Top Banner
1

i. g. a. dewi haryani

Dec 14, 2016

Download

Documents

hangoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: i. g. a. dewi haryani

TESIS

BERKUMUR EKSTRAK DAUN CENGKEH (EUGENIA AROMATICUM) 4% DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN BAKTERI

STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES SUBMUKUS

I. G. A. DEWI HARYANI

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 2: i. g. a. dewi haryani

TESIS

BERKUMUR EKSTRAK DAUN CENGKEH (EUGENIA AROMATICUM) 4% DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN BAKTERI

STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES SUBMUKUS

I. G. A. DEWI HARYANI NIM 1290761027

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 3: i. g. a. dewi haryani

BERKUMUR EKSTRAK DAUN CENGKEH (EUGENIA AROMATICUM) 4% DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN BAKTERI

STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES SUBMUKUS

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I. G. A. DEWI HARYANI NIM 1290761027

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 4: i. g. a. dewi haryani

Lembar Persetujuan Pembimbing

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 27 Maret 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. dr. B K Satriyasa, M.Repro Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes NIP. 196404171996011001 NIP. 196603091998021003

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana ProgramPascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Wimpie I. P., Sp.And., FAACS Prof. Dr. dr. A.A Raka S, Sp.S(K) NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

Page 5: i. g. a. dewi haryani

Tesis Telah Diuji Pada Tanggal 27 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana, No.797/UN14.4/HK/2015

Tanggal 12 Maret 2015

Ketua : Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro

Anggota :

1. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes 2. Prof. DR. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp. And

Prof. dr. IGM Made Aman, Sp.FK Dr. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si, Sp.MK(K)

Page 6: i. g. a. dewi haryani

Surat bebas plagiat

Page 7: i. g. a. dewi haryani

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas

karunia-Nya, tesis yang berjudul: “ Berkumur Ekstrak Daun Cengkeh (Eugenia

Aromaticum) 4% Dapat Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Dan Bakteri

Staphylococcus aureus Pada Abses Submukous” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro, selaku pembimbing I yang

dengan penuh perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran

selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian

Terimakasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. dr. I Putu

Gede Adiatmika, M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Terimakasih kepada Pasien RSGM Unmas sebagai subjek dalam penelitian ini,

karena telah bersedia untuk meluangkan waktu, untuk membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister di Universitas

Udayana Denpasar.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka

Sudewi, Sp.S(K), yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister

Universitas Udayana Denpasar.

Page 8: i. g. a. dewi haryani

3. Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And,

FAACS., atas kesempatan yang diberikan kepada penulis mengikuti Program

Magister di Universitas Udayana.

3. Seluruh penguji yaitu, Prof. DR. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp. And, Prof. dr.

IGM Made Aman, Sp.FK, Dr. dr. I Dewa Made Sukrama, M.Si, Sp.MK(K),

yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis

ini dapat terwujud.

4. Seluruh dosen dan pengelola Program Studi Ilmu Biomedik Program

Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, dan Seluruh Dosen Bagian

Farmakologi yang telah mendidik, mengarahkan serta membantu penulis

selama menempuh pendidikan.

5. Terimakasih kepada Kepala Laboratorium Mikrobiologi beserta Staf atas ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lab. Mikrobiologi Universitas

Udayana Denpasar.

6. Terimakasih kepada Rektor Universitas Mahasaraswati, Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Univesitas Mahasaraswati dan Direktur RSGM atas ijin dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister dan

melakukan penelitian di FKG, RSGM Universitas Mahasaraswati Denpasar.

7. Teman-teman di FKG Universitas Mahasaraswati, khususnya Bagian

Periodonsia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dan dukungan

pada saat menempuh pendidikan.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Biomedik angkatan

2012, khususnya Ilmu Kedokteran Dasar yang telah bersama-sama menemani

dalam keadaan suka dan duka dalam menempuh pendidikan.

Page 9: i. g. a. dewi haryani

9. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Ajik I Gusti Made Oka

(alm), Ibu Desak Putu Raiwati, mertua Wayan Wilaya dan Made Sutarmi, serta

seluruh keluarga tersayang yang telah mendukung baik moril dan materiil pada

saat menempuh pendidikan.

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada suami tercinta Komang Wira

Atmaja, serta putriku terkasih Putu Airia Atmaja dan putraku tercinta Made Atha

Raditya Atmaja yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada

penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan naskah tesis

ini.

Serta semua pihak yang belum tersebutkan, yang telah membantu dan

memberikan dukungan sampai terselesaikannya tesis ini.

Denpasar, Januari 2015

Penulis

Page 10: i. g. a. dewi haryani

ABSTRAK

BERKUMUR EKSTRAK DAUN CENGKEH (EUGENIA

AROMATICUM) 4% DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN BAKTERI

STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES SUBMUKUS

Penyakit infeksi dalam rongga mulut yang umum terjadi di masyarakat dengan prevalensi tinggi di berbagai negara termasuk Indonesia adalah abses. Abses disebabkan oleh bakteri yang berkembangbiak dan sistem pertahanan tubuh yang terganggu. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab utama terjadinya abses didalam rongga mulut sehingga perlu diberikan obat antibakteri, salah satunya adalah obat kumur. Obat kumur yang mengandung minyak cengkeh memiliki kandungan senyawa antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus. Penelitian Post-Test Only Control Group Design dengan jumlah sampel 27 orang pasien RSGM FKG UNMAS yang menderita abses submukus, yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Kelompok Kontrol I berkumur air hangat 37-38ºC, Kelompok Kontrol II berkumur povidone iodine 1%, dan Kelompok Perlakuan berkumur ekstrak daun cengkeh 4%. Masing-masing berkumur selama 60 detik. Hasil penelitian diperoleh bahwa rerata koloni bakteri abses submukus Kelompok Kontrol I (air hangat 370-380C) adalah 98,11±24,84, Kelompok Kontrol II (povidone iodine 1%) adalah 62,00±25,29, dan Kelompok Perlakuan (ekstrak daun cengkeh 4%) adalah 52,22±29,42 terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan. Rerata bakteri Staphylococus aureus Kelompok Kontrol I adalah 87,67±11,68, Kelompok Kontrol II adalah 38,78±20,49, dan Kelompok Perlakuan adalah 44,67±19,46 terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan. Dapat disimpulkan berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah koloni bakteri dan jumlah bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus, namun tidak ada perbedaan berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dengan povidone iodine 1% dalam menurunkan jumlah koloni bakteri dan jumlah bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus. Perlu dilakukan penelitian dengan ekstrak daun cengkeh 4% dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Gram negatif didalam rongga mulut.

Kata kunci: ekstrak daun cengkeh, koloni bakteri, Staphylococcus aureus, abses submukus

Page 11: i. g. a. dewi haryani

ABSTRACT

RINSE OUT WITH CLOVE LEAF EXTRACT (Eugenia aromaticum) 4% REDUCES THE NUMBER OF COLONIES AND

NUMBER OF STAPHYLOCOCCUS AUREUS BACTERIA ON SUBMUCOUS ABSCESS

Infectious diseases of the oral cavity are common in communities with a high prevalence in various countries including Indonesia is an abscess. An abscess is caused by bacteria that multiply and impaired immune system. Staphylococcus aureus is one of the main causes of abscess bacteria in the oral cavity that needs to be given antibacterial drugs, one of which is a mouthwash. Mouthwashes that contain clove oil contains antibacterial compounds. This study aimed to determine the effect of rinsing with clove leaf extract 4% can reduce the number of bacterial colonies and the bacteria Staphylococcus aureus on submucous abscess.

Post-Test Only Control Group Design Study with 27 patients in RSGM FKG UNMAS who suffered submucous abscess, separated in three groups, i.e Control I groups rinse out with warm water 37-380 C, Control II groups rinse out with Povidone Iodine 1% and treatment group was rinse out with clove leaf extract 4%. Each group was rinse out for 60 seconds.

The results showed that the mean bacterial colonies of submucous abscess in Control Group I (warm water 370-380 C) is 98,11±24,84, Control Group II (povidone iodine 1%) is 62,00±25, 29, and Treatment Group (Clove leaf extract 4%) is 52,22±29,42 there is a significant difference (p> 0.05) in all three groups after the treatment given. The mean of Staphylococcus aureus in Group I is 87,67±11,68 , Group II is 38,78±20,49, and the Treatment Group is 44,67±19,46 there is a significant difference (p> 0.05) in all three groups after the treatment given.

It can be concluded rinsing with clove leaf extract 4% can reduce the number of bacterial colonies and the number of Staphylococcus aureus in submucous abscess, but there are no difference rinsing with clove leaf extract 4% with povidone iodine 1% in reducing the number of bacterial colonies and the number of Staphylococcus aureus in submucous abscess. Research needs to be conducted with clove leaf extract 4% in reducing colonies of gram negative bacteria in the oral cavity.

Key word : Clove leaf extract, Bacterial colonies, Staphylococcus aureus, Submucous abscess

Page 12: i. g. a. dewi haryani

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i

LEMBAR PERSYARATAN GELAR ............................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ……………………………… v

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 6

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

Page 13: i. g. a. dewi haryani

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8

2.1 Staphylococcus aureus ............................................................................... 8

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Staphyloccocus aureus .. .............................. 9

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi dari S. aureus .................................. 10

2.1.3 Faktor virulensi Staphylococcus aureus .................................. 11

2.1.4 Mekanisme infeksi dari Staphylococcus aureus...................... 12

2.2 Abses Rongga Mulut ............................................................................ 13

2.2.1 Etiologi Abses Rongga Mulut .................................................... 13

2.2.2 Patofisioligi Abses Rongga Mulut ............................................. 14

2.2.3 Macam-macam Abses Rongga Mulut ...................................... 15

2.3 Tanaman cengkeh (Eugenia aromaticum) ............................................... 18

2.3.1 Deskripsi dan sistematika cengkeh ....................................................... 18

2.3.2 Kandungan kimia ekstrak daun cengkeh .................................. 20

2.3.3 Farmakologi zat berkhasiat dalam ekstrak daun cengkeh ...................... 22

2.3.4 Ekstrak daun cengkeh sbg Antibakteri, Antiinflamasi dan

Analgesik ................................................................................... 23

2.3.5 Ekstrak daun cengkeh yang digunakan dalam penelitian ...................... 24

2.4 Obat kumur ........................................................................................ 24

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN .................................................................................. 26

3.1 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 26

3.2 Konsep Penelitian...................................................................................... 27

Page 14: i. g. a. dewi haryani

3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 29

4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................ 29

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 30

4.2.1 Lokasi Penelitian ………………………………………………. ........... 30

4.2.2 Waktu Penelitian ………………………………………………. ........... 30

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 30

4.3.1 Populasi penelitian ................................................................................. 30

4.3.2 Sampel penelitian ................................................................................... 31

4.3.3 Teknik Penentuan sampel ……………………………………… .......... 32

4.4 Variabel Penelitian dan Hubungan Antar Variabel ................................... 32

4.4.1 Variabel Penelitian ................................................................................. 32

4.4.2 Hubungan Antar Variabel ...................................................................... 33

4.5 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 33

4.6 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 35

4.6.1 Alat Penelitian ...................................................................................... 35

4.6.2 Bahan Penelitian ..................................................................................... 35

4.7 Prosedur Penelitian .................................................................................... 36

4.8 Protokol Penelitian ………………………………………………….. ...... 37

4.9 Alur Penelitian ………………………………………………………. 43

4.10 Analisis Data .......................................................................................... 44

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 46

5.1 Analisis Deskriptif .............................................................................. 46

Page 15: i. g. a. dewi haryani

5.2 Uji Normalitas Data ........................................................................... 47

5.3 Uji Homogenitas Data ........................................................................ 47

5.4 Uji Komparasi Terhadap Koloni Bakteri Abses Submukus .............. 48

5.6 Uji Komparasi Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ................. 50

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 53

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 64

Page 16: i. g. a. dewi haryani

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Staphylococcus aureus secara mikrokopis ................................ 9

2.2 Daun cengkeh ........................................................................... 19

2.3 Struktur kimia eugenol ............................................................. 20

3.1 Konsep Penelitian ..................................................................... 27

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 29

4.2 Hubungan Antar Variabel ........................................................ 33

4.3 Alur Penelitian ......................................................................... 43

Page 17: i. g. a. dewi haryani

DAFTAR TABEL

Halaman

5.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 46

5.2 Hasil Uji Normalitas Data Koloni Bakteri Abses Submukus dan

Bakteri Staphylococus aureus .................................................... 47

5.2 Homogenitas Data Koloni Bakteri Abses Submukus dan Bakteri

Staphylococus aureus antar Kelompok Perlakuan ...................... 47

5.3 Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Abses Submukous Antar Kelompok

Sesudah Berkumur Ekstrak Daun Cengkeh Selama 60 Detik ....... 48

5.4 Beda Nyata Terkecil Koloni Bakteri Abses Submukus Sesudah

Perlakuan antar Kelompok .............................................................. 49

5.5 Perbedaan Rerata Bakteri Staphylococus aureus Antar Kelompok

Sesudah Berkumur Ekstrak Daun Cengkeh 4% Selama 60 Detik .... 50

5.6 Beda Nyata Terkecil Bakteri Staphylococus aureus Sesudah

Perlakuan antar Kelompok ................................................................ 51

Page 18: i. g. a. dewi haryani

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

µm : milimikron

C : celcius

cm : centimeter

dkk : dan kawan-kawan

FKG : Fakultas Kedokteran Gigi

H2O2 : Hidrogen Peroksida

Kg : kilogram

KLT : kromatografi lapis tipis

ml : mililiter

n : jumlah sampel

p : nilai kemaknaan

RSGM : Rumah Sakit Gigi dan Mulut

UNMAS : Universitas Mahasaraswati

LAMBANG

% : persen

± : kurang lebih sama dengan

0C : derajad celcius

α : alfa

β : beta

(+) : positif

Page 19: i. g. a. dewi haryani

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik .................................................... 63

Lampiran 2. Penjelasan yang Disampaikan Kepada Penderita

Sebelum Menandatangani Formulir Persetujuan Ikut Serta

Dalam Penelitian ................................................................. 64

Lampiran 3. Informed Consent ................................................................ 71

Lampiran 4. Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Cengkeh ............................... 72

Lampiran 5. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Cengkeh ....................... 78

Lampiran 6. Tabulasi Data Hasil Penelitian ............................................ 79

Lampiran 7. Dokumentasi Hasil Penelitian ............................................. 80

Lampiran 8. Hasil Perhitungan SPSS Data Hasil Penelitian ................... 84

Page 20: i. g. a. dewi haryani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah yang saat ini

memerlukan penanganan secara komprehensif. Didalam rongga mulut merupakan

tempat berkumpulnya suatu bakteri. Kebersihan gigi dan mulut berhubungan erat

dengan penyakit infeksi pada rongga mulut. Penyakit infeksi dalam rongga mulut

disebabkan oleh bakteri yang berkembangbiak dan sistem pertahanan tubuh yang

terganggu.

Salah satu penyakit infeksi dalam rongga mulut yang merupakan penyakit

yang paling umum terjadi di masyarakat dengan prevalensi tinggi di Indonesia

dan dibeberapa negara lain adalah abses. Abses merupakan pus yang terlokalisir

akibat adanya infeksi dan supurasi jaringan. Abses bisa terjadi pada semua

struktur atau jaringan rongga mulut. Penyebab abses salah satunya adalah karies

gigi yang tidak dirawat hingga gigi mengalami nekrosis pulpa. Adanya gigi yang

nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks

gigi. Proses infeksi kemudian menyebar keruangan atau jaringan lain yang dekat

dengan gigi yang nekrosis tersebut dan membentuk fistel (Green dkk., 2001).

Abses didalam rongga mulut penyebabnya adalah bakteri flora normal dalam

mulut yaitu bakteri kokus aerob Gram positif, kokus anaerob Gram positif dan

batang anaerob Gram negatif. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies,

gingivitis dan periodontitis, apabila mencapai jarigan yang lebih dalam melalui

1

Page 21: i. g. a. dewi haryani

nekrosis pulpa dan poket periodontal yang dalam, maka akan terjadi infeksi

(Peterson dkk., 2003).

Staphylococcus aureus merupakan sebagai salah satu bakteri penyebab utama

terjadinya abses didalam rongga mulut. Staphylococcus aureus merupakan bakteri

gram positif berbentuk kokus menyerupai bola dengan garis tengah ± 1µm

tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur).

Staphylococcus aureus bersifat non- motil (tidak bergerak), non spora, anaerob

fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif (Dewi, 2013).

Abses submukus merupakan salah satu abses yang paling sering ditemukan

dalam rongga mulut. Perawatan abses submukus dengan melakukan tindakan

insisi dan drainase. Dalam membantu penyembuhan abses submukus setelah

dilakukan tindakan drainase dapat diberikan obat kumur (Green dkk., 2001).

Berbagai jenis obat kumur telah beredar di masyarakat, salah satu yang

banyak digunakan yaitu obat kumur dengan kandungan povidone iodine 1%.

Dilaporkan bahwa tingkat absorpsi yodium dari povidone iodine 1% tidak baik

penggunaannya dalam jangka panjang dalam rongga mulut, karena dapat

menyebabkan sensitivitas yodium. Efek samping yang lain adalah eritema lokal,

nyeri, erosi mukosa dan risiko utama yang terkait dengan fungsi tiroid (Rifdayani

dkk., 2014)

Obat kumur yang lain, saat ini juga banyak menggunakan bahan-bahan

sintetis yang memiliki efek samping, seperti noda hitam di gigi dan terganggunya

flora normal rongga mulut. Dengan demikian diperlukan obat kumur yang alami

dan tidak memiliki efek samping (Nuniek dkk., 2012).

Page 22: i. g. a. dewi haryani

Salah satu bahan dari alam berupa tanaman obat tradisional yang banyak

dimanfaatkan di Indonesia adalah cengkeh (Syzygium aromaticum). Cengkeh

merupakan tanaman rempah yang sejak lama digunakan dalam industri makanan,

minuman dan obat-obatan tradisional. Tanaman cengkeh memiliki kandungan

minyak yang cukup tinggi dan mempunyai sifat khas karena semua bagiannya

mulai dari akar, batang, daun, sampai dengan bunganya mengandung minyak

atsiri (Kumala dan Indriani, 2008).

Minyak cengkeh merupakan ekstrak tanaman cengkeh yang memiliki bahan

antimikroba alami. Minyak cengkeh mengandung minyak atsiri sekitar 14-21%,

eugenol, caryophyllene, eugenol acetate, dan alpha humelene, dimana komponen

utama dan bahan aktif dalam minyak cengkeh ialah eugenol sekitar 95%.

Kandungan eugenol adalah senyawa kimia aromatik, berbau, larut dalam air dan

larut pada pelarut organik (Ayoola dkk.,2008).

Mekanisme aktivitas antibakteri pada minyak cengkeh dengan merusak

langsung dinding sel bakteri sehingga menyebabkan denaturasi dan penghambatan

sintesis protein serta meningkatkan premeabilitas dari dinding sel bakteri sehingga

terjadi gangguan pada fungsi normal sel bakteri yang selanjutnya mengalami lisis

dan mati (Prestanya dkk., 2012; Andries dkk., 2014).

Minyak cengkeh dapat dipakai sebagai bahan aktif obat kumur karena

sifatnya sebagai antimikroba. Hasil penelitian menunjukkan obat kumur yang

mengandung minyak cengkeh dapat menghambat Streptococcus mutans dan

Streptococcus viridans yang dapat menyebabkan terjadinya plak gigi. Penelitian

Frosch dkk. (2002), menunjukkan bahwa antibakteri minyak cengkeh efektif

Page 23: i. g. a. dewi haryani

melawan bakteri-bakteri, seperti Aggregatibacter actinomycetemcomitans,

Phorphyromonas intermedia, Phorphyromonas gingivalis, Fusobacterium

nucleatum, Streptococcus mutans dan Streptococcus viridians. Minyak cengkeh

telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri, anti inflamasi, analgesik, antioksidan

dan anti jamur (Rochyani dkk., 2007; Ali dkk., 2009; Pramod, 2010; Andries

dkk., 2014).

Sari dkk. (2006), melaporkan penggunaan 10 ml ekstrak bunga cengkeh 4%

yang dikumur selama 60 detik menurunkan jumlah leukosit cairan sulkus gingiva

pada penderita gingivitis. Penelitian lain mengenai obat kumur cengkeh

digunakan dalam berbagai konsentrasi telah dilakukan dan berdasarkan hasil

orientasi penggunaan konsentrasi yang tinggi akan memiliki rasa yang terlalu

pedas dan aroma cengkeh yang terlalu kuat.

Daun cengkeh merupakan salah satu bagian tanaman cengkeh yang sedikit

dimanfaatkan oleh petani cengkeh dan masyarakat. Daun cengkeh apabila

dikembangkan pengolahannya akan diperoleh minyak daun cengkeh (clove leaf

oil), sehingga bernilai ekonomis. Minyak daun cengkeh memiliki kadar eugenol

paling tinggi yaitu sekitar 70% - 80% terutama pada daun muda dan tua (Kumala

dan Indriani, 2008; Mu’nisa dkk., 2012).

Hasil pemeriksaan uji fitokimia pada ekstrak daun cengkeh mengandung

senyawa aktif seperti terpenoid, flavonoid, alkaloid, fenolat, tanin, saponin dan

glikosida. Senyawa dalam daun cengkeh yang berupa flavonoid, fenolat, tanin dan

terpenoid mempunyai efek antibakteri dengan cara merusak membran dan struktur

selnya (Ayoola dkk., 2008)

Page 24: i. g. a. dewi haryani

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti meneliti penggunaan ekstrak daun

cengkeh sebagai obat kumur dalam menurunkan koloni bakteri dan bakteri

Staphylococcus aureus sebagai penyebab abses submukus dengan durasi

berkumur yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat adalah 60 detik, sesuai

tercantum pada brosur obat kumur yang dijual di pasaran.

Pada penelitian ini digunakan ekstrak daun cengkeh konsentrasi 4% karena

minyak cengkeh sudah memiliki kandungan eugenol yang cukup tinggi untuk

dapat membantu menyembuhkan abses submukus pada rongga mulut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan

jumlah koloni bakteri abses submukus?

2. Apakah berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan

jumlah bakteri Staphylococcus aureus abses submukus?

3. Apakah tidak ada perbedaan jumlah koloni bakteri dengan berkumur

povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada abses submukus?

4. Apakah tidak ada perbedaan jumlah bakteri Staphylococcus aureus

dengan berkumur povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada

abses submukus?

Page 25: i. g. a. dewi haryani

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan efek berkumur

dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah koloni bakteri dan

bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk membuktikan berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat

menurunkan jumlah koloni bakteri abses submukus.

2. Untuk membuktikan berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat

menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus abses submukus.

3. Untuk membuktikan tidak ada perbedaan jumlah koloni bakteri dengan

berkumur povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada abses

submukus.

4. Untuk membuktikan tidak ada perbedaan jumlah bakteri Staphylococcus

aureus dengan berkumur povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh

4% pada abses submukus.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberi masukan dan informasi bagi perkembangan

ilmu kedokteran gigi mengenai ekstrak daun cengkeh terhadap penurunan

jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus pada abses

submukus, serta dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut.

Page 26: i. g. a. dewi haryani

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat tentang manfaat

berkumur dengan ekstrak daun cengkeh yang murah dan gampang didapat

dalam upaya penanggulangan penyakit Gigi dan Mulut.

Page 27: i. g. a. dewi haryani

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora normal didalam

rongga mulut. Bakteri ini bersifat patogen yang memiliki kemampuan untuk

menimbulkan penyakit pada manusia, apabila dipengaruhi faktor predisposisi

seperti perubahan kuantitas bakteri dan penurunan daya tahan tubuh host

(Warbung dkk., 2011).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang berkaitan dalam

bidang ilmu kedokteran gigi yang dapat menyebabkan abses, infeksi luka dan

invasi ke mukosa. Selain itu, Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri

fakultatif anaerob yang menjadi penyebab utama infeksi dalam rongga mulut

(Baga dkk., 2011).

Bakteri ini susunannya bergerombol dan tidak teratur seperti anggur.

Koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning keemasaan. Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan pada media cair dan mempunyai metabolisme aktif,

mampu memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam

pigmen dari putih sampai kuning tua (Radji, 2011).

8

Page 28: i. g. a. dewi haryani

Gambar 2.1 Staphylococcus aureus secara mikrokopis (Radji, 2011)

2.1.1 Klasifikasi ilmiah Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram-positif. Apabila diamati

dibawah mikroskop terlihat akan tampak dalam bentuk bulat tunggal atau

berpasangan, atau berkelompok seperti buah anggur ( Radji, 2011).

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut (Brooks dkk.,

2005) :

Domain : Bacteria

Kindom : Eubacteria

Divisi : Firmicutes

Class : Cocci

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Page 29: i. g. a. dewi haryani

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi dari Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan suatu bakteri Gram positif berbentuk

bulat berdiameter 0,7- 1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak

teratur seperti buah anggur, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri

ini tumbuh pada suhu optimum 37ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada

suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai

kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol dan berkilau (Fischetti dkk.,

2000).

Salah satu ciri khas yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah

radang supuratif (bernanah) pada jaringan lokal dan cenderung menjadi abses.

Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adaah furunkel pada kulit dan

impetigo pada anak-anak. Staphylococcus aureus dikenal sebagai bakteri yang

paling sering mengkontaminasi luka pasca bedah sehingga menimbulkan

komplikasi dan bila terjadi bakteriemia, infeksi dapat bermetastasis ke berbagai

organ (DeLeo dkk., 2009).

Patogenesis infeksi Staphylococcus aureus merupakan hasil interaksi

berbagai protein permukaan bakteri dengan berbagai reseptor pada permukaan sel

inang. Penentuan faktor virulen yang paling berperan sulit dilakukan karena

demikian banyak dan beragam faktor virulen yang dimiliki Staphylococcus aureus

(DeLeo dkk., 2009).

Page 30: i. g. a. dewi haryani

2.1.3 Faktor virulensi Staphylococcus aureus

Menurut Jawetz dkk. (2007), menyatakan bahwa Staphylococcus aureus

dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berbiak dan melalui

pembentukan banyak zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor

virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin. Zat-zat tersebut

adalah:

1. Eksotoksin, yaitu eksotoksin C yang dihasilkan Staphylococcus aureus

seringkali dihubungkan dengan sindrom syok toksik. Pada manusia, toksin

ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem

organ dalam tubuh.

2. Lekosidin, yaitu suatu zat yang dapat larut dan mematikan sel darah putih

dari berbagai spesies binatang yang berkontak. Lekosidin antigen tetapi

tidak tahan panas daripada eksotoksin.

3. Enterotoksin, merupakan suatu zat dapat larut yang dihasilkan oleh strain-

strain tertentu Staphylococcus diantaranya Staphylococcus aureus.

Enterotoksin adalah suatu protein dengan berat molekul 3,5 X 10-4, yang

tahan terhadap pendidihan selama 30 menit atau enzim-enzim usus dan

termasuk salah satu dari enam tipe antigen. Sebagai penyebab keracunan

makanan, enterotoksin dihasilkan bila Staphylococcus aureus tumbuh pada

makanan karbohidrat dan protein.

4. Koagulase dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, yaitu suatu protein

yang menyerupai enzim dan dapat menggumpalkan plasma oksalat atau

sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum.

Page 31: i. g. a. dewi haryani

Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan,

sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat

menghambat fagositosis.

5. Katalase, yaitu enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap

fagositosis. Tes adanya aktivitas katalase menjadi pembeda genus

Staphylococcus dari Streptococcus.

6. Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis

disekitar koloni bakteri. Hemolisin Staphylococcus aureus terdiri dari alfa

hemolisin, beta hemolisin dan delta hemolisin.

7. Zat-zat ekstraseluler lain, misalnya faktor penyebar, stafilokinase yang

mengakibatkan fibrinolisa tetapi bekerja jauh lebih lambat daripada

streptokinase proteinase, lipase dan β-laktamase; toksin eksofoliatif yang

menyebabkan sindroma scalled skin di bawah pengaruh plasmid dan suatu

toksin yang bertanggung jawab untuk sindrom syok toksik yang paling

sering diemukan pada wanita yang menggunakan tampon pada saat haid.

2.1.4 Mekanisme infeksi dari Staphylococcus aureus

Menurut Jawetz dkk. (2007), mekanisme infeksi dari Staphylococcus

aureus yaitu :

a. Perlekatan pada protein sel inang

Struktur sel Staphylococcus aureus memiliki protein permukaan yang

membantu penempelan bakteri pada sel inang. Protein ini adalah laminin dan

fibronektin yang membentuk matriks ekstraseluler pada permukaan epitel dan

Page 32: i. g. a. dewi haryani

endotel. Selain itu, beberapa galur mempunyai ikatan protein fibrin atau

fibrinogen yang mampu meningkatkan penempelan bakteri pada darah dan

jaringan.

b. Invasi

Invasi Staphylococcus aureus terhadap jaringan inang melibatkan sejumlah

besar kelompok protein ekstraseluler. Beberapa protein yang berperan penting

dalam proses invasi Staphylococcus aureus adalah α-toksin, β-toksin, γ-toksin, δ-

toksin, leukosidin, koagulase, stafilokinase, dan beberapa enzim seperti protease,

lipase, DNAse, dan enzim pemodifikasi asam lemak.

c. Perlawanan terhadap ketahanan inang

Staphylococcus aureus memiliki kemampuan mempertahankan diri terhadap

mekanisme pertahanan inang. Beberapa faktor pertahanan diri yang dimiliki

Staphylococcus aureus adalah simpai polisakarida, protein A, dan leukosidin.

d. Pelepasan beberapa jenis toksin

Pelepasan beberapa jenis toksin dari Staphylococcus aureus diantaranya

adalah eksotoksin, superantigen, dan toksin eksfoliatin.

2.2 Abses Rongga Mulut

Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding

tebal, manifestasinya berupa keradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan,

dan kerusakan jaringan setempat. Penyebaran infeksi tergantung pada lokasi gigi

yang terkena serta penyebab virulensi organisme (Peterson, 2003).

Page 33: i. g. a. dewi haryani

2.2.1 Etiologi Abses Di Rongga Mulut

Secara morfologi dan biokemical paling sedikit ada 400 kelompok bakteri

didalam rongga mulut. Infeksi dalam rongga mulut lebih banyak disebabkan oleh

adanya gabungan antara bakteri gram positif yang aerob dan anaerob. Abses

didalam rongga mulut disebabkan oleh bakteri anaerob. Organisme penyebabnya

yang sering ditemukan pada pemeriksaan kultur adalah Alpha-hemolytic

Streptococcus, Peptostrepcoccus, Peptococcus, Eubacterium, Bacteroides

melaninogenicus, Staphylococcus dan Fusobacterium. Bakteri aerob jarang dapat

menyebabkan abses hanya sekitar 5%. Bila menyebabkan abses, biasanya

organisme penyebabnya adalah spesies Streptoccocus (Peterson, 2003).

2.2.2 Patofisiologi Abses Rongga Mulut

Infeksi yang awalnya berasal dari kerusakan jaringan keras gigi atau

jaringa penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora

normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen. Karies gigi yang tidak

dirawat menyebabkan nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi

menyebabkan sebagian sel mati dan hancur sehingga meninggalkan rongga yang

berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan

pertahanan tubuh dalam melawan infeksi kemudian bergerak ke dalam rongga

tersebut dan memfagosit bakteri sehingga sel darah putih akan mati. Sel darah

putih yang mati akan membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut (Peterson,

2003)

Page 34: i. g. a. dewi haryani

2.2.3 Macam-macam Abses Rongga Mulut

1. Abses periapikal

Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di

daerah periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi

keadaan eksaserbasi akut. Mungkin terjadi segera setelah kerusakan

jaringan pulpa yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi,

pembengkakan dan demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal

dari pulpa, tetapi juga bisa berasal sistemik (bakteremia) (Kuriyama dkk.,

2010).

2. Abses subperiosteal

Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan

lunak mulut dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke

ekstraoral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita

merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir.

Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar atau molar

pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula, tetapi

masih dapat diraba. Gigi penyebab akan menjadi sensitif pada sentuhan

atau tekanan (Kuriyama dkk., 2010).

3. Abses submukosa

Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupakan

kelanjutan abses subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai

dibawah mukosa setelah periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak

berkurang, sedangkan pembengkakan bertambah besar. Gejala lain yaitu

Page 35: i. g. a. dewi haryani

masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-kadang disertai demam,

lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi. Bila abses

berasal dari gigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar, kadang-

kadang pembengkakan pada pelupuk mata bawah. Kelenjar limfe

submandibula membesar dan sakit pada palpasi (Kuriyama dkk., 2010).

4. Abses fosa kanina

Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang berasal dari gigi

rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta

memudahkan terjadinya akumulasi cairan jaringan (Kuriyama dkk., 2010).

5. Abses spasium bukal

Spasium bukal berada diantara m. masseter , m. pterigoidus interna

dan m. businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam

diantara otot pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium

infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga

rahang atas masuk ke dalam spasium bukal (Kuriyama dkk., 2010).

6. Abses spasium infratemporal

Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan

sering menimbulkan komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak

di bawah dataran horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi

oleh ramus mandibula dan bagian dalam oleh pterigoid interna. Bagian

atas dibatasi oleh pterigoid eksternus. Spasium ini dilalui oleh maksilaris

interna dan nervus mandibula, mylohyoid, lingual, businator dan nervus

chorda timpani (Kuriyama dkk., 2010).

Page 36: i. g. a. dewi haryani

7. Abses spasium submasseter

Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara

insersi otot masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini

berupa suatu celah sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo

m.masseter bagian tengah dan permukaan tulang. Keatas dan belakang

antara origo m.masseter bagian tengah dan bagian dalam. Disebelah

belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar fibromuskular.

Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,

berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini (Kuriyama

dkk., 2010).

8. Abses spasium submandibula

Spasium ini terletak dibagian bawah mylohyoid yang

memisahkannya dari spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial

bagian belakang mandibula. Dibatasi oleh m.hioglosus dan m.digastrikus

dan bagian posterior oleh m.pterigoid eksternus. Berisi kelenjar ludah

submandibula yang meluas ke dalam spasium sublingual. Juga berisi

kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superfisial

yang tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna (Kuriyama dkk.,

2010).

9. Abses sublingual

Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , terletak

diatas mylohyoid dan bagian medial dibatasi oleh genioglosus dan lateral

oleh permukaan lingual mandibula (Kuriyama dkk., 2010).

Page 37: i. g. a. dewi haryani

10. Abses spasium submental

Spasium ini terletak diantara mylohyoid dan plastima di depannya

melintang digastrikus, berisi kelenjar limfe submental. Perjalanan abses

kebelakang dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi

dapat berasal dari spasium submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi

anterior atau premolar (Kuriyama dkk., 2010).

11. Abses spasium parafaringeal

Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala dan

apeks bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh

muskulus pterigoid interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor.

sebelah belakang oleh glandula parotis, muskulus prevertebalis dan

prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari prosesus ini.

Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena

jugularis dan nervus vagus, serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal,

simpatik, hipoglosal dan kenjar limfe (Kuriyama dkk., 2010).

2.3 Tanaman Cengkeh (Eugenia Aromaticum)

2.3.1 Deskripsi dan sistematika Tanaman Cengkeh

Cengkeh merupakan pohon berbatang besar, berkayu keras, tinggi 5-10m,

bercabang lebat, panjang dan dipenuhi ranting-ranting kecil yang mudah patah.

Bunga dan buah muncul diujung ranting, tangkai pendek dan bertandan. Daun

cengkeh berbentuk bulat telur, memanjang, ujung dan pangkal menyudat, lebar 2-

3cm, panjang daun tanpa pangkal 7,5-12,5cm, berwarna hijau, tebal dan kuat,

Page 38: i. g. a. dewi haryani

warnanya ada yang kuning atau hijau muda helainya besar, dan ada pula yang

berwarna hijau sampai hijau tua kehitaman dan helainya lebih kecil, umumnya

permukaan daun berwarna lebih tua dan mengkilat sedangkan sebelahnya

berwarna kelam. Daun yang masih muda berwarna kemerahan, bila tua berwarna

gelap (Rosalina, 2013).

Gambar 2.2 Daun cengkeh (Anonim, 2013)

Sistematika tanaman cengkeh adalah sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo :Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Species : Syzygium aromaticum

Page 39: i. g. a. dewi haryani

2.3.2 Kandungan kimia ekstrak daun cengkeh

Kandungan kimia dalam daun cengkeh adalah alkaloid, flavonoid, tannin,

minyak atsiri. Minyak atsiri dari bunga cengkeh mengandung 16-23% minyak

atsiri yang terdiri dari eugenol (64-85%), 10% zat samak tipe gallat, sianidin

ramnoglukosida yang merupakan pigmen utama bunga cengkeh. Daun cengkeh

terdiri atas eugenol (80,6-85,1%), asetil eugenol, kariofilen dan mengandung

0,11% asam gallat, metil gallat, turunan triterpen, asam oleanolat (kariofilin),

asam betulinat. Batang cengkeh mengandung asam betulinat, friedelin,

efriedelinol, sitosterim, eugenin (suatu senyawa ester dari epifriedelinol dengan

suatu asam lemak rantai panjang (Laitupa dan Susane, 2010).

Senyawa eugenol merupakan suatu metoksifenol dengan rantai hidrokarbon

pendek. Eugenol mengandung beberapa gugus fungsional yaitu allil, fenol, dan

eter. Senyawa eugenol secara biologis merupakan bagian yang paling aktif karena

kemampuan eugenol dalam memblok transmisi impuls syaraf sangat bermanfaat

dalam mengurangi rasa nyeri (Towaha, 2012).

Gambar 2.3 Struktur kimia eugenol (Towaha, 2012)

Page 40: i. g. a. dewi haryani

Menurut Nurdjanah (2004), menyatakan bahwa obat kumur yang

mengandung eugenol dari cengkeh dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans dan Streptococcus viridians. Obat kumur yang

mengandung cengkeh tercium aroma yang khas yaitu bau minyak cengkeh.

Aroma tersebut ditentukan karena adanya kandungan eugenol dalam minyak

cengkeh.

2.3.3 Farmakologi dari zat berkhasiat dalam ekstrak daun cengkeh

2.3.3.1 Farmakologi senyawa tanin

Tanin merupakan jenis senyawa yang termasuk kedalam golongan polifenol

dan banyak dijumpai pada tumbuhan. Tanin memiliki aktivitas antibakteri.

Mekanisme kerja tanin diperkirakan adalah toksisitas tanin dapat merusak

membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan

kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas

tanin itu sendiri. Tanin juga diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran

sel sehingga mengganggupermeabilitas sel itu sendiri. Efek antibakteri tanin

antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi

atau inaktivasi fungsi materi genetik (Ajizah, 2004).

2.3.3.2 Farmakologi senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak

reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Mekanisme kerja flavonoid

berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks

terhadap protein extraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri.

Page 41: i. g. a. dewi haryani

Mekanisme kerjanya dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak

membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Juliantina, 2008).

2.3.3.3 Farmakologi senyawa Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa metabolit sekunder. Mekanisme triterpeoid

sebagai antibakteri adalah bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada

membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga

mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar

masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas membran sel bakteri yang

akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan

bakteri terhambat atau mati (Ajizah, 2004).

2.3.3.4 Farmakologi senyawa Alkaloid

Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara

mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel

tersebut (Juliantina, 2008).

2.3.3.5 Farmakologi Senyawa Fenolat

Senyawa fenolat dalam daun cengkeh yaitu, eugenol. Minyak daun

cengkeh yang mengandung senyawa eugenol yang merupakan bagian dari

phenylpropanoids yang diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri melalui

interaksi membran (Nurdjanah, 2004).

Page 42: i. g. a. dewi haryani

2.3.4 Ekstrak Daun Cengkeh Sebagai Antibakteri, Antiinflamsi dan

Analgesik

Ekstrak daun cengkeh sebagai antibakteri yaitu mampu menghambat

pertumbuhan bakteri patogen baik Gram positif maupun Gram negatif.

Kemampuan menghambat bakteri Gram positif ini disebabkan dalam ekstrak

daun cengkeh yang memiliki sifat eugenol yang merupakan asam lemah. Sebagai

asam lemah, senyawa-senyawa fenolik dapat terionisasi melepaskan ion H+ dan

meninggalkan gugus sisanya yang bermuatan negatif. Kondisi yang bermuatan

negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri Gram positif yang juga bermuatan

negatif, sehingga fenol dapat bekerja menghambat pertumbuhan bakteri patogen

Gram positif seperti Streptococcus sanguins (Rahayu, 2000).

Kandungan eugenol dalam ekstrak daun cengkeh memiliki sifat

hydrophobic, dimana eugenol masuk ke dalam lipopolosakarida yang terdapat

dalam membran sel bakteri dan merusak struktur selnya (Burt, 2004).

Ekstrak daun cengkeh sebagai antiinflamasi dan analgesik dengan

menghambat kemotaxis dari leukosit, serta menghambat biosintesis prostaglandin

oleh senyawa-senyawa fenolik sehingga peradangan dan rasa sakit pada gigi

ataupun gusi dapat dikurangi. Dengan berbagai khasiat tersebut, penggunaan obat

kumur yang mengandung minyak cengkeh dengan kandungan eugenol sangat

membantu dalam meredakan Abses Submukous setelah dilakukan insisi dan

drainase (Develas, 2012).

Page 43: i. g. a. dewi haryani

2.3.5 Ekstrak Daun Cengkeh yang Digunakan Dalam Penelitian

Daun cengkeh yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

perkebunan cengkeh di desa Banyuatis Kecamatan Banjar Singaraja. Ekstrak daun

cengkeh diproses di laboratorium Fitokimia Universitas Udayana Denpasar.

Pembuatan ekstrak daun cengkeh menggunakan etanol sebagai bahan pelarutnya.

Tes fitokimia dan Uji KLT dilakukan setelah pembuatan ekstrak daun cengkeh

diperoleh hasil pada ekstrak daun cengkeh mengandung steroid (+), Flavonoid

(+), Alkaloid (+), Fenolat (+), Tanin (+), Saponin (+) dan Glikosida (+).

2.4 Obat Kumur

Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk

membilas rongga mulut dengan tujuan untuk menyingkirkan plak, menyegarkan

mulut, menghilangkan inflamasi dan mencegah karies gigi. Karakteristik obat

kumur yaitu dapat membasmi kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan

mulut dan gigi, tidak menyebabkan iritasi, tidak mengganggu keseimbangan flora

mulut, tidak menyebabkan resistensi mikroba, dan tidak menimbulkan noda pada

gigi (Develas, 2012).

Komposisi obat kumur pada umumnya terdiri dari astrigent, humektan,

surfaktan, air sebagai komposisi utama dari obat kumur, agen antibakteri, sepert

senyawa fenolik dan minyak esensial dan komposisi lain seperti alkohol, pewarna

dan penambah rasa (Develas, 2012).

Pada umumnya obat kumur mengandung 5-25% alkohol. Alkohol dalam

obat kumur berfungsi berfungsi sebagai bahan perasa dan pelarut bahan aktif.

Page 44: i. g. a. dewi haryani

Penggunaan alkohol dalam obat kumur akan membatasi penggunaannya pada

golongan tertentu seperti anak-anak, ibu hamil atau menyusui, pasien dengan

xerostomia (Develas, 2012).

Page 45: i. g. a. dewi haryani

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir

Infeksi dalam rongga mulut terdapat pada jaringan lunak maupun jaringan

keras gigi yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroba yang merupakan flora

normal dalam jumlah yang abnormal. Abses merupakan salah satu penyakit

infeksi, dimana daerah jaringan yang terbentuk terdapat nanah yang sebagai usaha

untuk melawan aktivitas bakteri yang menyebabkan infeksi. Abses terbentuk

apabila tidak ada jalan keluar nanah atau pus sehingga nanah atau pus

terperangkap dalam jaringan dan terus membesar.

Didalam rongga mulut, abses dapat terbentuk di gingiva, gigi, atau akar

gigi. Abses submukus merupakan abses yang sering terjadi di dalam rongga

mulut. Perawatan abses biasanya dengan tindakan insisi dan drainase. Proses

penyembuhan Abses submukus dapat dibantu dengan menggunakan obat kumur

setelah dilakukan insisi dan drainase.

Berkumur dengan 10 ml ekstrak daun cengkeh 4% selama 60 detik

merupakan jumlah, konsentrasi dan waktu yang optimal untuk melumasi rongga

mulut dalam membantu penyembuhan abses submukus. Kandungan tannin,

flavonoid dan fenolat dalam ekstrak daun cengkeh berfungsi sebagai antibakteri,

anti inflamasi dan analgesik.

Ekstrak daun cengkeh memiliki kandungan eugenol yang sangat tinggi.

Efek antibakteri dalam ekstrak daun cengkeh bekerja bakterisidal. Bakterisidal

26

Page 46: i. g. a. dewi haryani

merupakan kemampuan antimikroba yang memiliki sifat mematikan bakteri.

Mekanisme kerja antibakteri dalam ekstrak daun cengkeh dengan menghambat

sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas membran sel dan menghambat

sintesis protein serta meningkatkan premeabilitas dari dinding sel bakteri sehingga

terjadi gangguan pada fungsi normal sel bakteri dan mengalami lisis dan mati..

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan dalam

bab sebelumnya maka kerangka konsep yang terkait dengan masalah penelitian

seperti di bawah ini:

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Faktor Eksternal :

- Obat-obatan - Suhu - Kelembaban

Ekstrak daun cengkeh 4%

dikumur 60 detik

Faktor Internal:

- Daya tahan tubuh

- Virulensi kuman

- Ketahanan jaringan

JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS

AUREUS PADA ABSES SUBMUKUS

Ekstrak daun cengkeh 4%

dikumur 60 detik

Penderita (manusia) Abses submukus

Page 47: i. g. a. dewi haryani

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dan teori di atas dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah

koloni bakteri abses submukus.

2. Berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah

bakteri Staphylococcus aureus abses submukus.

3. Tidak ada perbedaan jumlah koloni bakteri antara berkumur povidone

iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada abses submukus.

4. Tidak ada perbedaan jumlah bakteri Staphylococcus aureus antara

berkumur povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada abses

submukus.

Page 48: i. g. a. dewi haryani

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Post-test only control group

design (Frederer, 2008).

R Ra

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan:

P : Populasi

R : Random

S : Sampel

Ra : Random alokasi

P0 : Perlakuan pada Kelompok Kontrol I berkumur dengan air hangat 37-

38ºC selama 60 detik

P0

O1

P1

O2 P

P2

S

O3

29

Page 49: i. g. a. dewi haryani

P1 : Perlakuan pada Kelompok Kontrol II berkumur dengan povidone iodine

1% selama 60 detik

P2 : Perlakuan pada Kelompok Perlakuan berkumur dengan ekstrak daun

cengkeh konsentrasi 4% selama 60 detik

O1 : Observasi jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus

berkumur dengan air hangat 37-38º C selama 60 detik

O2 : Observasi jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus

berkumur dengan povidone iodine 1% selama 60 detik

O3 : Observasi jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus

berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% selama 60 detik

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

1. Insisi abses dan pengambilan aposen abses dilakukan di RSGM FKG

UNMAS Denpasar.

2. Perhitungan jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana Denpasar.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama Bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015.

Page 50: i. g. a. dewi haryani

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi target : Semua penderita abses submukus

2. Populasi terjangkau : Pasien RSGM FKG UNMAS yang menderita

abses submukus yang datang dalam kurun waktu penelitian.

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian didapat dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

4.3.2.1 Kriteria inklusi

Sampel penelitian dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi

sebagai berikut:

1. Penderita abses submukus

2. Abses berfluktuasi

3. Usia 18 – 40 tahun

4. Tidak menderita penyakit sistemik

5. Bersedia mengikuti penelitian

4.3.2.2 Besar sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel menurut

Frederer (2008), sebagai berikut: (n-1)(t-1) ≥ 15, dimana t adalah jumlah

perlakuan dan n adalah jumlah sampel tiap kelompok perlakuan. Penelitian ini

terdiri dari satu kelompok perlakuan dan dua kelompok kontrol, sehingga t = 3

dan setelah dimasukkan ke dalam rumus menjadi:

Page 51: i. g. a. dewi haryani

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (3-1) = 15

(n-1) (2) = 15

n-1 = = 7,5

n= 7,5 + 1= 8,5 ≈ 9

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel di atas maka jumlah sampel

yang digunakan adalah sampel 8,5 dibulatkan menjadi 9 sampel.

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel

Sampel dipilih dari pasien RSGM FKG UNMAS Denpasar yang

memenuhi kriteria inklusi. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple

random sampling, menggunakan bilangan acak. Sampel diperoleh secara

konsekutif yaitu pasien datang yang memenuhi kriteria inklusi diberikan nomor

undian, kemudian di kelompokkan sebagai berikut: nomor 1-9 kelompok kontrol

I, nomor 10-19 kelompok kontrol II dan nomor 20-27 kelompok perlakuan.

4.4 Variabel Penelitian dan Hubungan Antar Variabel

4.4.1 Variabel Penelitian :

1. Variabel bebas : ekstrak daun cengkeh 4%, povidone iodine 1%.

2. Variabel tergantung : jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus

aureus

3. Variabel terkendali : usia, teknik insisi abses, kondisi sistemik

Page 52: i. g. a. dewi haryani

4.4.2 Hubungan Antar Variabel

Gambar 4.2 Hubungan Antar Variabel

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak daun cengkeh adalah sediaan pekat yang

didapat dengan mengektraksi zat aktif dari daun cengkeh dengan

menggunakan pelarut metanol dan diencerkan dengan akuades steril

hingga mencapai konsentrasi 4%.

2. Berkumur adalah kegiatan memasukkan 10 ml larutan

kumur ke dalam rongga mulut, kemudian mulut ditutup dan gigi rahang

atas dan bawah dalam keadaan oklusi atau terkatup, pipi dikembung

kempiskan dan lebih ditekankan pada daerah yang mengalami abses

selama 60 detik kemudian larutan kumur dibuang, larutan ini tidak ditelan.

Variabel Bebas

Ekstrak daun cengkeh 4% - Dikumur selama 60 detik

Variabel Kendali

- Usia - Teknik insisi abses - Kondisi sistemik

Variabel Tergantung

- Jumlah koloni bakteri - Jumlah bakteri

Staphylococcus aureus

Page 53: i. g. a. dewi haryani

3. Usia orang coba ditentukan berdasarkan tanggal,

bulan dan tahun kelahiran yang tercatat pada kartu identitas (KTP/SIM)

atau akta kelahiran

4. Suhu adalah satuan besaran yang menyatakan derajat

panas yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal koloni bakteri dan

bakteri Staphylococcus aureus yang diukur menggunakan thermometer

dengan skala derajat celcius yaitu 37ºC.

5. Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya

peristiwa mulai dari masuknya media pertumbuhan koloni bakteri dan

bakteri Staphylococcus aureus ke inkubator selama proses inkubasi sampai

dikeluarkannya media dengan satuan jam yaitu antara 18 - 24 jam

menggunakan timer.

6. Media pengeraman adalah media yang digunakan

untuk menumbuhkan koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus

yaitu media BAP (Blood Agar Plate).

7. Jumlah koloni bakteri adalah jumlah koloni bakteri

yang tumbuh didalam cawan petri yang dihitung secara manual.

8. Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri gram-

positif berwarna putih yang berbentuk kokus menyerupai bola dengan

garis tengah ± 1 µm (menyerupai buah anggur).

Page 54: i. g. a. dewi haryani

4.6 Alat Dan Bahan Penelitian

4.6.1 Alat Penelitian :

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat diagnosis steril sebanyak 7 set, yang terdiri dari:

kaca mulut, pinset, sonde, ekskavator, dan neerbecken.

2. Autoclaf untuk sterilisasi alat diagnosis

3. Scalpel dan Blade no. 11

4. Hemostat

5. Spuit injeksi 3 ml

6. Informed consent

7. Alat tulis

8. Kamera

9. Mikro pipet

10. Tabung reaksi

11. Penjepit, spatula.

12. Cawan petri untuk tempat media padat datar atau

agar.

13. Lampu spiritus/ Bunsen.

14. Mikroskop

15. Erlenmeyer untuk pembuatan media

16. Gelas obyek

Page 55: i. g. a. dewi haryani

4.6.2 Bahan Penelitian

1. Ekstrak daun cengkeh 4%

2. Aquades steril

3. Air hangat 370-380 C

4. Povidone iodine 1%

5. Media TSB (Triptiase Soy Broth)

6. Benzotop (anastesi topikal)

7. Pehacaine 2%

8. Betadine 10%

9. Sabun cair dan alkohol 90% untuk bahan sterilisasi

alat diagnosis

10. Cotton pellet

11. Kasa dan tissue

12. Sarung tangan

13. Masker

14. Lap dada

15. BAP(Blood Agar Plate).

16. Darah kambing 5%

17. Fuschine

18. Hidrogen peroksida 35%

19. Karbol Gentian Violet

20. Lugol

Page 56: i. g. a. dewi haryani

4.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menyangkut :

1. Menyerahkan surat izin penelitian kepada Direktur

RSGM FKG UNMAS Denpasar

2. Menyiapkan informed consent, dan alat-alat tulis

untuk keperluan penelitian

3. Membagikan informed consent kepada sampel yang

sudah memenuhi kriteria inklusi.

4.8 Prosedur Penelitian

Pembuatan ekstrak etanol daun cengkeh

Daun cengkeh yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari desa

banyuatis, kecamatan Banjar, kota Singaraja. Daun yang digunakan adalah daun

cengkeh berwarna hijau tua. Kemudian daun cengkeh dijemur dengan diangin-

anginkan hingga kering selanjutnya ditimbang sebanyak 1 kg. Daun cengkeh

kering diblender untuk mendapatkan serbuk daun cengkeh (simplisia).

Serbuk dimasukkan kedalam botol tertutup berwarna gelap agar terlindungi

dari sinar matahari dan direndam (dimaserasi) dengan menggunakan 1,5 liter

pelarut etanol. Pemeraserasian dilakukan pada suhu kamar, selama ± 3 hari dan

pengadukan dilakukan setiap hari. Setelah 3 hari pemeserasian, maserat kemudian

disaring, filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali dengan etanol yang

baru, maserasi dilakukan ± 5 kali hingga diperoleh maserat yang terakhir

berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada

Page 57: i. g. a. dewi haryani

suhu tidak lebih 50ºC dan diuapkan in vacuo sehingga terpisah pelarut etanol

dengan ekstrak daun cengkeh. Pelarut etanol dipilih karena dapat melarutkan zat-

zat aktif dalam jumlah kecil yang terkandung dalam bahan alam.

Proses ekstraksi yang digunakan adalah proses perendaman (maserasi)

bertujuan untuk mengurangi pengaruh pemanasan yang dapat merosek senyawa

aktif, selain itu dengan proses maserasi akan terjadi pemecahan dinding dan

membran sel sehingga metabolit sekunder yang berada dalam sitoplasma akan

terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa aktif akan sempurna karena

diatur lamanya perendaman (Rahayu, 2009).

Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun cengkeh 4%

Ekstrak daun cengkeh 4% diperoleh dengan melarutkan 4 ml ekstrak daun

cengkeh 100% dengan aquades steril sampai mencapai 100 ml.

Protokol penelitian pada Kelompok Kontrol I :

1. Pasien duduk rileks pada dental unit yang telah disediakan.

2. Lakukan asepsis pada daerah sekitar abses dengan Betadine 10%.

3. Pada daerah sekitar abses diolesi dengan anastesi topikal kemudian

dilakukan anastesi lokal dengan teknik infiltrasi pada gingiva atau mukosa

disekitar abses. Injeksi tidak boleh dilakukan pada rongga abses.

4. Insisi dilakukan sejajar dengan cabang nervus fasialis di dekat daerah abses

dan tidak melawan garis langerhans.

5. Garis insisi dilebarkan dengan menggunakan hemostat yang tertutup.

6. Daerah abses yang telah di insisi dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan

produk abses ke arah insisi.

Page 58: i. g. a. dewi haryani

7. Setelah semua produk abses dikeluarkan, kemudian sampel diinstruksikan

berkumur dengan air hangat 370-380C sebanyak 10 ml selama 60 detik,

lebih diarahkan ke daerah insisi kemudian larutan dibuang.

8. Dilakukan swab dengan memasukkan cotton pellet kedalam rongga abses

yang telah diinsisi.

9. Cotton pellet hasil swab dimasukkan ke dalam media TSB dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi Unud.

Protokol penelitian pada Kelompok Kontrol II :

1. Pasien duduk rileks pada dental unit yang telah disediakan.

2. Lakukan asepsis pada daerah sekitar abses dengan Betadine 10%.

3. Pada daerah sekitar abses diolesi dengan anastesi topikal kemudian

dilakukan anastesi lokal dengan teknik infiltrasi pada gingiva atau mukosa

disekitar abses. Injeksi tidak boleh dilakukan pada rongga abses.

4. Insisi dilakukan sejajar dengan cabang nervus fasialis di dekat daerah abses

dan tidak melawan garis langerhans.

5. Garis insisi dilebarkan dengan menggunakan hemostat yang tertutup.

6. Daerah abses yang telah di insisi dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan

produk abses ke arah insisi.

7. Setelah semua produk abses dikeluarkan, kemudian sampel diinstruksikan

berkumur dengan povidone iodine 1% sebanyak 10 ml selama 60 detik,

lebih diarahkan ke daerah insisi kemudian larutan dibuang.

8. Dilakukan swab dengan memasukkan cotton pellet kedalam rongga abses

yang telah diinsisi.

Page 59: i. g. a. dewi haryani

9. Cotton pellet hasil swab dimasukkan ke dalam media TSB dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi Unud.

Protokol penelitian pada Kelompok Perlakuan :

1. Pasien duduk rileks pada dental unit yang telah disediakan.

2. Lakukan asepsis pada daerah sekitar abses dengan Betadine 10%.

3. Pada daerah sekitar abses diolesi dengan anastesi topikal kemudian

dilakukan anastesi lokal dengan teknik infiltrasi pada gingiva atau mukosa

disekitar abses. Injeksi tidak boleh dilakukan pada rongga abses.

4. Insisi dilakukan sejajar dengan cabang nervus fasialis di dekat daerah abses

dan tidak melawan garis langerhans.

5. Garis insisi dilebarkan dengan menggunakan hemostat yang tertutup.

6. Daerah abses yang telah di insisi dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan

produk abses ke arah insisi.

7. Setelah semua produk abses dikeluarkan, kemudian sampel diinstruksikan

berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% sebanyak 10 ml selama 60

detik, lebih diarahkan ke daerah insisi kemudian larutan dibuang.

8. Dilakukan swab dengan memasukkan cotton pellet kedalam rongga abses

yang telah di insisi.

9. Cotton pellet hasil swab dimasukkan ke dalam media TSB dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi Unud.

Prosedur Pembiakan Bakteri :

Page 60: i. g. a. dewi haryani

1. Penghitungan jumlah koloni bakteri dihitung secara manual dari koloni

bakteri yang tumbuh. Beri tanda pada dasar petri dan dihitung jumlah koloni

bakteri.

2. Cara untuk melihat bakteri Staphylococcus aureus adalah menggunakan

pewarnaan Gram, Uji katalase dan Uji koagulase.

a. Pewarnaan Gram

Gram bertujuan untuk mengetahui kemurnian sel bakteri Staphylococcus

aureus. Preparat haposen bakteri dibuat dengan cara, mencampurkan satu

ose biak bakteri dari plat darah kambing 5% dengan setetes aquadest yang

telah diteteskan pada gelas obyek, kemudian dibuat apus setipis mungkin,

dikeringkan, dan difiksasi diatas lampu spiritus. Preparat apus ditetesi

pewarna pertama dengan karbol gentian violet selama 2 menit, warna

dibuang, ditetesi lugol selama 1 menit, kemudian preparat apus dilunturkan

dengan alkohol 95% selama 1 menit. Selanjutnya alkohol dibuang, preparat

dicuci dengan akuades dan diberi pewarna kedua dengan larutan fuschine

selama 2 menit. Warna kemudian dibuang dan dibersihkan dengan akuades,

dikeringkan dan diamati morfologi sel, serta warnanya di bawah mikroskop.

Bakteri dikelompokkan sebagai Gram positif apabila selnya terwarnai

keunguan, dan Gram negatif apabila selnya terwarnai merah (Dewi, 2013).

b. Uji Katalase

Uji katalase dilakukan dengan meneteskan hidrogen peroksida (H2 O2 )

35% pada gelas obyek yang bersih. Biakan dioleskan pada gelas obyek

yang sudah ditetesi hidrogen peroksida dengan ose. Suspensi dicampur

Page 61: i. g. a. dewi haryani

secara perlahan menggunakan ose, hasil yang positif ditandai oleh

terbentuknya gelembung-gelembung udara (Dewi, 2013).

c. Uji koagulase

Uji koagulase dilakukan dengan metode Uji slide. Uji slide atau clumping

factor digunakan untuk mengetahui adanya ikatan koagulase. Uji slide

dikerjakan dengan cara setetes aquadest steril diletakkan pada kaca benda,

kemudian satu ose biakan yang diuji, disuspensikan. Setetes plasma

diletakkan di dekat suspensi biakan tersebut, keduanya dicampur dengan

menggunakan ose dan kemudian digoyangkan. Reaksi positif terjadi

apabila dalam waktu 2-3 menit terbentuk presipitat granuler (Dewi, 2013).

a. Penghitungan jumlah bakteri Staphylococcus aureus dihitung secara

manual dari koloni bakteri yang tumbuh. Beri tanda pada dasar petri dan

dihitung jumlah bakteri Staphylococcus aureus.

Page 62: i. g. a. dewi haryani

4.9. Alur Penelitian

Populasi

Swab dengan cotton pellet

Pemeriksaan jumlah koloni bakteri dan bakteri

Staphylococcus aureus

Analisis data

Simple Random Sampling

Kelompok Kontrol I diberikan 10 ml air

hangat 37-380 C dikumur selama 60

detik

Kelompok Kontrol II diberikan

10 ml povidone iodine 1% dikumur

selama 60 detik

Kelompok Perlakuan diberikan 10 ml

ekstrak daun cengkeh 4% dikumur

selama 60 detik

Kriteria Inklusi

Sampel

Insisi abses

Page 63: i. g. a. dewi haryani

Gambar 4.3 Alur penelitian ekstrak daun cengkeh.

4.10 Analisis Data

Data dianalisis secara statistik dengan uji deskriptif, uji normalitas data, uji

homogenitas data, uji komparabilitas dan analisis kualitatif. Data hasil penelitian

ini diolah dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for

the Social Sciences (SPSS) for Windows 17.0.

Analisis hasil penelitian meliputi:

1. Analisis Deskriptif

Analisis data untuk memberikan gambaran tentang mean, standar deviasi

dan rerata data jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus yang

didapatkan dari hasil penelitian.

2. Uji Normalitas dan Homogenitas

a. Uji normalitas data jumlah koloni bakteri dilakukan dengan Uji Shapiro-

wilk karena jumlah sampel <30. Data berdistribusi normal dengan nilai

p>0,05.

b. Uji homogenitas data jumlah koloni bakteri dilakukan dengan Uji Levene

untuk mengetahui apakah varian dua buah atau lebih kelompok data sama

atau tidak. Variasi data homogen dengan p>0,05.

3. Uji Komparasi

Oleh karena data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji

statistik parametrik One Way Anova untuk membandingkan rerata jumlah

Page 64: i. g. a. dewi haryani

koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus sesudah perlakuan antar

kelompok. Terdapat perbedan rerata jumlah koloni bakteri dan bakteri

Staphylococcus aureus antar kelompok sesudah perlakuan apabila nilai

kemaknaan p<0,05 dilanjutkan dengan Uji Post-Hoc yaitu Uji Least

Significant Difference (LSD).

Page 65: i. g. a. dewi haryani

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian eksperimental dengan rancangan Post-test only control group

design, melibatkan 27 orang pasien RSGM FKG UNMAS yang menderita abses

submukus sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu

Kelompok Kontrol I yang berkumur dengan air hangat 37-38º C selama 60 detik,

Kelompok Kontrol II yang berkumur dengan povidone iodine 1% selama 60 detik,

dan Kelompok Perlakuan yang berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4%

selama 60 detik. Pada bab ini akan diuraikan analisis deskriptif, uji normalitas

data, uji homogenitas data dan uji komparasi.

5.1 Analisis Deskriptif Jumlah Koloni Bakteri dan Bakteri Staphylococcus

aureus

Data jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphyloccoccus aureus sesudah

perlakuan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran rerata,

Simpang Baku (SB), nilai minimum dan maksimum yang didapatkan dari hasil

penelitian.

Variabel Rerata SB Nilai

Maksimun Nilai

Minimum Koloni Bakteri Air Hangat 370-380C Povidone iodine 1% Ekstrak Daun Cengkeh 4% Bakteri Staphylococcus aureus

98,1 62,0 52,2

24,8 25,3 29,4

121,0 100,0 112,0

51,0 10,0 24,0

Page 66: i. g. a. dewi haryani

Air Hangat 370-380C Povidone iodine 1% Ekstrak Daun Cengkeh 4%

87,7 38,8 44,7

11,7 20,5 19,5

105,0 70,0 72,0

75,0 14,0 12,0

*SB: Simpang Baku

5.2 Uji Normalitas Data

Data koloni bakteri abses submukus dan bakteri Staphylococus aureus

sesudah perlakuan diuji normalitasnya dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk.

Hasilnya menunjukkan bahwa data koloni bakteri abses submukus dan bakteri

Staphylococus aureus berdistribusi normal (p>0,05), hasil analisis disajikan pada

Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Hasil Uji Normalitas Data Koloni Bakteri Abses submukus dan Bakteri Staphylococus aureus

Kelompok Subjek N p Ket.

Koloni bakteri abses submukus Kontrol I Koloni bakteri abses submukus Kontrol II Koloni bakteri abses submukus Perlakuan Bakteri Staphylococus aureus Kontrol I Bakteri Staphylococus aureus Kontrol II Bakteri Staphylococus aureus Perlakuan

9 9 9 9 9 9

0,138 0,280 0,128 0,184 0,460 0,964

Normal Normal Normal Normal Normal Normal

5.3 Uji Homogenitas Data

Data koloni bakteri abses submukus dan bakteri Staphylococus aureus

diuji homogenitasnya dengan menggunakan Uji Levene’s hasilnya menunjukkan

data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Homogenitas Data Koloni Bakteri Abses submukus dan Bakteri Staphylococus aureus antar Kelompok Perlakuan

46

Page 67: i. g. a. dewi haryani

Variabel F p Keterangan

Koloni bakteri abses submukus Bakteri Staphylococus aureus

0,308 1,403

0,738 0,265

Homogen Homogen

5.4 Uji Komparasi Terhadap Koloni Bakteri Abses submukus

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata koloni bakteri abses submukus

antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak daun

cengkeh selama 60 detik. Hasil analisis kemaknaan dengan Uji One Way Anova

disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4

Perbedaan Rerata Koloni Bakteri Abses submukus Antar Kelompok Sesudah Berkumur Ekstrak Daun Cengkeh Selama 60 Detik

Kelompok Subjek n Rerata Koloni Bakteri Abses

submukus SB F p

Kontrol I Kontrol II Perlakuan

9 9 9

98,11 62,00 52,22

24,84 25,29 29,42

7,43 0,003

Tabel 5.4, menunjukkan bahwa rerata koloni bakteri abses submukus

Kelompok Kontrol I adalah 98,11±24,84, rerata koloni bakteri abses submukus

Kelompok Kontrol II adalah 62,00±25,29, dan rerata Kelompok Perlakuan adalah

52,22±29,42. Analisis kemaknaan dengan Uji One Way Anova menunjukkan

Page 68: i. g. a. dewi haryani

bahwa nilai F = 7,43 dan nilai p = 0,003. Hal ini berarti bahwa rerata koloni

bakteri abses submukus pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan

berbeda secara bermakna (p<0,05).

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan Kelompok Kontrol perlu

dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji

disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Beda Nyata Terkecil Koloni Bakteri Abses submukus Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol I dan Kontrol II

Kontrol I dan Perlakuan

Kontrol II dan Perlakuan

36,11

45,89

9,78

0,008

0,001

0,443

Berbeda Bermakna

Berbeda Bermakna

Tidak Berbeda

Uji lanjutan dengan Uji Least Significant Difference–test (LSD) pada Tabel

5.5 mendapatkan hasil sebagai berikut.

1. Rerata Kelompok Kontrol I berbeda dengan Kelompok Kontrol II (rerata

Kelompok Kontrol I lebih tinggi secara bermakna daripada rerata

Kelompok Kontrol II).

2. Rerata Kelompok Kontrol I berbeda dengan Kelompok Perlakuan (rerata

Kelompok Kontrol I lebih tinggi secara bermakna daripada rerata

Kelompok Perlakuan).

3. Rerata Kelompok Kontrol II tidak ada perbedaan dengan Kelompok

Perlakuan.

Page 69: i. g. a. dewi haryani

Kelompok Kontrol II (povidone iodine 1%) dan Kelompok Perlakuan

(ekstrak daun cengkeh 4%) memiliki perbedaan koloni bakteri pada abses

submukus secara bermakna dengan Kelompok Kontrol I (air hangat 370-380C).

Kelompok Kontrol II (povidone iodine 1%) dan Kelompok Perlakuan (ekstrak

daun cengkeh 4%) tidak ada perbedaan secara bermakna, disimpulkan bahwa

ekstrak daun cengkeh 4% lebih menurunkan jumlah koloni bakteri daripada air

hangat 370-380C. Kelompok povidone iodine 1% dan Kelompok ekstrak daun

cengkeh 4% tidak ada perbedaan menurunkan jumlah koloni bakteri.

5.6 Uji Komparasi Terhadap Bakteri Staphylococus aureus

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata bakteri Staphylococus aureus

antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak daun

cengkeh 4% selama 60 detik. Hasil analisis kemaknaan dengan Uji One Way

Anova disajikan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Perbedaan Rerata Bakteri Staphylococus aureus Antar Kelompok Sesudah Berkumur Ekstrak Daun Cengkeh 4% Selama 60 Detik

Kelompok Subjek n Rerata Bakteri

Staphylococus aureus SB F p

Kontrol I

Kontrol II

Perlakuan

9

9

9

87,67

38,78

44,67

11,68

20,49

19,46

20,58 0,001

Tabel 5.6, menunjukkan bahwa rerata bakteri Staphylococus aureus

kelompok Kontrol I adalah 87,67±11,68, rerata bakteri Staphylococus aureus.

Page 70: i. g. a. dewi haryani

Kelompok Kontrol II adalah 38,78±20,49, dan rerata bakteri Staphylococus

aureus. Kelompok Perlakuan adalah 44,67±19,46. Analisis kemaknaan dengan

Uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 20,58 dan nilai p = 0,001. Hal

ini berarti bahwa rerata bakteri Staphylococus aureus pada ketiga kelompok

sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok Kontrol perlu

dilakuan Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil uji

disajikan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7

Beda Nyata Terkecil Bakteri Staphylococus aureus Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol I dan Kontrol II

Kontrol I dan Perlakuan

Kontrol II dan Perlakuan

48,89

43,00

5,89

0,001

0,001

0,486

Berbeda Bermakna

Berbeda Bermakna

Tidak Berbeda

Uji lanjutan dengan Uji Least Significant Difference–test (LSD) pada Tabel

5.7 mendapatkan hasil sebagai berikut.

1. Rerata Kelompok Kontrol I berbeda dengan Kelompok Kontrol II (rerata

Kelompok Kontrol I lebih tinggi secara bermakna daripada rerata

Kelompok Kontrol II).

Page 71: i. g. a. dewi haryani

2. Rerata Kelompok Kontrol I berbeda dengan Kelompok Perlakuan (rerata

Kelompok Kontrol I lebih tinggi secara bermakna daripada rerata

Kelompok Perlakuan).

3. Rerata Kelompok Kontrol II tidak ada perbedaan dengan Kelompok

Perlakuan.

Kelompok Kontrol II (povidone iodine 1%) dan Kelompok Perlakuan

(ekstrak daun cengkeh 4%) memiliki perbedaan bakteri Staphylococcus aureus

secara bermakna dengan Kelompok Kontrol I (air hangat 370-380C). Kelompok

Perlakuan (ekstrak daun cengkeh 4%) dan Kelompok Kontrol II (povidone iodine

4%)tidak ada perbedaan bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus

secara bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun cengkeh 4%

lebih menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus daripada air hangat 370-

380C. Kelompok povidone iodine 1% dan Kelompok ekstrak daun cengkeh 4%

tidak ada perbedaan menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus.

Page 72: i. g. a. dewi haryani

BAB VI

PEMBAHASAN

Uji efek perlakuan antara ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan

dengan pemberian ekstrak daun cengkeh 4% menggunakan Uji One Way Anova.

Rerata koloni bakteri abses submukus Kelompok Kontrol I (air hangat 37-38 0C)

adalah 98,11±24,84, rerata koloni bakteri abses submukus Kelompok Kontrol II

(povidone iodine 1%) adalah 62,00±25,29, dan rerata Kelompok Perlakuan

(ekstrak daun cengkeh 4%) adalah 52,22±29,42. Analisis kemaknaan dengan uji

One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 7,43 dan nilai p = 0,003. Hal ini

berarti bahwa rerata koloni bakteri abses submukus pada ketiga kelompok sesudah

diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Rerata bakteri Staphylococus aureus Kelompok Kontrol I (air hangat 37-

38 0C) adalah 87,67±11,68, rerata bakteri Staphylococus aureus Kelompok

Kontrol II (povidone iodine 1%) adalah 38,78±20,49, dan rerata bakteri

Staphylococus aureus Kelompok Perlakuan (ekstrak daun cengkeh 4%) adalah

44,67±19,46. Analisis kemaknaan dengan Uji One Way Anova menunjukkan

bahwa nilai F = 20,58 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata bakteri

Staphylococus aureus pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda

secara bermakna (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian pada penelitian ini didapatkan bahwa

berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah koloni

bakteri abses submukus sebesar 45,89% dan menurunkan jumlah bakteri

53

Page 73: i. g. a. dewi haryani

Staphylococcus aureus sebesar 43,01% dibandingkan berkumur dengan air hangat

dalam waktu 60 detik. Lebih lanjut didapatkan bahwa tidak ada perbedaan

penurunan jumlah koloni bakteri abses submukus dan jumlah bakteri

Staphylococcus aureus dibandingkan berkumur dengan povidone iodine 1%.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ekstrak daun cengkeh 4%

mempunyai kualitas penurunan jumlah koloni bakteri dan jumlah bakteri

Staphylococcus aureus pada pasien abses submukus dengan povidone iodine 1%.

povidone iodine 1% adalah sama efektifnya dengan obat kumur antiseptik yang

dapat digunakan untuk mengobati infeksi rongga mulut dan tenggorokan.

Mekanisme aktivitas antibakteri povidone iodine 1% adalah bekerja dengan

menghancurkan dinding sel patogen.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ekstrak daun cengkeh 4% lebih

menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus

dibandingkan dengan penurunan jumlah koloni bakteri pada abses submukus. Hal

ini membuktikan bahwa kandungan ekstrak daun cengkeh 4% terhadap bakteri

Staphylococcus aureus lebih menghambat pertumbuhan bakteri terutama bakteri

Gram positif.

Ekstrak daun cengkeh 4% dalam penelitian ini mempunyai kemampuan

setara dengan povidone iodine 1% maka diharapkan mempunyai manfaat aktivitas

antibakteri yang sama dengan povidone iodine 1%. Mengingat povidone iodine

1% mempunyai beberapa efek samping yang merugikan, maka dengan adanya

penelitian ekstrak daun cengkeh 4% diharapkan dapat digunakan sebagai salah

Page 74: i. g. a. dewi haryani

satu alternatif sebagai obat kumur yang berasal dari tumbuhan untuk membantu

penyembuhan abses submukus yang mengandung bakteri Staphylococcus aureus.

Penelitian Develas (2012), juga menyatakan bahwa obat kumur yang

mengandung minyak cengkeh 0,2% dapat menurunkan akumulasi plak dan

penyembuhan gingivitis disebabkan karena kerja kandungan eugenol pada

ekstrak minyak cengkeh sebagai antibakteri dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Gram positif dan Gram negatif. Ekstrak daun cengkeh selain sebagai

antibakteri, juga bisa sebagai antiinflamasi dan analgesik dengan menghambat

kemotaxis dari leukosit, serta menghambat biosintesis prostaglandin oleh

senyawa-senyawa fenolik sehingga peradangan dan rasa sakit pada gigi ataupun

gusi dapat dikurangi

Hasil penelitian Andries dkk. (2014), menunjukkan bahwa ekstrak

cengkeh memiliki efek anti bakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans secara in vitro. Penelitian Rahim dan Khan juga

menyatakan bahwa ekstrak minyak cengkeh dapat menghambat adhesi dari

bakteri pathogen dan juga menganggu kolonisasi bakteri pada permukaan gigi

sehingga dapat mengurangi akumulasi plak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumala dan Indriani (2008), yang

menunjukkan bahwa ekstrak daun cengkeh menunjukkan efek antibakteri

terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan

Salmonella paratyphi karena daun cengkeh mengandung minyak atsiri yang

komponen utamanya yaitu eugenol dan juga mengandung berbagai bahan lainnya

dalam jumlah yang relatif sedikit, misalnya eugenol asetat, kariofilen, furfurol,

Page 75: i. g. a. dewi haryani

dan vanillin. Bahan-bahan tersebut hampir semuanya tergolong dalam golongan

fenol yang pada dasarnya mempunyai sifat antibakteri. Ekstrak daun cengkeh

memiliki efek antibakteri spektrum luas (bakteri Gram positif dan negatif) dan

memiliki sifat hydrophobicity.

Frosch dkk. (2002), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa antibakteri

minyak cengkeh efektif melawan bakteri-bakteri, seperti Aggregatibacter

actinomycetemcomitans, Phorphyromonas intermedia, Phorphyromonas

gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Streptococcus mutans dan Streptococcus

viridians.

Nurdjanah (2004), menyatakan bahwa obat kumur yang mengandung

eugenol dari cengkeh dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans dan Streptococcus viridians. Obat kumur yang mengandung cengkeh

tercium aroma yang khas yaitu bau minyak cengkeh. Aroma tersebut ditentukan

karena adanya kandungan eugenol dalam minyak cengkeh.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diketahui ekstrak daun

cengkeh 4% mempunyai potensi yang cukup besar dalam menurunkan jumlah

koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus pada pasien abses submukus.

Hal ini tidak diragukan karena kandungan zat aktif ekstrak daun cengkeh

berkhasiat yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji fitokimia dan uji KLT

menunjukkan bahwa ekstrak daun cengkeh 4% yang digunakan dalam penelitian

ini mengandung zat aktif fenolat (+), terpenoid (+), flavonoid (+), dan tannin (+)

yang merupakan zat antibakteri.

Page 76: i. g. a. dewi haryani

Penelitian ini dan penelitian yang telah dilakukan Kumala dan Indriani

(2008), menyatakan ekstrak daun cengkeh dapat digunakan sebagai obat kumur

karena mengandung antibakteri. Mekanisme aktivitas antibakteri dalam ekstrak

daun cengkeh karena sifat eugenol yang merupakan asam lemah, dimana sebagai

asam lemah, senyawa fenolik dapat terionisasi melepaskan ion H+ dan

meninggalkan gugus sisanya yang bermuatan negatif dan kondisi bermuatan

negatif ini akan menempel pada dinding sel bakteri Gram positif sehingga dapat

menyebabkan kematian sel bakteri. Mekanisme ekstrak daun cengkeh sebagai

antiinflamasi dan analgesik adalah dengan menghambat kemotaxis dari leukosit,

serta menghambat biosintesis prostaglandin oleh senyawa-senyawa fenolik dan

mengakibatkan peradangan serta rasa sakit pada gusi maupun gigi dapat

berkurang (Develas, 2012).

Hasil penelitian ini membuktikan penggunaan obat kumur dengan ekstrak

daun cengkeh yang memiliki kandungan eugenol dapat menurunkan jumlah

koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus dalam penyembuhan abses

submukus setelah dilakukan insisi.

Page 77: i. g. a. dewi haryani

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian berkumur dengan ekstrak daun cengkeh

didapatkan simpulan sebagai berikut:

5. Berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah

koloni bakteri pada abses submukus.

6. Berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% dapat menurunkan jumlah

bakteri Staphylococcus aureus pada abses submukus.

7. Tidak ada perbedaan jumlah koloni bakteri antara berkumur dengan

Povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada abses submukus.

8. Tidak ada perbedaan jumlah bakteri Staphylococcus aureus antara

berkumur Povidone iodine 1% dan ekstrak daun cengkeh 4% pada abses

submukus.

. 7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berkumur dengan ekstrak daun

cengkeh 4% terhadap jumlah koloni bakteri Gram negatif didalam rongga

mulut.

2. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi

optimal dan waktu yang tepat untuk berkumur dengan ekstrak daun

58

Page 78: i. g. a. dewi haryani

cengkeh terhadap penurunan jumlah koloni bakteri dan jumlah bakteri

Staphylococcus aureus pada abses submukus.

Page 79: i. g. a. dewi haryani

DAFTAR PUSTAKA.

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun

Psidium Guajava L. Bioscientiae. Vol.1, No.1:8-31.

Ali, H.S., M. Kamal and S.B. Mohamed. 2009. Invitro Clove Oil Activity Againts

Periodontopathic Bacteria. Journal of Science Technology 10(1) : 1-7

Andries, J.R., Gunawan, P.N., Supit, A. 2014. Uji Efek Bakteri Bunga Cengkeh

terhadap Bakteri Streptococcus mutans Secara In Vitro. Jurnal e-GIGI,

Vol.2(2): 1-8.

Anonim, 2013. Minyak daun cengkeh. Artikel (Serial Online). Available at :

http://classa.indonetwork.co.id/4632675/clove-leaf-oil-minyak-daun-

cengkeh.htm. Accessed june 10, 2013

Ayoola, G.A., Lawore, F.M., Adelowotan, T., Aibinu, I.E., Adenipekun, E.,

Coker, H.A.B., Odugbemi, T.O,. 2008. Chemical Analysis and

Antimicrobial Activity of The Essential Oil Syigium Aromaticum (Clove).

African Journal of Microbiology Research 2 (1):14-15

Baga, I., Sanarto, Gunawan T.A., 2011. “Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit

Mangga (Mangifera indica L) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In

Vitro”(Skripsi). USU: Medan.

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.

Penerjemah: Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E.B., Salemba Medika.

Jakarta. p. 11-15.

Burt, S., 2004. Essential Oils: Their Antibacterial Properties and Potential in Food

– a Review International. Journal of Food Microbiology, 94: 223-253.

DeLeo, F.R., Diep, B.A., Otto, M. 2009. Host Defense and Patogenesis in

Staphyloccus aureus Infections. J Dent. Vol. 23(1): 17-34.

Develas, D. 2012. “ Efek Obat Kumur yang Mengandung Syzygium Aromaticum

Terhadap Gingivitis Secara Klinis” (skripsi). Jakarta: Universitas

Indonesia.

Dewi, A.K., 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus

terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)

Page 80: i. g. a. dewi haryani

Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.

Jurnal Sain Veteriner. Vol 31(2) :138-150.

Federer, W. T. 2008. Experimental Design Theory And Application, Third

Edition, Oxford and IBH Publishing Co, New Delhi Bombay Calcuta..

Fischetti, A.V., Novick, R.P., Ferreti, JJ., Portnoy, D.A., Rood, J.I. 2000. Gram

Positif. ASM: Press. Washington DC. p. 450-455.

Frosch, P.J., Johansen, J.D., Menne.T. 2002. Lyral is an Important Sensitizer in

Patients Sensitiv to Fragrances. Journal British of Dermatology.

Vol.141(6): 278-287.

Green, A.W., Flower, E.A., New, N.E., 2001. Mortality Associated with

Odontogenic Infection. British Dental Journal. Vol.190:529-530.

Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N.

2007. Mikrobiologi Kedokteran. Ed. Ke-24, Penerjemah: Nugroho & R.F.

Maulany. EGC: Jakarta. p.12-27.

Juliantina, F.R., 2008. Manfaat Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Agen Anti

Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI-Jurnal

Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. Vol.1(3):5-8.

Kumala, S., Indriani, D., 2008. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Cengkeh

(Eugenia Aromaticum L). Jurnal Farmasi Indonesia. Vol.4. (2): 82-87.

Kuriyama, T., Lewis, A.O.M., Williams, D.W., 2010. Infections of The Oral and

Maxillofacial Region, Oral and Maxillofacial Surgery. Chapter 20(2)

Wiley-Blackwell Publishing Ltd. p.467-565.

Laitupa, F., Susane, H., 2010. Pemanfaatan Eugenol dari Minyak Cengkeh untuk

Mengatasi Ranciditas Pada Minyak Kelapa.(Serial Online) Available

from:http://www.core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/1174272.pdf.

Accessed August 16,2012

Mu’nisa, A., Wresdiyati, T., Kusumorni, N., Manalu, W., 2012. Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Daun Cengkeh. Jurnal Veteriner. Vol.13, No.3: 272-

277.

Page 81: i. g. a. dewi haryani

Nuniek, N.F., Nurachmah, E., Gayatri, D., 2012. Efektivitas Tindakan Oral

Hygiene Antara Povidone Iodine 1% dan Air Rebusan daun Sirih Di

Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol. IV (1): 5-11.

Nurdjanah, Nanan. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Perspektif.

Vol.3(2):61-70.

Peterson, L.J., 2003. Principles of Management and Prevention of Odontogenic

Infections. Oral and Maxillofacial Surgery 4th . Elsevier Science Missouri.

p. 344-455.

Pramod, K., Ansari, S.H., Ali., J. 2010. Eugenol: A Natural Compound with

Versatile Pharmacological Actions. J. Natural Product Communications

5(12) : 199-206.

Prestanya, L.I., Noorhmdani, A.S., Nugrahini, Diwya. 2012. “ Uji Efektivitas

Minyak Atsiri Dari Bunga Cengkeh (Syzgium Aromaticum Linn.)

Terhadap Bakteri Streptococcus pyogenes Secara In Vitro”(skripsi).

Malang: Universitas Brawijaya.

Radji, Maksum. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &

Kedokteran. EGC. Jakarta.

Rahayu, S.S. 2009. Ekstrasi. Artikel Kimia. (Serial Online) Available from:

http://www.chem-is-try.org/materikimia/kimia-industri/teknologi-

proses/ekstraksi/. Accessed August 16,2011.

Rahayu, W.P. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Tradisional Hasil

Olahan Industri terhadap Bakteri Pathogen. Buletin Teknologi dan Industri

Pangan XI(2) : 42-48.

Rahim, Z.H and Khan, H.B. 2006. Comparative Studies On The Effect Of Crude

Aqueous (CA) and Solvent (CM) Extracts Of Clove On The Cariogenic

Properties Of Streptococcus mutans. J Oral Sci 48: 23-117.

Rifdayani, N., Budiarti, L.Y., Carabelly, A.N., 2014. Perbandingan Efek

Bakterisidal Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolia Liin) 100% dan

Povidone Iodine1% Terhadap Streptococcus mutans In Vitro. Jurnal

Kedokteran Gigi Dentino. Vol.II (1): 1-6.

Page 82: i. g. a. dewi haryani

Rochyani, L., Aprilia dan M.W. Astuti. .2007. Daya Anti Bakteri Bahan

Tumpatan Sementara Zinc Oxide Eugenol. DENTA Jurnal Kedokteran

Gigi FKG-UHT 1(2) : 96-99.

Rosalina, D., 2013. Infused Water: Gaya Hidup Sehat. CV Sahabat. Jakarta. Hal.

28-30.

Sari, N., Regina, T.C., Tandelilin, Handajani, J,. 2006. Penggunaan Ekstrak

Bunga Cengkeh (Eugenia Aromaticum) Sebagai Obat Kumur Menurunkan

Jumlah Leukosit Cairan Sulkus Gingiva Penderita Gingivitis Ringan.

Majalah Ilmu Kedokteran Gigi. X(1): 1-6.

Towaha, J., 2012. Manfaat Eugenol Cengkeh dalam Berbagai Industri Di

Indonesia. Perspektif. Vol.11. (2): 79-90.

Warbung, Y.Y., Wowor, V.N.S., Posangi, J., Daya Hambat Ekstrak Spons Laut

Callyspongia sp terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

(SerialOnline) Available from:

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/3151. Accessed

August 20,2011.

Page 83: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik

Page 84: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 2. Penjelasan yang Disampaikan Kepada Penderita Sebelum

Menandatangani Formulir Persetujuan Ikut Serta Dalam

Penelitian

PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA SEBELUM

MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA

DALAM PENELITIAN

Pendahuluan

Informed Consent pada dasarnya bertujuan menghargai hak-hak individu

guna memperoleh penjelasan yang penuh dan tepat berkaitan dengan penelitian

yang akan dijalankan sebelum membuat persetujuan dengan benar. Informed

Consent mengandung hal-hal sebagai berikut:

1. Penjelasan yang terperinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapat kebebasan untuk memutuskan

apakah akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral dan legal

penderita memiliki hak untuk itu.

Penelitian ini berjudul:

BERKUMUR EKSTRAK DAUN CENGKEH (EUGENIA AROMATICUM)

4% DAPAT MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN

BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES SUBMUKOUS

Page 85: i. g. a. dewi haryani

Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah yang saat ini

memerlukan penanganan secara komprehensif. Didalam rongga mulut merupakan

tempat berkumpulnya suatu bakteri. Kebersihan gigi dan mulut berhubungan erat

dengan penyakit infeksi pada rongga mulut. Penyakit infeksi dalam rongga mulut

disebabkan oleh bakteri yang berkembangbiak dan sistem pertahanan tubuh yang

terganggu.

Salah satu penyakit infeksi dalam rongga mulut yang merupakan penyakit

yang paling umum terjadi di masyarakat dengan prevalensi tinggi di Indonesia

dan dibeberapa negara lain adalah abses. Abses merupakan pus yang terlokalisir

akibat adanya infeksi dan supurasi jaringan. Abses bisa terjadi pada semua

struktur atau jaringan rongga mulut. Penyebab abses salah satunya adalah karies

gigi yang tidak dirawat hingga gigi mengalami nekrosis pulpa. Adanya gigi yang

nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks

gigi. Proses infeksi kemudian menyebar keruangan atau jaringan lain yang dekat

dengan gigi yang nekrosis tersebut dan membentuk fistel (Green dkk., 2001).

Abses didalam rongga mulut penyebabnya adalah bakteri flora normal dalam

mulut yaitu bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif dan

batang anaerob gram negatif. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies,

gingivitis dan periodontitis, apabila mencapai jarigan yang lebih dalam melalui

nekrosis pulpa dan poket periodontal yang dalam, maka akan terjadi infeksi

(Peterson dkk., 2003).

Page 86: i. g. a. dewi haryani

Staphylococcus aureus merupakan sebagai salah satu bakteri penyebab utama

terjadinya abses didalam rongga mulut. Staphylococcus aureus merupakan bakteri

gram positif berbentuk kokus menyerupai bola dengan garis tengah ± 1µm

tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur (menyerupai buah anggur).

Staphylococcus aureus bersifat non- motil (tidak bergerak), non spora, anaerob

fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif (Dewi, 2013).

Abses submukus merupakan salah satu abses yang paling sering ditemukan

dalam rongga mulut. Perawatan abses submukus dengan melakukan tindakan

insisi dan drainase. Dalam membantu penyembuhan abses submukus setelah

dilakukan tindakan drainase dapat diberikan obat kumur (Green dkk., 2001).

Berbagai jenis obat kumur telah beredar di masyarakat, salah satu yang

banyak digunakan yaitu obat kumur dengan kandungan povidone iodine 1%.

Dilaporkan bahwa tingkat absorpsi yodium dari povidone iodine 1% tidak baik

penggunaannya dalam jangka panjang dalam rongga mulut, karena dapat

menyebabkan sensitivitas yodium. Efek samping yang lain adalah eritema lokal,

nyeri, erosi mukosa dan risiko utama yang terkait dengan fungsi tiroid (Rifdayani

dkk., 2014)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efek berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% terhadap

penurunan jumlah koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus pada Abses

Submukous.

Page 87: i. g. a. dewi haryani

Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberi masukan dan informasi bagi perkembangan ilmu

kedokteran gigi mengenai ekstrak daun cengkeh terhadap penurunan jumlah

koloni bakteri dan bakteri Staphylococcus aureus pada Abses Submukous,

serta dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut

2. Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat tentang manfaat berkumur

dengan ekstrak daun cengkeh yang murah dan gampang didapat dalam upaya

penanggulangan penyakit Gigi dan Mulut.

Tatalaksana Penelitian

Protokol penelitian pada Kelompok Kontrol I :

1. Pasien duduk rileks pada dental unit yang telah disediakan.

2. Lakukan asepsis pada daerah sekitar abses dengan Betadine 10%.

3. Pada daerah sekitar abses diolesi dengan anastesi topikal kemudian

dilakukan anastesi lokal dengan teknik infiltrasi pada gingiva atau mukosa

disekitar abses. Injeksi tidak boleh dilakukan pada rongga abses.

4. Insisi dilakukan sejajar dengan cabang nervus fasialis di dekat daerah abses

dan tidak melawan garis langerhans.

5. Garis insisi dilebarkan dengan menggunakan hemostat yang tertutup.

6. Daerah abses yang telah di insisi dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan

produk abses ke arah insisi.

7. Setelah semua produk abses dikeluarkan, kemudian sampel diinstruksikan

berkumur dengan air hangat 370-380C sebanyak 10 ml selama 60 detik,

lebih diarahkan ke daerah insisi kemudian larutan dibuang.

Page 88: i. g. a. dewi haryani

8. Dilakukan swab dengan memasukkan cotton pellet kedalam rongga abses

yang telah diinsisi.

9. Cotton pellet hasil swab dimasukkan ke dalam media TSB dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi Unud.

Protokol penelitian pada Kelompok Kontrol II :

1. Pasien duduk rileks pada dental unit yang telah disediakan.

2. Lakukan asepsis pada daerah sekitar abses dengan Betadine 10%.

3. Pada daerah sekitar abses diolesi dengan anastesi topikal kemudian

dilakukan anastesi lokal dengan teknik infiltrasi pada gingiva atau mukosa

disekitar abses. Injeksi tidak boleh dilakukan pada rongga abses.

4. Insisi dilakukan sejajar dengan cabang nervus fasialis di dekat daerah abses

dan tidak melawan garis langerhans.

5. Garis insisi dilebarkan dengan menggunakan hemostat yang tertutup.

6. Daerah abses yang telah di insisi dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan

produk abses ke arah insisi.

7. Setelah semua produk abses dikeluarkan, kemudian sampel diinstruksikan

berkumur dengan povidone Iodine 1% sebanyak 10 ml selama 60 detik,

lebih diarahkan ke daerah insisi kemudian larutan dibuang.

8. Dilakukan swab dengan memasukkan cotton pellet kedalam rongga abses

yang telah diinsisi.

9. Cotton pellet hasil swab dimasukkan ke dalam media TSB dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi Unud.

Page 89: i. g. a. dewi haryani

Protokol penelitian pada Kelompok Perlakuan :

1. Pasien duduk rileks pada dental unit yang telah disediakan.

2. Lakukan asepsis pada daerah sekitar abses dengan Betadine 10%.

3. Pada daerah sekitar abses diolesi dengan anastesi topikal kemudian

dilakukan anastesi lokal dengan teknik infiltrasi pada gingiva atau mukosa

disekitar abses. Injeksi tidak boleh dilakukan pada rongga abses.

4. Insisi dilakukan sejajar dengan cabang nervus fasialis di dekat daerah abses

dan tidak melawan garis langerhans.

5. Garis insisi dilebarkan dengan menggunakan hemostat yang tertutup.

6. Daerah abses yang telah di insisi dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan

produk abses ke arah insisi.

7. Setelah semua produk abses dikeluarkan, kemudian sampel diinstruksikan

berkumur dengan ekstrak daun cengkeh 4% sebanyak 10 ml selama 60

detik, lebih diarahkan ke daerah insisi kemudian larutan dibuang.

8. Dilakukan swab dengan memasukkan cotton pellet kedalam rongga abses

yang telah di insisi.

9. Cotton pellet hasil swab dimasukkan ke dalam media TSB dan dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi Unud.

Risiko Penelitian dan Cara Penanggulangan

Pada saat penelitian berlangsung ada beberapa kemungkinan risiko yang

terjadi diantaranya adalah

1. Rasa haus saat penelitian berlangsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan

segera diberikan air minum setelah pengambilan swab terakhir selesai.

Page 90: i. g. a. dewi haryani

2. Adanya pemeriksaan rongga mulut untuk mengetahui letak abses

memungkinkan terjadi infeksi silang apabila ada subjek yang menderita

penyakit tertentu. Hal ini telah ditanggulangi dengan digunakannya alat

diagnosa steril pada saat pemeriksaan serta perlengkapan alat dan bahan

sterilisasi selalu siap di lokasi penelitian yaitu RSGM FKG Unmas Denpasar.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan:

1. Penelitian ini bersifat sukarela

2. Walaupun prosedur penelitian ini telah dilakukan secara cermat, apabila

terjadi ketidak nyamanan selama penelitian maka akan dirundingkan bersama

3. Penelitian ini bersifat sukarela, maka peserta penelitian dapat mengundurkan

diri jika menemukan hal-hal yang dirasa merugikan.

4. Hasil penelitian akan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan keilmuan

tidak untuk kepentingan publikasi komersial.

5. Kerahasian peserta penelitian akan dijaga dengan tidak mencantumkan nama

pada hasil penelitian.

6. Penjelasan dan surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti dan

satu untuk peserta penelitian.

Penutup

Demi terselenggaranya penelitian ini dengan baik, maka mutlak

diperlukan kerjasama yang baik antara peserta penelitian dan peneliti.

Page 91: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 3. Informed Consent

Kode:

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

................................................................................................

Umur :

................................................................................................

Jenis Kelamin :

................................................................................................

Alamat :

................................................................................................

No KTP :

................................................................................................

Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya serta memahami dan

menyadari manfaat dan risiko penelitian yang berjudul:

BERKUMUR EKSTRAK DAUN CENGKEH (EUGENIA AROMATICUM )

4% MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN BAKTERI

STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES SUBMUKOUS

Saya dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian serta mematuhi

segala ketentuan-ketentuan penelitian yang sudah saya pahami, dengan catatan

apabila pada saat penelitian merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak

membatalkan persetujuan ini.

Denpasar, ....................................

Mengetahui, Penanggung Jawab Penelitian

Drg. IGA Dewi Haryani

Menyetujui, Peserta Penelitian

(.........................................)

Page 92: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 4. Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Cengkeh

Page 93: i. g. a. dewi haryani
Page 94: i. g. a. dewi haryani
Page 95: i. g. a. dewi haryani
Page 96: i. g. a. dewi haryani
Page 97: i. g. a. dewi haryani
Page 98: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 5. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Cengkeh

Page 99: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 6. Tabulasi Data Hasil Penelitian

No Air Hangat Betadine Ekstrak Daun Cengkeh

KB SA KB SA KB SA 1 119 90 80 58 35 72 2 61 105 59 20 59 12 3 121 85 54 14 24 35 4 61 94 10 70 35 56 5 115 105 84 42 84 39 6 120 80 100 31 112 68 7 84 75 56 59 56 45 8 112 80 55 15 40 25 9 90 75 60 40 25 50

Page 100: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 6a. Abses Submukous

Gambar 6b. Anastesi Gambar 6c. Insisi

Page 101: i. g. a. dewi haryani

Gambar 6d. Hasil swab pasien Abses Submukous

Gambar 6e. Bakteri yang tumbuh di media pada Kelompok Kontrol I

Page 102: i. g. a. dewi haryani

Gambar 6f. Hasil pembacaan Gambar 6g. Bakteri pada Kelompok II dibawah mikroskop

Gambar 6h. Bakteri pada Kelompok Perlakuan

Page 103: i. g. a. dewi haryani

Lampiran 8. Hasil Uji SPSS Uji Deskriptif

Descriptives

N Mean Std.

Deviation Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower Bound

Upper Bound

KB Air Hangat 9 98.11 24.842 8.281 79.02 117.21 61 121

Povidone iodine 1% 9 62.00 25.293 8.431 42.56 81.44 10 100

Ekstrak Daun Cengkeh 4% 9 52.22 29.418 9.806 29.61 74.84 24 112

Total 27 70.78 32.519 6.258 57.91 83.64 10 121 SA Air Hangat 9 87.67 11.683 3.894 78.69 96.65 75 105

Povidone iodine 1% 9 38.78 20.486 6.829 23.03 54.53 14 70

Ekstrak Daun Cengkeh 4% 9 44.67 19.455 6.485 29.71 59.62 12 72

Total 27 57.04 27.942 5.377 45.98 68.09 12 105 Uji Normalitas dan Homogenitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KB Air Hangat .268 9 .063 .824 9 .138

Povidone iodine 1% .265 9 .069 .905 9 .280

Ekstrak Daun Cengkeh 4% .217 9 .200* .872 9 .128 SA Air Hangat .189 9 .200* .887 9 .184

Povidone iodine 1% .159 9 .200* .928 9 .460 Ekstrak Daun Cengkeh 4% .107 9 .200* .980 9 .964

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Page 104: i. g. a. dewi haryani

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

KB .308 2 24 .738

SA 1.403 2 24 .265

Uji One Way Anova

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

KB Between Groups 10516.222 2 5258.111 7.433 .003

Within Groups 16978.444 24 707.435

Total 27494.667 26 SA Between Groups 12821.407 2 6410.704 20.576 .000

Within Groups 7477.556 24 311.565 Total 20298.963 26

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

KB Air Hangat Povidone iodine 1% 36.111* 12.538 .008 10.23 61.99

Ekstrak Daun Cengkeh 4% 45.889* 12.538 .001 20.01 71.77

Povidone iodine 1% Air Hangat -36.111* 12.538 .008 -61.99 -10.23

Ekstrak Daun Cengkeh 4% 9.778 12.538 .443 -16.10 35.66

Ekstrak Daun Cengkeh 4%

Air Hangat -45.889* 12.538 .001 -71.77 -20.01

Povidone iodine 1% -9.778 12.538 .443 -35.66 16.10 SA Air Hangat Povidone iodine 1% 48.889* 8.321 .000 31.72 66.06

Ekstrak Daun Cengkeh4% 43.000* 8.321 .000 25.83 60.17

Povidone iodine 1% Air Hangat -48.889* 8.321 .000 -66.06 -31.72 Ekstrak Daun Cengkeh4% -5.889 8.321 .486 -23.06 11.28

Ekstrak Daun Cengkeh4%

Air Hangat -43.000* 8.321 .000 -60.17 -25.83 Povidone iodine 1% 5.889 8.321 .486 -11.28 23.06

Page 105: i. g. a. dewi haryani

Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

KB Air Hangat Povidone iodine 1% 36.111* 12.538 .008 10.23 61.99

Ekstrak Daun Cengkeh 4% 45.889* 12.538 .001 20.01 71.77

Povidone iodine 1% Air Hangat -36.111* 12.538 .008 -61.99 -10.23

Ekstrak Daun Cengkeh 4% 9.778 12.538 .443 -16.10 35.66

Ekstrak Daun Cengkeh 4%

Air Hangat -45.889* 12.538 .001 -71.77 -20.01

Povidone iodine 1% -9.778 12.538 .443 -35.66 16.10 SA Air Hangat Povidone iodine 1% 48.889* 8.321 .000 31.72 66.06

Ekstrak Daun Cengkeh4% 43.000* 8.321 .000 25.83 60.17

Povidone iodine 1% Air Hangat -48.889* 8.321 .000 -66.06 -31.72 Ekstrak Daun Cengkeh4% -5.889 8.321 .486 -23.06 11.28

Ekstrak Daun Cengkeh4%

Air Hangat -43.000* 8.321 .000 -60.17 -25.83 Povidone iodine 1% 5.889 8.321 .486 -11.28 23.06

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.