PRESENTASI KASUSOsteoatritis pada wanita separuh baya dengan
kekhawatiran dan kurangnya pengetahuan terhadap penyakitnya pada
rumah tangga tidak ber-PHBS.
Diajukan untuk memenuhi sebagian syaratmengikuti ujian
kepanitraan klinik bagian ilmu kesehatan keluargaPUSKESMAS
GEDONGTENGEN YOGYAKARTA
Pembimbing :dr. Suharno
Disusun oleh:Siti karlina S,kedNim 20090310207FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA2014
HALAMAN PENGESAHANPRESENTASI KASUSOSTEOATRITIS PADA WANITA
SEPARUH BAYA DENGAN KEKHAWATIRAN DAN KURANGNYA PENGETAHUAN TERHADAP
PENYAKITNYA PADA RUMAH TANGGA TIDAK BER-PHBS.
Disusun oleh:SITI KARLINA 20090310207Mengetahui,Dosen Pembimbing
& Penguji KlinikDosen Pembimbing Fakultas
Dr. kusbaryanto M, KesDosen Pembimbing Puskesmas
dr. suharno
BAB ILAPORAN KASUSNama Lengkap: Ny.SUmur: 59 tahunJenis kelamin:
perempuanAlamat : kemetrian gedongtengen IIAgama : islamPekerjaan:
ibu rumah tanggaPendidikan terakhir : SMPTanggal kunjungan
puskesmas: 10 Desember 2014Tanggal home Visite I: 11 Desember
2014Tanggal home Visite II: 13 Desember 2014
RPS:Pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri, keluahan dirasakan
sejak 1 tahun,nyeri dirasakan saat berjalan dan saat jongkok dan
duduk ketika solat. Sehingga membuat aktifitas pasien menjadi
terhambat, pasien juga mengeluh kadang kadang pusing, keluhan mual,
muntah serta sesak disangkal oleh pasien.RPD:Pasien tidak mempunyai
keluhan lain selain sakit lutut yang dirasakan hingga sekarang.
RPK:Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan pasien. Hipertensi, diabetes, asma, jantung, dan kanker
dalam keluarga disangkal oleh pasien. Riwayat Personal Sosial
Pasien tidak merokok, tetapi suami pasien merupakan perokok
aktif Pasien tidak mengkonsumsi alkohol maupun obat terlarang.
Diet: Pola makan pasien 2 kali perhari dengan konsumsi nasi, sayur,
dan lauk rutin. Pasien rutin minum kopi 2 kali sehari dengan gula 1
sendok teh perminum. Aktifitas fisik: Pasien melakukan aktifitas
seperti biasa sebagai ibu rumah tangga dengan mengasih cucu, yang
ditinggalkan oleh anaknya. Pola istirahat: pasien tidur malam 6 jam
dan mengaku tidak pernah tidur siang. Manajemen stress: pasien
mengaku jarang merasa tertekan dan tidak pernah terlalu memikirkan
masalah menjadi berat. Pasien biasa bercerita dengan suami dan anak
pertamanya. Riwayat perkawinan: Pasien menikah satu kali dan
memiliki 4 anak. Riwayat pekerjaan: Pasien tidak bekerja sejak
setelah pindah rumah 5 tahun yang lalu, sebelumnya menjadi penjual
lotek Riwayat pendidikan: pasien berpendidikan terakhir SD Riwayat
sosialisasi: pasien tidak pernah menutup diri dengan tetangga
sekitar.Anamnesis Illness Perasaan pasien: Pasien khawatir terhadap
penyakitnya dan aktifitasnya merasa terhambat Ide-ide pemikiran
pasien: Pasien sangat membatasi aktivitas dan konsumsi makanan
sehari-hari. Harapan pasien: pasien ingin kondisi penyakitnya tidak
semakin parah dan tidak kambuh lagi. Efek terhadap fungsi sosial
dan ekonomi: pasien mengaku penyakitnya mengganggu keadaan
aktifitas nya sebagai ibu rumah tanggaAnamnesis Sistem1. Sistem
saraf pusatDemam (-),penurunan kesadaran (-), menggigil (-), pusing
(-).2. Sistem kardiovaskularNyeri dada (-).3. Sistem respirasiSesak
napas (-), batuk (-), pilek (-), mengi (-).4. Sistem
gastrointestinalNyeri telan (-), nyeri perut (-), mencret (-),
mual(-), muntah(-).5. Sistem urogenitalBAK lancar, nyeri (-),
anyang-anyangan (-).6. Sistem muskuloskeletalKaku (-), nyeri otot
(-).7. Sistem integumentumGatal (-), nyeri (-), bengkak (-), kulit
kering (-).
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:Baik, tidak tampak kesakitan.Kesadaran: Compos
Mentis.BB: 62 kgTB: 155 cmIMT: 22,30Status Gizi: baikTanda VitalTD:
120/70mmHgSuhu: afebrisNadi: 78 x/menitRR: 24 x/menitKulit:Turgor
kulit baik,atrofi (-), ikterik (-),sianosis (-), pucat
(-).KepalaBentuk: Normocephal.Rambut: Distribusi merata.Mata: Pupil
bulat isokor (+/+), Conjunctiva Anemis (-/-), Sclera Icterik
(-/-).Hidung: Deviasi septum (-), hiperemis mukosa (-), hipertrofi
concha (-), sekret(-), pernapasan cuping hidung (-).Telinga:
Normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-).Mulut dan
Bibir : Pucat (-), kering (-), sianosis (-); gusi merah muda (+),
perdarahan (-); caries dentis (+); lidah bersih (+), papil
atrofi(-), deviasi(-); mukosa bucal merah muda dan perdarahan
(-).Tenggorokan : Uvula di tengah, faring tidak hiperemis.Leher:
Pembesaran limfonodi (-), perbesaran thyroid
(-).ThoraxParu-Paru:Inspeksi: Bentuk normal, simetris kedua thorax
pada keadaan statis dan dinamis, spider nevi (-), retraksi sela iga
(-).Palpasi: Vocal Fremitus kanan dan kiri simetris, tidak ada
nyeri tekan.Perkusi: Sonor pada kedua hemithoraksAuskultasi: Suara
nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-Jantung:Inspeksi:Ictus
cordis tidak terlihat.Palpasi:Ictus cordis tidak
teraba.Auskultasi:BJ I-IIregular, murmur (-), gallop
(-).AbdomenInspeksi: Datar, simetris, pelebaran vena (-), distensi
abdomen (-), tidak terlihat benjolan, warna kulit sama dengan warna
kulit sekitar.Auskultasi: Bising usus (+).Palpasi:
Hepatosplenomegali (-), turgor kulit baik (+), nyeri tekan
(-).Perkusi: Timpani, nyeri ketok (-), shifting dullness (-).
Ekstremitas Tabel 6. Pemeriksaan EkstremitasTungkaiLengan
KananKiriKananKiri
GerakanTonusTrofiEdemaAkralNyeriPembengkakan sendiKekuatanTremor
Luka ClavusPalePulsatilNadiBebasNormalEutrofi-Hangat--
+5----NormalRegulerBebasNormalEutrofi+Hangat+-
+5----NormalRegulerBebasNormalEutrofi-Hangat--
+5----NormalReguler BebasNormalEutrofi-Hangat--
+5----NormalReguler
B. Pemeriksaan Penunjang-C. Diagnosis KlinisOsteoatritis .D.
Penatalaksanaan1. FarmakologisR/ meloxicam tab 7,5 mg No XVS/ 2 dd
tab 1 R/ kalsium laktat tab 500mg No. XVS/ 2 dd 1 2. Non
farmakologisEdukasi, meliputi :a. Penyakit dan komplikasi penyakit
yang diderita pasien.b. Modifikasi gaya hidup sehatc. Ketaatan
pengobatan dan minum obat.d. Kontrol rutin asam urat.e. Pencegahan
terhadap komplikasi jangka panjangf. Pentingnya peran keluarga
dalam mencapai tujuan penyembuhan pasien.g. Mengontrol emosi dan
memanage stress dengan baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKAOSTEOARTHRITISA. DefinisiOsteoartitis
(OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan
kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit
pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan,
dan melemahnya otototot yang menghubungkan sendi. (Felson,
2008).
B. EtiologiBerdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua
yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA
idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui )
dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan
lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan
OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin,
metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering
dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder (
Soeroso, 2006 ). Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari
proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui
bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut diawali oleh
kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa
mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera ( Felson,
2008 ). Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi
yaitu : Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen
dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen sendi
memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi
(Felson, 2008). Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar
kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya
keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan
lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai
pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi
cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2008). Ligamen, bersama
dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang
tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang
dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak
(Felson, 2008). Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi
adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi
ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup
pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot
tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan
cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik
kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima
(Felson, 2008). Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi.
Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan
gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan
kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap
tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum
timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2008). Terdapat
dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua
dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi
molekul molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen.
Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam
hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008).
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis
seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit
menghasilkan enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1),
Tumor Necrosis Factor (TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik
yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk
melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul matriks yang baru.
Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin
faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan (Felson, 2008). Kondrosit
mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen
tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas
serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan
(superficial) dari kartilago (Felson, 2008). Stimulasi dari sitokin
terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian matriks,
namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi
matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin
(PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek
terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan
mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan
menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan
protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal
timbulnya OA (Felson, 2008). Kartilago memiliki metabolisme yang
lamban, dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang
teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun, pada fase awal
perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat
aktif (Felson, 2008). Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang
terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang
tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada
kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan
mudah mengendur (Felson, 2008). Kegagalan dari mekanisme pertahanan
oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi (Felson, 2008).
C. DIAGNOSIS Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang
dijumpai dan hasil radiografis ( Soeroso, 2006 ).Pada umumnya,
pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya telah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah
keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA : 1. Nyeri sendi Keluhan
ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi
gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih
tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat
dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias
digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris
( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan
saja ) ( Soeroso, 2006 ).. Kartilago tidak mengandung serabut saraf
dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya
nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA
berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan
menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga
berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema
sumsum tulang ( Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu
penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi
neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan
menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri
(Felson, 2008). Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi,
termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut
adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band
(Felson, 2008). 2. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya
semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan
rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ). 3. Kaku pagi Rasa kaku pada sendi
dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan
banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang
cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006
). 4. Krepitasi Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada
sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut.
Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah
atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu ( Soeroso, 2006 ).5. Pembesaran sendi ( deformitas ) Sendi
yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).6.
Pembengkakan sendi yang asimetris Pembengkakan sendi dapat timbul
dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (
< 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ). 7. Tanda tanda
peradangan Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan )
dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda
tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang
lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso,
2006 ). 8. Perubahan gaya berjalan Gejala ini merupakan gejala yang
menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan
ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
D. Pemeriksaan Diagnostik Pada penderita OA, dilakukannya
pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk
memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso, 2006 ). Gambaran
Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah : a.
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat
pada bagian yang menanggung beban seperti lutut ). b. Peningkatan
densitas tulang subkondral ( sklerosis ). c. Kista pada tulang d.
Osteofit pada pinggir sendi e. Perubahan struktur anatomi
sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat
diberikan suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis
dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA
dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat
bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat
normal ( Felson, 2006 ). Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak
berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal.
Pemeriksaan imunologi masih dalam batas batas normal. Pada OA yang
disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein (
Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan Osteoartritis
Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat
ringannya OA yang diderita ( Soeroso, 2006 ). Penatalaksanaan OA
terbagi atas 3 hal, yaitu : Terapi non-farmakologis a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar
pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang
dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin
parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 ). b.
Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit.
Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap
dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
( Soeroso, 2006 ). c. Penurunan berat badan Berat badan yang
berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu,
berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan
untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih
( Soeroso, 2006 ).Terapi farmakologis Penanganan terapi farmakologi
melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoreksi gangguan
yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis
dari ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ). a. Obat Antiinflamasi
Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan
Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada
penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS
lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan
cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 (
Felson, 2006 ). b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat
obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin,
asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C,
dan sebagainya ( Felson, 2006 ). Terapi pembedahan Terapi ini
diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila
terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari.
BAB IIIPEMBAHASANA. ANALISIS KASUSDiagnosis klinis pada pasien
ini adalah osteoatritis . Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Berdasarkan anamnesis pasien menderita osteoatritis
sejak 1 tahun yang lalu, karena sakit yang dirasakan pasien
sehingga kini pasien sangat membatasi aktivitas fisik dan asupan
makanannya karena khawatir sakitnya memperparah keadaan.Illness
merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat
dari penyakit tersebut (bersifat subyektif).Illness terdiri dari
beberapa komponen, yaitu pemahaman terhadap penyakit, efek penyakit
yang dirasakan pasien terhadap fungsi hidupnya (pergaulan,
pekerjaan), perasaan, dan harapan.Berikut adalah komponen
illnessdan hasil yang didapat dari pemeriksaan pasien terhadap
penyakitnya:Tabel 8. Komponen illnessNo.KomponenPasien
1IdePasien tidak memahami mengenai penyebab penyakit, pengobatan
yang berupa obat (farmakologis) dan modifikasi gaya hidup (makanan
yang harus dihindari serta aktivitas fisik)
2Efek terhadap fungsiFungsi pekerjaan pasien terganggu.
3PerasaanPasien khawatir terhadap penyakitnya dan takut akan
memperparah keadaan
4HarapanPasien ingin kondisi penyakitnya tidak semakin parah dan
tidak kambuh lagi.
B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH1. Kondisi PasienKunjungan ke rumah
dilakukan pada tanggal 11 Desember 2014 dan tanggal 13 desember
2014. Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien tampak baik.
2. PekerjaanPasien berumur 59 tahun dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga yang mengasuh cucunya yang ditinggalkan oleh
anaknya
3. Keadaan Rumaha) Lokasi: Rumah pasien terletak di kemetrian GT
II Rumah tersebut terletak di kawasan padat penduduk.b) Letak rumah
di daerah perumahan biasa.c) Bentuk bangunan tidak bertingkat,
milik sendiri.d) Jumlah orang dalam satu rumah 5 orang.e) Lantai
rumah dari semen, dinding rumah dari tembok, atap rumah dari
genteng.f) Jendela rumah : ada dalam setiap ruangan.g) Kebersihan
dalam rumah cukup baik, dengan tempat sampah berada di dalam dan
luar rumah.h) Ventilasi cukup, dalam setiap ruang.i) Listrik di
rumah ada, dan dapat menerangi setiap ruang pada malam hari.j) Tata
letak barang dalam rumah tidak rapi.k) Terdapat 1 kamar mandi,
jarak septik tank dan sumber air minum lebih dari 5 meter.l) Limbah
rumah tangga dialirkan di sungai.m) Saluran limbah di sekirat rumah
mengalir.n) Terdapat tempat sampah di dalam dan di luar rumah.o)
Jalan di depan rumah lebarnya 2 meter dengan kesan kebersihan
lingkungan di sekitar rumah cukup.p) Daerah sekitar rumah padat
penduduk dengan jarak rumah 1m.
Kesimpulan : Lingkungan kurang bersih dan sehat.Denah rumah Tn.
PMdibuat5 Oktober
KAMARANAKKAMARANAKKAMARORTUkm KKUTARA
DAPURRUANG TAMU
LOKASI RUMAH
P
H s
Keterangan :P : PuskesmasS : sungaiH : Lokasi rumah
pasienIdentifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)IndikatorKeterangan
Persalinan ditolong tenaga kesehatanYa
Pemberian ASI eksklusif 0-6 bulanTidak
Menimbang BB balitaYa
Menggunakan air bersih sehatYa
Mencuci tangan dengan sabunYa
Sarapan setiap pagiJarang
Gosok gigiYa
Jaminan kesehatanYa
Menggunakan jamban sehatYa
Melakukan pemberantasan sarang nyamukYa
Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hariTidak
Melakukan aktifitas fisik/ olahragaIya
Tidak merokokTidak
Kesimpulan : Rumah tangga pasien tidak ber-PHBSC. FAMILY
ASSESSMENT TOOLS1. Family Genogram
Keluarga ibu sukiyem10 desember 2014
bpp 59 60
yrKsRT 32 29 24 20
k 32. Bentuk keluargaBentuk keluarga pasien adalah extended
family karena terdiri dari ayah, ibu, anak, serta cucu.
3. Family APGARAPGAR keluarga merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengukur sehat/tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi
pokok keluarga/tingkat kesehatan
keluargaKomponenIndikatorHampirtidak pernahKadang-kadangHampir
selalu
AdaptationSaya puas dengan keluarga saya karena masing-masing
anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya.
PartnershipSaya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi.
GrowthSaya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki.
AffectionSaya puas dengan kehangatan/kasih sayang yang diberikan
keluarga saya
ResolveSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
Skor klasifikasi APGAR :8-10Fungsi keluarga baik4-7Disfungsi
keluarga sedang0-3 Disfungsi keluarga beratBerdasarkan hasil
penilaian APGAR kesimpulannya fungsi keluarga baik
4. Family SCREEM
AspekSumber DayaPatologi
SosialPasien mampu berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat
sekitar
CulturalPasien tidak percaya mitos, hal mistis, dan pasien
menyadari penyakitnya bukan berasal dari hal-hal tersebut
ReligiusAktivitas keagamaan kurang baik, pasien muslim namun
mengaku tidak teratur dalam melaksanakan shalat 5 waktu
EkonomiPasien tidak bekerja dan tidak berpenghasilan, pendapatan
berasal dari istrinya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
penghasilan dirasa kurang meski kadang mendapat bantuan dari anak
pertamanya
EducationalPasien hanya lulusan SD dan kurang memahami tentang
penyakitnya
MedicalPasien memiliki jaminan kesehatan sehingga memudahkannya
dalam kontrol dan mendapatkan obat
5. Family Life CycleKeluarga ini masuk ke dalam kategori 7.
Yaitu keluarga dengan usia orang tua pertengahan.6. Family life
lineTahunUmurKejadianSeverity Illnes
198021Pasien menikah
198323
Memiliki anak pertama
198931Pasien harus mulai membiayai sekolah anak
pertamanyaStressor psikologis
199537Pasien mulai bekerja sebagai penjual lotek dengan
penghasilan seadanya dan membantu menghidupi keluarganyaStressor
psikologis
201157Pasien mengasih cucu pertamanyaStressor psikologis
201359Pasien didiagnosis ostoatritis
7. Family MAP
Legenda = hubungan fungsional
D. DECISSION MAKINGAnamnesis Holistik: Kedua kaki nyeri 1 minggu
Pasien terdiagnosis osteoatritis 1 tahun Pasien merupakan perokok
pasief APGAR keluarga fungsional Tidak ber-PHBS Lingkungan kurang
bersih dan sehatPx. Fisik: dbnPx. Penunjang: ureum kreatiamim
:Diagnosis KlinisOsteoatritisTerapi3. FarmakologisR/ meloxicam tab
7,5 mg No XVS/ 2 dd tab 1 R/ kalsium laktat tab 500mg No. XVS/ 2 dd
1
Diagnosis HolistikOsteoatritis pada wanita separuh baya dengan
kekhawatiran dan kurangnya pengetahuan terhadap penyakitnya pada
rumah tangga tidak ber-PHBS.
Terapi Komprehensif1. Promotif:Melakukan edukasi kepada pasien
dan keluarganya tentang: Penyakit osteoatritis, meliputi penyebab,
komplikasi, serta pengelolaan. Pentingnya modifikasi gaya hidup
dalam pengelolaan penyakit ostoatritis yang meliputi pengaturan
Latihan jasmani dengan berat badan tanpa atau hanya sebagian saja
ditopang oleh sendi lutut (misalnya berenang, naik sepeda, dan
sebagainya), serta latihan jasmani untuk menguatkan otot-otot paha.
Hindari melakukan latihan jasmani jika nyeri pada sendi lutut
bertambah buruk Minum obat yang diresepkan dokter secara teratur.
Monitoring asam urat darah minimal setiap 3 bulan. Pentingnya
support keluarga dalam menurunkan berat badan2. Preventif Melakukan
aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit, 3-5 kali
perminggu. Mengatur pola istirahat yang baik dengan tidur minimal 6
jam setiap hari. kontrol ke pelayanan kesehatan minimal setiap 10
hari. Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan melarang
merokok. Melakukan management stress yang baik yaitu dengan
bercerita tentang masalahnya kepada keluarga terdekat.
3. KuratifMelakukan pengobatan farmakoterapi dengan melixam 7,5
mg 2x1 dan kalk1 mg 2x1.4. RehabilitatifMasih belum diperlukan.5.
Paliatif Masih belum diperlukan.
BAB VPENUTUP
A. KESIMPULAN1. Perilaku pasien tidak berperilaku hidup bersih
dan sehat, serta memiliki lingkungan yang kurang bersih dan sehat
pula.2. Osteoatritis pada wanita separuh baya dengan kekhawatiran
dan kurangnya pengetahuan terhadap penyakitnya pada rumah tangga
tidak ber-PHBS.3. Penyakit osteoatritis yang dialami oleh pasien
dapat mengganggu fungsi pasien dalam keluarga.4. Dokter keluarga
melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian yang berperan
dalam menangani kasus osteoatritis secara holistik, mulai dari
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.B. SARAN1. Bagi
mahasiswaa. Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu
kedokteran keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga
pasien.b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas
sebagai pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam
masyarakat.2. Bagi puskesmasa. Terus melakukan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara menyeluruh dengan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.b. Terus melakukan kerja sama dalam
bidang pendidikan ilmu kesehatan dengan instansi-instansi
pendidikan agar terdapat kerja sama yang saling menguntungkan kedua
belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA1. Panggabean. 2009. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Interna Publishing: Jakarta.2. Fauci. 2008. Harrisons
Principle of Internal Medicine. 17th Edition. McGraw Hill Company:
USA.3. Katzung. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 11th
Edition. McGraw Hill Company: China.