II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sungai Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi disamping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya aliran air di dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa eksistensinya dan terbentuklah lembah-lembah. Pada definisi lain, yang lain alur sungai adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran air ini disebut aliran air. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai. Sedangkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993, sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai sebagai drainase alam mempunyai jaringan sungai dengan penampangnya, mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Bentuk jaringan sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi, kondisi muka bumi DAS, dan waktu (sedimentasi, erosi/gerusan, pelapukan permukaan DAS, pergerakan berupa tektonik, vulkanik, longsor lokal dll).
35
Embed
II. TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/166/11/2. BAB 2.pdf · Metode Log Pearson III Cs ≠ 0 2.2.3 Analsis Frekuensi Analisis frekuensi dalam hidrologi digunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi
disamping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya aliran air di
dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang masa
eksistensinya dan terbentuklah lembah-lembah. Pada definisi lain, yang lain alur
sungai adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat
mengalirnya air yang berasal dari hujan. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran
air ini disebut aliran air. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di
dalamnya disebut sungai. Sedangkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 63 Tahun 1993, sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan
dan kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai sebagai drainase alam mempunyai jaringan sungai dengan penampangnya,
mempunyai areal tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran Sungai (DAS).
Bentuk jaringan sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi, kondisi muka
bumi DAS, dan waktu (sedimentasi, erosi/gerusan, pelapukan permukaan DAS,
pergerakan berupa tektonik, vulkanik, longsor lokal dll).
6
Pada Umumnya sungai memilliki manfaat untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
2.2 Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena
hidrologi. Fenomena hirologi seperti besarnya curah hujan, temperatur,
penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka
air, akan selalu berubah menurut waktu. Untuk suatu tujuan tertentu data-data
hidrologi dapat dikumpulkan, dihitung, disajikan, dan ditafsirkan dengan
menggunkan prosedur tertentu (Yuliana., 2002 dalam Nirmala & Zaky 2008).
Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara
besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan
disribusi probabilitas. Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai
atau data hujan. Data yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum
tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu tahun yang terukur selama
beberapa tahun. (Triatmodjo, 2008)
2.2.1 Curah Hujan Kawasan (Areal Rainfall)
Hujan kawasan (Areal Rainfall) merupakan hujan rerata yang terjadi dalam daerah
tangkapan hujan di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Hujan rata-rata kawasan
dihitung berdasarkan hujan yang tercatat pada masing-masing stasiun penakar
hujan (point rainfall) yang ada dalam suatu kawasan DAS.
7
Metode yang umum digunakan dalam menghitung hujan rata-rata suatu kawasan
adalah Metode Rata-rata Aljabar (mean aritmatic method), Metode Isohyet dan
Metode Poligon Thiessen.
Dalam penelitian ini digunakan Metode Poligon Thiessen dengan persamaan
YT = besarnya nilai perkiraan yang diharapkan terjadi dengan periode T
Y = nilai rata–rata hitung sampel
KT = faktor frekuensi
S = standar deviasi nilai sampel
3. Distribusi Gumbel
Menurut Triadmojo (2008), analisis frekuensi dengan menggunakan metode
Gumbel juga sering dilakukan dengan persamaan berikut ini :
R = Rrerata+ Ks .......................................................................................... (10)
Dengan K adalah frekuensi faktor yang bisa dihitung dengan persamaan berikut := + ............................................................................................ (11)
Dimana :
R = besarnya curah hujan dengan periode ulang t
Rrerata = curah hujan harian maksimum rata-rata
K = faktor frekuensi
S = standar deviasi
Yn = nilai rerata
σn = deviasi standar dari variat gumbel
11
4. Distribusi Log Pearson Tipe III
Bentuk kumulatif dari distribusi log pearson III dengan nilai variat X apabila
digambarkan dalam kertas probabilitas logaritmik akan membentuk persamaan
garis lurus. Persamaan tersebut mempunyai bentuk sebagai berikut :
y = y + K S .................................................................................. (12)
Dimana :
yT = nilai logaritmik dari x dengan periode ulang T
yrerata = nilai rerata dari yi
Sy = deviasi standar dari yi
KT = faktor frekuensi
Dalam pemakaian sebaran log pearson III harus dikonversikan rangkaian data
menjadi bentuk logaritma, yaitu :
Log R = Log R + KS ..................................................................... (13)
Indeks Erodibilitas Lahan adalah suatu nilai yang dapat menunjukan kondisi
maksimum proses erosi yang dapat terjadi pada suatu lahan dengan kondisi hujan
dan tata guna lahan tertentu. Semakin tinggi nilai erodibilitas lahan berarti
semakin rentan suatu kawasan terhadap erosi.
Indeks erodibilitas lahan dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor
tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas tanah, dan bahan organik tanah
(Wischmaieret al., 1971 dalam Bumi Karya Konsultan, Cv, 2012).
Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Erodibilitas Lahan adalah
sebagai berikut :
K = {2,71x10-4x(12–OM)xM1,14+4,20x(s-2)+3,23x(p-3)}/100 .................. (28)
Dimana :
K = faktor erodibilitas tanah, dalam satuan SI(metrik)
OM = persentase bahan organik
s = kelas struktur tanah (berdasarkan USDA Soil Survey Manual 1951)
p = kelas permeabilitas tanah (berdasarkan USDA Soil Survey Manual 1951)
M = persentase ukuran partikel (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - % clay)
Nilai M untuk beberapa kelas tekstur tanah yang telah ditentukan dapat dilihat
pada Tabel 4.
35
Tabel 4. Nilai M untuk beberapa kelas tekstur tanah – M (HAMMER 1978)
Kelas Tekstur Tanah Nilai M Kelas Tekstur Tanah Nilai MLempung berat 210 Pasir geluhan 1245Lempung sedang 750 Geluh berlempung 3770Lempung pasiran 1213 Geluh pasiran 4005Lempung ringan 1685 Geluh 4390Geluh lempung 2160 Geluh debuan 6330Pasir lempung debuan 2830 Debu 8245Geluh lempungan 2830 Campuran merata 4000Pasir 3035
(Sumber :RLKT DAS Citarum (1987) pada Asdak)
2.7.3 Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng yang dimaksud adalah indeks panjang
dan kemiringan tiap satuan lahan yang ditinjau. Semakin besar kemiringan lereng
maka nilai LS semakin besar. Perhitungan Indeks Panjang dan Kemiringan
Lereng (LS) dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor kemiringan daerah
tangkapan hujan dibandingkan dengan panjang lereng yang ditinjau. Acuan
penentuan indeks Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) diberikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng LS (Hammer, 1980)
Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i
n = jumlah jenis penutup lahan.
37
Tabel 6. Indeks Pengelolaan Tanaman (C) Untuk Pertanaman Tunggal(Abdurachman dkk., 1984).
No Jenis Tanaman /Tata Guna Lahan Nilai C1 Tanaman rumput (Brachiara sp.) 0,2902 Tanaman kacang jogo 0,1613 Tanaman gandum 0,2424 Tanaman ubi kayu 0,3635 Tanaman kedelai 0,3996 Tanaman serai wangi 0,4347 Tanaman padi lahan kering 0,5608 Tanaman padi lahan basah 0,0109 Tanaman jagung 0,63710 Tanaman jahe, cabe 0,90011 Tanaman kentang ditanam searah lereng 1,00012 Tanaman kentang ditanam searah kontur 0,35013 Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami (6 ton/ha/th) 0,07914 Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanam 0,34715 Pola tanam berurutan 0,39816 Pola tanam tumpang gilir + mulsa sisa tanam 0,35717 Kebun campuran 0,20018 Ladang berpindah 0,40019 Tanah kosong diolah 1,00020 Tanah kosong tidak diolah 0,95021 Hutan tidak terganggu 0,00122 Semak tidak terganggu 0,01023 Alang-alang permanen 0,02024 Alang-alang dibakar 0,70025 Sengon dengan semak 0,01226 Sengon tidak disertai semak dan tanpa serasah 1,00027 Pohon tanpa semak 0,320
2.7.5 Indeks Konservasi Lahan (P)
Tindakan konservasi tanah yang dimaksud tidak hanya teknik konservasi tanah
secara mekanis atau fisik saja, tetapi juga berbagai macam usaha yang bertujuan
mengurangi erosi tanah. Nilai indeks konservasi lahan sangat tergantung pada
jenis konservasi yang dilakukan pada lahan yang bersangkutan. Acuan yang
digunakan untuk menentukan nilai Indeks Konservasi Lahan (P) adalah Tabel 7
sebagai berikut:
38
Tabel 7. Nilai Indeks Konservasi Lahan (P) pada berbagai aktivitas konversitanah (Abdurachman dkk., 1984)
No Jenis Konservasi yang dilakukan Nilai P1 Teras bangku:
a. Baik 0,200c. Jelek 0,350
2 Teras bangku: jagung-ubi kayu/kedelai 0,0563 Teras bangku: sorghum-shorgum 0,0244 Teras tradisonal 0,4005 Teras gulud: padi-jagung 0,0136 Teras gulud: ketela pohon 0,0637 Teras gulud: jagung-kacang + mulsa sisa tanaman 0,0068 Teras gulud: kacang kedelai 0,1059 Tanaman dalam kontur:
a. Dengan kemiringan 0 – 8 % 0,500b. Dengan kemiringan 9 – 20 % 0,750c. Dengan kemiringan > 20 % 0,900
10 Tanaman dalam jalur-jalur: jagung-kacang tanah + mulsa 0,05011 Mulsa limbah jerami:
a. 6 ton/ha/th 0,300b. 3 ton/ha/th 0,500c. 1 ton/ha/th 0,800
12 Tanaman perkebunan:
a. Dengan penutup tanah rapat 0,100b. Dengan penutup tanah sedang 0,500
13 Padang rumput:
a. Baik 0,040b. Jelek 0,400
2.8 Analisis Prakiraan Besarnya Sedimentasi
Hasil sedimen atau produksi sedimen umumnya mengaju kepada besarnya laju
sedimen yang mengalir melalui satu titik pengamatan tertentu dalam suatu daerah
aliran sungai (DAS). Besarnya hasil sedimen dinyatakan sebagai volume atau
berat sedimen per satuan daerah tangkapan air (catchment area) per satuan waktu.
Satuan yang biasa digunakan untuk menunjukkan besarnya hasil sedimen ton per
ha per tahun.
39
Untuk memprakirakan besarnya hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air
adalah melalui perhitungan Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment Delivery Ratio).
Menurut SCS National Engineering Handbook (DPMA, 1984) besarnya prakiraan
hasil sediemen dapat di tentukan berdasarkan persamaan berikut:
Y = E (SDR) A ............................................................................................ (30)
Dimana :
Y = hasil sedimen per satuan luas (ton/th)
E = erosi total (ton/ha/th)
SDR = Sedimen Delivery Ratio
A = luas daerah tangkapan air (ha)
2.8.1 Sediment Delivery Ratio (SDR)
Sediment Delivery Ratio merupakan perkiraan rasio tanah yang diangkut akibat
erosi lahan saat terjadinya limpasan (Wischmeier and Smith, 1978). Nilai SDR
sangat dipengaruhi oleh bentuk muka bumi dan faktor lingkungan. Menurut
Boyce (1975), Sediment Delivery ratio dapat dirumuskan dengan :