru dalam proses pembelajaran
kewirausahaan sehingga siswa menjadi pasif dalam proses belajar
mengajar.
4. Peserta didik belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
sehingga guru melakukan remidi untuk memenuhi KKM tersebut.
5. Penggunaaan media pembelajaran yang digunakan guru masih kurang
hanya sebatas papan tulis.
6. Penerapan pembelajaran kooperatif belum ada, selama ini yang digunakan
model ceramah sehingga siswa kurang berperan dalam proses belajar
mengajar.
8
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini pembatasan masalah dimaksudkan untuk
memfokuskan permasalahan yang akan dibahas. Upaya peningkatan prestasi
belajar siswa mata diklat kewirausahaan di SMK N 4 Yogyakarta sangatlah
penting karena merupakan mata diklat dasar untuk peserta didik agar setelah
siswa lulus dari pendidikan formalnya dapat langsung berwirausaha di bidang
busana. Untuk itu guru memerlukan pembelajaran yang menarik sehingga
dapat meningkatkan prestasi dan kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran
kewirausahaan memerlukan model pembelajaran yang menyenangkan,
dimana peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok, saling berdiskusi
untuk mengerjakan tugas kelompok, peserta didik mempresentasikan hasil
diskusi, mengerjakan tugas individu, dan pada akhir proses pembelajaran ada
reward untuk peserta didik yang mendapatkan poin kemajuan yang tertinggi.
Dengan demikian peserta didik dapat memahami pembelajaran
kewirausahaan, menjadikan peserta didik aktif dengan diskusi antar teman
tanpa ada tanya jawab dengan guru. Peserta didik yang dipilih menjadi
subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas I busana 4 SMK N 4
Yogyakarta, dalam penelitian ini memfokuskan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions)
dalam meningkatan prestasi belajar mata diklat kewirausahaan di SMK N 4
Yogyakarta.
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achivement Divisions) dapat meningkatkan keaktifan
siswa pada mata diklat kewirausahaan jurusan tata busana SMK N 4
Yogyakarta?
2. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achivement Divisions) dapat meningkatkan prestasi
belajar mata diklat kewirausahaan siswa jurusan tata busana SMK N 4
Yogyakarta?
3. Bagaimanakah pendapat siswa tentang implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada mata
diklat kewirausahaan di SMK N 4 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada mata diklat kewirausahaan siswa
jurusan tata busana SMK N 4 Yogyakarta.
2. Mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dapat
10
meningkatkan prestasi belajar mata diklat kewirausahaan siswa jurusan
tata busana SMK N 4 Yogyakarta.
3. Mengetahui pendapat siswa tentang implementasi model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada
mata diklat kewirausahaan di SMK N 4 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Memberikan bahan masukan pada sekolah dan jurusan yang
membutuhkan informasi tentang peningkatan prestasi belajar siswa
jurusan tata busana pada mata diklat kewirausahaan melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement
Divisions) di SMK N 4 Yogyakarta.
b. Dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian yang
relevan di masa yang akan datang.
2. Secara Praktis, memberi manfaat bagi:
a. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan pendidikan dan pembinaan lebih lanjut kepada siswa
sehubungan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achivement Divisions) diklat kewirausahaan.
11
b. Jurusan FT UNY
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran peningkatan prestasi
belajar siswa tata busana mata diklat kewirausahaan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement
Divisions) di SMK.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pengetahuan tentang peningkatan prestasi belajar siswa
mata diklat kewirausahaan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achivement Divisions) di SMK untuk kelak
selepas pendidikan formalnya.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Dengan belajar manusia mampu mengembangkan
potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir sehingga nantinya mampu
menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhan. Belajar dapat
dirumuskan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku sebagai akibat atau hasil pengalaman yang berlalu. Belajar
merupakan suatu aktivitas yang menumbuhkan perubahan relatif
permanen sebagai akibat upaya-upaya yang dilakukan (Suhaenah
Suparno, 2001: 2). Sedangkan menurut Sugihartono dkk (2007: 74)
belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar selalu mempunyai hubungan dengan arti perubahan
tingkah laku, setelah itu memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
nilai.
Menurut Cagne dan Biggs (Tengku Zahra Djaafar, 2001: 2)
pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang mempengaruhi siswa
13
sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan
mudah, dengan tujuan membantu siswa atau orang untuk belajar.
Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi belajar
mengajar dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang
meliputi: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, teknik
mengajar, siswa, media, guru dan evaluasi hasil belajar.
Adapun kriteria materi pembelajaran menurut Wingkel (2004: 332)
yaitu:
1) Materi/bahan pengajaran harus relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai.
2) Materi/bahan pengajaran harus sesuai dengan taraf kesulitan dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengelola bahan itu.
3) Materi/bahan pengajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa.
4) Materi/bahan pengajaran harus membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan pikiran sendiri maupun melakukan berbagai kegiatan.
5) Materi/bahan pengajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti.
6) Materi/bahan pengajaran harus sesuai dengan media pelajaran yang disediakan.
Proses pembelajaran akan dapat berjalan dan berhasil dengan baik
apabila guru atau pendidik mampu mengubah diri peserta didik selama
ia terlibat dalam proses pembelajaran itu, sehingga dapat dirasakan
manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadinya. Oleh
karena itu perlu adanya model pembelajaran yang melibatkan siswa
14
dalam proses pembelajaran sehingga siswa aktif dan dapat mencapai
kompetensi sesuai yang diharapkan.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas, sedangkan menurut Husnaini model pembelajaran adalah
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
metode-dan-teknik-pembelajaran. Dalam model pembelajaran terdapat
strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Model pembelajaran dipilih berdasarkan manfaat,
cakupan materi atau pengetahuan, tujuan pembelajaran, serta
karakteristik pembelajaran itu terjadi (Dewi Salma Prawiradilaga,
2007: 34).
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,
langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan
ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa
metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian
15
tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif,
nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik
adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran. Semua dari penerapan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah
satu model atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang
sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan
pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu model
pembelajaran kooperatif yang efektif (Robert E. Slavin, 2008:142).
STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur. Variasi
Model STAD terdapat lima komponen utama pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu: a) Penyajian kelas; b) Belajar kelompok; c) Kuis; d)
Skor Perkembangan; e) Penghargaan kelompok. Pada saat pertama kali
guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu
memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview
konsep atau menjawab pertanyaan.
Menurut Stahl dalam Sriwiyono (2006:18) ciri-ciri belajar kooperatif
adalah:
1. Seperangkat tujuan pembelajaran khusus yang jelas 2. Penerimaan secara umum terhadap tujuan pembelajaran peserta
didik 3. Ketergantungan positif
16
4. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar muka 5. Adanya pertanggungjawaban secara individu 6. Penghargaanan ganjaran umum kepada kelompok yang secara
akademis sukses 7. Kelompok heterogen 8. Perilaku-perilaku dan sikap-sikap positif dalam interaksi sosial 9. Refleksi (wawancara) terhadap proses kelompok, dan 10. Waktu yang cukup untuk pembelajaran.
Sedangkan menurut Johnson & Johnson dalam Nur Asma (2006:16)
unsur pembelajaran kooperatif terdiri lima yaitu:
1) Saling ketergantungan positif, kegagalan dan keberhasilan kelompok merupakan merupakan tanggung jawab setiap anggota kelompoknya
2) Tanggungjawab perseorangan, setiap anggota kelompok bertanggungjawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar masing-masing anggota kelompok
3) Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan keuntungan bagi semua anggota kelompok
4) Komunikasi antar anggota, karena dalam setiap tatap muka terjadi diskusi,maka ketrampilan berkomunikasi antar anggota kelompok sangatlah penting.
5) Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok
Dalam pembelajaran tim terdapat tiga konsep sebagai ide utama
yaitu penghargaan tim, tanggungjawab individual, dan kesempatan
yang sama untuk berhasil (Muhammad Nur, 2005:3). Tim-tim dapat
diberi penghargaan apabila mereka mencapai atau diatas suatu kriteria
yang ditetapkan. Tanggung jawab individual berarti bahwa keberhasilan
tim tersebut tergantung kepada hasil pembelajaran individu dari seluruh
anggota tim, kesempatan yang sama untuk berhasil berarti bahwa
peserta didik menyumbang kepada tim mereka dengan perbaikan diatas
kinerja yang lalu.
17
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut (Stahl dalam Etin Solihatin dan Raharjo,
2007:10) adalah:
1) Merancang rencana program pembelajaran 2) Dalam aplikasi dikelas, guru merancang lembar observasi yang akan
digunakan untuk mengobservasi kegiatan peserta didik dalam belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan peserta didik, guru mengarahkan dan membimbing peserta didik baik secara individual maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku peserta didik selama kegiatan belajar berlangsung.
4) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil belajarnya.
3. Macam-macam pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model
yang dapat ditetapkan, yaitu: 1) Group Investigation, 2) Teams Games
Tournament (TGT); 3) jigsaw II; 4) Teams Accelerated Instruction
(TAI); 5) Student Teams Achievement Division (STAD)
1. Group Investigation
Menurut Slavin (1995:113) ada empat karakteristik model ini,
yaitu: a) kelas dibagi kedalam sejumlah kelompok (group) dan
identifikasi topik pembelajaran, b) kelompok siswa dihadapkan pada
topik dengan berbagai aspek untuk meningkatkan daya
keingintahuan dan saling ketergantungan positif diantara mereka, c)
didalam kelompoknya, siswa terlihat dalam komunikasi aktif untuk
meningkatkan ketrampilan cara belajar, d) guru bertindak selaku
sumber belajar dan pimpinan tak langsung, memberikan arah dan
18
klarifikasi hanya jika diperlukan, dan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif
2. Jigsaw II
Menurut Slavin (1995:122) pada model ini kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok dengan anggota 4-6 orang. Setiap kelompok
diberi nama yang berbeda-beda. Pelajaran dibagi dalam beberapa
bagian sehingga setiap siswa mempelajari salah satu bagian
pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama,
belajar bersama dalam sebuah kelompok dan dikenal sebagai
“counterpart group” (CG). Dalam setiap CG siswa berdiskusi dan
mengklarifikasi bahan pelajaran dan menyusun sebuah rencana
bagaimana cara mereka mengajarkan kepada teman mereka dari
kelompok lain. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw
mereka, dan mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing
kepada anggota kelompok jigsaw tersebut. Hal tersebut memberikan
kemungkinan siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling
berkomunikasi baik didalam jigsaw maupun dalan CG. Ketrampilan
bekerja dan belajar secara kooperatif dipelajari langsung di dalam
kegiatan pada kedua jenis pengelompokan. Siswa juga termotivasi
untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran mereka.
19
3. Team Assisted Individualized atau Team Accelerated Instruction
(TAI)
Menurut Slavin (1995:97) model ini merupakan model
kelompok dengan kemampuan heterogen. Setiap siswa belajar pada
aspek khusus secara individual. Anggota tim menggunakan lembar
jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman satu
tim, dan semua bertanggung jawab bersama. Diskusi terjadi pada
saat siswa saling mempertanyakan jawaban teman satu timnya.
4. Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran sistem TGT ini hampir sama dengan dengan
metode STAD, namun mengganti kuis dengan turnamen atau lomba
mingguan. Dalam lomba itu peserta didik berkompetisi dengan
anggota tim lain agar dapat menyumbangkan poin pada skor tim
mereka. Sama seperti pembelajaran STAD setiap peserta didik
memperoleh kesempatan yang sama untuk berhasil dan memperoleh
penghargaan tim.
Motivasi lebih didapatkan dengan metode ini karena adanya unsur
kegembiraan dan unsur permainan yang dimaksudkan dalam lomba
tersebut. Namun, pada saat peserta didik bertanding, teman satu tim
tidak boleh membantu karena merupakan tanggungjawab individual.
Umumnya perbedaan dua model diatas adalah pembelajaran STAD
lebih murni sedangkan TGT lebih menyenangkan. Guru dapat
menggunakan TGT untuk sebagian pengajaran, dan metode atau
20
model lain untuk bagian pengajaran lain. Hasil pencapaian sistem
TGT ini tidak secara otomatis menghasilkan skor individual
5. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam strategi pembelajaran STAD, peserta didik
dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan anggota yang
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Dalam menempatkan
peserta didik dalam tim, jangan mengizinkan peserta didik memilih
tim mereka sendiri. Guru mempresentasikan pelajaran, dan
kemudian peserta didik bekerja sama tim untuk memastikan seluruh
anggota tim telah menuntaskan pelajaran dengan baik. Akhirnya
seluruh peserta didik memperoleh kuis individual tentang bahan ajar
dan pada saat itu masing-masing tidak boleh saling membantu.
Ide utama pembelajaran kooperatif STAD untuk memotivasi
peserta didik saling memberi semangat dan membantu dalam
menuntaskan ketrampilan-ketrampilan yang dipresentasikan guru.
Lima komponen STAD adalah presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor
perbaikan individu dan penghargaan tim. Selama belajar tim, tugas
anggota tim adalah menuntaskan bahan ajar yang dipresentasikan
dan membantu tim sesama tim menuntaskan bahan ajar. Apabila
peserta didik menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan
tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari
bahan ajar dan tidak menutup kemungkinan ada beberapa tim yang
memperoleh penghargaan. Meskipun peserta didik belajar bersama,
21
mereka tidak boleh membantu dalam mengerjakan kuis yang
merupakan tanggungjawab individual. Metode ini mengharuskan
setiap peserta didik menguasai materi sehingga dengan kemampuan
dasar yang berbeda setiap peserta didik memperoleh kesempatan
yang sama untuk berhasil.
Dalam penelitian ini telah ditetapkan yaitu menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) yang akan di implementasikan di kelas, yang telah terbukti
adanya peningkatan dalam kegiatan belajar siswa yang meliputi
keaktifan siswa, keberanian mengemukakan pendapat, mencari
materi sendiri dan buku sumber dan terjadi peningkatan aspek-aspek
ketrampilan sosial (social skills), ketrampilan intelektual (intelectual
skills), ketrampilan kerja kelompok dan ketrampilan studi serta
kebiasaan bekerja. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe
STAD yaitu dapat: 1) meningkatkan motivasi siswa dalam belajar; 2)
meningkatkan prestasi belajar siswa; 3) meningkatkan kreativitas
siswa; 4) mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa
lain; 5) mengurangi kejenuhan dan kebosanan; 6) menyakinkan
dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan
menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.
Menurut Agus Suprijono (2009:65) menjelaskan bahwa sintaks
pembelajaran kooperatif terdiri dari enam komponen utama yaitu:
22
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran kooperatif
Fase-Fase Perilaku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi Siswa Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan
Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok presentasi hasil kerja Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a) Menyampaikan secara singkat tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan model kooperatif Tipe STAD (fase 1).
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran (fase 1).
c) Mengulang sekilas pelajaran yang lalu yang mempunyai
hubungan dengan bahan yang akan diajarkan (fase 2).
d) Apersepsi, membuat pertanyaan yang berhubungan dengan
bahan yang akan diajarkan untuk memancing minat siswa (fase
2).
23
2. Pelaksanaan
a) Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen baik dari jenis
kelamin, dan kemampuan akademis (fase 3).
b) Siswa dalam kelompok diberi tugas, dalam pemberian tugas
guru melakukan dengan cara berikut (fase 3):
- Tugas siswa dalam kelompok ditentukan secara diundi.
- Siswa kembali ke kelompok masing-masing dan
menyampaikan kepada teman tugas yang akan dikerjakan dan
didiskusikan.
c) Diskusi kelas (fase 3)
- Siswa mendiskusikan tugas kelompok yang akan dikerjakan.
- Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
- Siswa lain menjadi audience, siswa dapat bertanya jawab dan
seluruh siswa mengerjakan sama apa yang dipresentasikan
oleh siswa tersebut (fase 4).
d) Guru dan siswa menyimpulkan akhir diskusi (fase 4).
e) Guru memberi evaluasi (fase 5).
Sesudah presentasi selesai, siswa diberi tugas individu yaitu
mengerjakan soal tes. Pada tahap ini setiap siswa tidak
diperkenankan mengerjakan tugas secara kelompok tetapi
dikerjakan secara individu.
24
f) Penghargaan kelompok (fase 6).
Selama proses diskusi, aktivitas siswa dihargai oleh guru, dan
kemudian diberi penghargaan sesuai prestasinya. Penghargaan
dari guru berupa bingkisan hadiah dan diumumkan sesudah
proses belajar mengajar selesai, sehingga siswa termotivasi.
Penghargaan kelompok dihitung dengan menghitung skor
individual tim yang disebut poin kemajuan. Para siswa
mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat
dimana skor tugas individu siswa melampoi skor awal siswa.
4. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif guru melakukan pemantauan
terhadap kegiatan peserta didik, mengarahkan ketrampilan kerjasama
dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Aktivitas belajar
berpusat pada peserta didik, guru sebagai fasilitator dan dinamisator.
Dengan sistem ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan
semua potensinya secara optimal dengan cara berfikir aktif selama
25
proses belajar. Kerjasama dalam belajar akan menumbuhkan semangat
atau motivasi untuk berperan aktif, berbagai ide, pengetahuan, dan
pengalaman dalam diskusi. Kerja sama diantara peserta didik yang
baik jika bias meningkatkan emosi dan sikap positif terhadap
pembelajaran dan menimbulkan keterlibatan emosional dan komitmen
yang tinggi dalam belajar, serta harapan yang tinggi untuk sukses.
Menurut Mohammad Nur (2005:74-88) kelebihan pembelajaran
kooperatif adalah :
1) Peserta didik lebih memperoleh kesempatan dalam hal meningkatkan hubungan kerjasama antar tim.
2) Peserta didik lebih memperoleh kesempatan untuk mengembangkan aktivitas, kreativitas, kemandirian, sikap kritis, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
3) Guru tidak perlu mengajarkan seluruh pengetahuan kepada peserta didik, cukup konsep-konsep pokok karena dengan belajar secara kooperatif peserta didik dapat melengkapi sendiri.
4) Masing-masing peserta didik dapat berperan aktif baik untuk kepentingan kelompok atau individu.
5) Dapat menciptakan suatu penghargaan positif berbasis kelompok dan menciptakan saling menghargai pendapat dan keinginan kelompok lain.
6) Sistem penilaian yang tidak hanya mengacu pada setiap individu peserta didik, tetapi juga pada nilai kelompoknya.
Kelemahan pembelajaran kooperatif adalah:
1) Memerlukan alokasi waktu yang relatif yang lebih banyak, terutama kalau belum terbiasa.
2) Membutuhkan persiapan yang lebih terprogram dan sistematik. 3) Kalau peserta didik belum terbiasa dan menguasai pembelajaran
kooperatif, pencapaian hasil belajar tidak akan maksimal. 4) Masalah yang terkait dengan peserta didik antara lain : terdapat
peserta didik yang tidak menyesuaikan diri, berperilaku menyimpang, terlalu gaduh, tidak hadir, ataupun tidak berlatih secara efektif
5) Beban bagi pengajar yang lebih besar dan harus teliti dalam sistem penilaian.
26
5. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif guru menempatkan aktivitas
peserta didik sebagai yang utama, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk bersentuhan dengan obyek yang akan atau sedang
dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi
pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Dengan model
pembelajaran yang demikian akan lebih meningkatkan ketrampilan
berpikir peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sardiman (2003:95) menjelaskan bahwa belajar diperlukan
aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk
mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Sehingga dapat
dikatakan tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Menurut Asmadi
Alsa (2003:110) beberapa konsep penerapan belajar yang mendukung
belajar aktif antara lain: (1) model analisis konsep; (2) model berpikir
kreatif; (3) model belajar eksperiensal. Sedangkan menurut Melvi L.
Silberman (2010:61-62) kegiatan belajar aktif mencakup tiga tujuan,
Berdasarkan uraian diatas soal tes pada penelitian ini
mengukur aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.
Menurut Djemari Mardapi (2008:88) ada sembilan langkah
yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi
belajar yaitu:
a) Menyusun spesifikasi tes yaitu berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut : menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, memilih bentuk tes dan menentukan panjang tes.
b) Menulis soal tes merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat.
c) Menelaah soal tes untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.
d) Melakukan ujicoba tes untuk memperbaiki kualitas soal. e) Menganalisis butir soal yaitu dilakukan analisis terhadap
masing-masing butir soal yang telah disusun. f) Memperbaiki tes yaitu memperbaiki masing-masing butir soal
yang ternyata masih belum baik. g) Merakit tes yaitu keseluruhan butir tes perlu disusun secara hati-
hati menjadi satu kesatuan yang terpadu. h) Malaksanakan tes yaitu tes yang telah disusun diberikan kepada
testee untuk diselesaikan. i) Menafsirkan hasil tes yaitu data kuantitatif yang berupa skor
skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai yaitu: rendah, menengah atau tinggi.
36
8. Karakteristik Mata Diklat Kewirausahaan
Mata diklat kewirausahaaan merupakan salah satu mata diklat
adaptif yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar
memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial,
lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Mata diklat
kewirausahaan merupakan mata diklat yang diajarkan kepada semua
siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Secara umum program diklat ini
membekali siswa untuk menjadi wirausahawan yang berarti orang yang
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi
baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru memasarkannya
serta mengatur permodalan.
Kewirausahaan (Suryana: 2003) adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and
different) melalui berpikir kreatif dan inovatif. Kewirausahaan adalah
kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai, dan prinsip serta sikap, kuat,
seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam
menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang
mengarah pada pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa dan negara.
37
1. Tinjauan kompetensi mata diklat kewirausahaan
Kompetensi kejuruan mata diklat kewirausahaan yang diharapkan
adalah siswa mampu menerapkan jiwa kepemimpinan, untuk lebih
jelasnya standar kompetensi dan kompetensi dasar dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata diklat
kewirausahaan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menerapkan jiwa
kepemimpinan
Menunjukkan sikap pantang
menyerah dan ulet
Sumber: adoptasi dari silabus
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah merupakan inti motor penggerak daripada
administrasi dan manajemen. Kepemimpinana sangat penting untuk
dapat menentukan arah dan tujuan dengan memberikan bimbingan
terhadap pekerjaaan. Pemimpin merupakan seseorang yang
membimbing serta mengarahkan orang-orang dalam satu kelompok
untuk bekerja sama mencapai tujuan sampai berhasil dengan penuh
tanggung jawab. (MGMP Kewirausahaan : 2)
Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang
matang jiwa kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin
antara lain :
a) Pemimpin dapat mengerahkan dan mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya.
38
b) Pemimpin harus memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih menonjol dari orang-orang lain yang dipimpinnya.
c) Pemimpin harus punya pendekatan yang efektife. d) Pemimpin harus bisa melihat peluang yang setiap saat muncul dan
tahu bagaimana cara memanfaatkan peluang itu. e) Pemimpin harus bersikap sedemikian rupa, sehingga orang
menarik dan mendukungnya . f) Pemimpin harus bisa menghadapi berbagai macam masalah dan
mampu mencari jalan keluarnya. g) Pemimpin harus jujur, terbuka, dan bertanggung jawab. h) Pemimpin harus bisa bertindak hati-hati dan bisa melakukan
evaluasi serta koreksi demi perbaikan. i) Pemimpin harus bisa merencanakan, membimbing, mengarahkan,
serta mengendalikan baik aktivitas maupun pelaksanaan untuk tetap berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai.
j) Pemimpin harus selalu terbuka terhadap segala masukan demi peningkatan dan perbaikan organisasi, atau usaha yang dipimpinnya.
k) Pemimpin harus bisa memberi perhatian kepada seluruh kgiatan maupun seluruh sumber daya yang terlibat di dalamnya supaya ada keseimbangan dalam segala aktivitas dan keharmonisan dalam kerja serta sinergi yang terkait di dalamnya.
l) Pemimpin harus bisa menciptakan suasana yang kondusif dan membangun komunikasi yang harmonis terhadap semua sumber daya yang ada.
m) Pemimpin bisa membagi tanggung jawab dan mendelegasikan tugas kepada orang-orang yang dipimpinnya.
n) Pemimpin bisa menghargai inisiatif positif, terutama yang berasal dari orang-orang yang dipimpinnya.
o) Pemimpin bisa menerapkan sistem timbal jasa dalam rangka peningkatan prestasi masing-masing orang yang dipimpinnya.
p) Pemimpin bisa menghargai orang yang dipimpinnya sebagai pribadi dan bukan sebagai alat produksi atau alat untuk mencari keuntungan belaka.(MGMP Kewirausahaan)
3. Sikap pantang menyerah dan ulet dalam kegiatan usaha
Sikap pantang menyerah dan ulet ada kaitannya dengan program
sistem ganda atau yang sering disebut dengan magang. Dalam
magang tersebut anak didik terkadang mengalami berbagai masalah
dan terkadang peserta didik merasa putus asa dalam magang. Dalam
hal ini sikap pantang menyerah wajib diberikan pada peserta didik
39
agar tidak mudah putus asa. Adapun yang dimaksud dengan magang
adalah ikut belajar dalam kegiatan usaha atau bisnis kewirausahaan.
Lulusan SMK diharapkan dapat memperoleh pekerjaan,suatu
kenyataan yang perlu direnungkan adalah bahwa kebanyakan para
siswa SMK setelah selesai studinya berperan sebagai buruh pabrik,
pegawai dan sebagainya. Jarang tamatan SMK yang mau
menciptakan serta mengembangkan pekerjaan, maka dari itu magang
perlu dilakukan. Dengan magang diharapkan peserta didik dapat:
a) Memiliki sikap mental berwirausaha
b) Memiliki moral yang tinggi
c) Memiliki keterampilan berwirausaha
d) Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan
Pada dasarnya sikap pantang menyerah dan ulet wajib dimiliki
seorang wirausaha dan dengan sikap pantang menyerahharus
didasari dengan motivasi atau dorongan agar usaha yang dijalankan
dapat berhasil.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Hasil penelitian penerapan active learning pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) dalam
meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa kelas IV MI Nurul
Hidayah Jrebeng Dukun Gresik (Muhammad Fahmi, 2009). Melalui
pembelajaran ini dengan upaya pengondisian siswa pada belajar
kelompok, berkomunikasi secara interaktif dapat meningkatkan
40
aktivitas siswa yang sangat antusias dan dan termotivasi untuk
belajar bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, mengungkapkan
ide, pendapat, member saran, dan belajar menghargai orang lain.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri wahyuni (2002:29)
dalam penelitianya yang berjudul upaya meningkatkan keaktifan
siswa dan pemahaman terhadap mata pelajaran geografi melalui
pendekatan pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD di SLTP
N 3 Gedangsari Yogyakarta:
a. Adanya peningkatan dalam kegiatan belajar siswa yang meliputi keaktifan siswa, keberanian mengemukakan pendapat, mencari materi sendiri dan buku sumber dan terjadi peningkatan aspek-aspek ketrampilan sosial (social skills), ketrampilan intelektual (intelectual skills), ketrampilan kerja kelompok dan ketrampilan studi serta kebiasaan bekerja.
b. Peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dan mengajar
c. Peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditunjuukan pada peningkatan nilai pre test dan post test
d. Aktivitas pembelajaran menggunakan pendekatan ini menunjukkan bahwa pembelajaran lebih interaktif antara guru dengan siswa sehingga proses pembelajaran lebih antusias untuk memperoleh hasil yang baik
3. Hasil penelitian penerapan active learning pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achivement Division) dalam
meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa kelas IV MI Nurul
Hidayah Jrebeng Dukun Gresik (Muhammad Fahmi, 2009). Melalui
pembelajaran ini dengan upaya pengondisian siswa pada belajar
kelompok, berkomunikasi secara interaktif dapat meningkatkan
aktivitas siswa yang sangat antusias dan dan termotivasi untuk
41
belajar bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, mengungkapkan
ide, pendapat, memberi saran, dan belajar menghargai orang lain.
C. Kerangka Berfikir
Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh guru
sebagai pengelola utama. Kemampuan guru didalam mengatur serta
mengorganisir lingkungan yang ada disekitar peserta didik, dapat
mendorong peserta didik melakukan proses belajar secara efektif dan
efisien. Disamping itu, guru juga harus mampu menjabarkan mata
diklat kewirausahaan yang diampunya dalam kegiatan pembelajaran
yang bias mendorong peserta didik terlihat aktif didalamnya.
Kemampuan guru mengelola dan menggunakan instrumen
pembelajaran yang ada akan menumbuhkan aktivitas peserta didik
dalam proses pembelajaran kewirausahaan.
Dalam masa perkembangan peserta didik SMK dapat dikategorikan
berada pada masa usia remaja. Pada masa ini, seorang remaja memilki
kecenderungan untuk lebih banyak bergaul dengan teman-teman
sebayanya. Mereka lebih senang belajar dengan teman sebaya dalam
bentuk kelompok, adanya kebanggaan terhadap kelompok dalam hal
positif menjadikan kerja sama yang lebih baik. Agar kelompok mereka
lebih baik, peserta didik akan terdorong untuk aktif terlibat dalam
kegiatan pembelajaran baik secara mental maupun fisik.
42
Keaktifan ini terutama terlihat pada aktivitas bertanya, menjawab
pertanyaan, mengemukakan pendapat/ide, menanggapi masalah, dan
sebagainya. Keaktifan peserta didik tentunya tidak bisa dipisahkan dari
lingkungan sekitarnya baik keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Hal ini yang berpengaruh pada aktivitas peserta didik ialah
penggunaan metode. Penggunaan metode ceramah oleh guru dalam
menyampaikan informasi pada peserta didik sanagtlah tepat tetapi
peserta didik cenderung pasif karena komunikasi yang terjadi hanya
satu arah. Peserta didik hanya jadi pendengar, sehingga interaksi yang
diharapkan kurang optimal. Oleh karena itu, perlu adanya perpaduan
atau modifikasi ceramah denga metode yang lain. Metode lain yang
dapat mendorong peserta didik berperan aktif adalah startegi diskusi
dan kelompok. Bila keduanya digabungkan maka menjadi diskusi
kelompok. Perpaduan ketiga strategi inilah yang ada pada model
pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini guru menggunakan metode
ceramah untuk menginformasikan tujuan dan materi pembelajaran,
sedang diskusi kelompok digunakan untuk mempelajari materi
pembelajaran dan memecahkan masalah.
Aktivitas diskusi kelompok dilakukan dalam bentuk kelompok
kecil terdiri 4-6 orang yang diharapkan lebih efektif dalam membuka
peluang peserta didik untuk berpartisipasi. Strategi pembelajaran
kooperatif memiliki keunggulan apabila dibandingkan dengan strategi
43
lain dalam meningkatkan aktivitas peserta didik yang dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu urutan kegiatan, metode pembelajaran, penggunaan
media, serta definisi peran antara guru dan peserta didik. Dengan
kerangka pemikiran diatas dapat diduga model pembelajaran kooperatif
tipe STAD lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran mata diklat kewirausahaan.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achivement Division) dapat meningkatkan
keaktifan siswa pada mata diklat kewirausahaan jurusan tata busana
SMK N 4 Yogyakarta?
2. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achivement Division) dapat meningkatkan
prestasi belajar mata diklat kewirausahaan siswa jurusan tata busana
SMK N 4 Yogyakarta?
3. Bagaimanakah pendapat siswa tentang implementasi model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) pada mata diklat kewirausahaan di SMK N 4 Yogyakarta?
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Menurut
Suharsimi (2006: 17) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian kolaborasi, yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah
guru mata pelajaran kewirausahaan itu sendiri, sedangkan yang melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti
bukan seorang guru yang sedang melakukan tindakan. Oleh karena itu,
dijelaskan oleh Pardjono, dkk (2007: 10) bahwa dalam PTK peneliti harus
berkolaborasi dengan guru, sehingga peneliti dan guru melakukan tindakan
sampai pada tahap analisis dan refleksi.
Komponen-komponen yang terdapat dalam penelitian tindakan
kelas menurut Suharsimi Arikunto (2008: 17-22) yang mengadopsi
pendapat Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana (planning)
Rencana penelitian merupakan tindakan yang tersusun dan mengarah
pada tindakan, fleksibel, dan refleksi. Rencana tindakan yang tersusun
dan mengarah pada tindakan ini dimaksudkan bahwa rencana yang
dibuat harus melihat permasalahan ke depan sehingga semua tindakan
sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Fleksibel berarti
rencana harus dapat diadaptasikan dengan faktor-faktor tak terduga
45
yang muncul selama proses diadakan. Refleksi diartikan bahwa
rencana harus dibuat berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif
dan sesuai dengan kenyataan dan permasalahan yang muncul.
b. Tindakan (acting)
Tindakan disini adakah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.
Dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa tindakan haruslah
mempunyai inovasi baru meskipun hanya sedikit. Tindakan dilakukan
berdasarkan rencana, meskipun tidak harus mutlak dilaksanakan semua.
Yang perlu diperhatikan bahwa tindakan harus mengarahkan pada
perbaikan dari keadaan sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan
terkait bersama prosesnya. Observasi merupakan landasan dari bagi
refleksi tindakan saat itu dan dijadikan orintasi pada tindakan yang
akan datang. Selain itu, observasi harus bersifat responsif, terbuka
pandangan dan pikiran.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali
suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan,
dan kendala yang muncul selama proses tindakan.
46
Dalam penelitian ini, melakukan inovasi baru dalam implementasi
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement
Divisions) diharapkan pelaksanaan proses belajar mengajar lebih baik
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata diklat
kewirausahaan. Peneliti melakukan penelitian sebanyak 2 siklus, adapun
model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Gambar 1. Tahapan PTK Model Kemmis dan Taggart
(Suharsimi Arikunto, 2008:16)
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
Secara geografis, letak sekolah berada di Jalan Sidikan, 60 Umbulharjo
Yogyakarta. Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas 1 Busana 4
Program Keahlian Tata Busana.
47
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan selama penelitian
berlangsung. Dalam penelitian ini, waktu penelitian adalah pada saat
pemberian tindakan berupa implementasi model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Waktu disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran
kewirausahaan dan sesuai kesepakatan dengan pihak sekolah SMK
Negeri 4 Yogyakarta yaitu pada tanggal 3 Februari sampai 17 Februari
2011.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa. Guru yang menjadi
subjek penelitian yaitu guru kewirausahaan, ibu Ria Amilia Rossyah, SE
beliau memberikan respon baik terhadap inovasi baru dalam pembelajaran
kewirausahaan dan selalu terbuka dalam menerima pendapat maupun
memberikan saran. Oleh karena itu, beliau sangat antusias saat diadakan
penelitian di kelas 1 Program Keahlian Busana, dimana siswa kelas 1
terbagi menjadi empat kelas, yaitu 1 Busana 1, 1 Busana 2, 1 Busana 3,
dan 1 Busana 4. Kelas yang akan dijadikan subjek penelitian adalah siswa
kelas 1 Busana 4 yang berjumlah 33 siswa. Alasan memilih kelas tersebut
berdasarkan wawancara dengan guru mata diklat kewirausahaan bahwa
kelas tersebut kurang aktif dan prestasinya belum memenuhi KKM
48
(Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga sering diadakan remidi untuk
menunjang nilai dikelas tersebut.
2. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada mata diklat kewirausahaan untuk siswa kelas 1 Busana 4 di
SMK Negeri 4 Yogyakarta.
D. Variabel penelitian
Menurut Hatch dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2007:3) Variabel
sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu
dengan yang lain. Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas
(independen), variabel terikat (dependen). Variabel bebas yaitu variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:
4). Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)) sebagai variabel bebas
(independen), dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar
kewirausahaan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran kooperatif tipe
STAD yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan
variabel pendukung antar variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
pendukung adalah yang mempengaruhi variabel bebas yang menyebabkan
pencapaian variabel terikat. Variabel pendukung dalam penelitian ini
49
adalah keaktifan siswa yang terdapat pada sintaks model pembelajaran
kooperatif STAD.
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,
langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan
ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa
metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan kepencapaian
tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif,
nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik
adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai
teknik pembelajaran. Semua dari penerapan pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran. Jadi,
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru. Dalam hal ini peneliti melakukan penerapan model pembelajaran
50
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran kelompok kecil yang
digabung dengan ceramah, diskusi, presentasi dan tes.
2. Aktivitas siswa
Aktivitas siswa ialah aktivitas siswa baik secara fisik (seperti:
Johnson D. W & Johnson R. T. (1991) Learning Together and alone Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning . Boston. Allyn & Bacon Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar siswa di Sekolah.
Yogyakarta. Kanisius MGMP SMK. 2009. Kewirausahaan Enterpreneurship Untuk Kelas X. Solo. CV
Putra Waylima Muhammad Fahmi. 2009. Penerapan Active Learning Jenis Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV MI Nurul Hidayah Jrebeng Dukun Gresik. Tesis UNY. Pasca Sarjana
131
Muhammad Nur. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : LPMP Jatim Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Pardjono, dkk. 2007. Panduan Panelitian tindakan Kelas. Yogyakarta : Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta Pedoman kurikulum SMK. 2004 Poerwodarminto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta Robert E. Slavin. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik).
Bandung : Nusa Media Rochiati Wiriatmadja. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta Saifudin Azwar. 1998. Pengantar Psikologi Intelligensi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Saifudin Azwar. 1998. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Saifuddin Azwar. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Silabus Kompetensi Kejuruan Tata Busana SMK Negeri 4 Yogyakarta. Soenaryo. 1983. Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan. Yogyakarta : Adi
Cita Karya Nusa Sri Wening. 1996. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FPTK IKIP
Yogyakarta Sriwiyono. 2006. Pengaruh Strategi Belajar Kooperatif Terhadap Prestasi
Belajar IPS di SMP PGRI Lumbir Banyumas. Tesis UNY. Pasca Sarjana Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
132
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta. Suhaenah Suparno, 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Yogyakarta :
Departemen Pendidikan Nasional. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktik.
Jakarta : Renika Cipta. Suharsimi Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suryana. 2001. Kewirausahaan. Jakarta. Salemba Empat Sutrisno Hadi. 1992. Metodologi Research. Yogyakarta, Andi Offset Tengku Zahara Djaafar. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil
Belajar.Jakarta : Universitas Negeri Padang. Wardoyo. 2004. Metode Penyampaian dan Analisis Materi Pembelajaran Modul
Bahan Ajar Mikroteaching halaman 1-5 Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Zainal Agib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Yrama Widya Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik Prosedur. Bandung :