Top Banner
IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI AIR TERJUN DUA WARNA SIBOLANGIT SUMATERA UTARA SKRIPSI ARNIDAH SARI SRG 141201076 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53

IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI AIR TERJUN

DUA WARNA SIBOLANGIT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ARNIDAH SARI SRG

141201076

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI AIR TERJUN

DUA WARNA SIBOLANGIT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH :

ARNIDAH SARI SRG

141201076

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DI AIR TERJUN

DUA WARNA SIBOLANGIT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

ARNIDAH SARI SRG

141201076

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

i

ABSTRAK

ARNIDAH SARI SIREGAR. Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat dalam

Penanggulangan Bencana di Air Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera Utara.

Dibimbing oleh ACHMAD SIDDIK THOHA.

Pengurangan risiko bencana melalui kearifan lokal merupakan bentuk dari

mitigasi bencana berbasis masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

kearifan lokal masyarakat yang berkaitan dengan penanggulangan bencana banjir

bandang dan mengidentifikasi potensi kearifan lokal masyarakat dalam

menanggulangi bencana banjir bandang di kawasan Air Terjun Dua Warna.

Pengumpulan informasi diperoleh dengan wawancara mendalam (depth interview)

yang dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama

informan. Metode penentuan narasumber dalam penelitian ini adalah informan

kunci (key informan) yaitu seseorang yang dianggap memiliki pengetahuan luas

tentang daerahnya, kebiasaan-kebiasaan penduduk di daerah tersebut dan juga

dianggap sebagai tokoh oleh penduduk di daerah tersebut. Narasumber yang akan

diwawancarai antara lain yaitu tokoh masyarakat, kepala desa, kepala adat, kepala

UPT Tahura Bukit Barisan, pemandu wisata serta perwakilan masyarakat.

Kearifan lokal/budaya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana banjir

bandang yang ada di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yaitu penyebaran

informasi adanya bencana banjir, penyebab kejadian banjir bandang, pelarangan

aktivitas di sekitar air terjun, sejarah kejadian banjir, prediksi akan adanya banjir,

metode menolong korban, jenis tanaman disekitar air terjun dan cara pelestarian

hutan di sekitar air tejun sedangkan potensi kearifan lokal masyarakat dalam

penanggulangan bencana banjir di kawasan Air Terjun Dua Warna yaitu pra

bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Pra bencana; pembuatan plang

peringatan dini disekitar kawasan air terjun, saat tanggap darurat; penyebaran

informasi serta reaksi cepat dan bantuan penanganan terhadap korban dan pasca

bencana; mengurus surat izin status kepemilikan dan izin pariwisata serta

memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak.

Kata Kunci: banjir bandang, bencana alam, kearifan lokal, penanggulangan

bencana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

ii

ABSTRACT

ARNIDAH SARI SIREGAR. The Identification of Local Wisdom of

Communities in Disaster Countermeasures In Dua Warna Waterfall Sibolangit

North Sumatra. Guided by ACHMAD THOHA SIDDIK.

Disaster risk reduction through local wisdom is a form of community-

based disaster mitigation. This research was conducted to find out the local

wisdom of communities related to disaster response to flash flooding and identify

potential local wisdom society in tackling the disaster of flash flooding in the area

of the Dua Warna Waterfalls. Collection of information obtained by in-depth

interviews (depth interview) conducted many times and takes a long time along

with the informant. Method of determination of the interviewees in this study was

a key informant (key informant) that a person who is considered to have vast

knowledge about the area, customs of residents in the area and is also considered

as a character by the population in the the area. The resource person to be

interviewed, among others, community leaders, village heads, heads of customs,

the head of the Barisan Tahura UPT, tour guides, as well as representatives of the

people. Local wisdom/culture related to the flash flood disaster relief there is in

the village of Sibolangit Subdistrict new airport namely dissemination of

information the presence of flood occurrence, causes flash floods, the prohibition

of activities around water the plunge, the history of the genesis flood, prediction

of flood survivors, the method, the types of plants around the waterfalls and the

way the preservation of forests around water fall while the potential of the local

wisdom of communities in flood disaster mitigation in the region falls Dua Warna

namely pre disaster, while emergency and post disaster. Pre disaster; the creation

of early warning sign around the waterfall area, while emergency response;

dissemination of information as well as a quick reaction and the handling of aid

towards victims and disaster; take care of the licensing status of the ownership

and permission of tourism as well as repairing damaged facilities and

infrastructure.

Key words: local wisdom, disaster relief, natural disasters, flash flooding.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pasar Binanga, Kecamatan Barumun Tengah,

Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 25 Maret 1996

dari pasangan Bapak Arman Syah Siregar dan Ibu Ubaidah Nasution. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara.

Pada Tahun 2008 penulis lulus dari SD Negeri 147564 Ranto Panjang.

Penulis kemudian melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Linggabayu dan lulus pada

tahun 2011. Lalu penulis lulus pada tahun 2014 dari SMA Negeri 2 Plus Sipirok .

Pada tahun 2014, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebagai mahasiswa

di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga mengikuti beberapa organisasi

: Ikatan Mahasiswa Bagas Godang Mandailing Natal (BAGODING). Pada tahun

2015 penulis mengikuti Perlombaan Student Entrepreneurship Center (SEC).

Pada tahun 2016, penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem

Hutan (P2EH) selama 10 hari di Kampung Nipah, Sei Naga Lawan. Penulis

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Divisi Regional

Jawa Tengah KPH Mantingan pada 29 Januari – 28 Februari 2018 selam 30 hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan baik

dan tepat waktu. Judul skripsi ini adalah “Identifikasi Kearifan Lokal Masyarakat

Dalam Penanggulangan Bencana di Air Terjun Dua Warna Sibolangit Sumatera

Utara”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memproleh gelar

sarjana di Fakultas kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini mendapat banyak bantuan secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Kedua orang tua, Ayah Arman Syah Siregar dan Ibu Ubaidah Nasution

yang selalu memberi kasih sayang yang tak terbatas, kesabaran, doa serta

tidak pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan

ikhlas kepada penulis semenjak kecil. Semua hal yang kedua orang tua

penulis berikan merupakan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih untuk segala hal yang diberikan kepada penulis baik

dukungan moril maupun materi, tanpa kedua orang tua penulisan skripsi

ini tidak akan pernah terselesaikan.

2. Bapak Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah membimbing serta memberikan perbaikan dan saran terhadap

penulisan skripsi ini.

3. Bapak Arif Nuryawan S. Hut., M.Si., Ph.D selaku dosen penguji I dan

bapak Dr. Muhdi S. Hut., M. Si selaku dosen penguji II.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

v

4. Bapak Ramlan Barus selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera

Utara yang telah bersedia memberikan informasi dan membantu penulis

untuk melakukan kegiatan penelitian.

5. Kepada seluruh masyarakat Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

khususnya masyarakat sekitar lokasi Air Terjun Dua Warna yang telah

banyak membantu dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam skripsi.

6. Rekan tim penelitian Khairunnisa Kudadiri, Zulfa Husna, Sinta Manik,

Boki Mayalibit yang telah memberikan semangat dan kerjasama saat

melakukan penelitian serta teman-teman angkatan 2014 di Program Studi

Kehutanan.

7. Kepada adik dan teman-teman yang tercinta Gusniadi Siregar, Wawan

Faiz Fanreza, Marhaban Siregar, Arpan Adiansyah Hrp, Chairani Zulistya

Hrp, Khairul Anwar, Budi, Mutia Cindy Aulia, Sahly Daulay, Tri July

Adha, Syarkiah Ana Batubara, yang telah memberikan dorongan serta

partisipasi selama penulis melakukan penelitian ini.

Dalam penulisan Skripsi ini, masih banyak kesalahan yang terjadi baik dalam

penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Skripsi ini. Terakhir

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi wawasan bagi kita

semua khususnya bagi ilmu kehutanan.

Medan, Desember 2018

Arnidah Sari Srg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................. ... iv

DAFTAR ISI..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... x

PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................. 1

Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kearifan Lokal ............................................................... 4

Kondisi Umum Penelitian ................................................................ 5

Penyebab Bencana Banjir ............................................................... 7

Tahap Penanggulangan Bencana Banjir ........................................ 9

Hubungan Penanggulangan Bencana Banjir Dengan

Kearifan Lokal ................................................................................ 11

Siklus Penanggulangan Banjir ......................................................... 13

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 16

Alat dan Bahan ................................................................................ 16

Prosedur Penelitian .......................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Desa Bandar Baru Kec. Sibolangit................................. ...... 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

vii

Kearifan Lokal Masyarakat yang Berkaitan dengan

Penanggulangan Menurut Beberapa Narasumber .......................... 21

Potensi Pemanfaatan Lokal Masyarakat Untuk Penanggulangan

Bencana Banjir ................................................................................ 26

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan........................................................ .............................. 31

Saran ................................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Lembaga Adat Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit............... 6

2. Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir............................... 14

3. Jenis-jenis Adat yang dilakukan di Desa Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit .................................................................... 20

4. Jenis-jenis Pengetahuan Lokal Penanggulangan Banjir

Bandang yang diakui Narasumber ................................................. 22

5. Daftar Jenis Kegiatan yang Dilakukan Masyarakat Desa

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Setelah Banjir Bandang di

Air Terjun Dua Warna................................................................ 24

6. Penanggulangan Bencana Banjir di Daerah Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit................................................................ 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Bagan Menajemen Bencana Banjir............................................ 11

2. Siklus Penanggulangan Banjir................................................... 13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Daftar Pertanyaan .......................................................................... 35

2. Dokumentasi Survey Lapangan ..................................................... 37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, hutan telah

memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat, baik manfaat ekonomi,

ekologi maupun social budaya. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan

bagi masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pemanfaatan hasil hutan non-

kayu serta sumberdaya alam lainnya yang dapat dimanfaatkan sehingga

memperoleh nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada disekitar

kawasan hutan (Karisma, 2010).

Respon merupakan awal dari sebuah strategi adaptasi oleh masyarakat yang

dihasilkan melalui pemahaman terhadap bencana alam yang terjadi, pemahaman

masyarakat berupa pengetahuan atau tindakan dalam menghadapi bencana. Hasil

dari sikap atau tindakan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah strategi

adaptasi yang berarti penyesuaian yang dilakukan akibat dari ancaman lingkungan

sehingga adaptasi merupakan salah satu cara dalam mencapai kelangsungan hidup

manusia (Huda, 2016).

Bencana alam tentunya berdampak negatif bagi masyarakat yang ada baik di

kawasan rawan bencana itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Berbagai

kebijakan penanggulangan bencana yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah

merupakan salah satu bentuk dan upaya untuk dapat mengurangi resiko bencana

alam. Selain itu, kerjasama antar masyarakat juga perlu menjadi perhatian dalam

rangka penanggulangan bencana. Salah satu bentuk penanggulangan bencana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

2

berbasis masyarakat adalah dengan menggali kearifan lokal masyarakat dengan

adanya pengetahuan lokal masyarakat dalam mengelola lingkungan alam juga

dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mitigasi dan

adaptasi masyarakat terhadap bencana alam (Zuriyani, 2010).

Pengurangan risiko bencana melalui kearifan lokal merupakan bentuk dari

mitigasi non struktural. Kearifan lokal merupakan pengetahuan tradisional yang

khas milik masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama dan

diwariskan dari generasi ke generasi sebagai pedoman, pengontrol dan rambu-

rambu berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat serta mempunyai fungsi yang

sangat penting dalam memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan

(Dewi dan Istiadi, 2015).

Air Terjun Dua Warna berlokasi di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

memiliki nuansa pegunungan yang sejuk. Air Terjun Dua Warna ini sumber

airnya berasal dari Gunung Sibayak, ketinggian air terjun ini berada pada 1270

mdpl dengan gradasi warna yang berbeda sehingga disebutlah Air Terjun Dua

Warna. Sebenarnya secara ilmiah perbedaan warna ini karena adanya kandungan

fosfor dan belerang yang berasal dari letusan Gunung Sibayak membentuk sungai

kemudian bersatu dengan resapan air hutan. Tetapi pada bulan Mei 2016 terjadi

musibah banjir bandang di destinasi wisata Air Terjun Dua Warna yang

mengakibatkan 22 wisatawan hilang yang terdiri atas wisatawan dan pemandu

wisatawan. Bencana alam terkadang datang tiba-tiba, namun alam kerap

menunjukkan pertandanya (Surgatraveller, 2015).

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas

normal sehingga sungai tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

3

sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud

tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat adanya sedimentasi, penyempitan

sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, seperti sampah serta hambatan

lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan juga menyebabkan

peningkatan debit banjir (Syamsul, 2007). Dari permasalahan diatas maka perlu

dilakukan penelitian untuk mengevaluasi jenis kearifan lokal di desa sekitar

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yang dapat berkontribusi dalam pengelolaan

wisata yang minim risiko bencana.

Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendata kearifan lokal masyarakat yang berkaitan dengan

penanggulangan bencana banjir bandang.

2. Untuk mengidentifikasi potensi kearifan lokal masyarakat dalam

menanggulangi bencana banjir bandang di kawasan Air Terjun Dua Warna.

Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini bertujuan untuk proses pembelajaran dalam penanggulangan

bencana oleh masyarakat.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini menjadi suatu saran dalam menghentikan atau

memberikan batasan pengelolaan Air Terjun Dua Warna kepada pihak swasta.

3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

aplikasi, motivasi pentingnya melestarikan kearifan lokal dalam

penanggulangan bencana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman

atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia

dalam kehidupan didalam komunitas ekologis. Kearifan lokal terbentuk karena

adanya hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem di sekitarnya,

yang memiliki kepercayaan, hukum serta pradata adat, pengetahuan dan cara

mengelola sumberdaya alam secara lokal (Arafah dkk, 2011).

Wujud dari kearifan lokal bisa berbentuk sistem pengetahuan, sistem sosial,

sistem budaya tercermin dari pengelolaan lingkungan. Proses kajian kearifan lokal

memerlukan perenungan yang mendalam sehingga dapat dipahami secara

rasional. Dari sekian deskripsi tentang kearifan lokal, banyak sekali yang terkait

dengan pelestarian alam. Usaha pelestarian alam dalam konteks pencegahan

bencana alam merupakan upaya memitigasi bencana (Maryani, 2013).

Di dalam hutan terdapat berbagai interaksi, yaitu sebuah ekosistem hutan

memiliki sistem sosial yang terdiri atas manusia dengan proses-proses sosial dan

kemudian terdapat lingkungan ekosistem hutan itu sendiri. Ada berbagai dimensi

yang membentuk kearifan lokal masyarakat desa hutan baik secara struktural

maupun secara kultural. Secara struktural diakibatkan oleh adanya proses sosial

panjang yang menyebabkan adanya struktur masyarakat desa hutan dalam lapisan

sosial paling rendah untuk mendapatkan hak atas sumber daya lingkungan hutan.

Secara kultural, kearifan lokal masyarakat desa hutan dimana keterbatasan akses

terhadap lingkungan hutan menyebabkan munculnya budaya masyarakat desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

5

hutan dalam bentuk ide-ide, perilaku serta berbagai benda yang dipergunakan

dalam keseharian mereka (Hananto, 2009).

Kearifan tentang hutan pada dasarnya merupakan pola kehidupan

masyarakat yang selaras dengan alamnya. Oleh karena itu, masyarakat selalu

berusaha menjaga dan melestarikan lingkungan hidup beserta isinya. Menurut

Permana (2011) kearifan lokal masyarakat Baduy pada hutan dan air dalam

kaitannya dengan mitigasi bencana banjir dan longor tercermin dalam fungsi dan

letak hutan dan air yaitu hutan larangan, hutan dungusan atau dudungusan dan

hutan garapan. Hutan larangan adalah hutan lindung yang tidak boleh dimasuki

oleh sembarang orang yang di dalamnya, bahkan orang Baduy atau pimpinan adat

sekalipun. Hutan dudungusan adalah hutan yang dilestarikan karena berada di

hulu sungai atau di dalamnya dianggap terdapat keramat atau diyakini sebagai

tempat leluhur Baduy. Sementara itu, hutan garapan adalah hutan yang dapat

digarap untuk dijadikan ladang (huma) oleh masyarakat Baduy secara umum.

Keterlibatan para pihak yang berkepentingan (stakeholder) diperlukan untuk

lebih menjamin tercapainya keputusan pihak-pihak pada tingkat tertentu,

khususnya dalam keseimbangan fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari

ekosistem hutan. Dengan hal tersebut, para pihak dapat dilibatkan dalam

penentuan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, analisis keadaan serta pemecahan

masalah dan pengembangan upaya-upaya perbaikan dalam hutan

(Kusumaningtyas, 2016).

Kondisi Umum Penelitian

Masyarakat Kecamatan Sibolangit didominasi oleh suku Karo. Kota

terdekat yang terkenal di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

6

merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan

pariwisatanya serta produk pertaniannya yang unggul. Mayoritas suku Karo

bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan

Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai "Taneh Karo Simalem". Banyak

keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis rumah

baru, dan pesta tahunan yang dinamakan kerja tahunan, maupun bentuk masakan.

Masakan Karo, salah satu yang unik adalah disebut terites. Terites ini disajikan

pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan (Kushnick, 2010).

Ada beberapa jenis keberadaan lembaga adat dan simbol adat yang terdapat

di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, dengan

beberapa kegiatan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Lembaga Adat Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

1. Keberadaan Lembaga Adat

1. Pemangku Adat

2. Kepengurusan Adat

2. Simbol Adat

3. Rumah Adat

4. Barang-Barang Pusaka

5. Naskah-Naskah

3. Jenis Kegiatan Adat

6. Musyawarah Adat

7. Sanksi Adat

8. Upacara Adat Perkawinan

9. Upacara Adat Kematian

10. Upacara Adat Kelahiran

11. Upacara Adat dalam Bercocok Tanam

12. Upacara Adat dalam Bidang Perikanan/Laut

13. Upacara Adat dalam Bidang Kehutanan

14. Upacara Adat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

15. Upacara Adat dalam Pembanguna Rumah

16. Upacara Adat dalam Penyelesaian Masalah/Konflik

17. Upacara Adat dalam Bidang Bencana Alam

Sumber : Pemerintah Kabupaten Deli Serdang (2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

7

Ada tujuh belas jenis kegiatan adat yang terdapat di desa Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit namun tidak semua jenis kegiatan adat dilakukan atau

dilaksanakan lagi. Salah satu jenis kegiatan adat yang dilakukan di desa Bandar

Baru Kecamatan Sibolangit yaitu Upacara Adat dalam Bidang Bencana Alam,

dalam upacara adat tersebut ada kegiatan meminta doa secara bersamaan serta

beberapa kegiatan lainnya yang dipimpin oleh kelapa adat yang bersangkutan.

Dalam UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mitigasi

bencana didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Namun dalam implementasinya ke

masyarakat masih sangat minim akibatnya masyarakat terutama di wilayah rawan

bencana belum memiliki pengetahuan memadai akan kebencanaan dan tidak

mempunyai kemampuan adaptif dengan keadaan dan proses pemulihan pasca

bencana. Pengetahuan masyarakat tentang kearifan lokal terasa semakin menurun

karena kurang sosialisasi dan pembinaan. Karena itu peningkatan kesadaran dan

pemberdayaan masyarakat sangat mutlak diperlukan. Seiring dengan itu,

penggalian terhadap kearifan lokal sangat diperlukan karena memberikan

pemahaman dan panduan dalam lingkup tradisi lokal bagaimana menjalani

kehidupan sehari-hari, termasuk pengetahuan ciri-ciri bencana dan larangan

melakukan kegiatan yang merusak lingkungan atau keseimbangan ekosistem.

Penyebab Bencana Banjir

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

8

baik oleh faktor alam atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda dan dampak psikologis, yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor .

Musim penghujan telah memasuki wilayah Indonesia, pada masa ini

peralihan cuaca bisa sangat cepat terjadi tiba-tiba hujan namun beberapa saat

kemudian panas. Bencana banjir yang terjadi pada bulan September 2016

mengakibatkan kerugian material mencapai 3.638 unit rumah rusak dimana 840

unit rusak berat, 504 rusak sedang dan 2.294 rusak ringan serta lebih dari 10 ribu

rumah terendam. Bencana yang cenderung meningkat tahun ke tahun adalah

banjir dan tanah longsor. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan

longsor harus lebih meningkatkan kewaspadaan mengingat hujan dapat

menyebabkan bencana ini terjadi. (BNPB, 2016).

Banjir bandang (flash flood) adalah penggenangan akibat limpasan keluar

alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas

aliran, terjadi dengan cepat melanda daerah-daerah rendah permukaan bumi.

Banjir bandang dibedakan dari banjir oleh waktu berlangsungnya yang cepat dan

biasanya kurang dari enam jam dan menyapu lahan yang dilandanya dengan

kecepatan aliran yang sangat besar hampir tanpa peringatan yang cukup. Tinggi

permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3-6 meter dengan membawa

debris (sampah) dan sangat berbahaya sehingga menimbulkan banjir bandang dan

memicu terjadinya longsoran (Syamsul, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

9

Tahap Penanggulangan Bencana Banjir

Strategi penanggulangan bencana banjir merupakan kesiapan yang meliputi

pencegahan dengan langkah antara lain penyuluhan dan sosialisasi harus

dilaksanakan secara luas. Meningkatkan peranserta masyarakat dalam upaya

mencegah dan mengurangi risiko bencana banjir meliputi, penyuluhan agar tidak

membuang sampah sembarangan, tidak tinggal dalam bantaran sungai,

menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air tersebut.

Penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Penanggulangan bencana tetap memperhatikan kearifan lokal dan

mempertimbangkan aturan/norma yang berlaku secara universal. Penanggulangan

bencana dilakukan sejak dini untuk mencegah meluasnya dampak bencana

(Irena, 2015).

Sistem peringatan dini bencana adalah elemen yang sangat penting dalam

upaya peringatan risiko bencana. Dengan adanya peringatan dini maka

masyarakat dapat melakukan penyelamatan sehingga mengurangi korban jiwa dan

dampak bencana lainnya. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan bencana

pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Peringatan dini merupakan

salah satu bagian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk

mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap

darurat sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan fisik

seseorang dan kematian (BNPB, 2012).

Operasi penanganan bencana banjir dilaksanakan pada dua tahap yaitu tahap

kesiapsiagaan sampai dengan tahap tanggap darurat. Pada tahap kesiapsiagaan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

10

operasi dititikberatkan pada kegiatan yang bersifat pencegahan dan kesiapan yang

dimulai dari kesiapan posko, kesiapan alat peralatan, kesiapan sumberdaya

daerah, penyiapan sistem peringatan dini dan penyuluhan meliputi : pembentukan

kelompok kerja yang beranggotakan dinas-instansi terkait (diketuai Dinas

Pengairan/Sumber Daya Air), mengevaluasi data curah hujan dan informasi lain

yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi

terkena banjir serta daerah yang rawan banjir. Menyiapkan peta daerah rawan

banjir dilengkapi dengan “plotting” rute pengungsian, lokasi pengungsian

sementara dan lokasi pos pengamat debit banjir/ketinggian muka air banjir di

sungai penyebab banjir (Mulyanto, 2012).

Menajemen bencana banjir berdasarkan waktu, peristiwa bencana dapat

dikategorikan dalam 3 (tiga) bagian yaitu sebelumnya, saat dan sesudah. Pada saat

yang sama ada 4 kegiatan yaitu Mitigasi dan Kesiapsiagaan (sebelum), Respon

(saat) dan Pemulihan (setelah). Selain itu pemahaman tentang menajemen

bencana banjir sebagai persoalan umum memerlukan pemetaan struktur interaksi,

keterlibatan dan partisipasi berbagai pemangku kepentingan dalam kontak

langsung dengan akar penyebab dan korban bencana itu. Para pemangku

kepentingan (stakeholders) dapat mencakup unsur pemerintah dan pelaku non-

pemerintah baik swasta LSM dan masyarakat lainnya. Namun pemerintah masih

memiliki peran sebagai pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan utama.

Selanjutnya dengan mengurangi banjir atau dengan meningkatkan kapasitas untuk

menanggulanginya (Sutopo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

11

Gambar. 1 Bagan Manajemen Bencana Banjir

Sumber: Ulum (2013)

Hubungan Penanggulangan Bencana Banjir dengan Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan prinsip-prinsip dan cara-cara tertentu yang

dianut, dipahami dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi

dengan lingkungannya dan ditransformasikan dalam bentuk sistem nilai dan

norma adat. Kearifan lokal juga merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal)

yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti

oleh anggota masyarakatnya (Zuriyani, 2010).

Kearifan lokal di peringkat etnik juga bisa bermacam-macam bidang

misalnya untuk merespon alam sekitar. Masyarakat Batak Karo membuat rumah

sekalian dengan aspek-aspek spiritual untuk menjaganya dari beberapa gangguan

hewan maupun berbagai bencana seperti bencana banjir bandang. Hal ini

Menajemen Bencana Banjir SAAT

(Respon)

SESUDAH

(Pemulihan) STAKEHOLDERS

MASYARAKAT

MASYARAKAT

PEMERINTAH

H

SWASTA

CAPACITY BUILDING

SEBELUM

(Mitigasi & Kesiapsiagaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

12

merupakan salah satu kearifan lokal atau budaya masyarakat Batak Karo yang

berkaitan dengan penanggulangan bencana sehingga mereka merasa aman

terhadap beberapa gangguan hewan lainnya (Armawi, 2008).

Dengan adanya kearifan lokal maka proses interaksi akan menghasilkan

sebuah budaya. Budaya yang muncul dari dalam masyarakat itu sendiri dapat kita

sebut sebagai kearifan lokal. Hal ini muncul karena masyarakat desa hutan

mendapatkan manfaat dari hutan sehingga secara otomatis mereka akan berusaha

untuk mempertahankan kelestarian hutan dan mengurangi resiko bencana alam

lainnya seperti banjir bandang, longsor dan kebakaran hutan (Hananto, 2009)

Bencana banjir bandang pernah terjadi di Kecamatan Sibolangit Kabupaten

Deli Serdang Sumatera Utara tepatnya di tempat wisata Air Terjun Dua Warna

yang mengakibatkan banyak menelan korban jiwa. Kemungkinan besar terjadinya

banjir bandang akibat kerusakan hutan dan kurangnya pelestarian sekitar aliran

sungai tersebut sehingga mengalami kerusakan secara ekologi, selain itu di daerah

sekitar Air Terjun Dua Warna memiliki daerah-daerah yang mempunyai

kerentanan gerakan tanah tinggi umumnya menempati alur-alur sungai dengan

dinding yang curam, hal ini sesuai dengan pernyataan Firmansyah dan Kadarsetia

(2010) bahwa curah hujan yang tinggi bisa menimbulkan gerakan tanah muncul

pada titik yang baru apabila terjadi gempa bumi, kenaikan intensitas curah hujan,

erosi ataupun penggundulan hutan. Gerakan tanah yang terjadi pada tebing-tebing

sungai dapat menyebabkan penyumbatan dan pembentukan bendungan longsor

alami yang pada akhirnya dapat menimbulkan banjir bandang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

13

Siklus Penanggulangan Banjir

Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum

banjir (prevention), penanganan saat banjir (response/intervention) dan pemulihan

setelah banjir (recovery). Tiga tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan

penanggulangan banjir yang berkesinambungan, sebagaimana di gambarkan pada

Gambar 2.

Gambar. 2 Siklus Penanggulangan Banjir

Sumber: Bieri, (2003)

Ada beberapa jenis kegiatan dalam siklus penanggulangan banjir seperti

ditunjukkan dalam Tabel 2. Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu

siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai

masukan untuk pencegahan (prevention) sebelum bencana banjir terjadi kembali.

Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti

pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai (in-stream) sampai wilayah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

14

dataran banjir (off-stream) dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna

lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

Tabel 2. Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir

Siklus Kegiatan

PENCEGAHAN

( Prevention)

1. Upaya - upaya Struktural

- Upaya di dalam badan Sungai ( In-Stream)

- Upaya di luar badan Sungai ( Off- Stream)

2. Upaya - upaya Non-Struktural

- Upaya Pencegahan Banjir Jangka Panjang

- Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir dalam

Jangka Pende

PENANGANAN

(Intervention/Response)

1. Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Prakiraan

Banjir

2. Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat Banjir

PEMULIHAN

( Recovery)

1. Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan

Perbaikan Sarana dan Prasarana

- Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir

- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-Fisik

2. Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana

Banjir

3. Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

Sumber: Permana (2011)

Setelah pencegahan dilaksanakan, dirancang pula tindakan penanganan

(response/intervention) pada saat bencana banjir terjadi. Tindakan penanganan

bencana banjir, antara lain pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang

prakiraan banjir (flood forecasting information and dissemination), tanggap

darurat, bantuan peralatan perlengkapan logistik penanganan banjir (flood

emergency response and assistance) dan penyusutan terhadap genangan banjir

(flood fighting). Pada tahap pemulihan dilakukan penyusunan Rencana Pemulihan

(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang

dilakukan pada pasca bencana.

Pengurangan risiko bencana banjir merupakan bagian dari pengelolan

sumber daya air (SDA) yang berbasis wilayah sungai (WS) harus direncanakan

dan dilaksanakan secara terintegrasi di dalam suatu WS. Oleh karena itu,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

15

pengelolaan SDA masing-masing WS diatur dalam suatu rencana pengelolaan.

Pengurangan risiko bencana banjir tidak hanya dilakukan dengan pembangunan

dan pengaturan bangunan sarana dan prasarana saja. Sesuai dengan UU No. 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) yang berada pada kawasan rawan bencana memerlukan penataan ruang

yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan

kenyamanan kehidupan serta menjaga kelestarian lingkungan (Amri, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

16

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 – Juni 2018 di desa-

desa sekitar Air Terjun Dua Warna Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, Provinsi

Sumatera Utara sebagai salah satu daerah objek wisata air terjun.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, perekam

suara. Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data skunder,

serta data history kejadian banjir bandang di wisata Air Terjun Dua Warna.

Prosedur Penelitian

Metode pengumpulan data

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media

perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah

ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara

umum. Data diperoleh dari lembaga adat yang bersangkutan di daerah Desa

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, data sejarah kejadian banjir bandang Air

Terjun Dua Warna yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari publikasi

media massa, UPT Tahura Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera

Utara, Kepala desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, serta masyarakat setempat

meliputi tentang lokasi kejadian bencana.

Pengumpulan data primer

Wawancara

Wawancara dilakukan di desa sekitar Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

dengan menggunakan metode wawancara mendalam (depth interview) yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

17

berkaitan dengan pengetahuan dan kesiapan masyarakat terhadap bencana banjir

bandang. Metode wawancara mendalam (depth interview) sama seperti metode

wawancara lainnya, tetapi dalam wawancara ini dilakukan berkali-kali dan

membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian dan

dibutuhkan ketelitian.

Metode penentuan informan dalam penelitian ini adalah informan kunci (key

informan) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan luas tentang daerahnya,

kebiasaan-kebiasaan penduduk di daerah tersebut dan juga dianggap sebagai

tokoh oleh penduduk di daerah tarsebut. Pada umumnya adalah orang tua, orang

dianggap oleh penduduk sebagai tokoh masyarakat. Dari informan kunci ini dapat

diperoleh data-data tentang keadaan penduduk di daerah penelitian, baik

kebiasaan, masalah-masalah sosial, kearifan lokal dan sebagainya (Rudito dan

Famiola, 2008).

Narasumber yang akan diwawancarai antara lain adalah tokoh masyarakat,

kepala desa, kepala adat yang bersangkutan, serta LSM (lembaga swadaya

masyarakat) yang terkait, Informasi yang dikumpulkan adalah data sosial, berupa

data kondisi umum lokasi penelitian, data tentang kearifan lokal masyarakat

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, data jenis kearifan lokal serta bentuk kearifan

lokal masyarakat desa sekitar Air Terjun Dua Warna yang diperoleh dari lembaga

adat yang bersangkutan.

Analisis Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan survei langsung ke

lokasi penelitian. Survei terhadap masyarakat juga dilakukan dengan mengamati

aktifitas keseharian serta kondisi lokasi sekitar Air Terjun Dua Warna, dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

18

tahap survei ini dilakukan juga dokumentasi dari berbagai pengumpulan data yang

diperoleh.

Teknik penyajian data dengan bentuk narasi yang bertujuan mendapatkan

informasi serta memperluas pengetahuan tentang suatu kejadian, bahasanya lebih

condong kebahasa informatif, menyampaikan informasi secara faktual mengenai

suatu kejadian tersebut. Sasaran dalam teknik penyajian data bentuk narasi ini

adalah beberapa petinggi di desa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna (Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit) yang meliputi: kepala desa, tokoh masyarakat, kepala adat,

lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemandu wisata serta perwakilan salah satu

masyarakat sekitar desa Air Terjun Dua Warna.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

Batas wilayah Kecamatan Sibolangit sebelah utara yaitu Desa Suka

Makmur, sebelah selatan yaitu Kabupaten Karo, sebelah timur yaitu Desa Sikeben

dan sebelah barat yaitu Desa Sei Betimus. Mata pencaharian di daerah kecamatan

Sibolangit ini 80% adalah petani dan 20% lagi yaitu buruh tani, Pegawai Negeri

Sipil, sektor perdagangan (hotel dan restoran), wiraswasta. Suku yang ada di

Kecamatan Sibolangit terdiri atas Batak, Nias, Aceh, Mentawai, Melayu, Minang,

Jawa, Banjar, Madura dan Sunda (Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa curah hujan disekitar

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yaitu 3250 mm dengan jumlah bulan hujan 5

bulan dan suhu rata-rata harian 18oC – 26

oC dan tinggi tempat dari permukaan

laut 860 mdpl. Jenis dan kesuburan tanah didaerah penelitian sebagian besar

berwarna hitam dan tekstur tanah lempung dan tingkat kemiringan tanah sekitar

2,5 derajat. Di daerah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit memiliki hutan lindung

dengan luas 693 ha/m2 dengan berbagai jenis flora dan fauna, serta hasil hutan non

kayu lainnya, didalam hutan lindung tersebut terdapat salah satu wisata alam

berupa air terjun, yang diberi nama Air Terjun Dua Warna karna memiliki warna

yang berbeda yaitu warna biru dan warna air seperti biasanya (Pemerintahan

Kabupaten Deli Serdang, 2017).

Status kepemilikan Air Terjun Dua Warna menurut Bapak Ramlan Barus

selaku kepala UPT. Tahura Bukit Barisan, masih dibawah Pengelolaan Tahura

Bukit Barisan yang fungsi hutan sebagai hutan konservasi dengan luas kawasan

39.678 ha yang berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Deli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

20

Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat. Air Terjun Dua Warna ini

terletak di Kabupaten Deli Serdang namun masyarakat sekitar mengelola kawasan

tersebut secara swadaya tanpa ada izin dari pihak Pengelola Tahura Bukit Barisan,

sebelumnya ada plang peringatan yang dipasang oleh UPT. Tahura bahwa tidak

diperbolehkan memasuki kawasan tersebut menurut Keputusan Presiden No.48

tahun 1988 tentang Pembangunan Kelompok Hutan Sibolangit Sebagai Taman

Hutan Raya Bukit Barisan

Di daerah Kecamatan Sibolangit terdapat berbagai lembaga yang telah

dibentuk serta didalam lembaga adat tersebut ada berbagai jenis adat yang

dilakukan seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel. 3 Jenis-jenis Adat yang dilakukan di Desa Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit.

No Nama Lembaga Jenis Adat yang dilakukan

1 - Kelompok Gotong Royong - Upacara Adat Perkawinan

2 - Lembaga Adat - Upacara Adat Kematian

- Organisasi Keagamaan - Upacara Adat Kelahiran

- Upacara Adat Pembangunan

Rumah

- Upacara Adat dalam Bidang

Kehutanan

3 - Kelompok Karang Taruna -

4 - Kelompok Pecinta Alam -

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa masih terjaganya kearifan lokal di Desa

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, seperti lembaga yang telah dibentuk antara

lain yaitu Gotong Royong, Lembaga Adat, Organisasi Keagamaan, Kelompok

Karang Taruna dan Kelompok Pecinta Alam. Di dalam lembaga adat ada berbagai

jenis adat yang dilakukan salah satunya adalah Upacara Adat Pembangunan

Rumah dan Upacara Adat dalam Bidang Kehutanan. Masyarakat di Desa Bandar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

21

Baru Kecamatan Sibolangit membuat rumah dengan aspek-aspek spiritual untuk

menjaganya dari beberapa gangguan hewan dari hutan maupun bencana alam

lainnya.

Secara umum penyebab utama banjir adalah perubahan dan eskalasi

perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan dan hutan disekitar Desa

Bandar Baru tersebut. Menurut salah seorang pemandu wisatawan (Ranger) yang

bernama Rangga bahwa terjadinya banjir bandang di destinasi wisata Air Terjun

Dua Warna diakibatkan adanya penebangan pohon secara ilegal di sekitar aliran

sungai tersebut sehingga sungai tidak mampu menanpung akumulasi air hujan

tersebut sehingga meluap ke dataran yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Thoha (2014) bahwa curah hujan sangat berpengaruh terhadap

dinamika kadar air tanah dan muka air tanah sehingga fluktuasi keduanya sangat

dipengaruhi oleh dinamika curah hujan yang turun. Sehingga apabila curah hujan

meningkat maka fluktuasi air tanah akan meningkat dan sungai tidak mampu

menampung akumulasi air hujan dan meluap kedaratan atau ketempat aliran

sungai yang lebih rendah.

Kearifan lokal masyarakat yang berkaitan dengan penanggulangan menurut

beberapa narasumber

Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yang dianggap sangat

memiliki pemahaman atau pengalaman di lokasi penelitian untuk memperoleh

informasi mengenai kearifan lokal serta cara penanggulangan bencana banjir

didaerah tersebut. Narasumber yang diwawancarai yaitu beberapa narasumber di

desa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna seperti yang disajikan pada Tabel 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

22

Tabel 4. Jenis-jenis pengetahuan lokal penanggulangan banjir bandang yang diakui oleh

narasumber.

Narasumber

No

Jenis Pengetahuan Kepala Kepala Tokoh Kepala Pemandu Perwakilan

Desa Adat Masyarakat UPT Tahura Wisata Masyarakat

1. Penyebaran informasi

adanya bencana banjir a a a a a a

2. Penyebab kejadian

banjir bandang a a a a a a

3. Pelarangan aktifitas

di sekitar air tejun a a a a a a

4. Sejarah kejadian

banjir bandang a a a a a a

5. Prediksi akan

adanya bencana a a a a a a

banjir

6. Metode menolong

korban a a a a a a

7. Jenis tanaman disekitar

Air Terjun Dua Warna a a a a a a

8. Cara pelestarian hutan

disekitar Air Terjun a a a a a b

Dua Warna

9. Menetapkan daerah

rawan bencana banjir b b b a b b

bandang

Keterangan : a : Ya/Ada

b : Tidak/Tidak Ada

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa pengetahuan lokal tentang

penanggulangan banjir bandang yaitu dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh

pertanyaan hasil wawancara yang didapat dari beberapa perwakilan narasumber

ada delapan pertanyaan yang semua narasumber ketahui dan dua pertanyaan

hanya beberapa narasumber yang tahu tentang pengetahuan lokal dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

23

penanggulangan bencana banjir. Peristiwa kejadian banjir bandang di Air Terjun

Dua Warna yaitu semua narasumber mengetahui sejarah kejadian banjir bandang

tersebut. Pada saat terjadi banjir bandang di Air Terjun Dua Warna ada tanda-

tanda khusus yang diketahui narasumber pada saat akan terjadi banjir bandang

yaitu curah hujan yang tinggi di hulu sungai dalam kurun waktu yang lama, cuaca

mendung dan terjadi beberapa petir/gemuruh, adanya perubahan warna air dari

jernih menjadi keruh dan adanya penambahan dan pengurangan debit air serta

banyaknya daun-daun yang berguguran. Tetapi untuk pengetahuan tentang daerah

rawan banjir disekitar Kecamatan Sibolangit belum ada, baik dari pemerintahan

desa yang bersangkutan maupun lainnya.

Penyebab terjadinya banjir dari pengetahuan lokal dari beberapa narasumber

yaitu adanya penebangan pohon di hulu kawasan Air Terjun Dua Warna sehingga

pada saat musim penghujan air meluap kedataran yang lebih rendah sehingga

terjadilah banjir bandang di destinasi air terjun tersebut. Berbeda halnya dengan

masyarakat Desa Lutueng Kecamatan Mane Kabupaten Pidie Provinsi Aceh

menurut Mardhiah (2016) bahwa ada anjuran dan larangan dalam pengelolaan

hutan yaitu dianjurkan untuk menjaga hutan dan pepohonan di sekitar sumber

mata air, tidak menebang pohon-pohon yang buahnya dapat dimakan oleh

manusia dan hewan dan penebangan kayu di izinkan hanya untuk kepentingan

rumah tangga penduduk seperti membangun rumah, balai pengajian dan fasilitas

umum.

Dari hasil wawancara berbagai narasumber ada beberapa kearifan lokal

yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Air Terjun Dua Warna yang berhubungan

dengan penanggulangan banjir bandang seperti pada Tabel 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

24

Tabel. 5 Daftar jenis kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit setelah banjir bandang Air Terjun Dua Warna.

No Jenis-jenis Kegiatan

1. Pemberitahuan dan penyebaran informasi bahwa telah terjadinya banjir

di destinasi Air Terjun Dua Warna sehingga reaksi cepat dan bantuan

penanganan terhadap korban

2. Adanya penambahan dan pengurangan debit air sungai serta daun-daun

yang berguguran

3. Cuaca mendung, turun hujan dalam jangka waktu yang lama dan terjadi

beberapa gemuruh serta adanya perubahan warna air sungai dari jernih

menjadi keruh

4. Gotong royong untuk mecari para korban bencana banjir dan

membersihkan sekitaran air terjun dari sisa-sisa pohon tumbang disekitar

Air Terjun Dua Warna

5. Dilarang memasuki kawasan Air Terjun Dua Warna bagi yang tidak

berkepentingan dan dilakukan doa bersama agar ditemukannya korban,

ritual adat petunjuk penemuan korban dengan cara pengantaran satu

ayam hitam, serta melakukan penaburan bunga ke objek wisata Air

Terjun Dua Warna sebagai penghormatan terakhir bagi korban yang

tidak ditemukan

6. Jenis tanaman Kemenyan (Styrax Sp), Aren (Arenga Sp), Rotan

(Calamus manau), Bambu (Bambusa Sp), Pinus (Pinus Merkusii),

Meranti (Shorea Sp), Pandan (Pandanus Sp), dan pakis-pakisan

7. Tidak membuang sampah secara sembarangan serta pada saat berada di

kawasan wisata Air Terjun Dua Warna harus bersikap sopan

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kearifan lokal dalam penanggulangan

banjir bandang dengan cara menolong korban yaitu mengarahkan atau mengajak

masyarakat sekitar dan beberapa instansi terkait lainnya secara gotong royong.

Ada acara atau kegiatan tertentu yang dilakukan oleh masyarakat sekitar beserta

kepala adat dan tokoh masyarakat di sekitar Air Terjun Dua Warna yaitu dengan

cara adat meminta doa agar korban yang belum ditemukan segera ditemukan,

serta melakukan kegiatan penaburan bunga disekitar Air Terjun Dua Warna.

Setelah kejadian tersebut wisatawan tidak diperbolehkan lagi untuk memasuki

kawasan Air Terjun tersebut untuk sementara waktu kecuali bagi peneliti dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

25

dengan kejadian banjir bandang tersebut sangat berpengaruh besar terhadap

perekonomian masyarakat serta kerusakan ekologi sekitar Air Terjun Dua Warna

yang sangan besar.

Sebenarnya ada banyak kebudayaan atau kearifan lokal dalam masyarakat

Batak Karo dalam berbagai hal yang bersangkutan dengan aspek-aspek spiritual.

Hal ini masih dapat kita lihat pada masyarakat Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

yang pada awal bulan Mei tahun 2016 terjadi musibah banjir bandang di destinasi

wisata Air Terjun Dua Warna yang mengakibatkan 22 wisatawan hilang yang

terdiri atas wisatawan dan pemandu wisatawan. Menurut perwakilan kepala adat

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit pada saat kejadian banjir bandang masih ada

beberapa korban yang belum ditemukan pada saat itu, sehingga kepala adat dan

tokoh masyarat lainnya meminta doa supaya korban bencana banjir bandang dapat

ditemukan dengan cara pengantaran satu ayam hitam ke destinasi Air Terjun Dua

Warna tersebut yang bertujuan untuk meminta petunjuk suapaya ditemukannya

korban bencana banjir bandang tersebut (komunikasi pribadi Nurbetty Br.

Ginting, 2018).

Menurut tokoh masyarakat di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara mengatakan ada upacara adat untuk

pembersihan sekitar air terjun dua warna yang dilakukan bersama-sama dengan

masyarakat sekitar dan keluarga para korban yang tidak ditemukan di destinasi air

terjun tersebut dengan cara menabur bunga, penaburan bunga juga dilakukan

setiap tahunnya oleh keluarga korban. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Koentjaraningrat (1985) tata upacara pemakaman dalam bentuk upacara dan

selamatan, serta tradisi penaburan bunga dipemakaman dan selamatan selama tiga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

26

hari, tujuh hari, empat puluh hari dan seratus hari untuk memperingati atau

mengenang orang yang telah meninggal serta mengirimkan doa.

Setelah kejadian bencana banjir bandang di destinasi wisata Air Terjun Dua

Warna yang mengakibatkan banyak menimbulkan korban, wisata tersebut

sementara ditutup dan tidak diperbolehkan lagi untuk memasuki kawasan tersebut

kecuali untuk peneliti atau instansi terkait yang berkepentingan dalam wilayah

tersebut. Menurut salah satu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di desa

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit mengatakan tidak ada lagi wisatawan yang

diperbolehkan memasuki kawasan tersebut namun faktanya, masih ada beberapa

anak muda (wisatawan) dari luar daerah yang diam-diam memasuki kawasan air

terjun dua warna tersebut. Hal ini disebabkan karna masih kurangnya tanda/plang

peringatan bahwa tidak diperbolehkan memasuki kawasan tersebut serta

kurangnya pengawasan dari berbagai instansi pemerintah yang terkait didalamnya

(komunikasi pribadi Raja Usman, 2018).

Potensi pemanfaatan kearifan lokal masyarakat untuk penanggulangan

bencana banjir

Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman bencana antara

lain yaitu kesiapsiagaan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat dan mitigasi adalah

serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan

fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana sedangkan tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

27

buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi

korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana (UU No.24.

2007).

Jika terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian

yang besar terutama terhadap perekonomian masyarakat sekitar, hal ini sesuai

dengan pernyataan Sudibyakto dan Priatmodjo (2016) bahwa kerentanan ekonomi

menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi dalam menghadapi

bencana. Kemampuan ekonomi masyarakat atau daerah sangat menentukan

tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Daerah dengan tingkat ekonomi

yang rendah lebih rentan terhadap bahaya, karena daerah tersebut tidak memiliki

kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya mitigasi bencana.

Setelah dilakukan wawancara terhadap beberapa narasumber tentang jenis

pengetahuan lokal penanggulangan bencana banjir bandang dapat diketahuinya

kearifan lokal yang dilakukan masyarakat Desa Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit berupa Gotong royong dan lainnya maka dapat diketahui sistem

penanggulangan bencana banjir di daerah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

seperti pada Tabel 6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

28

Tabel 6. Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di daerah Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit

Siklus Kegiatan

Pra Bencana

1. Perencanaan

Penggulangan Bencana

2. Pendidikan dan Pelatihan

3. Pencegahan

Pengurangan Resiko

Bencana

- Kesiapsiagaan Masyarakat Sekitar

yang Rawan Daerah Banjir dengan

cara melihat perubahan debit air

sungai.

- Tidak Membuang Sampah

Sembarangan dialiran Sungai Air

Terjun Dua Warna

- Adanya Plang Peringatan Dini

disekitar kawasan pintu masuk

menuju Air Terjun Dua Warna

Saat

Tanggap

Darurat

1. Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Tentang Telah

Terjadinya Bencana Banjir Bandang di Destinasi Air Terjun

tersebut.

2. Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Terhadap Korban Bencana

Banjir Bandang Air Terjun Dua Warna

Pasca

Bencana

1. Rehabilitasi

2. Rekontruksi

- Memperbaiki/membersihkan Sekitar

Air Terjun Dua Warna dari Sisa-sisa

Banjir Bandang Tersebut Secara

Gotong Royong

- Memperbaiki Beberapa Sarana dan

Prasarana Seperti jembatan yang

Rusak Akibat Banjir yaitu yang

Berada di Dusun Durian Sirugun

- Mengurus Surat Izin Status

Kepemilikan dan Izin Pariwisata Air

Terjun tersebut.

- Menertipkan Keamanan didaerah

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

agar tidak ada lagi wisatawan yang

masuk secara ilegal ke Air Terjun

tersebut.

Dari Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa wisata Air Terjun Dua Warna

pada saat ini tidak dibuka untuk umum tetapi besar kemungkinan wisata Air

Terjun Dua Warna tersebut akan dibuka kembali oleh UPT. Tahuta Bukit Barisan

dengan melengkapi dokumen-dokumen resmi perizinan ekowisata serta

memperbaiki kembali ekologi di sekitar Air Terjun Dua Warna tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

29

Untuk melengkapi berbagai fasilitas penunjang keselamatan wisatawan, ada

beberapa fasilitas yang harus dibangun seperti membangun pos jaga, membuat

plang peringatan dini yang lebih banyak sesuai dengan Keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 tentang Pembangunan Kelompok Hutan

Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang dimaksud dalam Pasal

1 sesuai dengan fungsi dan tugasnya dikelola oleh Departemen Kehutanan dengan

mengikutsertakan unsur-unsur Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara,

Perguruan Tinggi dan tokoh-tokoh masyarakat daerah setempat.

Kebijakan penanggulangan bencana di daerah Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit masih kurang efektif karena sistem-sistem yang siap untuk memantau

dan menyebar luaskan data potensi bencana seperti banjir bandang masih kurang.

Berbeda halnya dengan penanggulangan bencana di Kabupaten Malang yaitu

mereka menyediakan informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses

disemua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan (melalui jejaring,

pengembangan sistem untuk berbagi informasi) dan lainnya (Ahdi, 2015).

Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat serta semakin meningkatnya

kebutuhan mengakibatkan sebagian masyarakat kurang memperhatikan aspek

kelestarian lingkungan sehingga dapat menurunkan fungsi hutan. Dengan adanya

kearifan lokal akan menjamin keberhasilan keseimbangan antara daya dukung

lingkungan alam dengan gaya hidup dan kebutuhan manusia. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Ginting (2015) meskipun kearifan lokal tidak mengenal istilah

konservasi namun terbukti ampuh menyelamatkan suatu kawasan beserta isinya

dengan berbagai bentuk larangan yang disertai dengan sanksi adat bagi yang

melanggarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

30

Masyarakat yang berada disekitar hutan kawasan Air Terjun Dua Warna

belum menyadari pentingnya fungsi hutan. Berbeda halnya dengan masyarakat di

Kabupaten Kebumen BKPH Gembong Utara menurut Resza (2010) bahwa sikap

masyarakat desa hutan terhadap program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) masih kuat hal ini disebabkan karena kebudayaan yang melekat pada

masyarakat desa hutan seperti kegiatan Berkah Bumi dapat membantu

keselamatan masyarakat desa hutan dalam mengikuti program PHBM dan

meningkatkan hasil hutan.

Untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari yaitu menerapkan sebagian

unsur sosialisme yaitu memperkuat ketaatan terhadap pimpinan setempat dan

peraturan perundang-undangan. Masyarakat adat dapat menahan diri untuk tidak

merusak lingkungan dan menerima apa yang diberi oleh alam. Sesuai dengan

pernyataan Maryani (2013) bahwa sistem peringatan dini merupakan sebuah

mitigasi bencana dalam mencegah kerusakan lingkungan sehingga pelestarian

alam terjaga secara efektif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kearifan lokal/budaya yang berkaitan dengan penanggulangan bencana

banjir bandang yang ada di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yaitu

penyebaran informasi adanya bencana banjir, penyebab kejadian banjir

bandang, pelarangan aktivitas di sekitar air terjun, sejarah kejadian banjir,

prediksi akan adanya banjir, metode menolong korban, jenis tanaman di

sekitar air terjun dan cara pelestarian hutan di sekitar air tejun.

2. Potensi kearifan lokal masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir

di kawasan Air Terjun Dua Warna yaitu pra bencana, saat tanggap darurat

dan pasca bencana. Pra bencana; pembuatan plang peringatan dini

disekitar kawasan air terjun, saat tanggap darurat; penyebaran informasi

serta reaksi cepat dan bantuan penanganan terhadap korban dan pasca

bencana; mengurus surat izin status kepemilikan dan izin pariwisata serta

memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak.

Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah kepada pihak pemangku

wisatawan disarankan untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pengurangan

resiko bencana banjir di wilayah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

32

DAFTAR PUSTAKA

Ahdi, D. 2015. Perencanaan Penaggulangan Bencana Melalui Pendekatan

Menajemen Resiko. Jurnal Unitri. 1(5) : 13-30.

Amri, R. 2016. Risiko Bencana Indonesia. Direktur Pengurangan Resiko Bencana.

Jakarta.

Arafah, N., Darusman D., Suhartijo D., Sundawati L. 2011. Kaindea: Dinamika

Pengelolaan Hutan Adat di Pulau Kecil (Studi Kasus: Pulau Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi). Jurnal Ilmu Kehutanan. 1(5) : 9-10

Armawi, A. 2008. Kearifan Lokal Batak Toba Dalihan Na Tolu Dan Good

Governance Dalam Birokrasi Publik. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Bieri, D, S. 2003. Disaster Risk Management and the Systems Approach by:

World Institute for Disaster Risk Management (DRM),

(www.drmonline.net).

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Petunjuk Tindakan dan

Sistem Mitigasi Banjir Bandang. https://www. jica. go.

jp/project/indonesian/indonesia/0800040/materials/pdf/outputs_15. pdf.

Diakses 11 Maret 2018 [11:30 WIB].

[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. September 2016. Informasi

Kebencanaan Bulanan Teraktual. https://bnpb. go.

id/uploads/publication/info_bencana_maret. pdf. Diakses 11 Maret 2018

[10:00 WIB].

Dewi, I, K dan Istiadi, Y. 2015. Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Tradisional

Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Di Kampung Naga Kecamatan

Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan Hidup.

1(23) : 129-135.

Firmansyah, M, N dan Kadarsetia, E. 2010. Penyelidikan Potensi Banjir Bandang

Di Kabupaten Jember. Jurnal Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi – Badan Geologi. 2(5) : 14-22.

Ginting, B, K., Purwoko, A., dan Simanjuntak, J. 2015. Kearifan Lokal Dalam

Pengelolaan Hutan Di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe, Kabupaten

Karo. Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Hananto, W. 2009. Upaya Mempertahankan Kelestarian Hutan Dengan

Memanfaatkan Kearifan Lokal pada Masyarakat Desa Hutan. Universitas

Sebelas Maret. Surakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

33

Huda, I, A, S. 2016. Bentuk-Bentuk Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi

Bencana Banjir (Studi Kasus Di Desa Pelangwot Kecamatan Laren

Lamongan). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Irena, A, G., Patana, P. 2015. Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan

Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit.

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No.

1 Kampus USU Medan 20155.

Karisma, B, M. 2010. Studi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat

Desa Sekitar Hutan Dan Tata Kelolanya. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor. [Internet]. [dikutip 5 Oktober 2015]. Dapat diunduh dari:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/63478.

[Keppres] Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1988 Tentang Pembanguna

Kelompok Hutan Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

Koentjaraningrat. 1985. Konsep kebudayaan Nasional dalam Persepsi Masyarakat

tentang Kebudayaan. Alfian (ed). Jakarta: Gamedia.

Kushnick, G. 2010. Bibliography of Works on the Karo Batak of North Sumatra,

Indonesia: Missionary Reports, Anthropogical Studies, and Other Writings

from 1826 to the Present. Department of Anthropology University of

Washington, Seattle. 1.2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14

Januari 2014.

Kusumaningtyas. 2016. Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan

Hutan Di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan

Kota. 2(3) : 1-11

Mardhiah, A., Supriatno., dan Djufri. 2016. Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan

Lokal Dan Pengembangan Hutan Desa Di Mukim Lutueng Kecamatan

Mane Kabupaten Pidie provinsi Aceh. Jurnal Biotik. 2(4) : 128-135.

Maryani, E., dan Yani, A. 2013. Kearifan Lokal Masyarakat Sunda Dalam

Memitigasi Bencana Dan Aplikasinya Sebagai Sumber Pembelajaran Ips

Berbasis Nilai. Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyanto. 2012. Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal. Jakarta.

Resza, P. 2010. Sikap Masyarakat Desa Hutan Terhadap Program Pengelolaan

Hutan Bersama Masyarakat di Kabupaten Kebumen Bagian Kesatuan

Pemangkuan Hutan (Bkph) Gembong Utara Kesatuan Pengelolaan Hutan

Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah . Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rudito, B dan Famiola, M. 2008. Social Mapping Metode Pemetaan Sosial

Tehnik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti. Rekayasa Sains

Bandung. Bandung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

34

Sudibyakto., dan Priatmodjo, A. 2016. Manajemen Risiko Bencana Pada Kawasan

Cagar Budaya Gunung Padang, Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Riset

Kebencanaan Indonesia. 1(2) : 50-58.

Surgatraveller. 2015. Air Terjun Telaga Dwi Warna. Sibolangit, Sumatera Utara.

[Internet] file:///C:/Users/Hp-pc/Desktop/referensi/bacapdf.com_air-terjun-

telaga-dwi-warna-sibolangit.pdf.

Sutopo, N. 2010. Jurnal Penanggulangan Bencana. Pusat Data Informasi dan

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Indonesia.

Syamsul. 2007. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir. Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 2017. Profil Desa Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit.

Permana, R, C, E. Nasution, I, P dan Gunawijaya, J. 2011. Kearifan Lokal

Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Baduy. Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Depok.

Thoha, A, S. 2014. Model Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Risiko

Kebakaran Hutan Dan Lahan Berbasis Masyarakat. [Disertasi] Sekolah

Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ulum, M, C. 2013. Governance dan Capacity Building dalam Menajemen

Bencana Banjir di Indonesia. Jurnal Penanggulangan Bencana. 2(4) : 1-4.

[UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang

Penaggulangan Bencana.

[UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang.

Zuriyani, E. 2010. Kearifan Lokal Sebagai Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dan Penanggulangan Bencana Di Sumatera Barat. Program Studi

Pendidikan Geografi Stkip PGRI Sumatera Barat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

35

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan

Daftar pertanyaan yang akan diwawancarai terhadap beberapa perwakilan

narasumber di desa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna (Bandar baru kecamatan

Sibolangit) meliputi :

1. Apakah bapak/ibu masih ingat kapan terjadinya peristiwa banjir

bandang Air Terjun Dua Warna?

2. Apakah bapak/ibu mengetahui history tentang kejadian banjir bandang

di Air Terjun Dua Warna?

3. Apakah ada tindakan bapak/ibu pada saat mengetahui adanya kejadian

banjir bandang?

4. Apakah sebelumnya bapak/ibu mengetahui bahwa akan adanya

bencana banjir bandang ?

5. Apakah ada tanda-tanda khusus yang bapak/ibu ketahui akan adanya

bencana banjir tersebut?

6. Apakah ada metode atau cara tertentu menolong korban bencana banjir

bandang teresebut, apakah ada cara khusus ?

7. Sebelum terjadi bencana, apakah ada pemberitahuan terdahulu

pemerintah atau institusi terkait kepada masyarakat bahwa akan terjadi

bencana banjir ?

8. Apakah ada acara atau kegiatan tertentu yang dilakukan setelah

kejadian banjir bandang tersebut ?

9. Apakah ada jenis pohon tertentu yang ditanami disekitar Air Terjun

Dua Warna ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

36

10. Apakah ada bentuk kearifan lokal (budaya) tertentu yang berhubungan

dengan perlindungan hutan atau pelestarian disekitar Air Terjun Dua

Warna?

11. Apakah bapak/ibu mengetahui tempat yang rawan akan terjadinya

banjir bandang ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

37

Lampiran 2. Dokumentasi Survey Lapangan

1. Kantor Kepala Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Serdang.

2. Kondisi Wisata Air Terjun Dua Warna yang berada didalam Hutan

Konservasi UPT Pengelolaan Tahura Bukit Barisan setelah kejadian banjir

bandang pada bulan Mei 2016.

Keterangan : Kondisi Wisata Air Terjun Dua Warna setelah kejadian bencana

banjir bandang yang menyebabkan adanya korban jiwa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

38

Keterangan : Kondisi areal sekitar wisata Air Terjun Dua Warna pada tahun 2018

terdapat bebatuan besar dan banyak pohon tumbang disepanjang

aliran sungai.

3. Lokasi wawancara di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten

Deli Serdang.

Keterangan : Wawancara dengan Kepala UPT Pengelolaan Tahura Bukit Barisan

Bapak Ramlan Barus dan Bapak Damson Sinulingga selaku Staf

UPT Tahura.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM ...

39

Keterangan : Wawancara dengan Pemandu Wisata dan LSM (lembaga swadaya

masyarakat) terkait.

Keterangan : Wawancara dengan Bapak Ivan Simbolon selaku perwakilan tokoh

masyarakat di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA