Top Banner
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DI KOTA TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: Pradytia Herlyansah NIM. 6661120495 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2016
235

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

Oct 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN

USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)

DI KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Pradytia Herlyansah

NIM. 6661120495

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2016

Page 2: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

ii

ABSTRAK

Pradytia Herlyansah. NIM. 6661120495 2016. Skripsi. Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di

Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I

Gandung Ismanto, MM. Pembimbing II Arenawati, M.Si.

Fokus penelitian ini adalah Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. Masalah yang diidentifikasi

oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro

yang disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam mengatasi permodalan,

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal, Sosialisasi yang

dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

belum efektif karena masih banyak pelaku UMKM yang belum memiliki sertifikat

halal, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum memadai. Penelitian ini menggunakan teori Van

Meter dan Van Horn dalam Implementasi yaitu : Ukuran dan tujuan kebijakan,

Sumber-sumber kebijakan, Karakterikstik Agen Pelaksana, Sikap/Kecenderungan

Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi, Lingkungan sosial ekonomi dan

politik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang sudah baik, namun masih perlu

pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti: tidak adanya Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang, tidak adanya

sentra oleh-oleh Kota Tangerang sebagai wadah promosi, kurangnya sumber daya

manusia yang ada di Dinas Perindustrian Perdagangan dam Koperasi, belum

adanya database UMKM di Kota Tangerang.

Kata Kunci: Implementasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Page 3: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

i

ABSTRACT

Pradytia Herlyansah. NIM. 6661120495. 2016. Implementation of Policy

Empowerment of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of

Tangerang. Public Administration Departement, Social and Politic Faculty,

Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor Gandung Ismanto, MM.

Second Advisor Arenawati, M.Si.

The focus of this research is Implementation of Policy Empowerment of Micro,

Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang. Problems

identified by the researchers in this study is the absence of Microfinance

Institution provided by the Tangerang City Government in dealing with capital,

coaching is conducted by the Department of Industry, Commerce and

Cooperatives Tangerang City has not run optimally, socialization conducted by

the Department of Industry, Commerce and Cooperatives City Tangerang was not

effective because there are still many UMKM which do not have the halal

certificate, amenities provided by the Department of Industry, Commerce and

Cooperatives Kota Tangerang inadequate. This study uses the theory of Van

Meter and Van Horn in implementation are: The size and purpose of the policy,

resources policy, karakterikstik Implementing Agencies, attitude / tendency

Implementing Agencies, Inter-Organizational Communication, socio-economic

and political environment. This study used qualitative research methods. These

results indicate that the Empowerment Policy Implementation of Micro, Small and

Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang has been good, but still

need improvement in many aspects. It is caused by several factors, such as: the

absence of Microfinance Institutions in the city of Tangerang, the absence of

centers souvenirs Tangerang City as a venue for the promotion, lack of human

resources in the Department of Industry, Commerce dam Cooperative, the

absence of a database of UMKM in Tangerang.

Keywords: Implementation, Micro Businesses Small and Medium Enterprises

Page 4: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …
Page 5: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …
Page 6: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …
Page 7: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

LA TAHZAN

(JANGAN BERSEDIH, ALLAH SELALU BERSAMA KITA)

SKRIPSI ini aku persembahkan untuk

Bapak, Ibu, Adik dan Keluarga Tercinta

Terima kasih untuk motivasi yang selama ini diberikan

Page 8: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota

Tangerang”. Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang

senantiasa memberikan bantuan, baik berupa bimbingan, dukungan moral dan

materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya

Skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Imam Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

vii

vii

5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Yeni Widyasuti, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing selama perkuliahan.

8. Gandung Ismanto, MM., Dosen Pembimbing Skripsi I terus

menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal

skripsi ini.

9. Arenawati, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga telah

menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal

skripsi ini.

10. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

11. Teman-teman seperjuangan seluruh Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara

Reguler dan Non-Reguler Angkatan 2012, Khususnya teman-teman

Administasi Negara Kelas C yang selama 3 tahun lebih telah banyak

mengisi cerita dan kehidupan peneliti selama di bangku perkuliahan.

12. Serta pihak lain yang membantu mendukung penelitian ini yang tidak

dapat peneliti ucapkan satu per satu. Peneliti ucapkan terimakasih.

Page 10: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

viii

viii

Peneliti berharap skripsi yang telah peneliti tulis ini dapat bermanfaat bagi

seluru stakeholder, dosen, mahasiswa, maupun pihak lain yang membacanya.

Akhir kata, peneliti ucapkan terimakasih.

Serang, 18 Oktober 2016

Pradytia Herlyansah

Page 11: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

ix

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................... 16

1.3. Batasan Masalah ......................................................................................... 17

1.4. Rumusan Masalah ...................................................................................... 17

1.5. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 18

1.6. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 19

1.7. Sistematika Penulisan ................................................................................. 20

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1. Landasan Teori ........................................................................................... 23

2.1.1. Pengertian Kebijakan ..................................................................... 24

Page 12: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

x

x

2.1.2. Pengertian Kebijakan Publik .......................................................... 25

2.1.3. Tahap-tahap Kebijakan Publik ....................................................... 28

2.1.4. Implementasi Kebijakan Publik ..................................................... 29

2.1.5. Model-model Implementasi Kebijakan .......................................... 33

2.1.5.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier .......................... 33

2.1.5.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III .......... 34

2.1.5.3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ............... 35

2.1.5.4. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn ....................... 36

2.1.6. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ....................................... 38

2.1.6.1. Konsep dan Definisi UMKM .................................................. 38

2.1.6.2. Landasan Hukum UMKM ...................................................... 39

2.1.6.3. Kriteria UMKM ...................................................................... 39

2.1.6.4. Kriteria Produk Unggulan UMKM ......................................... 40

2.1.7. Renstra Disperindagkop 2014-2018 ............................................... 41

2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 48

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................. 49

2.4. Asumsi Dasar ............................................................................................. 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ...................................................................................... 53

3.2. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 54

3.3. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 55

3.4. Fenomena yang Diamati ............................................................................ 55

3.4.1. Definisi Konsep .............................................................................. 55

3.4.2. Definisi Operasional.......................................................................56

Page 13: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

xi

xi

3.5. Instrumen Penelitian................................................................................... 60

3.6. Informan Penelitian .................................................................................... 61

3.7. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ........................................... 62

3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 62

3.7.2. Analisis Data .................................................................................. 70

3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian .................................................................... 74

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Kota Tangerang ............................................................................ 75

4.2. Gambaran Umum Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang ... ................................................................................................. 80

4.2.1. Visi-Misi Dinas Indagkop Tangerang ............................................... 81

4.2.2. Tugas Fungsi dan Struktur Dinas Indagkop Tangerang ................... 82

4.3. Deskripsi data ............................................................................................... 88

4.3.1. Deskripsi Informan Penelitian .......................................................... 88

4.3.1. Data Informan Penelitian .................................................................. 93

4.4. Deskripsi dan Data Temuan Lapangan ......................................................... 95

4.5. Implementasi Kebijakan Pembinaan UMKM di Kota Tangerang ............... 96

4.5.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan .......................................................... 96

4.5.2. Sumber-sumber Kebijakan ............................................................. 109

4.5.2.1. Sumber Daya Manusia ...................................................... 109

4.5.2.2. Sumber Daya Anggaran .................................................... 111

4.5.2.3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ................................. 112

4.5.3. Karakteristik Agen Pelaksana ......................................................... 117

Page 14: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

xii

xii

4.5.4. Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana .......................................... 118

4.5.4.1. Inisiatif .............................................................................. 118

4.5.4.2. Partisipatif ...................................................................... 121

4.5.5. Komunikasi Antar Organisasi ...................................................... 125

4.5.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ...................................... 129

4.6. Pembahasan ................................................................................................ 134

4.6.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ........................................................ 135

4.6.2. Sumber-sumber Kebijakan ............................................................. 139

4.6.3. Karakteristik Agen Pelaksana ......................................................... 145

4.6.4. Sikap dan Kecenderungan Agen Pelaksana .................................... 145

4.6.5.1. Inisiatif ............................................................................... 145

4.6.5.2. Partisipatif .......................................................................... 146

4.6.5. Komunikasi Antar Organisasi ......................................................... 147

4.6.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ...................................... 148

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 149

5.2 Saran ........................................................................................................... 155

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN ..............................................................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................

Page 15: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

xiii

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

tentang UMKM ..................................................................................... 3

Tabel 1.2 Data Perkembangan UMKM 2013 ........................................................ 4

Tabel 1.3 Jumlah UMKM tahun 2008 ................................................................... 8

Tabel 1.4 Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha Perkecamatan tahun

2015 ....................................................................................................12

Tabel 1.5 Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan .....................................14

Tabel 2.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

Tentang UMKM ....................................................................................40

Tabel 2.2 Indikator Sasaran dan Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang

di Disperindagkop bagi UMKM dan Koperasi 2014-2018..................47

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian .......................................................... 59

Tabel 3.2 Informan Penelitian .............................................................................. 62

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian.................................................................................. 74

Tabel 4.1 Data PDRB Kota Tangerang ................................................................ 77

Tabel 4.2 Data Jumlah UMKM di Kota Tangerang ............................................. 79

Tabel 4.3 Daftar Informan Penelitian................................................................... 94

Tabel 4.4 Jumlah UMKM yang telah difasilitasi sertifikat halal ....................... 139

Tabel 4.5 Data Jumlah UMKM di Kota Tangerang ........................................... 141

Tabel 4.6 Program kegiatan dan Indikasi Pendanaan ........................................ 142

DAFTAR GAMBAR

Page 16: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

xiv

xiv

Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan .................................................... 31

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan

Paul Sabatier ..................................................................................... 34

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward II ...................... 35

Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ......................... 36

Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn ............. 37

Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Penelitian ............................................................. 51

Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis data Menurut Miles dan Huberman .............. 73

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang ......................................................................... 76

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Indagkop Tangerang ............................... 87

Gambar 4.3 Sentra oleh-oleh Tangerang ............................................................ 144

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Page 17: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

xv

xv

Lampiran 2 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Umum Wawancara

Lampiran 4 Matirks Hasil Wawancara

Lampiran 5 Member Check

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 7 Catatan Lapangan

Lampiran 8 Catatan Bimbingan

Lampiran 9 Undang-Undang No.20 Tahun 2008

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

Page 18: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan

dari masalah yang ada di Indonesia. Sumber daya manusia yang masih minim

sehingga sulit mendapatkan sumber penghasilan serta kebutuhan ekonomi yang

mendesak menjadikan perekonomian masyarakat menjadi sangat lemah. Ini

merupakan hal yang selalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dari massa

ke massa.

Setiap tahun anggaran selalu digelontorkan oleh pemerintah untuk

membangun perekonomian masyarakat. Dalam merealisasikan tujuan

pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan

dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi manusianya yang harus

ditingkatkan dari segi pengetahuan serta keterampilannya sehingga mampu

menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal dan

pelaksanaan program pembangunan dapat terealisasi.

Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu negara dilaksanakan adalah

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Demikian halnya dengan tujuan

dibentuknya indonesia. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

dinyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Bangsa Indonesia adalah

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah dara Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan

Page 19: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

2

ketertiban dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan

nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat seutuhnya.

Di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi yang menimpa

hingga kini masih dirasakan dampaknya, baik dampak yang bersifat negatif

maupun positif. Dampak negatif krisis ekonomi itu antara lain berupa tingkat

pertumbuhan perekonomian rendah, banyaknya perusahaan mengalami

kebangkrutan, pengangguran membengkak serta jumlah penduduk miskin makin

bertambah. Sedangkan dampak positifnya berupa mengingatkan dan menyadarkan

pemerintah perlunya perubahan paradigma pembangunan yang selama ini

menggunakan pendekatan-pendekatan berlandaskan ekonomi konglomerat untuk

dikembalikan berdasarkan ekonomi kerakyatan dengan memberikan peran yang

tinggi terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang

terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi

bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam

menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat

dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional,

baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan

tenaga kerja.

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM diperoleh

pengertian bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau

Page 20: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

3

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau canbang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berikut peneliti

lampirkan Kriterianya :

Tabel 1.1

Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

tentang UMKM

No. Uraian Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta

2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 juta >300 Juta – 2,5 Milyar

3 Usaha Menengah >500juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar

Page 21: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

4

Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah

satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian

nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan

yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak

membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian

(keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta

teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM masih memegang

peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi

jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan

ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto.

Tabel 1.2

Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2013

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2013

NO INDIKATOR SATUAN JUMLAH PANGSA

(%)

1

Unit Usaha (A+B)

A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

- Usaha Mikro (Umi)

- Usaha Kecil (UK)

- Usaha Menengah (UM)

B. Usaha besar (UB)

(Unit)

57.900.787

57.895.721

57.189.393

654.222

52.106

5.066

100

99,99

98,77

1,13

0,09

0,01

2 Tenaga Kerja (A+B)

A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

- Usaha Mikro (Umi)

- Usaha Kecil (UK)

- Usaha Menengah (UM)

B. Usaha besar (UB)

(Orang)

117.681.244

114.144082

104.624.466

5.570.231

3.949.385

3.537.162

100

96,99

88,90

4,73

3,36

3,01

3 PDB atas Dasar Harga Berlaku

(A+B)

A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

- Usaha Mikro (Umi)

- Usaha Kecil (UK)

- Usaha Menengah (UM)

B. Usaha besar (UB)

(Rp.Milyar)

9.014.951,2

5.440.007,9

3.326.564,8

876.385,3

1.237.057,8

3.574.943,3

100

60,34

36,90

9,72

13,72

39,66

Page 22: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

5

Data Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2013 menunjukkan total nilai

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp. 9.014,9 triliun seperti

terlihat pada tabel 1.1. UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp. 5.440 triliun

atau 60,34% dari total PDB Indonesia. Jumlah populasi UMKM Indonesia pada

tahun 2013 mencapai 57,90 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha

di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 114,14 juta orang atau

96,9% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Data tersebut menunjukkan

bahwa peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat penting dalam

menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi

masyarakat.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga

berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat

penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal,

tetapi juga sebagai motor pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan

jumlah penyerapan tenaga kerjanya yang demikian besar. Mengingat pengalaman

yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak

berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta

kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan

tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,

Page 23: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

6

dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk

mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan

maksud untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Walaupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah menunjukan

peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai

hambatan dan kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para

pelaku UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan

meliputi berbagai aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan

antara lain : -kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, - kurangnya

kemampuan manajerial dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk

formil dari perusahaan, - lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran.

Disamping itu terdapat juga persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi

sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya

hambatan dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan

masih merupakan salah satu faktor kritis bagi para UMKM, baik untuk

pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam pengembangan

usaha.

Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Pemerintah Kota

Tangerang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi melakukan

berbagai upaya dalam mengatasi persoalan UMKM tersebut dengan melakukan

Pemberdayaan UMKM di kota Tangerang.

Page 24: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

7

Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Kota Tangerang memiliki letak

strategis yaitu sebelah barat berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta

memiliki peran aktif untuk menopang kemajuan Negara. Bandara internasional

Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Kota Tangerang dengan berakses ke ruas

jalan tol Jakarta-Merak dan tol Serpong-dalam Kota DKI Jakarta yang memberi

akses kemudahan arusu lalu lintas manusia dan barang. Sesuai dengan Instruksi

Presiden (Inpres) RI No. 13 Tahun 1976 Kota Tangerang ditetapkan menjadi

daerah penyanggah DKI Jakarta, sejak saat itu Kota Tangerang tumbuh –

kembang secara pesat dengan mengunggulkan perekonomian yang bertulang

punggung perindustrian, perdagangan dan koperasi. Sebagai daerah penyanggah

Ibu Kota Negara DKI Jakarta gerak maju perekonomian Kota Tangerang sangat

berkolerasi dengan gerak maju perekonomian nasional.

Selain itu, sesuai dengan pernyataan Walikota Tangerang Bapak H. Arief

Rachadiono Wismansyah yang mengatakan Tangerang tidak hanya menjadi pusat

industri tetapi juga menjadi kota bisnis, perdagangan dan jasa. Hal ini

memperlihatkan kesiapan Kota Tangerang untuk menghadapi persaingan global.

Seiring dengan tumbuh kembangnya Kota Tangerang mendapatkan julukan garda

terdepan perekonomian Provinsi Banten. Julukan ini berdasarkan hasil pendataan

Pemerintah Kota Tangerang pada Oktober 2008 sebagai berikut :

Page 25: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

8

Tabel 1.3

Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2008

No. Tingkatan Usaha Jenis Usaha Jumlah

1 Usaha Mikro Industri 2.005

2 Perdagangan 43.376

3 Jasa 56.755

4 Usaha Kecil Industri 1.581

5 Perdagangan 9.777

6 Jasa 14.030

7 Usaha Menengah Indsutri 78

8 Perdagangan 130

9 Jasa 11

(Sumber: Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang 2009,

Pengembangan Database Informasi Potensi Unggulan Kota Tangerang)

Melihat banyaknya usaha yang ada di Kota Tangerang, diantaranya pada

sektor jasa(Travel/pariwisata, Transportasi, Pendidikan, Design

Grafis/Perecetakan, Fotocopy, Sewa Mobil, Katering, Jahit,dsb),

perdagangan(Buah, Makanan, Minuman,dll) dan juga industri(Pakaian Jadi,

Handmade, Makanan, Minuman, Furniture, dll), maka sangat sesuai apabila Kota

Tangerang mendapatkan julukan garda perekonomian Provinsi Banten. Apabila

potensi unggulan dari usaha-usaha diatas dikembangkan dan dikelola dengan

komitmen yang kuat oleh Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang maka akan

memberikan manfaat yang besar bagi Pemerintah Kota Tangerang dan masyarakat

Kota Tangerang dalam memajukan pendapatan dan taraf perekonomian.

Page 26: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

9

Salah satu potensi unggulan UMKM yang ada di Kota Tangerang adalah

usaha dodol lapis tangerang dan usaha kerajinan sandal. Usaha dodol yang dibuat

oleh ny.fang dan ny.lauw warga kelurahan karangsari kecamatan neglasari ini

sudah terkenal hingga ke luar kota bahkan penjualannya sudah mencapai ke

Medan, Palembang, Lampung, Tangerang selatan dsb. Dodol ini sangat terkenal

puluhan tahun lalu sehingga saat ini sudah dijadikan sebagai oleh-oleh kuliner

khas kita Tangerang. Berikutnya Kerajinan berupa tas, sepatu, ikat pinggang dan

kantung HP terbuat dari kulit buaya, ular, biawak, sapid dan ikan pari yang

didapatkan dari Kalimantan. Usaha kerajinan sandal oleh keluarga Ny. Tio Wan

Nio, keluarga keturunan Cina yang bertempat tinggal di Neglasari setelah dilatih

dan dibina Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi mendapatkan

kepercayaan mengerjakan pembuatan sandal kamar untuk konsumsi tamu-tamu

hotel berbintang di Jakarta, Bali, Surabaya dan Lampung.

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memiliki

peran yang sangat signifikan dalam mengatur permasalahan-permasalahan produk

dalam negeri dalam menghadapi persaingan global khususnya khususnya kesiapan

produk yang dihasilkan dan kesiapan masyrakat Kota Tangerang, sehingga sangat

diharapkan oleh masyarakat untuk bisa melakukan pendataan, managemen,

pelatihan, pemberdayaan, Pemberdayaan, promosi, pelayanan, kualitas dan

pengawasan yang sesuai agar masyarakat Kota Tangerang mampu menghadapi

dan bersaing nantinya dan juga Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang melakukan pengembangan-pengembangan dan senantiasa

memenuhi kebutuhan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

Page 27: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

10

Rumusan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kota Tangerang sama sebangun dengan rumusan sektor industri,

perdagangan dan koperasi skala nasional. Rumusan RPJPD Kota Tangerang 2010-

2025 bidang Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah (1) Memperkuat

basis industri manufaktur sehingga menjadi industri kelas dunia (world class

industry). (2) Memperkuat industri penggerak pertumbuhan ekonomi. (3)

Meningkatkan sumbangan Industri Kecil Menengah (IKM) terhadap PDB

dibandingkan dengan sumbangan industri besar. (4) Menguatkan jaringan

kerjasama / networking antara IKM dan industri besar.

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang.

Karena masih banyak permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM di

Kota Tangerang sehingga Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi harus

lebih berperan aktif dalam menghadapi masalah yang dialami oleh UMKM diKota

Tangerang.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pasal 2 yaitu : (1) Pemerintah dan Pemerintah

Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pemberdayaan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah. (2) Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Pengembangan usaha;

b. Kemitraan; c. Perizinan; dan d. Koordinasi dan pengendalian. Sudah menjadi

Page 28: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

11

kewajiban bagi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi untuk

memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk keberlangsungan

pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya. Berikut ini adalah data jumlah

UMKM berdasarkan Kriteria Usaha yang ada di Kota Tangerang :

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dalam

melihat permasalahan terkait UMKM di Kota Tangerang peneliti memfokuskan

pada beberapa permasalahan yang didapatkan setelah melakukan observasi

lapangan dan wawancara langsung dengan pihak terkait. Temuan lapangan

menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah dalam

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini yaitu :

Pertama, Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sehingga

membuat Pemkot Tangerang belum bisa memberikan pinjaman lunak kepada

pelaku UMKM. Karena masalah permodalan selalu menjadi masalah utama bagi

para pelaku UMKM. Para pelaku UMKM masih menggunakan modal sendiri dan

sulit mendapatkan modal dari lembaga-lembaga permodalan lain karena masih

banyak pula para pelaku UMKM yang masih belum bisa membuat managemen

pembukuan dan mengelola keuangan secara baik. Pelaku UMKM Kota Tangerang

masih menggunakan sistem manual dan belum rapih dalam membuat laporan

keuangan seperti pengeluaran dan pemasukan selama menjalankan usaha.

Page 29: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

12

Tabel 1.4

Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha

Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015

No. Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah

1 Batu Ceper 442 56 4 502

2 Benda 201 25 5 231

3 Cibodas 3.617 214 8 3.839

4 Ciledug 231 53 25 309

5 Cipondoh 175 221 32 428

6 Jatiuwung 876 257 38 1.171

7 Karang Tengah 243 73 7 323

8 Karawaci 516 30 7 553

9 Larangan 190 318 218 726

10 Neglasari 122 25 2 149

11 Periuk 452 50 45 547

12 Pinang 683 78 10 771

13 Tangerang 289 77 27 393

Total 8.037 1.477 428 9.942

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Tabel diatas merupakan data jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) berdasarkan kriteria usaha perkecamatan di Kota Tangerang pada tahun

2015. Dapat dilihat bahwa di Kota Tangerang masih banyak usaha yang berskala

mikro daripada skala menengah. UMKM terbanyak ada pada kecamatan Cibodas

sebanyak 3.839 UMKM dan terendah pada kecamatan Benda sebanyak 231

UMKM.

Page 30: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

13

Kedua, Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi belum optimal. Pemberdayaan yang dilakukan oleh

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya sebatas

seminar dan pelatihan yang sifatnya sementara. Seminar dan pelatihan diberikan

2-3 hari disebuah tempat yang telah ditentukan, sehingga tidak begitu efektif.

Sebuah pelatihan yang hanya 2-3 hari tanpa adanya praktik lapangan tidak akan

membuat para pelaku UMKM menjadi kreatif, inovatif dan memahami cara-cara

untuk berkembang. Dana yang dianggarkan untuk Pemberdayaan UMKM cukup.

Berikut ini adalah tabel program kegiatan dan indikasi pendanaan Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang :

Page 31: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

14

Tabel 1.5

Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan

Program Kegiatan Tahun 2014 Tahun 2015

Angg. (Rp) Angg. (Rp)

Program

Pengembangan

Sistem Pendukung

Usaha Bagi Mikro

Kecil Menengah

Kegiatan Penyelenggaraan Promosi Produk

UMKM Melalui Pameran

Rp. 220.000.000 Rp. 242.000.000

Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha

Terpadu (PLUT)

Rp. - Rp. 25.000.000.

000

Kegiatan Sosial Program KUR Rp. - Rp. 175.000.000

Program

Peningkatan

Kualitas

Kelembagaan

Koperasi

Kegiatan Sosialisasi Prinsip-Prinsip Pemahaman

Perkoperasian

Rp. 170.000.000 Rp. 187.000.000

Kegiatan Pemberdayaan, Pengawasan dan

Penghargaan Koperasi Berprestasi

Rp. 350.000.000 Rp. 358.000.000

Kegiatan Revitalisasi Koperasi Rp. 150.000.000 Rp. 165.000.000

Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Program

Pembangunan Koperasi (Kegiatan Penyebaran

Model-Model Pola Pengembangan Koperasi)

Rp. 168.000.000 Rp. -

Program

Pengembangan

Kewirausahaan dan

Keunggulan

Kompetitif Usaha

Kecil Menengah

Kegiatan Memfasilitasi Penin gkatan Kemitraan

Usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Rp. 187.000.000 Rp. 205.700.000

Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan

Kewirausahaan

Rp. 186.402.500 Rp. 205.700.000

Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan

Koperasi

Rp. - Rp. 205.042.750

Program

Penciptaan

Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Mikro

Kecil Menengah

Rp. - Rp. 200.000.000

Iklim Usaha yang

Kondusif

Perencanaan Koordinasi dari Pengembangan

UMKM

Rp. - Rp. 200.000.000

Fasilitas Pengembangan UMKM Rp. - Rp. 200.000.000

Pendataan UMKM di Kota Tangerang Rp. - Rp. -

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Tabel di atas merupakan indikasi pendanaan untuk kegiatan di UMKM

pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Sesuai dengan kenaikan

pendanaan dari tahun ke tahun, berarti kenaikan juga pada hasil yang akan

Page 32: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

15

didapatkan. Namun dalam implementasinya masih ada beberapa masalah yang

membuat kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini

masih belum bisa dikatakan optimal.

Ketiga, Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi masih belum efektif. Masih banyak Para pelaku Usaha Mikro Kecil

dan Menengah di Kota Tangerang yang belum memahami prosedur pembuatan

ijin usaha yang berlaku di Kota Tangerang dan tidak mempunyai sertifikat halal

resmi dari MUI. Banyak UMKM Kota Tangerang yang sudah memiliki produk

dengan kualitas yang bagus namun masih banyak yang belum memiliki sertifikat

halal dari MUI. Kendalanya karena biaya yang cukup mahal, juga waktu yang

lama untuk mengurus prosedur sertifikat tersebut tidak hanya itu saja Dinas

Indagkop belum memiliki database UMKM di Kota Tangerang. Biaya untuk

membuat sertifikasi halal sekitar 2jt - 2,5 juta penerbitannya dilakukan oleh MUI

Provinsi Banten. Kebanyakan UMKM tidak mampu membayar atau tidak punya

waktu untuk mengurusnya. Tahun 2014 hanya 8 UMKM yang telah memiliki

sertifikat halal dan Tahun 2015 ada 41 dan tahun ini sudah berjalan 40 UMKM.

Keempat, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi masih kurang memadai. Contohnya pada sarana Promosi. Promosi

merupakan salah satu cara untuk mempercepat penjualan produk, bila tidak

melakukan promosi darimana masyarakat bisa mengetahui produk apa saja yang

dihasilkan oleh UMKM Kota Tangerang. Sarana promosi tidak disediakan oleh

pemerintah seperti sentra oleh-oleh dan kerajinan Kota Tangerang untuk menarik

Page 33: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

16

minat pembeli baik lokal maupun pendatang. Promosi yang dilakukan oleh Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya pada event

tahunan seperti Tangerang Expo dan ulang tahun Kota Tangerang. Website Kota

Tangerang pun tidak dimanfaatkan sebagai sarana promosi sehingga Sarana

promosi masih menjadi masalah dalam Pemberdayaan UMKM di Kota

Tangerang.

Kelima, Kurangnya perhatian pemerintah terhadap para pelaku UMKM,

Visi yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang yaitu dalam rangka Memberdayakan UMKM yang sehat mandiri dan

berdaya saing ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan karena

nyatanya para pelaku UMKM ini terlalu mandiri tanpa adanya perhatian

pemerintah dalam melakukan usahanya. Seperti halnya dalam memonitoring

kegiatan UMKM ini masih kurang continue, pemerintah kurang memberikan

dorongan kepada pelaku UMKM, dalam pembuatan kegiatan hanya sekedar

membuat tanpa ada perhatian dan belum sesuai dengan manfaatnya. Dan data

yang tidak up to date karena banyak data UMKM ini yang sudah tidak aktif lagi

usahanya sehingga banyak data-data yang biar.

Berdasarkan penjelasan dan masalah-masalah yang sudah dipaparkan di

atas maka penulis ingin mengetahui Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang.

Page 34: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

17

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah melakukan penelitian langsung ke Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) dan Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi

ditemukan masalah-masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah yaitu :

1. Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh

Pemkot Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya

pelatihan keuangan karena masih banyak pelaku UMKM yang belum bisa

memanage keuangannya secara baik.

2. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal.

3. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak Para Pelaku

UMKM yang belum memiliki seritifikat halal dan Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memiliki database

UMKM di Kota Tangerang.

4. Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama dalam sarana promosi.

5. Kurangnya perhatian pemenrintah dan kurangnya monitoring dalam hal

pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.

Page 35: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

18

1.3 Batasan Masalah

Untuk Mempermudah penelitian, peneliti membatasi ruang lingkup

permasalahan. Hal ini dikarenakan adanya fokus penelitian, maka akan

memberikan batasan studi yang akan dilakukan, agar tidak terjebak dengan

banyaknya data yang terdapat dilapangan. Maka fokus penelitian adalah

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) di Kota Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah peneliti paparkan dan dengan

memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan

masalah, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah : Bagaimana

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) di Kota Tangerang ?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Operasional

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai

adalah untuk mengetahui Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Tangerang.

Page 36: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

19

1.5.2 Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan yaitu Pemerintah Kota Tangerang, Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) yang berada di wilayah Kota Tangerang dan Masyarakat Kota

Tangerang.

1.5.3 Tujuan Individual

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial

pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

1.6 Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat bagi :

1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

Penelitian ini bermanfaat karena dapat digunakan sebagai bahan masukan

yang berguna untuk meningkatkan kinerja Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi Kota Tangerang dan untuk meningkatkan Impelementasi

Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang.

Page 37: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

20

2. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat karena dapat digunakan sebagai bahan untuk

memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori dan konsep yang

diperoleh selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

terutama yang berkaitan dengan mata kuliah.

3. Pelaku UMKM dan Masyarakat Kota Tangerang

Penelitian ini akan bermanfaat bagi para pelaku UMKM dan masyarakat

Kota Tangerang untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global

sehingga mampu bersaing dengan baik agar tidak tertinggal dengan Negara

lain.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang

berujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari

penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai

“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Kota Tangerang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas

mengenai ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk

deduktif (dari umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi

Page 38: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

21

masalah untuk mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari

judul penelitian atau dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan

masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi

mencapai hasil penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan

selanjutnya, bab ini juga membahas mengenai manfaat penelitian, baik manfaat

teoritis dan praktis yang berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta

sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui

isi dari penelitian secara keseluruhan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk

mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian

yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui

kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.

Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan

teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan

kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.

Ruang lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel

penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen

penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan

Page 39: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

22

data. Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data

yang menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang

memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi

penelitian secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang

diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan

sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data

yang sudah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik

triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Kemudian

melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir

pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan pelaksanaan

penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan ketebatasan ini dapat

dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang

menjadi obyek penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan penelitian.

Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat, jelas dan

mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan saran yaitu

berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadao bidang yang diteliti secara

praktis agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.

Page 40: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

23

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Landasan teori dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting.

Landasan teori membantu peneliti dalam mengkaitkan yang menjadi masalah

penelitian dengan teori yang berhubungan atau bersangkutan sebagai faktor

pendukung dalam penelitian. Sehingga peneliti pun dapat mengembangkan dalam

masalah penelitian yang ditemui. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:

52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar

yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Lain halnya dengan definisi yang dikemukakan oleh Marx dan Goodson

(1976: 235) yang menyatakan bahwa teori ialah aturan yang menjelaskan

proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena

alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang

dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang dapat diukur), (2) mekanisme atau

struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-

hubungan yang disimpulkan serta manifestasi hubungan empiris apapun secara

langsung.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat

konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Menurut Sugiyono

Page 41: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

24

(2012), fungsi teori secara umum ialah menjelaskan (explanation), meramalkan

(prediction), dan pengendali (control). Sedangkan Snelbecker (1974:28-31)

menyatakan ada empat fungsi suatu teori, yaitu (1) mensistematiskan penemuan-

penemuan penelitian, (2) menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan

dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, (3) membuat

ramalan atas dasar penemuan, dan (4) menyajikan penjelasan dan dalam hal ini

untuk menjawab pertanyaan mengapa.

Kunci kendali dalam memilih teori dalam penelitian adalah selain

memahami konteks formal dan material sebuah teori, juga dituntut memahami

teori itu baik pada konteks sejarah maupun konteks sosial, di mana teori itu

dilahirkan.

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh

seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk

mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan

itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Bagi para pemegang

kekuasaan yang berwenang dalam membuat kebijakan-kebijakan, tentu perlu

pertimbangan serta peninjauan secara seksama. Karena kebijakan-kebijakan yang

dibuat memiliki dampak yang luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu, namun

masyarakat juga dapat merasakan dampak tersebut.

Pada dasarnya, kebijakan dibuat untuk melakukan tindakan pencegahan dan

bukan saat telah terjadi atau sudah terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Page 42: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

25

kebijakan didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis

besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta

cara bertindak (tentang pemerintah, organisasi, dan sebagainya). Sementara itu,

Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan definisinya secara lebih terperinci pada

makna kebijakan,

“Kebijakan ialah pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat

sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit,

kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif,

publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti itu mungkin berupa

suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah

tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau

suatu rencana” (United Nation, 1975).

Dengan banyaknya definisi kebijakan yang telah diberikan para pakar ahli,

memaknakan bahwa kebijakan memang melekat dalam kehidupan sehari-hari,

karena seringkali dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau kegiatan-

kegiatan. James Anderson sebagaimana dikutip oleh Solichin (2012: 8),

menyatakan bahwa kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja

dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya

masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut public policy.

Dengan adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang

harus diatasi, maka pemerintah perlu membuat suatu kebijakan publik. Kebijakan

Page 43: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

26

yang merupakan sekumpulan keputusan-keputusan yang ditetapkan, yang

bertujuan dalam melindungi serta membatasi perilaku atau tindakan masyarakat

sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Karena para

pembuat kebijakan perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dulu terkait isu-isu

masalah apa yang terjadi di masyarakat. Masyarakat adalah sumber utama dalam

penyusunan kebijakan publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak hanya

didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan administratif, akan tetapi

juga harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral.

Frederick (1963: 79), mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian

tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu, dengan ancaman peluang yang ada. Kebijakan yang

diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi

hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut

Harold Laswell dan Abraham Kaplan (1970: 71), kebijakan publik adalah suatu

program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu,

dan praktik-praktik tertentu. Anderson (1978) sebagaimana dikutip Tachjan

(2006: 16), mengemukakan bahwa, “Public policies are those policies developed

by governmental bodies and officials”. Maksudnya, kebijakan publik adalah

kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat

pemerintah. Adapun tujuan penting dari kebijakan tersebut dibuat pada umumnya

dimaksudkan untuk:

1. Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator)

Page 44: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

27

2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara

sebagai perangsang, stimulator)

3. Menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator)

4. Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagi

pembagi, alokator).

Udoji (dalam Solichin, 2012), seorang pakar dari Nigeria (1981), telah

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an sanctioned course of action

addressed to a particular problem or group of related problems that affect society

at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu

yang saling berkaitan dan memengaruhi sebagian besar warga masyarakat).

Dari definisi-definisi di atas terkait kebijakan publik, dapat disimpulkan

beberapa karakteristik dari konsep kebijakan publik. Pertama, pada umumnya

kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud

atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan

publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh

pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.

Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan

oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau

menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang

akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun

negatif. Kelima, kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada

hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah. Kebijakan publik yang

Page 45: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

28

bersifat memerintah kemungkinan besar mempunyai sifat yang memaksa secara

sah, yang mana hal ini tidak dimiliki oleh kebijakan-kebijakan organisasi swasta.

Sebagaimana yang dikatakan Inu Kencana (2010) dalam bukunya Pengantar

Ilmu Pemerintahan, bahwa public policy dapat menciptakan situasi dan dapat pula

diciptakan oleh situasi.

2.1.3 Tahap-tahap Kebijakan Publik

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn (2000 : 24), ialah

sebagai berikut.

a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara

lainnya ditunda untuk waktu lama.

b. Formulasi Kebijakan

Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi

masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah

eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan legislatif.

c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan

Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus di antara direktur lembaga, atau keputusan

peradilan.

Page 46: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

29

d. Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi

yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia.

e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan

Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan

apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan peradilan memenuhi

persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan

pencapaian tujuan.

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik

Adanya kebijakan publik yang dibuat oleh aktor kebijakan, tentu bukan

semata-mata hanya menjadi “kumpulan lembaran kertas”. Namun juga perlu

adanya “tindakan nyata” dalam kebijakan-kebijakan tersebut. Implementasi

kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik.

Dengan implementasi atau penerapan, serangkaian keputusan yang disusun

berdasarkan analisis pada apa yang diharapkan untuk menuju keadaan yang lebih

baik, dalam proses pelaksanaan mencapai tujuan tersebut. Menjelaskan makna

implementasi dengan mengatakan bahwa:

“Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan

berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi

kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul

sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencakup

baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk

menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-

kejadian.”

Page 47: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

30

Sementara Meter dan Horn (1975), mendefiniskan implementasi kebijakan,

sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang

dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,

sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan itu sendiri. Dalam proses kebijakan publik, implementasi

kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi

kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis.

Pada praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan

apa yang sudah direncanakan dalam tahap formulasi kebijakan, atau antara visi

dengan realitas. Keadaan demikian oleh Hogwood dan Gunn (1986) disebut

unsuccessful implementation (implementasi yang tidak berhasil). Kegagalan

implementasi dapat terjadi dalam setiap kebijakan selama proses pelaksanaannya.

Dimana kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil

akhir yang dikehendaki. Grindle (1980) (dalam Tachjan, 2006) menyebutkan 3

(tiga) hambatan besar yang seringkali muncul dalam pelaksanaan suatu kebijakan

publik, yakni: (1) ketiadaan kerjasama vertikal, antara atasan dengan bawahan; (2)

hubungan kerja horizontal yang tidak sinergis; dan (3) masalah penolakan

terhadap perubahan yang datang dari publik maupun kalangan birokrasi sendiri.

Page 48: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

31

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang digunakan untuk

mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Untuk mengimplementasikan

kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan

derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1

Sekuensi Implementasi Kebijakan

(Sumber: Riant Nugroho. 2009. Public Policy)

KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan

Publik Penjelas

Program

Proyek

Kegiatan

Pemanfaat

(Beneficiaries)

Page 49: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

32

Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam sejarah

perkembangan studi implementasi kebijakan, yaitu pendekatan top-down dan

bottom-up. Dalam bahasa Lester dan Stewart (2000: 108) istilah top-down

dinamakan dengan “the command and control approach” (pendekatan kontrol

dan komando) dan istilah bottom-up dinamakan “the market approach”

(pendekatan pasar).

1. Pendekatan top-down

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kita dapat memandang proses

kebijakan sebagai suatu rangkaian perintah dimana para pemimpin

politik mengartikulasikan suatu preferensi kebijakan yang jelas yang

akan dilaksanakan dengan cara semakin spesifik seiring dengan

perjalanan kebijakan tersebut melalui mesin administratif yang

melayaninya.

Pendekatan ini menekankan pada sampai sejauh mana keberhasilan

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan pada aktivitas-aktivitas

dari mesin implementasi yang diberi mandat secara legal yang

menawarkan indikasi-indikasi jelas mengenai apa yang harus dipahami

oleh pelaksana dan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai.

2. Pendekatan bottom-up

Pendekatan ini dimulai dari semua publik dan para aktor swasta yang

terlibat dalam pelaksanaan program-program dan pengkajian tujuan-

tujuan pribadi dan organisasi mereka, strategi-strategi mereka, dan

jaringan dari kontak yang telah mereka bangun.

Page 50: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

33

Keunggulan terpenting dari pendekatan „bottom-up‟ adalah

mengarahkan perhatian pada hubungan-hubungan formal dan informal

yang membentuk jaringan kebijakan yang terlibat dalam pembuatan

dan pelaksanaan kebijakan.

2.1.5 Model-model Implementasi Kebijakan

2.1.5.1 Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model dari kedua pakar kebijakan ini dikenal dengan istilah A Framework

for Policy Implementation Analysis. Mazmanian dan Sabatier (1983) berpendapat

bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya

dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya

tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Keduanya

mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

Pertama, variabel independen, yaitu mudah-tidaknya masalah yang akan

digarap dikendalikan. Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan

kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi. Serta variabel lainnya,

yaitu variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi. Ketiga,

variabel dependen (variabel tergantung), yaitu tahapan dalam proses implementasi

dengan lima tahapan. Masing-masing indikator dalam tiap-tiap variabel dapat

dilihat pada gambar di bawah berikut.

Page 51: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

34

Gambar 2.2

Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

2.1.5.2 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III

Edward III (1980) (dalam Riant Nugroho, 2009), menegaskan bahwa

masalah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation

(kurangnya perhatian pada implementasi). Model yang ia namakan dengan Direct

and Indirect Impact on Implementation, menyarankan untuk memerhatikan empat

isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, diantaranya: 1)

Komunikasi, 2) Sumberdaya, 3) Disposisi, dan 4) Struktur Birokrat.

Page 52: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

35

Gambar 2.3

Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III

(Sumber: Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik)

2.1.5.3 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Pendekatan Grindle (1980) dikenal dengan Implementation as A Political

and Administrative Process. Kerangka pemikiran dari model ini berdasarkan

jawaban atas dua pertanyaan pokok, khususnya di negara berkembang, bahwa

keberhasilan implementasi ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan

tersebut, yaitu: Content dan Context.

1) Content of Policy (Isi Kebijakan), mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Interest affected (Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

b. Type of benefits (Tipe manfaat)

c. Extent of change envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai)

d. Site of decision making (Letak pengambilan keputusan)

e. Program implementer (Pelaksana program)

f. Resources commited (Sumber-sumber daya yang digunakan)

KOMUNIKASI

IMPLEMENTASI

STRUKTUR

BIROKRASI

SUMBER

DAYA

DISPOSISI

Page 53: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

36

2) Context of Policy(Konteks Implelementasi), terdiri dari poin-poin sebagai

berikut:

a. Power, interest, and strategy of actor involved

(Kekuasaan,kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang

terlibat)

b. Institution and regime characteristic (Karakteristik lembaga dan

rezim yang berkuasa)

c. Compliance and responsiveness (Tingkat kepatuhan dan adanya

respon dari pelaksana)

Gambar 2.4

Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

a

(Sumber: Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik)

2.1.5.4 Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Pendekatan top-down yang pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan,

membuat dua pakar kebijakan untuk mengembangkan pendekatan tersebut, yakni

Metter dan Horn (1975). Model yang disebut dengan A Model of The Policy

Implementation, merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi

kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja

Page 54: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

37

implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan

berbagai variabel.

Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi selama proses implementasi

kebijakan publik, diantaranya:

1. Standar atau ukuran dan tujuan kebijakan

2. Sumber-Sumber Kebijakan

3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana

4. Karakteristik agen pelaksana

5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana

6. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Gambar 2.5

Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn

(Sumber: Anggara, 2014. Kebijakan Publik)

Page 55: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

38

2.1.6 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

2.1.6.1 Konsep dan Definisi UMKM

Di indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Dalam BAB I (ketentuan

umum), Pasal 1 dari UU tersebut.

a. Usaha Mikro adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dkuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

d. denga Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Page 56: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

39

2.1.6.2 Landasan Hukum UMKM

1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

2. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah

3. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

4. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha

Kecil

5. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah

6. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang

Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka

Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan

7. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan

Menengah

8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

9. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara

2.1.6.3 Kriteria UMKM

Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM tercantum dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 BAB IV Pasal 6

adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan

Page 57: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

40

tempat usaha atau hasil penjualan tahunan. Dengan kritera seperti yang terdapat

pada table dibawah ini :

Tabel 2.1

Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

tentang UMKM

No. Uraian Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta

2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 juta >300 Juta – 2,5 Milyar

3 Usaha Menengah >500juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga

pemerintahan seperti Kementrian Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS),

selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan

skala usaha antar Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar.

Misalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), UMI (Industri Manufaktur

Industri Rumah Tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4

orang; UK antara 5 hingga 9 pekerja; dan UM dari 20 sampai dengan 99 orang.

Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja diatas 99 orang masuk dalam

kategori UB. (DR. Tulus T.H Tambunan, 2009;16).

2.1.6.4 Kriteria Produk Unggulan

Dewasa ini hampir semua pemerintah daerah telah mengembangkan

produk atau komoditas unggulan daerah. Kriteria produk unggulan adalah

(Tambunan dan Nasution, 2006):

Page 58: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

41

(1) menggunakan bahan baku lokal,

(2) sesuai dengan potensi dan kondisi daerah,

(3) memiliki pasar yang luas,

(4) mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak,

(5) merupakan sumber pendapatan masyarakat,

(6) volume produksi yang cukup besar dan kontinyu,

(7) merupakan ciri khas daerah,

(8) memiliki daya saing relatif tinggi dan

(9) dapat memacu perkembangan komoditas yang lain.

2.1.7 Rencana Strategis Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang Tahun 2014-2018

2.1.7.1 Tujuan dan Sasaran

2.1.7.1.1 Tujuan

Untuk mendukung misi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM) Kota Tangerang tahun 2014-2018 khususnya untuk misi Kota Tangerang

“Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan daya

beli masyarakat dengan menetapkan sinergitas antar sektor perekonomian daerah”

maka pelayanan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

untuk mendukung misi Kota Tangerang terdapat 7 (tujuh) tujuan/misi pelayanan

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang yaitu :

1) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem manajemen

keuangan administrasi keuangan dan asset daerah secara transparan dan

akuntabel;

2) Terwujudnya aparatur pemerintahan daerah yang cerdas, bermoral,

inovatif, dan profesional;

Page 59: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

42

3) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan pemenuhan peralatan dan

perlengkapan keadministrasian perkantoran;

4) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan terhadap pemenuhan

kebutuhan saran dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang

layak dan memadai;

5) Pemantapan dan pengembangan keberdayaan sektor UMKM dan koperasi

sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal;

6) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan

perdagangan daerah dan peningkatan perlindungan konsumen;

7) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan

perindustrian daerah dan peningkatan kapasitas industri kecil dan

menengah.

2.1.7.1.2 Sasaran

Sasaran dari pelayanan Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang untuk Rencana Strategi tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut :

1) Tersedianya berbagai jenis pelaporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan

dan keuangan SKPD;

2) Tersedianya aparatur SKPD yang mampu mematuhi dan melaksanakan

peraturan kepemerintahan daerah yang berlaku;

3) Tersedianya pelayanan terhadap pemenuhan sarana-prasarana teknis dan

keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor);

Page 60: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

43

4) Tersedianya pemenuhan dan pengembangan kebutuhan sarana prasarana

perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai;

5) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan keberdayaan sektor UMKM

dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis

sumberdaya lokal;

6) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan

perdagangan daerah dan peningkatan perlindungan konsumen;

7) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan

perindustrian daerah dan peningkatan kapasitas industri kecil dan

menengah.

2.1.7.2 Kebijakan

2.1.7.2.1 Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan oleh yang berwewenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau

petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna

tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan serta

visi dan misi instansi pemerintah. Kebijakan yang ditetapkan dalam periode 2014-

2018 adalah sebagai berikut :

1) Membangun sistem/tata cara pelaporan kinerja dan keuangan SKPD yang

terpadu;

2) Menyediakan sarana-prasarana pendukung pengelolaan pelaporan kinerja

dan keuangan SKPD;

Page 61: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

44

3) Meningkatkan kemampuan/kompetensi aparatur SKPD dalam pengelolaan

pelaporan kinerja dan keuangan SKPD;

4) Pengembangan kinerja koperasi dan UMKM;

5) Pemberdayaan pelaku koperasi dan UMKM;

6) Pemantauan ketersediaan harga Sembilan bahan pokok;

7) Pengembangan potensi perdagangan;

8) Pemberdayaan pelaku perdagangan;

9) Pengembangan potensi indsutri, pemberdayaan pelaku industri dan

pengembangan industri kompetitif dan ramah lingkungan;

10) Mensosialisasikan peraturan pemerintah daerah secara intensif dan

menyeluruh;

11) Menyediakan sarana-prasarana pendukung kedisiplinan yang lengkap dan

memadai;

12) Menyusun dan mensosialisasikan standar pelayanan pemenuhan sarana-

prasarana dan keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan

kerja/kantor);

13) Menyediakan pelayanan pemenuhan sarana-prasrana dan

keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor);

14) Menyusun dan mensosialisasikan standar pemenuhan dan pengembangan

kebutuhan sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang

layak dan memadai;

Page 62: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

45

15) Menyediakan pelayanan pemenuhan dan pengembangan kebutuhan

sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan

memadai sesuai dengan standar yang disepakati.

2.1.7.3 Program dan Kegiatan

Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu yang

dipelaksanaan guna mencapai sasaran tertentu. Kegiatan adalah tindakan nyata

dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan dan program yang telah

ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran

dan tujuan tertentu. Program dan kegiatan UMKM yang ditetapkan sebagai

pelaksana kebijakan organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang sesuai dengan misinya sebagai berikut :

2.1.7.3.1 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha

Mikro Kecil dan Menengah

Kegiatan :

1) Kegiatan penyelenggaraan promosi produk UMKM melalui pameran.

2) Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT).

3) Kegiatan Sosialisasi Program KUR.

2.1.7.3.2 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah

Page 63: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

46

Kegiatan :

1) Kegiatan memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi usaha mikro

kecil dan menengah.

2) Kegiatan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan.

3) Kegiatan pelatihan manajemen pengelolaan koperasi.

2.1.7.3.3 Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Kegiatan :

1) Sosialisasi kebijakan tentang usaha mikro kecil menengah.

2) Perencanaan koordinasi dan pengembangan UMKM.

3) Fasilitas pengembangan UMKM.

4) Pendataan UMKM di Kota Tangerang.

Page 64: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

47

Tabel 2.2

Indikator Sasaran dan Indikator Program Pembangunan Daerah Kota

Tangerang di Disperindagkop bagi UMKM dan Koperasi Tahun 2014-2018

SASARAN (MISI)

KOTA/URUSAN/PROGRAM

PEMBANGUNAN DAERAH

INDIKATOR OUTCOME

(SASARAN DAN

PROGRAM)

SKPD

Terwujudnya pemantapan dan

pengembangan kebudayaan

sektor UMKM dan koperasi

sebagai pendukung kegiatan

ekonomi daerah berbasis

sumberdaya lokal

1. Tingkat UMKM aktif

Disperindagkop

2. Tingkat koperasi aktif

3. Tingkat pertumbuhan

UMKM aktif

4. Tingkat pertumbuhan

aktif

Urusan Wajib

Urusan koperasi dan usaha

kecil menengah

Program pengembangan

sistem pendukung usaha bagi

usaha mikro kecil menengah

Presentase UMKM yang

telah mengikuti pameran

promosi produk

Program kewirausahaan dan

keunggulan kompetitif bagi

usaha mikro kecil menegah

Tingkat penyelenggaraan

fasilitas kerjasama

kemitraan usaha mikro

kecil menengah dan

koperasi (UMKMK)

Program peningkatan kualitas

kelembagaan koperasi

Presentase koperasi sehat

dengan pengelolaan

keuangan yang sehat

Program penciptaan iklim

usaha yang kondusif bagi

usaha mikro kecil menengah

Presentase UMKM yang

dibina/dilatih terhadap total

jumlah UMKM

(Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Page 65: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

48

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini, peneliti mengambil dua penelitian sebelumnya, sebagai

perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pertama

berdasarkan penelitian terdahulu pada skripsi Universitas Indonesia yang

dilakukan oleh Ade Syafitri mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Fakultas

Ilmu sosial dan ilmu politik yang berjudul “Pelaksanaan Pemberdayaan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Program Kemitraan Sebagai Wujud

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

studi kasus mitra binaan PT. Telkom Indonesia, TBK Divisi Area II Jakarta-

Banten”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pelaksanaan Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dalam bentuk

kemitraan yang dibentuk oleh PT.Telkom Indonesia berjalan dengan baik sesuai

dengannya tujuannya yaitu memberdayakan UMKM dari jumlah UMKM yang

berkembang dari tahun ke tahun menunjukan bahwasanya PT.Telkom Indonesia

memiliki kinerja yang baik. Namun dalam berjalannya kegiatan Pemberdayaan

masih memiliki berbagai macam hambatan yang dialami PT.Telkom Indonesia

sebagai pelaksana, hambatannya yaitu masih minimnya tingkat kehadiran mitra

binaan saat kegiatan berlangsung. Hal ini disebabkan karena kesibukan mereka

dalam menjalankan usaha. Padahal kegiatan tersebut dapat pula membantu

mereka dalam mengembangkan usahanya.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang kedua adalah pada skripsi

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang yang dilakukan oleh Fenita

Page 66: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

49

mahasiswa Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang berjudul “Implementasi Kebijakan dalam Pemberdayaan Usaha

Kecil Menengah (UKM) di Kelurahan Kampung Bugis oleh Pemerintah Kota

Tanjung Pinang”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa implementasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di

kelurahan kampung bugis belum sesuai dan tidak berjalan dengan baik seperti apa

yang diharapkan. Karena kinerja aparatur yang masih kurang optimal dalam

melayani para pelaku UMKM.

Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang dalam hal ini membahas

tentang bagaimana Implementasi Kebijakan Pembedayaan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah Kota Tangerang.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang.

Berdasarkan analisis data yang didapatkan dilapangan bahwa terdapat beberapa

masalah yang peneliti temukan dilapangan yaitu : Pertama, Belum adanya

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh Pemkot Tangerang

dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya pelatihan keuangan. Kedua,

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal. Ketiga, Sosialisasi

Page 67: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

50

yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang belum tepat sasaran karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang

belum memiliki perijinan usaha dan seritifikat halal. Keempat, Fasilitas yang

disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

belum memadai terutama pada sarana Promosi dan Informasi. Kelima, Kurangnya

perhatian pemerintah dan kurang monitoring dalam hal pemberdayaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model teori implementasi

yang dipaparkan oleh Van Meter Van Horn. Dalam pendekatan yang

dikemukakan oleh Van Meter Van Horn terdapat enam variabel yang menentukan

keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu :

1. Standar atau Ukuran tujuan kebijakan

2. Sumberdaya

3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana

4. Karakteristik agen pelaksana

5. Sikap atau kecendrungan para pelaksana

6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

Untuk lebih mudah dan jelas memahami alur berpikir peneliti, maka di

bawah ini peneliti menggambarkan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut.

Page 68: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

51

Gambar 2.6

Kerangka Berfikir Penelitian

Implementasi Kebijakan Pemberdyaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota

Tangerang

Sumber: Peneliti, 2016

Menurut Van Metter & Van Horn, ada 6 variabel yang

mempengaruhi proses implementasi, yaitu:

1. Standar/ukuran tujuan kebijakan

2. Sumber-sumber kebijakan

3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana

4. Karakteristik agen pelaksana

5. Sikap/kecenderungan para pelaksana

6. Lingkungan ekonomi, sosial & politik

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kota Tangerang Berjalan Optimal

Masalah

1. Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh

Pemkot Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya pelatihan

keuangan.

2. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal.

3. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang

belum memiliki seritifikat halal dan Dinas Indagkop bleummemiliki database

UMKM Kota Tangerang.

4. Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang belum memadai terutama dalam sarana promosi.

5. Kurangnya perhatian pemenrintah dan kurangnya monitoring dalam hal

pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.

Page 69: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

52

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam penelitian kualitatif adalah kesimpulan sementara yang

diambil berdasarkan atas pada saat penelitian awal (pre-liminary research) dengan

kajian teoritis dan sifat dari asumsi dasar ini adalah tidak untuk diuji

kebenarannya. Maka peneliti berasumi Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang dapat dikatakan

belum berjalan optimal atau bisa dikatakan belum berjalan dengan baik.

Page 70: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau

oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam

penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis

(Sugiyono, 2010:2).

Penelitian yang dilakukan mengenai “Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang”,

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena bermaksud untuk

mendalami dan menghayati suatu obyek. Menurut Bogdan & Taylor (dalam

Moleong, 2010:4), mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan

ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam

Page 71: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

54

hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau

hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Penelitian kualitatif sendiri bersifat deskriptif. Langkah kerja untuk

mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting social terjawablah dalam

suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk

kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti

menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam

menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan dari

data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh

dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori &

Komariah, 2010:28).

Metode penelitian digunakan peneliti dalam penelitian mengenai

“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Kota Tangerang”, yaitu kualitatif deskriptif. Hal ini ditujukan untuk

dapat memahami serta menghayati segala kejadian yang terjadi dengan fokus

penelitian, dan diharapkan hasil dari penelitian dapat menjawab rumusan masalah

yaitu mengetahui permasalahan yang terjadi lebih mendalam pada sasaran

penelitian, serta mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan mendalam.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian menjelaskan substansi materi kajian penelitian

yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah

Page 72: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

55

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Kota Tangerang.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian menjelaskan tempat (locus) penelitian, serta alasan

memilih lokasi penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan pada Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang dilakukan di empat kecamatan

yaitu Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Tangerang, Kecamatan Pinang,

Kecamatan Karawaci.

3.4 Fenomena yang Diamati

Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati adalah Pelaksanaan Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang.

3.4.1 Definisi Konsep

Van Meter dan Van Horn merumuskan proses implementasi sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu (pejabat) atau

kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Proses implementasi kebijakan publik tentang Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang bertujuan untuk meningkatkan dan

mengembangkan daya saing para UMKM.

Page 73: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

56

Dalam penelitian ini, model implementasi yang dijadikan acuan adalah

berdasarkan model implementasi menurut Van Meter Van Horn yang secara

komperhensif dianggap mampu menjabarkan permasalahan, khususnya

permasalahan terkait Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota

Tangerang.

3.4.2 Definisi Operasional

Mengacu dari definisi konsep serta teori yang digunakan sebagai acuan

dalam penelitian ini, berdasarkan teori implementasi menurut Van Meter Van

Horn yang mengandalkan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier

dari keputusan politik, pelaksana kebijakan dan kinerja kebijakan publik. Model

ini juga dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan yaitu :

1. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan

Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan tentang UMKM di

Tangerang perlu melihat variabel Sasaran dan tujuan kebijakan. Untuk itu

peneliti perlu mengetahui sejauh mana ukuran dan tujuan kebijakan tersebut

apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang ada dan apakah dalam

pembuatan kegiatan atau programnya sudah sesuai dengan manfaatnya apakah

berjalan lurus dengan manfaat dan hasilnya. Sehingga peneliti ingin

mengetahui sejauh mana ukuran dalam pelaksanaan ini sudah berjalan.

2. Sumber daya

Page 74: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

57

Sumberdaya yang dikaji dalam penelitian ini adalah sumberdaya yang

dapat mendukung keberhasilan dari kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota

Tangerang, diantaranya :

a. Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kebijakan

b. Sumber Daya Finansial (anggaran/dana)

c. Sumber Daya Waktu yang dibutuhkan

d. Sarana dan Prasarana

3. Karakteristik agen/organisasi pelaksana

Untuk menilai bagaimana karakteristik organisasi pelaksana dalam

melaksanakan Kebijakan tentang Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang

peneliti harus mengetahui siapa saja implementor dari kegiatan pemberdayaan

UMKM berapa banyak pihak yang dilibatkan dalam kegiatan Pemberdayaan

UMKM tersebut lalu bagaimana karakteristik implementor dari setiap

kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana apakah sesuai dengan

bidangnya/apakah sesuai dengan harapan masyarakat/paa pelaku UMKM. Dan

berapa jumlah pelaksana kebijakan.

4. Sikap para pelaksana kebijakan

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan

publik. Jadi pola yang digunakan dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM ini

pola apa , Pola topwdown atau bottom up sehingga akan mempengaruhi

kepada pelaksanaannya.

Page 75: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

58

5. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi antara diantara pihak yang terlibat

dalam suatu proses implementasi maka asumsinya kesalahan2 akan sangat

kecil untuk terjadi begitu pula sebaliknya. Seperti halnya dalam kebijakan

pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang apakah dalam koordinasinya

suudah berjalan dengan dan sejauh mana koordinasi itu berjalan.

6. Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

publik adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong mendorong

keberhasilan kebijakan publik yang dibuat. Lingkungan ekonomi sosial dan

politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja

implementasi kebijakan. karena itu upaya untuk mengimplementasikan

kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan

eksternal. Seperti halnya dalam Kebijakan pemberdayaan UMKM bagaimana

Kondisi Lingkungan ekonomi sosial dan politik yang ada di Kota Tangerang

apakah mendorong adanya kegiatan pemberdayaan ini atau menjadi

penghambat sehingga peneliti ingin mengetahui bagaiamana kondisi

lingkungan tersebut di Kota Tangerang dalam pengaruhnya terhadap

Kebijakan tersebut.

Page 76: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

59

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Penelitian

No. Indikator Kisi-Kisi Wawancara Informan

1. Ukuran dan Tujuan

Kebijakan

1) Apakah adanya Kegiatan

seperti halnya (Sosialisasi

sertifikat halal) yang dibuat

dalam Pemberdayaan UMKM

ini sudah sesuai dengan

manfaatnya ?

2) Langkah apa saja yang

sudah dibuat dalam mengatasi

permodalan? Ada tidak

pelatihan yang diberikan

terkait pengelolaan /

manajemen keuangan?

3) Dari setiap kegiatan yang

dibuat bagaimana sifat dr

kegiatan tsb seminar atau

pelatihan ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6

2. Sumberdaya 1) Bagaimana SDM yang

dimiliki oleh Disperindagkop

? Berapa Jumlahnya dan latar

belakang pendidikannya

seperti apa ?

2) Bagaimana ketersediaan

anggaran dalam

melaksanakan kegiataan

penyelenggaraan

pemberdayaan UMKM

tersebut ?

3) Bagaimana Juklak dan

Juknis (Sop) dalam kebijakan

Pemberdayaan UMKM tsb ?

4) Bagaimana ketersediaan

fasilitas terutama pada sarana

promosi dan informasi untuk

para UMKM di Kota

Tangerang ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

I₁, I₂, I₃, I₄, I5,.

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.

3. Karakteristik Agen

Pelaksana

1) Bagaimana Karakteristik

Implementor kegiatan ?

apakah setiap implementor ini

sesuai dengan bidangnya ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

Page 77: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

60

sudah sesuaikah dgn misi kota

tangerang dalam setiap

kegiatan yg dibuat ?

4. Sikap/Kecenderungan 1) Bagaimana sistematika

pembuatan kebijakan

pemberdayaan ini ? pola apa

yang digunakan ? pola top

down atau bottom up ? apakah

para implementor setiap

kegiatan mengetahui isi dan

tujuan dari kebijakannya ?

apakah dalam pembuatan

setiap kegiatan atau program

yang dibuat ini sesuai dengan

permasalahan yang ada ?

pernah ada perbedaan

pendapat ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.

5. Komunikasi

Antarorganisasi dan

Aktivitas Pelaksana

1) Bagaimana pola

hubungan/komunikasi antar

implementor dalam

melaksanaan kegiatan atau

program dalam pemberdayaan

tsb ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

6. Lingkungan

Ekonomi, Sosial dan

Politik

1) Bagaimana Kondisi

Lingkungan Ekonomi, sosial

dan politik yang ada di kota

tangerang ? apakah Kondisi

tersebut mendukung jalannya

kebijakan pemberdayaan tsb ?

atau sebaliknya ?

2) respon dari para pelaku

umkm/masyarakat seperti apa

dgn adanya kegiatan tsb?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.

Sumber : Peneliti,2016.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan

validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan

ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh kerena itu

Page 78: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

61

instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat

menghasilkan data yang valid dan realibel, apabila instrumen tersebut tidak

digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen dalam penelitian

kualitatif dapat berupa test, pedoman wawancara dan pedoman observasi.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun kelapangan. Validasi tersebut meliputi pemahaman metode

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti sampai kesiapan

peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Dan yang pasti adalah peneliti itu

sendiri lah yang melakukan validasi, melalui evaluasi diri.

Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2006:17) peneliti dalam

pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai alat

pengumpulan data. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi dalam

rangka mempermudah proses pengumpulan data dan analisis data. Sehingga

peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam rangka

memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.

3.6 Informan Penelitian

Penentuan narasumber atau yang dapat disebut dengan informan peneliti

menggunakan teknik purposive. Teknik purposive yaitu teknik pengambilan data

dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan

Page 79: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

62

penelitian merupakan orang yang mengetahui dan memiliki peran penting tentang

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Kota Tangerang, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan

data yang diharapkan. Disamping itu, beberapa data yang terkait juga digunakan

secara optimal guna dapat dianalisis sedemikian rupa sehingga mendapatkan hasil

yang optimal.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini antaran lain :

Tabel 3.2

Informan Penelitian

No Jabatan Informan Kode Informan

1. Kepala Dinas Indakgkop I₁

2. Sekretaris Dinas Indagkop I₂

3. Kabid Koperasi dan UMKM I₃

4. Kasi Bina Usaha Kecil dan Menengah I₄

5. Kasi Fasilitasi I5

6. Pelaku UMKM I6

Sumber : Peneliti, 2016

3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

Page 80: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

63

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan

masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:

a. Pengamatan/Observasi

Observasi menurut Semiawan (2010:112) adalah bagian dalam

pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung

dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif data tidak akan diperoleh

dibelakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, tetangga,

organisasi dan komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa

gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan dan

keseluruhan interkasi antar manusia. Data observasi juga dapat

berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para

anggota dalam berorganisasi.

Metode observasi yang digunakan dalam penelitian mengenai

“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) Kota Tangerang”, yaitu menggunakan metode

observasi non-participant. Dalam hal ini peneliti datang ke lokasi

penelitian namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan

dari subjek penelitian. Artinya peneliti melakukan pengamatan

Page 81: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

64

terkait bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang. Tujuan

penggunaan metode observasi dalam penelitian ini yakni peneliti

dapat mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitian,

mendokumentasikan, dan mereflesikannya secara sistematis

terhadap kegiatan dan interaksi dari subjek penelitian. Dengan

demikian, maka data-data yang dikumpulkan berdasarkan hasil

teknik pengumpulan data lainnya, dapat ditriangulasikan dengan

menggunakan metode ini. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data

yang valid. Validitas data sangat diperlukan dalam penelitian ini

karena keabsahan data yang didapat apakah sesuai dengan fakta

yang ada dilapangan atau tidak.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008:180). Sedangkan

menurut Bugin dalam Satori dan Komariah (2001:88) wawancara

dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan

tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-

pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode utama

(pengamatan).

Page 82: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

65

Selain itu pengertian lain dari wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh

Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi

mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian, dan lain-lain kebulatan, merekonstruksi kebulatan-

kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu,

memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan

untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi,

mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain

baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan

memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang akan

dikembangkan oleh sipeneliti sebagai pengecekan anggota.

Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang

pengumpulan data yang didasarkan percakapan secara intensif

dengan suatu tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-

banyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berbagai

informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian,

wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai

penelitian. Adapun yang digunakan adalah wawancara terstruktur

Page 83: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

66

yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan

yang akan diajukan oleh peneliti.

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih

dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan

kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan

rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan

wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai

berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.

b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.

c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara.

d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.

Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada

informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari

keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan

dengan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan

yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya

kembali dalam bentuk kalimat (nazir, 1985:234-242).

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh melalui

kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data

yang diteliti.

Page 84: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

67

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan

dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books

maupun jurnal ilmiah.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari

dokumen yang resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang

dilakukan. Dokumen yang diperoleh tersebut dapat berupa tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

khususnya dalam melakukan wawancara adalah:

1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data.

2. Recorder: untuk merekam semua percakapan karena jika hanya

menggunakan buku catatan, peneliti sulit untu mendapatkan informasi

yang telah diberikan oleh informan.

3. Handphone camera: untuk memotret/mengambil gambar semua

kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan keabsahan dari suatu penelitian.

Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas

data primer dan data skunder. Data primer diambil langsung dari informan

penelitian. Dalam hal ini data primer ini diambil melalui wawancara (interview).

Sedangkan data skunder adalah data yang tidak langsung berasal dari informan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini, data skunder diperoleh melalui data-data dan

Page 85: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

68

dokumen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti. Data-data

tersebut merupakan data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang

dibahas dalam penelitian ini.

a. Uji Keabsahan Data

Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan

harus memenuhi: 1) Mendemostrasikan nilai yang benar, 2) Menyediakan

dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3) Memperbolehkan keputusan

luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan

dari temuan dan keputusan-keputusannya. (Moleong, 2006:320) isu dasar

dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana.

Bagaimana peneliti membujuk agar pesertanya (termasuk dirinya) bahwa

temuan-temuan penelitian dapat dipercaya. Untuk menguji keabsahan data,

dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan,

ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan

referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota (member check).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan

teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).

1. Triangulasi

Moleong (2006 :330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

Page 86: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

69

data itu. Denzin (Prastowo, 2011 :269) membedakan teknik ini menjadi 5

macam yaitu :

1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data

yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi teknik yaitu suatu tekhnik pengecekan kredibilitas

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara, observasi dan

studi dokumentasi.

3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau

tekhnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

4. Triangulasi penyidik, suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan

dengan cara memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan derajat

kepercayaan data.

5. Triangulasi teori, suatu tekhnik pengecekan kredibilitas dilakukan

dengan cara menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data

temuan penelitian.

Adapun untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui

teknik Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik. Hal tersebut dapat tercapai

dengan cara:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

2. Membandingkan apa yan dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi;

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti dengan

apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, kalangan yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan;

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

2. Member Check

Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, yaitu proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah

Page 87: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

70

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data. Selain itu, membercheck adalah agar informasi yang diperoleh

dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data

dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan

membercheck dalam Moelong (2005: 276).

3.7.2 Analisis Data

Proses analisa data dilakukan secara terus menerus sejak awal data

dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memberikan makna

terhadap data yang telah dikimpulkan, dilakukan analisis data dan interpretasi.

Mengingat ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis

dilakukan sejak data pertama sampai penelitian berakhir.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah

selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Dalam menganalisis selama

dilapangan peneliti menggunakan model Miles dan Huberman yang

mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Proses datanya

mencakup :

1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan

melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang

Page 88: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

71

harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi

mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

2. Data Reduction (Reduksi data)

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011: 242).

Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang

berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data dengan demikian

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan

cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik

dan diverifikasi (Prastowo, 2011:243). Tujuan utama dari penelitian

kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam

melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang terlihat aneh, asing,

tidak dikenal dan belum memiliki pola, justru inilah yang harus dijadikan

perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

3. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik,

jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya dirancang untuk

menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu

Page 89: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

72

(Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

4. Conclusion Drawing /verification (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara itu,

dalam penjelasan Sugiyono (Prastowo, 2011:250) kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Akan tetapi, jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kita

kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang kita kemukakan

adalah kesimpulan yang terpercaya. Dengan demikian, kesimpulan dalam

penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan

rumusan masalah pada penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Page 90: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

73

Gambar 3.1

Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman

( Sumber : Miles dan Huberman, 2009:16 )

Data

Reduction

Conclution

Drawing &

Verifying

Data

Colection

Data

Display

Page 91: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

74

3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Tempat atau lokus penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang ialah

di Kota Tangerang. Adapun jadwal penelitian adalah berikut ini :

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

Sumber: Peneliti, 2016

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Feb

2016

Mar

2016

Apr

2016

Mei

2016

Jun

2016

Jul

2016

Agus

2016

Sept

2016

Okt

2016

Nov

2016

1. Pengajuan Judul

2. Observasi Awal

3. Penyusunan Proposal Skripsi

4. Bimbingan BAB I – BAB III

5. Seminar Proposal Skripsi

6. Revisi Proposal Skripsi

7. Pengumpulan Data di Lapangan

8. Reduksi Data dari Lapangan

9. Penyajian Data

10. Menarik Kesimpulan

11. Penyusunan Hasil Penelitian

12. Bimbingan BAB IV dan BAB V

13. Sidang Skripsi

Page 92: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang

Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Kota Tangerang memiliki letak

strategis yaitu sebelah barat berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta

memiliki peran aktif untuk menopang kemajuan Negara. Bandara internasional

Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Kota Tangerang dengan berakses ke ruas

jalan tol Jakarta-Merak dan tol Serpong-dalam Kota DKI Jakarta yang memberi

akses kemudahan arusu lalu lintas manusia dan barang. Sesuai dengan Instruksi

Presiden (Inpres) RI No. 13 Tahun 1976 Kota Tangerang ditetapkan menjadi

daerah penyanggah DKI Jakarta, sejak saat itu Kota Tangerang tumbuh –

kembang secara pesat dengan mengunggulkan perekonomian yang bertulang

punggung perindustrian, perdagangan dan koperasi. Sebagai daerah penyanggah

Ibu Kota Negara DKI Jakarta gerak maju perekonomian Kota Tangerang sangat

berkolerasi dengan gerak maju perekonomian nasional.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan

Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Page 93: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

76

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang

(Sumber: www.tangerang.go.id)

Secara administratif luas Kota Tangerang sekitar 18.378 Ha (termasuk

Kawasan Bandara International Soekarno Hatta 1.969 Ha), merupakan wilayah

dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 30 mdpl. Terbagi menjadi 13

Kecamatan, 104 Kelurahan yang terdiri dari 931 RW dan 4.587 RT. Jumlah

penduduk berdasarkan sensus BPS Provinsi Banten.

Selain itu, Kota Tangerang tidak hanya menjadi pusat industri atau kota

dengan sebutan seribu industri tetapi juga menjadi kota bisnis, perdagangan dan

jasa. Hal ini memperlihatkan kesiapan Kota Tangerang untuk menghadapi

persaingan global. Seiring dengan tumbuh kembangnya Kota Tangerang

mendapatkan julukan garda terdepan perekonomian Provinsi Banten. Julukan ini

berdasarkan hasil pendataan Pemerintah Kota Tangerang pada Oktober 2008

sebagai berikut :

Page 94: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

77

Tabel 4.1

Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2015

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, Kota Tangerang dalam angka 2015)

Hal ini bisa dilihat dari tabel di atas bahwasannya jumlah UMKM di Kota

Tangerang yaitu 9.942 yang terbesar diwilayah Kota Tangerang dan angka ini

melebihi jumlah usaha besar yang ada di Kota Tangerang yaitu 559 usaha besar

yang tersebar diwilayah Kota Tangerang. Sehingga dapat dilihat dari segi jumlah

UMKM lebih unggul dibanding Usaha besar. Lalu UMKM di Kota Tangerang

menyerap tenaga kerja sebanyak 229.529 orang dan lag-lagi mengungguli jumlah

tenaga kerja pada usaha besar yaitu 167.017 sehingga UMKM memiliki peran

yang besar terhadap perekonomian di Kota Tangerang. Melihat banyaknya usaha

yang ada di Kota Tangerang, diantaranya pada sektor jasa, perdagangan dan juga

industri, maka sangat sesuai apabila Kota Tangerang mendapatkan julukan garda

perekonomian Provinsi Banten. Apabila potensi unggulan dari usaha-usaha diatas

dikembangkan dan dikelola dengan komitmen yang kuat oleh Pemerintah Kota

Tangerang khususnya Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang maka akan memberikan manfaat yang besar bagi Pemerintah Kota

NO INDIKATOR SATUAN JUMLAH PANGSA

(%)

1

Unit Usaha (A+B)

A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

- Usaha Mikro (Umi)

- Usaha Kecil (UK)

- Usaha Menengah (UM)

B. Usaha besar (UB)

(Unit)

10.501

9.942

8.037

1.477

428

559

100

94,67

76,53

14,06

4,07

5,32

2 Tenaga Kerja (A+B)

A. Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM)

- Usaha Mikro (Umi)

- Usaha Kecil (UK)

- Usaha Menengah (UM)

B. Usaha besar (UB)

(Orang)

396.546

229.529

-

-

-

167.017

100

57,88

-

-

-

42,11

Page 95: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

78

Tangerang dan masyarakat Kota Tangerang dalam memajukan pendapatan dan

taraf perekonomian. Terkait Bidang Perindustrian, Perdagangan, usaha-jasa dan

koperasi menjadi pusat pertumbuhan perekonomian di Kota Tangerang yang

memiliki luas wilayah 18.000 KM2.

Dengan posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya

pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai

kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat

menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai

daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota

Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno –

Hatta yang sebagian areanya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota

Tangerang. Gerbang perhubungan udara indonesia tersebut telah membuka

peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota

Tangerang.

Dengan kondisi dan lokasi yang strategis menjadikan kota tangerang ini

kota yang menaikan pertumbuhan ekonomi di banten dengan peranan dari para

pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan menyerap banyak tenaga kerja.

Sehingga pemerintah harus bisa mempertahankan atau meningkatkan fasilitas bagi

para pelaku UMKM di setiap daerah (kecamatan dan kelurahan) dan hal ini bisa

dlihat dari jumlah para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada di

Kota Tangerang, sebagai berikut :

Page 96: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

79

Tabel 4.2

Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha

Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015

No. Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah

1 Batu Ceper 442 56 4 502

2 Benda 201 25 5 231

3 Cibodas 3.617 214 8 3.839

4 Ciledug 231 53 25 309

5 Cipondoh 175 221 32 428

6 Jatiuwung 876 257 38 1.171

7 Karang Tengah 243 73 7 323

8 Karawaci 516 30 7 553

9 Larangan 190 318 218 726

10 Neglasari 122 25 2 149

11 Periuk 452 50 45 547

12 Pinang 683 78 10 771

13 Tangerang 289 77 27 393

Total 8.037 1.477 428 9.942

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Tabel diatas merupakan data jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) berdasarkan kriteria usaha perkecamatan di Kota Tangerang pada tahun

2015. Dapat dilihat bahwa di Kota Tangerang masih banyak usaha yang berskala

mikro daripada skala menengah. UMKM terbanyak ada pada kecamatan Cibodas

sebanyak 3.839 UMKM dan terendah pada kecamatan Benda sebanyak 231

UMKM.

Page 97: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

80

Dengan jumlah Usaha Mikro yang mendominasi di wilayah kecamatan

Cibodas sebagai pusat perekonomian yang disebabkan oleh lokasi yang

berdampingan dengan pabrik-pabrik dan industri sehingga kegiatan ekonomi

disini lebih aktif.. Posisi yang strategis ini dimanfaatkan oleh masyarakat cibodas

ini untuk membuka berbagai macam usaha seperti makanan, minuman dan jasa

jahit. Berbeda halnya dengan Kecamatan Benda yang jumlah UMKMnya terendah

padahal lokasi Kecamatan Benda ini berdekatan dengan Bandara Soekarno Hatta

yang merupakan gerbang pintu masuk para wisatawan. Hal ini disebakan oleh

akses jalan yang rusak dan belum memadai sehingga menjadikan terhambatnya

laju pertumbuhan di wilayah ini.

4.2 Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan susunan

Organisasi dinas, Peraturan Walikota Tangerang Nomor 35 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi. Diubah menjadi Peraturan Walikota Tangerang Nomor 74 Tahun

2014 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan

dan Koperasi Kota Tangerang.

Page 98: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

81

4.2.1 Visi dan Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang.

1. Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

“Terwujudnya Industri, Perdagangan, Koperasi dan UMKM yang tangguh

dan mandiri, berdaya saing tinggi serta ramah lingkungan”.

2. Misi Dinas Perindustrian , Perdagangan dan Koperasi

KotaTangerang

Sejalan dengan hal tersebut, maka Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang merumuskan pernyataan misi sebagai berikut :

1) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel dan trans[aran

didukung dengan stuktur birokrasi yang berintegritas, kompeten dan

profesional;

2) Menumbuhkembangkan Koperasi dan UMKM yang sehat, kuat dan

mandiri;

3) Mengembangkan Sistem dan Jaringan Perdagangan barang dan jasa yang

berdaya saing tinggi baik pasar domestik maupun pasar luar negeri dan

Peningkatan Perlindungan Konsumen.

4) Mengembangkan Industri yang berdaya saing tinggi dan ramah

lingkungan;

5) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana.

Pokok – pokok misi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang terdiri dari 5 pokok misi, yaitu :

1. Tata Pemerintahan dan Tata Birokrasi;

Page 99: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

82

2. Koperasi dan UMKM Sehat;

3. Perdagangan berdaya saing dan pelayanan perlindungan konsumen;

4. Industri ramah lingkungan;

5. Kapasistas SDM

4.2.2 Tugas Fungsi dan Stuktur Organisasi Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 74 Tahun 2014 tentang Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang sebagai berikut :

1. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan di

bidang perindustrian, perdagangan, serta koperasi usaha kecil menengah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan visi, misi

dan program Walikota sebagaimana dijabarkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada nomor

(1) Dinas mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan di bidang perindustrian,

perdagangan, koperasi serta usaha kecil dan menengah;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi serta usaha kecil dan

menengah;

Page 100: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

83

3. Pemberdayaan dan pelaksanaan tugas di bidang perindustrian,

perdagangan, koperasi serta usaha kecil dan menengah;

4. Pelaksanaan ketatusahaan Dinas;

5. Pengelolaan UPT; dan

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

lingkup tugas dan fungsinya.

3. Dinas dipimpim oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Adapun rincian tugas Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub

Bagian, Kepala Seksi dan Jabatan Fungsional adalah sebagai berikut :

a) Kepala Dinas

Tupoksinya :

1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan tugas dan fungsi

Dinas;

2. Penyelenggaraan penyusunan strategis usulan program, rencana

kerja, kinerja dan anggaran tahunan Dinas.

3. Penjabaran kebijakan strategis serta perumusan dan pelaksanaan

kebijakan teknis dibidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan

UKM.

4. Pengkoordinasian dan pengendalian seluruh kegiatan operasional

Dinas;

Page 101: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

84

5. Penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi bagi semua

perangkat daerah dan masyarakat dalam lingkup urusan perindustrian,

perdagangan, koperasi dan UKM;

6. Perumusan kebijakan pembangunan, pengadaan, serta rehabilitasi

prasarana dan sarana fisik dalam lingkup tugas Dinas;

7. Penyelenggaraan Pemberdayaan dan pengembangan kemampuan

berprestasi para pegawai di lingkungan Dinas;

8. Penyelenggaraan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja

dan penggunaaan anggaran tahunan Dinas;

9. Pelaporan.

b) Sekretariat

Tupoksinya :

1. Penatausahaan urusan umum;

2. Penatausahaan urusan keuangan;

3. Penatausahaan urusan kepegawaian;

4. Pengkoordinasian dalam penyusuan perencanaan Dinas;

5. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang-bidang dan UPT-UPT

di lingkungan Dinas.

c) Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Tupoksinya :

1. Penyelenggaraan pemberian bimbingan teknis dan pengendalian

kegiatan penyelenggaraan koperasi dan usaha kecil menengah di

bidang kelembagaan;

Page 102: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

85

2. Penyelenggaraan Pemberdayaan, pemberian bimbingan, pemberian

fasilitasi dan pengawasan dalam rangka pemasaran produk-produk

koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah;

3. Penyelenggaraan perlindungan usaha bagi koperasi dan usaha mikro

kecil menengah;

4. Penyelenggaraan kegiatan pengembangan hubungan kemitraan

antar koperasi, usaha mikro kecil menengah, pemerintah, dan

perusahaan besar.

5. Penyelenggaraan kegiatan pelayanan di bidang fasilitasi

pembiayaan, jasa keuangan, serta penjaminan bagi koperasi dan usaha

mikro kecil menengah;

6. Penyelanggaraan peningkatan kualitas sumber daya manusia

koperasi dan usaha kecil menengah.

Susunan kepegawaian Dinas Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris

a. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

b. Kepala Sub Bagian Keuangan;

c. Kepala Sub Bagian Perencanaan.

3. Kepala Bidang Perindustrian

a. Kepala Seksi Bina Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan;

Page 103: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

86

b. Kepala Seksi Bina Industri Logam, Mesin dan Elektronika;

c. Kepala Seksi Bina Indsutri Aneka.

4. Kepala Bidang Perdagangan

a. Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri;

b. Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri;

c. Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal.

5. Kepala Bidang Koperasi

a. Kepala Seksi Bina Koperasi;

b. Kepala Seksi Bina Usaha Kecil Menengah;

c. Kepala Seksi Fasilitasi dan Kemitraan.

6. UPT

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Page 104: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

87

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Kota

Tangerang

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

KEPALA DINAS

BIDANG

PERINDUSTRIAN

BIDANG

PERDAGANGAN

BIDANG

KOPERASI

DAN UKM

JABATAN

FUNGSIONAL

TERTENTU

SEKRETARIS

SUB BAGIAN

UMUM & KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN

KEUANGAN

SUB BAGIAN

PERENCANAAN

SEKSI

BINA IKAH

SEKSI

BINA ILMEA

SEKSI

BINA INDUSTRI

ANEKA

SEKSI

PERDAGANGAN

DALAM NEGERI

SEKSI

PERDAGANGAN

LUAR NEGERI

SEKSI

PERLINDUNGAN

KONSUMEN

SEKSI

BINA KOPERASI

SEKSI

BINA UKM

SEKSI

FASILITASI/

KEMITRAAN

UPTD METROLOGI

LEGAL

Page 105: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

88

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Deskripsi Informan Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil

penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik

analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang dengan menggunakan teori

Implementasi menurut Van Meter Van Horn (1975). Teori tersebut memberikan

gambaran tentang ukuran keberhasilan Implementasi harus memperhatikan

beberapa variabel yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk

mencapai kinerja implementasi dengan baik. Adapun variabel yang dimaksud

yaitu

1. Standar Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Untuk mengukur kinerja implementasi kebijakan pemberdayaan UMKM

Kota Tangerang perlu memperhatikan standar dan sasaran tertentu yang harus

dicapai oleh para pelaksana, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian

atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran tersebut. Pemahaman tentang

maksud dan tujuan dari suatu standard suatu kebijakan sangatlah penting.

Implementasi kebijakan yang berhasil bisa menjadi gagal ketika para pelaksana

tidak memahami sepenuhnya mengenai standard dan ukuran dari suatu kebijakan

tersebut.

2. Sumber – sumber Kebijakan

Page 106: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

89

Sumber-sumber yang dmaksud dalam hal ini adalah sumberdaya manusia,

sumber daya finansial dan waktu. Dalam tahap implementasi kebijakan sumber

daya manusia yang berkualitas dan sesuai dengan bidangnya sangat

mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi suatu kebijakan. Sumberdaya

finansial juga penting dalam tahap implementasi kebijakan, sumber daya ini

terdiri atas dana atau intensif lain yang dapat memperlancar suatu kebijakan.

Kurangnya atau terbatasnya dana dalam implementasi kebijakan merupakan salah

satu faktor besar terhadap kegagalan suatu implementasi kebijakan. Sumberdaya

waktu juga tidak kalah pentingnya dengan sumber yang lain dalam tahap

implementasi kebijakan karena sumberdaya waktu berpengaruh terhadap

bagaimana kelancaran dan ketepatan administrasi dalam suatu implementasi

kebijakan maka dari itu untuk mencapai keberhasilan dalam implementasi

kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang harus memperhatikan sumber-

sumber yang ada.

3. Komunikasi Antar Organisasi

Komunikasi antar organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan Kebijakan

Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang sangat perlu diperhatikan untuk mencapai

keberhasilan kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Para individu

(implementor) harus memahami maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut.

Komunikasi dari para pelaku UMKM dengan Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi Kota Tangerang harus berjalan dengan baik dan tidak terjadinya

komunikasi yang buruk (miss communication).

Page 107: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

90

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Dalam tahap Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota

Tangerang diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Dan pada

beberapa konteks kebijakan yang akan dilaksanakan dituntut untuk para pelaksana

kebijakan yang ketat dan disiplin supaya kebijakan berjalan sesuai dengan yang

diharapkan atau efektif.

5. Sikap atau Kecenderungan Para Pelaksana

Sikap penolakan dan penerimaan dari agen pelaksana kebijakan sangat

mempengaruhi suatu keberhasilan atau kegagalan implementasi Kebijakan

Pemberdayaan UMKM Kota Tangeang. Hal ini sangat mungkin terjadi karena

kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil dari formulasi pelaku UMKM yang

mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Yang

dimaksud dalam sikap dari agen pelaksana yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi Kota Tangerang.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan untuk menilai kinerja implementasi

Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang adalah sejauh mana

lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan Pemberdayaan

UMKM Kota Tangerang. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak

kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi

Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Karena itu perlu adanya

Page 108: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

91

dorongan atau dukungan dari masyarakat(Para Pelaku UMKM) dan lingkungan

disekitar untuk ikut membantu dalam proses implementasi kebijakan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif sehingga data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan

tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata

dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam

penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan

catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan

adalah berupa catatan lapangan penelitian, seperti dokumen-dokumen yang

peneliti dapatkan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota

Tangerang yang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali

untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa

foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang.

Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka

dalam proses menganalisa data peneliti melalukan analisa secara bersamaan.

Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 (tiga) sebelumnya, bahwa dalam

proses analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik analisa data

yaitu dengan menggunakan 4 tahap, diantaranya; Pengumpulan Data Mentah,

Page 109: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

92

tahap ini peneliti mengumpulkan data mentah wawancara, observasi lapangan,

kajian pustaka dengan alat-alat yang dibutuhkan.

Transkrip Data, pada tahap ini peneliti merubah catatan data mentah ke

bentuk tertulis. Yang ditulis peneliti pun harus apa adanya tanpa mencampur

adukkan dengan pikiran peneliti.

Pembuatan Koding, ditahap ini peneliti membaca ulang seluruh data yang

telah ditranskrip. Hal-hal penting didalam transkrip dicatat dan diambil kata

kuncinya. Kemudian kata kunci ini nanti diberi kode, peneliti memberikan kode

pada aspek tertentu, yaitu:

a. Kode Q1.2.3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan;

b. Kode I1-1, menunjukan daftar urutan informan dari Kepala Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang;

c. Kode I2-1, menunjukkan daftar urutan informan dari Sekretaris Dinas

Perrindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang;

d. Kode I3-1, menunjukkan daftar urutan informan dari Kepala Bidang

Koperasi dan UMKM Kota Tangerang;

e. Kode I4-1, menunjukkan daftar informan dari Kepala Sub Bidang Bina

Usaha Kecil dan Menengah Kota Tangerang;

f. Kode I5-1, menunjukkan daftar informan dari Kepala Sub Bidang

Fasilitasi dan Kemitraan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang;

Page 110: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

93

g. Kode I6-1, menunjukkan daftar informan dari pelaku UMKM Kota

Tangerang.

Setelah pembuatan koding, langkah selanjutnya adalah kategorisasi data,

dalam tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat

konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori.

Kategorisasi data yang dilakukan dengan penyimpanan sementara, peneliti dapat

mengambil kesimpulan yang sifatnya sementara. Selanjutnya dengan triangulasi

yaitu proses check dan recheck abtara sumber data dengan sumber data lainnya.

setelah semua proses analisa data telah dilakukan peneliti dapat melakukan

penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa

bahwa data peneliti sudah jenuh dan setiap penambhan data baru hanya berarti

ketumpang tindihan.

4.3.2 Data Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

UMKM Kota Tangerang, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti

menggunakan caa pengambilan sumber data yang sering digunakan pada

penelitian kualitatif adalah Purposive. Purposive adalah teknik pengambilan

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya

orang tersebut dianggap paling tahu atau paling menguasai situasi sosial yang

diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi, Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Page 111: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

94

Koperasi, Kepala Bidang Koperasi dan UMKM, Kepala Sub Bidang Bina Usaha

Kecil dan Menengah dan Para pelaku UMKM Kota Tangerang yang terlibat

dalam Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Informan dalam penelitian ini

selain pegawai Dinas sebagai key informan yaitu Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk keabsahan data dan untuk dapat

menggali secara mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil

informan di luar pegawai Dinas. Informan tersebut diantaranya pelaku Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang.

Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang Kepala Dinas, 1

orang Sekretaris Dinas, 1 orang Kabid Koperasi dan UKM, 1 orang Kasi Bina

Usaha Kecil dan Menengah, 1 Kasi Fasilitasi dan Kemitraan, 3 pelaku UMKM

Tangerang.

Tabel 4.3

Daftar Informan penelitian

No. Kode

Informan

Nama Keterangan Jenis

Kelamin

Umur

1. I1-1 Drs. H Sayuti Kepala Dinas Indagkop Laki-laki 56 Tahun

2. I2-1 Drs. H Betty Sekretaris Dinas Indagkop Perempuan 53 Tahun

3. I3-1 H. M Juweni,

SH. M.Si

Kabid Koperasi dan UKM Laki-Laki 55 Tahun

4. I4-1 Endang

Purwaningsih,

MM.

Kasi Bina Usaha Kecil dan

Menengah

Perempuan 49 Tahun

5. I5-1 Dra. Ety

Nurhayati

Kasi Fasilitasi dan

Kemitraan

Perempuan 56 Tahun

6. I6-1 Dra. Lilis

Herawati

Pelaku UMKM Kota

Tangerang “Bella

Cookies” sekaligus

anggota JPKT Tangerang

dan IWAPI (Ikatan Wanita

Perempuan 49 Tahun

Page 112: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

95

Pengusaha Indonesia)

Tangerang

7. I6-2 Norma

Suhaedah

Pelaku UMKM Kota

Tangerang “Mama Bolu

Tape Benteng” Sekaligus

Anggota ASIFA (Asosiasi

Kreatifitas) Tangerang

Perempuan 32 Tahun

8. I6-3 Abdul Hafid Pelaku Umkm Kota

Tangerang “Lapis

Beneng” sekaligus Ketua

UKM Center Kota

Tangerang dan Manager

Gray Pangan Lokal Banten

Laki-Laki 43 Tahun

(Sumber : Peneliti 2016)

4.4 Deskripsi dan Data Temuan Lapangan

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan data dan fakta

yang peneliti dapatkan dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti

gunakan yaitu menggunakan teori implementasi menurut Van Metter dan Van

Horn (Agustino, 2006: 141-144). Dalam teori Van Metter dan Van Horn, proses

implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu

implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk

meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung

dalam hubungan berbagai variabel. Menurut Metter dan Horn ada beberapa

variabel yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan, 1) Ukuran

dan Tujuan Kebijakan 2) Sumber-Sumber Kebijakan 3) Komunikasi Antar

Organisasi 4) Karakteristik Agen Pelaksana 5) Sikap atau Kecenderungan

(disposition) para pelaksana dan 6) Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik.

Page 113: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

96

4.5 Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang

4.5.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja Implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika

ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang

berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika ukuran

kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk

dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan

publik hingga bisa dikatakan efektif atau berhasil.

Kota Tangerang terkenal dengan sebutan kota seribu industri karena

banyaknya industri yang berdiri diwilayah tangerang. Yang membuat

pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang melaju dengan pesat dengan

kontribusiya sebesar 40-50% memiliki peranan dalam laju perekonomian. Tidak

hanya industri-industri besar saja yang menjadikan perekonomian di Kota

Tangerang ini menjadi pesat tetapi ada peran lain dibaliknya yaitu Usaha Mikro

Kecil dan Menengah. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya jumlah Usaha Mikro

Kecil dan menengah yang ada di Kota Tangerang terutama di sektor industri,

perdagangan dan jasa. Tak lepas dari itu banyaknya pelaku UMKM di bidang

Industri makanan di Kota Tangerang sehingga hal ini harus dilihat secara fisik

kesehatan dan kebersihan didalamnya. Pemerintah Kota Tangerang khususnya

Dinas Indagkop membuat sebuah perogram tentang sertifikat halal dan PIRT halal

yang bekerja sama dengan MUI Banten dan Kota Tangerang, Dinas Kesehatan

Kota Tangerang dan Dinas Perizinan Kota Tangerang dengan tujuan mengcheck

Page 114: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

97

terjaminnnya suatu makanan dan komposisinya. Dengan disediakannya fasilitas

untuk para pelaku UMKM yang menekuni di bidang makanan tetapi disisi lain

masih terdapat beberapa kelemahan bagi para pelaku UMKM di Kota Tangerang

yaitu Keterampilan dalam hal produk, pemasaran, manajemen dan pencatatan

keuangan. Kemudian permodalan dan kurang dalam memasarkan produk dan

pengemasan produk, sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut :

“sudah ada manfaatnya dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi

dengan kita bantu dengan PIRT halal karena tanpa PIRT halal mereka

tidak dapat menjual produknya dipasar modern”. (Wawancara: Senin, 18

Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan yang dibuat oleh

Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang sudah sesuai dengan manfaat karena dengan melihat

berbagai kelemahan dan kebutuhan tadi seperti dalam hal keterampilan produk,

kemasan dan manajemennya. Sehingga program seminar dan penyuluhan tadi ini

menjadi hal yang dibutuhkan bagi pelaku UMKM di sektor industri makanan

terutama dalam hal pemasaran produk karena harus membutuhkan PIRT halal

agar produknya bisa dipasarkan.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh I3-1 yaitu sebagai berikut :

“yang pasti sudah sesuai manfaatnya kita fasilitasi dan kita bekerjasama

dengan dinas kesehatan,dinas perizinan dan MUI dengan memberikan

subsidi dana”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas

Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan sosialisasi

pembuatan sertifikat halal dan PIRT halal ini sudah sesuai dengan manfaatnya.

Page 115: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

98

Hal yang dilakukan pemerintah kota tangerang terutama Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi yaitu dengan memfasilitasi dan memberikan subsidi

dana.

Hal yang serupa pun disampaikan oleh I4-1 yaitu sebagai berikut :

“Tugas kita hanya memfasilitasi terkait sertifikat halal dan PIRT dengan

mengadakan sosialiasi dan penyuluhan dalam rangka Pemberdayaan”.

(Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).

Pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan

dan Koperasi Kota Tangerang hanya memfasilitasi saja terkait sertifikat halal

seperti halnya mengadakan sosialisasi PIRT dan membantu para UMKM yang

tadinya memiliki sertifikat menjadi memiliki sertfikat halal dengan tujuan

meningkatkan daya saing pasar. Dan selebihnya itu tugas dinas kesehatan dan

MUI sehingga Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi hanya

memfasilitasi saja dalam rangka Pemberdayaan.

Hal yang sama pun diungkapkan oleh I5-1 sebagai berikut :

“Pembuatan gratis tetapi untuk perpanjangan kita beri subsidi dana

sebesar 50%”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 09:30 WIB. Kantor

Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3).

Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang telah memberikan secara gratis dalam

rangka pembuatan sertifikat halal dan PIRT halal tetapi untuk perpanjangan akan

diberikan subsidi dana sebesar 50% dari harga yang ditetapkan dari MUI. Dengan

harga 2.5 juta dari 5 juta yang ditetapkan oleh MUI dengan masa aktif 2 tahun.

Page 116: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

99

Dari kesimpulan yang ada di atas dapat diketahui bahwa Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan

fasilitas bagi para pelaku UMKM dalam penyedian sertifikat halal dan PIRT halal.

Peneliti mencoba menguatkan pendapat di atas dengan mewawancarai para pelaku

UMKM yang tergabung ke dalam asosiasi-asosiasi UMKM yang ada di Kota

Tangerang diantaranya Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota

Tangerang, Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang

dan UKM Center Kota Tangerang. Berbagai pendapat dilontarkan oleh para

pelaku UMKM terkait Kegiatan yang dibuat oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi seperti halnya dalam pembuatan sertifikat halal ini.

Dan ternyata para pelaku UMKM di Kota Tangerang mendapatkan fasilitas yang

disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi berupa bantuan

gratis, sebagaimana yang disampaikan oleh I6-1 sebagai berikut :

“Memang disediakan fasilitas dari Dinas Indagkop yang bekerja sama

dengan MUI namun berhubung saat itu saya sedang dikejar waktu

sehingga saya tidak sempat merasakan fasilitas yang disediakan”.

(Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan,

Taman Royal 1).

Pendapat di atas dapat ketahui bahwa pelaku UMKM memang diberikan

fasilitas dalam pembuatan halal ini namun karena pada saat waktu yang sama

pelaku UMKM diharuskan menunggu kuota sehingga pelaku UMKM ini harus

mengikuti bantuan dari provinsi karena dikejar waktu untuk membuat sertifikat

halal agar produknya bisa dipasarkan. Sehingga pelaku UMKM ini belum

menikmati lantaran hal tersebut. Dengan mengikuti bantuan yang ada di Provinsi

dengan lokasi di cilegon karena kebijakan setiap daerah berbeda pelaku UMKM

Page 117: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

100

ini dikenakan biaya administrasi. Dan masa aktif untuk sertifikat halal 2 tahun lalu

untuk PIRT 5 tahun.

Hal yang sama pun diungkapkan oleh I6-2 pelaku UMKM yang tergabung

ke dalam Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang

sebagai berikut :

“Kebetulan dapat fasilitas dari Dinas Indagkop lalu dicheck bahan baku

oleh MUI setelah sebulan keluar sertifikat MUI, setelah itu ikut

penyuluhan dari dinas kesehatan setelah terima surat dari dinas

kesehatan langsung didaftarkan ke dinas Perizinan untuk PIRT kurang

lebih 2 minggu. Pembuatan memang gratis hanya ada biaya administrasi

di dinas kesehatan”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB.

Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).

Pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM ini mendapatkan

fasilitas untuk halal ini dimulai dari MUI sampai ke dinas perizinan. Dengan

tahap awal pengcheckan bahan baku dari MUI Provinsi setelah semuanya selesai

keluar sertifikat halal kurang lebih 1bulan dari tanggal pengcheckan. Lalu untuk

PIRT pelaku UMKM ini mengikuti penyuluhan sertifikat pangan dari dinas

kesehatan setelah sudah surat diterima dari dinas kesehatan langsung mendaftar ke

dinas perizinan untuk PIRT dan orang dari dinas perizinan ini melakukan survey

ke tempat usaha tersebut,kemudian keluar sertifikat PIRT disertai nomor kurang

lebih 2minggu dari hari survey. Dalam pembuatan sertifikat halal ini dilakukan

secara gratis namun ada biaya administrasi di dinas kesehatan untuk sertifikasi

pangan sebesar 239ribu.

Page 118: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

101

Dari dua pendapat yang ada di atas dapat diketahui bahwa Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memang menyediakan

fasilitas halal kepada para pelaku UMKM di Kota Tangerang.

Namun berbeda halnya yang disampaikan oleh I6-3 pelaku UMKM yang

tergabung ke dalam UKM Center Kota Tangerang dan Gray Pangan Lokal Banten

bahwasannya Dinas Indagkop belum mampu mengakomodir secara keseluruhan

Para pelaku UMKM yang ada di Kota Tangerang dalam kegiatan sertifikasi halal

ini, sebagaimana berikut :

“Hanya bagian dari seminar saja tetapi belum mampu mengakomodir

secara keseluruhan sehingga belum semuanya terfasilitasi dikarenakan

pemerintah belum memiliki database tentang jumlah UMKM yang sudah

memiliki halal dan yang belum memiliki halal”. (Wawancara: Rabu, 24

Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng).

Dapat diketahui bahwasannya Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi ini belum mampu memfasilitasi seluruh UMKM yang ada di Kota

Tangerang hal ini disebabkan karena Dinas Indagkop belum memiliki database

terkait jumlah pelaku UMKM yag sudah memiliki halal dan yang belum memiliki

halal agar nantinya bisa diketahui.

Hal tersebut ditanggapi oleh I1-1 sebagai berikut :

“Memang kita belum memilik database jumlah UMKM dikarenakan

jumlah SDM di Dinas Indagkop dari sisi kuantitas bisa dikatakan kurang

dengan luas wilayah kota tangerang yang terdiri dari 13 Kecamatan dan

104 kelurahan sehingga kita belum bisa membina kelapangan secara

keseluruhan”. (Wawancara : Rabu, 07 September 2016 09.07 WIB.

Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Page 119: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

102

Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahu bahwasannya pemerintah

belum memiliki database jumlah UMKM yang memiliki sertifikat halal dan yang

belum memiliki sertifikat halal dikarenakan Sumber Daya Manusia yang berada di

Dinas Indagkop dari segi kuantitas masih kurang sehingga masih belum bisa

membina ke lapangan secara keseluruhan dengan luas wilayah 13 Kecamatan dan

104 kelurahan. Namun dalam kebutuhannya memang sudah sesuai dengan

kebutuhan yang ada meski belum semua dapat menikmati fasilitas tersebut.

Berdasarkan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan pengadaan

fasilitas terkait sosialisasi sertifikat halal ini belum maksimal karena Dinas

Indagkop belum bisa mengakomodir secara keseluruhan terkait fasilitas halal ini.

Masih banyak pelaku UMKM yang belum terfasilitasi hal ini bisa dilihat dari data

yang peneliti dapat dari salah satu pegawai Dinas Indagkop kota tangerang

bahwasannya jumlah UMKM yang telah memiiliki sertifikat halal di kota

tangerang pada tahun 2014 sebanyak 8, tahun 2015 sebanyak 41 dan tahun ini

sampai saat ini baru 40 yang memiliki serrtifkat halal. Dapat dilihat bahwasannya

dari sekian banyak jumlah pelaku UMKM dibidang sektor makanan hanya

beberapa saja yang sudah memiliki sertifikat halal sehingga pemerintah harus bisa

membuat suatu keputusan agar seluruh UMKM yang ada di Kota Tangerang bisa

menikmati fasilitas yang disediakan oleh Dinas Indagkop.

Modal merupakan faktor utama dalam memulai usaha sehingga peneliti

mencoba mencari jawaban terkait fasilitas apa saja yang sudah disediakan oleh

Page 120: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

103

Dinas Indagkop Kota Tangerang dalam hal permodalan, sebagaimana yang

diungkapan oleh I1-1 yaitu :

“Langkah pertama Sosialisasi kedua Fasilitasi ke perbankan dan LPDB

karena memang kita belum memilik LKM. Untuk pelatihan pengolaan kita

buat pelatihannya”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor

Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah yang dibuat oleh Dinas

Indagkop Kota Tangerang dalam hakl permodalan adalah sosialiasi dan fasilitasi

untuk akses menuju perbankan dan lembaga keuangan lain yaitu LPDB dari

kementrian koperasi dan lemabaga keuangan lain. Lembaga keuangan mikro di

kota tangerang memang belum tersedia. Kemudian untuk pelatihan seperti

pengelolaan keuangan Dinas Indagkop membuat pelatihan tentang pencatatan

untuk syarat permohonan ke bank dan Dinas Indagkop bekerjasama dengan BPN

bagi UMKM yang memang mempunyai lahan/tanah dengan dibantu sertifikasi

tanahnya untuk jaminan ke bank.

Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, sebagaimana dibawah ini:

“Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada di Kota tangerang tetapi

kita sudah menyediakan fasilitas permodalan yagn bekerjasama dengan

pihak perbankan maupun nob bank. Dan kita berikan juga pelaitahn

bimtek tentang pengelolaan keuangan”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07

WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai

3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Lembaga Keuangan

Mikro memang belum tersedia di Kota Tangerang. Pemerintah juga bekerjasama

dengan pihak perbankan seperti hanya BRI&BNI dan pihak non bank seperti

halnya pegadaian. Dan pemerintah juga melakukan sebuah pelatihan tentang

Page 121: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

104

pengelolaan keuangan seperti manajemen pengelolaan keuangan karena pelatihan

seperti pencatatan dan pembukuan merupakan salah satu syarat agar mereka bisa

mengajukan pinjaman modal ke bank sehingga Dinas Indagkop mengarahkan

mereka untuk bisa membuat pengelolaan keuangannya secara baik.

Hal senada pun disampaikan oleh I4-1 yaitu :

“Sejauh ini kita memiliki kemitraan dengan BRI dan pegadaian. Tetapi

untuk Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada. Untuk pelatihan kita

adakan seperti misalnya dari segi Perencanaan, Kordinasi dalam rangka

meningkatkan mutu keuangan dan pembukuannya”. (Wawancara: Selasa

28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang

Lantai 1).

Berdasarkan pendapat di atas bisa lihat bahwa Lembaga Keuangan Mikro

memang belum ada dan pemerintah sudah memilik kemitraan dengan BRI dan

Pegadaian dalam hal permodalan. Lalu untuk pelatihan dalam hal keuangan pun di

adakan dalam rangka meningkatkan mutu keuangan dan pembukuannya.

Dinas Indagkop melakukan sosialisasi bantuan permodalan untuk para

pelaku yang bekerja sama dengan berbagai macam lembaga permodalan. Dan

dinas indagkop melalui LPDB memberikan pinjaman modal sebesar 210 juta

kepada para pelaku UMKM yang membutuhkan modal tidak hanya itu saja para

pelaku UMKM harus memiliki IUMK agar bisa memudahkan mereka dalam

mengajukan pinjaman ke lembaga permodalan, sebagaimana yang disampaikan

oleh I5-1 yaitu :

“kita lakukan sosialisasi bantuan permodalan dengan narasumber dari

kementrian koperasi dan UKM. Kita juga bekersama dengan BRI &BNI

dan pegadaian. Namun untuk Lembaga Keuangan Mikro belum tersedia di

Kota Tangerang. Dan kitaberikan pinjaman sebesar 210 jt untuk mereka

Page 122: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

105

yang mebutuhkan modal”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 09:30 WIB.

Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3).

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa Lembaga Keuangan Mikro

memang belum ada di Kota Tangerang pemerintah hanya mnyediakan fasilitas

dari pihak perbankan dan non perbankan lalu dengan Lembaga permodalan seperti

LPDB.

Dan pendapat-pendapat di atas diperkuat oleh para pelaku UMKM di Kota

Tangerang, dalam peminjaman modal di kota tangerang mudah untuk dicari

karena banyak penawaran-penawaran yang diberikan dari pihak pemerintah dan

swasta seperti BUMN, angkasa pura, jasa marga dsb. Masing-masing BUMN

tersebut memiliki modal untuk membantu para UMKM. Seperti yang disampaikan

oleh I6-1 yaitu :

“Modal saya rasa banyak karena banyak sekali penawaran dari pihak

angkasa pura, jasa marga dll. Masing2 dari mereka memiliki modal untuk

membantu para UMKM. Dan biasanya kita di bina lalu di orbitkan

produk-produk kita oleh mereka. Untuk pelatihan pernah namun akhir-

akhir ini sudah jarang dilakukan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016

10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dketahui bahwa Fasilitas permodalan

di Kota Tangerang ini bisa dibilang memadai. Dan banyak dari mereka yang

diberikan penawaran-penawaran untuk peminjaman modal oleh lembaga-lembaga

tertentu. Dan biasanya mereka tergabung ke dalam binaan tersebut lalu dibina

setelah itu di orbitkan produk mereka melaui bazar. Namun untuk pelatihan

keuangan di kota tangerang masih jarang dilakukan.

Hal serupa pun disampaikan oleh I6-2 yaitu :

Page 123: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

106

“Awalnya modal pribadi tetapi beberapa tahun kemudian saya ikut PKBL

binaan angkasa pura dan mengikuti binaan BRI. Untuk kegiatan

pengelolaan keuangan rasa jarang dan itu dibutuhkan sekali untuk para

pelaku UMKM”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB.

Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa informan I6-2

mengikuti binaan dari angkasa pura dan BRI dari pihak perbankan dengan

memfasilitasi kebutuhan permodalan. Namun untuk pelatihan pengelolaa di Kota

Tangerang masih jarang dilakukan.

Hal senada pun disampaikan oleh I6-3 sebagai berikut :

“Hanya Pemberdayaan dan seminar tentang permodalan yang disediakan

oleh Indagkop namun diluar itu memang sudah banayak binaan-binaan

dalam hal permodalan dari berbagai pihak. Untuk pengelolaan keuangan

saya kira masih standar-standar saja kerena industri mikro belum pada

modal belum pada sumberdaya”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016

09.39 WIB. Toko Lapis Beneng).

Berdasarkan pendapat di atas langkah yang dibuat oleh pemerintah dalam

hal permodalan hanya sebatas seminar dan Pemberdayaan untuk pengelolaan

keuangan memang standar karena masih industri mikro yang belum padat modal

dan sumberdaya dalam artian transaksi yang dilakukan masih standar-standar saja.

Hal ini pun ditanggapi oleh I3-1 selaku Kepala Bidang UKM dan Koperasi

sebagaimana berikut :

“Untuk modal rata-rata pelaku UMKM masih menggunakan modal

sendiri tidak memanfaatkan modal dari luar dikarenakan pembukuan yang

tidak bank-able sehingga kurang mendapatkan kepercayaan dari bank”.

(Wawancara: Rabu 07 September 2016 10.24 WIB. Kantor Indagkop

Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Page 124: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

107

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa penyebab UMKM

belum bisa menggunakan modal dari pihak perbankan adalah karena sistem

pembukuannya yang masih belum rapih dan belum baik. Sehingga belum

mendapat kepercayaan dari pihak perbankan dalam mengajukan pinjaman modal.

Sehingga Dinas Indagkop berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kegiatan

tentang pembukuan dan pencatatan yang nantinya akan di adakan di setiap

kelurahan dan program ini sudah dijalankan sedikit demi sedikiti oleh Dinas

Indagkop dan sejauh ini Dinas Indagkop sudah membuat kebijakan tentang IUMK

dengan tujuan mempermudah para pelaku UMKM mengajukan permodalan ke

lembaga permodalan. Dan nantinya pendaftaran IUMK ini lewat kelurahan

setempat di wilayah kota tangerang.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas

permodalan yang disediakan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang masih kurang

memadai karena belum ada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang.

Karena para pelaku UMKM di Kota Tangerang ini masih banyak yang belum baik

dalam mengelola pembukuannya dan masih standar sehingga belum

meendapatkan kepercayaan dari pihak perbankan. Sehingga perlu adanya

Lembaga Keuangan Mikro bagi para pelaku UMKM yang belum bisa membuat

keuangannya secara baik. Namun disisi lain banyak penawaran-penawaran modal

dari berbagai pihak sehingga para pelaku UMKM lebih memilih untuk meminjam

modal ke pihak lain dibandingkan yang disediakn oleh Dinas Indagkop dan ikut

serta dalam binaan mereka yaitu PKBL (Program Kemitraan Badan Usaha Milik

Negara dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan). Komitmen ini merupakan

Page 125: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

108

wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

yang dilakukan oleh berbagai pihak seperti angkasa pura, jasa marga dll. Dan

sampai saat ini Dinas Indagkop Kota Tangerang sudah membuat sebuah program

atau kebijakan tentang IUMK (Izin Usaha Mikro Kecil) dengan tujuan

mempermudah para UMKM untuk mengajukan modal pihak perbankan dan saat

ini sudah dijalankan di setiap kelurahan.

Pencapaian kinerja organisasi akan dapat diukur dengan baik apabila

terdapat satuan pengukuran yang memadai. Untuk itu tentunya diperlukan suatu

kegiatan yang dapat menunjang organisasi dalam mengukur kinerjanya. Berbagai

macam kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kota tangerang khususnya Dinas

Indagkop dalam rangka memberdayakan UMKM yang ada di Kota Tangerang.

Lalu bagaimana sifat dari kegiatan yang diadakan oleh Dinas Indagkop. Sifat ini

pula yang menjadi penunjang pencapaian suatu kinerja organisasi dalam

melakukan sebuah kegiatan atau program, di Kota Tangerang kegiatan yang

dibuat hampir seluruhnya bersifat sosialisasi dan penyuluhan sudah jarang

kegiatan yang bersifat seminar. Sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 yaitu :

“ada sosialisasi ada pelatihan kalau seminar udah jarang. Kita ajak

mereka pameran diluar daerah dan di dalam daerah bagi ukm yang

produknya bagus dan produksinya continue”. (Wawancara: Senin, 18 Juli

2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Pendapat I1-1 diperkuat oleh pendapat I3-1 yang menyatakan pendapatnya

sebagai berikut :

Page 126: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

109

“dari kegiatan yang ada seperti pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan

dan workshop”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor

Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa sifat kegiatan yang

dilakukan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang adalah pelatihan, sosialisasi,

bimtek, kemitraan dan workshop. Masih terdapat beberapa program yang sifatnya

seminar namun tidak sering dilakukan.

Senada dengan yang diungkapkan di atas I6-1 menyatakan pendapatnya

sebagai berikut :

“sifatnya pelatihan lalu ada juga penyuluhan untuk seminar memang

sejauh ini sudah jarang dilakukan walaupun terkadang masih ada

beberapa kegiatan yang bersifat seminar. Saya rasa kegiatan seminar itu

kurang efektif karena selain membuang-buang waktu itu juga membuang-

buang anggaran jadi seharusnya kegiatan yang dibuat lebih ke pelatihan

atau penyuluhan agar setelah kita ke luar dari ruangan itu kita sudah tahu

apa yang harus kita lakukan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016

10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).

Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam hal kegiatan

yang dibuat oleh Dinas Indagkop sejauh ini sudah mengalami perkembangan yang

awalnya bersifat seminar sudah berubah menjadi pelatihan, penyuluhan, bimtek,

sosialisasi yang bernilai sesuai dengan kebutuhan dan manfaat untuk para pelaku

UMKM di Kota Tangerang meskipun masih terdapat program yang sifatnya

seminar.

4.5.2 Sumber – sumber kebijakan

4.5.2.1 Sumber Daya Manusia

Page 127: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

110

Indikator yang mempengaruhi suatu pelaksanaan dari kebijakan adalah

sumber daya, salah satunya sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah

aspek penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan yang menyangkut orang

banyak, karena kesuksesan dari sebuah pelaksanaan kebijakan adalah bagaimana

latar belakang dari Implementor. Sumber daya manusia yang ada di Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sepenuhnya di naungi

oleh Pegawai Negeri Sipil dengan pendidikan Sarjana. Namun bila dilihat dari

kuantitas yang dimiliki saat ini masih dibilang kurang karena bila dilihat dari luas

wilayah yang ada di kota tangerang masih belum bisa teratasi secara keseluruhan

sebagaimana yang diungkapkan oleh I1-1 yaitu :

“Kualitas sumber daya di dinas indagkop sudah cukup baik hanya saja

dari sisi kuantitas yang kurang, pegawai di indagkop kurang lebih

berjumlah 50 untuk pegawai tetap seperti PNS dan 50 orang tadi dibagi

menjadi 3 bidang dan 1 bagian kepegawaian, rata-rata perbidang hanya

12 orang, dibagi lagi menjadi 3 seksi perbidang. Dengan luas kota

tangerang yang terdiri dari 13 kecamatan dan 104 kelurahan sehingga

tidak dapat membina kelapangan secara menyeluruh”.(Wawancara:

Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Hal ini diperkuat oleh I2-1 sebagaimana berikut :

“untuk saat ini jumlah pegawai kita sekitar 73 yang diantaranya terdiri dari

50 PNS dan 23 tenaga sukarela/harian lepas dengan latar pendidikan S3

berjumlah 5 orang, S2 berjumlah 6 orang, S1 berjumlah 25 orang, D3

berjumlah 12 orang dan SMA berjumlah 25orang. (Wawancara: Rabu 29

Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 dan I2-1 dapat disimpulkan bahwa

jumlah pegawai yang ada di Dinas Indagkop Kota Tangerang sebanyak 73 yang

terdiri dari 50 PNS dan 23 tenaga sukarela/harian lepas dengan berbagai macam

Page 128: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

111

strata pendidikan. Bisa dilihat bahwasannya latar belakang pendidikan sumber

daya manusia yang ada di Dinas Indagkop sudah memadai dan mencukupi.

Kualitas sumber daya di Dinas Indagkop sudah baik namun untuk kuantitas masih

kurang sehingga tidak dapat membina kelapangan secara menyeluruh dan

memaksimalkan setiap program dan kegiatan yang dilakukan. Dengan melihat

luas Kota Tangerang yaitu 18.000 KM2 dengan 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan

sehingga belum semuanya bisa ikut membina ke lapangan.

4.5.2.2 Sumber Daya Anggaran

Dalam suatu pelaksanaan kebijakan, sumber daya anggaran memiliki

peran yang besar dalam pelaksanaan dan keberhasilan suatu kebijakan. Dengan

adanya anggaran yang memadai dan tercukupi untuk melaksanakan suatu

kebijakan maka besar harapan suatu kebijakan berjalan dengan efektif. Adanya

anggaran dalam tahap implementasi akan menggerakan suatu lembaga dan bisa

menjalankan dengan cepat. Seperti halnya anggaran yang terdapat pada Dinas

Indagkop untuk Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini sebesar 1% dari

dana APBD Kota Tangerang sehingga dana ini masih dibilang kurang mencukupi

untuk membuat sebuah kebijakan, program atau kegiatan dalam hal

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang seperti halnya yang disampaikan oleh

I1-1 yaitu :

“Kalau berbicara cukup memang karena dananya terbatas ya tidak cukup

jadi kita maksimalkan dana yang ada, karena jumlah UMKM

ribuan.cukup ga cukup ya ga cukup jadi kita maksimalkan. Kita dapat 1%

dari dana APBD untuk anggaran Pemberdayaan yaitu sekitar 40 Milyar

dari 4 triliyun”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor

Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Page 129: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

112

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dana yang saat ini

tersedia untuk Pemberdayaan UMKM masih terbatas sehingga Dinas Indagkop ini

berusaha mencukupi dana tersebut dalam memauat suatu program atau kegiatan

dengan jumlah UMKM sekitar 10ribuan. Sehingga pemerintah berupaya

memaksimalkan dana yang ada saat ini.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Bidang Bina UKM dan Koperasi,

beliau mengatakan :

“Insya allah cukup untuk anggaran meskipun terbatas jadi kita

maksimalkan anggaran yang ada”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016,

10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang,

lantai 3).

Berdasarkan pendapat I1-1 dan I3-1 di atas dapat disimpulkan bahwa

anggaran yang diterima oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang dari dana APBD Kota Tangerang sebesar 40 milyar 1% dari dana

APBD Kota Tangerang. Dana tersebut masih dinilai kurang cukup untuk

digunakan dalam kegiatan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang sehingga

dana yang tadi dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan

Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang.

4.5.2.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Sumber Daya Sarana dan Prasarana merupakan tahap keberlanjutan dalam

mengukur keberhasilan suatu kebijakan. Sumber daya sarana dan prasarana ini

begitu penting dalam memberlakukan suatu program atau kebijakan. Seperti

halnya penyediaan sarana dan prasarana pada kebijakan Pemberdayaan UMKM di

Page 130: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

113

Kota Tangerang yaitu penyediaan sarana promosi. Promosi merupakan salah satu

cara untuk mempercepat penjualan produk, bila promosi tidak dilakukan darimana

masyarakat bisa mengetahui produk yang dihasilkan oleh UMKM. Seperti halnya

sarana promosi yang ada di Kota Tangerang dengan mengandalkan kegiatan

seperti pameran-pameran di berbagai acara atau event tertentu tetapi untuk

penyediaan khusus sentra oleh-oleh masih belum ada di Kota Tangerang,

sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 yaitu :

“Kalau Promosi kita yang memilih apabila mereka mengajukan kita respon

melalui pameran. Untuk sentra oleh-oleh belum ada dari sisi lahan agak

sulit. Jadi kita arahkan ke daerah masing2. Untuk informasi kita melaui

surat dan telpon seperti WA”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44

WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai

3).

Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa pemilihan promosi

dipilih oleh Dinas Indagkop tetapi apabila dari UMKM mengajukan akan

mendapatkan respon dari Dinas Indagkop melalui pameran-pameran. Dan untuk

peneyediaan sentra oleh-oleh di Kota Tangerang masih sulit dikarenakan lahan

Kota yang bisa dibilang mahal. Sehingga untuk sentra oleh-oleh ini masih di

arahkan ke daerahnya masing-masing. Dan dalam waktu dekat ini Pak Walikota

sedang membuat surat ke angkasa pura untuk meminta lahan buat promosi

produk-produk UMKM. Lalu untuk sarana penyampaian informasi dihubungi

melalui surat dan telpon seperti Whatsapp.

Hal serupa pun disampaikan oleh I3-1, sebagai berikut :

“Untuk promosi kita lakukan di dalam dan di luar daerah lalu kita

bekerjasama dengan media online seperti belanja.com yang ada di mall-

mall. Lahan sentra memang belum ada, masih tersebar karena terkendala

lahan. Untuk informasi kita infokan melalui media sosial”. (Wawancara:

Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan

Kota Tangerang, lantai 3).

Page 131: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

114

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa promosi yang

dilakukan oleh Dinas Indagkop kepada para pelaku UMKM adalah di dalam dan

di luar daerah melalui event, inacraft, pameran disurbaya, jogja, jambi, tangerang

expo, ulang tahun kota tangerang. Dinas Indagkop bekerjasama dengan media-

media online seperti belanja.com yang ada dimall-mall. Lalu untuk sentra oleh-

oleh di kota tangerang memang masih belum disediakan karena terkendala lahan,

karena harga lahan di kota mahal. Dan untuk penyampain informasi dalam suatu

kegiatan diinfokan melalui media sosial.

Berbeda halnya yang disampaikan oleh pelaku UMKM terkait sarana

promosi yang ada di kota tangerang, sarana promosi yang disediakan oleh

pemerintah hanya sebatas pameran dan masih banyak kekurangan. Bahkan disaat

pelaku UMKM dari Kota Tangerang mengikuti pameran yang ada di Provinsi

banten, pelaku UMKM dari Kota Tangerang ini kurang dikenal karena pemerintah

kurang memperhatikan UMKMnya sendiri. Dalam hal promosi UMKM masih

mencari promosi sendiri, belum ada gray sentra oleh-oleh seperti di kota serang,

hal ini disampaikan oleh I6-1 yaitu :

“Promosi hanya sebatas pameran dan masih banyak kekurangan,

pemerintah masih kurang perhatian terhadap UMKM. Seharusnya

disediakan gray khusus sentra oleh-oleh seperti di kota serang dan

pemerintah juga seharusnya menyuguhkan produk kita bila ada tamu dari

luar dan pemerintah seharusnya membuat sebuah aturan kepada para

ritel yang mengharuskan mereka untuk memberikan ruang buat produk

UMKM seperti di wilayah tasik”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016

10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwasannya pemerintah kota

tangerang masih kurang memperhatikan para pelaku UMKM diwilayahnya seperti

Page 132: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

115

halnya dalam setiap pertemuan seharusnya pemerintah menawarkan makanan atau

produk-produk dari UMKM Kota Tangerang agar lebih dikenal. Dan pemerintah

belum memiliki kebijakan khusus untuk para ritel dalam memberikan ruang atau

tempat untuk manruh produk-produk UMKM seperti halnya di wilayah

tasikmalaya yang memiliki perda khusus para ritel agar memberikan ruangnya

sebanyak 20% untuk mempromosikan produk-produk UMKM diwilayahnya.

Hal serupa pun disampaiakan oleh I6-2, yaitu sebagai berikut :

“Kalau dari pemerintah hanya sebatas pameran saja untuk lahan sentra

belum ada. Kalau saya pribadi kebetulan gencarnya melakukan promosi

dimedia online seperti instagram,fanpage,google,dll”. (Wawancara:

Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1

cimone permai).

Berdasarkan penyataan di atas bahwasannya dalam hal promosi pihak

pemerintah hanya melakukannya sebatas pameran saja untuk penyediaan lahan

sentra belum tersedia. Dan masih menggunakan promosinya secara pribadi lewat

media online seperti Instagram, Fanpage, Google,dsb. Pelaku umkm ini sempat

berbicara kepada pemerintah bahwasannya bila ada tamu dari luar atau ada

meeting dengan pihak luar untuk penyediaan konsumsi dialihkannya ke para

pelaku UMKM untuk diperkenalkan produk-produknya sehingga lebih dikenal.

Dan para pelaku UMKM ini juga dalam melakukan media promosi tidak hanya

mengandalkan media online ternyata menitipkan juga produk-produknya di toko-

toko sesama UMKM.

Hal serupa pun disampaikan oleh I6-3, yaitu sebagai brkut :

“Promosi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas pameran. Untuk

sentra oleh-oleh memang masih tersebar secara individu itu tidak masalah

masing-masing punya kapasitas untuk itu tetapi secara makro itu harus

Page 133: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

116

sudah dalam bentuk sentra”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39

WIB. Toko Lapis Beneng).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa promosi yang

dilakukan hanya sebatas pameran dan beluma ada sentra oleh-oleh, sehingga

masih tersebar diwilayahnya masing-masing.

Hal ini ditanggapi oleh I5-1 selaku Kepala Sub Bidang Fasilitasi sebagai

berikut :

“Ya benar yang menjadi kelemahan adalah UMKM belum memiliki pusat

promosi seperti sentra oleh-oleh. Sampai saat ini kita libatkan di berbagai

macam pameran. Sambil menunggu jawaban dari pihak angkasa pura

karena sebelumnya pak walikota sudah mengajukan surat untuk

permohonan lahan ke pihak bandara soeta”. (Wawancara: Jumat . 09

September 2016, 09.15 WIB Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwasannya dari

pihak pemerintah memang belum menyediakan lahan sentra oleh-oleh untuk para

pelaku UMKM dalam mempromosikan produknya. Kurangnya perhatian

pemerintah terhadap keberadaan UMKM diwilayahnya menjadikan penyebab

produk UMKM sulit untuk dikenal dikalangan masyarakat. Dan dalam hal

promosi ini pemerintah tidak memberikan peluang kepada para pelaku UMKM

dalam mempromosikan produknya seperti dalam halnya terhadap suatu pertemuan

dengan pihak luar daerah seharusnya pemerintah memberikan keleluasaan bagi

para pelaku dalam mempromosikan produknya tidak hanya itu belum adanya

aturan khusus yang mengharuskan para ritel ini untuk memberikan ruang kepada

produk-produk UMKM sehingga wajar saja bila produk UMKM Kota Tangerang

masih belum bisa dikenal dan belum bisa bersaing dengan produk-produk lain.

Sehingga bisa dikatakan bahwa sarana promosi yang ada di kota tangerang ini

Page 134: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

117

masih belum memadai. Lalu untuk penyampain informasi sudah cukup baik

pemerintah mengundang para pelaku UMKM ini menggunakan media sosial dan

surat.

4.5.3 Karakteristik Agen Pelaksana Birokrasi/Lembaga

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal

ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh

ciri yang tepat dan cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan

dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa kebijakan

dituntut pelaksana yang ketat dan disiplin.

Dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, semua

implementor yang ada di Dinas Indagkop memiliki latarbelakang yang baik dan

sesuai dengan bidangnya masing-masing karena hampir semua pegawai yang ada

di Dinas Indagkop ini memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, seperti yang

disampaikan oleh I1-1 yaitu :

“Karakteristik pegawai disini sudah cukup baik dan bisa dilihat dari

latarbelakang pendidikannya dan sudah sesuai dengan bidangnya

masing”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas

Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa karakteristik pegawai

Dinas Indagkop sudah cukup baik dengan latarbelakang pendidikan dan kesesuain

dalam penempatan di bidangnya.

Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, yaitu :

“Pegawai disini bisa dikatakan baik dari segi disiplin dan kepatuhannya.

Kita sesuaikan dengan bidangnya dan untuk setiap juga misalnya kegiatan

Page 135: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

118

industri hijau yang merupakan tupoksi dari bidang industri yang sesuai

dengan bidangnya”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas

Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pegawai Dinas

Indagkop bisa di katakan baik dari segi displin dan kepatuhan. Dan penempatan

yang sesuai dengan bidangnya dalam menjalankan tugas dengan dengan

Tupoksinya masing-masing.

Hal serupa juga disampaikan oleh I3-1, beliau mengatakan :

“sudah bagus berkualitas dan baik namun harus terus belajar dan berlatih

agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini

kita sedang menghadapi persaingan global”. (Wawancara: Rabu 29 Juni

2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa para pelaksana

organisasi formal sudah bisa dikatakan baik dan penempatan posisinya sudah

sesuai dengan latarbelakang dan keilmuannya.

Berdasarkan kesimpulan pendapat-pendapat di atas dengan para informan

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dalam segi kualitas para pegawai Dinas

Indagkop sudah bisa dikatakan baik karena dilihat dari latarbelakang pendidikan

yang tinggi dan kedisplinan yang baik. Namun tetap harus belajar dan berlatih

agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini sedang

mengahadapi persaingan global.

4.5.4 Sikap/ Kecendrungan para pelaksana

4.5.4.1 Inisiatif

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal

Page 136: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

119

ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil

formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang

mereka rasakan. Tetapi kebijakan biasanya bersifat top down yang sangat

mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu

menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

Dalam indikator Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana ini, terdapat variabel

tentang inisiatif. Variabel inisiatif dalam arti inisiatif dari para pelaksana langsung

dalam hal ini yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang yang menjalankan langsung kebijakan ini. Inisiatif yang dimaksud

adalah meliputi inisiatif dari para pelaksana dalam mendukung pelaksanaan

kebijakan ini. Seperti halnya dalam mengimplementasikan kebijakan

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, sejauh ini belum ada yang menolak

atau menentang terhadap program yang dibuat oleh pemerintah dalam

Pemberdayaan UMKM ini. Karena sejauh ini masyarakat khususnya para pelaku

UMKM mendukung jalannya program yang dibuat oleh pemerintah khususnya

Dinas Indagkop, seperti yang dikatakan oleh I1-1, yaitu :

“Sebetulnya bukan penolakan/penentang pada dasarnya tidak ada yang

menentang, sejauh ini masyarakat dan para pelaku UMKM mendukung dan

setuju dengan program yang kita buat”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016,

10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang,

lantai 3).

Hal serupa pun disampaikan oleh I3-1, yaitu sebagai berikut :

“Sejauh ini kita belum ada yang menentang atau menolak terhadap

program yang kita buat tetapi saya rasa perlu ada peningkatan saja untuk

kegiatan-kegiatan dalam Pemberdayaan UMKM ini”. (Wawancara: Rabu

29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Page 137: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

120

Hal yang sama pun disampaikan oleh I4-1, yaitu sebagai berikut :

“Alhamdulillah sejauh ini belum ada penolakan dari pihak-pihak tertentu

dan semuanya mendukung program yang kita buat dan mereka pun antusias

dalam menghadiri program yang kita buat”. (Wawancara: Selasa 28 Juni

2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwasannya sejauh ini

program atau kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop dalam Pemberdayaan

UMKM ini mendapat dukungan penuh dari semua pihak dan tidak ada yang

menolak atau menentang terhadap kegiatan Pemberdayaan UMKM ini.

Hal tersebut diperkuat oleh I6-2, yaitu sebagai berikut :

“Yang pasti kami disini mendukung program pemerintah asalkan

programnya sesuai dengan yang dibutuhkan”. (Wawancara: Selasa, 23

Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM

mendukung program-program yang dibuat oleh pemerintah khususnya Dinas

Indagkop dalam hal Pemberdayaan UMKM tetapi dalam pembuatan atau

pelaksanaan programnya ini harus sesuai dengan kebutuhan para pelaku UMKM

agar kegiatan yang dibuat ini bermanfaat.

Hal serupan pun disampaikan oleh I6-3, yaitu sebagai berikut :

“Kami mendukung apapun kebijakan jika itu untuk perubahan ke arah yang

lebih baik. Yang baik kita dukung dan yang tidak baik sama-sama kita

kritisi”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis

Beneng).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM di atas

mendukung apapun program yang dibuat oleh Dinas Indagkop jika itu memang

untuk perubahan yang lebih baik untuk kedepannya. Dan yang baik akan

Page 138: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

121

didukung oleh para pelaku UMKM bilamana ada yang tidak baik agar sama-sama

diselesaikan secara baik-baik atau dikritisi bersama-sama. Sehingga kegiatan yang

dibuat oleh Dinas Indagkop ini harus jelas dan harus kelihatan jadi tidak hanya

copy-paste dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang ada di atas dapat disimpulkan

bahwa dalam hal pembuatan kebijakan, kegiatan atau program dalam

Pemberdayaan UMKM ini sejauh ini tidak ada pihak yang menentang atau

menolak dan semuanya mendukung penuh terhadap program-program yang dibuat

dalam hal Pemberdayaan UMKM ini tetapi program yang dibuat harus sesuai

dengan kebutuhan para UMKM agar bermanfaat dan juga dalam membuat

program Pemberdayaan UMKM ini jangan hanya meniru dari program-program

sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa para pelaku UMKM ini

menerima dan mendukung program yang dibuat oleh Dinas Indagkop.

4.5.4.2 Partisipatif

Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui betul tentang

esensi yang terkandung dalam suatu kebijakan dengan memahami isi

kebijakannya sehingga para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam

menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan kebijakan bisa dipastikan

berhasil dan tanpa mengalami kendala. Selain dari implementor, partisipasi juga

harusnya datang dari warga sekitar yang membantu dalam pelaksanaannya.

Seperti halnya dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM proses

terjadinya kebijakan Pemberdayaan UMKM ini dimulai dari tahap kelurahan

hingga kepada usulan dewan seperti yang disampaikan oleh I1-1 yaitu :

Page 139: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

122

“Proses terjadinya suatu kegiatan dimulai dari musrenbang kelurahan,

musrenbang kecamatan dan musrenbang kota ditambah program dari

dinas sendiri dan usulan dewan”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44

WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai

3).

Berdasarkan pendapat di atas dalam pembuatan kebijakan, kegiatan atau

program Pemberdayaan UMKM ini tahap awal pembuatannya dimulai dari

Musrenbang kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota lalu ditambah

dengan program dari Dinas Indagkop sendiri dan usulan dewan.

Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, beliau mengatakan :

“Yang pasti kita undang baik itu masyrakat, perguruan tinggi, kemnetrian,

ahli pakar kita undang. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd juga

sesuai dengan janji pak walikota. Jadi setiap pendapat yang mereka

berikan, kita tampung dan kita harus memperhatikan rpjmnya”.

(Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dalam pembuatan Kebijakan terkait

Pemberdayaan UMKM pihak Dinas Indagkop mengundang berbagai pihak dari

masyarakat, perguruan tinggi, kementrian dan ahli pakar. Dengan memperhatikan

renstra dan rpjmd Dinas Indagkop agar sesuai. Sehingga pendapat-pendapat dari

berbagai pihak in ditampung dan harus memperhatikan RPJMnya.

Hal serupa pun disampaikan oleh I4-1,beliau mengatakan :

“Kita melibatkan beberapa unsur dari masyarakat dan lainnya,

perbedaan pendapat dalam pembuatan kebijakan pasti ada karena

perbedaan tadi bisa sebagai masukan buat kita dengan mengakomodir

semua kepentingan dengan mencari solusi yang terbaik bukan semua

kepentingan tetapi yang terbaik kita ambil”. (Wawancara: Selasa 28 Juni

2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai

1).

Page 140: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

123

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan

kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Indagkop melibatkan unsur masyarakat

dan yang lainnya. Walaupun perbedaan pendapat itu ada pihak Dinas Indagkop

menilai itu sebagai masukan dan mencari solusi yang terbaik bukan berarti semua

kepentingan tadi diambil tetapi dcarikan yang terbaik dari kepentingan-

kepentingan tadi.

Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan dari I6-1 yang tergabung

dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Tangerang, beliau

mengatakan:

“Sejauh ini kita selalu diundang dalam pembuatan kebijakan. Dalam

pembuatan program pemerintah harus memperhatikan kedua belah pihak

dengan melihat dan mendengarkan kebutuhan para pelaku UMKM”.

(Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan,

Taman Royal 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dketahui bahwa Dinas Indagkop

memang mengundang dalam pembuatan kebijakan tetapi dalam pembuatan

kebijakan ini pemerintah harus mendengarkan dan melihat kebutuhan para pelaku

UMKM karena mereka yang merasakan langsung apa yang dibutuhkan dan

kekurangan-kekurangan program yang dibuat oleh pemerintah. Dengan

memperhatikan kedua belah pihak jadi tidak hanya menguntungkan satu pihak

saja dan tidak hanya sekedar membuat kegiatan untuk laporan kepada pemerintah.

Hal serupa disampaikan oleh I6-2 yang tergabung dalam Asosiasi Pelaku

Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang, beliau mengatakan :

“Kita memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan, jadi

misalkan tahun lalu saya diundang untuk membahas program tahun

selanjutnya. Yang saya ingin tegaskan kegiatan yang dibuat oleh

Page 141: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

124

pemerintah dari tahun ke tahun sifatnya monoton hanya itu-itu saja”.

(Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan,

Perum 1 cimone permai).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM

memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan

UMKM meskipun terdapat kekurangan seperti kegiatan yang monoton atau sama

dengan tahun-tahun sebelumnya.

Berbeda halnya dengan pendapat yang disampaikan oleh I6-3 yang

tergabung dalam UKM Center Kota Tangerang, beliau mengatakan :

“Satu hal pemerintah jika memang konsen terhadap UMKM seharusnya

libatkan dalam penyusunan program banyak stakeholder yang konsen

memikirkan hal itu sementara ini hanya yang dianggap anak asuh aja

yang diundang, kami-kami tidak”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016

09.39 WIB. Toko Lapis Beneng).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan

kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Indagkop hanya melibatkan anak

asuhnya saja sedangkan yang lainnya tidak. Padahal banyak stakeholder yang

konsen memikirkan hal penyusunan program Pemberdayaan UMKM.

Hal ini ditanggapi langsung oleh I1-1 selaku Kepala Dinas Indagkop,

beliau mengatakan :

“Sebenenarnya bukan anak asuh atau pilih kasih tetapi kita mengundang

perwakilan dari para UMKM dan dalam pembuatan kebijakan ini kita

undang semua elemen baik masyrakat, perguruan tinggi dll. Suara

UMKM tetap kita tampung melalui perwakilan kalau kita undang semua

kan ga mungkin ruangan dinas kan kecil sedangkan jumlah UMKM ribuan

kemungkinan kita rolling untuk tahun berikutnya”. (Wawancara : Rabu,

07 September 2016 09.07 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan

Kota Tangerang, lantai 3).

Page 142: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

125

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Indagkop

mengundang semua perwakilan elemen masyarakat dan mereka yang yang belum

di undang ini akan diberikan kesempatan untuk tahun berikutnya dalam mengikuti

pembuatan kebijakan. Karena ruangan pemerintah yang tidak mampu menampung

ribuan sehingga akan di rolling untuk tahun berikutnya.

Berdasarkan penyataan-pernyataan dan tanggapan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam pembuatan kebijakan Dinas Indagkop mengundang

semua elemen masyarakat baik itu perguruan tinggi, masyarakat, dinas terkait,

kementrian, ahli pakar dan lainnya. Masing-masing perwakilan dari mereka

diundang untuk hadir meskipun tadi ada beberapa yang merasa belum diundang

dalam pembuatan kebijakan tetapi Dinas Indagkop menegaskan tidak ada pilih

kasih atau anak asuh dalam hal mengundang keterlibatan pembuatan kebijakan ini

hanya saja ruangan yang terbatas sehingga mereka yang belum diundang akan

dilibatkan untuk tahun berikutnya.

4.5.5 Komunikasi Antar organisasi dan Aktivitas pelaksana

Komunikasi merupakan suatu variabel yang tidak kalah penting dalam

pelaksanaan kebijakan, karena dengan adanya komunikasi yang lancar bisa

mewujudkan pelaksanaan yang baik dan lancar juga. Dalam Pemberdayaan

UMKM di Kota Tangerang komunikasi sudah berjalan dengan baik dengan para

lembaga, dinas dan pelaku UMKM. Sejauh ini komunikasi yang digunakan

menggunakan Surat dan Media sosial. Dengan mendatangi langsung undangan

tersebut ke yang bersangkutan.Seperti yang disampaikan oleh I1-1- yaitu :

Page 143: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

126

“Komunikasi berjalan dengan baik kita undang mereka melalui surat dan

terkadang kita infokan juga di medsos. Kita memang belum memiliki

database dan saat ini kita sedang lakukan pendataan dengan kebijakan

IUMK yang akan disalrkan ke kecamatan”. (Wawancara: Senin, 18 Juli

2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota

Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Komunikasi yang

dijalan sudah baik tetapi masih terdapat kekurangan yaitu Dinas Indagkop belum

memiliki database sehingga tidak semuanya tersampaikan undangannya. Dan

sejauh ini Dinas Indagkop sudah menerapkan sistem IUMK dengan tujuan

mendata semua UMKM di kota tangerang yang disalurkan melalui kecamatan.

Dan nantinya para UMKM ini harus mempunyai kartu IUMK agar dimudahkan

segala akses.

Hal yang serupa pun disampaikan oleh I2-1 yaitu :

“Koordinasi dan komunikasi berjalan dengan baik kita undang melalui

telepon dan whatsapp. Memang kendalanya kita belum memiliki database

jadi terkadang tidak tersampaikan secara menyeluruh”. (Wawancara:

Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan

Kota Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas Koordinasi dan Komunikasi berjalan dengan

baik melalui telepon dan whatsapp namun masih terdapat kendala yaitu Dinas

Indagkop belum memiliki database sehingga belum tersampaikan undangannya

secara menyeluruh.

Hal serupa pun disampaikan oleh I3-1, yaitu :

“Sampai sejauh ini belum ada masalah terkait komunikasi dan masih

berjalan dengan baik kendalanya memang belum semua kita undang

karena memang jumlah UMKM ribuan jumlah SDM kita masih kurang

dan terbatas. Solusi sampai saat ini yaitu melalui program IU MK”.

(Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop

Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Page 144: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

127

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa sejauh ini

Komunikasi yang dilakukan oleh Dinas indagkop dengan para dinas terkait dan

para asosiasi UMKM belum memiliki masalah dan masih berjalan dengan baik

tetapi masih terdapat kekurangan yaitu belum semuanya diundang karena

keterbatasan SDM dari Dinas Indagkop. Dan solusi yang sedang dijalankan agar

seluruhnya bisa diundang yaitu dengan program IUMK yang ditujukan bagi para

pelaku UMKM.

Hal serupa pun disampaikan oleh I4-1, beliau menyampaikan :

“Sejauh ini komunikasi berjalan dengan baik kita ada grup di whatsapp

jadi kita koordinasikan lewat koordinatornya dari setiap asosiasi

UMKM”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang

dilakukan berjalan dengan baik melalui media sosial dan terdapat grup UMKM

jadi hanya mengkoordinasikan lewat koordinator masing-masing dengan

memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Pendapat di atas diperkuat oleh I6-1, beliau mengatakan :

“Memang benar kita diundang melalui surat biasanya pihak dinas

langsung datang ke rumah untuk memberikan surat undangan dan lewat

whatsapp. Tetapi karena pemerintah belum memiliki database jadi yang

diundang orangnya sama”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05

WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM

diundang melalui surat yang diantarkan ketempat mereka dan terkadang infokan

juga melalui whatsapp tetapi karena Dinas Indagkop belum memiliki database jadi

undangannya diberikan ke orang yang sama.

Hal serupa pun disampaikan oleh I6-2, yaitu :

Page 145: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

128

“Ya benar, kita diundang melalui surat undangan langsung diberikan

kepada kita terkadang juga kita diinfokan melalui media sosial seperti

whatsapp kita juga memiliki grup di whatsapp dan pemerintah sudah

membuat sebuah kebijakan terkait IUMK saya rasa lebih baik agar

semuanya kebagian karena saat kemarin-kemarin pesertanya sama

sehingga terkesannya tidak ada perubahan”. (Wawancara: Selasa, 23

Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).

Pendapat tersebut diperkuat oleh I6-3, beliau mengatakan :

“Setiap kegiatan memang kita selalu diberi kabar baik melalui surat ada

diinfokan melalui whatsapp dan sejauh ini komunikasi berjalan dengan

baik. Namun untuk komunikasi penyusunan program saya rasa belum

terlihat komunikasi dua arah antara pemerintah dengan pelaku UMKM

selain itu pemerintah belum memilik database sehingga belum

menyeluruh”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko

Lapis Beneng).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang

dilakukan oleh Dinas Indagkop sudah berjalan dengan baik, dengan melalui surat

undangan yang datang langsung ke tempat kami ataupun diinfokan melalui

telepon seperti whatsapp karena memang terdapat grup di dalamnya. Namun

masih terdapat kekurangan yaitu Dinas Indagkop belum memiliki database terkait

jumlah UMKM sehingga belum seluruhnya ini tersampaikan undangan

kegiatannya. Lalu masih terdapat kekurangan komunikasi dua arah antara

pemerintah dengan para UMKM dalam penyusunan program.

Berdasarkan penyataan-pernyataan yang ada di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwasannya Komunikasi dan Koordinasi yang dilakukan oleh Dinas

Indagkop Kota Tangerang sudah berjalan dengan baik dalam penyampain suatu

program atau kegiatan meskipun masih terdapat kekurangan seperti halnya Dinas

Indagkop belum memiliki database jumlah pelaku UMKM yang ada di Kota

Page 146: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

129

Tangerang sehingga undangannya belum tersampaikan secara menyeluruh lalu

belum terlihat komunikasi dua arah antara pemerintah dengan para pelaku

UMKM dalam penyusunan program.

4.5.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif

dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan

eksternal yang kondusif.

Kota Tangerang merupakan kota yang dekat dengan ibukota dan memiliki

bandara terbesar yaitu bandara Soekarno Hatta yang disebut sebagai pintu gerbang

indonesia sehingga peluang yang dimiliki cukup banyak baik itu dari segi

pemasaran dan lainnya. Dari segi politik misalnya, dukungan dewan seperti

DPRD yang memang mendukung adanya program-program masyarakat. Seperti

yang disampaikan oleh I1-1, yaitu :

“Kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik sejauh ini sudak

mendukung adanya program, seperti halnya dari segi politik yang

diterjemahkan dari politik dewan seperti DPRD yang memang mendukung

program-program masyarakat, karena memang kembali lagi pada

pembiayaannya karena kue yang sedikit harus dibagi banyak dan dari segi

lokasi kota tangerang ini strategis sekali berbatas dengan ibukota jakarta”.

(Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Hal yang serupa pun disampaikan oleh I2-1, beliau mengatakan :

Page 147: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

130

“Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik disini sangat mendukung dan

berjalan dengan kondusif dari segi ekonomi daya beli masyarakat tinggi”.

(Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Kondisi Ekonomi,

Sosial dan Politik di Kota Tangerang ini sudah mendukung jalannya program

Pemberdayaan UMKM karena dilihat dari segi ekonomi di kota tangerang yang

memiliki daya beli yang tinggi.

Hal yang serupa pun disampaikan oleh I4-1, beliau menyampaikan :

“Kota tangerang ini sebagai pintu gerbang indonesia karena dekat dengan

bandara soekarno hatta sehingga peluang untuk pemasarannya besar untuk

umkm, lingkungannya sangat mendukung sekali baik dr ekonomi sosial dan

politik”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat

Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Kota Tangerang

merupakan lokasi yang strategis karena wilayahnya yang dekat dengan bandara

Soekarno Hatta sehingga peluang untuk pemasarannya besar bagi para UMKM

dan lingkungannya mendukung dari segi ekonomi, sosial dan politik.

Hal serupa pun diperkuat oleh I6-1 selaku pelaku UMKM Kota Tangerang

yang merupakan anggota IWAPI Kota Tangerang, beliau mengatakan :

“Situasi dan kondisi kota tangerang ini saya rasa sangat bagus sekali

karena kota tangerang ini merupakan kota modern yang pertumbuhannya

sangat pesat sekali apalagi kita mempunyai bandara soekarno hatta dan

dekat dengan jakarta sehingga ini mendukung kita khususnya para pelaku

UMKM untuk memanfaatkan peluang itu”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus

2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).

Hal yang serupa pun disampaikan oleh I6-2 Pelaku UKM yang merupakan

anggota ASIFA Kota Tangerang, beliau mengatakan :

Page 148: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

131

“Kondisi dan situasi di kota tangerang memang sangat kondusif dan

alhamdulillah daya beli masyrakat disini tinggi sekali sehingga ini

merupakan peluang dan keuntungan bagi para pelaku usaha untuk

menjalankan usahanya selain itu kota tangerang merupakan kota 1001

industri banyak pabrik dan hotel disini yang dipakai untuk meeting”.

(Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan,

Perum 1 cimone permai).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kondisi dan situasi

ekonomi, sosial dan politik di Kota Tangerang sangat kondusif dan daya beli

masyarakat yang tinggi sehinggi ini merupakan sebuah peluang dan keuntungan

bagi para pelaku UMKM untuk membuka usahanya selain itu kota tangerang

merupakan kota yang dikenal dengan sebutan kota 1001 industri yang banyak

sekali terdiri pabrik-pabrik di kota tangerang tidak hanya itu saja kota tangerang

dijadikan untuk meeting oleh pihak-pihak dari luar daerah karena kotanya yang

nyaman sehingga ini sebuah peluang dan keuntungan yang besar bagi pelaku

UMKM.

Berdasarkan penyataan dan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan

bahwa kondisi ekonomi,, sosial dan politik di Kota Tangerang sangat mendukung

dan berjalan dengan kondusif ditambah lokasi Kota Tangerang yang strategis

berdampingan dengan Ibu Kota Jakarta dan memiliki bandara besar yaitu

Soekarno Hatta yang merupakan pintu gerbang indonesia bagi para pendatang

sehingga peluang dan keuntungan ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh

para pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya.

Respon dari para pelaku UMKM dalam suatu kegiatan merupakan hal yang

positif untuk berjalannya suatu kegiatan. Karena dengan adanya respon yang baik

maka kegiatan tersebut bisa dikatakan berhasil atau tepat sasaran namun apabila

Page 149: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

132

sebaliknya maka perlu ada perbaikan. Dalam hal kegiatan Pemberdayaan UMKM

di Kota Tangerang respon dari masyarakat dan pelaku UMKM sangat bagus tetapi

perlu sedikit perubahan seperti yang disampaikan oleh I6-1 yaitu :

“Respon dari masyarakat dan pelaku UMKM sangat bagus tetapi perlu ada

regenerasi sehingga mereka yang sudah terlibat dalam kegiatan jangan

dilibatkan kembali seharusnya diberi kesempatan kepada yang lain”.

(Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan,

Taman Royal 1).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Respon dari

masyarakat dan pelaku UMKM sudah baik tetapi perlu ada perubahan dalam hal

regenerasi. Yaitu mereka yang sudah ikut dalam suatu kegiatan seharusnya tidak

usah diundang kembali dan diberikan kepada yang lain yang belum menikmati

atau mengikuti kegiatan tersebut.

Hal serupa pun disampaikan oleh I6-2 selaku anggota ASIFA Kota

Tangerang, beliau mengatakan :

“Kegiatannya masih monoton itu itu saja dan yang hadir itu itu saja dan

tidak terdata, seketika dalam suatu kegiatan tidak kondusif banyak yang

bercanda tidak memperhatikan dikarenakan mereka sudah pernah ikut

kasian kan yang belum pernah tidak pernah dapat jatah”. (Wawancara:

Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone

permai).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa perlu adanya pendataan

dalam suatu kegiatan sehingga nantinya bisa mengetahui mana yang sudah

mengikuti dan mana yang belum mengikuti.

Seperti yang disampaikan oleh I6-3 selaku Ketua UKM Center Kota

Tangerang, beliau mengatakan :

Page 150: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

133

“Seharusnya diberi kesempatan kepada yang lain yang belum negikuti,

responnya pasti baik tetapi bila dari tahun ke tahun yang dilibatkan

orangnya sama akan terjadi cluterisasi mereka yang tidak diundang bakal

selalu dibawah dan tidak pernah bisa untuk naik ke atas untuk ikut dalam

suatu kegiatan”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko

Lapis Beneng).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa perlu adanya

kesempatan bagi para UMKM yang belum mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga

bila dari tahun ke tahun ini yang hadir orangnya yang sama yang sudah mengikuti

kegiatan tersebut akan menyebabkan terjadinya clusterisasi yaitu mereka yang

tidak diundang atau yang belum mengikuti kegiatan tersebut akan selalu dibawah

dan tidak pernah bisa untuk naik ke atas untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Hal tersebut ditanggapi langsung oleh I3-1, beliau mengatakan :

“Tahun ini kita sudah buat IUMK yang tujuannya untuk mendata seluruh

UMKM agar ketahuan jumlahnya sehingga nantinya bagi mereka yang

sudah pernah mengikuti kegiatan dengan adanya IUMKM bisa dilihat dan

dicek apabila sudah pernah diberikan ke yang belum, anggaran kita

memang terbatas sehingga kebutuhan UMKM yang banyak ini ga bisa kita

realisasikan semua karena memang harus memperhatikan anggaran yang

ada jadi memang kritikan dan masukan yang seperti ini yang kita butuhkan

agar menjadi bahan evaluasi buat kita”. (Wawancara: Rabu 07 September

2016 10.24 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang,

lantai 3).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Indagkop

sudah membuat sebuah kebijakan tentang IUMK yang nantinya digunakan untuk

melakukan pendataan bagi para UMKM. Dan nantinya mereka yang sudah pernah

mengikuti kegiatan dengan adanya IUMK dapat dilihat dan dicek apabila sudah

mengikuti maka tidak diperbolehkan dan harus memberikan kesempatan kepada

yang belum mengikuti agar semuanya kebagian dan merata. Kemudian anggaran

Page 151: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

134

yang diberikan dalam Pemberdayaan UMKM ini terbatas sehingga kebutuhan

UMKM yang banyak belum bisa terealisasikan semua. Tetapi kritikan dan

masukan dari pelaku UMKM ini memang dibutuhkan oleh Dinas Indagkop untuk

djadikan bahan evaluasi.

Berdasarkan penyataan dan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan

bahwa respon masyarkat dan pelaku UMKM sudah baik meskipun terdapat

beberapa kekurangan diantaranya belum menyeluruh sehingga yang mengikuti

kegiatan pelakunya sama. Tetapi Dinas Indagkop sudah membuat sebuah

Kebijakan yang nantinya masalah ini akan segara diselelsaikan dalam beberapa

kurun waktu.

4.6 Pembahasan

Kebijakan Pemberdayaan UMKM ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dengan tujuan untuk

menumbuhkembangkan UMKM yang sehat, kuat dan mandiri. Untuk mencapai

tujuan tersebut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

tidaklah sendiri, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Dinas Perizinan Kota

Tangerang, MUI Provinsi, Kementrian Koperasi dan UKM dan Pelaku Usaha

Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang untuk melaksanakan Pemberdayaan

UMKM ini.

Page 152: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

135

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada Pelaksanaan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang, dimana

berdasarkan mekanisme implementasi kebijakan menurut Donald Van Metter dan

Carl Van Horn ada enam faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan

bisa berjalan dengan baik, yaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan: Ukuran dan Tujuan Kebijakan.

2. Sumber-sumber Kebijakan: Manusia, Anggaran, Sarana dan Prasaran,

Waktu.

3. Komunikasi Antar Organisasi

4. Karakteristik Agen Pelaksana: Birokrasi/Lembaga.

5. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana: Inisiatif, Partisipatif.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik: Ekonomi, Sosial, Politik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai

pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang

masih belum optimal, Dari hasil observasi dan didukung dengan hasil wawancara

peneliti dari berbagai sumber dan informan terdapat masalah-masalah teknis

dalam pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota

Tangerang. Hal ini berdasarkan dari pambahasan dimensi-dimenasi yang peneliti

gunakan sebagai pedoman penelitian, yaitu:

4.6.1.Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Pelaksanaan kebijakan sangat membutuhkan

perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pencapaian yang baik, dimana

Page 153: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

136

implementor yang bertugas sudah seharusnya mengetahui ukuran pelaksanaan dan

tujuan dari pelaksanaan tersebut agar bisa berjalan dengan sesuai perencanaan

dalam pelaksanaannya maupun tujuannya. Dalam indikator ukuran dan tujuan

disini memiliki variabel yang sama, yaitu ukuran dan tujuan kebijakan.

Dalam penelitian ini, ukuran dari kebijakan ini adalah bagaimana para

implementor memahami dan mengetahui ukuran dan maksud tujuan dari

diadakanya Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang itu sendiri. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak pemerintah dan non-

pemerintah yang mengetahui serta paham dengan maksud dan tujuan dari

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Indikator tujuan kebijakannya adalah

sejauh aman Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang ini

menumbuh kembangkan UMKM yang sehat, kuat dan mandiri. Berbagai program

pun dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

salah satu diantaranya yaitu kegiatan sosialisasi Sertifikat halal dan Permodalan.

Yang pertama untuk sosialisasi sertifikat halal dalam hal ini pemerintah kota

tangerang khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang membuat sebuah program tentang sertifikasi MUI dan PIRT HALAL

dengan tujuan menjadikan produk-produk UMKM Kota Tangerang memiliki daya

saing yang tinggi dan menarik agar bisa dipasarkan dengan kualtias dan komposisi

yang terjamin kebersihan, kesehatan dan kehalalannya. Program sertifikasi halal

yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

mendapatkan respon positif dari berbagai pihak karena sangat dibutuhkan bagi

pelaku UMKM. Dalam hal pembuatan MUI dan PIRT HALAL para UMKM

Page 154: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

137

harus mengikuti penyuluhan halal dari MUI yang nantinya bahan baku produk

UMKM di cek terlebih dahulu setelah dijamin halal maka akan keluar sebuah

sertifikat halal resmi dari MUI selama 1 bulan dari tanggal pengecekan . Dan

setelah itu pelaku UMKM diharuskan mengikuti penyuluhan sertifikasi pangan

dari dinas kesehatan apabila sudah memiliki sertifikasi resmi dari MUI setelah itu

keluar sebuah sertifikat pangan dari dinas kesehatan kurang lebih 2 minggu dari

tanggal penyuluhan. Setelah itu pelaku UMKM harus mendaftarkan diri di Dinas

Perizinan agar memiliki nomor PIRT HALAL untuk produknya.

Dalam kegiatan Pemberdayaan UMKM ini Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memfasilitasi hal-hal yang berkaitan

dengan Sertifikasi halal dengan menggratiskan bagi mereka yang ingin

membuatnya. Dan memberikan subsidi untuk biaya perpanjangan. Tetapi dalam

pembuatan program ini pemerintah belum memfasilitasi seluruh UMKM yang ada

di Kota Tangerang sehingga belum semua UMKM terfasilitasi.

Yang kedua, Pemberdayaan UMKM dalam hal permodalan di Kota

Tangerang pemerintah kota tangerang khususnya Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum menyediakan Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) untuk mengatasi modal di Kota Tangerang. Banyak

pelaku UMKM yang masih belum bisa memanage keuangannya secara baik

sehingga para UMKM belum dipercaya untuk mengajukan modal ke pihak

perbankan. Perlu adanya pelatihan pengelolaan keuangan secara rutin untuk para

pelaku UMKM. Namun dilain sisi, banyak berbagai pihak yang menawarkan

Page 155: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

138

modal di Kota Tangerang seperti Angkasa pura, Jasa Marga, BRI, Dinas Pemuda

dan Olahraga dan Dinas Indagkop dll. Sehingga para pelaku UMKM mengkuti

binaan-binaan tersebut.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang sudah bermanfaat meskipun masih terdapat kelemahan.

Untuk kegiatan seperti seminar sejuah ini sudah jarang dilakukan pemerintah kota

tangerang khusunya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang memfokuskan pada pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan

workshop.

Dari indikator ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang

yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang sudah baik meskipun banyak kekurangan karena masih terdapat

UMKM yang belum menikmati fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Seperti halnya sertifikasi halal data

jumlah pelaku UMKM yang sudah memiliki sertifikat halal pada tahun ini yaitu :

Tabel 4.4

Jumlah UMKM yang telah di fasilitasi sertifikat halal

No. Tahun

2014

Tahun

2015

Tahun

2016 – ini

1. 8 41 40

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Page 156: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

139

Berdasarkan tabel di atas bisa lihat bahwa perlu adanya perhatian yang

lebih dari pemerintah dalam menindaklanjuti program tersebut agar bisa

terfasilitasi secara kes eluruhan.

Maka solusinya adalah perlu adanya pendataan terkait jumlah pelaku

UMKM yang sudah memiliki sertifikasi halal dan yang belum memiliki sertifikasi

halal. Dan yang kedua perlu adanya pelatihan yang rutin dalam hal pengelolaan

keuangan karena masih banyak pelaku UMKM yang belum rapih dalam

mengelola keuangannya. Yang nantinya pelaku UMKM bisa mengajukan kepada

pihak perbankan atau lembaga permodalan lainnya.

4.6.2 Sumber-sumber Kebijakan

Indikator yang kedua yang juga mempengaruhi keberhasilan dari

implementasi kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal yang

penting, seperti yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van Horn bahwa sumber

daya kebijakan harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi

implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri dari sumber daya manusia,

sumber daya anggaran, sumber daya saran dan prasarana, sumber daya waktu.

Pertama yaitu sumber daya manusia, seluruh pelaksana atau sumber daya

yang terkait dalam kebijakan ini dipilih sesuai dengan bidang dan tugasnya selama

ini agar dalam pelaksanaannya tidak menemukan permasalahan di lapangan,

karena pelaksanaan kebijakan ini menyangkut masyarakat publik.

Dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM, dari segi kualitas pegawai Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memiliki kualitas yang

Page 157: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

140

baik namun dari segi kuantitas masih kurang dan tetap harus belajar dan berlatih

agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini sedang

menghadapi persaingan global. Karena bila melihat jumlah luas wilayah kota

tangerang, jumlah UMKM yang begitu banyak sekitar ribuan masih belum

mencukupi jumlah pegawai Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang untuk membina ke lapangan secara menyeluruh. Sehingga harus ada

penambahan atau kerjasama dengan pihak kelurahan dan kecamatan dalam hal

Pemberdayaan UMKM.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Sekretaris Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang bahwasannya Jumlah keseluruhan

pegawai berdasarkan DUK PNS pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang adalah 54 orang terdiri dari gol IVb sebanyak 3 orang,

gol IVa sebanyak 1 orang, gol IIId sebanyak 10 orang, gol IIIc sebanyak 5 orang,

gol IIIb sebanyak 12 orang, gol IIIa sebanyak 12 orang, gol IId sebanyak 4 orang,

gol IIc sebanyak 3 orang, gol IIb sebanyak 1 orang, gol IIa sebanyak 2 orang. Bila

dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada di Kota Tangerang yaitu :

Tabel 4.5

Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha

Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015

No. Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah

1 Batu Ceper 442 56 4 502

2 Benda 201 25 5 231

3 Cibodas 3.617 214 8 3.839

Page 158: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

141

4 Ciledug 231 53 25 309

5 Cipondoh 175 221 32 428

6 Jatiuwung 876 257 38 1.171

7 Karang Tengah 243 73 7 323

8 Karawaci 516 30 7 553

9 Larangan 190 318 218 726

10 Neglasari 122 25 2 149

11 Periuk 452 50 45 547

12 Pinang 683 78 10 771

13 Tangerang 289 77 27 393

Total 8.037 1.477 428 9.942

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Dapat disimpulkan bahwa perbandingan jumlah pegawai Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sangat besar antar 50 berbanding 9.942.

sehingga pihak dinas berupaya melakukan kinerja semaksimal mungkin agar bisa

mengakomodir secara keseluruhan untuk memberikan Pemberdayaan kepada para

UMKM.

Kedua,Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sayuti selaku

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang anggaran

untuk Pemberdayaan UMKM ini didapat dari APBD Kota Tangerang sebesar 1%

dari dana APBD. Dari hasil peneliti dengan wawancara pada dinas terkait,

anggaran dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini masih dirasa

kurang untuk mencukupi kebutuhan pelaku UMKM. Hal ini diperkuat dengan

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Sehingga

masih banyak kebutuhan-kebutuhan para UMKM yang belum terealisasikan

akibat dari keterbatasan dana anggaran.

Page 159: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

142

Tabel 4.6

Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan

Program Kegiatan Tahun 2014 Tahun 2015

Angg. (Rp) Angg. (Rp)

Program

Pengembangan

Sistem Pendukung

Usaha Bagi Mikro

Kecil Menengah

Kegiatan Penyelenggaraan Promosi Produk

UMKM Melalui Pameran

Rp. 220.000.000 Rp. 242.000.000

Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha

Terpadu (PLUT)

Rp. - Rp. 25.000.000.

000

Kegiatan Sosial Program KUR Rp. - Rp. 175.000.000

Program

Peningkatan

Kualitas

Kelembagaan

Koperasi

Kegiatan Sosialisasi Prinsip-Prinsip Pemahaman

Perkoperasian

Rp. 170.000.000 Rp. 187.000.000

Kegiatan Pemberdayaan, Pengawasan dan

Penghargaan Koperasi Berprestasi

Rp. 350.000.000 Rp. 358.000.000

Kegiatan Revitalisasi Koperasi Rp. 150.000.000 Rp. 165.000.000

Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Program

Pembangunan Koperasi (Kegiatan Penyebaran

Model-Model Pola Pengembangan Koperasi)

Rp. 168.000.000 Rp. -

Program

Pengembangan

Kewirausahaan dan

Keunggulan

Kompetitif Usaha

Kecil Menengah

Kegiatan Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan

Usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Rp. 187.000.000 Rp. 205.700.000

Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan

Kewirausahaan

Rp. 186.402.500 Rp. 205.700.000

Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan

Koperasi

Rp. - Rp. 205.042.750

Program

Penciptaan

Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Mikro

Kecil Menengah

Rp. - Rp. 200.000.000

Iklim Usaha yang

Kondusif

Perencanaan Koordinasi dari Pengembangan

UMKM

Rp. - Rp. 200.000.000

Fasilitas Pengembangan UMKM Rp. - Rp. 200.000.000

Pendataan UMKM di Kota Tangerang Rp. - Rp. -

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dana tersebut sudah terpenuhi

untuk program kegiatan yang sudah dirancangkan pada tahun sebelumnya

Page 160: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

143

sehingga Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi belum bisa mengcover

secara keseluruhan kebutuhan para UMKM.

Ketiga yaitu sarana dan prasarana, yang dimaksud dalam penelitian ini

peneliti mendefinisikan sarana dan prasarana yaitu fasilitas yang tersedia untuk

pelaksanaan yang dimiliki oleh para pelaksana dan fasilitas untuk para sasaran

kebijakan yaitu pelaku UMKM.

Promosi merupakan salah satu cara untuk mempercepat penjualan produk.

Sarana dan Prasarana Promosi yang ada di Kota Tangerang kurang memadai.

Karena sarana dan prasarana promosi yang disediakan oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya sebatas pameran pada event

tertentu saja yang masih berpindah-pindah tempat. Tidak adanya tempat khusus

sentra oleh-oleh untuk pelaku UMKM dalam memasarkan produknya di Kota

Tangerang sehingga wajar saja bila produk UMKM ini kurang begitu dikenal di

kalangan masyarakat dalam maupun luar kota. Perlu adanya perhatian dari

pemerintah dalam menyediakan lahan promosi, dan perlu adanya sebuah aturan

khusus untuk para ritel agar memberikan ruang bagi pelaku UMKM dalam

memasarkan produknya agar lebih dikenal secara luas. Dalam hal ini produk

UMKM yang masih tersebar di wilayahnya masing-masing menyulitkan para

pendatang untuk mencari oleh-oleh khas tangerang. Tidak hanya itu saja Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang seharusnya memberikan

peluang kepada pelaku UMKM bilamana pemerintah kota tangerang ini sedang

meeting dengan pihak luar daerah agar disuguhkan produk-produk UMKM Kota

Tangerang agar lebih dikenal. Dan pemerintah harus bisa memanfaatkan

Page 161: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

144

kecanggihan teknologi sesuai dengan pekembangan zaman dengan memanfaatkan

website kota tangerang sebagai sarana promosi produk-produk UMKM

Gambar 4.3

(Sumber:Peneliti 2016)

Dapat dilihat bahwa belum adanya sentra oleh-oleh yang disediakan oleh

pemerintah mereka masih memakai fasilitas pribadi sehingga sentra oleh-oleh

masih tersebar di wilayahnya masing-masing.

Lalu untuk sarana penyampain informasi di Kota Tangerang sudah berjalan

dengan baik seperti halnya dalam mengundang para UMKM untuk mengikuti

suatu kegiatan yaitu melalui Surat yang diantarkan secara langsung ke masing-

masing wilayah da melalui telepon dan media sosial. Dengan memanfaatkan

kecanggihan teknologi.

Maka solusinya adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang membentuk sebuah tim khsusus dilapangan agar nantinya tim ini bisa

membina UMKM secara keseluruhan. Lalu untuk anggaran Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa memaksimalkan dana yang

ada dengan meyesuaikan kebutuhan para UMKM. Untuk sarana promosi Dinas

Page 162: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

145

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus diperhatikan

dengan menyediakan geray sentra oleh-oleh khas tangerang,lalu pemerintah harus

membuat sebuah aturan khusus untuk yang mengharuskan para ritel memberikan

ruangnya kepada UMKM untuk memasarkan produknya, dan Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus memberikan peluang kepada

UMKM untuk memperkenalkan produknya bilamana terjadi pertemuan dengan

pihak luar daerah.

4.6.3 Karakteristik Agen Pelaksana

Beberapa informan terkait kesesuaian, kesiapan, dan ketepatan organisasi

formal ataupun organisasi informal dalam pelaksanaan kebijakan Pemberdayaan

UMKM di Kota Tangerang peneliti menarik kesimpulan bahwa organisasi formal

/ pemerintah dan organisasi informal diluar pemerintah daerah sudah tepat dan

sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dan sudah sesuai dengan

petunjuk pelaksana dari pembuat kebijakan. Karena hampir seluruhnya ini

memiliki jenjang pendidikan yang tinggi.

4.6.4 Sikap / Kecendrungan para pelaksana

a. Inisiatif

Kesimpulan inisiatif dari Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang

adalah dukungan dari para pelaku UMKM terhadap kegiatan-kegiatan

Pemberdayaan UMKM yang diadakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang. Karena sejauh ini pelaku UMKM mendukung

program-program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Page 163: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

146

Koperasi Kota Tangerang tanpa adanya penolakan atau penentangan dari pelaku

UMKM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan dari pelaku UMKM

bersifat positif.

b. Partisipatif

Kesimpulan dari indikator ini adalah partisipasi dalam pembuatan suatu

kebijakan sangatlah dibutuhkan. Dalam hal Pemberdayaan UMKM ini Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mengundang seluruh

elemen masyarakat baik itu dari pihak masyarakat, pelaku UMKM, perguruan

tinggi, dinas terkait, kelurahan, kecamatan, kementrian, dan lainnya. Karena

dalam pembuatan kebijakan dibutuhkan sebuah aspirasi yang dibutuhkan agar

pembuatan kebijakan ini sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pembuatan

kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang menerapkan sistem bottom up dimulai dari musrenbang

kelurahan, musrenbang kecamatan, musrenbang kota, masukan dari Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dan usulan dewan.

Berbagai pendapat dan masukan ditampung dengan memperhatikan RPJM dan

RENSTRA yang ada agar sesuai. Terdapat sebuah perbedaan itu hal yang sangat

wajar dan perbedaan itu bisa dijadikan masukan dengan mencari solusi yang

terbaik. Meskipun terdapat beberapa yang belum dilibatkan tetapi pemerintah

sudah membuat solusi yaitu dengan merolling bagi mereka yang belum diundang

akan diundang di waktu berikutnya.

Maka solusinya adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang harus bisa memilih kepentingan-kepentingan yang sesuai dengan

Page 164: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

147

kebutuhan dengan mnecarikan solusi yang terbaik dan Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa melibatkan secara

keseluruhan unsur dengan merolling undangan untuk tahun berikutnya.

4.6.5 Komunikasi Antar Organisasi

Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana

kebijakan tentang apa yang menjadi standard dan tujuan harus konsisten dan

seragam dari berbagai sumber informasi. Disamping itu koordinasi juga

merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik

koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi

kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian sebaliknya.

Dalam pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang

komunikasi internal antara dinas-dinas terkait dan eksternal pelaku UMKM sudah

baik, koordinasinya juga sudah baik. Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang melakukan komunikasi dengan cara mengundang

melalui surat yang didatangkan langsung ke alamat wilayah masing-masing dan

mendatangi langsung surat undangan tersebut ke dinas terkait. Dan komunikasi

disampaikan melalui telepon dan media sosial seperti whatsapp dengan

memanfaatkan kecanggihan teknologi. Terdapat sebuah grup UMKM di whatsapp

sehingga Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya

mengkoordinasikan di whatsapp dengan para koordinatornya.

Page 165: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

148

4.6.6.Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik di Kota Tangerang ini sangat

mendukung jalannya sebuah kebijakan tentang Pemberdayaan UMKM. Dari segi

ekonomi yang ada di kota tangerang daya beli masyarakat yang tinggi dan lokasi

kota tangerang yang sangat strategis yang berdekatan dengan ibukota dan bandara

soekarno hatta sehingga bisa dibilang berjalan dengan baik dan peluang bagi para

UMKM. Dari segi sosial, masyarakat yang kondusif, aman dan tentram sehingga

tidak ada gangguan dalam melakukan suatu usaha dan kondisi sosial yang ada di

kota tangerang berjalan dengan baik dan mendukung jalannya Pemberdayaan

UMKM di Kota Tangerang. Lalu dari segi Politik pemerintah kota tangerang

memang mendukung jalannya kegiatan Pemberdayaan UMKM dengan

melakukan dorongan agar kegiatan ini bisa bermanfaat bagi para UMKM dan

masyarakat sekitar.

Hadirnya UMKM memberikan peran yang besar bagi perekonomian di

Kota Tangerang dengan menyerap beberapa tenaga kerja. Dan keterlibatan

kementrian dan lembaga lainnya dalam suatu kegiatan Pemberdayaan UMKM

yang berarti mereka mendukung jalannya kegiatan tersebut.

Page 166: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

149

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan lapangan yang telah peneliti

uraikan pada BAB IV, berikut peneliti simpulkan hasil penelitian terkait

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di

Kota Tangerang. Dari ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti menarik kesimpulan

bahwa ukuran dan tujuan kebijakan Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota

Tangerang sudah baik dan sesuai dengan manfaatnya meskipun masih terdapat

kekurangan.

Yang pertama, pada kegiatan sertifikasi halal dalam hal ini Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan

fasilitas secara gratis kepada para UMKM untuk membuat sertifikasi halal, tidak

hanya itu saja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

juga memberikan subsidi dana untuk biaya perpanjangan sebesar 50% dari harga

yang di tetapkan oleh MUI Provinsi Banten 5jt menjadi 2,5 jt. Dalam hal ini

sasaran Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang adalah

UMKM di sektor makanan dan minuman dan program gratis ini sudah dijalankan

pada tahun 2014 dengan jumlah UMKM 8unit yang telah menerima fasiilitasi dari

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Pada tahun 2015

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 41 UMKM disektor makanan dan

minuman yang telah menerima fasilitas sertifikasi halal ini dan tahun 2016 yang

Page 167: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

150

telah berjalan sudah 40 UMKM yang telah menerima sertifikasi halal. Dapat

dilihat bahwasannya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Disisi lain, Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus mempunyai data

terkait jumlah UMKM yang sudah memiliki sertifikat halal dan yang belum

memiliki halal agar bisa kelihatan nantinya bagi mereka yang belum menikmati

fasilitasi tersebut.

Yang kedua, dalam hal permodalan Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan fasilitas terkait permodalan

diantaranya bekerjasama dengan pihak perbankan seperti BRI dan BNI lalu pihak

non-perbankan seperti Pegadaian tetapi Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang belum menyediakan Lembaga Keuangan Mikro

(LKM). Masih banyak para pelaku UMKM yang masih menggunakan modal

usahanya secara pribadi dikarenakan para pelaku UMKM belum rapih dalam

mengelola keuangan sehingga sulit mendapatkan kepercayaan untuk mengajukan

modal ke perbankan dalam hal perencanaan keuangan UMKM masih sangat

lemah sehingga butuhnya dorongan dan perhatian yang lebih dalam hal

perencanaan ini. Tetapi di satu sisi pemerintah khususnya Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang membuat sebuah binaan untuk para

UMKM agar masalah modal ini bisa teratasi tidak hanya binaan dari Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang saja tetapi ada dinas lain

yang ikut membuka binaan seperti Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Tangerang

lalu ada dari pihak BUMD seperti angkasa pura dan jasa marga lalu ada binaan

dari pihak perbankan seperti BRI. Sehingga langkah pemerintah dalam hal

Page 168: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

151

permodalan ini sudah baik meskipun masih terdapat kekurangan seperti belum

adanya LKM dan kurang rutinnya pelatihan tentang pengelolaan keuangan.

Yang ketiga, dalam hal kegiatan yang dibuat oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sifatnya sudah lebih ke pelatihan,

penyuluhan, bimtek, worshop dan sosialisasi. Untuk kegiatan yang bersifat

seminar sampai sejauh ini sudah jarang dilakukan.

Untuk aspek ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti menemukan bahwa

ukuran dan tujuan kebijakan ini sudah baik dan sesuai dengan manfaatnya yaitu

untuk menjadi UMKM sehat, mandiri dan memiliki daya saing. Namun peneliti

juga menemukan kekurangan yaitu pemerintah belum memiliki data jumlah

UMKM yang sudah maupun yang belum memiliki sertifikat halal lalu pemerintah

masih belum menyediakan LKM dan masih kurang rutinnya latihan pengelolaan

keuangan.

Untuk sumber-sumber kebijakan pemerintah seharusnya lebih

memperhatikan lagi terkait sumber-sumber kebijakan dalam pelaksanaan

Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, dalam hal ini peneliti

menarik kesimpulan bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang sebagai pembuat kebijakan masih belum memaksimalkan sumber-

sumber kebijakan seperti Sumber daya manusia, kualitas sumber daya manusia di

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang bisa dibilang baik

karena mayoritas berpendidikan tinggi namun sayangnya dari segi kuantitas masih

kurang sehingga kinerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Page 169: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

152

Tangerang masih belum optimal. Lalu sumber daya anggaran juga menjadi faktor

yang membuat program Pemberdayaan UMKM ini belum efektif karena Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang merasa anggaran ini

masih minim untuk menampung kebutuhan UMKM. Kemudian sumber daya

sarana dan prasarana dalam hal promosi di Kota Tangerang pemerintah hanya

mengandalkan pameran pada event tertentu saja. Seharusnya dengan peluang kota

tangerang yang besar ini dan berkembangnya teknologi. Yaitu dengan

memanfaatkan website kota tangerang sebagai sarana promosi, lalu memberikan

kesempatan kepada para UMKM untuk menyuguhkan produk-produk mereka bila

mana terdapat meeting dengan pihak dari luar daerah, lalu Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang seharusnya membuat sebuah aturan

yang mengharuskan para ritel ini memberikan jatah/tempat untuk memasarkan

produk-produk UMKM, kemudian Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang seharusnya menyediakan sebuah lahan Sentra oleh-oleh agar

produk UMKM Kota Tangerang bisa lebih dikenal.

Karakteristik agen pelaksana dalam pelaksanaan program Pemberdayaan

UMKM di Kota Tangerang, kesiapan dan kesesuaian pemerintah dan agen

pelaksana sudah sesuai dengan bidangnya masing-masing dan Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang melibatkan juga pihak dari luar dalam

suatu kegiatan seperti diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas Perizinan, MUI

Provinsi, Kementrian Koperasi, BUMD, Asosiasi UKM, Pihak swasta dan

Perbankan dalam melaksanan sebuah kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota

Tangerang.

Page 170: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

153

Sikap/kecenderungan agen pelaksana ada 2 yaitu inisiatif dan partisipatif.

Inisiatif dalam penelitian ini lebih kepada dukungan dari pelaku UMKM terhadap

kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Para pelaku UMKM

mendukung adanya program-program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dengan tujuan memajukan para

UMKM dengan program yang bermanfaat bagi mereka. Dan sejauh ini belum ada

pihak yang menentang atau menolak terhadap program yang dibuat oleh Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang.

Partisipatif dalam penelitian ini lebih kepada seberapa jauh masyarakat,

pelau UMKM, Dinas Terkait, dan yang lainnya terlibat dalam penyusunan

program-program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Bila

dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa pihak peneliti dengan informan

dapat diketahui bahwa semua elemen yang berkepentingan ikut terlibat dalam hal

penyusunan program Pemberdayaan UMKM ini. Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mengundang semua perwakilan

tersebut untuk hadir dalam penyusunan program Pemberdayaan UMKM

walaupun belum secara keseluruhan bisa diundang karena keterbatasan tempat.

Bagi pelaku UMKM yang belum ikut terlibat akan dilibatkan untuk tahun

berikutnya menurut hasil wawancara dengan pihak dinas bahwasannya akan di

rolling agar semuanya bisa terlibat.

Page 171: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

154

Komunikasi antar organisasi dalam pelaksanaan program Pemberdayaan

UMKM di Kota Tangerang ini komunikasi yang terjalin antara lembaga

pemerintah dan para pelaksana di lapangan sudah terjalin dengan baik. Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mengundang dinas

terkait dengan mengunjungi langsung ke wilayahnya dengan memberikan sebuah

surat undangan untuk suatu kegiatan tidak hanya kepada dinas terkait tetapi juga

kepada pelaku UMKM. Dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang juga memanfaatkan teknologi saat ini yaitu dengan menggunakan

whatsapp untuk menginfokan sebuah kegiatan lewat sebuah grup asosiasi UKM

yang ada di grup whatsapp.

Kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Dalam pelaksanaan

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang kondisi lingkungan sosial sangat

mendukung jalannya Pemberdayaan UMKM ini karena dengan adanya

Pemberdayaan bisa menambah jiwa kewirausahaan mereka dan menambah

keahlian mereka dalam menciptakan suatu produk yang nantinya akan dipasarkan

melalui pelatihan dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota

Tangerang. Lalu dari segi ekonomi di kota tangerang daya beli masyrakatnya

sangat tinggi karena dilihat dari pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing

masyrakat kota tangerang yang bisa dibilang modern sehingga ini peluang bagi

para UMKM untuk membuka usahanya tidak hanya itu lokasi kota tangerang

yang sangat strategis berdekatan dengan ibukota jakarta dan memiliki bandara

terbesar yaitu soekarno hatta yang merupaka pintu gerbang indonesia bagi para

wisatawan. Dan dari segi politik pemerintah kota tangerang beserta dewan

Page 172: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

155

mendukung jalannya kegiatan Pemberdayaan UMKM namun kue APBD yang

harus dibagi-bagi sehingga dana yang diberikan harus dimaksimalkan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti berikan, maka peneliti

memberikan beberapa saran sebagai bahan masukan sebagai berikut :

1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sebagai

pembuat kebijakan perlu membuat sebuah database terkait jumlah UMKM

di kota tangerang, baik itu database yang berupa kepemilikan sertifikat

halal maupun yang belum dan database secara umum mengenai

identitasnya. Agar semua bisa terfasilitasi dalam kegiatan sehingga yang

datang tidak hanya itu-itu saja.

2. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus

lebih memperhatikan UMKM di Kota Tangerang terutama dalam hal

promosi yaitu dengan menyediakan sebuah geray sentra oleh-oleh khas

tangerang agar produk UMKM lebih dikenal tidak hanya itu saja tetapi

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus

memberikan kesempatan kepada para UMKM untuk

menyuguhkan/memperkenalkan produknya bilamana ada tamu dari pihak

luar daerah.

3. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang perlu

membuat sebuah aturan yang mengharuskan para ritel ini memberikan

ruang bagi para UMKM untuk memasarkan produknya.

Page 173: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

156

4. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang perlu

membentuk sebuah petugas khusus dilapangan untuk membina UMKM

dilapangan secara keseluruhan.

5. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus

melalukan pelatihan pengelolaan keuangan lebih intensif lagi kepada

pelaku UMKM agar pelaku UMKM bisa mengelola keuangannya secara

baik sehingga bisa mendapatkan kepercayaan dari pihak perbankan untuk

peminjam modal.

6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa

memaksimalkan anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk

Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang dalam memenuhi kebutuhan

para Pelaku UMKM Kota Tangerang.

Page 174: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

174

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Tangerang Dalam Angka 2015. Tangerang.

Moeleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Posda Karya.

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy Edisi 4. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan; dari Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus). Jakarta: Centre

of Academic Publishing Service (CAPS).

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV Pustaka Setia.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfa Beta.

Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dokumen:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1993 Tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah.

Peraturan Walikota Tangerang Nomor 74 tahun 2014 Tentang Tugas, Fungsi dan

Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang.

Page 175: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

175

Sumber Lain:

Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Tahun 2009

(Pengembangan Database Informasi Potensi Unggulan Kota Tangerang).

Rencana Strategis Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

Tahun 2014-2018 Tahun Anggaran 2014.

Pedoman Pengembangan UMKM Kota Tangerang Tahun 2012.

(http://www.tangerangkota.go.id)

(http://disindagkop.tangerangkota.go.id/)

http://v2010.tangerangkota.go.id/mobile/detailberita/2472

http://industri.kontan.co.id/news/tangerang-incar-jadi-kota-seribu-industri-dan-

jasa

Page 176: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

176

LAMPIRAN

Page 177: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

177

Page 178: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

178

Page 179: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

179

Page 180: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

180

Page 181: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

181

PEDOMAN WAWANCARA

No. Indikator Kisi-Kisi Wawancara Informan

1. Ukuran dan Tujuan

Kebijakan

1) Apakah adanya Kegiatan

seperti halnya (Sosialisasi

sertifikat halal) yang dibuat

dalam Pembinaan UMKM ini

sudah sesuai dengan

manfaatnya ?

2) Langkah apa saja yang

sudah dibuat dalam mengatasi

permodalan? Ada tidak

pelatihan yang diberikan

terkait pengelolaan /

manajemen keuangan?

3) Dari setiap kegiatan yang

dibuat bagaimana sifat dr

kegiatan tsb seminar atau

pelatihan ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6

2. Sumberdaya 1) Bagaimana SDM yang

dimiliki oleh Disperindagkop

? Berapa Jumlahnya dan latar

belakang pendidikannya

seperti apa ?

2) Bagaimana ketersediaan

anggaran dalam

melaksanakan kegiataan

penyelenggaraan pembinaan

UMKM tersebut ?

3) Bagaimana ketersediaan

fasilitas terutama pada sarana

promosi dan informasi untuk

para UMKM di Kota

Tangerang ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

I₁, I₂, I₃, I₄, I5,.

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.

3. Karakteristik Agen

Pelaksana

1) Bagaimana Karakteristik

Implementor kegiatan ?

apakah setiap implementor ini

sesuai dengan bidangnya ?

sudah sesuaikah dgn misi kota

tangerang dalam setiap

kegiatan yg dibuat ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

4. Sikap/Kecenderungan 1) Bagaimana sistematika

pembuatan kebijakan

pembinaan ini ? pola apa yang

digunakan ? pola top down

atau bottom up ? apakah para

Page 182: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

182

implementor setiap kegiatan

mengetahui isi dan tujuan dari

kebijakannya ? apakah dalam

pembuatan setiap kegiatan

atau program yang dibuat ini

sesuai dengan permasalahan

yang ada ? pernah ada

perbedaan pendapat ?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.

5. Komunikasi

Antarorganisasi dan

Aktivitas Pelaksana

1) Bagaimana pola

hubungan/komunikasi antar

implementor dalam

melaksanaan kegiatan atau

program dalam pembinaan tsb

?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5.

6. Lingkungan

Ekonomi, Sosial dan

Politik

1) Bagaimana Kondisi

Lingkungan Ekonomi, sosial

dan politik yang ada di kota

tangerang ? apakah Kondisi

tersebut mendukung jalannya

kebijakan pembinaan tsb ?

atau sebaliknya ?

2) respon dari para pelaku

umkm/masyarakat seperti apa

dgn adanya kegiatan tsb?

I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.

Page 183: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

183

HASIL WAWANCARA

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

a. Pirt halal

Q1 Bagaimana Sosialisasi Sertifikat halal apakah sudah sesuai dengan

manfaatnya?

I1-1 Kalau berbicara manfaat pada dasarnya UMKM memiliki beberapa

kelemahan seperti Keterampilan, Pemasaran, Permodalan, Pengemasan,

Manajemen. Dari sisi itu kita melihat bahwa selama ini sosialisasi yang kita

lakukan dibidang itu dan itu memang sesuai dengan kebutuhan UMKM dan

setelah kita lakukan sosialisasi dan penyuluhan ada manfaatnya. Terutama

sosialisasi yang dilakukan dibidang kehalalan ini sudah ada manfaatnya,

kita bantu dengan PIRT HALAL, karena tanpa PIRT halal mereka tidak

dapat menjual produknya di Pasar Modern.

I3-1 Sudah sesuai dengan manfaatnya yang pasti karena dari setiap kegiatan

yang kita buat itu memperhatikan kebutuhan yang ada, untuk halal ini

sudah kita bina dan kita fasilitasi dengan melakukan kerjasama dengan

dinas kesehatan terkait halal dan PIRT maupun dengan MUI kita berikan

subsidi dana untuk pembuatan halal ini.

I4-1 Untuk Disperindagkop hanya memfasilitasi saja terkait sertifikat halal

seperti halnya dengan mengadakan sosialisasi PIRT dan membantu para

UMKM yang tadinya tidak memiliki sertifikat halal menjadi memiliki

sertifikat halal dengan tujuan meningkatkan daya saing pasar. Dan

selebihnya itu tugas dari dinas kesehatan dan MUI dari kita hanya faslitasi

saja dalamDina rangka pembinaan.

I5-1 kita berikan secara gratis untuk pembuatan tetapi kita beri subsidi dana

untuk perpanjangan halal ini, harga untuk sertifikat halal ini sebesar 5jt

rupiah dari MUI dan diberikan subsidi dari Dinas Indagkop sebesar 2,5 jt

sehingga para pelaku UMKM hanya membayar setengahnya.

Page 184: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

184

I6-2 Kebetulan kita dapat fasilitas dari Dinas Indagkop, orang dari MUI dateng

ke tempat kita dengan mengecheck bahan baku kita setelah semuanya

sudah dicheck keluar sertifikat kurang lebih 1bulan, lalu untuk PIRT juga

sama awalnya kita ikut penyuluhan sertifikat pangan di dinas kesehatan

setelah sudah diterima sertifikat pangannya langsung kita daftar ke dinas

perizinan untuk PIRT lalu mereka survey ke tempat usaha kita lalu keluar

sertifikatnya kurang lebih 2minggu. Dan alhamdulillah semuanya kita

gratis hanya perpanjangannya kita bayar tapi di sertifikat pangan kita bayar

kurang lebih 239ribu

I6-1 Memang sudah disediakan fasilitas terkait bantuan halal dari pemerintah

namun harus menunggu karena pada saat itu saya dikejar waktu untuk

membuat halal agar produk saya ini bisa dipasarkan , sehingga saya

mengikuti bantuan dari Provinsi lokasinya waktu itu di cilegon diluar dari

Kota Tangerang karena kebijakan setiap daerah berbeda saya dikenai biaya

administrasi. Kalau untuk biaya perpanjangan sebesar 2,5 jt masa aktif

sertifikat halal dari MUI kurang lebih 2 tahun. Lalu untuk Pirt masa

berlakunya 5tahun.

I6-3 Itu bagian dari Seminar, Tetapi Program itu tidak mampu mengakomodir

seluruh UMKM dan masih banyak UMKM yang belum terfasilitasi.

Pemerintah harus punya database, berapa UMKM yang sudah memiliki

halal dan berapa yang belum jadi tiap tahun itu ada program yang

kelihatan. Sehingga kalo saya bilang program ini belum maksimal

I1-1 Memang programnya seminar dan penyuluhan terkait sertifikat halal ini

tetapi kita fasilitasi yaitu dengan pembuatan secara gratis dan

perpanjangannya kita subsidi 50% sehingga menjadi 2.5 jt dan memang

kita belum memiliki database jumlah UMKM dikarenakan jumlah SDM di

dinas indagkop yang kurang dari sisi kuantitas seperti yang saya pernah

bilang sebelumnya dengan luas kota tangerang yang terdiri dari 13

kecamtan dan 104 kelurahan sehingga kita belum bisa membina

kelapangan secara keseluruhan.

Page 185: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

185

b. Permodalan

Q2 Langkah apa saja yang sudah dibuat oleh Dinas Indagkop dalam hal

permodalan ? apakah tersedia lembaga keuangan mikro? Dan apa ada

pelatihan tentang pengelolaan keuangan?

I1-1 Langkah pertama adalah sosialisasi yang kedua kita fasilitasi untuk ke

perbankan dan lembaga keuangan lain yaitu LPDB dari kementrian

koperasi dan lembaga keuangan lain, untuk Lembaga Keuangan Mikro kita

belum ada di Kota Tangerang. Pengelolaan kita lakukan juga seperti

pencatatan, karena pencatatan itu juga menyangkut syarat untuk

permohonan ke bank dan terakhir kita juga bekerjasama dengan BPN bagi

UKM yang memang punya lahan/tanah kita bantu sertifikasi tanahnya

untuk jaminan bank.

I2-1 Memang belum ada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang tetapi

kita sudah menyediakan fasilitas untuk permodalan bagi para UMKM, kita

memiliki partner dengan pihak lembaga permodalan, bank maupun non-

bank. Lalu kita berikan juga pelatihan, bimtek ,dll tentang manajemen

pengelolaan keuangan, karena pencatatan dan pembukuan ini merupakan

salah satu syarat agar mereka bisa mengajukan pinjaman modal ke bank

sehingga kita arahkan mereka untuk bisa membuat pengelolaan

keuangaannya secara baik.

14-

1

Sejauh ini kita memiliki Kemitraan dengan BRI dan Pegadaian. Tetapi

untuk Lembaga Keuangan Mikro sendiri kita memang belum ada. Kalau

untuk pelatihan kita adakan seperti sosialisasi tentang permodalan misalnya

dari segi Perencanaan, Koordinasi dalam rangka meningkatkan mutu lalu

dari sisi keuangan juga dan pembukuannya.

I5-1 Untuk permodalan kita lakukan sosialisasi bantuan permodalan untuk para

UMKM dengan narasumber dari kementrian koperasi dan UKM. Tidak

hanya itu kita juga melakukan kerjasama dengan pihak perbankan yaitu

Bank BRI& BNI dan non-perbankan yaitu Pegadaian. Lalu kita beri kan

fasilitas melalui Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB)dengan

pemberian pinjaman sebesar 210 juta diberikan untuk para UMKM untuk

Page 186: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

186

permodalan. Dan UMKM juga harus memiliki SIUMK agar memudahkan

mereka untuk mengajukan pinjaman ke lembaga permodalan. Namun

untuk Lembaga Keuangan Mikro kita belum ada di Kota Tangerang.

16-

1

Modal saya rasa banyak, banyak penawaran-penawaran dari berbagai pihak

menawarkan permodalan seperti Angkasa pura, Jasa marga, masing-masing

BUMN punya modal untuk membantu para UMKM. Kita masuk ke binaan

mereka lalu diorbitkan produk-produk kita oleh mereka melalui bazar dan

lain-lain. Waktu itu pernah dilakukan pelatihan tentang keuangan namun

akhir-akhir ini sudah jarang dilakukan

I6-2 Awalnya modal pribadi tetapi beberapa tahun kemudian saya ikut PKBL

binaan Angkasa Pura dan mengikuti Binaan BRI, lalu untuk Kegiatan

pengelolaan keuangan saya rasa jarang sekali itu sangat dibutuhkan sekali

terutama untuk pelaku UMKM

I6-3 Hanya Pembinaan dan seminar tentang permodalan yang disediakan oleh

pemerintah (Dinas Indagkop), namun diluar dari Dinas Indagkop memang

sudah banyak binaan-binaan dalam hal permodalan dari berbagai pihak.

Untuk pengelolaan keuangan saya kira standar-standar saja karena memang

industri mikro belum padat modal belum padat sumber daya artinya

transaksi pembukuan masih standar-standar saja

I3-1 untuk modal para pelaku UMKM ini masih pribadi tidak memanfaatkan

modal dari luar hal ini karena pembukuan tidak bank-able sehingga kurang

mendapatkan kepercayaan dari bank, sehingga kita berusaha semaksimal

mungkin untuk membuat kegiatan tentang pembukuan dan pencatatan yang

nantinya akan di adakan di setiap kelurahan dan program ini sudah kita

jalankan sedikit demi sedikit dan sejauh ini sudah kita buat kebijakan kita

tentang IUMK dengan tujuan mempermudah UMKM dalam mengajukan

permodal ke lembaga Perbankan dan sudah dijalankan disetiap kelurahan

c. Sifat Kegiatan

Q3 Bagaimana sifat dari kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop ?

Page 187: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

187

I1-1 ada sosialisasi ada pelatihan kalau seminar udah jarang. Kita ajak mereka

pameran diluar daerah dan di dalam daerah bagi ukm yang produknya

bagus dan produksinya continue

I3-1 dari kegiatan yang ada seperti pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan

workshop

I6-1 sifatnya pelatihan lalu ada juga penyuluhan untuk seminar memang sejauh

ini sudah jarang dilakukan walaupun terkadang masih ada beberapa

kegiatan yang bersifat seminar. Saya rasa kegiatan seminar itu kurang

efektif karena selain membuang-buang waktu itu juga membuang-buang

anggaran jadi seharusnya kegiatan yang dibuat lebih ke pelatihan atau

penyuluhan agar setelah kita ke luar dari ruangan itu kita sudah tahu apa

yang harus kita lakukan

2. Sumberdaya

a. SDM

Q4 Bagaimana SDM yang dimiliki oleh Dinas Indagkop ?

I1-1 Kualitas sumber daya di dinas indagkop sudah cukup baik hanya saja dari

sisi kuantitas yang kurang, pegawai di indagkop kurang lebih berjumlah 50

untuk pegawai tetap seperti PNS dan 50 orang tadi dibagi menjadi 3 bidang

dan 1 bagian kepegawaian, rata-rata perbidang hanya 12 orang, dibagi lagi

menjadi 3 seksi perbidang. Dengan luas kota tangerang yang terdiri dari 13

kecamatan dan 104 kelurahan sehingga tidak dapat membina kelapangan

secara menyeluruh

I2-1 untuk saat ini jumlah pegawai kita sekitar 73 yang diantaranya terdiri dari

50 PNS dan 23 tenaga sukarela/harian lepas dengan latar pendidikan S3

berjumlah 5 orang, S2 berjumlah 6 orang, S1 berjumlah 25 orang, D3

berjumlah 12 orang dan SMA berjumlah 25orang.

b. Anggaran

Q5 Bagaimana ketersediaan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan?

I1-1 Kalau berbicara cukup memang karena dananya terbatas ya tidak cukup

Page 188: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

188

jadi kita maksimalkan dana yang ada, karena jumlah UMKM ribuan.cukup

ga cukup ya ga cukup jadi kita maksimalkan. Kita dapat 1% dari dana

APBD untuk anggaran pembinaan yaitu sekitar 40 Milyar dari 4 triliyun.

I3-1 Insya allah cukup untuk anggaran meskipun terbatas jadi kita maksimalkan

anggaran yang ada.

c. Sarana dan Prasarana

Q6 Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana yang disediakan oleh dinas

indagkop?

I1-1 Kalau Promosi kita yang memilih bukan mereka yang mengajukan tapi

kalau memang mereka mengajukan kita respon melaui kegiatan pameran-

pameran, lalu untuk sentra oleh-oleh belum ada dari sisi lahan agak susah

karena kota. Selama ini kita melalui forum UKM kita arahkan untuk

membuat didaerahnya masing-masing. Dalam waktu dekat ini pak walikota

sedang membuat surat ke angakasa pura untuk lahan promosi bagi para

UMKM. Untuk informasi kita baru melalui surat dan telpon seperti WA

kebanyakan memakai surat”.

I3-1 Untuk Promosi kita lakukan di dalam dan di luar daerah melalui event,

inacraft, pameran di surabaya, jogja, jambi, tangerang expo, ulang tahun

kota tangerang dan kita bekerjasama juga dengan media online seperti

belanja.com yang ada di mall-mall. Lahan sentra oleh-oleh memang belum

ada, masih tersebar terkait sentra oleh-oleh ini belum disediakan karena

terkendala lahan. Lalu untuk informasi kita melalui media sosial.

I6-1 Banyak kekurangan di kota tangerang ini terutama promosi hanya sebatas

pameran, bahkan pada saat kita ikut pameran di Provinsi ukm dari Kota

Tangerang ini kurang dikenal karena pemerintah kurang memperhatikan

ukmnya sendiri. Untuk promosi kita masih mencari sendiri seharusnya

pemerintah membuat sebuah geray sentra seperti di serang atau paling tidak

bila ada tamu dari luar pemerintah, pemkot tangerang menyuguhkan

makanan produk ukm tangerang agar lebih dikenal. Tidak hanya itu di kota

Page 189: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

189

tangerang belum ada perda yang mengharuskan para ritel memberikan

ruang untuk produk ukm seperti halnya di tasik yang mengharuskan para

ritel ini memberikan 20% jatah ruangnya untuk di isi dengan produk-

produk ukm”.

I6-2 Kalau saya pribadi kebetulan dari awal gencarnya melakukan promosi di

media online seperti instagram, fanpage, google. Lebih kemedia dan

alhamdulillah lumayan dan saya menitipkan juga produk saya di sentra

oleh-oleh pribadi di tempat teman-teman ASIFA punya pribadi di cikokol.

Kalau dari pemerintah hanya pameran saja untuk lahan sentra masih belum

ada. Saya sempat berbicara kepada pemerintah bila ada tamu atau meeting

dengan pihak luar daerah dialihkannya ke kita untuk kita kenalkan produk-

produk kita”.

I6-3 Promosi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas pameran. Untuk

sentra oleh-oleh memang masih tersebar secara individu itu tidak masalah

masing-masing punya kapasitas untuk itu tetapi secara makro itu harus

sudah dalam bentuk sentra.

I5-1 Ya benar yang menjadi kelemahan adalah UMKM belum memiliki pusat

promosi seperti sentra oleh-oleh. Sampai saat ini kita libatkan di berbagai

macam pameran. Sambil menunggu jawaban dari pihak angkasa pura

karena sebelumnya pak walikota sudah mengajukan surat untuk

permohonan lahan ke pihak bandara soeta.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Q7 Bagaimana karakteristik Implementor kegiatan pembinaan UMKM?

I1-1 Karakteristik pegawai disini sudah cukup baik dan bisa dilihat dari

latarbelakang pendidikannya dan sudah sesuai dengan bidangnya masing

12-

1

Pegawai disini bisa dikatakan baik dari segi disiplin dan kepatuhannya.

Kita sesuaikan dengan bidangnya dan untuk setiap juga misalnya kegiatan

industri hijau yang merupakan tupoksi dari bidang industri yang sesuai

dengan bidangnya

Page 190: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

190

13-

1

sudah bagus berkualitas dan baik namun harus terus belajar dan berlatih

agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini kita

sedang menghadapi persaingan global

4. Sikap / Kecendrungan para pelaksana

a. Inisiatif

Q8 Bagaimana dukungan dari para pelaku UMKM terhadap kegiatan

pembinaan yang dibuat oleh dinas indagkop? Apakah ada kelompok

penentang ?

I1-1 Sebetulnya bukan penolakan/penentang pada dasarnya tidak ada yang

menentang, sejauh ini masyarakat dan para pelaku UMKM mendukung dan

setuju dengan program yang kita buat

I3-1 Sejauh ini kita belum ada yang menentang atau menolak tetapi saya rasa

perlu ada peningkatan saja untuk kegiatan-kegiatan dalam pembinaan

UMKM ini

I4-1 Alhamdulillah sejauh ini belum ada penolakan dari pihak-pihak tertentu

dan semuanya mendukung program yang kita buat dan mereka pun antusias

dalam menghadiri program yang kita buat

I6-2 Yang pasti kami disini mendukung program yang dibuat oleh pemerintah

asalkan program atau kegiatan ini sesuai dengan apa yang kita butuhkan

agar bisa bermanfaat untuk kedepannya

I6-3 Kami disini mendukung apapun kebijakan itu jika untuk perubahan ke arah

yang lebih baik kedepannya yang baik kita dukung dan yang tidak baik

sama-sama kita kritisi, seperti yang saya bilang tadi kegiatannya harus jelas

dan harus kelihatan jangan hanya copy-paste kegiatannya dari tahun lalu

b. Partisipatif

Q9 Bagaimana Sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ?

I1-1 Proses terjadinya suatu kegiatan dimulai dari musrenbang kelurahan,

Page 191: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

191

musrenbang kecamatan dan musrenbang kota ditambah program dari dinas

sendiri dan usulan dewan

I2-1 Yang pasti kita undang baik itu masyrakat, perguruan tinggi, kemnetrian,

ahli pakar kita undang. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd juga

sesuai dengan janji pak walikota. Jadi setiap pendapat yang mereka

berikan, kita tampung dan kita harus memperhatikan rpjmnya

I4-1 Kita melibatkan beberapa unsur dari masyarakat dan lainnya, perbedaan

pendapat dalam pem buatan kebijakan pasti ada karena perbedaan tadi bisa

sebagai masukan buat kita dengan mengakomodir semua kepentingan

dengan mencari solusi yang terbaik bukan semua kepentingan tetapi yang

terbaik kita ambil

16-

1

Sejauh ini kita selalu diundang dalam pembuatan kebijakan, dan disana

memang suara kita selaku pelaku UMKM yang merasakan langsung apa

yang dibutuhkan kita keluarkan jadi semuanya kita sampaikan pendapat

kita terkait kekurangan-kekurangan program yang dibuat oleh pemerintah

dan saya rasa dalam membuat program ini pemerintah harus

memperhatikan kedua belah pihak jangan hanya memikirkan asal membuat

kegiatan untuk laporan kepada pemerintah bahwa ini loh kegiatan saya,

saya kira jangan seperti itu pemerintah seharusnya mendengarkan dan

melihat kebutuhan pelaku UMKM

I6-2 Kita memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan, jadi

misalkan tahun lalu saya diundang untuk membahas program tahun

selanjutnya. Yang saya ingin tegaskan kegiatan yang dibuat oleh

pemerintah dari tahun ke tahun sifatnya monoton hanya itu-itu saja

I6-3 Satu hal pemerintah jika memang konsen terhadap UMKM seharusnya

libatkan dalam penyusunan program banyak stakeholder yang konsen

memikirkan hal itu sementara ini hanya yang dianggap anak asuh aja yang

diundang, kami-kami tidak

I1-1 Sebenenarnya bukan anak asuh atau pilih kasih tetapi kita mengundang

perwakilan dari para UMKM dan dalam pembuatan kebijakan ini kita

Page 192: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

192

undang semua elemen baik masyrakat, perguruan tinggi dll. Suara UMKM

tetap kita tampung melalui perwakilan kalau kita undang semua kan ga

mungkin ruangan dinas kan kecil sedangkan jumlah UMKM ribuan

kemungkinan kita rolling untuk tahun berikutnya

5. Komunikasi

Q10 Bagaimana pola komunikasi antar implementor dengan pelaku UMKM

dalam pelaksanan kegiatan atau program ?

I1-1 Komunikasi kita sejauh ini berjalan dengan baik dengan para lembaga,

dinas dan para pelaku UMKM. Sejauh ini kita undang mereka melalui surat

dengan mendatangi langsung undangan tersebut kepada mereka dan media

sosial tapi memang saat ini kita belum memiliki database baru terkait para

pelaku UMKM di Kota Tangerang dan saat ini kita sedang membuat

kebijakan IUMK sehingga nantinya para UMKM harus memiliki ini

nantinya kita salurkan ke kecamatan agar bisa terdata secara keseluruhan

I2-1 Koordinasi dan komunikasi kami berjalan dengan baik dengan para dinas

dan para pelaku UMKM bila ada kegiatan kita undang mereka melalui

telepon dan whatsapp atau bila kita mengundang dinas kita infokan melalui

surat undangan dengan kita langsung datangi surat tersebut kepada mereka

kendalanya memang terkadang tidak tersampaikan secara menyeluruh

karena memamng belum ada database terkait jumlah pelaku UMKM saat

ini

13-1 Sampai sejauh ini belum ada masalah terkait komunikasi dan masih

berjalan dengan lancar hanya saja kendalanya belum semuanya kita undang

karena memang jumlah UMKM diKota Tangerang ini sangat banyak

sedangkan jumlah pegawai kita masih kurang alias terbatas saat ini kita

sedang merancangkan program IUMK bagi para pelaku UMKM dan sudah

berjalan dan kita pun memiliki hubungan baik dengan para dinas seperti

BPMT, DPKAD, Kecamatan, Kelurahan, Perbankan, Kementrian dan Para

Asosiasi UMKM

Page 193: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

193

I4-1 Sejauh ini koordinasi berjalan dengan baik kita juga ada grup di whatsapp

jadi kita koordinasikan lewat medsos saja karena sekarang sudah canggih

tapi memang belum semuanya jadi kita koordinasikan lewat

koordinatornya dari setiap asosias

I6-1 Memang benar kita diundang melalui surat biasanya pihak dinas terkait

langsung datang kerumah untuk memberikan surat undangan terkait

kegiatan pembinaan lalu grup di whatsapp pun ada tetapi yang diundang itu

lagi itu lagi seharusnya pemerintah membuat sebuah database terkait

jumlah pelaku UMKM di Tangerang terkadang kan pemerintah tidak mau

capek yasudahlah itu saja yang diundang yang sudah pasti hadir seharusnya

kan tidak seperti itu seharusnya pemerintah lebih profesional dalam

menjalankan tugasnya

I6-2 Ya benar, kita diundang melalui surat undangan langsung diberikan kepada

kita terkadang juga kita diinfokan melalui media sosial seperti whatsapp

kita juga memiliki grup di whatsapp dan pemerintah sudah membuat

sebuah kebijakan terkait IUMK saya rasa lebih baik agar semuanya

kebagian karena saat kemarin-kemarin pesertanya sama sehingga

terkesannya tidak ada perubahan

I6-3 Setiap kegiatan memang kita selalu diberi kabar baik itu melalui surat

undangan yang langsung datang ke tempat kami ataupun di infokan lewat

telepon seperti whatsapp karena memang kita ada grup di whatsapp, sejauh

ini komunikasi tentang kegiatan berjalan dengan baik namun untuk

komunikasi terkait penyusunan program saya rasa masih kurang karena

masih belum terlihat komunikasi dua arah antara pemerintah dengan kami-

kami disini selain itu pemerintah belum memiliki database terkait jumlah

pelaku UMKM sehingga masih belum menyeluruh dalam penyampain

informasi dan seharusnya pemerintah lebih terbuka bila memiliki sebuah

program harus disampaikan agar kelihatan oleh semuanya

Page 194: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

194

6. Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik

a. Kondisi Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik

Q11 Bagaimana Kondisi Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik di Kota

Tangerang?

I1-1 Kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik sejauh ini sudak

mendukung adanya program, seperti halnya dari segi politik yang

diterjemahkan dari politik dewan seperti DPRD yang memang mendukung

program-program masyarakat, karena memang kembali lagi pada

pembiayaannya karena kue yang sedikit harus dibagi banyak dan dari segi

lokasi kota tangerang ini strategis sekali berbatas dengan ibukota jakarta.

I2-1 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik disini sangat mendukung dan berjalan

dengan kondusif dari segi ekonomi daya beli masyarakat tinggi.

I4-1 Kota tangerang ini sebagai pintu gerbang indonesia karena dekat dengan

bandara soekarno hatta sehingga peluang untuk pemasarannya besar untuk

umkm, lingkungannya sangat mendukung sekali baik dr ekonomi sosial

dan politik.

I6-1 Situasi dan kondisi kota tangerang ini saya rasa sangat bagus sekali karena

kota tangerang ini merupakan kota modern yang pertumbuhannya sangat

pesat sekali apalagi kita mempunyai bandara soekarno hatta dan dekat

dengan jakarta sehingga ini mendukung kita khususnya para pelaku

UMKM untuk memanfaatkan peluang itu.

I6-2 Kondisi dan situasi di kota tangerang memang sangat kondusif dan

alhamdulillah daya beli masyrakat disini tinggi sekali sehingga ini

merupakan peluang dan keuntungan bagi para pelaku usaha untuk

menjalankan usahanya selain itu kota tangerang merupakan kota 1001

industri banyak pabrik dan hotel disini yang dipakai untuk meeting.

Page 195: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

195

b. Respon

Q12 Bagaimana respon dari para pelaku UMKM terhadap kegiatan yang dibuat

oleh dinas indagkop?

I6-1 Respon dari masyarakat maupun pelaku UMKM sangat bagus tetapi perlu

ada regenerasi sehingga mereka yang sudah terlibat dalam kegiatan x

jangan dilibatkan kembali seharusnya diberikan kesempatan dong kepada

yang lain yang belum pernah datang, dan seharusnya pemerintah

memperhatikan kebutuhan dari pelaku UMKM”.

I6-2 Kegiatannya masih monoton itu itu saja dan yang hadir itu itu saja dan

tidak terdata, seketika dalam suatu kegiatan tidak kondusif banyak yang

bercanda tidak memperhatikan dikarenakan mereka sudah pernah ikut

kasian kan yang belum pernah tidak pernah dapat jatah.

I6-3 Saya rasa pemerintah harus berbicara dengan kami-kami disini para pelaku

UMKM secara menyeluruh perlihatkanlah kegiatan/program yang dibuat

dan harus memperhatikan kebutuhan dari para pelaku UMKM itu sendiri

agar kesannya tidak meniru atau copy paste dari tahun sebelumnya, dan

mereka yang sudah pernah ikut dalam kegiatan itu seharusnya diberikan

kesempatan kepada yang lain agar bermanfaat jangan yang sudah pernah

dilibatkan kembali bayangkan bila selama 5tahun program yang dibuat itu-

itu saja dan yang hadir itu juga sehingga terjadi clusterisasi mereka yang

tidak diundang bakal selalu dibawah dan tidak pernah bisa untuk naik ke

atas untuk ikut dalam suatu kegiatan.

I3-1 Tahun ini kita sudah buat IUMK yang tujuannya untuk mendata seluruh

UMKM agar ketahuan jumlahnya sehingga nantinya bagi mereka yang

sudah pernah mengikuti kegiatan dengan adanya IUMKM bisa dilihat dan

dicek apabila sudah pernah diberikan ke yang belum, anggaran kita

memang terbatas sehingga kebutuhan UMKM yang banyak ini ga bisa kita

realisasikan semua karena memang harus memperhatikan anggaran yang

ada jadi memang kritikan dan masukan yang seperti ini yang kita butuhkan

agar menjadi bahan evaluasi buat kita.

Page 196: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

196

CATATAN LAPANGAN

No. Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan

1. Selasa,

28 Juni

2016

09.40 Lapangan Pusat

Pemerintahan

Kota Tangerang

Lantai 1

Data UMKM dan Jumlah Asosiasi

Pelaku UMKM di Tangerang

Endang

2. Rabu,

29 Juni

2016

09.30 Kantor Dinas

Indagkop Pusat

Pemerintahan

Tangerang

Lantai 3

Fasilitasi UMKM syarat pengajuan

Pembuatan Sertifikasi halal

Etty

3. Rabu,

29 Juni

2016

10.07 Kantor Dinas

Indagkop Pusat

Pemerintahan

Tangerang

Lantai 3

Jumlah data kepegawaian di Dinas

Indagkop Kota Tangerang dan Struktur

Organisasi Dinas Indagkop Tangerang

Betty

4. Rabu,

29 Juni

2016

10.42 Kantor Dinas

Indagkop Pusat

Pemerintahan

Tangerang

Lantai 3

Mou tentang Pelaksanaan dan Prosedur

IUMK Di Kota Tangerang

Juweni

5. Senin,

18 Juli

2016

10.44 Kantor Dinas

Indagkop Pusat

Pemerintahan

Tangerang

Lantai 3

Perencanaan Pemberdayaan UMKM,

Pengadaan Kegiatan dan indikasi

pendanaan

Sayuti

6. Sabtu,

20

Agustus

2016

10.05 Kediaman

Informan,

Taman Royal 1

Pengajuan sertifikasi halal ke Dinas

Indagkop dan Hasil Pemberdayaan yang

di adakan Dinas Indagkop masih belum

optimal

Lilis

Bellacoo

kies

7. Selasa,

23

Agustus

2016

11.45 Kediaman

Informan,

Perum 1

Cimone

Permodalan dan sarana promosi yang

masih kurang memadai

Norma

8. Rabu,

24

Agustus

2016

09.39 Toko Lapis

Beneng

Database belum dimiliki oleh Dinas

Indagkop terkait Jumlah UMKM

Abdul

Hapid

Page 197: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

197

MEMBERCHECK

Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari

beberapa informan kunci maupun pendukung. Di antaranya adalah sebagai

berikut:

Tangerang, 2016

Mengetahui,

( )

Page 198: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

198

DOKUMENTASI

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

Bapak H. Sayuti Sebagai Kepala Dinas Ibu Hj.Betty sebagai Sekretaris

(Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB) (Rabu, 29 Juni 2016, 10.07 WIB)

Bapak H. Juweni sebagai Kabid UKM Ibu Endang sebagai Kasubid bina UKM

(Rabu, 29 Juni 2016, 10.42 WIB) (Selasa, 28 Juni 2016, 09.40 WIB)

Ibu etty sebagai Kasubid Fasilitasi

( Rabu, 29 Juni 2016, 09.30 WIB)

Page 199: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

199

DOKUMENTASI

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Ibu Lilis selaku pelaku UMKM Iwapi

(Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB)

Ibu Norma selaku UMKM Asifa

(Selasa, 23 Agustus 2016 11.45)

Bapak Abdul Hapid selaku Ketua Ukm Center

Tangerang

(Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB)

Page 200: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

200

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2008

TENTANG

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi;

b. bahwa sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka

Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu

diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang

mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk

mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin

seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

c. bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu diselenggarakan

secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui

pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan

berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan

usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan

kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi,

pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan

lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan;

d. bahwa sehubungan dengan perkembangan lingkungan

perekonomian yang semakin dinamis dan global, Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang

hanya mengatur Usaha Kecil perlu diganti, agar Usaha Mikro,

Page 201: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

201

Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan

kepastian dan keadilan usaha;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk

Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Page 202: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

202

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan

usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih

besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau

swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi

di Indonesia.

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan

Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili

di Indonesia.

6. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

8. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk

penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha

yang tangguh dan mandiri.

9. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah

Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara

sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan

kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan,

perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.

10. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan,

dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan

dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Page 203: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

203

11. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga

keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

12. Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk

memperbesar kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat

permodalannya.

13. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun

tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,

memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.

14. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah.

15. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam sektor kegiatannya.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:

a. kekeluargaan;

b. demokrasi ekonomi;

c. kebersamaan;

d. efisiensi berkeadilan;

e. berkelanjutan;

f. berwawasan lingkungan;

g. kemandirian;

h. keseimbangan kemajuan; dan

Page 204: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

204

i. kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 3

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

BAB III

PRINSIP DAN TUJUAN PEMBERDAYAAN

Bagian Kesatu Prinsip Pemberdayaan

Pasal 4

Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:

a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;

c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara

terpadu.

Bagian Kedua

Tujuan Pemberdayaan

Pasal 5

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:

Page 205: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

205

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,

dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,

pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

BAB IV

KRITERIA

Pasal 6

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Page 206: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

206

(4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)

huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah

sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan

Presiden.

BAB V

PENUMBUHAN IKLIM USAHA

Pasal 7

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan

menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi

aspek:

a. pendanaan;

b. sarana dan prasarana;

c. informasi usaha;

d. kemitraan;

e. perizinan usaha;

f. kesempatan berusaha;

g. promosi dagang; dan

h. dukungan kelembagaan.

(2) Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu

menumbuhkan Iklim Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 8

Aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a

ditujukan untuk:

a. memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan

bukan bank;

b. memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga

dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

Page 207: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

207

c. memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat,

murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan; dan

d. membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan

pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh

perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan

sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang

disediakan oleh Pemerintah.

Pasal 9

Aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

huruf b ditujukan untuk:

a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan

pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan

b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil.

Pasal 10

Aspek informasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c

ditujukan untuk:

a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan

informasi bisnis;

b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber

pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu; dan

c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atas segala informasi usaha.

Pasal 11

Aspek kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d

ditujukan untuk:

a. mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

b. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha

Besar;

Page 208: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

208

c. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam

pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam

pelaksanaan transaksi usaha antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

Usaha Besar;

e. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah;

f. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya

persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan

g. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang

perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

Pasal 12

(1) Aspek perizinan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf

e ditujukan untuk:

a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem

pelayanan terpadu satu pintu; dan

b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan

keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin

usaha diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13

(1) Aspek kesempatan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

huruf f ditujukan untuk:

a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di

pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat,

lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima,

serta lokasi lainnya;

b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di

subsektor perdagangan retail;

Page 209: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

209

c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki

kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan

budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun;

d. menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar

dengan syarat harus bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah;

e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah;

f. mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro

dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;

g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja

Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan

h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pasal 14

(1) Aspek promosi dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf

g, ditujukan untuk:

a. meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di

dalam dan di luar negeri;

b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri;

c. memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara

mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan

d. memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual atas produk dan

desain Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatan usaha dalam

negeri dan ekspor.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Page 210: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

210

Pasal 15

Aspek dukungan kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)

huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator,

lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan

lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

BAB VI

PENGEMBANGAN USAHA

Pasal 16

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha

dalam bidang:

a. produksi dan pengolahan;

b. pemasaran;

c. sumber daya manusia; dan

d. desain dan teknologi.

(2) Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif melakukan

pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembangan, prioritas,

intensitas, dan jangka waktu pengembangan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Pasal 17

Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:

a. meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen

bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

b. memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi

dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

Page 211: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

211

c. mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan;

dan

d. meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha

Menengah.

Pasal 18

Pengembangan dalam bidang pemasaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

16 ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:

a. melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;

b. menyebarluaskan informasi pasar;

c. meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran;

d. menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba

pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha

Mikro dan Kecil;

e. memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi;

dan

f. menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang pemasaran.

Pasal 19

Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:

a. memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan;

b. meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan

c. membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk

melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis,

dan penciptaan wirausaha baru.

Pasal 20

Pengembangan dalam bidang desain dan teknologi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d dilakukan dengan:

Page 212: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

212

a. meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta

pengendalian mutu;

b. meningkatkan kerjasama dan alih teknologi;

c. meningkatkan kemampuan Usaha Kecil dan Menengah di bidang penelitian

untuk mengembangkan desain dan teknologi baru;

d. memberikan insentif kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang

mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup; dan

e. mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk memperoleh sertifikat

hak atas kekayaan intelektual.

BAB VII

PEMBIAYAAN DAN PENJAMINAN

Bagian Kesatu

Pembiayaan dan Penjaminan Usaha Mikro dan Kecil

Pasal 21

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha

Mikro dan Kecil.

(2) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan

bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam

bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

(3) Usaha Besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang

dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian

pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.

(4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah,

mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan

lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil.

(5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk

kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana,

dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan

Page 213: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

213

perundangundangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan

bagi Usaha Mikro dan Kecil.

Pasal 22

Dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil,

Pemerintah melakukan upaya:

a. pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga

keuangan bukan bank;

b. pengembangan lembaga modal ventura;

c. pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang;

d. peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui koperasi

simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah; dan

e. pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap sumber

pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pemerintah dan

Pemerintah Daerah:

a. menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jaringan lembaga

keuangan bukan bank;

b. menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga

penjamin kredit; dan

c. memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan

untuk memperoleh pembiayaan.

(2) Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif meningkatkan

akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap pinjaman atau kredit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan cara:

a. meningkatkan kemampuan menyusun studi kelayakan usaha;

b. meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pengajuan kredit atau

pinjaman; dan

Page 214: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

214

c. meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis serta manajerial

usaha.

Bagian Kedua

Pembiayaan dan Penjaminan Usaha Menengah

Pasal 24

Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan Usaha

Menengah dalam bidang pembiayaan dan penjaminan dengan:

a. memfasilitasi dan mendorong peningkatan pembiayaan modal kerja dan

investasi melalui perluasan sumber dan pola pembiayaan, akses terhadap

pasar modal, dan lembaga pembiayaan lainnya; dan

b. mengembangkan lembaga penjamin kredit, dan meningkatkan fungsi

lembaga penjamin ekspor.

BAB VIII

KEMITRAAN

Pasal 25

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat

memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling

membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan.

(2) Kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kemitraan antara

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar mencakup proses

alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,

permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.

(3) Menteri dan Menteri Teknis mengatur pemberian insentif kepada Usaha

Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor, penyerapan

tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

Page 215: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

215

Pasal 26

Kemitraan dilaksanakan dengan pola:

a. inti-plasma;

b. subkontrak;

c. waralaba;

d. perdagangan umum;

e. distribusi dan keagenan; dan

f. bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama operasional,

usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran (outsourching).

Pasal 27

Pelaksanaan kemitraan dengan pola inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 huruf a, Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang menjadi plasmanya dalam:

a. penyediaan dan penyiapan lahan;

b. penyediaan sarana produksi;

c. pemberian bimbingan teknis produksi dan manajemen usaha;

d. perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan;

e. pembiayaan;

f. pemasaran;

g. penjaminan;

h. pemberian informasi; dan

i. pemberian bantuan lain yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan

produktivitas dan wawasan usaha.

Pasal 28

Pelaksanaan kemitraan usaha dengan pola subkontrak sebagaimana dimaksud

Pasal 26 huruf b, untuk memproduksi barang dan/atau jasa, Usaha Besar

memberikan dukungan berupa:

Page 216: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

216

a. kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan/atau komponennya;

b. kesempatan memperoleh bahan baku yang diproduksi secara

berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar;

c. bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen;

d. perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan;

e. pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan salah

satu pihak; dan

f. upaya untuk tidak melakukan pemutusan hubungan sepihak.

Pasal 29

(1) Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c, memberikan kesempatan

dan mendahulukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memiliki

kemampuan.

(2) Pemberi waralaba dan penerima waralaba mengutamakan penggunaan

barang dan/atau bahan hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi

standar mutu barang dan jasa yang disediakan dan/atau dijual berdasarkan

perjanjian waralaba.

(3) Pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan,

bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan

pengembangan kepada penerima waralaba secara berkesinambungan.

Pasal 30

(1) Pelaksanaan kemitraan dengan pola perdagangan umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 huruf d, dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama

pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan secara

terbuka.

(2) Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan oleh Usaha Besar

dilakukan dengan mengutamakan pengadaan hasil produksi Usaha Kecil

atau Usaha Mikro sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa yang

diperlukan.

(3) Pengaturan sistem pembayaran dilakukan dengan tidak merugikan salah

satu pihak.

Page 217: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

217

Pasal 31

Dalam pelaksanaan kemitraan dengan pola distribusi dan keagenan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e, Usaha Besar dan/atau Usaha

Menengah memberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa kepada

Usaha Mikro dan/atau Usaha Kecil.

Pasal 32

Dalam hal Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menyelenggarakan usaha dengan

modal patungan dengan pihak asing, berlaku ketentuan sebagaimana diatur

dalam peraturan perundangundangan.

Pasal 33

Pelaksanaan kemitraan usaha yang berhasil, antara Usaha Besar dengan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah dapat ditindaklanjuti dengan kesempatan pemilikan

saham Usaha Besar oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Pasal 34

(1) Perjanjian kemitraan dituangkan dalam perjanjian tertulis yang sekurang-

kurangnya mengatur kegiatan usaha, hak dan kewajiban masing-masing

pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu, dan penyelesaian perselisihan.

(2) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan

kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh

bertentangan dengan prinsip dasar kemandirian Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah serta tidak menciptakan ketergantungan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah terhadap Usaha Besar.

(4) Untuk memantau pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan (2), Menteri dapat membentuk lembaga koordinasi kemitraan usaha

nasional dan daerah.

Page 218: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

218

Pasal 35

(1) Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro, Kecil,

dan/atau Menengah sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan

kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.

(2) Usaha Menengah dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro

dan/atau Usaha Kecil mitra usahanya.

Pasal 36

(1) Dalam melaksanakan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

para pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka

berlaku hukum Indonesia.

(2) Pelaksanaan kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga yang

dibentuk dan bertugas untuk mengawasi persaingan usaha sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut mengenai pola kemitraan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX

KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PEMBERDAYAAN

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Pasal 38

(1) Menteri melaksanakan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah.

(2) Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara

nasional dan daerah yang meliputi:

penyusunan dan pengintegrasian kebijakan dan program, pelaksanaan,

pemantauan, evaluasi, serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, termasuk

Page 219: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

219

penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan koordinasi dan

pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X

SANKSI ADMINISTRATIF DAN KETENTUAN PIDANA

Bagian Kesatu

Sanksi Administratif

Pasal 39

(1) Usaha Besar yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (1) dikenakan sanksi

administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) oleh instansi yang berwenang.

(2) Usaha Menengah yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (2) dikenakan

sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling

banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) oleh instansi yang

berwenang.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Bagian Kedua

Ketentuan Pidana

Pasal 40

Setiap orang yang menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan mengaku

atau memakai nama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mendapatkan

kemudahan untuk memperoleh dana, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha,

Page 220: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

220

atau pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah yang diperuntukkan bagi

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dipidana dengan pidana penjara paling lama

5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah).

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini ditetapkan

paling lambat 12 (dua belas) bulan atau 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini

diundangkan.

Pasal 42

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995

Nomor 3611) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 43

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan Usaha Kecil dan Menengah dinyatakan masih

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang

ini.

Pasal 44

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Page 221: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

221

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 4 Juli 2008

PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG

YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 4 Juli 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ANDI MATTALATTA

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-

undangan

Bidang Perekonomian dan Industri,

Page 222: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

222

Setio Sapto Nugroho

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 93

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2008

TENTANG

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, dan

berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

tertib, dan dinamis dalam lingkungan yang merdeka, bersahabat, dan damai.

Pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa

diselenggarakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat

menjadi pelaku utama pembangunan, dan pemerintah berkewajiban

mengarahkan, membimbing, melindungi, serta menumbuhkan suasana dan

iklim yang menunjang.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu

memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas

kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan

Page 223: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

223

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,

dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang

harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan

pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas

kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha

Besar dan Badan Usaha Milik Negara.

Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya

dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai

hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam

hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan

teknologi, permodalan, serta iklim usaha.

Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang

pencadangan usaha, pendanaan, dan pengembangannya namun belum

optimal. Hal itu dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan

perlindungan, kepastian berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sehubungan dengan itu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu

diberdayakan dengan cara:

a. penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah; dan

b. pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta

kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian

nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh,

sinergis, dan berkesinambungan.

Dalam memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, seluruh

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dengan

Undang-Undang ini.

Undang-Undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah. Secara umum struktur dan materi dari Undang-

Undang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan

pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha,

pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan,

sanksi administratif dan ketentuan pidana.

Page 224: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

224

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah asas yang melandasi

upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai bagian

dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan

kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas demokrasi ekonomi” adalah pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan

dari pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan

kemakmuran rakyat.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah asas yang

mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Dunia

Usaha secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

Huruf d

Yang dimaksud dengan "asas efisiensi berkeadilan" adalah asas yang

mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha

untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan” adalah asas yang secara

terencana mengupayakan berjalannya proses pembangungan melalui

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan secara

Page 225: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

225

berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan

mandiri.

Huruf f

Yang dimaksud dengan "asas berwawasan lingkungan" adalah asas

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan

dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan

pemeliharaan lingkungan hidup.

Huruf g

Yang dimaksud dengan "asas kemandirian" adalah asas pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga

dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah.

Huruf h

Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan kemajuan" adalah asas

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berupaya

menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan

ekonomi nasional.

Huruf i

Yang dimaksud dengan "asas kesatuan ekonomi nasional" adalah asas

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan

bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Ayat (1)

Huruf a

Page 226: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

226

Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah hasil pengurangan

total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”hasil penjualan tahunan” adalah hasil

penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa

usahanya dalam satu tahun buku.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “memberikan keringanan tarif prasarana tertentu”

adalah pembedaan perlakuan tarif berdasarkan ketetapan Pemerintah

dan Pemerintah Daerah baik yang secara langsung maupun tidak

langsung dengan memberikan keringanan.

Pasal 10

Page 227: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

227

Huruf a

Yang dimaksud dengan “bank data dan jaringan informasi bisnis” adalah

berbagai pusat data bisnis dan sistem informasi bisnis yang dimiliki

pemerintah atau swasta.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal 11

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Posisi tawar dalam ketentuan ini dimaksudkan agar dalam melakukan

kerjasama usaha dengan pihak lain mempunyai posisi yang sepadan dan

saling menguntungkan.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Penguasaan pasar dan pemusatan usaha harus dicegah agar tidak

merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Page 228: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

228

Pasal 12

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan ”menyederhanakan tata cara dan jenis

perizinan”, adalah memberikan kemudahan persyaratan dan tata cara

perizinan serta informasi yang seluas-luasnya.

Yang dimaksud dengan “sistem pelayanan terpadu satu pintu” adalah

proses pengelolaan perizinan usaha yang dimulai dari tahap

permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen, dilakukan dalam

satu tempat berdasarkan prinsip pelayanan sebagai berikut:

a. kesederhanaan dalam proses;

b. kejelasan dalam pelayanan;

c. kepastian waktu penyelesaian;

d. kepastian biaya;

e. keamanan tempat pelayanan;

f. tanggung jawab petugas pelayanan;

g. kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan;

h. kemudahan akses pelayanan; dan

i. kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan pelayanan.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Page 229: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

229

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan ”memprioritaskan” adalah untuk

memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Yang dimaksud dengan “inkubator” adalah lembaga yang menyediakan

layanan penumbuhan wirausaha baru dan perkuatan akses sumber daya

kemajuan usaha kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai mitra

usahanya. Inkubator yang dikembangkan meliputi:

inkubator teknologi, bisnis, dan inkubator lainnya sesuai dengan potensi dan

sumber daya ekonomi lokal.

Page 230: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

230

Yang dimaksud dengan “lembaga layanan pengembangan usaha” (bussines

development services-providers) adalah lembaga yang memberikan jasa

konsultasi dan pendampingan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah.

Yang dimaksud dengan ”konsultan keuangan mitra bank” adalah konsultan

pada lembaga pengembangan usaha yang tugasnya melakukan konsultasi

dan pendampingan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah agar mampu

mengakses kredit perbankan dan/atau pembiayaan dari lembaga keuangan

selain bank.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Ketentuan ini dimaksudkan agar terdapat konsistensi dalam menjaga

kualitas produk.

Huruf d

Yang dimaksud dengan ”kemampuan rancang bangun” adalah

kemampuan untuk mendesain suatu kegiatan usaha.

Yang dimaksud dengan “kemampuan perekayasaan” (engineering)

adalah kemampuan untuk mengubah suatu proses, atau cara pembuatan

suatu produk dan/atau jasa.

Pasal 18

Huruf a

Page 231: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

231

Penelitian dan pengkajian pemasaran yang dilakukan oleh Pemerintah

dan Pemerintah Daerah meliputi kegiatan pemetaan potensi dan

kekuatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang ditujukan untuk

menetapkan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah guna

pengembangan usaha serta perluasan dan pembukaan usaha baru.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Page 232: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

232

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembiayaan untuk Usaha Mikro

berdasarkan Undang-Undang ini dapat dikembangkan lembaga keuangan

untuk Usaha Mikro sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Page 233: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

233

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Yang dimaksud dengan ”kesempatan pemilikan saham” adalah bahwa

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mendapat prioritas dalam kepemilikan

saham Usaha Besar yang terbuka (go public).

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Page 234: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

234

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4866

Page 235: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA …

235

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Pradytia Herlyansah

NIM : 6661120495

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 11 Juni 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Tangerang

Latar belakang pendidikan

SD : SD Negeri Periuk 06 Tangerang

SMP : SMPIT Asy-Syukriyyah

SMA : SMA Negeri 2 Kota Tangerang

KULIAH : Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pengalaman Organisasi

1. Futsal SMAN 2 Kota Tangerang 2011

2. BEM FISIP UNTIRTA 2015

3. HIJAS AN-NABAWI BANJAR WIJAYA 2015