Top Banner
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir Penjelasan umum mengenai kawasan pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai wilayah pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini. Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan, terutama penjelasan tentang ruang lingkup wilayah pesisir yang secara batasan wilayah masih belum jelas. Berikut ini adalah definisi dari beberapa sumber mengenai wilayah pesisir. Kay dan Alder (1999) “ The band of dry land adjancent ocean space (water dan submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan. Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001). Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering Universitas Sumatera Utara
17

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

Feb 01, 2018

Download

Documents

vanngoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kawasan Pesisir

Penjelasan umum mengenai kawasan pesisir yang meliputi definisi dan

karakteristik wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar

pemahaman mengenai wilayah pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal

pemahaman dari studi ini. Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi

suatu pembicaraan, terutama penjelasan tentang ruang lingkup wilayah pesisir yang

secara batasan wilayah masih belum jelas. Berikut ini adalah definisi dari beberapa

sumber mengenai wilayah pesisir.

Kay dan Alder (1999) “ The band of dry land adjancent ocean space (water

dan submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect

oceanic processes and uses, and vice versa”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah

wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan

yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih

mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.

Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah

merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah

yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut

meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001).

Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara

daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering

Universitas Sumatera Utara

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir

mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat

seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan

manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa

wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran

antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada

umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar.

Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah

yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis

batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan

yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. Di daerah pesisir yang

landai dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai.

Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut

dalam, wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang

batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan

kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut

lepas dan/atau kearah perairan kepulauan.

Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis

memiliki 4 fungsi/peran pokok bagi kehidupan umat manusia yaitu (1) sebagai

penyedia sumberdaya alam sebagaimana dinyatakan diatas, (2) penerima limbah,

Universitas Sumatera Utara

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

(3) penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia (life support services),

(4) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services) (Bengen, 2001).

Karateristik pantai secara geomorfologi menurut Hantoro (2004) adalah Pantai

curam singkapan batuan, pantai landai atau dataran, pantai dataran endapan lumpur,

pantai dengan bukit atau paparan pasir, pantai lurus dan panjang dari pesisir datar,

pantai dataran tebing karang, pantai erosi, Pantai akresi. Karakteristik Ekosistem di

perairan laut dangkal pada umumnya seperti terumbu karang, padang lamun, dan

hutan mangrove pada dasarnya dilindungi seperti pada tertera di dalam UU

No.32/2009 dan UU No. 5/1990.

2.2. Teori Permukiman

Permukiman sebagai produk tata ruang mengandung arti tidak sekedar fisik

saja tetapi juga menyangkut hal-hal kehidupan. Permukiman pada dasarnya

merupakan suatu bagian wilayah tempat dimana penduduk/pemukim tinggal,

berkiprah dalam kegiatan kerja dan kegiatan usaha, berhubungan dengan sesama

pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi berbagai kegiatan kehidupan.

Menurut Doxiadis (1974), permukiman merupakan totalitas lingkungan yang

terbentuk oleh 5 (lima) unsur utama yaitu :

1. Alam (nature), lingkungan biotik maupun abiotik. Permukiman akan sangat

ditentukan oleh adanya alam baik sebagai lingkungan hidup maupun sebagai

sumber daya seperti unsur fisik dasar.

2. Manusia (antropos), Permukiman dipengaruhi oleh dinamika dan kinerja manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

3. Masyarakat (society), hakekatnya dibentuk karena adanya manusia sebagai

kelompok masyarakat. Aspek-aspek dalam masyarakat yang mempengaruhi

permukiman antara lain : kepadatan dan komposisi penduduk, stratifikasi sosial,

struktur budaya, perkembangan ekonomi, tingkat pendidikan, kesejahteraan,

kesehatan dan hukum.

4. Ruang kehidupan (shell), ruang kehidupan menyangkut berbagai unsur dimana

manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat

melaksanakan kiprah kehidupannya.

5. Jaringan (network), yang menunjang kehidupan (jaringan jalan, jaringan air

bersih, jaringan drainase, telekomunikasi, listrik dan sebagainya).

Menurut KuswartojoTjuk dan Suparti AS (1997), konsep permukiman adalah

bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan

perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan

perumahan adalah kelompok rumah, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau hunian plus prasarana dan sarana lingkungan.

Sarana lingkungan permukiman adalah fasilitas penunjang yang berfungsi

untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

(UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan permukiman), sedangkan prasarana

meliputi jaringan transportasi seperti jalan raya, jalan kereta api, sungai yang

dimanfaatkan sebagai sarana angkutan, dan jaringan utilitas seperti : air bersih, air

Universitas Sumatera Utara

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

kotor, pengaturan air hujan, jaringan telepon, jaringan gas, jaringan listrik dan sistem

pengelolaan sampah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan pola permukiman,

yakni :

1. Geografi dan alam ;

Topografi, iklim, dan ketersediaan bahan bangunan.

2. Buatan manusia ;

Kekuatan utama yang mempengaruhi bentuk kota (kegiatan perdagangan,

kekuatan sosial politik dan keagamaan) ; berbagai faktor yang terkait dengan

perkembangan masyarakatdan teknologi; dan faktor yang besar pengaruhnya

(antara lain infrastruktur kota, pola jaringan jalan, peraturan dan perundang-

undangan).

3. Faktor lokasi

a. Permukiman yang timbul secara organik

1. Ketersediaan sumber daya alam

2. Permukiman yang potensial untuk petahanan

3. Faktor lokasi pasar (lokasi strategis dekat persimpangan jalan, dekat

sarana transportasi pelabuhan, terminal, bandara dan muara sungai).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

b. Permukiman yang terencana

1. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi yang akan

direncanakan untuk mengembangkanpermukiman sama dengan faktor-

faktor yang menentukan pertumbuhan permukiman secara organik.

2. Faktor-faktor lain (sosial, politik, religi) antara lain strategi, peluang

pengembangan ekonomi dan pertanian, keberadaaan sumberdaya mineral

dan alasan-alasannya

c. Kesesuaian dengan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan,

kebudayaan, agama, pertahanan, produksi, kesehatan, rekreasi dan campuran.

Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi manusia dalam wadahnya,

maka permukiman berkembang menjadi permukiman yang direncanakan dengan

berbagai konsep. Konsep-konsep pola permukiman yang dikembangkan sejak

dikenalnya perencanaan permukiman hampir selalu didasarkan pada kaidah :

a. Kedekatan (proximity)

b. Kemudahan (accessibility)

c. Ketersediaan(availability)

d. Kenyamanan (amenity)

2.2.1. Karakteristik Kawasan Permukiman

Dalam penentuan lokasi permukiman ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Diharapkan dalam penentuan lokasi tersebut tidak merusak

Universitas Sumatera Utara

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

lingkungan dan tidak ditempatkan pada lokasi yang merupakan konservasi,kawasan

hutan lindung. Secara umum dapat disebutkan bahwa permukiman memiliki dwi-

fungsi yaitu:

a. Fungsi pasif, penyediaan sarana/prasarana fisik

b. Fungsi aktif, penciptaan lingkungan yang sesuai dengan kehendak, aspirasi, adat

dan tata cara hidup para penghuni dengan segala dinamika perubahannya

(Budiharjo, 2004).

Faktor-faktor yang menjadi pokok dalam penentuan kawasan permukiman

tersebut adalah (Budiharjo, 2004) :

1. Alam yang menyangkut tentang :

a. Pola tata guna lahan

b. Pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam

c. Daya dukung lingkungan

d. Taman, area rekreasi/olah raga

2. Manusia, menyangkut tentang :

a. Pemenuhan kebutuhan fisik/fisiologis

b. Penciptaan rasa aman dan terlindungi

c. Rasa memiliki lingkungan

d. Tata nilai, estetika

3. Masyarakat menyangkut tentang :

a. Peran serta penduduk

b. Aspek hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

c. Pola kebudayaan

d. Aspek sosial ekonomi

e. Kependudukan

4. Wadah/sarana kegiatan, menyangkut tentang :

a. Perumahan

b. Pelayanan umum; puskesmas, sekolah

c. Fasilitas umum; toko, pasar, gedung pertemuan

5. Jaringan prasarana, menyangkut tentang :

a. Utilitas : air, listrik, gas, air kotor

b. Transportasi : darat, laut, udara

c. Komunikasi

2.2.2. Faktor Pemilihan Lokasi Permukiman

Berdasarkan sumber berbagai literatur ada beberapa faktor dalam pemilihan

lokasi permukiman yang dapat dikelompokan menjadi faktor fisik/alam, faktor

aksesibilitas, faktor sosial ekonomi, faktor sarana prasarana, serta faktor lingkungan.

2.2.2.1. Faktor Fisik

Yang termasuk dalam faktor fisik dalam pemilihan lokasi adalah kondisi

tropografi, hidrologi, kemiringan, ketinggian tanah, tingkat curah hujan, jenis tanah,

lokasi merupakan daerah yang bebas banjir. Kemiringan tanah /kelerengan lebih

banyak berpengaruh terhadap pemilihan lokasi, semakin landai lahan akan semakin

banyak ragam aktivitas. Kemiringan tanah/lereng juga terkadang dapat menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

kelas dan status penghuni secara sosial ekonomi (Pacione,1995). Hal ini disebabkan

karena besarnya biaya kontruksi untuk membangun pada daerah yang mempunyai

kelerengan yang besar.

a. Kondisi topografi

Menurut Sampurno (2001), kesesuaian penggunaan lahan untuk permukiman

disarankan dengan kemiringan lereng 0% sampai dengan 15%, kemiringan yang

> 40% merupakan daerah yang curam tidak cocok untuk permukiman.

b. Jenis tanah

Jenis tanah sangat berkaitan dengan kepekaan terhadap erosi. Ada beberapa jenis

tanah yang mempunyai tingkat kepekaan yang relatif tinggi terhadap erosi yaitu

regosol, organosol, litosol, dan renzina. Kepekaan terhadap erosi ini akan semakin

rawan apabila berada pada kemiringan relatif curam, karena akan menyebabkan

aliran air semakin deras sehingga daya angkut air pun semakin tinggi. Kondisi

jenis tanah dan kemampuan daya dukungtanah juga berpengaruh terhadap

bangunan diatasnya, maka sebaiknya bangunan dibangun pada lokasi yang

memiliki daya kerja yang baik (Astuti, 2006).

c. Curah hujan

Curah hujan menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam

penentuan lokasi, karena hal ini akan berpengaruh kepadajumlah kandungan air

tanah. Curah hujan juga dapat menjadi kendala bila dalam jumlah besar berupa

bencana banjir, erosi dan longsor apabila karakteristik lahan tidak dapat

menampung dan menyalurkan air hujan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

d. Ketinggian lahan

Faktor ketinggian lahan untuk kawasan permukiman tidak ada ketentuan yang

mensyaratkan sepanjang tidak menganggu keseimbangan lingkungan

(Sugiharto, 2001). Sudah sejak lama manusia tinggal dan bermukim diketinggian

lebih dari 2000 meter, namun untuk mempertimbangkan keseimbangan

lingkungan dan menjaga kawasan di bawahnya maka diperlukan pembatasan

ketinggian untuk kegiatan permukiman.

Kawasan yang dimaksud sebagai pembatas ketinggian untuk kegiatan

permukiman adalah kawasan hutan lindung yang dapat berupa hutan dengan

ketentuan menurut Keppres No. 32 Tahun 1990 memiliki kemiringan lereng lebih

dari 40% atau memiliki ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut.

Kawasan di luar hutan lindung ini adalah kawasan budidaya yang diasumsikan

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan permukiman.

2.2.2.2. Aksesibilitas

Faktor aksesibilitas dapat menentukan nilai kestrategisan lokasi, karena

menyangkut kemudahan pencapaian lokasi tersebut dari berbagai tempat

(Golany, 2000). Sub faktor yang menjadi indikator adalah :

a. Kedekatan lokasi dengan jaringan transportasi

b. Kedekatan lokasi dengan pusat perkotaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

Daya hubungan atau aksesibilitas yang baik merupakan salah satu faktor

penting dalam pemilihanlokasi permukiman, karena akan mempermudah mobilisasi

dari satu kawasan ke kawasan lainnya (Wilson et al,1977; Srour et al, 2003). Daya

hubung yang baik diindikasikan antara lain dengan ketersediaan angkutan umum,

ketersediaan jaringan jalan. Idealnya aksesibilitas yang baik pada suatu lokasi diukur

berdasarkan seberapa baik jaringan transportasi pada lokasi tersebut dapat terhubung

dengan pusat-pusat kegiatan lainnya.

Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan dan kemudahan mengenai data

lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi

tersebut dicapai melalui sistem jarinagan transportasi ( Najid, 2005).

2.2.2.3. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor ekonomi social dapat dikatakan menjadi pertimbangan awal dalam

menetapkan keputusan perlunya pembangunan dalam suatu kegiatan, karena sangat

berkaitan dengan mekanisme pasar yaitu penyediaan pelayanan terhadap timbulnya

permintaan (Golany , 2000).

Harga lahan dan pajak lahan merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi dalam menentukan lokasi. Harga lahan tersebut dapat menunjukan

pengklasifikasian masyarakat yang dikelompokan menjadi kelas rendah, menengah

rendah, menengah atas dan sangat atas. Harga lahan juga berhubungan dengan

kualitas lingkungan dalam pemilihan lokasi (Srour et al, 2003).

2.2.2.4. Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Universitas Sumatera Utara

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

Dalam menentukan lokasi permukiman perlu dipertimbangkan faktor

ketersediaan sarana dan prasarana, karena keberadaannya dapat mengakibatkan

berkembangnya suatu wilayah permukiman (Harmato, 1993). Sarana-prasarana yang

dipertimbangkan diantaranya adalah jaringan listrik, jaringan air bersih, drainase,

sekolah, sarana kesehatan, dan sarana pendukunng lainnya. Ketersediaan air bersih

merupakan salah satu faktor pertimbangan dalam penentuan dan pemilihan lokasi

permukiman, hal ini disebabkan karena air bersih merupakan salah satu kebutuhan

utama manusia untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Vernon, 1985).

Faktor daya dukung sarana dan prasarana ini juga oleh pemerintah daerah

sering digunakan untuk menjual daya tarik daerahnya (Sugiharto, 2001). Lebih lanjut

disebutkan sub faktor yang menjadi indikator diantaranya adalah :

a. Kedekatan lokasi dengan jaringan pembungan limbah atau kemudahan lokasi

membuang limbahnya ke tempat pembungan terakhir.

b. Ketersediaan pasokan energi, terutama energi listrik

c. Ketersediaan fasilitas sosial setempat seperti rumah sakit, sarana pendidikan dan

lainnya.

2.2.2.5. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi mutu lingkungan dari aspek

kenyamanan. Faktor lingkungan terutama untuk masyarakat kelas atas faktor ini

menjadi salah satu faktor utama. Sub faktor yang menjadi indikator dari faktor ini

Universitas Sumatera Utara

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

adalah potensi lansekap; tingkat polusi udara, air dan suara; kondisi flora dan fauna

setempat; lokasi-lokasi historis dan objek wisata (Golany, 2000).

2.3. Kebijakan Tata Ruang

Ruang menurut UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diartikan

sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai

satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan

kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, sedangkan tata ruang adalah wujud

struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak (UU No. 24

Tahun 1992 tentang Penataan Ruang).

Perencanaan tata ruang wilayah (Tarigan, 2004), adalah suatu proses yang

melibatkan banyak pihak dengan tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan

kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan terjaminnya kehidupan

yang berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan

sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut.

Tujuan penataan ruang adalah untuk menciptakan hubungan yang serasi antara

berbagai kegiatan berbagai subwilayah agar hubungan yang harmonis dan serasi,

mempercepat proses tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestarian

lingkungan hidup.

Setiap rencana tata ruang harus mengemukan kebijakan makro pemanfaatan

ruang berupa :

1. Tujuan pemanfaatan ruang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

2. Struktur dan pola pemanfaatan ruang

3. Pola pengendalian pemanfaatan ruang

Tingkat kedalaman atau kerincian dari ketiga perencanaan ini berbeda,

perencanaan ruang pada tingkat nasional hanya mencapai kedalaman penetapan

strategi dan arah kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional. RTRW nasional

antara lain berisikan, penggambaran struktur tata ruang nasional, penempatan

kawasan yang perlu dilindungi, pemberian indikasi penggunaan ruang budi daya dan

arahan pemukiman dalam skala nasional, penentuan kawasan yang diprioritaskan,

penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional, dan perencanaan jaringan

penghubung dalam skala nasional.

Perencanaan ruang pada tingkat provinsi adalah penjabaran RTRWN berupa

arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya, arahan pengelolaan

kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu, arahan perkembangan

kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata,

dan kawasan lainnya, arahan pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan

perkotaan, arahan pengembangan sistem prasarana wilayah, arahan pengembangan

kawasan yang diprioritaskan, arahan kebijakan tata guna lahan, tata guna air, tata

guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya.

Kedalaman pada tingkat kabupaten/kota adalah penjabaran dari penggunaan

ruang yang ada pada tingkat di provinsi, disetai strategi pengelolaan kawasan

tersebut, ini berarti sudah dapat menggambarkan rencana peruntukan lahan untuk

masing-masing kawasan, langkah-langkah untuk mencapai rencana tersebut serta cara

Universitas Sumatera Utara

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

pengendalian dan pengawasannya. Karena isi permasalahan sama meskipun diuraikan

lebih rinci pada tingkat kabupaten, isi RTRW kabupaten sama dengan isi RTRW

provinsi, hanya harus diuraikan lebih rinci. RTRW kabupaten sendiri juga masih

perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan: rencana rincian tata ruang kawasan di

kabupaten/kota, rencana detail tata ruang (RDTR), dan rencana teknik ruang (RTR).

Dalam penyusunan RTRW kabupaten/kota, ada kawasan yang sudah

ditetapkan penggunaannya di dalam RTRW nasional dan RTRW provinsi, dalam hal

ini RTRW kabupaten harus mempedomani dan menjabarkannya dalam bentuk

strategi pengelolaannya. Kabupaten masih memiliki kewenagan menentukan

penggunaan lahan untuk lokasi yang tidak diatur secara tegas dalam RTRW nasional

dan RTRW provinsi.

2.4. Sistem Informasi Geografi dalam Penentuan Lokasi Kawasan

Permukiman

Semua data yang dianalisis sebagian besar berupa data spasial dalam bentuk

peta tematik. Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam bentuk analisis tumpang susun

(overlay). SIG dirancang untuk memadukan komputerisasi pemetaan tingkat tinggi,

dengan kemampuan pengelolaan data base secara luas (Catanase, Snyder, 1988).

Menurut Hendra Lucky (2001), SIG yang ideal adalah yang dapat menjawab

pertanyaan sebagai berikut :

1. Lokasi (What is at …?), pertanyaan pertama adalah mencari apa yang terdapat

pada lokasi tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

2. Kondisi/penyebaran (Whereis it …?), pertanyaan kedua ini melanjutkan

pertanyaan yang pertama, dan memerlukan analisis spasial untuk menjawabnya.

3. Kecenderungan (What has changed since …?), pertanyaan ketiga melibatkan

kedua pertanyaan yang pertamadan mencari perbedaan didalam area menurut

perbedaan waktu.

4. Pola (What spatial pattern exist …?), pertanyaan ini lebih rumit yaitu untuk

mendeterminasi, berapa banyak penyimpangan yang tidak tepat dengan pola dan

keberadaannya.

5. Permodelan (What if …?), pertanyaan ini untuk mendeterminasi apa yang akan

terjadi.

Salah satu alasan dipilihnya SIG sebagai pengelola data sebenarnya terletak

pada kemampuannya untuk menganalisis dan mengolah data spasial dan non spasial

dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data

dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam SIG.

Kemampuan analisis data berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan

oleh SIG menjadi kunci-kunci analisis dalam perkembangan perkotaan diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Buffering : yaitu analisis yang akan menghasilkan penyangga yang bias

berbentuk lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya,

sehingga kita bias mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.

2. Overlaying : yaitu menganalisis dan dan menginterasikan dua atau lebih data

spasial yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisirrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32310/4/Chapter II.pdf · Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan,

3. Network management : yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang

terdiri dari garis-garis dari titik-titik yang saling terhubung.

4. Matematika dan fungsinya : evaluasi model migrasi, pelaksanaan overlay,

statistic perhitungan luas, pembatasan beberapa zona morfologi perkotaan, studi

kebisingan dan penyeberan polusi udara.

5. Macroing dengan bahasa program Gambar untuk pelaksanaan stimulasi, model,

strategi dan perencanaan.

6. Image processing : program untuk mendapatkan informasi tentang kondisi

penutupan lahan, penggunaan lahan teratur, gedung yang tidak punya izin, ruang

terbuka hijau, pendektesian terhadap pencemaran lingkungan, pendektesian

terhadap perubahan peta dan datanya.

Salah satu yang penting dari SIG adalah penyajian data terutama ditujukan

untuk pembuatan peta perencanaan, dokumentasi seperti sket, laporan, tabel dan

statistik.

Universitas Sumatera Utara