TESIS PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET RENDAH KALORI MENURUNKAN BERAT BADAN DAN INTERLEUKIN(IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN DENGAN OBESITAS I MADE PURWAHANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TESIS
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET
RENDAH KALORI MENURUNKAN BERAT BADAN DAN INTERLEUKIN(IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN
DENGAN OBESITAS
I MADE PURWAHANA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2010
TESIS
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET
RENDAH KALORI MENURUNKAN BERAT BADAN DAN INTERLEUKIN(IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN
DENGAN OBESITAS
I MADE PURWAHANA NIM : 0790761019
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2010
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET RENDAH
KALORI MENURUNKAN BERAT BADAN DAN INTERLEUKIN(IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN DENGAN
OBESITAS
Tesis untuk Memperoleh Gelas Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I MADE PURWAHANA NIM: 0790761019
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2010
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 12 JANUARI 2011
Pembimbing I, Pembimbing II, Prof.Dr.dr. J.Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And. Dr.dr.Koosnadi S, Sp.Rad. NIP: 194402000111964091001 NIP: 195112261981021001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No: 1830/H14.4/HK/2010, Tanggal 13 Desember 2010.
Ketua : Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And.
Sekretaris : Dr.dr. Koosnadi ,Sp.Rad.
Anggota : 1. Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS
2. Prof.dr. N.T.Suryadhi, M.Ph.Phd.
3. Prof.dr.N.Agus Bagiada, Sp.Biok.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini penulis ingin memanjatkan puji syukur kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung
wara kerta nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan kelayakan hasil penelitian
yang berjudul ” Pelatihan Intensitas Sedang, Rangsang Titik Akupunktur
Pusat Lapar Dan Diet Energi Rendah Menurunkan Berat Badan Dan
Interleukin-6 Serum Pada Mencit Jantan Dengan Obesitas” dapat
diselesaikan.
Sehingga pada kesempatan ini pula perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesa-besarnya kepada:
1. Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila,Sp.And,M.Sc., selaku pembimbing I yang
banyak memberikan masukan, saran ilmiah dan bimbingan serta dorongan
selama penulis menyelesaikan tesis ini.
2. Dr.dr.Koosnadi Saputra, Sp.Rad., selaku pembimbing II yang telah
penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran
serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Prof.Dr.dr.Wimpie I.Pangkahila, Sp.And,FAACS, sebagai Ketua
Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik yang banyak memberikan ide,
masukan, saran ilmiah dan bimbingan selama penulis menyelesaikan tesis
ini.
4. Prof.Dr.N.T. Suryadhi, MPH, PhD., yang telah memberikan sanggahan,
masukan dan saran ilmiah yang berguna bagi penulis dalam menyusun
tesis ini.
5. Prof.dr. N. Agus Bagiada Sp.Biok. sebagai penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan, dorongan, saran serta masukan dalam
menyelesaikan tesis ini.
6. dr. N. Sri Budayanti, Sp.Mikrob, selaku Kepala Lab/Bag Biomol FK
Unud yang telah mengijinkan dan membantu untuk tempat pemeriksaan
serum dalam penelitian ini.
7. Ibu Wahyu selaku tenaga/staf Lab. Biomol yang telah membantu untuk
pemeriksaaan ELISA serum mencit.
8. Bapak Tunas, yang telah memberikan masukan dan saran dalam bidang
statistik bagi penulis dalam menyusun tesis ini.
9. Bapak Gde Wiranata, yang telah membantu dan membimbing penulis
selama melakukan perlakuan penelitian terhadap hewan coba.
10. Bapak I Made Minggu, yang telah membantu menyediakan mencit untuk
hewan coba dalam penelitian ini.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada istri tercinta, anak-anakku (Gek Ina dan Gek Nia), kedua orang tua,
termasuk teman-teman seperjuangan yang begitu kompak dan semua pihak yang
telah memberikan dorongan moril dalam menyelesaikan program magister ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksaaan
dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Nopember 2010
Penulis.
ABSTRAK
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET RENDAH KALORI
MENURUNKAN BERAT BADAN DAN INTERLEUKIN – 6 SERUM MENCIT JANTAN DENGAN OBESITAS
Obesitas sekarang telah menjadi masalah kesehatan yang bersifat epidemi dan sudah menjadi masalah di hampir semua negara di dunia. Wabah obesitas tidak terbatas dihadapi oleh negara-negara maju , tetapi peningkatan lebih cepat justru terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang overweight dan 400 juta diantaranya dikategorikan obesitas. Obesitas sering menjadi penyebab utama munculnya risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, kardiovaskuler, darah tinggi dan stroke, serta berbagai jenis kanker serta menurunkan kualitas hidup manusia. Akupunktur (tusuk jarum) merupakan konsep pengobatan dengan menggunakan tusukan jarum dari permukaan tubuh menuju organ target. Hantaran rangsang tersebut dapat melalui reaksi inflamasi lokal, refleks somato-viseral, transmisi neural dan melalui jalur meridian. Rangsangan dari titik akupunktur no. 25 dan titik telinga merupakan hantaran rangsang dari spinal menuju thalamus, yang menimbulkan rangsangan pusat kenyang VHM (ventromedial hipothalamus) selanjutnya menekan pusat lapar(lateral hipothalamus). Rangsangan titik akupunktur no. 43 merupakan hantaran rangsang pada kaki melalui jalur meridian menuju sistem pencernaan. Latihan intensitas sedang adalah latihan dengan durasi 20 menit setiap hari dengan peningkatan denyut nadi 60-70% dari normal. Diet rendah kalori adalah dengan pemberian asupan makanan tinggi serat rendah kalori. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah rangsangan pada titik akupunktur pusat lapar, latihan intensitas sedang dan diet rendah kalori dapat menurunkan berat badan dan interleukin-6 serum mencit jantan obesitas. Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pretest-posttest control group design, dengan tiga kelompok perlakuan. Jumlah sampel adalah sebelas ekor tiap kelompok (kelompok 1= latihan intensitas sedang, kelompok 2= rangsangan akupunktur titik pusat lapar, kelompok 3= diet rendah kalori). Perlakuan kelompok 1 latihan tiap hari selama 20 menit, kelompok 2 rangsang akupunktur 3 kali seminggu selama 10 menit, kelompok 3 perlakuan tiap hari. Perlakuan diberikan selama empat minggu. Setelah empat minggu diperiksa berat badan dan kadar interleukin-6 serumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangsangan titik akupunktur pusat lapar , latihan intensitas sedang serta diet rendah kalori dapat menurunkan berat badan dan interleukin-6 serum ketiga kelompok secara bermakna (p < 0.05). Kata kunci : Akupunktur, Latihan intensitas sedang, Diet rendah kalori,Mencit,
Berat badan, Interleukin-6.
ABSTRACT MEDIUM INTENSITY TRAINING, STIMULATE THE ACUPUNCTURE
POINT OF HUNGER-CENTER, AND LOW CALORI DIET, REDUCE WEIGHT AND INTERLEUKIN - 6 SERUM MALE MICE WITH
OBESITY
Obesity has now become anepidemical health problem and has become a problem in almost countries in the world. Obesity epidemic is not limited faced by developed countries, but inreased even faster in developing countries. World Health Organization(WHO) noted in 2005, globally there are approximately 1.6 billion overweight adults and 400 million of it was classified as obese. Obesity is often a major cause of chronic disease risk such as diabetis type 2, cardiovascular disease, hypertension and stroke, and various types of cancer as well as decrease the quality of human life.
Acupuncture (needling) is the concept of treatment using a needle puncture from the surface of body toward the target organ. Stimulation can be via a local inflamatory reaction, reflex somato-viseral , neural trasmission and through the meridian . Stimulation of acupuncture points No. 25 and ear points are stimulations of the spinal to the thalamus, leading to stimulation of satiety center VHM(ventromedial hypothalamus) futhermore suppress the hunger center (lateral hypothalamus). Stimulation of acupuncture point No. 43 is stimulation on foot through the meridian toward to the digestive system. Moderate intensity exercise is the exercise with a duration of 20 minute each day with an increased pulse rate 60 – 70% of normal state. Low-calori diet is giving food that has high fiber but low in calories.
This study aims to prove whether the stimulation of acupuncture points on the hunger-center, moderate-intensity exercise and low calorie diet can lose weight and interleukin-6 serum male mice with obesity. This study used a blueprint randomized pretest-postest control group design, with three treatment groups. The number of samples is eleven heads of each group (group 1=moderate intensity exercise, group 2 = acupuncture stimulation of hunger centerpoints, group 3 = low calorie diet). Treatment group 1: exercise everyday for 20 minutes, group 2: acupuncture stimulation 3 times a week for 10 minutes, group 3: treatment everyday. Treatment is given for four weeks. After four weeks examination of weight and levels of interleukin-6 serum is conduct.. The research showed that acupuncture stimulation of hunger centrepoints, moderate-intensity exercise and low calorie diet can lose both weight and interleukin-6 serum of all groups significantly (p< 0.05).
Key words: Acupuncture, exercise of moderate intensity, low energy diet, Mice, Weight loss, Interleukin-6.
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ................................................................................ i
PERSYARATAN GELAR ..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………..……..................................1 1.2 Rumusan Masalah………………………….….…... ..........................6
1.3 Tujuan Penelitian ……………………….…….…........................... ..7
1.3.1. Tujuan Umum … ………………….…….................................. 7
1.3.2. Tujuan Khusus …………………….…….…..................................7
Tabel 5.1 Rerata Berat Badan antar kelompok 68 sebelum perlakuan(pretest)
Tabel 5.2 Rerata Berat Badan antar kelompok 69
setelah perlakuan(postest) Tabel 5.3 Analisis Komparasi Berat Badan antara 73
sebelum dan sesudah perlakuan Tabel 5.4 Rerata Interleukin-6 anatar kelompok 74
sebelum diberikan perlakuan
Tabel 5.5 Rerata Interleukin-6 antar kelompok 74
sesudah diberikan perlakuan Tabel 5.6 Analisis Komparasi Interleukin-6 72
sesudah perlakuan antar kelompok Tabel 5.7 Analisis Komparasi Interleukin-6 antara 74
sebelum dan sesudah perlakuan
DAFTAR GAMBAR Judul Hal Gambar 2.1 Persentase penduduk Obesitas di Indonesia 8
(Dit BGM depkes 1997) Gambar 2.2 Adipositas memicu inflamasi 12 Gambar 2.3 Obesitas mengakibatkan inflamasi dan Metabolik sindrom 13 Gambar 2.4 Manfaat potensial penurunan berat badan sedang (5-10%) 16 Gambar 2.5 Tampak Migrasi aktif dari ITP. 36 Gambar 2.6 Cara kerja Rangsangan titik akupunktur 36 Gambar 2.7 Trasmisi Neural 40 Gambar 2.8 Hubungan Aurikularis dengan Otak & Organ Bagian dalam 45 Gambar 2.9 Letak titik akupunktur pada telinga mencit 48 Gambar 2.10 Letak titik Akupunktur No. 25 dan No. 43 pada mencit 49 Gambar 2.11 Skema letak titik akupunktur pada kelinci 50 Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 53 Gambar 3.2 Bagan kerangka Konsep 54 Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian 55 Gambar 4.2 Alur Penelitian 66 Gambar 5.1 Grafik Penurunan Berat Badan setelah perlakuan 68 Gambar 5.2 Grafik Rerata penurunan Interleukin-6 setelah perlakuan 71
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Hal
Lampiran 1. Data Berat Badan Mencit 91 Lampiran 2. Data Kadar IL-6 Mencit 92 Lampiran 3. Uji Normalitas Data 93 Lampiran 4. Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test Berat Badan 94 Lampiran 5. Uji One Way Anova Pre-test dan Post-test Berat Badan 94 Lampiran 6. Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test IL-6 95 Lampiran 7. Uji One Way Anova Pre-test dan Post-test IL-6 94 Lampiran 8. Uji Least Significant Difference 96 Lampiran 9. Uji Paired T-test 96 Lampiran 10. Foto-foto Penelitian 104 Lampiran 11. Surat Keterangan Kelaikan Etik 110
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Saat ini telah terjadi peningkatan prevalensi kejadian overweight dan
obesitas di seluruh dunia sebagai dampak negatif dari meningkatnya
perkembangan ekonomi di negara-negara Asia –Pasifik.
Peningkatan perekonomian dan meningkatnya taraf hidup masyarakat
menyebabkan perubahan pada perilaku atau gaya hidup masyarakat serta kondisi
kurang sehat yang berakibat pada pola penyakit atau gangguan kesehatan seperti;
obesitas, stroke, hipertensi, kelainan jantung, metabolik sindrom, dll., yang
merupakan jenis penyakit degeneratif (WHO, 2000).
Sesuai data yang dirangkum oleh WHO, hampir semua negara-negara di
dunia mempunyai kecenderungan adanya peningkatan jumlah penduduk dengan
obesitas (WHO, 1998; Suastika, 2002).
Saat ini diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita
obesitas, dan angka ini masih akan terus meningkat dengan cepat. Dengan
semakin majunya negara – negara berkembang, maka overweight dan obesitas
juga berkembang menjadi masalah kesehatan global yang sangat penting
(WHO,1998). Di Amerika berdasarkan sigi the second National Health and
Nutrition Examination survey II(NHANES II), peroide 1976-1981 ditemukan
bahwa 26% penduduk dewasa atau sekitar 34 juta penduduk yang berumur 20-75
tahun menderita kelebihan berat badan. Berdasarkan data NHANES III ditemukan
sekitar sepertiga (58) juta penduduk dewasa Amerika adalah obesitas ( Chua and
Leibel, 1997).
Telah bertahun-tahun dilaporkan bahwa adanya hubungan kuat antara DM
Tipe 2, Obesitas, Aterosklerosis, Hiperlipidemia dan Hipertensi. Walaupun
hubungan tersebut telah sangat akrab di telinga para dokter, namun hipotesis baru
diajukan belakangan ini oleh Reaven pada tahun 1998 (disebut Sindrom X yang
terdiri resistensi terhadap ambilan glukosa yang dirangsang oleh insulin,
memicu apoptosis adiposit dan menginduksi resistensi insulin. Karena TNF-α
meningkatkan lipolisis pada adiposit maka konsentrasi FFA plasma merupakan
kandidat untuk mediator sistemik dari kerja TNF-α (Ruan et al., 2002).
TNF-α juga dapat mengaktivasi NFκВ yang berperan dalam produksi
faktor-faktor inflamasi. Interleukin-6 (IL-6) merupakan suatu protein terglikosilasi
yang bervariasi, dengan berat molekul 22 – 27 kDa. IL-6 disintesis sebagai
prekursor protein 212 asam amino, dimana 28 asam amino sebagai sekuens signal
dan 184 asam amino sebagai segmen mature, IL-6 adalah anggota dari kelompok
sitokin yang disebut leukaemia inhibitory factor. IL-6 diproduksi oleh banyak tipe
sel, tetapi sumber utamanya in vivo adalah monosit/makrofag, fibroblast, sel
endotel dan jaringan adiposa. IL-6 dalam plasma terbukti lebih tinggi dari pada
individu yang obes dan pada individu dengan diabetes tipe 2. Hubungan antara IL-
6 dan kerja insulin tampaknya terjadi melalui adiposit (Packer et al., 2007).
Gambar 2.3 Obesitas mengakibatkan inflamasi dan Metabolik Sindrom. (Sumber: Dandona, P. et al., Circulation 111, 1448, 2005). Penurunan Berat Badan Sedang (5 – 10% dari IMT) akan memberikan
dampak kesehatan yang sangat berarti. Semua sitokin menurun secara bermakna
setelah penurunan berat badan sebesar 10% selama program diet, olah raga,
konseling perilaku selama 1 tahun. Penurunan berat badan ini ternyata dapat
menurunkan kadar Interleukin-6 (IL-6), CRP(C–reactive protein) dan Leptin,
Tumor Necrosis Factor-α(TNF-α) dan Adiponektin. Kadar TNF-α dan IL-6
berhubungan dengan obesitas sentral (Esposito et al., 2003). Penurunan berat
badan pada obesitas juga disertai perbaikan resistensi Insulin. Penurunan berat
badan dengan olah raga juga memperbaiki kesegaran kardiovaskuler (peak oxygen
uptake) sebesar 16% (Poss et al., 2000).
Disamping perbaikan kadar sitokin penurunan berat badan pada orang
obesitas juga disertai perbaikan faktor hemostasis. Dibandingkan dengan kontrol,
penurunan berat badan 9,4 kg pada laki-laki dan 7,4 kg pada wanita diikuti dengan
penurunan kadar plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 (31%), antigen tissue
plasminogen activator (t-PA) sebesar 24 %, dan faktor VII (11%). Penelitian pada
21 orang laki-laki tua ditemukan bahwa penurunan berat badan sebesar 10%,
penurunan massa lemak, penurunan lemak intra abdominal dan sub kutan akan
diikuti oleh penurunan kadar trigeliserida, kolesterol –VLDL, apolipoprotein B
dan aktivitas lipase hati; dan peningkatan kolesterol HDL2 dan sensitivitas insulin
(Purnell et al., 2000). Seperti yang telah dirangkum oleh Despres et al., (2001),
banyak manfaat penurunan berat badan yang sedang (5-10%) terhadap kesehatan
terkait dengan sindrom metabolik ( Gambar 2.3).
IL-6 (Interleukin - 6) merupakan interleukin yang berfungsi sebagai
penghubung antara sejumlah jenis sel dengan cara berperan dalam mendorong
IL-6 yang juga dihasilkan oleh monosit yang disebutkan sebagai komponen
mediator peradangan dan sistem imun yang utama.
Disamping dihasilkan oleh makrofag, IL-6 juga dihasilkan oleh jenis sel
lain, seperti limfosit T, fibroblas dan sel-sel tumor seperti glioblastoma, miksoma
dan sel karsinoma kandung kencing. IL-6 punya kaitan dengan IL-1 dan TNF
karena ketiga Sitokin ini dapat dihasilkan oleh monosit/makrofag secara
terkoordinasi. Kaitan ketiga sitokin tersebut juga disebabkan oleh karena masing-
masing dapat saling menginduksi pelepasannya; misalnya IL-1 atau TNF dapat
menginduksi pelepasan IL-6, TNF menginduksi pelepasan IL-1 dan IL-6
menginduksi IL-1. Ketiganya beredar dalam peredaran darah untuk
membangkitkan reaksi peradangan yang dinamakan ”respon fase akut” (Subowo,
1993; Hamblin, 1993) .
Gambar 2.4. Manfaat potensial penurunan berat badan sedang (5-10%) pada penderita dengan resiko tinggi dengan kluster aterotrombotik, kelainan metabolik proinflamasi terkait perut hipertrigliseridemik. Despres et al., 2001. BMJ 322: 716-720 2.1.3 Metode menentukan Obesitas.
Ada beberapa metode yang bisa dipakai untuk menentukan apakah
seseorang tergolong obesitas atau tidak (Moehji, 2002).
2.1.3.1 Metode Broca
Obesitas bila berat badan (BB) aktual mencapai kelebihan > 20% dari
Berat Badan Ideal (BBI). Berat Badan Ideal (BBI) adalah tinggi badan (TB)
dikurangi 100 dikurangi 10% dari nilai tersebut.
BBI = (TB – 100) – 10% (dalam Kg) atau = 0,9 x (tinggi badan – 100 ).
Derajat Obesitas = (BB-BBI)/BBI x 100%
Berbagai Derajat Obesitas antara lain :
Overweight : 10 – 20 %
Obesitas Derajat I : 20 – 30 %
Obesitas Derajat II : 30 – 40 %
Obesitas Derajat III : 40 – 50 %
Obesitas Derajat IV : > 50 %
Contoh :
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 72 Kg
Berat Badan Ideal : ( 160-100) – 10 % = 54 Kg
Derajat obesitas : ( 72 – 54)/54 x 100% = 33,3%
Kesimpulan : Derajat Obesitas II.
2.1.3.2 Persentase Lemak Tubuh
Berat badan tidaklah semata-mata menggambarkan kelebihan lemak
tubuh, tapi juga jaringan tubuh yang lain. Jadi persentase lemak tubuh yang
tersimpan sebagai jaringan adipose terhadap berat badan keseluruhan haruslah
diperhitungkan. Salah satu teknik pengukuran lemak tubuh adalah dengan
mengunakan skinfold caliper. Bagian- bagian tubuh yang umumnya diukur adalah
pada daerah lengan bawah , daerah lengan atas (tricep), daerah bawah bahu (sub
scapula), dan daerah pinggang (supra iliaca). Lemak tubuh dapat diukur secara
absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam
persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi
tergantung dari jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria
3,1 kg dan wanita 5,1 kg ( Supariasa, 2002).
Beberapa asumsi mengapa skinfold dapat digunakan untuk mengukur
lemak tubuh ( Supariasa, 2002 ).
1. Skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit.
2. Distribusi lemak bawah kulit adalah sama untuk semua individu termasuk
jenis kelamin.
3. Ada hubungan antara lemak bawah kulit dengan total lemak tubuh.
4. Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk
memperkirakan total lemak tubuh.
Pengukuran skinfold umumnya digunakan pada umur remaja ke atas.
Persentase lemak tubuh dihitung dengan memakai Rumus Siri (Gibson, 2005)
sebagai berikut :
Persentase lemak tubuh = { 4,950 - 4,500 } x 100 %
D
Densitas ( D ) untuk wanita = 1,0764 – (0,00081 x SI ) + (0,00088xT)
Dimana :
S I = Suprailiaka
T = Tricep
2.1.3.3 Menentukan Indeks Massa Tubuh ( IMT )
Tingkat obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh
(body mass index) sebagaimana dianjurkan oleh FAO/WHO. Indeks Massa
Tubuh (IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat
tinggi tubuh (m²).
BB (kg) IMT = -----------
TB (m )² Contoh : Berat Badan : 74,8 Kg, Tinggi Badan : 167 cm ( 1,67 m)
IMT = 74,8 : 1,67 ² = 26,8. Jadi berat badan berlebih.
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
KATEGORI I M T
BB Kurang Sekali < 17,0
BB Kurang 17,0 – 18,4
BB Normal 18,5 – 24,9
BB Lebih 25,0 – 27,0
BB Lebih Sekali > 27,0
Sumber : Depkes RI, Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani, 2005.
IMT yang dihubungkan dengan risiko paling rendah terhadap kesehatan
adalah antara 22 dan 25. Berat badan lebih adalah IMT antara 25 dan 30,
sedangkan obesitas bila IMT lebih besar dari 30 ( Almatsier, 2004 ).
Tabel 2.2
Klasifikasi Obesitas menurut WHO (1998)
Indeks Massa Tubuh(IMT) Kategori
< 18.5 Berat Badan Kurang
18,5 – 24,9 Berat Badan Normal
25 - 29,9 Berat Badan Lebih
30 - 34,9 Obesitas I
35 - 39,9 Obesitas II
> 39,9 Sangat Obesitas/Obesitas III
Tabel 2.3
Co-morbiditas risk associated with different levels of BMI and
suggested waist circumference in adult Asians
Classification BMI ( kg/m²) Risk of co-morbiditas
Waist circumference
< 90 cm (men) < 80 cm (women)
≥ 90 cm (men) ≥ 80 cm (women)
Underweight < 18.5 Low (but increased risk of other clinical problem)
Average
Normal range 18.5-22.9 Average Increased
Overweight
At Risk Obese I Obese II
≥ 23
23 – 24.5 25 – 29.9 ≥ 30
Increased Moderate Severe
Moderate Severe Very severe
Dikutip dari The Asia-Pacific Perspective: Redifining obesity and its treatment ( WHO, 2000)
2.1.3.4 Pengukuran Lingkar Pinggang.
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar
pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang saja (LP) karena
lebih praktis. Obesitas pada pria umumnya seperti apel (android) lemak banyak
disimpan di pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai pir
(gynecoid) penumpukan lemak terjadi di bagian bawah seperti pinggul, pantat dan
paha. Obesitas bentuk apel lebih berbahaya dibandingkan dengan bentuk pir
karena timbunan lemak di dalam rongga perut yang disebut sebagai obesitas
sentral. Obesitas sentral sering dihubungkan dengan komplikasi metabolik dan
pembuluh darah (kardiovaskuler), tampaknya pengukuran LP lebih memberi arti
dibandingkan IMT.
Dr Xavier Jouven dkk, melakukan penelitian terhadap 7.000 polisi Prancis
yang meninggal antara tahun 1967-1984 dengan sebab serangan jantung . Mereka
mengukur LP dan IMT dan didapatkan bahwa pria-pria dengan perut buncit
meninggal lebih cepat. Resiko meninggal mendadak itu meningkat karena
kepadatan lemak di perut. Selain itu, penelitian tersebut juga mendapati bahwa
ternyata orang-orang dengan IMT yang tinggi tidak beresiko meninggal usia dini
kecuali mereka yang memiliki lingkar pinggang besar. Sebagai patokan, pinggang
berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita
resiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm (Semiardji,
2008).
2.1.3.5 Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
CT scan atau MRI dikerjakan setinggi L3/L4 dengan potongan multipel
(slices) merupakan gold standard untuk pengukuran jaringan lemak viseral
(Wajchemberg, 2000). Pada ras Kaukasus luas lemak viseral >130 cm²
berhubungan dengan sindroma metabolik sedangkan apabila <110 cm² merupakan
resiko rendah. Kedua cara ini dengan ketepatan tinggi juga dapat membedakan
antara lemak visceral dengan lemak subkutan (WHO, 2000; Despres et al., 2001).
2.1.3.6 Dual- Energy X-ray scanning(DEXA)
Penginderaan secara longitudinal dapat diperoleh dengan cara dual –
energy X-ray scanning (DEXA). Cara ini tidak akan menghasilkan data yang tepat
mengenai distribusi lemak tubuh seperti daerah abdomen. Metode ini memerlukan
peralatan yang mahal dan banyak menghabiskan waktu, sehingga masih
diperlukan metoda yang sederhana terutama untuk penelitian di lapangan dengan
jumlah sampel yang banyak ( Heymsfield et al., 2001).
2.1.4 Klasifikasi Obesitas Berdasarkan atas :
a. Distribusi lemak pada tubuh :
Obesitas Sentral
Obesitas Perifer
b. Peranan sel lemak :
Hipertropi
Hiperplasia
c. Mekanisme patogenesis :
Metabolik
Regulatory
d. Etiologi :
d.1. Genetik
d.2 Neuroendokrin ;
Hipotalamik Obesitas
Cushings Syndrome
Hypothyroidism
Polycystic Ovary Syndrome
Growth Hormone and Testosteron Deficiency
(Hendromartono, 1996).
2.1.5 Faktor-faktor penyebab obesitas/kegemukan
Beberapa faktor utama penyebab obesitas adalah genetik, fisiologis,
hormonal, makanan, dan perilaku (gaya hidup). Dua faktor terakhir dapat
dimodifikasi untuk menurunkan berat badan (Rimbawan et al., 2002)
1. Genetik
Anak yang memiliki orang tua obesitas kemungkinan menderita obesitas
lebih tinggi daripada anak yang yang orang tuanya tidak obesitas. Kemungkinan
tersebut menjadi lebih besar bila kedua orang tuanya menderita obesitas.
2. Fisiologis
Hukum I Termodinamika berlaku untuk keseimbangan energi di dalam
tubuh, ” energi yang disimpan sama dengan energi yang masuk dikurangi energi
yang keluar”. Pada orang yang sehat atau tidak mengalami gangguan pencernaan,
efisiensi penyerapan zat gizi makro ( energi, protein dan lemak) antara satu
dengan yang lain hanya berbeda sedikit. Oleh karenanya seseorang lebih gemuk
dibandingkan dengan yang lainnya karena efisiensi penyerapannya lebih tinggi.
Kebutuhan energi orang gemuk lebih tinggi dibandingkan orang kurus.
Hal ini disebabkan orang gemuk memiliki energi metabolik basal lebih tinggi.
Energi total yang dikeluarkan meliputi tiga komponen, yaitu energi metabolisme
basal, energi untuk kegiatan fisik, dan energi untuk memulai proses metabolisme
zat gizi. Selama kegiatan fisik (misalnya Olah raga), efisiensi energi saat otot
skeletal mengubah energi makanan (ATP) menjadi energi mekanik nilainya
rendah ( maksimum 25%). Hal yang menarik adalah bahwa efisiensi pengubahan
energi ini sama pada orang gemuk yang melakukan olah raga dengan orang kurus
yang sehat. Hal ini mengindikasikan bahwa kegemukan bukan semata-mata
berkaitan dengan mekanisme penghematan energi, tetapi juga disebabkan
keseimbangan energi positif (kelebihan asupan energi).
3. Hormonal
Kebanyakan orang mengalami kelebihan berat badan dan lemak karena
usia. Perubahan ini tejadi pada orang tua karena kurang aktif bergerak serta
terjadi penurunan kadar hormon seperti growth hormon , testosteron dan thyroid.
Ketika kadar growth hormon dan testosteron menurun menyebabkan
berkurangnya massa otot disertai peningkatan lemak tubuh. Otot membakar lebih
banyak kalori dibandingkan lemak tubuh sehingga hal ini memicu peningkatan
lemak tubuh (Beers et al., 2004).
4. Makanan
Pola makan memberi andil yang besar terhadap obesitas. Pola makan yang
tinggi energi dan lemak menyebabkan keseimbangan energi positif (terjadi
penimbunan energi dalam bentuk lemak). Mengkonsumsi energi yang lebih
banyak dari pada yang dapat dibakar merupakan pemicu penambahan berat badan.
Bagi kebanyakan orang, andil terbesar dari kelebihan energi berasal dari
mengkonsumsi lemak terlalu banyak (Cahanar et al.,2006). Hal ini diperberat
dengan kurangnya aktifitas fisik.
5. Perilaku (gaya hidup)
Kemajuan teknologi berkontribusi pada meningkatnya prevalensi obesitas.
Tersedianya sarana pengangkutan misalnya, menyebabkan orang lebih memilih
naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada jarak yang tidak jauh.
Orang lebih memilih naik tangga berjalan (escalator) atau lift untuk naik ke lantai
yang lebih tinggi dari pada naik tangga. Selain itu diciptakannya mesin-mesin
yang dapat menggantikan tugas manusia makin memanjakan manusia dan makin
enggan menggunakan tenaganya. Akibatnya adalah menurunnya aktivitas fisik.
Hal ini berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi
yang ditimbun.
2.1.6 Cara menurunkan Berat Badan
Penurunan berat badan dapat dicapai melalui kombinasi program
pengurangan energi dengan program pelatihan aerobik, terapi perilaku, dan bila
diperlukan dengan obat-obatan dan pembedahan. Menjaga agar berat badan agar
tetap proporsional dengan tinggi badan adalah jalan yang terbaik. Untuk
menurunkan dan mempertahankan berat badan ideal, faktor yang paling
mempengaruhi adalah perubahan gaya hidup termasuk memperbaiki pola makan
dan melakukan pelatihan olah raga teratur. Menurut Fox et al. (1993) kontrol
berat badan dapat dilakukan dengan cara : pertama, mengurangi asupan energi
500 Kkal/hari sehingga seminggu defisit energi 3500 Kkal. Kedua, melakukan
aktifitas fisik selama 30 menit, 3 – 4 kali seminggu. Atau dapat dilakukan dengan
kombinasi kontrol diet dan aktifitas fisik.
Penurunan berat badan minimal 5 % bagi penderita kegemukan dan
obesitas sangat penting sebagai terapi dan prevensi terhadap berbagai penyakit.
Penurunan berat badan yang baik sekitar 2 kg perbulan atau 0,5 kg perminggu.
Penurunan berat badan yang terlalu drastis akan menimbulkan kekurangan zat
gizi, anemia, gangguan kerja jantung, hingga mengalami gangguan
ketidakseimbangan cairan tubuh ( Anonim, 2002).
Olah Raga yang baik untuk penderita obesitas adalah aerobik, karena
tubuh mengunakan lemak sebagai sumber energi. Jalan kaki atau ”reguler easy
walking ” sangat baik dilakukan oleh penderita obesitas yaitu 30 menit jalan kaki,
5-6 kali perminggu. Lakukan pencatatan data seperti Berat Badan (BB), Body
Mass Index (BMI), Waist Circumference (WC/Lingkar Perut), dan sangat penting
adalah pengukuran Nadi Basal setiap pagi dan Tes MAF (Maximum Aerobic
function test) (Kurniati, 2008).
Cara lain yang sedang berkembang untuk penurunan berat badan adalah
terapi komplementer seperti akupunktur (tusuk jarum). Terapi akupunktur telah
diakui oleh Departemen Kesehatan yang kini semakin berkembang dan diterima
oleh masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Adapun cara
kerja dari metode penurunan berat badan melalui akupunktur adalah untuk
memperbaiki metabolisme sehingga seseorang lebih mudah kenyang dan menjaga
agar nafsu makan tidak berlebihan ( Saputra, 1998; Idayanti, 2001).
2.2 Energi
Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein. Kandungan
karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya.
2.2.1 Penggunaan glukosa untuk energi
Karbohidrat mempunyai fungsi utama untuk menyediakan energi untuk
tubuh. Glukosa memasuki sel akan dipecah oleh enzim-enzim menjadi bagian
yang lebih kecil yang pada akhirnya menghasilkan energi, karbondioksida dan air.
Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai
glukosa untuk keperluan energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati
dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan
energi di dalam jaringan lemak.
Glikogen hati dapat memasok energi sebesar 400 – 600 Kkal. Jumlah ini
hanya sanggup menyediakan energi untuk kegiatan (sedang) selama ½ hari.
Karena itu kita harus mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat secara
teratur dan yang tidak terlalu lama agar kebutuhan energi dapat terpenuhi secara
konstan. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan akan menyebabkan kegemukan.
Sistem saraf sentral dan otak sangat tergantung kepada glukosa untuk keperluan
energinya ( Almatsier, 2004 ).
2.2.2 Penggunaan Lemak untuk energi
Jika dibutuhkan energi oleh sel maka enzim lipase dalam sel adipose
menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta
melepasnya ke dalam pembuluh darah. Di sel -sel yang membutuhkan, komponen
–komponen ini di bakar dan menghasilkan energi, CO2 dan H2O. Pada tahap
akhir hidrolisis, setiap pecahan berasal dari lemak mengikat pecahan dari glukosa
sebelum akhirnya dioksidasi secara komplit menjadi CO2 dan H2O.
Lemak tubuh tidak dapat dihidrolisis secara sempurna tanpa kehadiran
karbohidrat, karena akan terjadi hasil pembakaran lemak berupa bahan – bahan
keton yang dapat menimbulkan keto-asidosis. Tubuh mempunyai kapasitas tak
terhingga untuk menyimpan lemak. Namun lemak tidak sepenuhnya
menggantikan karbohidrat sebagai sumber energi ( Almatsier, 2004).
2.2.3 Penggunaan protein untuk energi
Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana
tubuh kekurangan energi maka protein berfungsi untuk menghasilkan energi atau
untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Bila glukosa asam lemak dan
glukosa di dalam tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein untuk
membentuk glukosa dan energi. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi sel-
sel otak dan sistem saraf. Pemecahan protein tubuh untuk memenuhi kebutuhanan
energi dan glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot –otot.
Maka diperlukan konsumsi karbohidrat dan lemak yang cukup tiap hari sehingga
protein dapat digunakan sesuai dengan fungsi utamanya yaitu untuk pembentukan
sel-sel tubuh. Kelebihan protein dalam tubuh, setelah melepas gugus NH2 –nya
melalui proses deaminasi akan memasuki jalur metabolisme yang sama dengan
yang digunakan oleh karbohidrat dan lemak. Kelebihan ini disimpan di dalam
tubuh. Dengan demikian, makan protein secara berlebihan dapat menyebabkan
obesitas.
2.2.4 Kegunaan energi bagi tubuh
Tujuan kita makan adalah untuk menghasilkan energi. Energi ada dalam
bentuk ATP(Adenosine triphosfate) dan panas. ATP diperlukan untuk kontraksi
otot, konduksi saraf, transport nutrisi, sintesis hormonal dsb.
Energi diperlukan tubuh untuk kebutuhan berikut ; untuk memenuhi
kebutuhan energi basal, aktivitas tubuh dan keperluan khusus ( Moehji, 2002).
1. Kebutuhan enegi basal
Dalam kondisi duduk atau berbaring tidak melakukan pekerjaan apapun,
ternyata tubuh masih memerlukan sejumlah energi. Energi itu digunakan untuk
terlaksananya berbagai fungsi faal alat tubuh seperti untuk gerak peristaltik usus,
pemompaan darah oleh jantung, pengambilan oksigen dan pembuangan CO2 oleh
paru-paru, dan sebagainya. Jumlah energi yang diperlukan untuk pelaksanaan
fungsi faal tubuh itu disebut Energi Basal Tubuh. Angka metabolisme basal
dinyatakan dalam kilokalori per kilogram berat badan per jam {Kkal/kgBB/jam}
(Almatsier, 2004).
2. Kebutuhan energi untuk aktivitas fisik
Jumlah energi yang diperlukan untuk berbagai jenis aktivitas fisik tidak
sama. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung kepada pada berapa banyak
otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat aktivitas yang dilakukan.
Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu
pekerjaan dari pada orang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha
yang lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan ( Almatsier, 2004)
3. Kebutuhan energi khusus
Ada beberapa keadaan yang memerlukan tambahan energi khusus.
Keadaan tersebut misalnya wanita hamil, menyusui dan orang yang baru sembuh
dari sakit.
2.2.5 Keseimbangan Energi
Keseimbangan energi mengacu pada pemasukan energi yang diperoleh
dari makanan dan pengeluaran energi yang dibakar dalam aktivitas sehari-hari.
Jika pemasukan lebih besar dari pengeluaran, kelebihannya akan di simpan
sebagai lemak. Keseimbangan energi negatif dapat dicapai melalui aktivitas fisik
yang disertai dengan kontrol makanan.
Setengah kilogram lemak badan memiliki ekuivalen dengan 3500 Kkal .
Dengan demikian kira-kira 3500 Kkal harus dikeluarkan (oksidasikan atau di
bakar) untuk membuang 0,5 kg simpanan lemak. Sebaliknya 3500 Kkal dari
makanan akan menambah 0,5 kg berat badan ( Sharkey, 2003).
Defisit energi menentukan tingkat berat badan yang berkurang. Jika defisit
100 Kkal per hari, maka akan mengurangi 0,5 kg setiap 35 hari. Jika defisit 500
Kkal perhari, maka akan mengurangi 0,5 kg setiap minggu. Defisit 1000 Kkal
perhari dapat mengurangi berat badan 1 kg perminggu. Defisit sebaiknya tidak
melebihi 1000 Kkal per hari. Jika defisit secara teratur melebihi 1000 Kkal maka
akan terjadi kelelahan, kelesuan, dan berkurangnya kekebalan terhadap infeksi
( Sharkey, 2003 ). Menurut Clark (1996) jangan mengurangi lebih dari sepertiga
kebutuhan energi. Jika dikurangi terlalu banyak mungkin akan kehilangan
jaringan otot.
2.2.6 Pengeluaran energi
Pengeluaran energi total dipengaruhi oleh 3 komponen, yaitu Basal
Metabolisme Rate ( BMR) , pengaruh termis makanan (Thermic Effect of Foods)
atau pengaruh dinamik khusus (Specific Dynamic Action/SDA) dan Aktivitas Fisik
( Stagemen, 1981). BMR adalah pengeluaran energi yang bertujuan menjaga
proses fisiologis pada keadaaan setelah pelatihan fisik. BMR sangat tergantung
pada tingkat aktivitas fisik. Besar BMR kira-kira 60-70 % dari pengeluaran energi
total. SDA adalah peningkatan kecepatan metabolik di atas level istirahat akibat
asupan makanan. Besarnya SDA kira-kira 10% dari pengeluaran energi total.
Salah satu variabel pengeluaran energi total yang baik adalah aktivitas fisik. Otot-
otot skeletal dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Besarnya aktivitas fisik kira-kira 15-
30 % dari pengeluaran energi total. Pengeluaran energi pada pria biasanya lebih
besar dari pada dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria lebih
banyak mengandung massa lemak bebas dibandingkan wanita ( Meirelles et al.,
2005).
Kita selalu mengeluarkan energi bahkan ketika sedang tidur. Energi ini
adalah metabolisme dasar. Pengeluaran energi dapat bervariasi mulai 1,2 Kkal
permenit saat istirahat hingga lebih dari 20 Kkal permenit dalam aktivitas berat.
Energi tambahan juga dibutuhkan jika kita makan, untuk menggerakkan proses
pencernaan dan penyerapan. Tapi aktivitas fisiklah yang sangat mempengaruhi
pengeluaran energi. Jadi total pengeluaran energi merupakan jumlah energi yang
dikeluarkan untuk percernaan makanan dan penyerapan zat gizi (specific dynamic
action/SDA), dan ditambahkan lagi dengan energi yang dikeluarkan untuk
aktivitas fisik (Almatsier, 2004).
Berjalan kaki cepat mengeluarkan energi kira-kira 6 Kkal per menit,
jogging membakar 10 Kkal atau lebih, dan berlari dapat mengeluarkan 15 hingga
20 Kkal per menit ( Sharkey, 2003). Gerak jalan 3,2 km perjam mengeluarkan
energi 5-7,4 Kkal permenit ( Suryodibroto et al.,1981). Berjalan kaki selama 30
menit dengan menempuh jarak 3,2 km dapat membakar enegi 150 Kkal (Triangto,
2005).
Dalam kondisi puasa, 12 jam setelah konsumsi makanan terakhir, lemak
termasuk plasma asam lemak bebas dan trigeliserida otot, adalah sumber utama
energi pada tingkat aktivitas ringan dan sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi,
karbohidrat dalam bentuk glikogen otot dan glukosa darah menjadi bahan bakar
utama. Jika ingin membakar kelebihan lemak, pertimbangkanlah latihan tingkat
menengah/sedang ( lihat tabel.2.3).
Tabel 2.4
Aktivitas Fisik dan Pengeluaran energi
Intensitas latihan Denyut Nadi Pengeluaran (kal/menit)
Contoh
Ringan < 120 < 5 Golf, bowling, berjalan, voli, hampir semua pekerjaan.
Latihan intensitas sedang .218 11 .151 .916 11 .290
Akupunktur .253 11 .087 .877 11 .096 Diet energi rendah .170 11 .200* .943 11 .554
berat_badan_post
Latihan intensitas sedang .300 11 .066 .861 11 .059
Akupunktur .200 11 .200* .916 11 .286 Diet energi rendah .169 11 .200* .956 11 .718
IL_6_pre Latihan intensitas sedang .250 11 .053 .801 11 .070
Akupunktur .308 11 .055 .687 11 .057 Diet energi rendah .174 11 .200* .890 11 .139
IL_6_post Latihan intensitas sedang .301 11 .086 .817 11 .066
Akupunktur .324 11 .062 .617 11 .071 Diet energi rendah .304 11 .065 .730 11 .068
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 4 Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test Berat Badan...
N Mean Std.
Deviation Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound
berat_badan_pre
Latihan intensitas sedang 11 29.0909 3.80669 1.14776 26.5335 31.6483
Akupunktur 11 27.3636 3.90571 1.17761 24.7397 29.9875 Diet energi rendah 11 29.0000 5.77927 1.74252 25.1174 32.8826
Total 33 28.4848 4.51471 .78591 26.8840 30.0857 berat_badan_post
Latihan intensitas sedang 11 26.1818 4.06984 1.22710 23.4477 28.9160
Akupunktur 11 24.8182 3.91965 1.18182 22.1849 27.4514 Diet energi rendah 11 26.0000 5.81378 1.75292 22.0943 29.9057
Total 33 25.6667 4.57347 .79614 24.0450 27.2884
Test of Homogeneity of Variances Levene
Statistic df1 df2 Sig. berat_badan_pre 2.092 2 30 .141 berat_badan_post 1.776 2 30 .187 Lampiran 5 Uji One Way Anova Pre-test dan Pos-test Berat Badan.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
berat_badan_pre Between Groups 20.788 2 10.394 .494 .615 Within Groups 631.455 30 21.048 Total 652.242 32
berat_badan_post Between Groups 12.061 2 6.030 .275 .761 Within Groups 657.273 30 21.909 Total 669.333 32
Lampiran 6 Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test IL-6.
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound
IL_6_pre Latihan intensitas sedang
11 1.6821E3 1685.22559
5.08115E2 549.9410 2814.2409
Akupunktur 11 1.3142E3 1604.77281
4.83857E2 236.0808 2392.2829
Diet energi rendah 11 4.8864E2 271.98025 82.00513 305.9175 671.3552
Total 33 1.1616E3 1404.34967
2.44466E2 663.6756 1659.5971
IL_6_post Latihan intensitas sedang
11 5.6973E2 478.32543 1.44221E2 248.3839 891.0707
Akupunktur 11 2.6945E2 160.17888 48.29575 161.8449 377.0642 Diet energi rendah 11 2.0573E2 63.63190 19.18574 162.9788 248.4758
Total 33 3.4830E2 326.74173 56.87843 232.4455 464.1606 .
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
IL_6_pre 4.370 2 30 .062 IL_6_post 18.239 2 30 .054 Lampiran 7 Uji One Way Anova Pre-test dan Post-test IL-6.
ANOVA Sum of
Squares df Mean
Square F Sig. IL_6_pre Between Groups 8217792.54
5 2 4108896.273 2.246 .123
Within Groups 5.489E7 30 1829751.436 Total 6.311E7 32
IL_6_post
Between Groups 831309.879 2 415654.939 4.824 .015 Within Groups 2585015.09