Page 1 Iklan Rokok, Menjual Kematian. Uang Bisnis Rokok, Uang Darah Sebuah Studi Hukum Larangan Reklame Rokok Luar Ruang Untuk Jakarta Oleh: Azas Tigor Nainggolan Forum Warga Kota Jakarta FAKTA) dan Fellow Lawyer South East Asia Tobacco Control Aliance (SEATCA) 1. Pendahuluan Membaca judul di atas sepertinya terkesan terlalu provokatif dan mungkin juga dikatakan mengada-ngada. Tapi akibat dari merokok dan asap rokok membuat kanker dan kematian pada perokok atau orang di sekitarnya adalah fakta. Menurut ahli kesehatan masyarakat Tuti Soerojo bahwa setiap tahun 200.000 orang meninggal akibat rokok di Indonesia. Selain itu, biaya kesehatan untuk penyakit yang terkait rokok mencapai Rp 2,9 sampai Rp 11 triliun per tahunnya. 1 Melihat angka tersebut membuat kita yang waras dan yang membacanya tentu menjadi sangat ketakutan juga mungkin akan marah terhadap industri rokok. Inilah kiranya makna salah satunya dari judul di atas, yakni mengiklankan rokok adalah menjual kematian manusia. Produk rokok yang dihasilkan oleh industri rokok sudah mencapai angka jutaan 1 Tuti Soerojo, Pemerintah Akui Bahaya Rokok Belum Prioritas 2020, Aturan Rokok Diperketat, Suarapembaruan, 20-2-2009
62
Embed
Iklan Rokok, Menjual Kematian. Uang Bisnis Rokok, Uang Darah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1
Iklan Rokok, Menjual Kematian.
Uang Bisnis Rokok, Uang Darah Sebuah Studi Hukum Larangan Reklame Rokok Luar Ruang Untuk Jakarta
Oleh: Azas Tigor Nainggolan
Forum Warga Kota Jakarta FAKTA) dan Fellow Lawyer South East Asia Tobacco
Control Aliance (SEATCA)
1. Pendahuluan
Membaca judul di atas sepertinya terkesan terlalu provokatif dan mungkin juga dikatakan
mengada-ngada. Tapi akibat dari merokok dan asap rokok membuat kanker dan kematian pada
perokok atau orang di sekitarnya adalah fakta. Menurut ahli kesehatan masyarakat Tuti Soerojo
bahwa setiap tahun 200.000 orang meninggal akibat rokok di Indonesia. Selain itu, biaya
kesehatan untuk penyakit yang terkait rokok mencapai Rp 2,9 sampai Rp 11 triliun per
tahunnya.1 Melihat angka tersebut membuat kita yang waras dan yang membacanya tentu
menjadi sangat ketakutan juga mungkin akan marah terhadap industri rokok. Inilah kiranya
makna salah satunya dari judul di atas, yakni mengiklankan rokok adalah menjual kematian
manusia. Produk rokok yang dihasilkan oleh industri rokok sudah mencapai angka jutaan
1 Tuti Soerojo, Pemerintah Akui Bahaya Rokok Belum Prioritas 2020, Aturan Rokok Diperketat, Suarapembaruan, 20-2-2009
Page 2
perokok di Jakarta ini. Jutaan perokok ini tentunya sudah atau sedang dalam kondisi sekarat
karena penyakit akibat rokok atau akan berhenti merokok atau sudah berhenti merokok. Kondisi
ini tentunya akan menjadi ancaman bagi industri rokok jika diketahui atau disadari oleh para
perokok itu sendiri atau masyarakat lainnya yang belum menjadi perokok dan merupakan
sasaran industri rokok. Sangatlah penting bagi industri untuk selalu menarik konsumen rokok
baru di setiap saat atau kesempatan. Kebanyakan para perokok memulai hidupnya menjadi
perokok rata-rata pada usia sangat muda yakni umur 14 tahunan. Tetapi tidak menutup
kemungkinan juga banyak anak-anak di bawah usia 14 tahun ini sudah menjadi perokok (Baby
Smoker). Selain itu juga para perempuan muda dijadikan sasaran khusus industri rokok agar para
perempuan itu menjadi perokok aktif. Anak-anak dan perempuan saat ini menjadi sasaran utama
industri rokok agar mereka menjadi perokok karena jumlahnya yang sangat besar.
Melihat latar belakang ini menjadikan industri rokok merasa perlu mengembangkan bisnisnya
dengan mencoba menarik perhatian atau menggaet anak muda atau remaja dan perempuan
menjadi perokok barunya. Dikembangkannya sasaran kepada anak-anak dan perempuan karena
industri rokok melihat bahwa mereka mudah sekali dibohongi atau dibuai dengan rayuan bahasa-
bahasa iklan. Mayoritas perokok mulai merokok pada usia 14 tahun-an, oleh karena itu industri
harus menggaet anak muda melalui iklan-iklan super kreatif yang diharapkan dapat menciptakan
pecandu rokok baru. Menggunakan iklan atau pemasaran produk rokok oleh industri rokok
menjadi sangat penting. Begitu pula menguasai media iklan baik cetak atau elektronik dan dalam
ruangan atau di luar ruangan adalah salah satu tujuan atau cara pemasaran industri rokok.
Industri rokok tahu betul bahwa iklan rokok sangatlah efektif dan mendukung peningkatan
Page 3
perokok khususnya anak-anak dan perempuan. Kebebsan mengiklankan rokok menjadi sangat
penting dan industri rokok berani membayar mahal untuk beriklan dan mengatur agar tidak ada
peraturan yang melarang iklan rokok. Banyak cara dan taktik busuk industri rokok untuk
mengakali atau lepas dari jeratan aturan yang membatasi dan melarang iklan atau pemasaran
rokok di sebuah kota atau negara. Ada saja peluang dan cara busuk dilakukan industri rokok
yakni misalnya dengan mempengaruhi pemerintah atau pembuat kebijakan agar tidak membuat
peraturan yang melarang iklan atau pemasaran rokok.
Sementara itu trend atau perkembangan global saat ini sudah sangat sadar akan bahaya rokok
dan asap rokok. Banyak negara atau kota yang terus mempersempit ruang merokok, ruang
pemasaran rokok juga ruang iklan bagi produk rokok. Perkembangan kesadaran inilah yang
menjadi sasaran untuk dirubah oleh upaya advokasi industri rokok untuk terus mempengaruhi
agar bisa mengembangkan pemasarannya. Upaya ini dilakukan dengan satu tujuan
mempengaruhi pemerintah atau pembuat kebijakan, LSM dan para pakar untuk mendukung
perlawanan terhadap advokasi dan kebijakan yang mengatur kawasan dilarangan merokok,
pemasaran atau iklan rokok. Industri rokok tidak akan pernah berhenti berupaya atau
mengadvokasi walau sekarang ini semakin banyak negara yang mengenakan larangan
menyeluruh atau sebagian terhadap ruang untuk merokok atau iklan rokok. Ada saja dan
memang industri rokok terbukti sangat cerdik menemukan cara sangat kreatif untuk
mempopulerkan nama dagangnya, terutama di kalangan generasi muda dan perempuan.
Advokasi keras dan licik itu terutama dilakukan oleh industri rokok di negara-negara yang
belum meratifikasi Frame Work Convention on Tobacco Control (FCTC) dan belum memiliki
Page 4
peraturan lengkap di bidang Tobacco Control (TC). Salah satunya adalah di Indonesia yang juga
merupakan salah satu negara produsen dan negara dengan jumlah perokok sangat besar yakni
sekitar 70 juta orang perokok.
Lemahnya pengaturan tentang pengendalian dampak rokok di Indonesia diakui oleh pemerintah
Indonesia sendiri. Pemerintah Indonesia sendiri mengakui bahwa saat ini faktor kesehatan belum
menjadi prioritas utama dalam merumuskan kebijakan menyangkut pengendalian dampak
bahaya rokok.2 Faktor ketenagakerjaan dan penerimaan keuangan dari cukai rokok masih
menjadi pertimbangan utama pemerintah Indonesia sehingga masih lemah berhadapan dengan
industri rokok. Pemerintah Indonesia baru berencana memperketat peredaran rokok baru pada
tahun 2020. Faktor kesehatan akan dijadikan pertimbangan utama pada masa itu untuk membuat
kebijakan atau peraturan yang memperketat peredaran rokok di Indonesia. Kelemahan
pemerintah Indonesia terhadap produk rokok dan industri rokok ini juga adalah pertimbangan
tenaga kerja dan pendapatan cukai dari industri rokok. Padahal jika bicara faktor tenaga kerja
adalah sangat jelas bahwa hingga saat ini kondisi pengupahan atau kehidupan buruh pabrik
termasuk buruh industri rokok sangat jauh dari hidup layak. Industri, termasuk di dalamnya
industri rokok masih memberi upah dan kehidupan yang belum manusiawi kepada para
buruhnya. Berbicara tentang cukai rokok adalah salah besar jika itu dikatakan pendapatan yang
diberikan oleh industri rokok. Cukai rokok adalah dijadikan tambahan harga jual oleh industri
rokok kepada para perokok. Jadi cukai rokok itu adalah dibayarkan oleh para perokok dan bukan
industri rokok.
2 Pemerintah Akui Bahaya Rokok Belum Prioritas 2020, Aturan Rokok Diperketat, Suarapembaruan, 20-2-2009
Page 5
2. Iklan Rokok Mempengaruhi Anak-anak dan kaum Perempuan
Salah satu pengeluaran terbesar iondustri rokok adalah biaya untuk
melakukan iklan atau sponsorship. Keberanian dan menempatkan uang cukup
begitu besar untuk iklan dan sponsorship oleh industri rokok dilakukan
untuk membangun dunia perokok secara berkelanjutan meningkat terus.
Menghamburkan uang jutaan dolar secara berlebihan seperti ini membuat
industri rokok menjadi seperti pahlawan atau industri yang baik hati. Coba lihat saja beragamnya
dan banyak kegiatan sponsorship yang sebenarnya untuk membangun citra dan iklan bagi
produk rokok. Melalui kegiatan sponsorship seperti itu, industri telah berhasil melakukan iklan
efektif dan menjadikan industri rokok pahlawan bagi kaum muda, perempuan dan bahkan untuk
orang miskin seperti asongan rokok atau pedagang rokok. Bahkan sebuah industri rokok di
Indonesia pada tahun 2010 lalu berhasil menggaet seorang penyanyi idola kritis membangun
sebuah gerakan lingkungan hidup. Hebat memang upaya industri rokok dalam melakukan iklan
produknya dengan berbagai topeng kebaikan.
Di balik topeng kebaikan yang dibangun adalah iklan industri rokok untuk terus membangun
perokok baru dari kalangan remaja dan perempuan sebagai pasar utamanya saat ini. Melalui
kegiatan topeng iklan ini mereka berhasil mempublikasikan nama dagang dan menciptakan
dalam benak anak muda serta kaum perempuan hubungan antara rokok dan kesehatan serta
kehebatan berolahraga juga pendidikan. Telah banyak acara olahraga, pendidikan dan bahkan
Page 6
kegiatan agama yang disponsori oleh industri rokok dan ditayangkan secara terbuka di tempat-
tempat publik secara cetak maupun elektronik dengan sama sekali tidak mengindahkan etika
beriklan.
Kita berada di bisnis rokok, bukan di bisnis olahraga. Kita menggunakan olahraga sebagai
peluang untuk mengiklankan produk kita.....kita bisa memasuki wilayah dimana kita
memasarkan sebuah acara, menghitung penjualan selama acara tersebut dan menghitung
penjualan pasca acara, dan melihat adanya peningkatan dalam penjualan.”
R.J.. Reynolds
”Tujuan diselenggarakannya Marlboro Superbike Show (di Taiwan) adalah untuk memperkuat
citra merek dagang yang dikaitkan dengan hura-hura, vitalitas, maskulinitas, terutama di
kalangan konsumen dewasa”
Philip Morris
(Balap Motor) olahraga ideal untuk disponsori oleh perusahaan rokok. Ada daya tarik dan
diliput secara luas oleh televisi secara internasional. Acara tersebut dilangsungkan selama 10
bulan dan melibatkan 16 balap motor di 14 negara dengan pembalap dari 16 kebangsaan.
Setelah sepak bola, olahraga ini adalah olahraga multinasional nomor satu. Acara ini diekspos
secara luas di dunia, mendapat sambutan secara global, dan secara keseluruhan diliput media
Page 7
massa, dan ditonton oleh 600 juta orang setiap 2 minggu. Kesan yang ditampilkan adalah
”kejantanan, kegembiraan, warna, internasional, dan glamor”. Kehadirannya (sponsor rokok,
red) adalah agar dapat terlihat, yaitu untuk menjual rokok.
Barrie Gill. Chief Executive of Championship Sports Specialists Ltd.
Seringkali juga di Jakarta setiap kegiatan sponsorship industri rokok, kegiatan
olah raga, konser musik atau bahkan kegiatan keagamaan tersebut diiklan lagi
secara terbuka melalui iklan luar ruang (billboard) raksasa di jalan0jalan bahkan
di kampung-kampung pemukiman warga. Keberadaan iklan billboard dan
perusahaan iklan ini akhirnya melahiurkan sekutu bahkan ada sebuah industri
rokok di Jakarta yang membangun sebuah perusahaan iklan (advertising) sendiri
untuik membangun kekuasaan beriklan di luar ruang Jakarta. Jika melihat
dampak kematian yang dialami oleh para perokok jelaslah bagi kita bahwa
beriklan rokok adalah menjual kematian. Menjual kematian tersebut secara khusus ditujukan
oleh industri rokok kepada generasi muda dan kaum perempuan. Semua industri atau pihak yang
terlibat dengan kegiatan beriklannya industri rokok jelas telah bekerja sama secara sadar untuk
menjual kematian. Alur menjual kematian itu dapat dilacak sebagai berikut: menjual atletisisme
melalui kegiatan olah raga, menjual kehebatan melalui bisnis pertunjukan, menjual mode dan
kecantikan, menjual kebebasan atau memakmuran melalui iklan adalah menjual kematian
Page 8
Coba kita pikirkan baik-baik, bagaimana mungkin kepulan asap rokok akan dapat memberikan
kesehatan dan kebugaran bagi si perokok atau orang di sekitarnya? Bagaimana mungkin juga
racun dan nikotin atau TAR di dalam rokok akan memberikan kecantikan dan
kesehatan serta kemakmuran bagi kaum perempuan yang merokok? Bagaimana
mungkin dan apa faktanya seorang anak-anak atau remaja bisa bebas merokok
dan menjadi pandai dengan merokok? Bukankah sudah rahasia umum, dan
perusahaan rokok mengakui sendiri dalam setiap kemasan rokoknya dengan
menuliskan bahwa merokok akan menyebabkan kanker dan kematian serta
keguguran bagi wanita hamil. Jadi jelas bahwa iklan rokok hanya membohongi
dan menjual kematian bagi anak muda dan kaum perempuan yang menjadi
target iklan industri rokok.
Keinginan praktis dan instan kaum perempuan dan anak muda untuk selalu ingin tampil hebat
dan menjadi pusat perhatian sekitar inilah yang dijadikan slogan iklan para industri rokok.
Slogan menipu, akan jadi bintang yang sehat dan bahagia dan pilihannya adalah merokok
dengan nikotin dan tar rendah cukup masuk akal sebagai gambaran gaya hidup ini thema pilihan
iklan luar ruang industri rokok di banyak tempat termasuk di Jakarta. Kelicikan industri rokok
yang paling keji ini dapat disimpulkan ketika menjadikan perempuan dan generasi muda atau
anak muda sebagai target market. Bagi kaum muda atau anak muda upaya industri rokok itu
dilakukan melalui menjual isi iklan tentang gaya hidup (life style), rendah tar (low tar atau light)
agar terkesan lebih aman. Secara khusus bagi perokok kaum perempuan iklan rokok menipu
Page 9
dengan isi iklan salah satu manfaat merokok adalah tetap langsing,
kemasan feminine dan chic, slim cigarette (fashionable). Indonesia
masih sangat welcome terhadap iklan rokok di televisi dan radio,
juga billboard yang tersebar di seluruh pelosok negeri, yang kita
lihat sebagai contoh adalah iklan rokok impor untuk slim cigarette
yang ditargetkan bagi perempuan karir, dengan citra chic,
fashionable, tubuh langsing, cantik, dan menarik. Billboard rokok
tersebut terpampang besar di seberang Hotel Mulia, Senayan,
Jakarta, dekat dengan mal-mal mewah di mana perempuan kalangan
atas shopping dan hang out.3
Laporan Bank Dunia 2003 dalam buku berjudul The Economics of
Tobacco Use and Tobacco Control in the Developing World, The
World Bank, 2003, menyimpulkan bahwa di negara-negara maju konsumsi rokok pada laki-laki
menurun pada tahun 1990-an, sementara prevalensi merokok meningkat justru di kalangan anak
muda khususnya remaja puteri. Variasi prevalensi merokok pada perempuan di seluruh dunia
berbeda. Pada tahun 1995, Di Eropa Timur dan Asia Tengah, 59% laki-laki merokok, dan 26%
perempuan merokok, sementara di Asia Timur dan Pasifik, 59% laki-laki dan 4% perempuan
adalah perokok.
Indonesia juga menunjukkan gejala serupa pada negara-negara kaya, bahwa prevalensi merokok
pada perempuan meningkat justru di kalangan mereka yang berpendidikan dan berpenghasilan
3 Sri Utari Setyawati, PEREMPUAN INDONESIA YANG MALANG: Kini Menjadi Target Pemasaran Rokok
Page 10
tinggi.4 Cara licik industri rokok dalam beriklan ini jelas telah mengabaikan etika beriklan yakni
tidak berisi kebohongan atau tipuan. Tipuan ini telah melanggar hak anak-anak dan kaum
perempuan untuk mendapatkan informasi yang benar dan hidup sehat.Hak perempuan dan anak
untuk sehat adalah hak dasar yang tak dapat ditawar-tawar lagi.
Sri Utari juga mengatakan bahwa empat juta kematian yang dapat dicegah telah terjadi setiap
tahun, atau 11.000 kematian per hari, angka yang langka dan tidak mungkin ditemukan
contohnya dalam sejarah manapun, yang dapat menyamai jejak kematian dan penghancuran
yang terprogram karena tembakau.5 Jika angka pertumbuhan meningkat terus sampai dengan
2020, maka penggunaan tembakau akan bertanggungjawab terhadap 10% beban penyakit di
dunia. Yang sangat mengkhawatirkan adalah prevalensi merokok pada remaja, khususnya
remaja puteri meningkat di berbagai belahan dunia. Pada negara-negara dimana perempuan
perokok prevalensinya masih rendah, merupakan kesempatan emas untuk melakukan upaya
pencegahan untuk mulai merokok maupun kematian dini. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) dan Konvensi Perlindungan Anak (yang telah
diratifikasi oleh Indonesia), turut menjadi bahan pertimbangan untuk melindungi hak perempuan
dan anak (pesan Brundtland 2001, Women and The Tobacco, WHO & JHSPH, Jonathan M.
Samet and Soon-Young Yoon). Jelaslah sekarang bahwa kaum perempuan dan anak-anak perlu
dilindungi dari dampak rokok yang diiklan secara terbuka tanpa pengaturan dari pihak
pemerintah.
4 Sri Utari Setyawati, PEREMPUAN INDONESIA YANG MALANG: Kini Menjadi Target Pemasaran Rokok
5 Sri Utari Setyawati, PEREMPUAN INDONESIA YANG MALANG: Kini Menjadi Target Pemasaran Rokok
Page 11
Apabila menginginkan sebuah generasi atau bangsa yang sehat juga berkualitas maka tidak bisa
ditawar-tawar lagi yakni jauhi mereka dari rokok dan iklan rokok yang selama ini telah
membangun citra atau semangat kebohongan serta menipu. Sehatkanlah mereka para anak-anak
muda dan kaum perempuannya dan bangun kesadaran sehat tanpa rokok dan jangan percaya
pada iklan rokok dengan melarang total iklan rokok. Jangan biarkan perempuan menjadi
perokok atau anak muda menjadi perokok, agar generasi yang akan datang betul-betul menjadi
generasi berkualitas dan bebas dari paparan asap rokok.
3. Iklan Rokok Mempengaruhi Peningkatan Penggunaan Tembakau
Mungkin ada sementara pertanyaan, mengapa kaum perempuan dan anak-anak muda atau
remaja menjadi sasaran industri rokok melalui iklan-iklannya. Kedua golongan ini ykani
perempuan dan remaja menjadi sasaran pengaruhi melalui reklame atau iklan rokok karena:
Di seluruh dunia jumlah perempuan masih jauh kurang ketimbang jumlah laki-laki
perokok.
Di negara maju jumlah kaum laki merokok mulai menetap dan cenderung berkurang.
Jumlah perempuan yang ingin merokok malah bertambah (feminis/emansipasi),
hingga merupakan pangsa pasar industri rokok
Jumlah anak-anak dan remaja yang ingin merokok terus bertambah
Page 12
Melihat keadaan ini jelas menjawab pertanyaan tentang pentingnya perusahaan rokok
membangun kebebasan reklame atau iklan rokok. Kebebasan iklan rokok ini agar tetap bisa terus
meningkatkan angka penggunaan tembakau dengan menggaet perokok baru dari kalangan
remaja dan perempuan.
Siaran iklan atau promosi rokok telah mengakibatkan anak dan remaja (yang masih berusia
anak) terpengaruh oleh iklan promosi rokok dan mempengaruhi untuk merokok. Berdasarkan
hasil Penelitian Fakutas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
pada tahun 2007 tentang dampak iklan rokok terhadap anak dan remaja, diperoleh fakta antara
lain:6
(a) dari hasil analisis terhadap jawaban atas pertanyaan tentang media tempat disiarkannya
iklan, dapat dilihat bahwa Televisi merupakan media pemajanan iklan rokok tertinggi
terhadap responden (99,7%), disusul oleh Spanduk/Poster/Billboard (86.7%), kegiatan
yang disponsori perusahaan rokok (77%), dan Koran/Majalah (76.2%);
(b) Tingginya keterpajanan terhadap iklan rokok melalui Televisi, Spanduk/
Poster/Billboard, dan koran/majalah juga terungkap dari respon informan kualitatif
remaja;
“....sering, di televisi....”
“.....pernah, di televisi dan di jalan....”
6 Laporan Penelitian Fakutas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA yang berjudul “Dampak Keterpajanan Iklan Rokok dan Kegiatan
Yang Disponsori Perusahaan Rokok Terhadap Aspek Kognitif, Afektif, dan Perilaku Merokok pada Remaja”, Jakarta, 2007
Page 13
“.....televisi, spanduk, billboard....”
“Sering, di televisi, majalah, koran, spanduk...”
“Sering, seperti di televisi, spanduk, billboard, koran, dan majalah...”
(c) gambaran pengaruh iklan rokok terhadap aspek kognitif remaja dapat diidentifikasi
dari jumlah slogan yang diingat. Iklan rokok sekarang sangat mengutamakan slogan-
slogan yang menarik dan mudah diingat dan bukan berupa bujukan yang langsung agar
khalayak yang terpajan membeli dan menghisap rokok merek yang diiklankan. Hasil
analisis atas pertanyaan “Sebutkan slogan-slogan.....” memperlihatkan bahwa hanya 10.8
% responden yang tidak dapat mengingat dan menyebutkan satu slogan pun, sedangkan
sisanya dapat menyebutkan satu sampai sembilan slogan.
Bila responden dikategorikan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai rata-rata 3 jumlah
slogan yang disebut, maka responden yang tergolong dapat menyebutkan dalam jumlah
banyak (> mean) sebanyak 182 responden (51.6%). Data ini memperlihatkan besarnya
pengaruh iklan rokok terhadap aspek kognitif remaja;
(d) pengaruh iklan rokok terhadap aspek kognitif remaja dapat diidentifikasi dari jumlah
slogan yang diingat. Secara keseluruhan slogan-slogan yang diungkapkan oleh responden
mencapai 60 buah, 20 tertinggi diantaranya disajikan pada tabel 4.13.
Page 14
Lima slogan yang terbanyak disebutkan adalah “Enjoy Aja” dengan responden yang
menjawab sebanyak 45.33%, “Pria Punya Selera” (29.18%), “Gak ada Loe gak rame”
(27,2%), “Bukan Basa Basi” (17,56%), dan “Tanya Kenapa” (16,15%). Tampak jelas
sekali bahwa slogan-slogan tersebut adalah slogan-slogan yang gayanya sesuai untuk
remaja;
Distribusi Responden Menurut 20 Slogan Yang Paling Diingat
No. Slogan iklan rokok f % No. Slogan iklan rokok f %
1 Enjoy aja 160 45.33 11 Aksinya rame-rame 21 5.95
2 Pria punya selera 103 29.18 12 U are U 20 5.67
3 Gak ada loe, gak
rame 96 27.2 13
Yang muda yang gak
dipercaya 17 4.82
4 Bukan basa basi 62 17.56 14 May be yes! May be
no! 16 4.53
5 Tanya kenapa? 57 16.15 15 The flavour of
adventure 15 4.25
6 Bikin hidup ebih
hidup 54 15.3 16 Pria sejati 12 3.4
7 Buktikan merahmu 33 9.35 17 Memang bikin bangga 11 3.12
8 U.S. Federal Trade Commission (FTC). Cigarette Report for 2003. Washington DC: FTC; 2005. Available from: http://www.ftc.gov/reports/cigarette05/050809cigrpt.pdf.
9 Oxford Business Group. Tobacco producers roll with the times. Emerging Markets Economic Briefings [serial on the Internet]. 2009 [cited 2009 July 21]: Available from:
Menargetkan populasi tertentu seperti wanita, kawula muda dan rakyat miskin dengan cara:
o Mengeksploitasi citra glamor, kemandirian, daya tarik seks dan kelangsingan yang
sangat menarik bagi wanita dan remaja putri10
o Mensponsori konser, memberikan hadiah setelah membeli beberapa bungkus rokok,
dan sampel rokok gratis, yang khusus ditujukan kepada kelompok berpenghasilan
rendah seperti kawula muda dan rakyat miskin11
Melalui iklan produk-produknya, industri tembakau mencoba
menciptakan lingkungan di mana penggunaan tembakau merupakan
hal yang biasa dan dapat diterima umum, serta meremehkan
peringatan tentang dampak kesehatannya.12
10 Kaufman NJ, Nichter M. The marketing of tobacco to women: Global perspectives. In: Samet JM, Yoon S-Y, editors. Women and the tobacco epidemic: Challenges for the
21st century: World Health Organization, Institute for Global Tobacco Control at Johns Hopkins School of Public Health; 2001.
U.S. Department of Health and Human Services (HHS). Women and smoking: A report of the Surgeon General. 2001. Available from:
11 Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) (SEATCA). Targeting the poor: Casualties in Cambodia, Indonesia, and Laos. 2008.
Action on Smoking and Health (United Kingdom) (ASH). BAT's African footprint. London: 2008. Available from: http://www.ash.org.uk/ash_zuufw093.htm.
12 U.S. Department of Health and Human Services. Reducing the health consequences of smoking: 25 years of progress. A report of the Surgeon General. Centers for Disease
Control and Prevention, Office of Smoking and Health; 1989. Available from: http://profiles.nlm.nih.gov/NN/B/B/X/S/.
Perusahaan tembakau atau industri rokok harus menarik generasi baru pengguna tembakau untuk
menggantikan mereka yang telah berhenti merokok atau meninggal akibat penyakit terkait
merokok. Untuk mencapainya, perusahaan tembakau mengembangkan kampanye pemasaran
besar-besaran untuk membujuk kawula muda untuk merokok dan menjadi perokok jangka
panjang. Budaya Indonesia begitu kental dengan iklan dan sponsor industri tembakau hingga
dalam kurun waktu antara bulan Januari dan Oktober 2007 saja, terdapat 1.350 acara yang
disponsori oleh industri tembakau – rata-rata 135 acara setiap bulannya. Pemasaran tembakau,
yang meliputi iklan, promosi dan sponsor, telah terbukti meningkatkan jumlah kawula muda
yang mulai merokok.13
Sebuah studi tahun 2007 di Indonesia menemukan bahwa 70% anak muda terpengaruh kuat
(46,3%) dan sedang (24,1%) oleh iklan tembakau untuk mulai merokok.14
Kajian tahun 2003 dari sembilan studi longitudinal yang melibatkan lebih dari 12.000 anak
muda menyimpulkan bahwa iklan dan promosi tembakau meningkatkan kemungkinan
remaja mulai merokok.15
13 DiFranza JR, Wellman RJ, Sargent JD, Weitzman M, Hipple BJ, Winickoff JP. Tobacco promotion and the initiation of tobacco use: Assessing the evidence for causality.
Pediatrics. 2006 June;117(6):e1237-48.
14 University of Indonesia, National Commission for Child Protection, Southeast Asia Tobacco Control Alliance. Study on the impact of exposure to tobacco advertisement
and sponsorship towards knowledge, attitude and smoking behavior in youth. Jakarat; 2007.
15 Lovato C, Linn G, Stead LF, Best A. Impact of tobacco advertising and promotion on increasing adolescent smoking behaviours. Cochrane Database Systematic Review.
2003(4):CD003439.
Page 21
Sebuah studi di Inggris yang dilakukan antara tahun 1999 dan 2004 menemukan bahwa,
dengan tiap bentuk pemasaran tembakau yang dikenali kawula muda, kemungkinan untuk
mulai merokok meningkat sebesar 7%.16
Sebuah studi tahun 2004 menemukan bahwa familiaritas dengan papan iklan tembakau
lokal meningkatkan kemungkinan untuk mulai merokok di kalangan usia 13 hingga 14
tahun di Spanyol.17
Sebuah kajian tahun 2009 dari delapan studi penampang terhadap dampak iklan dan
promosi tembakau pada titik penjualan secara konsisten menemukan keterkaitan yang erat
antara paparan terhadap promosi tembakau di dalam toko dengan dimulainya merokok atau
kerentanan untuk merokok. Penulis menyimpulkan bahwa kecanduan tembakau, parahnya
bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok, bukti bahwa pemasaran dan promosi
tembakau mendorong anak-anak untuk mulai merokok, dan konsistensi bukti bahwa hal
tersebut mempengaruhi mulai merokoknya anak, memberikan alasan yang kuat untuk
melarang iklan dan dipajangnya produk tembakau hisap di titik penjualan.18
16 Moodie C, MacKintosh AM, Brown A, Hastings GB. Tobacco marketing awareness on youth smoking susceptibility and perceived prevalence before and after an
advertising ban. European Journal of Public Health. 2008 October;18(5):484-90.
17 Lopez ML, Herrero P, Comas A, Leijs I, Cueto A, Charlton A, et al. Impact of cigarette advertising on smoking behaviour in Spanish adolescents as measured using
recognition of billboard advertising. European Journal of Public Health. 2004 December;14(4):428-32.
18 Paynter J, Edwards R. The impact of tobacco promotion at the point of sale: a systematic review. Nicotine Tob Res. 2009 Jan;11(1):25-35.
Page 22
4. Larangan Iklan Menyeluruh Lebih Efektif Kendalikan Bahaya Rokok
Pemasaran produk tembakau seperti rokok beserta iklannya adalah untuk mempertahankan serta
meningkatkan penggunaan produk tembakau yakni rokok khususnya perokok pemula (anak-
anak dan remaja) dan perempuan. Saat ini iklan
rokok dan citra rokok bertindak sebagai isyarat
merokok adalah sah dan sehat bagi perokok. Studi
menunjukkan bahwa perokok dari semua usia
memiliki keinginan yang lebih besar untuk merokok
ketika disajikan dengan gambar terkait rokok, seperti
seseorang yang merokok atau sebungkus rokok, atau
benda lain yang berkaitan dengan rokok. Iklan
tembakau berisi banyak sekali jenis-jenis gambar
ini.19 Perusahaan tembakau telah menggasak uang perokok terkait manfaat rokok light atau
rendah tar dengan memasarkan rokok tersebut sebagai rokok yang lebih sehat dibandingkan
rokok biasa. Penghisap rokok “light” dan “rendah tar” menambah jumlah rokok yang dihisap
19 Centers for Disease Control and Prevention, Office of Smoking and Health; 1989. Available from: http://profiles.nlm.nih.gov/NN/B/B/X/S/.
Upadhyaya HP, Drobes DJ, Thomas SE. Reactivity to smoking cues in adolescent cigarette smokers. Addictive Behaviors. 2004 July;29(5):849-56.
dalam sehari, menghirup hisapan yang lebih besar, menghisap lebih sering, menghisap lebih
dalam atau menghalangi lubang ventilasi rokok – semuanya ini dilakukan untuk mendapatkan
dosis nikotin yang dibutuhkan guna mempertahankan kecanduan mereka.20 Penjualan global
untuk rokok “light” dan “rendah tar” meningkat drastis dari 388 miliar batang rokok yang terjual
di tahun 2000 menjadi hampir 500 miliar batang rokok yang terjual di tahun 2005, yang
menggambarkan keberhasilan industri tembakau dengan teknik pemasarannya yang menipu.21
Negara memiliki hak untuk membatasi pemasaran produk berbahaya guna melindungi kesehatan
masyarakat.22 Larangan menyeluruh, yang melarang penggunaan semua strategi pemasaran oleh
industri tembakau, efektif melindungi kesehatan masyarakat. Larangan iklan parsial kurang
efektif, sebagian karena industri tembakau mengalihkan upaya pemasarannya ke saluran yang
tidak dibatasi ketika larangan sifatnya tidak menyeluruh.23 Iklan dan promosi tembakau
didefinisikan sebagai “segala bentuk komunikasi, rekomendasi atau aksi komersial dengan
20 U.S. Department of Health and Human Services (HHS). Risks associated with smoking cigarettes with low machine-measured yields of tar and nicotine. Smoking and
tobacco control monograph no. 13. Bethesda, MD: National Cancer Institute; 2001. Available from: http://dccps.nci.nih.gov/tcrb/monographs/13/m13_5.pdf.
21 Euromonitor International. Table 208: Global sales of cigarettes by subsector: Volume 2000-2005. 2008; Available from: http://portal.euromonitor.com.
22 Action on Smoking and Health (United Kingdom) (ASH). Tobacco advertising: Banning tobacco promotion: Ethical and civil liberties issues. London: ASH; 1997.
Available from: http://www.ash.org.uk/files/documents/ASH_168.pdf.
Joossens L. Questions and answers: Why ban tobacco advertising in the European Union? Geneva: International Union against Cancer; 1998. Available from:
23 Saffer H. Tobacco advertising and promotion. In: Jha P, Chaloupka F, editors. Tobacco control in developing countries. New York: Oxford University Press, Inc.; 2000.
Blecher E. The impact of tobacco advertising bans on consumption in developing countries. Journal of Health Economics. 2008 July;27(4):930-42.
Kegiatan tanggung jawab sosial korporat seperti prakarsa pencegahan kawula muda dan
sumbangan amal kepada organisasi publik dan swasta
Jadi sebuah dasar pikir yang sah yakni perlindungan anak dan kaum perempuan dalam
pengendalian tembakau dan pengendalian atau pelarangan iklan rokok. Bahaya terhadap
tembakau atau rokok serta peningkatan perdagangan juga jumlah perokok serta korban hamparan
asap rokok jelas memiliki hubungan langsung dengan kebebasan mengiklankan rokok di
Indonesia dan khusus di kota Jakarta. Melihat masalah dampak iklan ini, pemerintah harus sudah
mulai memikirkan untuk membatasi atau bahkan melarang secara total iklan rokok. Bahaya
tembakau sudah menjadi epidemi global (global epidemic) dan sudah menjadi bahaya dan
mengancam kehidupan . WHO menyebutnya bahwa tembakau adalah pemunuh (tobacco kills)
karena tiap 6 detik satu orang meninggal terkait penyakit akibat merokok. Di Indonesia, korban
tobacco kills bukan tak menyayat hati, tragis dan berkelanjutan. Bayangkan 1.172 orang
meninggal per tahun akibat penyakit terkait merokok. Lembaga Demografi FE-UI dalam
’Ekonomi Tembakau’ (2008) melaporkan konsumsi rokok penyebab sampai 200.000 kematian
setiap tahun.
Page 26
Jelas bahwa rokok diakui mengandung zat adiktif dan karsinogenik serta mematikan, namun
iklan rokok masih dihalalkan di Jakarta. Bahkan rokok diiklankan dan disiarkan secara agresif
dengan strategi pencitraan yang menyesatkan anak dan remaja serta kaum perempuan tanpa
kendali. Iklan-iklan rokok semua bertujuan agar mendapatkan penmgganti perokok lama yang
sadar atau sudah meninggal. Berbekal uang yang sangat besar industri rokok menggarap
perokok pemula loyalis dan keberlanjutan (suistainability) bagi keuntungan industri rokok.
Misi iklan rokok yang massif dan agresif adalah mengubah kesadaran anak dan remaja serta
kaum perempuan seakan-akan rokok barang normal.
Bagaimana mungkin rokok yang bersifat adiktif, karsinogenik dan membunuh perokoknya,
dirubah citranya seakan-akan menjadi benda normal? Seakan menjadi barang yang baik, sehat
dan mencerdaskan? Perubahan citra ini dilakukan industri rokok melalui iklannya agar rokok
menjadi barang yang legal, tidak bisa dijerat oleh hukum. Posisi legal ini pun membuat rokok
dan merokok betrsifat pribadi dan pilihan bebas perorangan warga negara tanpa perlu campur
tangan negara. Melihat rokok itu bersifat adiktif, karsinogenik dan membunuh perokoknya maka
urusan pengendalian pemsarannya dan promosi (iklannya) rokok (tembakau) adalah menjadi
urusan publik dimana pemerintah memiliki tanggung jawab mengatur juga
mengendalikannya.Campur tangan pemerintah ini didasari oleh kewajiban pemerintah
melindungi warga negaranya dari kematian secara masif akibat dari rokok dan dampak iklan
rokok yang menyesatkan.
Page 27
Tanggung jawab pemerintah inilah yang menjadikan
pentingnya sebuah kebijakan pelarangan total iklan,
promosi dan sponsorship rokok mesti dimutlakkan.
Upaya pencitraan dalam iklan rokok bermetamorfosa
menjadi kejantanan, enjoy, setia kawan, dan aneka jargon
remaja dan kaum perempuan. Sepertinmya soal bahaya
rokok yang adiktif, karsinogenik dan membunuh
perokoknya hanya isapan jempol dan upaya agen asing
untuk memiskinkan petani tembakau dan buruh pabrik
rokok, mengurangi pendapatan cukai rokok serta
menghapuskan penghasilan pajak daerah dari pajak iklan
rokok. Peluang atau pencitraan bohong sebuah iklan itu sendiri DR.Thomas Noach Peea, yang
dalam disertasinya pada Universitas Indonesia mengenai manipulasi iklan mengatakan bahwa, ”
demi kepentingan mencari pangsa pasar, tak jarang iklan berubah menjadi media disinformasi,
manipulasi, dan dominasi, yang mengandung bias serta cenderung memberikan pemahaman
yang keliru mengenai produk yang sebenarnya”. Thomas melanjutkan, ”Fenomena ini
menyebabkan munculnya kejahatan kolektif secara simbolik (symbolic collective crime) yang
terjadi karena sikap masyarakat yang belum kritis”.26
26 Muhammad Joni, SH.,MH, TOBACCO KILLS, IRONI IKLAN ROKOK, tanpa tahun
Page 28
Memang para industry rokok dan biro reklame mengatakan dan bersikeras bahwa rokok adalah
produk legal dan tidak boleh dilarang pengiklanannya. Sepertinya para industri rokok dan biro
iklan tersebut akan mengenyampingkan fakta rokok adalah bersifat adiktif, karsinogenik dan
membunuh perokoknya. Bahayanya rokok ini adalah sama dengan bahaya yang dimiliki
minuman alkohol yang oleh peraturan nasional Indonesia dilarang diiklankan secara terbuka.
Rokok dan minuman beralkohol adalah sama-sama barang yang oleh UU Penyiaran Pasal 46
ayat 3 huruf b untuk tidak boleh diiklankan. Berdasarkan pengaturan dalam UU Penyiaran ini
jelas adalah rokok dan minuman alkohol adalah sama dan dilarang untuk diiklankan secara
hukum. Seharusnya pemerintah nasional dan daerah seluruh Indonesia memahami aturan hukum
ini dan menerapkan larangan iklan rokok di tempatnya masing-masing sebagaimana mereka
melarang iklan minuman alkohol karena sama-sama juga bersifat adiktif. Dalam hal pelarangan
iklan rokok ini membutuhkan sikap aktif dan keberanian pemerintah nasional dan daerah untuk
melarang iklan rokok di seluruh Indonesia termasuk di kota Jakarta. Sikap berani ini sangat
dibutuhkan semua warga negara agar tidak mati percuma karena menjadi korban rokok dan asap
rokok yang bebas diiklankan. Melihat dampak dan bahayanya iklan rokok maka diperlukan
peraturan larangan yang menyeluruh terhadap iklan, promosi dan sponsor tembakau secara
lengkap dan diberlakukan bagi semua strategi pemasaran dan promosi langsung dan tidak
langsung. Di negara yang memiliki batasan konstitusional yang menghalangi diadopsinya
larangan yang menyeluruh, kebijakan paling tidak harus mewajibkan peringatan kesehatan pada
semua iklan, promosi dan sponsor, dan melarang semua bentuk iklan yang keliru, menyesatkan
atau menipu.27
27 World Health Organization Framework Convention on Tobacco Control (WHO). Guidelines for implementation: Article 5.2, article 8, article 11, article 13. Geneva:
Page 29
5. Iklan Media Luar Ruang (Reklame) Rokok di Jakarta
Tidak ada upaya yang tidak sengaja dilakukan oleh perusahaan rokok untuk melanggengkan
bisnis, lebih jauh lagi mengembangkan dan meningkatkan keuntungan. Apalagi di negara seperti
Indonesia, dimana apa saja mungkin terjadi, negara senantiasa memerlukan tambahan
penerimaan untuk memberi makan, dan menyediakan layanan kesehatan serta pendidikan kepada
jutaan tambahan penduduk miskin setiap tahunnya. Berbagai alasan inilah yang terus
dikampanyekan oleh indiustri rokok untuk menghasut negara atau kota-kota untuk mendukung
industri rokok di wilayahnya.
Begitu pula dengan kota Jakarta yang saat ini berpenduduk sekitar 11 juta orang pada siang hari
atau 9 juta orang pada malam hari merupakan sasaran empuk industri rokok untuk memasarkan
rokok dan kebebasan beriklan luar ruang produk rokok. Memang saat ini ruang bagi perokok di
Jakarta sudah semakin kecil dan tidak bebas setelah gubernur Jakarta Fauzi Bowo mengeluarkan
Peraturan Gubernur (Pergub) nomor: 88 tahun 2010 tentang Kawasan dilarang merokok.
Berdasarkan Pergub 88 ini memang diatur bahwa para perokok tidak boleh merokok di 7
kawasan yakni di kawasan pendidikan, pelayanan kesehatan (rumah sakit), tempat ibadah,
tempat bekerja, arena bermain anak-anak, tempat umum dan di angkutan umum. Berdsasarkan
Pergub 88 ini gedung-gedung di 7 kawasan tersebut sudah tidak boleh lagi menyediakan ruang
WHO; 2009. Available from: http://www.who.int/fctc/guidelines/en/
langsung dengan RPP diperkirakan mencapai 2 juta orang (petani dan pekerja pabrik) dan tidak
bersinggungan langsung sebanyak enam juta orang (pedagang rokok eceran), ini akan
dimasukkan ke dalam road map pembahasan RPP.” Dalam kesempatan lain, menteri Kesehatan
Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan bahwa 18 kementrian dan lembaga yang membahas
RPP ini sudah sepakat terhadap banyak hal, tinggal satu yang belum sepakat yaitu iklan rokok.
Melihat pengalaman awal pemda Jakarta yang sudah memulai pelarangan secara terbatas dan
memberi beban pajak tambahan pada reklame rokok maka Jakarta sudah mau, berani dan
mampu melakukan pelarangan. Sikap awal ini rupanya juga mendapatkan dukungan dari para
pejabat pelayanan pajak Jakarta. Kesadaran ini berkembang dikarenakan keberadaan ruang
rokok secara global juga sudah semakin dipersempit. Iklan rokok atau sponsorship rokok
memang di banyak kota di luar negeri sudah dilarang secara total. Pajak memiliki 2 fungsi,
yakni fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur (regular). Sebagai fungsi budgeter
tentunya rokok ini merupakan potensi, penyeimbang atau kontribusi terhadap pendapatan
daerah bagi Jakarta. Oleh karenanya dari sisi penerimaan pajak sudah barang tentu dengan
adanya beberapa wilayah di Jakarta yang dilarang penyelenggaraan ikmlan rokok ini akan
mengurangi pendapatan pajak. Tetapi dari sisi regulasi pelarangan reklame rokok sejalan dengan
kebijakan bahwa iklan rokok ini yang akan mempengaruhi terhadap masalah kesehatan bangsa
ke depan maka tentu perlu dibatasi.
Cara pembatasan melalui instrumen pajak dengan pajak yang lebih tinggi dari pada produk lain
oleh pemda Jakarta sebelum pelarangan total reklame rokok adalah sebuah langkah hukum lebih
maju ketimbang sikap pemerintah pusat. Penerapan pembatasan dan pemberatan ini sudah
Page 48
diterapkan berdasarkan ketentuan Perda Jakarta nomor: 2 tahun 2004 tentang Pajak Reklame dan
Perda Jakarta nomor: 7 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Reklame dikaitkan Peraturan
Gubernur (Pergub) nomor: 23 Tahun 2006 tentang Penyelenggaran Reklame di Kawasan
kendali Ketatdi Provinsi DKI Jakarta. Penerapan pembatasan kawasan reklame rokok dan
tambahan pajak bagi rokok sudah sangat maju dan antisipatif. Penambahan pajak rokok sebesar
25% dari pokok pajak yang berlaku secara umum terhadap rokok produk lainnya yang
mengandungalkohol. Dalam pembahasan revisi Perda Jakarta tentang Pajak Reklame saat ini
pun dalam rancangan perda barunya masih diberlakukan kebijakan penambahan pajak tersebut.
Berangkat dari komitmen awal pemda Jakarta membatasi reklame rokok melalui instrumen
pajak sudah juga masuk pada konsep regulasi untuk memulai melarang secara total reklame
rokok. Artinya pemdaJakarta saat ini sebetulnya terhadap iklan rokok itu sudah mengantisipasi
lebih awal dari kebijakan-kebijakan tentang pengendalian dampak bahaya rokok dan iklan rokok
yang sudah diterapkan saat ini.
Perihal pembatasan ini tentu akan mempengaruhi pendapatan pajak pemda Jakarta. Memang
pendapatan itu berkurang dan memang nyatanya pendapatan pajak Jakarta dari Reklame Rokok
sejak 2008 hingga 2010 terus menurun. Tetapi pemda Jakarta melalui Dinas Pelayanan Pajak
memperhitungkan bahwa penurunan pajak tersebut tidak berpengaruhi terhadap pendapatan
pajak Jakarta keseluruhan. Larangan reklame terhadap produk rokok intinya tidak akan
mematikan pendapatan pajak daerah Jakarta. Hal ini disebabkan reklame ruang terbuka masih
menjadi pilihan beriklan murah. Dalam penghitungan pemasangan reklame jauh lebih murah
dibandingkan memasang iklan di media elektronik atau media cetak.
Page 49
Reklame ruang terbuka masih menjadi pilihan sehingga apabila dilakukan larangan terhadap
produk rokok maka akan banyak produk lainnya menggantikan. Memang pada saat krisis
ekonomi melanda Indonesia tahun 1996 sampai tahun 2000, iklan rokok merajai reklame luar
ruang (billboard) di Jakarta. Tetapi saat ini produk yang menggunakan reklame untuk beriklan
sudah lebih merata jenisnya dan tidak hanya dikuasai oleh produk rokok.37 Sempat memang saat
krisis ekonomi Indonesia tersebut reklame rokok mengasai hingga 60% iklan luar ruang dan
menjadi andalan pendapatan pajak daerah. Sebab saat itu kondisi bisnis property, elektronik dan
perbankan sedang jatuh. Namun dengan pemulihan ekonomi sekarang ini, keadaan yang menjadi
lebih baik dan kebijakan pembatasan reklame rokok otomatis iklan rokok (billboard) luar ruang
juga berkurang. Berkurang iklan rokok di billboard ini tidak perlu menjadi ketakutan akan
berkurangnya potensi pendapatan pajak daerah Jakarta. Hasil pendapatan Pajak Daerah Jakarta
sendiri tahun 2008 hingga tahun 2010 sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 1 menunjukkan
peningkatan. Potensi penggantinya sudah menunggu yakni pemasangan reklame untuk produksi
dan jasa lainnya misalkan produk telepon seluler, property, perbankan dan elektronik. Semua
produk alternatif selalin rokok ini sekarang sudah mengisi dan mengambil alih reklame billboard
yang ditinggalkan produk rokok.
37Wawancara dengan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Pemprov DKI Jakarta, Bapak Iwan Setiawan, Maret 2011 dan wawancara dengan salah seorang pegawai dari sebuah Biro
Reklame di Jakarta pada April 2011
Page 50
Melihat potensi pendapatan pajak reklame non rokok
maka Jakarta tidak perlu takut pada ,mitos pendapatan
pajak iklan rokok yang digembar-gemborkan
perusahaan rokok. Masalahnya sekarang adalah yang
harus dilakukan memulai dean menyiapkan secara
baik pelarangan total reklame atau iklan luar ruang
produk rokok. Larangan tersebut tidak bisa dilakukan
hanya pada kawasan tertentu atau pendekatan
pelaranagn terbatas. Pengalaman menunjukkan bahwa
perusahaan rokok akan terus berupaya secara licik
untuk tetap bisa beriklan secara bebas. Kebijakan
larang ini memang mau harus dilakukan total di
seluruh wilayah Jakarta jika tidak maka reklame rokok akan akan bergeser dan mencari lokasi-
lokasi pemukiman, perkantoran, atau pasar-pasar yang cukup membahayakan pengaruhnya
terhadap anak-anak serta kaum perempuan. Bagi perusahaan rokok reklame itu tidak perlu besar
tetapi penting banyak dan bisa masuk hingga ke dekat publik. Jika pelarangan dilakukan hanya
terbatas maka rokok akan sangat cerdik menipu peraturan dan tetap beriklan pada lokasi-lokasi
pemukiman/perumahan atau bahkan dekat sekolah dan rumah sakit seperti sekarang di Jakarta.
Dasar pikir dan dasar hukum pelarangan total iklan rokok ini adalah dalam Undang-undang
Kesehatan Nasional nomor 36 Tahun 2010 dikatakan bahwa produk tembakau dalam hal ini
rokok adalah produk yang adiktif dan berbahaya. Suatu bahan yang adiktif itu tidak boleh
diiklankan dan ini bersesuaian dengan Undang-Undang Penyiaran dan Undang-undang Pers.
Page 51
Selain itu juga bahwa iklan atau reklame rokok selalu melakukan kebohongan publik dan ini
melanggar hak warga negara untuk mendapatkan informasi yang benar. Dalam iklannya selalu
mengatakan bahwa rokok akan mengahasilkan penampilan sehat dan indah pada perokoknya,
atau juga rokok akan membuat perokoknya tampil lebih macho. Padahal rokok adalah sebuah
produk bermasaqlah dan adiktif juga mematikan, bagaimana mungkin bisa membuat perokok
atau orang lain yang mengisap asap rokok menjadi lebih macho, langsing atau bertubuh indah?
Jadi untuk itu, kota Jakarta sudah selayaknya memiliki aturan dan melarang semua bentuk iklan
atau reklame luar ruang di seluruh wilayahnya.
7. Pengalaman Kota yang telah Melarang Total Reklame Rokok
Semua negara di Asia, kecuali Indonesia telah meratifikasi perjanjian internasional pengendalian
tembakau yakni Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC). Semua negara itu
kecuali Indonesia juga telah melaksanakan konvensi tgersebut termasuk melarang semua bentuk
iklan rokok, sponsorship dan promosi (FCTC Pasal 13). Article 13 Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC/Konvensi Kerangka Kerja WHO untuk Pengendalian Tembakau) tahun
2003 mengatur secara tegas pelarangan total iklan, promosi dan sponsorship produk tembakau
(rokok). Bunyi dalam artikel 13 ayat 1 itu adalah negara anggota menyadari bahwa pelarangan
iklan, promosi dan sponsorship akan mengurangi konsumsi tembakau. Ayat 2 artikel 13 ini
berbunyi bahwa dalam hal ini termasuk lingkungan hukum dan perangkat teknis yang berlaku
Page 52
bagi negara anggota terkait, pelarangan bersifat komprehensif terhadap iklan, promosi dan
sponsorship yang berasal dari wilayah asal ke wilayah lain.
Sebagian besar negara ASEAN ini juga telah membuat undang-undang nasional dalam rangka
menegakkan larangan iklan rokok yakni Brunei, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand
dan Vietnam. Sementara yang lainnya seperti Kamboja sedang dalam proses penyelesaian
perundang-undangan nasionalnya. Hampir semua kota modal dan besar di wilayah ASEAN telah
melarang iklan rokok termasuk Bandar Seri Begawan, Bangkok, Hanoi, Kuala Lumpur, Manila,
Singapura dan Vientiane. Larangan iklan ada di semua bentuk seperti spanduk, poster, payung,
hiburan spanduk, disponsori dan acara olahraga. Walaupun Indonesia bukan Pihak pada FCTC
namun, penting bagi Indonesia untuk menyadari tren internasional yang diikuti oleh tetangga
terdekatnya, di Asia dan dunia. Untuk dapat FCTC keluhan, setiap negara akan melakukan
larangan komprehensif dari semua promosi tembakau iklan, dan sponsorship.
Di antara persyaratan minimum adalah:
(A) melarang semua bentuk reklame produk tembakau (rokok), promosi iklan dan sponsor
yang mempromosikan produk tembakau dengan cara apapun yang palsu, menyesatkan
atau menipu atau mungkin untuk menciptakan kesan yang salah tentang karakteristik,
efek kesehatan, bahaya atau emisi;
(B) membatasi penggunaan insentif langsung atau tidak langsung yang mendorong
pembelian produk tembakau oleh publik;
Page 53
(C) melakukan larangan komprehensif terhadap iklan rokok, promosi dan sponsor di radio,
televisi, media cetak dan, jika perlu, media lain, seperti internet, dalam jangka waktu
lima tahun;
(D) melarang sponsor tembakau peristiwa internasional, kegiatan dan / atau peserta di
dalamnya.
Jakarta adalah kota dengan pertumbuhan tercepat di kawasan ASEAN38 dan sudah berkeingan
untuk mulai mengikuti standar internasional. Saat ini kota Jakarta belum mengikuti salah satu
kota ASEAN lainnya yang sudah total melarang iklan atau reklame rokok di luar ruangan.
Tingkat iklan rokok outdoor di Jakarta pada tingkat rekor dan tidak sesuai dengan tempat lain di
wilayah ASEAN atau di dunia dalam hal ini. Tidak ada tempat lain di dunia adalah polisi beats
diperbolehkan untuk mengiklankan rokok atau di halte bus yang anak-anak juga menggunakan.
38 The world’s fastest growing cities and urban areas from 2006 to 2020, http://www.citymayors.com/statistics/urban_growth1.html
39 Quality of Living worldwide city rankings 2010 – Mercer survey, http://www.mercer.com/press-releases/quality-of-living-report-2010#City_Ranking_Tables
40 Quality of Living worldwide city rankings 2010 – Mercer survey, http://www.mercer.com/press-releases/quality-of-living-report-2010#City_Ranking_Tables
Jakarta 14,250,000 10,500 No ban on tobacco advertising 142
Hanoi 6,450,000 1,92643
Outdoor tobacco advertising
on billboards is banned. Point
of Sale advertising still
allowed. Vietnam is reviewing
national tobacco control
legislation to make it FCTC
compliant
157
Vientiane 700,000 17844
All outdoor tobacco
advertising is banned. Point of
Sale advertising is banned
169
Bandar Seri
Begawan
140,000 272 Comprehensive ban: All forms
of advertising are banned
including outdoor tobacco
advertising and Point of Sale
advertising
NA
Thailand sudah memiliki peraturan atau Undang-undang Pengendalian Produk Tembakau sejak
tahun 1992. Dalam Undang0undangnya itu diatur juga bahwa Thailand melarang secara total
iklan atau promosi produk tembakau (rokok) dan penjualan rokok kepada remaja di bawah usia
42 Quality of Living worldwide city rankings 2010 – Mercer survey, http://www.mercer.com/press-releases/quality-of-living-report-2010#City_Ranking_Tables 43
44 Lao Department of Statistics, Population Distribution and Migration http://www.nsc.gov.la/Products/Populationcensus2005/PopulationCensus2005_chapter2.htm