Top Banner

of 33

Hukum Tajwid

Jul 11, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Hukum Tajwid

2 of 33

Hukum TajwidJenis Wakaf Jenis Hamzah Level Kalkalah Nun dan Tanwin Nun dan Mim Mim Sukun Lam Sukun Pembagian Mad Pertemuan Dua Sukun Tafkhim dan Tarqiq Pertemuan

1. Jenis Wakaf Wakaf menurut etimologi berarti berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid berarti memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya. 1.1 Lazim Wakaf Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taam (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tandanya:( .) Contoh:

3 of 33

Al Baqarah 26

1.2 Jaiz Wakaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh washal (disambung) atau wakaf (berhenti). Wakaf jenis ini terbagi dua, yaitu yang terkadang disambung lebih baik dan yang terkadang berhenti lebih baik.1.2.1 Kafi Wakaf Kafi (cukup), yaitu bacaan yang boleh washal atau wakaf, akan tetapi wakaf lebih baik daripada washal. Dinamakan kafi karena berhenti di tempat itu dianggap cukup tidak membutuhkan kalimat sesudahnya sebab secara lafal sudah tidak ada kaitannya. Tandanya:( .) Al Baqarah (2) : 205

1.2.2

Tasawi

4 of 33

Wakaf Tasawi (sama), yaitu tempat berhenti yang sama hukumnya antara wakaf dan washal. Tandanya: ( .) An Nisaa (4) : 12

1.2.3 Hasan Wakaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh washal atau wakaf, akan tetapi washal lebih baik dari wakaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti di tempat itu sudah baik. Tandanya:( .) Al Maidah (5) : 8

1.3

Muraqabah

5 of 33

Wakaf Muraqabah (terkontrol) yang disebut juga ta`anuqul-waqfi (wakaf bersilang), yaitu terdapatnya dua tempat wakaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja. Al Baqarah (2) : 2

1.4 Mamnuk Wakaf Mamnuk (terlarang), yaitu berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan pengertian karena mempunyai kaitan yang sangat erat --secara lafal dan makna-- dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat seperti ini. Tandanya:( ) Al Maaidah (5) : 53

1.5 Saktah Lathifah Saktah Lathifah (berhenti sejenak), yaitu memutuskan suara (selama dua harakat) di akhir kata tanpa bernafas. Tandanya:( ) Al Kahfi (18) : 1

2. Jenis Hamzah

6 of 33

Hamzah dalam Alquran terbagi dua macam, yaitu hamzah qath`i (putus) dan hamzah washal (sambung). 2.1 Hamzah Qath`i Hamzah Qath`i, yaitu hamzah yang eksis dalam lisan sewaktu membacanya dan eksis pula dalam tulisan. Dinamakan hamzah qath`i karena pembaca memutuskan bacaan sebagian huruf tertentu dari huruf lain. Hamzah Qath`i bisa terletak di awal, di pertengahan atau di akhir kalimat. Hamzah ini juga bisa terdapat pada kata benda, kata kerja dan huruf. Aturan bacaannya harus dituturkan dengan jelas (izhar). Al Baqarah (2) : 4

2.2 Hamzah Washal Hamzah Washal, yaitu hamzah yang eksis di lisan bila terdapat di permulaan bacaan dan gugur ketika disambung. Dinamakan washal karena hamzah tersebut berfungsi sebagai penyambung dalam membaca huruf yang sukun di awal kalimat. Tandanya: Huruf shad kecil di atas alif. 2.2.1 Dibaca Fatah Jika hamzah washal terletak di awal kata benda (isim ma`rifah) yang ditandai dengan alif-lam di awal bacaan, maka hamzah tersebut dibaca fathah. Contohnya:( ) - Al Fatihah (1) : 2

2.2.2 Dibaca Kasrah Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja yang huruf keduanya berbaris fathah atau huruf ketiganya berbaris kasrah atau terletak pada bentuk mashdar dari fi`il madli, maka hamzah tersebut dibaca kasrah. Contoh,( ) ( ) ( ) Catatan: Hamzah washal sama`i (tanpa kaedah) terdapat pada tujuh kata benda, yaitu:( - - - - - -

7 of 33

) Hamzah washal yang terdapat di awal kata pada awal bacaan wajib dibaca kasrah. At-Taubah (9) : 80

2.2.3 Dibaca Damah Jika hamzah washal terletak di awal kata kerja perintah (fi`il amr) yang huruf ketiganya berbaris damah, maka hamzah tersebut dibaca damah. Contoh,( ) - Al-Araaf (7) : 55 2.2.4 Tidak Dibaca Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak dibaca karena huruf sukun berikutnya berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan demikian hamzah washal tidak lagi dibutuhkan karena itu hamzah tersebut tidak dibaca pada saat disambung. Hamzah Washal, dibaca fathah, kasrah atau damah jika berada di permulaan bacaan. Jika hamzah washal terletak di tengah-tengah kalimat, seperti:( ,( ,) ) maka hamzah tersebut tidak dibaca sama sekali, karena penyebutannya ketika itu tidak ada urgensinya. Al Baqarah(2) : 72

3. Level Kalkalah Kalkalah menurut etimologi berarti getaran. Menurut istilah tajwid berarti getaran suara yang terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam

8 of 33

aspirasi suara yang kuat, baik sukun asli atau pun tidak. Huruf kalkalah ada lima, yaitu huruf-huruf yang tergabung dalam( ) yaitu: huruf , , , dan . Syarat kalkalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf kalkalah.

3.1 Rendah Level kalkalah yang paling rendah terjadi apabila huruf kalkalah terletak di tengahtengah kata. Seperti huruf qaf pada kalimat.( ) Yaasiin(36) : 54

3.2 Sedang Level kalkalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut tidak bertasydid. Seperti huruf Thaa pada kalimat.( ) Hud(11) : 92

3.3 Keras Level kalkalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut bertasydid. Seperti huruf qaf pada.( ) Al Baqarah(2) : 176

4.

Nun dan Tanwin Nun sukun, : yaitu nun yang berbaris sukun yang bacaannya tergantung9 of 33

dengan huruf yang datang berikutnya. Nun tanwin (baris dua), yaitu nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan tempat berhenti. Tandanya: Dua damah( ), dua fathah( )atau dua kasrah( ). Nun sukun yang terjadi dari tanwin ini diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara membacanya. Catatan: Apabila ada nun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah washal, maka kedua-duanya tidak boleh dibaca dengan izhar, idgham, iqlab atau ikhfa, akan tetapi harus dibaca kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, kecuali huruf nun pada( --) anggota huruf jar--, maka nun tersebut harus dibaca fathah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris fathah. Catatan lain: Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nun sukun atau tanwin hanya terjadi pada waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu wakaf (berhenti). 4.1 Iqlab Iqlab menurut etimologi berarti merubah sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim). Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan tuturan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa. An Nahl(16) : 66

4.2 Idgham Idgham menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid berarti memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Idgham terbagi dua: - Idgham Bighunnah (disertai dengung) - Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung). Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari dua kata. Huruf-huruf idgham ada enam, yaitu yang tergabung dalam kalimat( .)

4.2.1

Idgham bighunnah Idgham bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat( ,) yaitu: , , dan . Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada dua tempat, yaitu: pada ayat ( ) dan( ) yang harus dibaca izhar mutlak,

10 of 33

berbeda dengan kaedah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh. Al Baqarah(2) : 58

4.2.2

Idgham bila ghunnah Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu:( ) dan( .) Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunnah kecuali nun yang terdapat pada ayat( ,) karena di sini harus dibaca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham. Al Baqarah(2) : 25

5. Nun dan Mim Nun dan mim bertasydid, yaitu setiap nun atau mim yang bertasydid. Huruf yang bertasydid pada dasarnya berasal dari dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. 5.1 Mim Tasydid

11 of 33

Mim bertasydid berasal dari dua mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama dimasukkan/berassimilasi ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum mim tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Mim yang bertasydid juga disebut tasydidul ghunnah. AzZumar(39) : 4

5.2 Nun Tasydid Nun bertasydid berasal dari dua huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama dimasukkan/berassimilasi ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang bertasydid. Hukum nun tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Nun yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah. AtTakaatsur (102) : 6

6. Mim Sukun Mim Sukun, yaitu mim yang tidak berharakat. Mim semacam ini bisa terdapat sebelum semua huruf hijaiah kecuali tiga huruf mad( ) , , untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun.6.1 Izhar Syafawi Izhar Syafawi menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada izhar karena ketepatan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar. Izhar Syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiah selain huruf mim dan ba. Catatan: Jika terdapat huruf wau dan fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya, karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara makhraj huruf mim dengan huruf fa sangat berdekatan. AlFajr(89) : 6

12 of 33

6.2 Ikhfa Syafawi Ikhfa Syafawi menurut ethimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf yang sifatnya antara izhar dan idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung. Dinamakan syafawi karena huruf mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba. Ath Thuur(52) : 20

6.3 Idgham mitslain Idgham mitslain shaghir menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Idgham mitslain shaghir mempunyai satu huruf, yaitu mim. Al Waaqiah(56) : 81

7. Lam Sukun Huruf lam yang sukun dalam Alquran terbagi dalam tiga macam: Lam Takrif, lam fi`il dan lam huruf. 7.1 Lam Takrif Yang dimaksudkan dengan alif-lam takrif adalah alif-lam yang masuk pada kata benda merupakan tambahan dari bentuk dasarnya, baik kata benda tersebut bisa berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata( ) atau pun tidak bisa berdiri sendiri seperti kata( .)

13 of 33

Penambahan alif dan lam pada( ) adalah wajib karena kedua huruf itu tidak bisa dipisahkan dari kata benda tersebut. Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti( ) dan wajib izhar, jika terdapat setelahnya ya, seperti( ) atau hamzah, seperti( .) 7.1.1 Lam Qamariah Lam qamariah mempunyai empat belas huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( .) Hukum lam qamariah adalah izhar, sebab jarak antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariah tersebut berjauhan. At Takwiir(81) : 3

7.1.2

Lam Syamsiah Lam syamsiah mempunyai empat belas huruf, yaitu yang terdapat pada awal kata dari kalimat:( // / / / / / / / / / .) / Hukum lam syamsiah adalah idgham, sebab makhraj kedua lamnya sama, sedangkan jarak antara makhraj lam syamsiah dengan makhraj huruf-huruf syamsiah lainnya berdekatan. An Naaziaat(79) : 1

7.2 Lam Fi'il Lam fi`il adalah lam sukun yang terdapat pada kata kerja (fi'il), baik bentuk lampau (fi'il madli), bentuk sekarang (mudlori') atau bentuk perintah (amar), baik di pertengahan atau di akhir kata. 7.1.3 Idgham Jika setelah lam fi`il terdapat huruf ra atau lam, maka harus dibaca idgham. Al Israa (17) : 95

14 of 33

7.1.4

Izhar Sebaliknya, jika setelah lam fi`il terdapat selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar. Hud(11) : 81

7.3 Lam Huruf Yang dimaksud dengan lam huruf adalah lam sukun yang terdapat pada huruf. Ini hanya terdapat pada( ) dan( ) saja, tidak terdapat pada kata lain dalam Alquran. 7.2.1 Idgham Jika setelah huruf lam terdapat ra atau lam, maka harus dibaca idgham, kecuali pada ayat( ) yang harus dibaca izhar karena adanya saktah yang merupakan penghalang terjadinya assimilasi suara. Al Baqarah(2) : 116

15 of 33

7.2.2

Izhar Jika setelah lam terdapat selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar. Al Maa-idah(5) : 112

8. Pembagian Mad Mad menurut etimologi berarti tambahan. Menurut istilah tajwid berarti memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada tiga, yaitu alif, wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris damah, sebelum ya berbaris kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut dengan huruf layin. 9.1 Mad Asli Mad Tabii atau mad asli, yaitu bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun. Dinamakan tabii karena mad tersebut merupakan sesuatu yang tabii (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya sepanjang dua harakat. 8.1.1 Ketika Wakaf dan Washal Huruf mad tetap eksis di saat washal atau wakaf, baik huruf mad itu terletak di tengah seperti pada kata( ) ( ) atau di akhir seperti pada kata( .) Syarat mad tabii adalah tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf mad tersebut. Al Muthaffifiin(83) : 26

8.1.2

Ketika Washal Mad asli atau tabii bisa terjadi pada shilah shughra, yaitu huruf wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang

16 of 33

terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah. Agar ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara dua huruf yang berharakat, seperti( .) ( ) Dalam hal ini, wau dan ya dibaca panjang, dua harakat (dengan syarat tidak terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf tidak dibaca panjang. Abasa (80) : 35

8.1.3

Ketika Wakaf Mad asli atau tabii bisa juga terjadi pada huruf mad yang eksis ketika wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti( ,) jika berhenti pada huruf alif( .) Hal mana mad akan hilang bila disambung dengan kata sesudahnya. Abasa (80) : 26

9.2 Mad Far`i Mad Far`i adalah mad yang merupakan tambahan terhadap mad tabii karena salah satu dua sebab, yaitu hamzah dan sukun. 9.2.1 Muttashil Mad Muttashil (bersambung), disebut mad muttashil bila dalam satu kata bertemu mad tabii dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad tabii bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Mad muttasil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya sepanjang empat harakat atau lima harakat atau enam harakat ketika berhenti. Ar Rad(13) :21

17 of 33

9.2.2

Munfashil Mad Munfashil (terpisah), disebut mad munfashil bila mad tabii bertemu dengan huruf hamzah di kata berikutnya. Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda. Aturan membacanya boleh sepanjang dua harakat, empat harakat atau lima harakat menurut Imam Hafsh. Termasuk mad munfashil adalah shilah kubra, yaitu bila wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat washal, sedangkan di saat wakaf tidak dibaca panjang. Ali Imran(3) : 147

9.2.3

Aridh Mad Aridh, disebut mad aridh bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan aridh karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika diwashal dia tetap sebagai mad tabii. Aturan membacanya boleh tiga macam; pendek (dua harakat),sedang (empat harakat), panjang (enam harakat). Contoh,( .) Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin ketika wakaf. Contoh, ( .) Dinamakan mad layin (lembut) karena pengucapannya lembut dan mudah. Al Fajr (89) : 6

9.2.4

Badal Mad Badal, disebut mad badal bila huruf hamzah terdapat sebelum mad tabii di dalam satu kata (setelah mad tidak ada lagi hamzah atau sukun). Dinamakan mad badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, di mana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena

18 of 33

bertemunya dua hamzah dalam satu kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan bacaan. Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf alif seperti( ) asalnya( ,) jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua diganti menjadi huruf ya seperti( ,) asalnya( ,) jika huruf yang pertama berbaris damah, maka huruf yang kedua diganti menjadi huruf wau seperti( ) asalnya( .) Aturan membacanya adalah sepanjang dua harakat seperti mad tabii. Ali Imran(3) : 173

9.2.5

Lazim Mad Lazim, disebut mad lazim adalah bila mad tabii bertemu dengan sukun yang tetap eksis baik dalam keadaan washal atau wakaf, baik dalam satu kata atau pun tidak. Dinamakan lazim (harus) karena mad tersebut harus dibaca enam harakat dan karena keharusan eksisnya sukun, baik ketika washal atau pun wakaf. 8.2.5.1 Lazim Mutsaqqal Harfi Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah mad tabii yang bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah satu huruf hijaiah yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiah yang terletak di awal beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya karena adanya tasydid pada sukun tersebut. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Contohnya ialah huruf lam dalam( .) Al Baqarah(2) : 1

19 of 33

8.2.5.2 Lazim Mukhaffaf HarfiMad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah mad tabii yang bertemu dengan sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak bertasydid. Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contohnya huruf mim dalam( .) Catatan: Huruf hijaiah yang terdapat di permulaan surat ada empat belas huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( ). Ini terbagi ke dalam empat bagian. Pertama yang jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada tujuh huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( ) kecuali huruf `ain. Bagian pertama ini aturan membacanya sepanjang enam harakat. Kedua yang jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf layin terletak di tengah-tengah, yaitu huruf `ain. Bagian kedua ini boleh dibaca sepanjang empat atau enam harakat. Ketiga yang jumlah hurufnya ada dua, di mana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya ada lima, yaitu yang tergabung dalam kalimat:( .) Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan mad tabii, yaitu sepanjang dua harakat. Keempat yang jumlah hurufnya ada tiga dan tidak terdapat huruf mad di tengahtengahnya. Hurufnya hanya satu, yaitu alif. Aturan membacanya adalah biasa tidak terdapat mad. Al Baqarah(2) : 1

8.2.5.3 Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad tabii yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid pada huruf yang sukun. Contohnya huruf alif dalam:( ) dari firman Allah Taala( ) Ali Imran (3) : 61

20 of 33

8.2.5.4 Lazim Mukhaffaf Kalimi Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi, yang dimaksud dengan istilah ini adalah mad tabii yang bertemu dengan huruf yang sukun (tetapi tidak bertasydid) dalam satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah, sebagai akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Dinamakan kilmi (kata) karena sukun asli dan mad tabii itu terdapat dalam satu kata. Contohnya kata( ) pada dua tempat dalam surat Yunus, masing-masing pada ayat 51 dan 91. Yunus(10) : 51

9. Pertemuan Dua SukunSesuai aturan dalam bahasa Arab, jika dua huruf yang sukun bertemu, maka harus dilakukan salah satu dari dua cara, yaitu membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan catatan pemberian harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja.

9.1 Membuang Yang Pertama Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan) bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap eksis. Contohnya( .) Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus. Hal

21 of 33

ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal baik waktu washal atau wakaf. Seperti huruf ya yang dibuang pada kata( ) dalam ayat( .) Ali Imran(3):5

9.2 Mengharakati Yang Pertama Alternatif kedua dalam menghindari bertemunya dua huruf yang sukun adalah dengan memberi harakat fathah, kasrah atau damah kepada huruf yang pertama sesuai ketentuan yang berlaku. 9.2.1 Kasrah Huruf yang sukun pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama, sementera yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini huruf yang pertama diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan. Contohnya( ) yang tidak bisa diberi baris fathah atau damah. Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin yang terdapat pada kata( ) dalam ayat( .) Demikian juga huruf lam yang terdapat pada kata( ) yang terdapat dalam surat Al-Hujurat. Karena huruf tersebut terletak di antara dua hamzah washal. Oleh sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari bertemunya dua sukun. An Nisaa(4):66

22 of 33

9.2.2

FatahHuruf yang sukun pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama nun pada huruf jar( ) jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( .) Kedua ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama) jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( .) Al Baqarah(2):40

9.2.3

Damah Huruf yang sukun pertama diberi damah. Hal ini terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama wau layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( .) Kedua huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya( .) Al Baqarah(2):94

10. Tafkhim dan TarqiqDilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis)-nya, maka huruf hijaiah terbagi tiga. Pertama huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti`la'(huruf-huruf yang terjadi dengan menaikkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya). Kedua huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang dibaca tipis sesuai posisi huruf dalam ayat, yaitu (huruf lam pada lafal Allah dan huruf ra). Ketiga huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal (yaitu huruf-huruf yang terjadi dengan menurunkan sebagian besar lidah ketika menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra.

23 of 33

10.1

Level TafkhimTafkhim menurut etimologi berarti menebalkan atau menggemukkan. Menurut istilah tajwid berarti gambaran tentang tebalnya bunyi huruf seakan-akan bunyi tersebut bagaikan memenuhi semua rongga mulut. Hurufnya ada tujuh, yaitu yang tergabung dalam kalimat ( .)

10.1.1 PertamaTingkatan pertama adalah jika huruf tafkhim berbaris fathah bertemu dengan huruf alif. Contohnya( .) Al Qiyaamah(75):3

10.1.2 Kedua Tingkatan kedua adalah jika huruf tafkhim berbaris fathah tidak bertemu dengan huruf alif. Contohnya( .) At Tahriim(66):10

10.1.3 Ketiga

24 of 33

Tingkatan ketiga adalah jika huruf tafkhim berbaris damah. Contohnya( .) Qaaf(50):1

10.1.4 Keempat Tingkatan keempat adalah jika huruf tafkhim itu sukun. Contohnya( .) Al Jaatsiyah(45):22

10.1.5 Kelima Tingkatan kelima adalah jika huruf tafkhim itu berbaris kasrah. Contohnya( .) Adz Dzaariyaat(51):6

10.2

Lihat Konteksnya Huruf-huruf ada yang terkadang dibaca tarqiq dan terkadang dibaca tafkhim sesuai dengan kondisi hurufnya. Hurufnya ada tiga, yaitu pengecualian dari kelompok huruf istifal, masing-masing alif-lam pada lafal Allah dan ra. 10.2.1 Tafkhim

25 of 33

Tafkhim huruf lam pada lafal Allah dan ra. Pertama lam dibaca tafkhim jika terdapat setelah huruf tafkhim yang lain, seperti( ) Kedua lam pada lafal Allah dibaca tafkhim jika terdapat setelah huruf yang berbaris fathah dan damah atau terdapat di permulaan kata. Contohnya( , ( ) ) dan( .) Ketiga ra yang selalu dibaca tafkhim pada tiga kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris fathah, baik terletak di awal, di tengah-tengah atau di akhir kata. (Dengan syarat dalam keadaan washal). Contohnya( .) - - Kedua jika ra itu berbaris damah. Contohnya( .) - Ketiga jika ra itu sukun dan huruf yang sebelumnya berbaris fathah, damah atau kasrah (asli) dan sesudahnya terdapat huruf isti`la', atau huruf sebelumnya berbaris kasrah (bukan asli akan tetapi karena sebab lain). Contohnya( ) - - - Al Jin(72):19

10.2.2 Tarqiq Tarqiq huruf lam pada lafal Allah dan ra. Pertama lam dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf tarqiq yang lain, seperti( ) Kedua lam pada lafal Allah dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf yang berbaris kasrah, baik huruf tersebut bersambung dengan lam tersebut dalam satu kata atau pada kata lain. Contohnya( .) ( , ) Ketiga ra dibaca tarqiq pada tiga kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris kasrah. Contohnya( .) - Kedua jika ra itu sukun dan huruf sebelumnya berbaris kasrah (asli) dan tidak ada huruf isti`la' sesudahnya. Contohnya( .) Ketiga jika ra itu sukun (karena wakaf) dan terdapat setelah huruf ya mad atau ya layin. Contohnya( ) dan( .) Al Faatihah(1):1

10.2.3 Tafkhim lebih baik

26 of 33

Ra boleh dibaca tafkhim dan boleh tarqiq, akan tetapi tafkhim lebih baik. Yang demikian terjadi pada dua hal: Pertama jika ra itu sukun (ketika wakaf) dan huruf sebelumnya berbaris fathah atau damah. Contohnya( .) ( ) Kedua jika ra itu sukun (ketika wakaf), huruf sebelumnya sukun juga dan didahului oleh huruf yang berbaris fathah atau damah (yang kalau diwashal berbaris kasrah). Contohnya( .) ( ) Catatan: Bagi yang membaca tarqiq dapat beralasan karena adanya kasrah yang terdapat sebelumnya, tidak melihat kepada huruf isti`la' yang terdapat sesudahnya. Sedangkan alasan orang yang membaca tafkhim adalah karena melihat kepada sukun yang terjadi karena sebab tertentu dan tidak melihat keadaannya ketika diwashal. Al Qamar(54):23

10.2.4 Tarqiq lebih baik Ra boleh dibaca tafkhim, boleh tarqiq, akan tetapi tarqiq lebih baik. Yang demikian terjadi pada tiga hal: Pertama jika ra itu sukun ketika wakaf dan sesudahnya terdapat huruf ya yang terpaksa dibuang untuk meringankan bacaan. Contohnya kata( ) dalam firman Allah swt.( ) asalnya( .) Dalam hal ini, ya terpaksa dibuang untuk meringankan bacaan. Kedua jika ra itu sukun, terdapat sesudah huruf yang berbaris kasrah (ketika wakaf) dan di antara keduanya ada huruf isti`la'. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat pada satu tempat saja, yaitu kata( ) pada ayat( .) Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena diwashal, sedangkan yang membaca tafkhim beralasan, karena melihat pada sukun yang terjadi karena sebab tertentu (wakaf). Ketiga jika ra itu sukun, huruf sebelumnya berbaris kasrah dan sesudahnya terdapat huruf isti`la' yang berbaris kasrah. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat satu saja, yaitu kata( ) pada ayat( .) Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena melihat kepada kasrah yang terdapat sebelum, tidak melihat kepada huruf isti`las' yang datang setelahnya, karena berbaris kasrah. Bagi yang membaca tafkhim beralasan, karena melihat kepada huruf isti`la' yang datang setelah ra itu, tidak melihat kepada kasrah yang terdapat sebelumnya juga tidak melihat kepada huruf isti`la' yang berbaris kasrah. Asy syaraa(26):6327 of 33

10.2.5 Imalah Hukum imalah (condong) hanya khusus bagi huruf ra saja. Dalam keadaan seperti ini ra dibaca tarqiq, karena baris fathah condong ke baris kasrah dan huruf alif condong ke huruf ya. Kasus seperti ini di dalam Alquran hanya ada satu saja, yaitu kata( .) HUD(11):41

10.3

Tarqiq Tarqiq menurut etimologi berarti menipiskan. Menurut istilah tajwid berarti gambaran dari perubahan yang terjadi pada bunyi huruf yang mengakibatkan bunyi tersebut tidak memenuhi mulut. Huruf tarqiq adalah semua huruf hijaiah selain huruf tafkhim( ) dan huruf-huruf yang dibaca tafkhim atau tarqiq sesuai kondisi (alif, lam pada lafal Allah dan ra).Al Lahab(111):1

11. Pertemuan

28 of 33

Pertemuan antara dua huruf, baik secara lafal atau pun tulisan dapat terbagi ke dalam empat kasus, yaitu mitslain (identik), mutaqaribain (mirip-berdekatan), mutajanisain (sejenis) dan mutaba`idain (berbeda-berjauhan). Dalam konteks ini tidak dibahas hukum mutaba`idain, karena target yang ingin dicapai di sini adalah dapat mengetahui huruf-huruf yang wajib diidghamkan dan yang tidak. Hal ini tidak didapati dalam mutaba`idain. Catatan: Hukum izhar dan idgham pada mitslain, mutaqaribain dan mutajanisain hanya terjadi pada huruf pertama saja, bukan pada huruf yang kedua.

11.1

Mitslain Mitslain adalah dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya, seperti dua huruf ba atau dua huruf ta. 11.1.1 Shaghir Mitslain Shaghir, disebut mitslain shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan saghir (kecil) karena huruf pertama sukun dan yang kedua berharakat, sehingga mudah diidghamkan. Aturan bacaannya: Wajib idgham kecuali jika huruf yang pertama mad, maka wajib dibaca izhar, seperti( ,) atau huruf pertama ha saktah, maka wajib dibaca izhar, karena adanya saktah tersebut menghalangi terjadinya asimilasi (idgham). Seperti ayat( .) Al Baqarah(2):60

11.1.2 Kabir Mitslain Kabir, disebut mitslain kabir,bila huruf pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena harakat jumlahnya lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya: Wajib izhar kecuali pada ayat( ,) yang hukumnya idgham disertai isymam, yaitu memonyongkan dua bibir ke depan di waktu menyebut nun yang sukun pertama dan mengidghamkannya kepada nun yang kedua. Hal ini dimaksudkan untuk

29 of 33

menunjukkan bahwa baris asal dari nun itu adalah damah.( ) asalnya( ) di mana nun pertama diidghamkan ke dalam nun kedua, maka jadilah( .) Al Baqarah(2):131

11.1.3 Mutlak Mitslain Mutlak, disebut mitslain mutlak bila huruf yang pertama berharakat dan huruf yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat ahli-ahli qiraat. Al Baqarah(2):106

11.2

Mutaqaribain Mutaqaribain, disebut mutaqaribain bila bertemu dua huruf yang makhraj dan sifatnya mirip, atau salah satu dari makhraj dan sifatnya saja. 11.2.1 Shaghir Mutaqaribain Shaghir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya adalah izhar (menurut Imam Hafsh dan Imam qiraat lainnya). Khusus mengenai lam dan ra bila bertemu, maka wajib dibaca idgham menurut kesepakatan ahli qiraat. Contohnya( ) - kecuali pada( .) , Aturan bacaannya ialah izhar karena adanya saktah (menurut Imam Hafsh ) yang menghalangi terjadinya proses asimilasi/idgham.

30 of 33

Al Anfaal(8):48

11.2.2 Kabir Mutaqaribain Kabir, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf yang pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan jumlah harakat lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar. Yusuf(12):33

11.2.3 Mutlak Mutaqaribain Mutlak, yang dimaksud dengan istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya ialah wajib izhar. Yusuf(12):10

31 of 33

11.3 Mutajanisain Mutajanisain, disebut mutajanisain bila dua huruf bertemu di mana makhrajnya sama, sedangkan sifatnya berlainan, seperti huruf dal dan ta. 11.3.1 Shaghir Mutajanisain Shaghir, disebut mutajanisain shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Aturan bacaannya ialah wajib izhar, kecuali pada enam tempat yang harus dibaca idgham, yaitu: 1. Huruf ba dan sesudahnya huruf mim pada ayat( 2 (. Huruf ta dan sesudahnya huruf dal, seperti( 3 ( . Huruf ta dan sesudahnya huruf tha, seperti( 4 ( . Huruf tha dan sesudahnya huruf dzal, seperti( 5 ( . Huruf dal dan setelahnya huruf ta, seperti( 6 ( .Huruf dzal dan sesudahnya huruf zha, seperti( .) Adapun huruf tha yang sesudahnya huruf ta, seperti( ) aturan bacaannya adalah idgham naqish menurut kesepakatan ahli qiraat. Al Hijr(15):7

11.3.2 Kabir Mutajanisain Kabir, disebut mutajanisain kabir bila kedua hurufnya berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena persentase huruf yang berharakat lebih besar dari huruf yang sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar. Ali Imran(2):7

32 of 33

11.3.3 Mutlak Mutajanisain Mutlak, disebut mutajanisain mutlak, bila huruf yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya ialah wajib izhar. Yunus(10):106

33 of 33