Top Banner
i HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta DEWI FATMAWATI 2213012 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017
55

HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

Apr 13, 2019

Download

Documents

vodiep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

i

HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI

SOSIAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING I

SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

DEWI FATMAWATI

2213012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

ii

Page 3: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

iii

Page 4: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Status Kognitif Lansia dengan Interaksi Sosial di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta”.

Skripsi ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai

pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku ketua prodi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta.

3. Fajriyati Nur Azizah, M.Kep.,Sp.Kep.J sebagai dosen penguji skripsi yang

telah banyak memberikan masukan pada penyusunan skripsi ini.

4. Anastasia Suci Sukmawati, MNg selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi.

5. Seluruh Dosen & Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan.

6. Kepala UPT Puskesmas Gamping I Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

7. Ayah, Ibu, Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan limpahan

cinta, do‟a dan semangat kepada penulis.

8. Semua Sahabatku tercinta di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan do‟a, dorongan, dan

motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Responden yang telah bersedia mengikuti penelitian ini, sehingga

dapat terselesaikan penyusunan skripsi ini.

Page 5: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

v

Page 6: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

vi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ……………………..………………………………….. i

HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………. ii ii

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vi

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… x

INTISARI …………………………………………………………………… xi

ABSTRACT …………………………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 5

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 5

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 5

E. Keaslian Penelitian ………………………………………………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia ……………………………………………………… 11

B. Kognitif ………………………………………………………….. 19

C. Interaksi Sosial …………………………………………………... 25

D. Kerangka Teori …………………………………………………. 32

E. Kerangka Konsep Penelitian …………………………………….. 33

F. Hipotesis ………………………………………………………… 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian ……………………………………………… 34

B. Tempat dan Waktu Penelitianb …………………………………. 34

C. Populasi dan Sampel …………………………………………….. 34

D. Variabel Penelitian ……………………………………………… 36

E. Definisi Operasional …………………………………………….. 38

F. Alat dan Pengumpulan Data……………………………………… 39

G. Validitas dan Reliabilitas ………………………………………… 40

H. Analisa dan Model Statistik ……………………………………… 41

I. Etika Penelitian ………………………………………………….. 44

J. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………… 45

Page 7: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ……………………………………………………………... 48

B. Pembahasan ……………………………………………………… 53

C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 65

B. Saran …………………………………………………………….. 65

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………………………… 38

Tabel 3.2 Koefisien Korelasi ………………………………………………... 43

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia ………………………… 50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Kognitif Lansia ……………………... 51

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial ……………………………… 51

Tabel 4.4 Uji Tabulasi Silang ……………………………………………….. 52

Page 9: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Teori………………………………………………….. 32

Gambar 2.2 Kerangka Konsep…………………………..……………………. 33

Page 10: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner Kognitif

Lampiran 4 Kuesioner Interaksi Sosial

Lampiran 5 Jadwal Penelitian

Lampiran 6 Hasil SPSS Penelitian

Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian

Lampiran 9 Surat Etik Penelitian

Lampiran 10 Jadwal Bimbingan Skripsi

Page 11: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

xi

HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI

SOSIAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING I

SLEMAN YOGYAKARTA

INTISARI

Dewi Fatmawati1,

Anastasia Suci Sukmawati2

Latar Belakang: Penurunan fungsi tubuh seiring dengan proses menua dapat

menyebabkan permasalahan pada lansia, salah satunya adalah gangguan status

kognitif. Dengan terjadinya penurunan kesehatan dan kemampuan fisik akan

mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan

masyarakat sekitar.

Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan status kognitif lansia dengan interaksi

sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah non-eksperimen dengan

pendekatan kuantitatif cross sectional. Pengambilan sampel dengan cara simple

random sampling dengan jumlah 97 lansia. Analisis statistik menggunakan uji

kendall’s tau dengan tingkat kepercayaan p<0,05. Instrumen penelitian

menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ), dan

kuesioner interaksi sosial. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gamping I Sleman Yogyakarta.

Hasil: Ada hubungan antara status kognitif lansia dengan interaksi sosial di

Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta dengan nilai p-value =

0,001 (p<0,05) dan keeratan hubungan sebesar r = 0,341 yang berarti rendah.

Kesimpulan: Ada hubungan antara status kognitif dengan interaksi sosial dengan

tingkat keeratan hubungan rendah. Semakin menurunnya status kognitif pada

lansia, maka akan semakin kurang tingkat interaksi sosial yang dilakukan oleh

lansia.

Kata Kunci: Kognitif, Interaksi Sosial, Lansia.

_____________________

1Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2Dosen S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Page 12: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

xii

The Correlation Of Elderly Cognitive Status And Social Interaction In The

Community Health Center Gamping I

Sleman Yogyakarta

ABSTRACT

Dewi Fatmawati1,

Anastasia Suci Sukmawati2

Background: Cognitive status disorder is one of the problem caused by the

ageing process. The decrease of health status and physical ability affecting the

social interaction of older people. They slightly limit the interaction with people

because of the physical limitation.

Objective: To know the corelation of cognitive status of elderly and social

interaction in The Community Health Center Gamping I Sleman Yogyakarta.

Research Methods: The design of the research was non-experimental study with

a cross sectional quantitative approach. Sampling technique used was simple

random sampling with number 97 elderly. Statistical analysis using kendall's tau

test with confidence level p <0,05. The Short Portable Mental Status Questionnare

(SPMSQ) and social interaction quetionnaire were used in this research. The

study conducted in the Community Health Center Gamping I Sleman Yogyakarta.

Result: There is correlation between cognitive status of elderly and social

interaction in the Community Health Center Gamping I Sleman Yogyakarta with

p-value = 0,001 (p <0,05) and coefficient correlation r = 0,341 is low category.

Conclusion : There was a correlation between cognitive status and social

interaction. The less cognitive status on elderly, the less level of elderly‟s

interaction social with a low category of correlation.

Keywords: Cognitive, Social Interaction, Elderly.

_____________________

1Student of Nursing Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2Lecturer of Nursing Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Page 13: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Artinawati (2014)

seseorang dapat dikatakan sebagai lanjut usia (lansia) jika usianya sudah

mencapai 60 tahun. Menurut United Nations (2015) jumlah lansia

terbanyak di Benua Asia sebanyak 508 juta jiwa. Diikuti Benua Eropa

dengan jumlah penduduk lansia 176 juta jiwa, dan Benua Amerika berada

pada peringkat ketiga dengan jumlah penduduk lansia 74 juta jiwa (United

Nations, 2015).

Populasi penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 16

juta jiwa. Dari 33 Provinsi di Indonesia, yang memiliki jumlah lansia

terbanyak ada di Pulau Jawa. Lansia terbanyak berada di Provinsi Jawa

Barat dengan jumlah lansia 1.855.472 jiwa, diikuti Provinsi Jawa Timur

1.600.492 jiwa, Provinsi Jawa Tengah 935.202 jiwa, dan Provinsi

Yogyakarta berada pada urutan ke 4 dengan jumlah lansia 514.212 jiwa

(BKKBN, 2016).

Yogyakarta adalah Provinsi nomer 4 di Indonesia yang memiliki

jumlah lansia tinggi dibanding dengan Provinsi lainnya. Pada tahun 2016

jumlah penduduk di Yogyakarta mencapai 3.601.533 jiwa. Sekitar 9,7

persen atau 514.212 jiwa adalah kelompok lansia dengan umur 60 tahun

ke atas (BKKBN, 2016). Yogyakarta memiliki lima Kabupaten dengan

jumlah lansia tertinggi berada di Kabupaten Sleman 108.773 jiwa. Diikuti

lansia sebanyak 100.403 jiwa di Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten

Bantul 93.398 jiwa, Kabupaten Kulon Progo 58.549 dan Kabupaten Kota

Yogyakarta 34.831 jiwa (BPS, 2015 dalam Dinkes, 2016).

Peningkatan populasi lansia di suatu daerah dipengaruhi oleh Usia

Harapan Hidup (UHH). Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dapat

diukur dengan hasil peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan

penduduk yang berpengaruh pada peningkatan Usia Harapan Hidup

Page 14: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

2

(UHH) di Indonesia. Di Indonesia Usia Harapan Hidup mengalami

peningkatan, dapat dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada

tahun 2000 Usia Harapan Hidup hanya 64,5 tahun atau 7,18%. Angka ini

meningkat pada tahun 2010 menjadi 69,43 tahun atau 7,56% dan pada

tahun 2011 menjadi 69,65 tahun atau 7,58% (Kemenkes, 2013).

Semakin bertambahnya jumlah lansia dapat menjadi suatu

permasalahan. Permasalahan yang timbul dari proses menua, yang

menyebabkan lansia mengalami kemunduran secara alami dalam

hidupnya, salah satunya adalah mengalami gangguan pada mentalnya.

Gangguan mental yang biasa dialami oleh lansia adalah depresi 63,4% dan

penurunan status kognitif 88,7%. Gangguan status kognitif adalah

penurunan kemampuan kognitif yang meliputi atensi, kalkulasi,

visuospasial, bahasa, dan memori. Berdasarkan data Kemenkes RI (2013)

gangguan kognitif yang biasa menyerang lansia adalah gangguan bahasa

(afasia), disorientasi dan gangguan emosi (Kemenkes, 2013;

Kusumowardani dan Puspitosari, 2014; Suspiyanti, Huriah dan Lestari,

2014).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43

tahun 2016 menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia usia 60

tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal satu

kali dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan skrining kesehatan

diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas pelayanan kesehatan

lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah

daerah. Lingkup skrining meliputi deteksi hipertensi dengan mengukur

tekanan darah, deteksi diabetes mellitus dengan pemeriksaan kadar gula

darah, deteksi kadar kolesterol dalam darah, deteksi gangguan mental

emosional dan perilaku, termasuk kepikunan menggunakan Mini-Cog atau

Mini Mental Status Examination (MMSE) / Test Mental Mini atau

Abreviated Mental test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS)

(Kemenkes, 2016).

Page 15: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

3

Status kognitif adalah kemampuan mental seseorang yang meliputi

atensi, bahasa, memori, kemampuan menghitung, kemampuan menulis

dan kemampuan konsturksional. Faktor resiko seperti hilangnya peran

sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya interaksi

sosial. Dampak yang terjadi pada penurunan status kognitif salah satunya

bergesernya peran lanjut usia dalam kegiatan interaksi sosial di

masyarakat ataupun di keluarganya (Kapllan dan Saddock, 1998 dalam

Kusumowardani dan Puspitosari, 2014).

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara individu dengan indivu, individu dengan kelompok

dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial terjadi jika ada

komunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam pikiran dan

tindakan. Namun, dengan terjadinya penurunan kesehatan seseorang dan

kemampuan fisik akan mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri

dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Karena hal tersebut dapat

mengakibatkan interaksi sosial menjadi menurun (Sinthania, 2015). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Kusumowardani dan Puspitosari (2014)

lansia yang memiliki interaksi sosial baik 15%. Keuntungan dalam

melakukan interaksi sosial adalah kemampuan memori dan kemampuan

bahasa lansia akan selalu diasah, sehingga status kognitif lansia selalu

diasah. Sedangkan kerugian tidak melakukan interaksi sosial adalah lansia

dapat merasakan terisolir atau terisolasi. Selain itu status kognitif lansia

seperti kemampuan bahasa dapat mengalami penurunan (Laelasari, Sari

dan Rejeki 2015).

Intervensi interaksi sosial yang dapat meningkatkan status kognitif

pada lansia salah satunya aktivitas spiritual. Aktivitas tersebut seperti

membaca Al Qur‟an, kajian, wisata rohani, shalat sunnah, shalat wajib dan

dzikir berjamaah. Didapatkan hasil penelitian dengan peningkatan status

kognitif perempuan mencapai 31,25% dan laki-laki mencapai 60%. Selain

itu pendidikan ketrampilan aktivitas dapat mendorong lansia untuk turut

berpartisipasi sehingga dapat memberikan pengaruh produktivitas,

Page 16: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

4

kemandirian dan peningkatan kesehatan fisik. Aktivitas di atas dapat

membantu lansia melatih fungsi kognitif sehingga meminimalkan

penurunan status kognitif (Handayani, Maulida dan Rachma, 2013).

Kabupaten Sleman memiliki 25 Puskesmas yang terbagi di setiap

Kecamatan. Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta merupakan salah

satu Puskesmas dengan Santun Lansia dengan pelayanan kesehatan kepada

lansia meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Puskesmas

Gamping I Sleman memiliki program setiap 1 bulan sekali melakukan

pemeriksaan pada lansia. Seperti pemeriksaan skrining Diabetes Mellitus

dan hipertensi. Selain itu, didapatkan data lansia dengan jumlah 3.763

jiwa. Kunjungan lansia ke Puskesmas dengan persentase 82,94% setiap

tahunnya (BPS, 2015 dalam Dinkes, 2016).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8

Desember 2016 di Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta. Hasil dari

pengukuran status kognitif menggunakan MMSE pada lansia di

Puskesmas Gamping I didapatkan hasil bahwa 5 dari 6 lansia mengalami

gangguan kognitif ringan. Dari hasil wawancara dengan lansia, mereka

mengungkapkan bahwa terkadang mengalami disorientasi waktu. Selain

itu, mereka mengatakan bahwa sulit mengingat sesuatu hal yang telah

berlalu atau mengalami gangguan memori. Karena hal tersebut, terkadang

mereka enggan untuk berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat.

Hanya saat acara-acara tertentu saja mereka berinteraksi dengan

masyarakat. Dari fenomena yang terjadi menurut salah satu perawat dan

hasil saat praktek klinik stase keperawatan gerontik di BPSTW Abiyoso

Sleman Yogyakarta pada bulan Maret 2017 terdapat sebagian lansia yang

mengalami penurunan status kognitif bahkan mengalami demensia. Lansia

sering menanyakan dan membicarakan hal-hal yang sama dengan waktu

yang berdekatan. Selain itu, dari hasil tanya jawab dengan lansia disana,

beberapa lansia enggan untuk berinteraksi dengan temannya dan memilih

untuk diam dikamar saja.

Page 17: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

5

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian sebagai upaya mengetahui tentang “Hubungan

Status Kognitif Lansia dengan Interaksi Sosial di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya

adalah : “Adakah Hubungan Status Kognitif Lansia dengan Interaksi

Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan status kognitif lansia dengan interaksi sosial di

Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui status kognitif pada lanjut usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta.

b. Diketahui interaksi sosial pada lanjut usia di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta.

c. Diketahui keeratan hubungan antara status kognitif lansia dengan

interaksi sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman

Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Management Puskesmas

Sebagai bahan masukan pihak Puskesmas Gamping I dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan di tahun berikutnya khususnya layanan

kesehatan kepada lansia.

Page 18: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

6

2. Bagi Pendidikan

Sebagai pengetahuan, bacaan dan menambah wawasan mengenai

hubungan status kognitif lansia dengan interaksi sosial.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi tambahan referensi dan bahan pertimbangan untuk

melanjutkan penelitian dengan topik atau tema yang terkait.

4. Bagi Lansia

Meningkatkan pengetahuan responden dalam mengatasi penurunan

status kognitif yang menyebabkan interaksi sosial lanjut usia menurun.

E. Keaslian Penelitian

1. Widodo, Nurhamidi dan Agustina (2016). “Hubungan Interaksi Sosial

dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Pekauman Banjarmasin”. Penelitian tersebut merupakan penelitian non

eksperimental dengan menggunakan survey analitik pendekatakan

cross sectional dan jumlah sample sebanyak 98 lansia dengan teknik

pengambilan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan uji

statistik Chi Square. Hasil penelitian didapatkan bahwa lanjut usia

sebagian besar memiliki interaksi sosial yang baik yaitu 72 orang

(73,5%) dan sebagian besar memiliki kualitas hidup yang baik yaitu

sebanyak 62 orang (63,3%). Berdasarkan pengolahan data didapatkan

bahwa p value (0,000) < a (0,05) yang berarti terdapat hubungan yang

bermakna anatara interaksi sosial dengan kualitas hidup pada lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Persamaan dengan

penelitian ini adalah interaksi sosial sebagai variabel bebas, namun

dalam penelitian yang akan dilakukan interaksi sosial sebagai varibel

terikat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen,

penelitian dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan lainnya pada

variabel terikat yaitu kualitas hidup, tempat penelitiannya menjadi

interaksi sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman

Yogyakarta, metode sampling menjadi simple random sampling dan

Page 19: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

7

akan dianalisis menggunakan uji Kendal Tau. Pada penelitian ini tidak

disebutkan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

2. Suspiyanti, Huriah dan Lestari (2014) “Fungsi Kognitif Memiliki

Hubungan dengan Kemandirian Activity Daily Living Lansia”. Jenis

penelitian ini non eksperimen dengan menggunakan desain cross

sectional dengan metode kuantitatif dan bersifat deskriptif korelasi.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif

menggunakan MMSE dan instrument penelitian untuk kemandirian

dalam aktivitas dasar sehari-hari menggunakan Katz Index

Questionnaire. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 62 lansia dengan

menggunakan teknik probability sampling. Uji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan analisis bivariate dengan rumus Kendall’s

Tau. Hasil penelitian didapatkan bahwa lansia yang memiliki fungsi

kognitif normal sebanyak 7 lansia (11,3%), gangguan kognitif ringan

35 lansia (56,5%), Gangguan kognitif sedang 18 lansia (29%), dan

gangguan kognitif berat 2 lansia (3,2%). Berdasarkan hasil uji statistik

menggunakan Kendall’s tau diketahui ditunjukkan tingkat signifikasi

antara kedua variable sebesar 0,003 dengan p-value 0,05. Sehingga

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna anatara fungsi

kognitif dengan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu

Kognitif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non

eksperiment, dengan pendekatan cross sectional, pengambilan sampel

dengan simple random sampling, dan uji statistiknya menggunakan

Kendal Tau. Sedangkan perbedaannya variabel terikat pada jurnal ini

Activity Daily Living menjadi Interaksi Sosial, pengukuran status

kognitif menggunakan MMSE menjadi SPMSQ, tempat penelitiannya

menjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta.

Page 20: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

8

3. Kusumowardani dan Puspitosari (2014) “Hubungan Antara Tingkat

Depresi Lansia dengan Interaksi Sosial lansia di Desa Sobokerto

Kecamatan Ngemplak Boyolali”. Penelitian tersebut merupakan

penelitian non eksperimen jenis korelasi yang menggunakan desain

penelitian cross sectional dan jumlah responden 60 lansia dengan

pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling jenis

cluster sampling. Penelitian ini mengguanakan uji Spearman. Kriteria

Inkluasi pada penelitian ini yaitu mampu baca dan tulis, mampu

berkomunikasi dengan verbal maupun non verbal dan bersedia menjadi

responden. Hasil penelitian didapatkan p-value 0,001 (<0,05) yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi lansia

dengan interaksi sosial lansia. Sedangkan hasil r sebesar -0,472 yang

berarti arah hubungannya negatif karena r negatif, berarti semakin

tinggi tingkat depresi maka semakin rendah tingkat interaksi sosialnya.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu penelitian ini merupakan

penelitian non eksperimental, dengan pendekatan cross sectional,

variabel terikatnya sama yaitu interaksi sosial. Sedangkan perbedaan

dengan penelitian ini yaitu variabel bebasnya menjadi status kognitif,

pengambilan sampel menjadi simple ramdom sampling, menggunakan

uji Kendal tau, tempat penelitian menjadi di Wilayah Kerja Puskesmas

Gamping I Sleman Yogyakarta. Instrumen pengukuran pada penelitian

ini tidak disebutkan.

4. Sinthania (2015) “Studi Fenomena: Pengalaman Interaksi Sosial

Lansia dengan Sesama Lansia dan Pengasuh di Panti Sosial Tresna

Werdha “Sabai Nan Aluih” Sicincin Kabupaten Padang Pariaman”.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Jumlah informan 6 orang, pemillihan informan secara purposive

sampling dengan kriteria spesifik yaitu dengan pengasuh yang tinggal

24 jam di panti. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan alat

perekaman. Pengolahan data dilakukan dengan mencatat, membuat

transkrip, intisari dan analisis tematik dari 5 variabel penelitian yaitu

Page 21: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

9

kerjasama, komunikasi, konflik, pelayanan yang diberikan pengasuh,

dan tindakan / cara kerja pengasuh baik itu yang menyenangkan

maupun yang kurang menyenangkan. Hasil penelitian ini didapatkan 5

tema adalah: kerjasama menjaga kebersihan wisma dan menolong

teman yang sakit, upaya lansia menjalin komunikasi dengan sesama

teman, konflik sesama lansia dan penyebabnya, jenis pelayanan yang

diberikan pengasuh, sikap dan perilaku pengasuh dalam interaksi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah interaksi sosial yang awalnya

variabel bebas menjadi variabel terikat. Perbedaan dengan penelitian

ini adalah jenis penelitian menjadi kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional, cara pengambilan sampel dengan simple random sampling,

pengolahan data menggunakan rumus Kendal Tau, menggunakan

kriteria inklusi eksklusi dan tempat penelitian di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta.

5. Handayani, Maulida dan Rachma (2013). “Pesantren Lansia Sebagai

Upaya Meminimalkan Resiko Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia

di Balai Rehabilitas Sosial Lansia Unit II Pucung Gading Semarang”.

Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan merode

penelitian eksperimental. Desain penelitian menggunakan desain pre

dan post. Penentuan sampel menggunakan teknik consecutive

sampling, dimana terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Instrument

penelitian menggunakan The Short Portable Status Mental

Quessionare (SPMSQ) untuk mengukur status kognitif dan kuesioner

spiritual Khalil A Khavari untuk mengukur frekuensi ibadah dan nilai

spiritual lansia. Sampel penelitian berjumlah 30 orang dari 115 lansia

dengan gangguan kognitif ringan hingga sedang. Hasil penelitian ini

adalah terdapat pengaruh aktivitas spiritual terhadap fungsi kognitif

lansia. Pada perempuan, peningkatan fungsi kognitif mencapai 31,25%

dan pada laki-laki peningkatan kognitif mencapai 60%. Persamaan

dengan penelitian ini adalah instrument penelitian menggunakan

SPMSQ, terdapat kriteria inklusi dan ekslusi, merupakan penelitian

Page 22: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

10

kuantitatif. Dan perbedaannya adalah metode penelitian akan

menggunakan non eksperimental, variabel terikat fungsi kognitif akan

menjadi variabel bebas, variabel bebas pesantren lansia tidak akan

digunakan, dan tempat penelitian menjadi di Wilayah Kerja Puskesmas

Gamping I Sleman.

6. Deu (2015). “Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interkasi

Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila

Kabupaten Bone Bolango”. Penelitian tersebut merupakan penelitian

non eksperimental. Desain penelitian survai analitik dengan

pendekatan cross sectional, pengambilan sampel dengan teknik

purposive sampling, instrument penelitian menggunakan MMSE untuk

mengukur fungsi kognitif. Penelitian ini menggunakan uji statistik uji

Chi Square. Hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan

antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia

di Wilayah Kerja Puskesmasn Kecamatan Kabila Kabupaten Bone

Bolango dengan nilai p-value 0,000. Persamaan dengan penelitian ini

adalah jenis penelitian non eksperimental, pendekatan cross sectional,

variabel bebas interkasi sosial. Perbedaan dengan penelitian ini adalah

pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, uji

statistik menggunakan Kendall’s tau-c, variabel bebas menjadi status

kognitif, instrument mengukur kognitif menggunakan SPMSQ, dan

tempat penelitian menjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman.

Page 23: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Gamping I Sleman terletak di Delingsari, Desa

Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Puskesmas Gamping I merupakan Puskesmas di bawah naungan Pemerintah

Daerah Yogyakarta. Puskesmas ini terdiri dari poli umum, poli gigi, poli

lansia, poli gizi, laboratorium, poli konsultasi, poli KIA, poli tindakan,

farmasi, ruang pendaftaran dan aula. Puskesmas Gamping I Sleman buka pada

hari Senin-Sabtu. Dengan jam kunjungan hari Senin-Kamis 07.30-12.00 WIB,

hari Jumat 07.30-10.30 WIB dan hari Sabtu 07.30-11.00 WIB. Visi dari

Puskesmas ini adalah menjadi Puskesmas unggulan yang diminati masyarakat

dalam pelayanan kesehatan. Puskesmas Gamping I Sleman memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, mendorong masyarakat

Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I untuk hidup sehat, menjalin kerjasama

lintas sekotor yang harmonis dan saling mendukung, membangun suasana

kerja yang aman, nyaman, dan mendukung, menyediakan sarana dan

prasarana yang memadai, dan meningkatkan profesionalisme pegawai.

Puskesmas Gamping I Sleman selain memberikan pelayanan di dalam poli

juga mempunyai pelayanan masyarakat seperti Puskesmas keliling, survailen

penyakit, dan pendataan gizi. Selain itu, Puskesmas Gamping I juga memiliki

beberapa layanan unggulan seperti Puskemas Santun Lansia, Puskemas Peduli

lingkungan, perpustakaan, akte kelahiran dan BLUD.

Salah satu pelayanan unggulan dari Puskesmas Santun Lansia adalah

pelayanan kesehatan bagi kelompok rentan, khususnya lansia diharapkan

dapat membantu para lansia maupun keluarga untuk dapat menikmati fasilitas

kesehatan secara cepat, tepat, akurat dan ramah. Dibentuknya Puskesmas

Santun Lansia di Puskesmas Gamping I sejak tahun 2012, merupakan salah

satu bagian sistem pelayanan terpadu dalam dan luar gedung agar kesehatan

Page 24: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

49

lansia dapat lebih diperhatikan. Pelayanan terpadu one stop service terdiri dari

ruang tunggu yang terpisah dari pasien lain, toilet yang menunjang pasien

lansia, penyediaan alat bantu bagi lansia (seperti kursi roda, tripot, walker),

pelaksanaan tes intelegensi dapat mengurangi dampak kepikunan lansia,

pelaksanaan pengelolaan penyakit kronis dan sarana komunikasi dan

konseling melalui SMS Gateway dan e-counselling 24 jam. Puskesmas

Gamping I dalam inovasi ini dapat dikatakan memanjakan pasien lansia.

Sedangkan pelayanan diluar gedung antara lain mengadakan senam lansia

rutin dan senam vitalisasi otak, mewujudkan Posyandu dan Posbindu lansia,

menggerakkan kader lansia, menyelenggarakan terapi bagi lansia menderita

demensia (kepikunan), serta kunjungan rumah bagi lansia yang tidak mampu

berkunjung ke Puskemas. Inovasi ini diapresiasi oleh Puskesmas di Kabupaten

Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Provinsi DIY,

serta institusi kesehatan dari seluruh Indonesia yang sudah melakukan kaji

banding di Puskemas Gamping I. Inovasi ini turut andil dalam penilaian

kinerja pelayanan publik tingkat Provinsi DIY tahun 2014 dimana Puskesmas

Gamping I mendapat peringkat I.

2. Analisis Hasil Penelitian

Subyek penelitian adalah lansia yang mempunyai umur mulai dari 60 tahun

dengan jumlah subyek penelitian 97 lansia. Masing-masing lansia diukur

status kognitifnya dan interaksi sosialnya dan kemudian dicari keeratan

hubungan antar variabel tersebut. Hubungan tentang status kognitif dan

interaksi sosial akan dijelaskan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan

variabel dalam penelitian.

a. Analisis Univariat

1) Karakteristik Lansia

Hasil analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan

karakteristik dari subyek penelitian sehingga terkumpul data tersebut

berubah menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan hasil penelitian,

diperoleh karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin, usia, dan

Page 25: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

50

pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Gamping I Sleman (n = 97) Karakteristik Lansia Frekuensi (n) Presentase (%)

Jenis Kelamin

Perempuan 67 69,1

Laki-laki 30 30,9

Usia Lansia

Lanjut Usia (60-74 tahun) 69 71,1

Lanjut Usia Tua (75-90

tahun)

28 28,9

Pendidikan Lansia

SD 46 47,4

SMP 18 18,6

SMA 9 9,3

Sarjana 2 2,1

Tidak Sekolah 22 22,7

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik lansia

menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak

67 lansia (69,1%). Usia yang paling banyak adalah usia lanjut 60-74

tahun yaitu 69 lansia (71,1%). Sedangkan untuk pendidikan lansia

terbanyak adalah berpendidikan SD adalah 46 lansia (47,4%) dan

hanya 2 lansia (2,1%) yang berpendidikan sarjana.

2) Status Kognitif Lansia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi

status kognitif lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman

adalah sebagai berikut:

Page 26: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

51

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Status Kognitif Lansia di Wilayah kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Status Kognitif Frekuensi (n) Presentase (%)

Normal 22 22,7

Gangguan Kognitif Ringan 43 44,3

Gangguan Kognitif Sedang 29 29,9

Gangguan Kognitif Berat 3 3,1

Total 97 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa lansia dengan

gangguan kognitif ringan sebanyak 43 lansia (44,3%), gangguan

kognitif sedang sebanyak 29 lansia (29,9%), 22 lansia (22,7%)

memiliki status kognitif normal, sedangkan 3 lansia (3,1%) memiliki

gangguan kognitif berat.

3) Interaksi Sosial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi

interaksi sosial lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Interakasi Sosial Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 32 33

Kurang 65 67

Total 97 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa 65 lansia (67%)

mempunyai interaksi sosial yang kurang dan sebanyak 32 lansia (33%)

mempunyai interaksi sosial yang baik.

Page 27: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

52

b. Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas yaitu status kognitif lansia dan variabel terikat interaksi sosial.

Untuk melihat hubungan antara dua variabel tersebut, peneliti

menggunakan uji statistik Kendall’s Tau-c dan keeratan hubungan

menggunakan koefisien korelasi. Hasil tabulasi hubungan status kognitif

lansia dengan interaksi sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman Yogyakarta disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Uji Tabulasi Silang Hubungan Status Kognitif Lansia Dengan Interaksi

Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta Status

Kognitif

Interaksi

Sosial Baik

Interaksi

Sosial Kurang

Total p-

Value

r

hitung

N % N % N %

Normal

17 17,5 5 5,2 22 22,7 0,001 0,341

Gangguan

Kognitif

Ringan

9 9,3 34 35,1 43 44,3

Gangguan

Kognitif

Sedang

6 6,2 23 23,7 29 29,9

Gangguan

Kognitif

Berat

0 0 3 3,1 3 3,1

Total 32 33 65 67 97 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa dari total 97 lansia,

lansia dengan status kognitif normal mempunyai tingkat interaksi sosial

baik sebanyak 17 lansia (17,5%). Lansia dengan status kognitif ringan

mempunyai tingkat interaksi sosial kurang sebanyak 34 lansia (35,1%).

Lansia dengan status kognitif sedang mempunyai tingkat interaksi sosial

Page 28: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

53

kurang sebanyak 23 lansia (23,7%). Lansia dengan status kognitif berat

mempunyai tingkat interaksi sosial kurang sebanyak 3 lansia (3,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan kendall’s tau-c,

diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,001, sehingga dapat disimpulkan

Ho ditolak sehingga Ha diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan

antara status kognitif lansia dengan interaksi sosial di Wilayah Kerja

Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta. Hasil yang didapatkan dalam

penelitian ini untuk mengetahui keeratan hubungan dengan menggunakan

koefisien korelasi adalah 0,341 yang diinterpretasikan bahwa status

kognitif dan interaksi sosial mempunyai keeratan hubungan rendah.

B. Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan

dan membandingkan dengan teori-teori yang mendukung atau berlawanan dengan

penelitian. Pembahasan pertama tentang karakteristik responden meliputi jenis

kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Pada bagian berikutnya akan dibahas hasil

analisis untuk variabel status kognitif, interaksi sosial dan hubungan antara status

kognitif lansia dengan interaksi sosial.

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Lansia

1) Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas subyek penelitian

adalah perempuan sebanyak 69,1%. Perbedaan jumlah jenis kelamin

lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I dipengaruhi oleh

ketersediaan jumlah lansia sehingga peneliti tidak membagi rata

responden laki-laki dan perempuan. Pada penelitian ini, jenis kelamin

perempuan lebih banyak mengalami kemunduran status kognitif,

dimana hasil ini sejalan dengan teori Myers (2008) dalam Ulfa, Gani

dan Nurjannah (2013) bahwa wanita tampaknya mengalami penurunan

Page 29: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

54

status kognitif yang lebih bermakna dibandingkan pria. Wanita

beresiko mengalami penurunan kognitif disebabkan adanya peranan

level hormone seks endogen dalam perubahan status kognitif (Myers,

2008 dalam Ulfa, Gani dan Nurjanah, 2013).

Hasil ini didukung dengan data BPS (2015) dalam buku profil

kesehatan Dinkes (2016) yang menunjukkan bahwa presentase

penduduk laki-laki di Wilayah Kerja Puseksmas Gamping I 44,3% dan

perempuan 55,7%. Hasil penelitian Suspiyanti (2014) juga

menyebutkan bahwa presentase responden perempuan 54,8% lebih

banyak dari laki-laki 45,2%. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Deu (2015) yang menunjukkan bahwa

responden yang mengalami penurunan fungsi kognitif sebagian besar

berjenis kelamin perempuan (Deu, 2015).

2) Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas usia responden yang

mengalami perubahan status kognitif paling banyak berumur 60-74

tahun sebanyak 71,1%. Berdasarkan analisis disimpulkan ada

perbedaan rata-rata skor SPMSQ lansia umur >74 tahun. Semakin

bertambah umur maka semakin besar gangguan kognitif yang dialami

oleh lansia. Hasil analisis mendapatkan faktor umur merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan penurunan kognitif. Searah dengan

pertumbuhan usia, mereka akan mengalami degenerative baik segi

fisik maupun segi mental. Salah satunya terjadinya penurunan status

kognitif pada seseorang (Rahmianti, 2014 dalam Widodo, Nurhamidi

dan Agustina, 2016).

Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa jumlah lansia

yang mengalami penurunan status kognitif lebih besar pada umur 60-

74 tahun yaitu 61,3% (Suspiyanti, Huriah dan Lestari, 2014).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Deu (2015) menyatakan bahwa

lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami penurunan status kognitif

sebanyak 73,3%.

Page 30: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

55

3) Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan tingkat pendidikan SD

sebanyak 47,4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori „use it or lose

it”, yang menyatakan bahwa stimulus mental selama dewasa

merupakan proteksi dalam melawan penurunan fungsi kognitif. Jika

seseorang tersebut terus melanjutkan pendidikan untuk menstimulus

mental yang diduga bermanfaat untuk neurokimia dan pengaruh

struktur otak (Bosman et al., 2003 dan Seeman et al., 2005 dalam Ulfa,

Gani dan Nurjanah, 2013).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Suspiyanti,

Huriah dan Lestari (2014) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan

terakhir responden sebagian besar adalah tamat SD atau tidak tamat

SD sebesar 87,1%. Penelitian yang dilakukan oleh Deu (2015)

menyatakan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden sebagian

besar SD 50%.

b. Status Kognitif Lansia

Status kognitif lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman Yogyakarta terbanyak adalah kategori penurunan status kognitif

ringan sebanyak 43,3%. Sedangkan untuk penurunan status kognitif

sedang sebanyak 29,9%, penurunan status kognitif berat sebanyak 3,1%

dan yang tidak mengalami penurunan status kognitif 23,7%. Pada

penelitian ini, terdapat beberapa aspek yang terdapat dalam kuesioner

SPMSQ. Dari hasil analisis skor SPMSQ terdapat kesalahan terbanyak

dalam mengingat tanggal, bulan dan tahun sebanyak 71,1%. Kesalahan

terbanyak yang kedua yaitu untuk mengingat nama presiden sebelumnya

lansia merasa kesulitan sebanyak 64,9%. Selain itu, lansia mengalami

kesulitan dalam mengingat hari, umur, dan kemampuan menghitung.

Mereka mengatakan jarang untuk menstimulus kemampuan kognitif

Page 31: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

56

mereka, karena mereka menganggap jika mengalami lupa atau kepikunan

disebabkan umur yang sudah tua.

Selain bertambahnya umur seseorang yang dapat menyebabkan

penurunan status kognitif juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain

seperti tingkat pendidikan lansia itu sendiri. Dalam penelitian ini, 47,4%

berpendidikan SD. Jika seseorang selalu menstimulus mentalnya, dapat

memproteksi dalam melawan penurunan status kognitif. Kemampuan

kognitif tergantung pada kecerdasan atau pendidikan yang didapatkannya.

Pemeliharaan pendidikan atau kecerdasan ini tergantung pada kesempatan

yang berkelanjutan untuk memperkuat status kognitif (Suardiman, 2016).

Status kognitif menggambarkan kemampuan mental seseorang yang

meliputi orientasi, riwayat pribadi, memori jangka panjang dan

kemampuan matematis (Artinawati, 2014). Gangguan kognitif akan

menjadi masalah serius karena menyerang pada proses fikir lansia.

Gangguan proses fikir pada lansia biasanya bersifat progresif dan dapat

mempengaruhi aktivitas sosial dalam kehidupan sehari-hari (Suspiyanti,

Huriah dan Lestari, 2014). Namun, masing-masing aspek kognitif

mengalami penurunan yang berbeda satu sama lain, seperti beberapa tipe

memori menurun sedikit, atau beberapa tipe kemampuan memproses

informasi menunjukkan penurunan yang lebih lambat dari tipe yang

lainnya (Qualls dan Abeles, 2000: 109, dalam Suardiman, 2016).

Penurunan status kognitif ditandai dengan penurunan penilaian dan

berfikir, seperti perencanaan dan pengorganisasian, dan dalam pengolahan

informasi secara umum. Ada tiga tingkatan keparahan penurunan kognitif,

yaitu gangguan kognitif ringan, gangguan kognitif sedang, dan gangguan

kognitif berat. Gangguan kognitif ringan, merupakan penurunan

kemampuan kognitif yang dapat menyebabkan penurunan kinerja dalam

kehidupan sehari-hari. Tetapi tidak pada tingkat ketergantungan individu

tersebut pada orang lain, tidak dapat melakukan tugas sehari-hari yang

lebih rumit atau kegiatan rekreasi. Fungsi utama yang terkena adalah sulit

untuk mempelajari hal baru (Harold, Kaplan, Sadock dan Grebb, 2010).

Page 32: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

57

Gangguan kognitif sedang, pernurunan kemampuan kognitif yang

dapat membuat individu tidak dapat melakukan aktivitasnya tanpa bantuan

orang lain dalam kehidupan sehari-hari, termasuk belanja dan penanganan

kehidupan sehari–hari. Dalam rumah, hanya tugas–tugas sederhana yang

dipertahankan. Kegiatan yang dilakukanpun semakin terbatas. Hanya hal-

hal yang sangat penting yang masih dapat diingat. Informasi baru

disimpan hanya sesekali dan sangat singkat. Individu tidak dapat

mengingat informasi dasar seperti umur, apa yang telah dilakukan

belakangan ini, atau nama-nama orang yang akrab dengannya (Harold,

Kaplan, Sadock dan Grebb, 2010).

Sedangkan untuk gangguan kognitif berat, derajat kehilangan memori

ditandai oleh ketidakmampuan lengkap untuk menyimpan informasi baru.

Hanya beberapa informasi yang dipelajari sebelumnya yang menetap.

Individu tersebut gagal untuk mengenali bahkan kerabat dekatnya. Pada

gangguan kognitif berat ini, individu akan ketergantungan kepada orang

lain untuk kehidupan dasar sehari-hari (Harold, Kaplan, Sadock dan

Grebb, 2010).

Untuk mengetahui status kognitif pada lansia perlu dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait orientasi, kemampuan

berhitung dan meminta lansia untuk mengingat tiga nama objek (Dewi,

2014). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

43 tahun 2016 menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia usia 60

tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal satu kali

dalam kurun waktu satu tahun. Salah satu lingkup skrining merupakan

deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan atau

gangguan kognitif (Kemenkes, 2016).

Terjadi beberapa dampak dari penurunan status kognitif yang dialami

oleh lansia, antara lain penurunan kecepatan memecahkan masalah,

penurunan efisiensi dalam berfikir dan perhatian, penerimaan jumlah

informasi yang didapatkan, dan mengungkapkan kembali memori jangka

Page 33: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

58

panjang. Bahkan fungsi kognitif juga berpengaruh terhadap fungsi fisik

seseorang (Suardiman, 2016)

c. Interaksi Sosial

Interaksi sosial lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman Yogyakarta terbanyak adalah tingkat interaksi sosial kurang 68%.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi mereka kurang

dari kontak sosial mereka. Sebagian besar lansia mengaku bahwa tidak

dapat menggunakan telephon atau handphone untuk menghubungi

keluarga yang jauh. Selain itu, mereka mengaku sulit untuk

menyampaikan pendapat mereka kepada orang lain dan memilih untuk

mengikuti pendapat orang lain.

Dimensi interaksi sosial dalam penelitian ini ada dua, yaitu kontak

sosial dan komunikasi. Dari hasil tanya jawab dengan lansia, skor kontak

sosial lebih tinggi dari pada komunikasi. Hal tersebut dapat di pengaruhi

oleh:

1) Latar belakang budaya

Interaksi sosial akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui

kebiasaanya. Latar belakang budaya tentunya tidak bisa dipisahkan

dari seseorang. Latar belakang yang sama, maka akan lebih membuat

interaksi sosial mereka menjadi lebih kuat (Lestari, 2013). Suatu

daerah biasanya menganut latar belakang budaya yang sama. Sebagian

lansia tinggal bersama keluarga besar. Dimana dalam satu rumah

terdiri dari beberapa kepala keluarga atau beberapa kelompok umur.

Hal ini terjadi turun temurun dalam keluarga. Karena hal tersebut agar

mereka lebih mudah dalam hal tolong menolong.

2) Ikatan dengan kelompok grup

Dimana nilai-nilai yang dianut dalam suatu kelompok akan

mempengaruhi cara mereka berinteraksi (Nugroho, 2009). Seperti

kelompok pengajian yang sudah rutin dijalankan para lansia setiap

harinya. Dalam kegiatan ini mereka akan bertatap muka, menyapa,

menjalankan hubungan yang baik antar tetangga dan saudara.

Page 34: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

59

Komunikasi hampir sama dengan kontak sosial. Dalam berkomunikasi

seseorang dituntut untuk memahami makna yang disampaikan oleh

komunikator. Komunikasi lebih ditekankan bagaimana dalam pemrosesan

pesan. Selain itu, faktor yang menyebabkan skor komunikasi lebih rendah

dari pada skor kontak sosial, sebagai berikut:

1) Perkembangan

Terdapat dua aspek yang memengaruhi perkembangan dalam

komunikasi. Perkembangan kemampuan untuk menggunakan teknik

komunikasi dan mempersiapkan pesan yang akan disampaikan. Dan

perkembangan pengusaan bahasa (Nugroho, 2009). Lansia mengaku

bahwa mereka sulit untuk menyampaikan pendapat mereka kepada

orang lain dan lebih memilih untuk mengikuti pendapat dari orang

lain. Mereka juga mengatakan walaupun terkadang dapat

menyampaikan pendapat, tidak semua orang dapat menerima

pendapatnya. Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir orang yang berbeda-

beda. Karena hal tersebut, lansia lebih memilih untuk mengikuti

pendapat orang lain. Selain itu, lansia tidak dapat menggunakan

handphone untuk menghubungi keluarga atau teman mereka yang

jauh. Sehingga hal ini memengaruhi skor komunikasi dalam interaksi

sosial mereka.

2) Atensi

Atensi mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi.

Penurunan fungsi indra tentunya dapat mempengaruhi atensi lansia

dalam berkomunikasi (Nugroho, 2009). Responden mengaku fungsi

indra penglihatan dan pendengaran berkurang dengan bertambahnya

umur. Hal tersebut menyebabkan adanya kesulitan dalam

berkomunikasi dan jarang untuk bertukar pengalaman kecuali dalam

hal-hal penting saja.

3) Sosio-kultural

Page 35: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

60

Sosio-kultural sangat mempengaruhi perilaku komunikasi antar

individu (Nugroho, 2009). Hal ini dapat dilihat bagaimana kepedulian

lansia jika saudara atau tetangganya sedang sakit. Mereka selalu

mempunyai acara menjenguk secara bersama-sama. Hal ini sudah

dilakukan secara rutin oleh masyarakat yang tinggal di daerah Wilayah

Kerja Puskesmas Gamping I Sleman.

Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan

kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan ataupun pertentengan

(Sitorus, 1999 dama Sunaryo, 2010). Syarat terjadi interaksi sosial adalah

adanya kontak sosial dan komunikasi. Dimana salah satu dari mereka

saling mempengaruhi. Komunikasi belum tentu terjadi walau sudah ada

kontak sosial. Namun, kontak sosial tidak ada artinya jika tidak ada

komunikasi yang dilakukan (Soekanto, 2001 dalam Sunaryo, 2010).

Hal ini terbukti dengan hasil yang telah didapatkan selama

penelitian dilakukan. Dimana, responden saling melakukan interaksi

sosialnya dengan lingkungannya. Adapun interaksi sosial yang terjalin

seperti kelompok pengajian, kelompok senam lansia, kelompok PKK dan

kelompok posyandu lansia yang telah rutin dilakukan didaerah tersebut.

Selain itu, mereka mengaku jika ada kerabat yang terkena musibah,

mereka akan saling tolong menolong selagi mereka mampu menolongnya.

Bahkan, jika terdapat kerabat yang sakit atau dirawat di rumah sakit,

mereka akan bersama-sama menjenguk hingga 1 RT. Hal ini sudah terjadi

turun temurun dan menjadi kebiasaan.

Selain itu, adapula lansia yang enggan untuk bergabung dalam

kegiatan-kegiatan tersebut. Kecuali jika ada acara tertentu. Hal ini

dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti faktor pekerjaan.

Lansia mengaku jika mereka bekerja dari pagi hingga sore, sehingga

mereka lebih memilih untuk diam saja dirumah karena faktor kelelahan

setelah bekerja. Faktor lain juga karena penurunan fungsi indra mereka,

Page 36: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

61

sehingga untuk berkomunikasi menjadi sedikit terganggu. Mereka

mengaku jika indra penglihatan mereka menurun, sehingga jika

berbincang dengan kerabat harus diulang-ulang perkataannya bahkan

harus berdekatan dengan telinga supaya mereka mendengar lebih jelas.

Dari hasil skor nilai kuesioner interaksi sosial lansia didapatkan hasil

76,3% lansia tidak pernah menggunakan handphone untuk menghubungi

keluarganya yang jauh. Mereka mengaku tidak mempunyai handphone

dan juga tidak bisa menggunakan hand phone. Tentunya hal ini dapat

membuat interaksi sosial lansia berkurang.

Semakin bertambahnya umur seseorang, dapat terjadinya

penurunan kesehatan seseorang dan kemampuan fisik yang akan

mengakibatkan lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan

masyarakat sekitar. Karena hal tersebut akan mengakibatkan interaksi

sosial menjadi menurun. Interaksi sosial merupakan sebuah kebutuhan

setiap individu sampai akhir hayat nanti (Shinthania, 2015). Selain karena

penurunan kesehatan yang dialami lansia, faktor lain yang mempengaruhi

interaksi sosial adalah latar belakang budaya, dimana interaksi sosial

terbentuk karena pola fikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga

semakin sama latar belakang budaya seseorang maka akan semakin kuat

interaksi sosial mereka (Lestari, 2013). Selain itu, ikatan dengan kelompok

grup dan pendidikan sangat mempengaruhi cara mereka berinteraksi

(Nugroho, 2009).

Interaksi sosial tentunya akan memberikan manfaat tersendiri

seperti kemampuan memori dan kemampuan bahasa pada lansia akan

terasah, dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kemampuan mental bagi

lansia (Oxman dan Hall dalam Laelasari, Sari dan Rejeki, 2015).

Sedangkan berkurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan

terisolir, sehingga lansia menyendiri atau mengalami isolasi sosial (Kaplan

dan Saddock, 1997 dalam Kusumowardani dan Puspitosari, 2014). Selain

itu, jika lansia jarang melakukan interaksi sosial dapat menurunkan

Page 37: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

62

kemampuan bahasa dan kemampuan memorinya (Laelasari, Sari dan

Rejeki 2015).

2. Analisa Bivariat

Hubungan Status Kognitif Lansia dengan Interaksi Sosial

Dari hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I Sleman

didapatkan hasil lansia yang mengalami penurunan status kognitif ringan

memiliki tingkat interaksi sosial kurang adalah 35,1% dan yang memiliki

interaksi sosial baik adalah 9,3%. Hasil uji korelasi kendall’s tau diperoleh p-

value = 0,001 (p<0,05) sehingga ada hubungan yang signifikan antara status

kognitif lansia dengan interaksi sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman Yogyakarta. Dengan kekuatan hubungan dalam kategori rendah yaitu

r = 0,341.

Status kognitif adalah kemampuan mental seseorang yang meliputi

orientasi, riwayat pribadi, memori jangka panjang dan kemampuan matematis

(Artinawati, 2014). Terjadi perubahan ketika seseorang memasuki usia lanjut.

Kesulitan dengan fungsi ingatan atau dalam mengekspresikan secara verbal

atau bicara merupakan bentuk-bentuk penurunan status kognitif. Penurunan

dalam kecepatan memproses, diakui mempengaruhi banyak aspek kognisi di

usia lanjut. Penurunan efisiensi dalam berfikir, dalam hal ini perhatian, jumlah

informasi yang dapat dilakukan oleh kerja ingatan (memori), penggunaan

strategi memori, dan pengungkapan kembali memori jangka panjang

(Suardiman, 2016).

Penurunan status kognitif pada lansia disebabkan karena beberapa faktor.

Dampak yang terjadi karena penurunan status kognitif lansia salah satunya

adalah bergesernya peran lanjut usia dalam kegiatan interaksi sosial di

masyarakat dan keluarga. Seseorang yang mengalami penurunan status

kognitif akan mengalami perubahan dalam bentuk pemikiran, sensasi somatik,

aktivitas, serta kurang produktif dalam pengembangan pikiran, berbicara dan

sosialisasi (Kaplan dan Saddock, 1998 dalam Kusumowardani dan

Puspitosari, 2014).

Page 38: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

63

Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok dalam

bentuk kerja sama, persaingan ataupun pertikaian (Sitorus, 1999 dalam

Sunaryo, 2010). Berkurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan

terisolir, sehingga lansia menyendiri atau mengalami isolasi sosial (Sianipar,

2013 dalam Widodo, Nurhamidi dan Agustina, 2016).

Status kognitif berperan dalam kegiatan interaksi sosial. Status kognitif

juga berpengaruh terhadap proses komunikasi yang dilakukan oleh lansia saat

berinterksi sosial. Kemampuan kognitif berperan dalam perkembangan

pengusaan bahasa, teknik komunikasi dan persiapan pesan yang akan

disampaikan saat berinteraksi sosial (Nugroho, 2009). Hal ini dapat diketahui

bahwa semakin baik nilai status kognitif pada lansia dapat menjadi acuan

dalam meningkatkan interakasi sosial pada lansia atau sebaliknya.

Dari hasil penelitian yang disebutkan diatas, terdapat hasil yang kurang

sesuai dengan teori dan penemuan terdahulu yang sudah ada. Terdapat status

kognitif normal namun interakasi sosialnya kurang sebanyak 5 lansia (5,2%).

Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan interaksi

sosialnya kurang. Dari hasil wawancara dengan lansia, mereka mengatakan

penurunan fungsi indra penglihatan dan pendengaran mempengaruhi. Karena

penurunan fungsi indra tersebut, mereka menjadi menarik diri dari hubungan

dengan masyarakat. Mereka merasa kesulitan saat berkomunikasi dengan

dengan orang lain. Selain penurunan fungsi indra lansia, mereka juga

mengaku karena faktor pekerjaan. Mereka mengatakan jika bekerja dari pagi

sampai siang, sehingga saat pulang bekerja mereka lebih memilih untuk

istirahat karena lelah. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi interaksi

sosial menjadi berkurang.

Selain itu, terdapat hasil yang menyatakan bahwa gangguan kognitif

sedang namun interaksi sosialnya tetap baik sebanyak 6 lansia (6,2%). Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor mempengaruhi interaksi sosial mereka tetap

baik. Salah satunya adalah latar belakang budaya, dimana interakasi sosial

terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaan. Latar belakang budaya

Page 39: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

64

yang sama akan membuat interaksi sosial mereka menjadi kuat. Selain itu,

adanya ikatan dengan kelompok grup yang dapat mempengaruhi interaksi

sosial. Kegiatan yang dilakukan didalam lingkungan tempat tinggalnya seperti

pengajian rutin ibu-ibu / bapak-bapak, kegiatan ibu PKK, senam lansia, dan

Posyandu lansia. Kegiatan ini selalu rutin dilakukan didaerah tempat tinggal

mereka. Oleh karena hal tersebut, interaksi sosial lansia bisa terus berjalan

dengan baik.

C. Keterbatasan Penelitian

Pengambilan data tidak sepenuhnya dilakukan di dalam poli lansia.

Beberapa pengambilan data dilakukan saat puskesmas keliling bersama

anggota Puskesmas Gamping I Sleman. Pada saat melakukan penelitian di

Puskesmas Keliling, peneliti tidak bisa mengetahui riwayat penyakit dari

lansia seperti gangguan jiwa, penyakit kronis yang diderita. Peneliti hanya

bertanya kepada responden tentang keluhan yang dirasakan pada saat

penelitian saja.

Page 40: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebagian besar lansia yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman Yogyakarta mengalami penurunan status kognitif ringan sebanyak

44,3%.

2. Sebagian besar lansia yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I

Sleman Yogyakarta memiliki tingkat interaksi sosial kurang sebanyak 67%.

3. Terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara status kognitif lansia

dengan interaksi sosial dengan hasil p-value 0,001 dan keeratan hubungan

yang rendah dengan hasil r = 0,341. Dimana semakin menurunnya status

kognitif pada lansia, maka akan semakin kurang tingkat interaksi sosial yang

dilakukan oleh lansia.

B. Saran

1. Bagi Management Puskesmas

Agar memberikan perhatian terhadap status kognitif lansia dan interaksi

sosial. Perhatian tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan

penyuluhan mengenai cara mempertahankan status kognitif lansia agar

interaksi sosial tidak berkurang dengan cara memberikan penyuluhan pada

saat Posyandu lansia.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar dapat dilakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

interaksi sosial selain status kognitif pada lansia dengan mengendalikan

faktor-faktor pengganggu.

Page 41: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

66

3. Bagi Lansia

Agar meningkatkan motivasi diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

dapat mengasah status kognitif mereka, agar interaksi sosialnya tidak

berkurang.

4. Bagi Keluarga Lansia

Keluarga agar memberi dukungan kepada lansia untuk selalu menstimulus

kognitif lansia agar tidak mengalami gangguan kognitif yang berat. Karena

adanya gangguan kognitif lansia dapat menyebabkan interkasi sosial lansia

berkurang. Selain itu, modifikasi keluarga untuk lansia yang sudah

teridentifikasi gangguan kognitif. Seperti, berkolaborasi dengan petugas

Puskesmas atau kader Posyandu tentang gangguan kognitif yang diderita

lansia, menata ruang rumah agar lansia lebih nyaman dengan memasang

pegangan dinding untuk membantu lansia untuk berjalan.

Page 42: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

67

DAFTAR PUSTAKA

Artinawati, S. (2014), Asuhan Keperawatan Gerontik, IN Media, Bogor.

BKKBN. (2016), Data Parameter Kependudukan Provinsi DIY.

Dinkes. (2016), Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2016, Dinas Kesehatan

Kabupaten Bantul.

___. (2016), Profil Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul 2016, Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman.

___. (2016), Profil Kesehatan Kabupaten Kota Yogyakarta 2016, Dinas

Kesehatan Kabupaten Kota Yogyakarta.

___. (2016), Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo 2016, Dinas Kesehatan

Kabupaten Kulon Progo.

___. (2016), Profil Kesehatan Kabupaten Sleman 2016, Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman.

Daerah, Pemerintahan. (2016), Rencana Kerja Pembangunan Daerah Istimewa

Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta

Dewi, S. (2014), Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed 1, CV Budi Utama,

Yogyakarta.

Deu, F. (2015), Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial

pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten

Bone Bolango, Jurnal ilmiah Kesehatan keperawatan, Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.

<http://eprints.ung.ac.id/12360/2/2015-1-1-14201-841411088-bab1-

27072015115219.pdf >

Dharma, K.K (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan, CV. Trans Info

Media, Jakarta.

Handayani, T. Maulida, M. Rachma, N. (2013), Pesantren Lansia sebagai Upaya

Meminimalkan Resiko Penurunan Fungsi Kognitif pada lansia Di Balai

Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang, Jurnal

Keperawatan Komunitas, Fakultas Kedokteran.

<http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKK/article/view/919>

Hastono, S.P. dan Sabri, L. (2010), Statistik Kesehatan, Ed. 1-5, Rajawali Pers,

Jakarta.

Harold, I. Kaplan, M. Sadock, Jack A. Grebb, MD. (2010), Sinopsis Psikiatri Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Binapura, Jakarta.

Kemenkes. (2013), Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta.

Page 43: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

68

_________. (2016), Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, Jakarta.

Kusumowardani, A. dan Puspitosari (2014), Hubungan Antara Tingkat Depresi

Lansia dengan Interaksi Sosial Lansia di Desa Sobokerto Kecamatan

Ngemplak Boyolali, Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No 2,

hlm 106-214.

<http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/93>

Laelasari. Sari, S.P. dan Rejeki, Y. F. (2015), Faktor-faktor Yang Berhubungan

dengan Aktivitas Fisik Lansia Di Posbindu Anggrek Wilayah Kerja

Puskesmas Sindangjaya Kota Bandung, Jurnal Keperawatan, Program

Studi S1 Ilmu Keperawatan.

<https://www.scribd.com/doc/280038087/JURNAL-FAKTOR-FAKTOR-

AKTIVITAS-FISIK-PADA-LANSIA-pdf >

Lestari, I. P. (2013), Interaksi Sosial Komunitas Samin dengan Masyarakat

Sekitar, Jurnal Komunitas.

Maryam, S. (2008), Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika,

Jakarta.

Meiner, Sue E. dan Lueckenotte, Annette G. (2006). Gerontologic Nursing,

United States of America.

Notoadmojo, S. (2007), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nugroho, W. (2009), Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik, EGC, Jakarta.

Palestin, B. (2006), Pengaruh Umur, Depresi Dan Demensia Terhadap Disabilitas

Fungsional Lansia di PSTW Abiyoso Dan PSTW Budi Dharma Provinsi

D.I. Yogyakarta, Tesis Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

<http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-106697.pdf>

RI, Kemenkes. (2013), Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta

Sinthania, D. (2015), Studi Fenomena : Pengalaman Interaksi Sosial Lansia

dengan Sesama Lansia dan Pengasuh di Panti Sosial Tresna Werdha

“Sabai Nan Aluih” Sicincin Kabupaten Padang Pariaman, Jurnal

Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol 6 No 2.

<http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/index.php/index/index>

Stanley, Micker, and Beare. (2006), Buku Ajar Keperawan Gerontik,EGC,

Jakarta.

Sugiyono. (2015), Metodologi Penelitian Kesehatan, Alfabeta, Jakarta.

_______. (2014), Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Suardiman, S. (2016), Psikologi Usia Lanjut, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Page 44: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

69

Sunaryo. Wijayanti, R. and Sumedi, T (2016), Asuhan Keperawatan Gerontik,

CV. Andi Offset, Yogyakarta.

Sunaryo. (2010), Psikologi Untuk Keperawatan, Ed 2, Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Suspiyanti, D. Huriah, T. and Lestari, R. (2014), Fungsi Kognitif Memiliki

Hubungan dengan Kemandirian Activity Daily Living Lansia, Media Ilmu

Kesehatan, Vol 3 No 1, hal 6-13.

<http://ejournal.stikesayaniyk.ac.id/index.php/mik/article/view/25>

Ulfa, Z. Gani, A. Nurjannah. (2013), Faktor-faktor yang mempengaruhi Fungsi

Kognitif Usia Lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee

Kareng Kota Banda Aceh, Jurnal Kesehatan, Fakultas Kedokteran.

<http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index.php?id=14366&page=14>

United, Nation. (2015), World Population Ageing, New York.

Wahyu, A. (2010), Perubahan interaksi Sosial pada lansia dengan Penyakit Kronis

di Panti Werdha Abadi/Darma Asih Binjai, Fakultas Keperawatan.

<http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24196/Appendix

.pdf;jsessionid=AC58112CD9C438D9982334DFCE9C1F6F?sequence=1

>

Widodo, H. Nurhamidi. And Agustina, M. (2016), Hubungan Interaksi Sosial

dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Pekauman Banjarmasin, Dinamika Kesehatan, Vol 7 No 1.

<http://ojs.dinammikakesehatan.stikessarimulia.ac.id/index.php/dksm/artic

le/view/56>

Page 45: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

70

LAMPIRAN

Page 46: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

74

Lampiran 3

KUESIONER STATUS KOGNITIF

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

Pendidikan terakhir : SD

SMP

SMA

Sarjana

Tidak Sekolah

Perunjuk Pengisian

Dibawah ini terdapat pertanyaan mengenai status kognitif. Bacalah setiap

pertanyataan dengan seksama kemudian jawablah dengan sepengetahuan atau

seingat anda tanpa bantuan dari orang lain ataupun alat apapun.

No Pertayaan Jawaban

1. Tanggal, bulan, tahun berapa

sekarang?

2. Apakah hari ini hari libur?

3. Dimana alamat tempat ini?

4.

Berapa nomer telepon anda?

Jika tidak punya nomer telpon,

tanyakan dimana alamat rumah anda?

5. Berapa usia anda?

No. Responden

Page 47: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

75

6. Dimana anda lahir?

7. Siapa presiden sekarang?

8. Siapakah presiden sebelum ini?

9. Siapa nama gadis ibu anda?

10. Bisakah anda menghitung mundur dari

20 dikurangi 3, dan kelipatannya?

Skor

Page 48: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

76

Lampiran 4

KUESIONER INTERAKSI SOSIAL

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

Pendidikan terakhir : SD

SMP

SMA

Sarjana

Tidak Sekolah

Perunjuk Pengisian

Dibawah ini terdapat pernyataan mengenai interaksi sosial yang mungkin

bapak/ibu lakukan setiap harinya. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama

kemudian berikan jawaban saudara pada lembar jawaban bagi setiap pernyataan

tersebut dengan cara mencentang (√).

Tidak Pernah : Jika anda tidak pernah melakukan setiap hari

Jarang : Jika anda 1-2 kali melakukan setiap hari

Sering : Jika anda hampir setiap hari melakukan

Selalu : Jika anda sering sekali melakukan

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak

Pernah

Kontak Sosial

1. Ketika anda mengalami

masalah banyak orang

No. Responden

Page 49: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

77

yang menolong?

2. Jika orang lain sedang

mengalami kesulitan,

apakah mereka meminta

pertolongan pada anda?

3. Apakah anda mempunyai

hubungan yang baik

dengan orang lain?

4. Apakah anda menyapa

orang yang dijumpai?

5. Apakah anda bertatap

muka jika melakukan

percakapan dengan orang

lain?

Komunikasi

6. Apakah anda banyak

diajak berbicara dengan

orang lain untuk bertukar

pengalaman?

7. Apakah orang lain dapat

menerima dengan mudah

tentang sesuatu yang anda

sampaikan?

8. Apakah anda menjenguk

teman lain yang sedang

sakit?

9. Apakah anda dapat

menyampaikan pendapat

kepada orang lain?

10. Apakah anda dapat

menggunakan telpon

rumah/ Hp untuk

menghubungi keluarga

Page 50: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

78

yang jauh?

Total

Page 51: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

98

Page 52: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

99

Page 53: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

100

Page 54: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

101

Page 55: HUBUNGAN STATUS KOGNITIF LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL …repository.unjaya.ac.id/2041/2/DEWI FATMAWATI_2213012_pisah.pdf · sosial, hilangnya ekonomi, penurunan kesehatan dan hilangnya

102