Top Banner
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 CIAMIS A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai tugas penting dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan nasional. Karena pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan maka pendidikan harus diselenggarakan dengan baik agar menghasilkan manusia yang tangguh bagi pembangunan nasional. Namun yang menjadi masalah yaitu mengenai kualitas pendidikanyang msih rendah. Kualitas pendidikan yang rendah di sebabkan karena kurangnya efektifitas dalam pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
36

husni (Autosaved)

Oct 20, 2015

Download

Documents

husni
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: husni (Autosaved)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN PROJECT BASED TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE NUMBER HEAD

TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 CIAMIS

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai tugas penting dalam menyiapkan sumber daya

manusia untuk pembangunan nasional. Karena pendidikan memegang peranan

yang sangat penting dalam pembangunan maka pendidikan harus

diselenggarakan dengan baik agar menghasilkan manusia yang tangguh bagi

pembangunan nasional. Namun yang menjadi masalah yaitu mengenai kualitas

pendidikanyang msih rendah. Kualitas pendidikan yang rendah di sebabkan

karena kurangnya efektifitas dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,

menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) khususnya

guru dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaranagar

pembelajaran tersebut dapat berguna. Dalam proses pembelajaran akan jauh

lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa

melupakan proses yang baik pula. Adanya metode yang kurang tepat akan

menimbulkan kejenuhan anak terhadap materi yang diajarkan. Hal ini

Page 2: husni (Autosaved)

berakibat motivasi belajar siswa, karena pembelajaran dirasakan tidak

menarik, sehingga pembelajaran itu tidak efektif.

Efektivitas dan efisiensi belajar individu di sekolah sangat bergantung

kepada peran guru. Salah satu peran yang harus dilakukan seorang guru adalah

mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses belajar mengajar.

Menurut Rohani dalam bukunya yang berjudul “ Pengelolaan Pengajaran “

Suatu pengajaran yang baik adalah apabila proses pengajaran itu

menggunakan waktu yang cukup sekaligus membuahkan hasil (pencapaian

tujuan instruksional) secara lebih tepat dan cermat secara optimal. Waktu

pengajaran yang sudah ditentukan sesuai dengan bobot materi pembelajaran

maupun capaian tujuan instruksionalnya diharapkan dapat memberikan

sesuatu yang berharga dan berhasil guna bagi peserta didik.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Menurut Ruseffendi (1992: 8) menjelaskan bahwa “faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar terdiri dari faktor dari dalam

dan faktor dari luar”. Faktor dari dalam diantaranya, kecerdasan anak,

kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, dan minat anak. Sedangkan

faktor dari luar meliputi: model penyajian materi, pribadi dan sikap guru,

suasana pengajaran, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat luas. Hal ini

sesuai dengan pendapat Morse (dalam Suma, 2010: 47) bahwa “kualitas

pendidikan pada umumnya sangat ditentukan oleh kualitas proses

pembelajaran disekolah, pilihan-pilihan pedagogis guru dalam pemilihan

model atau metode pembelajaran mempengaruhi belajar siswa.

Page 3: husni (Autosaved)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi biologi

di SMP Negeri 6 Ciamis menyatakan bahwa hasil belajar biologi siswa masih

rendah khususnya pada materi pencemaran lingkungan. Dilihat berdasarkan

Daftar Kumpulan Nilai (DKN), bahwa dari 25 orang siswa kelas VII 60%

yang nilainya dibawah 75, sedangkaan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di

sekolah tersebut adalah 75. Metode pembelajaran biologi yang diterapkan oleh

guru seringkali adalah metode konvensional. Dalam wawancara tersebut guru

juga menyimpulkan bahwa masih rendahnya minat blajar siswa ini ditandai

dengan kurangnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) dan

timbulnya suasana belajar yang tidak kondusif, karena pelajaran biologi

dianggap suatu pelajaran yang membosankan.

Banyak hal yang mungkin dilakukan dalam meningkatkan efektifitas

pembelajaran antara lain mendesain pembelajaran semenarik mungkin dengan

menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif,

menciptakan suasana ruangan kelas yang dapat menumbuhkan minat belajar

bagi siswa, juga mengatur jam pelajaran sebaik mungkin, artinya pelajaran

yang dianggap susah dan butuh konsentrasi tinggi seperti matematika, fisika,

IPA, kimia, tidak diletakkan di jam-jam pelajaran terakhir.

Salah satu dari solusi di atas yang akan akan di gunakan oleh peneliti

adalah mendesain pembelajaran semenarik mungkin dengan menerapkan

model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Menerapkan

pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat membuat siswa lebih aktif

Page 4: husni (Autosaved)

karena dengan cara diskusi, materi pelajaran dapat dibangun bersama. Hal ini

sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Wihatyane, 2012: 140) menyatakan

siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit

apabila mereka dapat mendiskusikan dengan temannya. Pengetahuan dibentuk

bersama berdasarkan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di

dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota

kelompok.

Pada hakikatnya dalam pembelajaran biologi sangat dibutuhkan suatu

kegiatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan suatu masalah, karena

tidak semua materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat dimengerti oleh

siswa jika hanya disampaikan melalui ceramah. Agar siswa dapat terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa maka perlu adanya proses pembiasaan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru sebagai

proses pembiasaan dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah

model pembelajaran Project Based Learning tipe investigasi kelompok

(Group Investigation). Project Based Learning merupakan model

pembelajaran yang dapat digunakan sebagai proses pembiasaan dalam

meningkatkan aktivitas belajar, dimana peserta didik dilibatkan secara

langsung dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengijinkan

para peserta didik untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya,

dan dapat menjadikan peserta didik yang realistis. Sedangkan investigasi

kelompok menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari

Page 5: husni (Autosaved)

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan investigasi

kelompok siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik

maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut

para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi

maupun dalam keterampilan proses kelompok.

Menurut Anwar (dalam Aisyah, 2006: 14) menjelaskan secara harfiah

investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam

fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat. Selanjutnya

Krismanto (2003: 7) mendefinisikan investigasi atau penyelidikan sebagai

kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk

mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil yang

benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Dari beberapa pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa investigasi kelompok (Group Investigation)

dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri, selain

itu keterlibatan siswa secara kreatif dapat terlihat mulai dari tahap pertama

sampai tahap akhir pembelajaran.

Selain menumbuhkan kemampuan berfikir serta meningkatkan

kreativitas siswa, agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa

maka perlu adanya proses pembiasaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Lie (2002: 40), bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

Page 6: husni (Autosaved)

pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

berbagi informasi dengan kelompok lain, memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertukar pikiran. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

Number Heads Together merupakan suatu strategi pembelajaran yang

lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas. Suhermi (2004: 43) menjelaskan bahwa numbered head together

merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Sedangkan

Kagan (dalam Foster, 2002: 11) menjelaskan numbered head together

merupakan suatu pembelajaran dengan stuktur sederhana dan terdiri atas

beberapa tahap yang digunakan untuk meriview fakta-fakta dan informasi

dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa numbered

head together adalah pembelajaran berkelompok yang setiap anggota

kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada

pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu

kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang

lainnya.

Page 7: husni (Autosaved)

Kedua model pembelajaran di atas sangat menekankan kepada

pembentukan kelompok baik berupa tim maupun berpasangan. Yang pada

dasarnya dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran karena melibatkan

siswa secara aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan suatu penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran

Project Based tipe Group Investigation (GI) dan model pembelajaran

Cooperative tipe Number Head Together (NHT) terhadap hasil belajar pada

materi pencemaran lingkungan, yang penulis tuangkan dalam bentuk karya

ilmiah dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Materi

Pencemaran Lingkungan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Project

Based Tipe Group Investigation (GI) dan Model Pembelajaran Cooperative

Tipe Number Head Together (NHT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 6

Ciamis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan

dengan menggunakan model pembelajaran Project Based tipe Group

Investigation (GI) di kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis ?

Page 8: husni (Autosaved)

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan

dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Number

Head Together (NHT) di kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada materi pencemaran

lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Project Based tipe

Group Investigation (GI) dan model pembelajaran Cooperative tipe

Number Head Together (NHT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 6

Ciamis ?

4. Jika terdapat perbedaan, model pembelajaran tipe manakah yang lebih

baik terhadap hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan

siswa kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan

dengan menggunakan model pembelajaran Project Based tipe Group

Investigation (GI) di kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan

dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Number

Head Together (NHT) di kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada materi pencemaran

lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran Project Based tipe

Group Investigation (GI) dan model pembelajaran Cooperative tipe

Page 9: husni (Autosaved)

Number Head Together (NHT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 6

Ciamis.

4. Untuk mengetahui model pembelajaran tipe manakah yang lebih baik

terhadap hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan siswa

kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

pengetahuan/wawasan baru dan sebagai dasar kajian lebih lanjut mengenai

perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Project Based tipe Group Investigation (GI) dan model

pembelajaran Cooperative tipe Number Head Together (NHT) pada siswa

kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

a. Bagi guru bidang studi, hasil penelitian ini merupakan sebuah

informasi yang penting bagi guru untuk menerapkan model dengan

tipe pembelajaran yang efektif di kelas dan menambah literatur guru

tentang model dan tipe pembelajaran.

b. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu atau

kualitas pembelajaran di sekolah khususnya di SMP Negeri 6 Ciamis.

c. Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran dengan tipe

tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan aktivitas belajar serta

Page 10: husni (Autosaved)

kreativitas berpikir siswa sehingga secara tidak langsung dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran

biologi di kelas VII SMP Negeri 6 Ciamis.

d. Bagi penulis, sebagai sarana aplikasi dalam berfikir untuk memperluas

pengetahuan tentang pembelajaran.

E. Tinjauan Teoretis

1. Belajar dan Hasil Belajar

a. Belajar

Secara umum, belajar adalah merupakan suatu aktivitas yang

menimbulkan perubahan yang relative permanen akibat dari upaya-

upaya yang dilakukannya. Belajar merupakan hal yang sangat

mendasar bagi manusia dan merupakan proses yang tidak henti-

hentinya. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan yang

mengubah pelajar dalam berbagai cara.

Menurut Trianto (2010) belajar adalah suatu perilaku pada saat

orang belajar, maka responnya akan menurun. Suprijono (2009)

menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau

kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Setelah belajar

orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Sedangkan

Lie (2004) belajar adalah pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab

individu melakukan dan mengalami perubahan tersebut. Dengan

Page 11: husni (Autosaved)

adanya interaksi dengan lingkungan maka interaksi semakin

berkembang. Secara psikologis Suprijono (2009) menjelaskan belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi lingkungannya dalam memahami

kebutuhan hidupnya, perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh

aspek tingkah laku.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatau perubahan yang relatif permanen dalam

suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau

latihan, atau dengan kata lain belajar adalah proses yang aktif suatu

fungsi dari keseluruhan lingkungan di sekitarnya. Jadi belajar adalah

perubahan tingkah laku.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Tirtonegoro (2001: 43) menjelaskan bahwa hasil belajar

adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam

periode tertentu. Sudjana (2005: 5) menyatakan hasil belajar siswa

pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan

balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku

Page 12: husni (Autosaved)

sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif,

afektif dan psikomotorik. Sedangkan Djamarah (1996: 23)

mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya, kemampuan tersebut diperoleh

melalui kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku

melalui proses belajar, maka perubahan tingkah laku disebut hasil

belajar.

Hasil belajar mengajar adalah suatu proses tentang suatu bahan

pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Intruksional Khusus

(TIK)nya dapat tercapai. Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses

belajar mengajar dianggap berhasil apabila daya serap terhadap bahan

pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara

individu maupun kelompok serta perilaku yang digariskan dalam

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) telah tercapai oleh siswa, baik

individu maupun kelompok. Namun demikian, indikator yang banyak

dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap (Djamarah

dan Zain, 2002)

Page 13: husni (Autosaved)

2. Model Pembelajaran Project Based Tipe Group Investigation (GI)

a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Depdiknas (dalam Komalasari, 2013: 70) menjelaskan bahwa

Peoject Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang

membutuhkan suatu pembelajaran komprehensif dimana lingkungan

belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan

penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi

suatu materi pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.

Sedangkan Peoject Based Learning menurut Bern dan Erickson (dalam

Komalasari, 2013: 70) merupakan pendekatan yang memusat pada

prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam

memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong

siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran dan pada

akhirnya menghasilkan karya nyata.

Dari pendapat di atas Peoject Based Learning merupakan suatu

model pembelajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke

dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian kompleks, atau dengan

kata lain project based learning merupakan pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi

peluang siswa untuk bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar

mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa

bernilai dan realistik

Page 14: husni (Autosaved)

Project Based Learning memberikan kesempatan kepada guru

untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja

proyek (Made, 2009). Kerja proyek memuat tugas-tugas yang

kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem)

yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang,

memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan

investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja

secara mandiri, tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian

dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang penulis kemukakan di

atas, dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning merupakan

pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja

mandiri dan mengkonstruk pembelajarannya (pengetahuan dan

keterampilan baru) dan mengkluminasikannya dalam produk nyata.

b. Group Investigation (GI)

Investigasi kelompok (Group Investigation) secara filosofis

beranjak dari paradigma konstruktivis, dimana terdapat suatu situasi

yang di dalamnya siswa-siswa berinteraksi dan berkomunikasi satu

sama lain dengan berbagai informasi dan melakukan pekerjaan secara

kolaboratif untuk menginvestigasi suatu masalah, merencanakan,

mempresentasikan, serta mengevaluasi kegiatan mereka. Investigasi

kelompok sesuai untuk merespon kebutuhan siswa dalam

Page 15: husni (Autosaved)

mengembangkan kemampuan belajar kolaborasi melalui kerja

kelompok, dimana kemampuan tersebut diperoleh dari pengalaman

masing-masing siswa.

Menurut Aunurrahman (2010: 151), investigasi kelompok

merupakan media organisasi untuk mendorong dan membimbing

keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa terlibat aktif dalam berbagai

peristiwa di kelas. Mereka berkomunikasi secara bebas dan

bekerjasama dalam merencanakan dan melaksanakan topik yang

mereka pilih untuk penyelidikan, mereka dapat mencapai hal yang

lebih dari mereka yang melakukannya secara individu. Hasil kerja

kelompok mencerminkan kontribusi masing-masing anggota,tetapi

secara intelektual lebih kaya dari kerja yang dilakukan secara

individual oleh siswa yang sama. Sedangkan Huda (2011: 16),

menjelaskan group investigation diklasifikasikan sebagai metode

investigasi kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat

beragam, mendorong siswa untuk mengumpulkan dan mengevaluasi

informasi dari beragam sumber, komunikasinya bersifat bilateral dan

multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit. Dalam

model group investigation, siswa memiliki pilihan penuh untuk

merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk

dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing

kelompok diberi tugas (proyek).

Page 16: husni (Autosaved)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa group investigation merupakan pembelajaran yang menekankan

pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi

(informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang

tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari

melalui sumber lain yang relevan. Siswa dilibatkan sejak perencanaan,

baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya

melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

keterampilan proses kelompok. Group Investigation dapat melatih

siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri serta dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa, keterlibatan siswa secara aktif

dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir

pembelajaran.

Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok

umumnya membagi kelas menjadi beebrapa kelompok yang

beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen,

para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi

mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian

menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara

keseluruhan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Aunurrahman

(2010: 152) yang memaparkan ciri esensial investigasi kelompok yaitu

Page 17: husni (Autosaved)

: para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki

independensi terhadap guru; kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada

upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan;

kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk

mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai

beberapa kesimpulan; serta siswa akan menggunakan pendekatan yang

beragam di dalam belajarnya.

Adapun langkah-langkah investigasi kelompok dalam

pembelajaran dikemukakan oleh Komalasari (2013: 75) yaitu seleksi

topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan sintesis,

penyajian hasil akhir, dan evaluasi.

3. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Number Head Together (NHT)

a. Model Pembelajaran Cooperative

Model pembelajaran merupakan suatu desain yang

menggambarkan rincian proses dan penciptaan situasi lingkungan

belajar yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan

lingkungan pendidkannya sehingga terjadi perubahan dan

perkembangan dalam diri siswa. Sedangkan pembelajaran kooperatif

adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam

kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

Page 18: husni (Autosaved)

Menurut Isjoni (2009: 15), pembelajaran kooperatif merupakan

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang

dengan struktur kelompok heterogen. Pendapat tersebut sejalan dengan

yang dikemukakan oleh Slavin (2010: 4) bahwa pembelajaran

kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajarn dimana

para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Sunal dan Hans (dalam Isjoni 2009: 15) menjelaskan pembelajaran

kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi

yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar

bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (dalam

Isjoni, 2009: 5) menjelaskan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling

tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,

saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan

dalam pemahaman masing-masing.

Page 19: husni (Autosaved)

b. Number Head Together (NHT)

Sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak

didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau

cooperative learning. Jadi bisa disimpulkan bahwa cooperative

learning adalah salah satu model pembelajaran gotong royong yang

memiliki sisi sosial positif. Pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,

menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Salah

satu jenis model pembelajaran kooperatif adalah tipe NHT (Numbered

Heads Together) yang merupakan sebuah variasi diskusi kelompok

dan dapat menjamin keterlibatan total semua peserta didik. Menurut

Isjoni (2009: 78) salah satu tipe yang ada dalam Cooperative Learning

adalah Numbered Head Together (NHT).

Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) merupakan

sebuah variasi diskusi kelompok. Keterlibatan total semua peserta

didik dalam model pembelajaran NHT tentunya akan berdampak

positif terhadap motivasi belajar peserta didik. Peserta didik akan

berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan

permasalahan yang disajikan oleh pendidik

Lie (2010: 59) menjelaskan penerapan NHT dalam

pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

Page 20: husni (Autosaved)

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat. Tenik ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerjasama siswa dan memudahkan dalam menelaah bahan

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa

terhadap isi pelajaran tersebut, karena NHT mempunyai kelebihan

sebagai berikut :

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

2) Mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama

mereka.

3) Tipe NHT (Numbered Head Together) ini memudahkan pembagian

tugas.

4) Dengan tipe ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab

pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan

kelompoknya.

5) Tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk

semua tingkatan usia anak didik.

Junaedi, dkk (2008:34) menyatakan bahwa NHT (Numbered

Head Together) adalah suatu metode belajar dimana setiap peserta

didik diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, setelah itu guru

memanggil nomor dari peserta didik. Pembelajaran kooperatif tipe

NHT (Numbered Head Together) ini menekankan adanya struktur

Page 21: husni (Autosaved)

khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Berdasarkan beberapa pendapat yang penulis uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa pengertian cooperative learning tipe NHT

(Numbered Head Together) adalah kegiatan belajar mengajar secara

kelompok kecil, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerjasama dalam tugas-tugas yang terstruktur dan menutut siswa

agar melaksanakan tanggungjawab pribadinya dalam keterkaitan

dengan rekan-rekan kelompoknya.

Adalah langkah-langkah cooperative learning tipe NHT

(Numbered Head Together) menurut Lie (2010:60) yaitu adalah

sebagai berikut :

1) Langkah 1 – Penomoran (Numbering)

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim

yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi nomor

sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda.

2) Langkah 2 – Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakanya. Penugasan diberikan kepada setiap siswa

berdasarkan nomornya. Misalnya siswa no.1 bertugas membaca

soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin

berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa no.2 bertugas

Page 22: husni (Autosaved)

mencari penyelesaian soal. Siswa no.3 mencatat dan melaporkan

hasil kerja kelompok.

3) Langkah 3 – Berpikir bersama (Head Together)

Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. Jika

perlu (untuk tugas yang lebih sulit), guru juga bisa mengadakan

kerjasama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari

kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang

bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa-

siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu dan

mencocokan hasil kerja mereka.

4) Langkah 4 – Pemberian Jawaban (Answering)

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk seluruh kelas.

4. Materi Pencemaran Lingkungan

F.