3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. FRUIT SOY BAR Fruit soy bar merupakan salah satu jenis makanan ringan yang terbuat sepenuhnya dari tepung kedelai dan buah-buahan asli yang dikeringkan. Kedelai dan buah sebagai bahan baku utama mengandung nutrisi penting bagi tubuh seperti protein, serat, vitamin, dan mineral. Protein kedelai merupakan protein nabati yaitu protein yang bersumber bukan dari hewan. Protein yang terkandung pada fruit soy bar adalah 4 g/30 gram bahan. Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi diet dengan protein kedelai akan menurunkan kolesterol darah dan mengurangi resiko penyakit kronis (Koswara 2006). Koswara (2006) menambahkan bahwa asam amino glisin dan arginin yang terdapat pada kedelai turut membantu menurunkan total kolesterol darah dengan cara menurunkan kadar insulin darah yang diikuti dengan penurunan sintesis kolesterol. Protein hewani mempunyai kandungan lisin yang tinggi sehingga cenderung meningkatkan insulin darah dan mendorong sintesis kolesterol. Selain itu, peningkatan ekskresi fekal asam empedu dan steroid oleh protein kedelai dapat mengakibatkan hati lebih banyak mengubah kolesterol dalam tubuh menjadi asam empedu sehingga dapat menurunkan kolesterol dan meningkatkan afinitas reseptor kolesterol LDL (Koswara 2006). Jenis protein terbesar kedelai adalah globulin yang diberi nama 11S (glycinin) dan 7S (β- conglycinin). Kedua jenis globulin tersebut, terutama 7S, telah terbukti dapat menstimulir tingginya afinitas reseptor kolesterol LDL dalam hati manusia, yang akan menyebabkan penurunan kolesterol darah (Koswara 2006). Menurut hasil penelitian Adam et al. (2003), diet tinggi globulin 7S mempunyai efek atheroprotective terhadap tubuh tikus percobaan. Kedelai juga mengandung senyawa lain yang bermanfaat bagi tubuh, yaitu isoflavon. Isoflavon adalah senyawa polifenolik yang memiliki struktur mirip seperti estrogen. Karena alasan inilah mereka terkadang juga diklasifikasikan sebagai senyawa fitoestrogen yang mana memiliki aktivitas estrogenik yang diturunkan dari tanaman. Isoflavon pada kedelai berada dalam bentuk glikosida yang terikat kepada satu molekul gula. Ada tiga glikosida isoflavon kedelai yang biasa terdapat pada kedelai, yaitu genistin, daidzin, dan glisitin. Isoflavon dalam bentuk glikosida mempunyai aktivitas fisiologis kecil (Pawiroharsono 2002). Selama proses fermentasi atau pengolahan dan dalam proses pencernaan, gugus gula yang mengikat glikosida isoflavon akan terlepas dan menghasilkan aglikon isoflavon (genistein, glisitein, dan daidzein). Senyawa ini mempunyai aktivitas fisiologis yang lebih tinggi. Tidak hanya protein yang terdapat pada kedelai yang dapat memperbaiki profil lipid darah akan tetapi isoflavon yang terdapat pada kedelai turut membantu dalam menurunkan resiko penyakit kardiovaskular. Selain itu, konsumsi protein kedelai dengan isoflavon telah terbukti dapat mencegah kerapuhan tulang pada tikus yang digunakan sebagai model untuk penelitian osteoporosis (Koswara 2006). Makanan yang terbuat dari kedelai mempunyai jumlah isoflavon yang bervariasi. Hal ini bergantung pada bagaimana mereka diproses. Fruit soy bar diolah dengan cara oven bake untuk mempertahankan rasa dan kandungan nutrisi secara alami serta memperpanjang umur simpan. Isoflavon yang terkandung dalam fruit soy bar yaitu sebesar 13mg/30 gram bahan.
13
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Plasma dan sel darah merupakan salah satu cairan tubuh yang bersirkulasi di dalam tubuh. Seluruh . cairan tubuh didistribusikan di.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. FRUIT SOY BAR
Fruit soy bar merupakan salah satu jenis makanan ringan yang terbuat sepenuhnya dari
tepung kedelai dan buah-buahan asli yang dikeringkan. Kedelai dan buah sebagai bahan baku
utama mengandung nutrisi penting bagi tubuh seperti protein, serat, vitamin, dan mineral. Protein
kedelai merupakan protein nabati yaitu protein yang bersumber bukan dari hewan. Protein yang
terkandung pada fruit soy bar adalah 4 g/30 gram bahan.
Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suplementasi diet dengan protein kedelai akan menurunkan kolesterol darah
dan mengurangi resiko penyakit kronis (Koswara 2006). Koswara (2006) menambahkan bahwa
asam amino glisin dan arginin yang terdapat pada kedelai turut membantu menurunkan total
kolesterol darah dengan cara menurunkan kadar insulin darah yang diikuti dengan penurunan
sintesis kolesterol. Protein hewani mempunyai kandungan lisin yang tinggi sehingga cenderung
meningkatkan insulin darah dan mendorong sintesis kolesterol. Selain itu, peningkatan ekskresi
fekal asam empedu dan steroid oleh protein kedelai dapat mengakibatkan hati lebih banyak
mengubah kolesterol dalam tubuh menjadi asam empedu sehingga dapat menurunkan kolesterol
dan meningkatkan afinitas reseptor kolesterol LDL (Koswara 2006).
Jenis protein terbesar kedelai adalah globulin yang diberi nama 11S (glycinin) dan 7S (β-
conglycinin). Kedua jenis globulin tersebut, terutama 7S, telah terbukti dapat menstimulir
tingginya afinitas reseptor kolesterol LDL dalam hati manusia, yang akan menyebabkan
penurunan kolesterol darah (Koswara 2006). Menurut hasil penelitian Adam et al. (2003), diet
tinggi globulin 7S mempunyai efek atheroprotective terhadap tubuh tikus percobaan.
Kedelai juga mengandung senyawa lain yang bermanfaat bagi tubuh, yaitu isoflavon.
Isoflavon adalah senyawa polifenolik yang memiliki struktur mirip seperti estrogen. Karena alasan
inilah mereka terkadang juga diklasifikasikan sebagai senyawa fitoestrogen yang mana memiliki
aktivitas estrogenik yang diturunkan dari tanaman. Isoflavon pada kedelai berada dalam bentuk
glikosida yang terikat kepada satu molekul gula. Ada tiga glikosida isoflavon kedelai yang biasa
terdapat pada kedelai, yaitu genistin, daidzin, dan glisitin. Isoflavon dalam bentuk glikosida
mempunyai aktivitas fisiologis kecil (Pawiroharsono 2002). Selama proses fermentasi atau
pengolahan dan dalam proses pencernaan, gugus gula yang mengikat glikosida isoflavon akan
terlepas dan menghasilkan aglikon isoflavon (genistein, glisitein, dan daidzein). Senyawa ini
mempunyai aktivitas fisiologis yang lebih tinggi.
Tidak hanya protein yang terdapat pada kedelai yang dapat memperbaiki profil lipid darah
akan tetapi isoflavon yang terdapat pada kedelai turut membantu dalam menurunkan resiko
penyakit kardiovaskular. Selain itu, konsumsi protein kedelai dengan isoflavon telah terbukti dapat
mencegah kerapuhan tulang pada tikus yang digunakan sebagai model untuk penelitian
osteoporosis (Koswara 2006).
Makanan yang terbuat dari kedelai mempunyai jumlah isoflavon yang bervariasi. Hal ini
bergantung pada bagaimana mereka diproses. Fruit soy bar diolah dengan cara oven bake untuk
mempertahankan rasa dan kandungan nutrisi secara alami serta memperpanjang umur simpan.
Isoflavon yang terkandung dalam fruit soy bar yaitu sebesar 13mg/30 gram bahan.
4
B. KASEIN
Kasein berasal dari bahasa Latin yaitu caseus. Kasein merupakan protein susu yang sering
ditemukan pada susu mamalia. Protein susu sapi sebagian besar terdiri dari 80% kasein sedangkan
pada susu manusia terdiri dari 60-65% kasein (Kunz dan Lonnedral 1990). Kasein mengandung
asam amino penting, karbohidrat, kalsium, dan fosfor. Sejumlah besar peptida prolin menyusun
kasein. Kasein mempunyai beberapa karakteristik, yaitu mempunyai struktur tersier relatif kecil,
bersifat hidrofobik, mempunyai titik isoelektrik 4.6 , dan tidak dapat atau sangat sulit terdenaturasi
dikarenakan kasein mempunyai struktur sekunder dan tersier yang sedikit (Walstra et al. 2006).
Kasein pada umumnya didapatkan dari susu skim dengan menggunakan berbagai metode,
yaitu rendering, pengendapan dengan menggunakan asam, pengendapan asam dengan perlakuan
lanjut yaitu pelarutan dalam larutan basa, dan mikrofiltrasi (Walstra et al. 2006). Kasein yang
diperoleh dengan cara rendering disebut dengan rennet casein dimana kasein diubah menjadi tidak
larut dengan penambahan rennet dari anak sapi yang diikuti dengan pengadukan pada suhu 55°C.
Curd yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Produk akhirnya terdiri dari
kalsium parakaseinat-kalsiumfosfat. Kasein ini tidak larut dalam air dan kadar abunya sangat
tinggi (Walstra et al. 2006).
Kasein yang diperoleh dari metode pengendapan asam disebut dengan kasein asam. Metode
ini menggunakan asam hidroklorida, asam sulfat, atau asam laktat. Asam ditambahkan pada susu
skim sambil diaduk hingga mencapai titik isoelektrik 4.6. Setelah itu, proses dilanjutkan seperti
pada pembuatan rennet casein. Kasein yang diperoleh tidak larut air dan tidak mengandung
kalsium fosfat. Selanjutnya, kasein dapat dimurnikan dengan melarutkannya ke dalam larutan basa
(NaOH, KOH, NH4OH, Ca(OH)2, dan Mg(OH)2) sehingga didapatkan produk akhir berupa
kaseinat yang dapat diproses lebih lanjut menggunakan spray drying (Walstra et al. 2006). Na-
kaseinat adalah produk yang sering diproduksi. Ca-kaseinat mempunyai karakteristik fisiko kimia
yang berbeda dibandingkan dengan Na-kaseinat atau K-kaseinat. Produk ini lebih larut dalam air
dan lebih memiliki rasa jika pH selama pembuatan tidak lebih dari 7.
Micellar casein adalah produk kasein yang diperoleh dari susu skim dengan cara
mikrofiltrasi (Walstra et al. 2006). Produk ini secara umum dikenal dengan fosfokaseinat. Misel-
misel yang diperoleh tampak mempunyai karakteristik mirip misel kasein alami. Fosfokaseinat
banyak digunakan untuk bahan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian Kritchevsky (1990), kasein bersifat lebih kolesterolemik pada
tikus dibandingkan dengan protein yang berasal dari kedelai. Penyerapan kolesterol lebih besar
pada tikus yang diberi pakan kasein daripada tikus yang diberi pakan protein kedelai (Nagata et al.
1982). Menurut Ryzhenkov et al. (1984), hal ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan rasio
arginin dan lisin pada kedua bahan tersebut dimana rasio arginin yang lebih besar memiliki efek
hipokolesterolemik.
C. ISOLAT PROTEIN KEDELAI
Isolat protein kedelai adalah sejumlah protein yang diisolasi dari kedelai. Pembuatan isolat
protein bertujuan untuk memperoleh protein dalam kosentrasi tinggi sehingga dapat digunakan
untuk memperkaya protein pada berbagai makanan. Isolat protein kedelai digunakan pada
makanan sejak tahun 1959. Isolat protein kedelai minimum mengandung protein 90% (Waggle et
al. 1989). Isolat protein kedelai dibuat dengan cara menyingkirkan komponen-komponen lain
dalam kedelai seperti karbohidrat dan lemak. Pembuatan isolat protein kedelai dilakukan
menggunakan sifat-sifat fungsional protein. Salah satu sifat fungsional protein yang paling
5
berpengaruh adalah sifat kelarutan protein. Isolat protein dibuat dengan cara mengendapkan
protein pada titik isoelektriknya. Dengan cara ini, protein dapat diisolasi dan dipisahkan dari
bagian bahan lainnya yang tidak diinginkan.
Pembuatan isolat protein kedelai yang kini dilakukan pada umumnya mengikuti proses
tradisional yang dikembangkan pada tahun 1950 (Waggle et al. 1989). Pertama, minyak yang
terdapat pada kedelai diekstraksi menggunakan larutan heksana. Selanjutnya, protein dan
karbohidrat yang terdapat pada tepung kedelai tersebut diekstraksi dengan air dimana
perbandingan air:tepung (10:1) atau larutan alkali dengan perbandingan 6:1 (pH 7-10). Residu
yang tak larut dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Fraksi protein kemudian diendapkan pada pH
4.5 dan dipisahkan dari whey dengan sentrifugasi. Fraksi protein yang didapatkan kemudian dicuci
untuk membuang residu karbohidrat yang larut dan whey yang larut pada pengendapan protein
pada pH 4.5. Isolat protein kedelai yang didapatkan kemudian dinetralisasi dan diproses lebih
lanjut untuk menghasilkan berbagai bentuk produk (bubuk, serat, atau granula) dan karakteristik
fungsional.
Daya cerna protein isolat kedelai adalah 98.7% sedangkan kasein 98.5% pada tikus
percobaan (Waggle et al. 1989). Seperti halnya dengan turunan kedelai lainnya, isolat protein
kedelai juga mengandung isoflavon yaitu 91.05 mg/100 gram bahan (USDA 2008).
D. DAGING
Daging adalah urat daging yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir,
hidung, dan telinga yang berasal dari hewan ternak yang sehat sewaktu dipotong (SNI 1998).
Lawrie (1995) menjelaskan bahwa daging dapat terdiri dari tiga macam jaringan otot, yaitu
jaringan otot rangka, jaringan otot jantung (cardiac), dan jaringan otot halus. Daging merupakan
salah satu sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan tubuh dikarenakan kandungan asam
aminonya yang lengkap serta kandungan proteinnya yang tinggi. Daging menyediakan asam
amino esensial yang cukup seperti lisin dan threonin. Biological value dari protein daging adalah
0.75 (susu manusia=1; protein gandum=0.5) dan daya cerna protein daging adalah 94-97% dan 78-
88% pada protein nabati (Varnam dan Sutherland 1995).
Lemak daging yang tinggi berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan energi setiap hari.
Komponen utama lemak hewan adalah palmitat, stearat, dan oleat dengan sejumlah linoleat dan
sangat sedikit asam arakhidonat. Kandungan lemak yang sangat tinggi pada daging dapat
berdampak negatif pada tubuh seperti timbulnya arterosklerosis dan kegemukan.
Daging sapi dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan area pemotongan daging
(primal cuts). Kategori-kategori ini mungkin berbeda di beberapa negara. Pembagian kategori
daging berdasarkan standar Amerika (Gambar 1) dilakukan dengan cara karkas sapi dibagi
sepanjang sumbu simetri menjadi setengah bagian, kemudian dipotong membentang ke depan dan
belakang quarters (forequarters dan hindquarters). Forequarter cuts dibagi menjadi chuck, rib,
brisket, plate, dan shank. Bagian hindquarters dibagi menjadi loin (short loin, sirloin, tenderloin),
round, dan flank.
Daging tenderloin atau yang dikenal juga sebagai eye fillet di Selandia Baru dan Australia
dipotong dari pinggang daging sapi. Tenderloin mengacu pada anterior otot utama proses
melintang dari vertebra lumbar dekat ginjal. Otot ini bekerja sangat sedikit sehingga merupakan
bagian yang paling empuk dibandingkan dengan bagian yang lain. Komposisi gizi dari 100 gram
daging tenderloin rebus adalah protein 24 gram, lemak 9 gram, kolesterol 70 mg, dan kalori 180
kal (Goldstein dan Mark 2002).
6
Gambar 1.Pembagian daging berdasarkan standar Primal America Cut
E. DARAH
Plasma dan sel darah merupakan salah satu cairan tubuh yang bersirkulasi di dalam tubuh.
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu cairan ekstraselular
dan cairan intraselular. Komponen cairan intraselular memiliki berat sekitar 40% berat badan dan
komponen cairan ekstraselular memiliki berat sekitar 20% berat badan (Ganong 2003). Cairan
ekstravaskular pada hewan dengan susunan vaskular tertutup dibagi ke dalam 2 komponen, yaitu
cairan interstitial yang merupakan tiga perempat cairan ekstravaskular dan cairan intravaskular
yang terdiri dari plasma darah (Guyton dan Hall 1996). Sekitar 25% komponen cairan
ekstraselular berada dalam susunan vaskular dan 75% berada di luar pembuluh darah (Ganong
2003).
Darah merupakan kumpulan elemen-elemen dalam bentuk suspensi atau kumpulan sel yang
terendam di dalam cairan transparan berwarna kuning yang disebut plasma darah (Williams 1987).
Perbedaan antara plasma dengan serum darah yaitu terletak pada ada tidaknya protein fibrinogen
dimana pada serum tidak terdapat protein tersebut. Volume darah total sekitar 7% dari berat badan
yang terdiri dari sel darah dan plasma dengan perbandingan 2:3 (Silverthorn 2009). Phillis (1976)
mengatakan bahwa volume darah hewan dipengaruhi oleh umur, keadaan kesehatan, kecukupan
nutrisi, ukuran tubuh, waktu menyusui atau laktasi, derajat aktivitas, dan faktor lingkungan.
Sel-sel darah berasal dari satu sel prekusor yang dikenal sebagai sel hematopoietik yang
berada di sumsum tulang (Silverthorn 2009). Sel ini dapat berdiferensiasi menjadi berbagai sel
yang berbeda (Gambar 2). Hematopoiesis (haima=darah dan poiesis=pembentukan) merupakan
proses sintesis sel-sel darah. Senyawa kimia yang mengontrol hematopoiesis adalah sitokin.
Sitokin adalah suatu protein yang dilepaskan dari suatu sel yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan atau aktivitas sel lain (Silverthorn 2009).
Fungsi darah di dalam tubuh, yaitu membawa nutrisi dari sistem pencernaan menuju sel,
membawa oksigen dari paru-paru menuju sel, membawa sisa metabolisme dari sel ke organ
pembuangan, membawa hormon dari sel sekresi ke bagian tubuh yang lainnya, menyebarkan
panas yang dibentuk oleh jaringan yang aktif ke seluruh tubuh, mengatur keseimbangan asam dan
basa di dalam tubuh, dan membantu tubuh melawan toksin dan bahan-bahan patogen dengan
membawa sel-sel darah putih ke dalam jaringan yang terinfeksi (Martini et al 1992; Scott dan