ICE BUCKET CHALLENGE DAN MEME Aisha Andari Rahmiputri, Junaidi Program Studi Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected]Abstrak Penelitian ini merupakan sebuah kajian budaya yang membahas tentang pemaknaan “Ice Bucket Challenge” pada meme. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tantangan ini dimaknai oleh pengguna internet dan bagaimana komentar mengenai tantangan ini direpresentasikan. Penelitian berjenis kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana, serta pendekatan linguistik. Korpus yang dipilih adalah meme yang ditemukan di media sosial dan situs mesin pencari. Penelitian ini menemukan bahwa komentar yg digambarkan melalui meme disampaikan dengan cara yang berbeda-beda yaitu dengan menyindir, terang - terangan, emosional atau ketika kita bisa mengetahui perasaan sebenarnya dari pengirim terhadap tantangan ini, atau bahkan hanya sebagai guyonan. Bersamaan dengan bermacam-macam cara penyampaian, dalam menanggapi tantangan ini masyarakat juga membawa isu-isu tertentu yang disampaikan baik lewat meme maupun lewat komentar seperti kelangkaan air, slacktivism, bahkan anggapan bahwa tantangan ini merupakan hal yang bodoh. Kata Kunci: Ice Bucket Challenge, kajian budaya, aktivisme, media sosial, meme. Ice Bucket Challenge and Meme: A Cultural Studies Abstract This research is a cultural studies which discuss about how people see the Ice Bucket Challenge in the internet meme. It aims to see how far this challenge is understood by a netizen and how those comments regarding the Ice Bucket Challenge are being represented. This research is a quantitative research using discourse analysis and linguistic approach. The corpuses are meme and comments in English found in social media Twitter. This research find that comments or meme are delivered in different ways such as teasingly, to the point, emotionally, where we can the real feeling of these people towards the challenge, or only as a joke. Along with different ways of delivering comments, there are some issues related to this challenge that the netizens posted in their comments or meme like slacktivism, drought, or comments about how they think this challenge as a stupid fad. Key words: Ice Bucket Challenge, cultural studies, activism, social media, meme. 1. Latar Belakang Dalam kehidupan ini, bahasa diperlukan manusia untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Ice bucket ..., Aisha Andari Rahmiputri, FIB UI, 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ICE BUCKET CHALLENGE DAN MEME
Aisha Andari Rahmiputri, Junaidi
Program Studi Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Penelitian ini merupakan sebuah kajian budaya yang membahas tentang pemaknaan “Ice Bucket Challenge” pada meme. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tantangan ini dimaknai oleh pengguna internet dan bagaimana komentar mengenai tantangan ini direpresentasikan. Penelitian berjenis kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis wacana, serta pendekatan linguistik. Korpus yang dipilih adalah meme yang ditemukan di media sosial dan situs mesin pencari. Penelitian ini menemukan bahwa komentar yg digambarkan melalui meme disampaikan dengan cara yang berbeda-beda yaitu dengan menyindir, terang - terangan, emosional atau ketika kita bisa mengetahui perasaan sebenarnya dari pengirim terhadap tantangan ini, atau bahkan hanya sebagai guyonan. Bersamaan dengan bermacam-macam cara penyampaian, dalam menanggapi tantangan ini masyarakat juga membawa isu-isu tertentu yang disampaikan baik lewat meme maupun lewat komentar seperti kelangkaan air, slacktivism, bahkan anggapan bahwa tantangan ini merupakan hal yang bodoh.
Kata Kunci: Ice Bucket Challenge, kajian budaya, aktivisme, media sosial, meme.
Ice Bucket Challenge and Meme: A Cultural Studies Abstract
This research is a cultural studies which discuss about how people see the Ice Bucket Challenge in the internet meme. It aims to see how far this challenge is understood by a netizen and how those comments regarding the Ice Bucket Challenge are being represented. This research is a quantitative research using discourse analysis and linguistic approach. The corpuses are meme and comments in English found in social media Twitter. This research find that comments or meme are delivered in different ways such as teasingly, to the point, emotionally, where we can the real feeling of these people towards the challenge, or only as a joke. Along with different ways of delivering comments, there are some issues related to this challenge that the netizens posted in their comments or meme like slacktivism, drought, or comments about how they think this challenge as a stupid fad.
Key words: Ice Bucket Challenge, cultural studies, activism, social media, meme.
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, bahasa diperlukan manusia untuk berkomunikasi dan bersosialisasi.
dari apa yang dinamakan dengan slacktivism2 yang menurut James Denis (n.d) merupakan
sebuah istilah yang muncul belakangan ini dan digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang
berhubungan dengan politik dan internet. Istilah slacktivism cenderung digunakan untuk
mendeskripsikan sesuatu yang negatif sebab kata slacktivism berasal dari gabungan kata ‘slack’
dan ‘activism’ atau dapat diartikan sebagai ‘kelalaian dalam aktivisme’. Slacktivism dijelaskan
sebagai hal yang tidak berdampak besar pada sebuah kegiatan sosial malahan, kegiatan ini hanya
menyebabkan para pesertanya merasakan kepuasan semata.
Dalam bukunya, Longhurst, Bagnall, Smith, dan Baldwin (2008) menjelaskan bahwa
komunikasi merupakan proses pembentukan sebuah makna. Termasuk di dalam sebuah
komunikasi terdapat representasi yang dilakukan seseorang, dalam hal ini apa yang
direpresentasikan dari sebuah aksi atau sebuah benda (hal. 25). Dalam hal ini, meme yang orang-
orang buat terhadap Ice Bucket Challenge merupakan bentuk representasi mereka terhadap
tantangan ini. Hal itulah yang juga akan dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian yang
merupakan sebuah kajian budaya ini menekankan terhadap bagaimana komunikasi antar para
pengguna media sosial dilakukan dengan mengeluarkan apa yang mereka pikirkan atau
representasi mereka terhadap ‘Ice Bucket Challenge.’ Perlu juga ditekankan bahwa pendekatan
budaya dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dalam penelitian ini misalnya, pendekatan
budaya dilakukan dengan menggunakan linguistik dan analisis wacana. Analisis wacana sendiri
memiliki dua jenis hal yang berbeda yaitu analisis wacana secara tekstual dan sosial budaya.
Dalam penelitian ini akan dilihat dari segi sosial budaya yaitu bagaimana sebuah fenomena
dimaknai oleh masyarakat.
Selain penelitian mengenai Ice Bucket Challenge itu sendiri, beberapa penelitian yang
membahas tentang online aktivisme adalah penelitian menggunakan teori tindak tutur dengan
korpus komentar di media sosial sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Susi Wulandari dari
universitas Muhammadiyah dengan penelitiannya yang berjudul Speech Acts Analysis on
Facebook Statutes by Students of Muhammadiyah University of Surakarta (2014). Dalam
penelitiannya ia memiliki tujuan yaitu untuk mengidentifikasi tipe-tipe tindak tutur dan
mendeskripsikan fungsi dari masing-masing tipe pada status Facebook yang digunakan oleh 2Rotman et al. (2011) menulis pada jurnalnya yang berjudul From Slacktivism to Activism: Participatory Culture in the Age of Social Media bahwa slacktivisme merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan di media sosial dengan biaya rendah dan memiliki risiko yang rendah tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan menginginkan perubahan terhadap suatu hal (p. 3)
great ‘menunjukkan kejenuhan orang-orang terhadap tantangan ini yang pada masanya banyak
menjadi pembicaraan tidak hanya di dunia nyata tapi juga di media sosial seperti Twitter atau
Instagram3. Intertekstualitas yang digunakan pada meme ini salah satunya ada pada gambar yang
digunakan yang merupakan salah satu potongan adegan film tersebut dan dialog dalam film itu
sendiri. Selain itu, peminjaman juga ditemukan pada teks yang digunakan yaitu kalimat ”That’d
be great” yang merupakan dialog asli dari film tersebut. Tidak hanya pada gambar dan dialog,
intertekstualiti juga ditemukan dari bagaimana gambar dan dialog dari film tersebut banyak
digunakan pada meme-meme lain yang menggambarkan situasi atau keadaan serupa. Sama
halnya dengan meme sebelumnya yaitu Creepy Wonka, meme yang dijuliki “That’d be great
meme” ini juga banyak digunakan untuk menggambarkan sikap sarkastik terhadap sesuatu. Pada
meme-meme lainnya yang menggunakan gambar yang sama, penggunaan kata ‘that’d be great’
sebelumnya diikuti kalimat ‘keinginan’ yang disampaikan secara sarkastik seperti yang
dilakukan pada meme ini. Dalam hal ini, meme tersebut menegaskan bagaimana banyak orang
merasa bahwa tantangan ini terlalu banyak dibahas baik di media sosial maupun dunia nyata dan
sangat banyak orang yang melakukannya.
Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa isu yang ingin diangkat dalam meme ini
adalah ketenaran tantangan yang dianggap sudah terlalu berlebihan. Pada masanya, tantangan ini
sangat terkenal karena banyak orang yang membicarakan dan melakukannya. Terlebih tantangan
ini disebar melalui media sosial yang membuat banyak orang bisa melihat perkembangan
tantangan ini berupa video, komentar, ataupun berita. Hal tersebutlah yang diangkat dalam meme
ini sehingga meme ini memiliki pemaknaan yang menggambarkan kejenuhan atau rasa muak
seseorang terhadap Ice Bucket Challenge yang dianggap terlalu banyak diperbincangkan. Oleh
karena itu meme ini digunakan tidak hanya untuk menyindir para peserta tantangan ataupun
orang-orang yang membicarakan Ice Bucket Challenge tapi juga menyuarakan ekspresi orang-
orang tentang kejenuhan yang mereka rasakan.
4. Kesimpulan
Setelah melihat dan menganalisis beberapa meme di atas, dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan dari meme-meme ini juga menyuarakan atau menyindir beberapa isu terkait dengan
3 Terdapat 1,2 juta video yang diunggah di Facebook pada Juni-Agustus 2014 dan Ice Bucket Challenge menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan lebih dari 2,2 juta kali di Twitter sejak 29 Juli 2014
Austin, J. L. (1962) How to Do Things with Words, Cambridge, Mass.: Harvard University
Press.
Bakhtin, M. M. (1984). Problems of Dostooevsky’s Poetics. C. Emerson (trans. and ed.).
Minneapolis: University of Minnesota Press.
Bakhtin, M. M. (1986). Speech Genres and other late essays. V. W. McGee, C. Emerson and M.
Holquist (trans. And ed.). Austin: University of Texas Press
Davison, P. (2012). The language of internet memes. The social media reader, 120-134. Dennis, J. (n.d.). What is slacktivism? Diambil pada November 2015 dari
Know Your Meme. Condescending Wonka/Creepy Wonka. Diambil pada 27 November 2015
dari http://knowyourmeme.com/memes/condescending-wonka-creepy-wonka
Know Your Meme. That Would Be Great. Diambil pada 27 November 2015 dari
http://knowyourmeme.com/memes/that-would-be-great
KnowYour Meme. Third World Success. Diambia pada 27 November 2015 dari
http://knowyourmeme.com/memes/third-world-success
Kristeva, J. (1969). Semiotics. Paris: Seuil, 69.
Kristeva. J. (1980). Desire in Language: A Semiotics Approach to Literature and Art. New York:
Columbia University Press.
Kristeva, J., & Moi, T. (1986). The kristeva reader. Columbia University Press. Longhurst, B., Bagnall, G., Smith, G., & Baldwin, E. (2008). Introducing cultural studies.
Pearson Education.
Meredith, A. (2012). What is a meme? How d I start a meme? Retrieved September 21, 2015.