Top Banner
HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : RIZAL KHOERUL HAQ 1111104000044 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
127

HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Dec 26, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGANTINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

RIZAL KHOERUL HAQ1111104000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 3: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 4: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 5: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 6: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizal Khoerul Haq

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 07 Oktober 1993

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Nagrak RT 04/06 No. 42 Kp. Cangkuang Kec.

Cangkuang Bandung Jawa Barat

Telepon/Handphone : 085720849797

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-MUDIYAH (1999-2000)

2. SDN SETRAGALIH II (2000-2006)

3. SMPN I KATAPANG (2006-2009)

4. SMAN I KATAPANG (2009-2011)

Pengalaman Seminar, Pelatihan, Workshop dan Talk Show:

1. Pelatihan Pertolongan Pertama pada Mahasiswa “Tau Trik Pasti Bisa

Nolong..!!” Tahun 2011

2. Seminar Keperawatan “Nursing as Partner Society and Delivering Public

Health” Tahun 2011

Page 7: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

vi

3. Seminar Nasional Keperawatan “Uji Kompetensi Perawat: Meningkatkan

Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global”

Tahun 2012

4. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept,

Implementation, and Inovation for Better Quality of Nursing Service in

Indonesia” Tahun 2013

5. Workshop Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation, and

Inovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013

6. Seminar Nasional “Kekerasan Seks pada Anak dan Remaja, Peran Perawat &

Keluarga” Tahun 2014

7. Talk Show “IMA Youth Forum: Part of Indonesia MDG Awards 2013” Tahun

2014

8. Pelatihan “SEFT Total Solution Training” Tahun 2014

9. Pelatihan “Basic Trauma Life Support dan Basic Cardiovascular Life

Support” Tahun 2015

10. Seminar Nasional keperawatan “ENTERPRE-NURSE: Konsep, Peluang dan

Kebijakan Praktik Mandiri Keperawatan untuk Mnghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) 2015” Tahun 2015

Page 8: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Juni 2015

Rizal Khoerul Haq, NIM: 1111104000044

HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI PADALANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

(xxi + 81 Halaman + 9 Tabel + 2 Gambar + 6 Lampiran)

ABSTRAK

Lansia merupakan tahap akhir pertumbuhan manusia, saat seseorang memasuki tahaplansia maka mereka akan mengalami berbagai perubahan yang rentan menimbulkandepresi. Depresi pada lansia dapat menyebabkan keadaan tidak bermotivasi sosial,hilangnya perhatian pada keadaan sekitar serta bunuh diri, oleh karena itu dibutuhkankegiatan yang dapat dijadikan usaha preventif pencegahan depresi pada lansia. Salatberjamaah merupakan ibadah yang dalam pelaksanaannya melibatkan dimensispiritual, emosional, fisik dan interaksi yang dapat menumbuhkan kedekatan padaAllah Swt. maupun sesama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungansalat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian adalah penelitiankuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 30 responden lansia yangmemiliki kebiasaan rutin melaksanakan salat berjamaah di masjid. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi.Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman diperoleh r=-0,657 denganP-value 0,000 sehingga Ha diterima. Hasil penelitian secara umum menunjukan adahubungan kuat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di PantiSosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan denganarah negatif (-).

.

Kata kunci : Shalat Berjamaah, Depresi, Lansia

Daftar Bacaan : 93 (1998-2015)

Page 9: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES

Undergraduated Thesis, June 2015

Rizal Khoerul Haq, NIM : 1111104000044

RELATIONS BETWEEN CONGREGATIONAL PRAYERS WITHDEPRESSION ON ELDERLY AT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA(PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA SOUTH JAKARTA

(xxii + 81 Pages+ 9 Tables + 2 Figures + 6 Appendixes)

ABSTRACT

Elderly is the final stage of human growth, when a person enters elderly stage, theywill experiencing a variety of changes that cause depression. Depression in theelderly can lead to absence of social motivation, loss attention to the situation aroundand suicide, therefore it’s required activities that can used as effort of depressionpreventive in the elderly. Congregational prayers is a worship which in practiceinvolves a spiritual dimension, emotional, and physical interaction that able to makesomeone be closer to Allah Swt. as well as fellow. The purpose of this study was todetermine the relationship between the congregational prayers with depression rate inthe elderly at Panti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna SouthJakarta. This type of research is quantitative with cross sectional study of 30 elderlywho have a habit perform congregational prayers in the mosque routinely. Datacollected by using congregational prayers questionnaire and depression questionnaire.Statistical test results obtained using Spearman correlation r = -0.657 with P-value0.000 so it means Ha accepted. Research results generally showed there is strongrelationship between prayer in congregation with depression rate in the elderly atPanti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta withnegative direction (-).

Keywords : Congregational prayers, Depression, Elderly

Reference : 93 (1998-2015)

Page 10: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji adalah bagi Allah Swt., kita memuji, memohon pertolongan, dan

memohon ampunan kepada-Nya, serta kepada-Nya pula kita berlindung dari

keburukan diri dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi

hidayah oleh Allah Swt. maka tidak akan ada satupun makhluk yang mampu

menyesatkannya, dan barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allah Swt. maka tidak

akan ada satupun makhluk yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa

tidak ada Tuhan selain Allah, Dialah Yang Maha Esa serta tidak ada sekutu bagi-Nya,

dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Atas berkat rahmat, ridha, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Magaguna Jakarta

Selatan”.

Penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama

proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan.

Page 11: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

x

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan.

3. Ibu Eni Nur’aini Agustini S.Kp.,MSc, selaku dosen pembimbing akademik,

terimakasih untuk beliau yang telah memberikan bimbingan dan motivasi

selama 4 tahun masa akademik.

4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed dan Ibu Puspita Palupi,

S.Kp.,M.Kep,,Ns.Sp.Kep.Mat, selaku dosen pembimbing, terimakasih

sebesar-besarnya kepada beliau yang telah meluangkan waktu dan ilmu dalam

membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini.

5. Uswatun Khasanah, MNS, Selaku penguji yang telah banyak memberikan

masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak ternilai,

serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Univesitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01

Cipayung, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan

uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

8. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03

Margaguna, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan

penelitian.

9. Orang tuaku, Ibu Imas Masitoh dan Bapak Aep Saepudin yang telah menjadi

jalan dari segala kebaikan baik yang tampak maupun yang tidak tampak yang

Page 12: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xi

penulis rasakan, kepada keduanya semoga penulis dapat berbakti, serta kepada

Mamah eneng dan Aang yang telah memberikan kasih sayang dan tauladan

bagai orang tua.

10. Saudari perempuanku, Teh Risna dan Teh Ridha beserta keluarga yang selalu

mengingatkan untuk tidak menunda-nunda dalam mengerjakan skripsi.

11. Sahabat-sahabat PSIK 2011, Ilzam, Gilang, Ikbal yang telah berjuang bersama

dalam menyelesaikan perkuliahan, semoga kita menjadi perawat islam yang

profesional, serta Desti, Anjay, Runingga, Azmi, Nika dan Maul yang telah

memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

12. Teman-teman BEM PSIK periode 2011-2014 yang telah memberikan

pelajaran praktik berorganisasi.

Seraya berdoa kepada Allah Swt., penulis berharap semua kebaikan

yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. dan semua kesalahan

diampuni oleh Allah Swt. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, Juni 2015

Penulis

Page 13: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HAL

PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................iv

RIWAYAT HIDUP...................................................................................................v

ABSTRAK...............................................................................................................vii

ABSTRACT...........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR..............................................................................................ix

DAFTAR ISI..........................................................................................................xiii

DAFTAR BAGAN................................................................................................xvii

DAFTAR TABEL................................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xix

DAFTAR SINGKATAN........................................................................................xx

LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................5

C. Tujuan Penelitian........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian......................................................................................6

E. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................7

Page 14: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia................................................................................................8

1. Definisi................................................................................................8

2. Perubahan pada Lansia.......................................................................8

3. Tugas Perkembangan Lansia.............................................................13

4. Permasalahan Bekaitan dengan Lansia.............................................13

5. Tipe Kepribadian Lansia...................................................................14

6. Perilaku Lansia..................................................................................15

B. Depresi....................................................................................................16

1. Definisi..............................................................................................16

2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia..............................................17

3. Gejala Depresi...................................................................................19

4. Depresi Berdasarkan Tingkatan Beratnya........................................20

5. Diagnosis depresi..............................................................................22

C. Salat Berjamaah......................................................................................23

1. Definisi.............................................................................................23

2. Hukum Salat Berjamaah..................................................................23

3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah........24

4. Syarat Wajib Salat Berjamaah.........................................................26

5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah................................................26

6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat

Berjamaah........................................................................................27

Page 15: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xiv

7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur......................................28

8. Tata Cara Salat Berjamaah..............................................................29

9. Khusyuk dalam Salat.......................................................................30

10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat.............................................32

11. Aspek Positif Salat Berjamaah........................................................32

D. Penelitian Tekait....................................................................................39

E. Kerangka Konsep..................................................................................40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep..................................................................................41

B. Hipotesis...............................................................................................42

C. Definisi Operasional.............................................................................43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian..................................................................................44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................44

C. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................45

D. Besar Sampel.......................................................................................46

E. Teknik Pengambilan Sampel...............................................................47

F. Pengumpulan Data..............................................................................47

G. Metode Pengumpulan Data.................................................................48

Page 16: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xv

H. Hasil Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................50

I. Tahapan Penelitian...........................................................................53

J. Pengolahan Data..............................................................................55

K. Analisis Data....................................................................................56

L. Etika dan Prinsip Penelitian.............................................................58

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian..............................................63

B. Karakteristik Responden.................................................................63

C. Analisis Univariat...........................................................................64

D. Analisis Bivariat.............................................................................65

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

(PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan......................67

B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi

pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan....................................72

C. Keterbatasan Penelitian.................................................................78

Page 17: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xvi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................79

B. Saran...........................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xvii

DAFTAR BAGAN

1.1 Kerangka Teori................................................................................40

1.2 Kerangka Konsep.............................................................................41

Page 19: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xviii

DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional....................................................................,,.43

4.1 Skor Skala Likert...........................................................................49

4.2 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah........................49

4.3 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah

Sebelum Dilakukan Validity Content oleh Ahli...........................51

4.4 Distribusi Pernyataan salat Berjamaah Sesudah

Dilakukan Validity Content oleh Ahli..........................................52

4.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan...................................58

5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03

Margaguna Jakarta Selatan...........................................................64

5.2 Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.........64

5.3 Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 03 Jakarta Selatan............................65

5.4 Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi

pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

03 Margaguna Jakarta Selatan.....................................................65

Page 20: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent

Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 kuesioner Salat Berjamaah

Lampiran 4 Kuesioner Depresi

Lampiran 5 lembar Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Lampiran Hasil SPSS

Page 21: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xx

DAFTAR SINGKATAN

Swt. : Subhanahu wa ta ‘ala

Saw. : Salallahu ‘alaihi wassalam

Lansia : Lanjut usia

PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha

Depkes : Departemen Kesehatan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

WHO : World Health Organization

CAM : Complementary and Alternative Modalities

Page 22: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

xxi

LEMBAR PERSEMBAHAN

"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman

kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan

tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,

maka merekalah orang-orang yang diharapkan

termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk"

(QS. At Taubah: 18)

“Siapa saja yang salat lima waktu

dengan berjamaah, maka ia akan melewati

shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun Awwalun

dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri seperti

bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani)

Page 23: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi lansia di Indonesia setelah tahun 2050 diprediksi meningkat

lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global. Indonesia

termasuk negara berstruktur tua, hal ini terlihat dari presentase lansia pada

tahun 2008, 2009, dan 2012 yang mencapai lebih dari 7%. Laporan PBB

memprediksi bahwa usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2045-2050

mencapai 77,6 tahun dengan presentase lansia mencapai 28,68% (Dewi, 2014).

Penduduk usia lanjut di Indonesia memiliki beberapa dimensi diantaranya

jumlah absolut yang besar, tingkat pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan

yang rendah, dan yang tak kalah pentingnya kemungkinan tingkat kesehatan

yang rendah pula (Tamher & Noorkasiani, 2011).

Ketika seseorang memasuki tahap lansia, maka ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Hal ini mengakibatkan perubahan aspek

psikososial yang berkaitan dengan kepribadian (Sutarto & Ismulcokro, 2008).

Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah kejadian gangguan mental

emosional pada lansia lebih tinggi daripada kelompok umur lainnya (Depkes,

2013). Satu contoh masalah yang sangat lazim akibat depresi di kalangan lansia

adalah bunuh diri, terutama pada laki-laki kulit putih. Bunuh diri yang mereka

Page 24: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

2

lakukan seringkali tampak sebagai akibat penilaian keadaan dan harapan

mereka yang dipikirkan dengan baik (Pickett & Hanlon, 2009).

Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan masalah gangguan

fisik menahun yang dialaminya (Santoso & Ismail, 2010). Mereka juga menjadi

depresif karena mengetahui bahwa sebagian besar dari proses kehidupan tidak

mereka lalui. Mereka seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap

keadaan sekelilingnya, dalam hal ini sering juga ditemukan hambatan baik

dalam bergerak, tindakan, maupun cara berpikir. Hal ini dapat mengarah pada

keadaan tidak bermotivasi total, dan hilangnya perhatian terhadap keadaan

sekelilingnya (Steven et al, 2012). Blazer (1986 dalam Carpenito, 2012)

mendeskripsikan teori penyebab depresi yang menekankan interaksi kompleks

antara beberapa faktor mencakup sumber ekonomi yang rendah, penurunan

dukungan sosial, serta penurunan fungsi kesehatan fisik. Faktor tadi memberi

pengaruh pada harga diri dan motivasi yang akan meningkatkan perasaan

bersalah dan kemarahan. Emosi negatif yang muncul akan menekan afek dan

meningkatkan perenungan. Hingga akhirnya akan menurunkan kontak sosial

atau menghindar.

Erikson (1963 dalam Stolte, 2007) menyatakan bahwa tugas

perkembangan lansia adalah integritas ego. Bagian dari tugas ini adalah

menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa

memperhatikan rasa sakit dan perjuangan yang terjadi sepanjang perjalanannya.

Sullivan dalam Videbeck (2013) menyatakan studi menunjukan bahwa

Page 25: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

3

spiritualitas merupakan bantuan yang tulus bagi banyak individu dewasa yang

mengalami masalah kejiwaan, berperan sebagai media koping utama dan

merupakan sumber makna dan koherensi dalam hidup mereka, atau membantu

menyediakan jaringan sosial. Penelitian yang dilakukan Sternthal dan Williams

(2010) menyimpulkan bahwa beribadah secara personal, kepercayaan pada

akhirat, dan beraktifitas dalam kegiatan keagamaan menunjukan koping positif,

pemaknaan hidup dan pengampunan terhadap diri maupun sesama.

Ibadah atau doa sebagai Complementary and Alternative Modalities

(CAM) merupakan bentuk metode penyembuhan CAM yang paling sering

dipraktikan sebagai bentuk intervensi (Gill, 2011). Ibadah salat dalam agama

Islam merupakan kunci ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim (Kurniasih,

2008). Salat sebagai ibadah memberikan aspek psikologi transpersonal dan

transdental yaitu aspek rohaniyah yang akan memberikan dampak

menenangkan terhadap jiwa (Sholeh, 2010). Sangkan (2014) mengatakan

apabila orang beriman berdzikir pasti akan mendapatkan sambutan dari Allah

dan diantara tandanya adalah berupa ketenangan.

“Orang-orang yang beriman, hati mereka tenang dengan mengingat

Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi

tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

Ibnul Qayyim (dalam Taufiq, 2009) mengatakan bahwa salat adalah cara

terbaik untuk menenangkan hati, menyinarkan wajah, menyenangkan jiwa,

Page 26: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

4

menghilangkan kemalasan, mengaktifkan gerakan anggota tubuh, menambah

kekuatan, melapangkan dada, memberikan nutrisi bagi dada, memberikan

nutrisi bagi ruh dan menerangkan hati. Ayyub (2008) mengatakan orang yang

melakukan salat sendirian mendapat keutamaan, meskipun keutamaan yang

didapatkan oleh orang yang salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan

yang diperolehnya, yaitu sebanyak 27 kali lipat. El-Ma’rufie (2009)

menyebutkan bahwa dalam salat berjamaah terdapat manfaat-manfaat

tambahan jika dibandingkan dengan salat sendirian yaitu pada aspek sosial

meliputi interaksi, demokrasi, dan kebersamaan.

Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan mendapatkan data

dari total 208 orang lansia terdapat 60 orang lansia binaan mengalami psikotik

dan diantaranya ditempatkan di kamar khusus serta tidak dapat berpartisipasi

dalam kegiatan sebagaimana lansia yang lain, sedangkan hasil studi literatur

yang dilakukan peneliti menemukan bahwa Levin (2012) melakukan penelitian

pada lansia, ia menyimpulkan bahwa berpartisipasi dalam aktivitas di sinagog

berhubungan dengan tingkat depresi yang rendah, kualitas hidup yang lebih

baik, dan sikap optimis. Syukra (2012) meneliti hubungan religiusitas dengan

depresi pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Padang, penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara religiusitas dan

depresi pada lansia. Peneliti belum menemukan literatur yang meneliti

hubungan intervensi agama Islam khususnya salat berjamaah terhadap tingkat

Page 27: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

5

depresi pada lansia, oleh karena itu peneliti merasa penelitian ini penting

dilakukan untuk memperkaya khazanah pengetahuan mengenai CAM terutama

bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengintegrasikan

pengetahuan keperawatan dan keislaman, maka berdasarkan uraian tersebut

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Salat

Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

(PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan latar belakang di atas

adalah “Adakah hubungan antara ibadah salat berjamaah dengan tingkat depresi

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna

Jakarta Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan salat

berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya data demografi berupa usia, jenis kelamin dan pendidikan

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna

03 Jakarta Selatan.

Page 28: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

6

b. Diketahuinya gambaran salat berjamaah pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan.

c. Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan.

d. Diketahuinya hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03

Margaguna Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapakan penelitian ini berkontribusi dalam memperluas

khazanah pengetahuan berkaitan dengan Complementary and Alternative

Modalities (CAM) dengan pendekatan spiritual pada lansia depresi.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan tambahanan informasi dan

referensi dalam peningkatan pengetahuan dan pedoman tindakan

keperawatan dalam mengatasi masalah depresi pada lansia.

3. Bagi Perawat

Diharapakan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam

mengembangkan perencanaan keperawatan terhadap lansia depresi.

Page 29: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

7

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan

tingkat depresi pada lansia pada bulan Mei-Juni tahun 2015. Subjek yang

diteliti adalah lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

Selatan dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain cross-sectional

serta pengumpulan data dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Page 30: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi

Penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Santoso & Ismail, 2010). Lanjut usia adalah kelompok

penduduk berusia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2011). World

Health Oraganization (WHO) mengklasifikasikan lansia menjadi lansia

pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia

tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

(Nugroho, 2009).

2. Perubahan pada Lansia

Efendi & Makhfudli (2009) mengungkapkan bahwa perubahan pada

lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan sosial.

a. Perubahan fisik

1) Sel

Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya

akan lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang,

Page 31: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

9

proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut

berkurang. Jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel

terganggu, dan otak menjadi atrofi.

2) Sistem persarafan

Rata-rata berkurangnya saraf neokortikal sebesar 1 per detik

(Pakkenberg et al, 2003 dalam Ferry & Makhfudli, 2009).

Hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik

dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress,

mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap

sentuhan.

3) Sistem pendengaran

Gangguan pendengaran (presbikusis), membran timpani

menjadi atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen

karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia

yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.

4) Sistem penglihatan

Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon

terhadap sinar, kornea lebih berbentuk bola, lensa lebih keruh

dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang pengamatan

sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat

dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya

akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya

Page 32: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

10

untuk membedakan antara warna biru dan hijau pada skala

pemeriksaan.

5) Sistem kardiovaskular

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas

pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah

meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari

pembuluh darah perifer.

6) Sistem pengaturan suhu tubuh

Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +/- 35o,

hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan

refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7) Sistem pernafasan

Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktifitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas

sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,

kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman

bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan

Page 33: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

11

jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75

mmHg, dan penurunan kekuatan otot pernafasan.

8) Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, penurunan indera pengecapan, esophagus

melebar, sensitivitas rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan

biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin

mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta

berkurangnya suplai aliran darah.

9) Sistem gentourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke

ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat

pada kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat

jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1). Blood urea

nitrogent meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap

glukosa meningkat. Otot kandung kemih melemah, kapasitasnya

menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air

kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga

meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas

sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga 75% dari

besar normalnya.

Page 34: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

12

10) Sistem endokrin

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktifitas

tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi aldosteron, sekresi

hormone kelamin seperti progesteron, estrogen, dan testosteron.

11) Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan

kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma,

mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut

menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga

menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan

vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi

keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti

tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku

menjadi pudar dan kurang bercahaya.

12) Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis,

persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan

mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang

menjadi lambat, otot-otot keram dan menjadi tremor.

b. Perubahan mental

Perubahan mental pada lansia disebabkan perubahan fisik,

kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),

lingkungan, tingkat kecerdasan, dan kenangan.

Page 35: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

13

c. Perubahan psikososial

Perubahan psikososial pada lansia meliputi kehilangan sumber

finansial, kehilangan status jabatan, kehilangan teman atau relasi,

kehilangan pekerjaan atau kegiatan, dan merasakan atau kesadaran

akan kematian.

3. Tugas Perkembangan Lansia

Tamher & Noorkasiani (2011) menyebutkan tugas perkembangan

lansia terdiri dari:

a. Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik

b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan kesehatan

c. Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat

d. Membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok usia

e. Mengambil prakarsa dan beradaptasi terhadap peran sosial dengan

cara yang fleksibel

f. Membuat pengaturan hidup atau kegiatan fisik yang menyenangkan.

4. Permasalahan Berkaitan dengan Lansia.

Tamher & Noorkasiani (2011) mengatakan proses menua dalam

perjalanan hidup manusia merupakan hal yang wajar bagi siapa saja yang

dikarunia umur panjang, proses menua tersebut membawa permasalahan

meliputi:

a. Masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomis

akibat proses penuaan. Semakin lanjut usia seseorang, maka

kemampuan fisik semakin mundur, hingga dapat mengakibatkan

Page 36: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

14

penurunan pada peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula

timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidup.

b. Berkurangnya kesibukan sosial, hal ini mengakibatkan berkurangnya

integrasi dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan dampak pada

kebahagiaan seseorang.

c. Memfungsikan tenaga dan kemampuan yang dimiliki lansia dalam

situasi keterbatasan kesempatan kerja.

d. Masih ada lanjut usia berada dalam keadaan terlantar, selain tidak

memiiki bekal hidup dan penghasilan/pekerjaan, mereka juga tidak

memiliki keluarga/sebatangkara.

e. Kecenderungan tidak dihargainya lansia pada masyarakat industri

sehingga mereka terisolir dalam kehidupan bermasyarakat.

f. Kewajiban generasi tua menjadi pembina jati diri budaya dan ciri khas

Indonesia agar tetap terpelihara kelestariannya.

g. Lansia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas khusus.

5. Tipe Kepribadian Lansia

a. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), pada tipe ini

biasanya tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap.

b. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada

masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan

otonomi pada dirinya.

Page 37: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

15

c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis, kehidupan pada masa lansia tidak

bergejolak, namun jika pasangan hidup meninggal, pasangan yang

ditinggalkan akan menjadi merana.

d. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki masa tua lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonomi menjadi morat-marit.

e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri, sulit dibantu

orang lain atau cenderung membuat susah dirinya (Sutarto &

Ismulcokro, 2008).

6. Perilaku Lansia

Maryam, dkk (2008) mengklasifikasikan perilaku lansia menjadi dua

perilaku, yaitu:

a. Perilaku yang kurang baik

1) Kurang berserah diri

2) Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa

3) Sering menyendiri

4) Kurang melakukan aktifitas fisik/olahraga/kurang gerak

5) Makan tidak teratur dan kurang minum

Page 38: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

16

6) Kebiasaan merokok dan minum minuman keras

7) Minum obat penenang dan obat penghilang sakit tanpa aturan

8) Melakukan kegiatan melebihi kemampuan

9) Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi

10) Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur.

b. Perilaku yang baik

1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa

2) Menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa

percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan

kemampuan

3) Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat

4) Melakukan olahraga ringan setiap hari

5) Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang

sesuai serta banyak minum

6) Berhenti merokok dan minuman keras

7) Minum obat sesuai anjuran.

B. Depresi

1. Definisi

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya (Sadock,

2007). Gangguan depresif mayor biasanya mencakup mood sedih atau

kurangnya minat dalam aktifitas kehidupan selama dua minggu atau lebih

disertai minimal empat gejala lain depresi, seperti anhedonia dan

Page 39: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

17

perubahan berat badan, tidur, energi, konsentrasi, pembuatan keputusan,

harga diri, dan tujuan (Videbeck, 2013).

2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia

Penyebab utama depresi belum diketahui namun ada beberapa faktor

yang diduga sebagai penyebab terjadinya depresi pada lansia.

a. Faktor biologis

Santoso & Ismail (2010) mengatakan bahwa adanya ketidak

seimbangan zat-zat kimia di otak menyebabkan sel-sel otak tidak

berfungsi dengan baik dan pada anggota keluarga ada yang lebih

rentan terhadap zat kimia ini sehingga menimbulkan depresi, oleh

karena itu kemungkinan faktor keturunan atau genetik dianggap

sebagai penyebabnya. Depresi pada lansia sering pula terjadi

bersamaan dengan masalah fisik menahun yang dialaminya, misalnya

diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, penyakit hati kronis yang sulit

disembuhkan, asma, stroke, rematik, osteoporosis, kanker, dan lain-

lain. Gangguan penglihatan dan pendengaran yang umum terjadi pada

lansia dapat juga memperberat depresi. Pada sebagaian wanita

perubahan hormonal ketika menjelang menopause terjadi gangguan

psikologis berupa depresi ringan, mereka menjadi mudah tersinggung,

cepat marah, suasana hati gampang berubah, merasa tertekan, murung,

sedih, kecewa, merasa tidak berguna, mudah panik, mudah lupa,

konsentrasi buruk dan emosi tidak stabil. Sa’abah (2001) mengatakan

pada lansia laki-lakipun terjadi penurunan aktifitas gonad secara

Page 40: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

18

berangsur-angsur yang menyebabkan penurunan penampilan kelaki-

lakian serta munculnya ciri-ciri kewanitaan seperti intonasi suara

menjadi lebih tinggi. Ketidaknyamanan fisik tersebut menyebabkan

banyaknya laki-laki usia madya mengeluh karena mengalami depresi.

b. Faktor psikososial

Kepribadian dasar seseorang sangat ditentukan pada masa kanak-

kanak. Salah satu yang mempengaruhinya adalah lingkungan sosial

hingga mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang ketika ia

dewasa. Kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap

berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi

pencetus depresi. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang

cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu,

dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung

keluarga dan lingkungan teman dapat mempermudah timbulnya

depresi (Santoso dan Ismail, 2009).

c. Faktor kognitif

Teori Beck (1976) dalam (Videbeck, 2013) penyebab depresi

berkaitan dengan pikiran negatif komprehensif individu yang depresi.

Mereka memandang diri sendiri, dunia, dan masa depan dalam bentuk

kegagalan yang menyimpang, dengan secara berulang

menginterpretasikan pengalaman sebagai hal yang sulit dan

membebani serta menginterpretasikan diri mereka sendiri sebagai

orang yang tidak konsekuen dan tidak kompeten.

Page 41: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

19

d. Faktor ekonomi

Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisik semakin

mundur, hingga dapat mengakibatkan penurunan pada peran sosialnya.

Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi

kebutuhan hidup (Tamher & Noorkasiani, 2011). Perubahan status

ekonomi ini dapat menjadi pencetus depresi apabila lansia gagal untuk

menyesuaikan diri (Santoso dan Ismail, 2009).

3. Gejala Depresi

Maryam, dkk (2008) mengatakan diantara gejala depresi adalah:

a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun saat pagi yang

bukan merupakan kebiasaan sehari-harinya

b. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan

sehari-hari

c. Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan

d. Cepat marah dan tersinggung

e. Daya konsentrasi kurang

f. Pembicaraan sering disertai topik yang berhubungan dengan rasa

pesimis atau perasaan putus asa

g. Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun

dengan cepat

h. Kadangkala dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh

diri.

Page 42: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

20

4. Depresi Berdasarkan Tingkatan beratnya

a. Depresi ringan

Depresi ringan ditandai dengan terpenuhinya gejala minimal

untuk menegakan diagnosis depresi disertai adanya sedikit gangguan

fungsional (APA, 2006). Ciri depresi ringan adalah perasaan murung

dan putus asa, tidak bisa berkonsentrasi, patah semangat, pesimistik

terhadap masa depan, lelah dan lesu, individu merasa tidak mampu

melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, tidak dapat tidur nyenyak,

selera makan tidak ada, orientasi dan ingatan belum banyak terganggu.

Orang yang mengalami depresi ringan biasanya mengalami masa yang

sulit jika tidak dirawat di rumah sakit. Tingkah laku mereka mungkin

salah dipahami oleh anggota keluarga dan kawan-kawan mereka,

mereka dituduh malas dan mendorong supaya keluar dari situasi itu,

jika perasan putus asa begitu hebat maka bisa jadi ia akan berusaha

bunuh diri (Semiun, 2006).

b. Depresi sedang

Depresi sedang ditandai dengan hadirnya gejala depresi lebih

daripada jumlah minimal untuk menegakan diagnosa depresi disertai

dengan gangguan fungsional yang lebih banyak (APA, 2006). Ciri

depresi akut pasien mengasingkan diri secara total, dan aktivitasnya

hilang. Ia sulit sekali berbicara, dan baru menjawab pertanyaan setelah

menunda dalam jangka waktu lama atau sama sekali tidak menjawab.

Selera makannya begitu berkurang sehingga kadang-kadang ia harus

Page 43: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

21

disuapi. Individu seringkali khawatir dengan fungsi-fungsi tubuhnya

(hipokondria), kontaknya dengan kenyataan menjadi sangat lemah.

Delusi dan halusinasi berhubungan dengan perasaan bersalah.

Keinginan mati begitu kuat sehingga jika ada kesempatan ia mungkin

akan bunuh diri (Semiun, 2006).

c. Depresi berat

Depresi berat ditandai dengan terpenuhinya gejala untuk

menegakan diagnosa depresi dimana gejala tersebut mempengaruhi

fungsi sosial dan kegiatan sehari-hari. Pada tingkat ekstrim ini

individu dapat mengalami gangguan fungsi total sosial dan sehari-hari

bahkan hanya untuk sekedar makan, mengenakan pakaian, atau

menjaga kebersihan diri serta munculnya ide dan tanda bunuh diri

(APA, 2006). Ciri depresi berat individu mengasingkan diri secara

total dari lingkungan, ia benar-benar membeku, diam seperti patung,

menolak untuk berbicara atau bergerak. Ia tidak mau makan bahkan

menolak sama sekali memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kesadaran

kabur karena banyak dihinggapi oleh delusi-delusi yang tidak keruan.

Ia tidak mempan terhadap bujukan atau ancaman. Kegiatan jantung

dan peredaran darah berkurang sehingga bisa membahayakan

kehidupannya (Semiun, 2006).

Page 44: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

22

5. Diagnosis depresi

a. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR)

DSM-IV-TR dalam edisi keempatnya merupakan taksonomi

yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) yang

menjelaskan gangguan jiwa dengan kriteria diagnosa spesifik

(Videbeck, 2013). DSM-IV-TR menunjukan bahwa diagnosis dari

depresi memerlukan kehadiran mood atau minat yang menurun di

semua atau hampir semua aktifitas, psikomotor yang tampak

melambat, perubahan selera makan atau berat badan yang signifikan,

perubahan waktu tidur, kelelahan atau hilangnya energi, kesulitan

dalam berpikir atau berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, perasaan

bersalah yang berlebihan, atau berpikir untuk bunuh diri. Tanda-tanda

ini harus berlangsung terus menerus selama dua minggu (Ivancevich et

al, 2005).

b. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ III)

Klasifikasi PPDGJ III terbitan Departemen Kesehatan

menggunakan WHO ICD-X dengan menerapkan pendekatan

gangguan jiwa merupakan pendekatan sindrom atau kumpulan gejala

yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan

suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih fungsi

penting manusia (Direktorat Bina Farmasi, 2007).

Page 45: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

23

c. Geriatric Depresion Scale (GDS)

GDS merupakan kuesioner yang dikembangkan secara khusus

untuk mengkaji tingkat gejala depresif pada lanjut usia. Instrumen

pengukuran ini berhasil membedakan antar depresi sedang dan depresi

berat. GDS berisi 30 pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”. 10

pertanyaan memiliki kunci jawaban negatif sedangkan 20 pertanyaan

memiliki kunci jawaban positif. Instrumen ini memiliki internal

consistency sebesar 0,94 dan split-half reliability sebesar 0,94 (Ebert

& Robert, 2011).

C. Salat Berjamaah

1. Definisi

Salat berjamaah adalah salat yang dilakukan secara bersama-sama

dan sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang yakni imam dan makmum.

Cara mengerjakannya, imam berdiri di depan dan makmum di

belakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh

mendahului (Al Mahfani, 2008). Semakin banyak jumlah orang yang

berjamaah maka Allah semakin cinta terhadap hal tersebut, karena itulah

masjid menjadi tempat yang paling dicintai Allah Swt. karena di masjid

bisa berkumpul orang yang salat berjamaah dalam jumlah yang besar

(Tharsyah, 2008).

2. Hukum Salat Berjamaah

Fitra (2013) menerangkan bahwa terdapat beberapa pendapat

mengenai hukum salat berjamaah, yaitu:

Page 46: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

24

a. Fardlu ‘ain. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Imam

Syafi’I, al-Hasan al-Basry, dan al-Auza’i.

b. Fardlu ‘ain dan syarat sahnya salat. Ulama yang berpendapat seperti

ini antara lain Imam Dawud bin Ali.

c. Fardlu kifayah. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain

Hanafiyah (pengikut Imam Hanafi), Malik, dan pengikut Imam

Syafi’i.

d. Sunah. Ulama yang berpendapat sepoerti ini antara lain Imam Hanafi,

Imam Malik dan lain-lain.

3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah

a. Anjuran

Al-Bugha (2007) mengatakan bahwa jika seorang muslim

senantiasa salat berjamaah, ia akan mendapatkan cahaya diatas cahaya.

Jika ia melakukannya di masjid maka cahaya tersebut akan semakin

sempurna. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.

“Siapa saja yang salat lima waktu dengan berjamaah, maka ia

akan melewati shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun

Awwalun dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri

seperti bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani).

Ayyub (2007) mengatakan orang yang salat sendirian mendapat

keutamaan, meskipun keutamaan yang didapatkan oleh orang yang

salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan yang diperolehnya,

yaitu 27 kali lipat.

Page 47: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

25

Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Salat berjamaah itu lebih utama dari salat sendirian sebanyak

duapuluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

b. Peringatan

Tebba (2008) mengatakan Muadz bin Anas meriwayatkan bahwa

Rasulullah Saw. bersabda:

“Kebatilan, kekufuran, dan kemunafikan terbesar adalah orang

yang mendengar sura muadzin untuk salat, tetapi dia tidak

memenuhinya.” (HR. Ahmad dan Thabrani).

Sungguh keras ancaman dan celaan dalam hadis ini sehingga

perbuatan ini digolongkan sebagai perbuatan kufur dan munafik,

seolah-olah hal itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslim. Sabiq

(2006) dalam fiqih sunahnya mencantumkan beberapa hadis sebagai

peringatan salat berjamaah diantaranya:

Dari sahabat Nabi Ibnu Mas’ud Ra. katanya:

“Barangsiapa ingin bertemu dengan Allah nanti pada hari

kiamat sebagai seorang muslim, hendaklah ia menjaga salat dan

mengerjakannya waktu mendengar suara adzan. Sesungguhnya

Allah telah mensyari’atkan kepada Nabimu ketentuan-ketentuan

mengenai petunjuk, sedangkan salat jamaah itupun termasuk

ketentuan-ketentuan tersebut, seandainya kamu bersembahyang

di rumah sebagaimana halnya orang-orang yang meninggalkan

salat jamaah dan hanya bersembahyang di rumah saja, maka

Page 48: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

26

berartilah kamu telah meninggalkan sunah Nabimu. Dan

apabila kamu telah meninggalkan sunah Nabimu, maka sesatlah

kamu semua! Saya tahu bahwa yang suka meninggalkan salat

jamaah itu tidak lain melainkan orang munafik yang telah nyata

kemunafikannya. Dahulu pernah terjadi seseorang dipapah oleh

dua orang yang memasukannya dalam barisan salat.” (HR.

Muslim).

4. Syarat Wajib Salat Berjamaah

a. Bermaksud atau berniat mengikuti imam

b. Mengetahui apa yang sedang dikerjakan imam

c. Makmum berada di belakang imam

d. Salatnya makmum harus sama dengan salat imam

e. Tidak boleh mendahului atau melambatkan imam dalam takbir atau

dalam dua gerakan rukun

f. Tidak ada dinding penghalang antara imam dan makmum, kecuali

bagi wanita

g. Jarak antara makmum dan imam dibaris akhir tidak lebih dari 300

hasta (Ihsan, 2009).

5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah

a. Berjamaah di masjid yang terjauh letaknya dan terbanyak anggota

jemaahnya

b. Berjalan ke masjid dengan tenang

c. Meringankan salat

Page 49: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

27

d. Melambatkan rakaat pertama

e. Wanita menjadi imam bagi sesama wanita

f. Imam beralih haluan ke kanan atau kiri setelah salam lalu pindah dari

tempatnya (Sabiq, 2006).

6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat

Berjamaah

a. Dingin dan hujan, berdasarkan hadis dari Jabir Ra., katanya:

“Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan,

kemudian kehujanan, maka beliaupun bersabda: “Siapa yang

suka di antaramu, boleh salat dalam kemahnya sendiri-sendiri.”

(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi).

Sebab-sebab yang dianggap sama dengan dingin dan hujan ialah

panas yang sangat, gelap gulita atau takut dari seorang yang aniaya.

b. Telah tersedia hidangan, berdasarkan hadis Ibnu Umar Ra.:

“Apabila seseorang diantaramu sedang makan, janganlah

tergesa-gesa hingga selesai melakukannya sekalipun salat telah

dibacakan qomatnya!.” (HR. Bukhari).

c. Desakan dua macam buang air. Dari ‘aisyah Ra., bahwa ia mendengar

Nabi Saw. bersabda:

“Tidak sempurna salat seseorang yang dimukanya telah tersedia

makanan, demikian pula di waktu ia sedang menahan dua macam

buang air.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud).

Page 50: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

28

d. Adanya kegalauan hati dan pikiran yang menghalangi kekhusyukan

salat. Dari Abu Darda’ Ra., katanya:

“Suatu tanda pengertian seseorang dalam agama, ialah bila ia

menyelesaikan keperluannya hingga dapat menghadapkan

pikiran kepada Allah dalam salatnya sedang hatinya kosong.”

(HR. Bukhari).

e. Sakit yang memberatkan penderitanya menghadiri salat berjamaah.

Tidak termasuk didalamnya sakit ringan, seperti pusing kepala, flu

ringan dan sejenisnya. Firman Allah Swt.:

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama

suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj:78).

f. Baru selesai makan yang menimbulkan bau tidak sedap seperti

bawang merah atau putih.

g. Telanjang tidak berbaju.

h. Hendak safar dan khawatir ditinggal rombongan.

i. Sibuk mengurus jenazah (As-Sadlan, 2006).

7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur

Seorang yang semula bermakmum kepada seorang imam, boleh

keluar dari imam itu dengan niat berpisah, lalu menyempurnakan sendiri

apa-apa yang ketinggalan. Misalnya jika imam terlampau panjang bacaan

salatnya, termasuk pula seseorang yang di waktu sedang salat tiba-tiba

merasa sakit, takut hilang atau rusaknya sesuatu yang dimiliki, terlambat

Page 51: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

29

dari rombongan, terasa mengantuk atau sebab-sebab lain yang memaksa

(Sabiq, 2006).

8. Tata Cara Salat Berjamaah

Nuhuyanan, dkk (2008) menjelaskan tatacara salat berjamaah yaitu:

a. Salah seorang berdiri di depan menjadi imam dan lainnya menjadi

makmum berdiri di belakang imam setelah adzan dan iqamat.

b. Imam memberi komando agar jamaah meluruskan dan merapatkan

barisan sebelum memulai memimpin salat, dengan mengucapkan,

“Luruskan dan rapatkan barisan kalian karena yang demikian

merupakan kesempurnaan salat.”.

c. Imam memimpin salat dengan mengeraskan suara ketika

mengucapkan takbir pembukaan salat dan takbir setiap perpindahan

rukun sedangkan makmum mengikuti semua gerakan imam dengan

tidak mendahului imam atau tertinggal oleh imam.

d. Imam mengeraskan bacaan surah al-Faatihah dan ayat atau surat

lainnya sesudah bacaan al-Faatihah, pada rakaat pertama dan kedua

dalam shalat magrib, isya, dan subuh, sedangkan makmum cukup

mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa ikut membacanya.

e. Pada akhir bacaan surat al-Faatihah, makmum mengucapkan “aamiin”

secara serentak bersama imam dengan suara yang baik dan tertib.

f. Saat salat zhuhur dan ashar, imam tidak mengeraskan suara bacaan

kecuali bacaan takbir, dan masing-masing imam maupun makmum

Page 52: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

30

membaca dengan suara sir (diketahui sendiri dalam hati). Begitu pula

dalam rakaat ketiga salat maghrib dan rakaat keempat dalam salat isya.

g. Imam yang keliru atau lupa dalam bacaan dapat dibetulkan oleh salah

seorang makmum di belakang yang mengetahui.

h. Imam yang keliru dalam gerakan dapat diingatkan oleh makmum pria

dengan cara membaca, “Subhanallah”, sedangkan makmum wanita

dengan sekali tepukan tangan.

i. Imam yang batal dalam salatnya, ia wajib mengundurkan diri dan

digantikan oleh salah seorang makmum yang berada di belakang imam

dengan cara maju selangkah ke depan menggantikan posisi imam.

j. Setelah selesai salat berjamaah, imam maupun makmum masing-

masing membaca wirid (zikir) dan doa serta tidak mengeraskan suara.

9. Khusyuk dalam Salat

Thalib (1998) dalam Shaleh (2010) mengatakan khusyuk dalam salat

berarti jiwa raga tunduk dan penuh taat dalam mengerjakan salat

dihadapan Allah Swt. raga tenang dan merunduk karena merasa rendah

dihadapan Allah Swt. hal ini bisa dilakukan jika yang bersangkutan

merasa berada di bawah pengawasanNya. Bagir (2008) mengatakan

khusyuk dalam salat menghasilkan kondisi “flow” dalam diri pelakunya,

yang merupakan sumber kebahagiaan sekaligus sumber kreatifitas.

Syahmuharnis & Sidharta (2006) Salat yang dilakukan secara ikhlas dan

khusyuk dapat membuat sesorang melakukan penjelajahan ke wilayah

otak bawah sadar secara efektif sehingga menyebabkan manusia dapat

Page 53: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

31

memanfaatkan potensi alam pikir bawah sadar (subconcious mind), yang

merupakan sekitar 90% dari potensi otak manusia dan selama ini belum

termanfaatkan. Pemanfaatan alam pikir bawah sadar akan membuat

manusia mendayagunakan potensi otak intuitif, kreatif, dan inovatif selain

menumbuh-kembangkan spiritualismenya. Salat yang dilaksanakan secara

ikhlas dan khusyu dapat juga menyebabkan lahirnya kesatuan antara Akal-

Budi. Teba (2008) mengatakan bahwa Alquran dan hadis membawa

keterangan yang dapat dianggap sebagai cara untuk meraih salat khusyuk,

yaitu:

a. Salat karena ingat Allah Swt., artinya niat salat bukan karena dorongan

selain Allah Swt., Allah Swt. berfirman:

“Sungguh, Akulah Allah tiada Tuhan selain Aku. Maka

sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS.

Thaha:14).

b. Zakat, salat tidak berdiri sendiri ia merupakan satu kesatuan dengan

ibadah yang lain, sehingga salat yang khusyuk harus dibarengi dengan

ibadah dan amal shaleh, kalaupun orang yang mengerjakan salat tetapi

tidak mengeluarkan zakat merasa bahwa salatnya khusyuk, itu hanya

perasaan subjektif yang menyesatkan. Allah Swt. berfirman:

”Maka celakalah orang yang salat, yang melalaikan salatnya

mereka yang dilihat orang, tapi enggan memberikan sedekah

(berupa keperluan yang berguna).” (QS. Al-Maun:4-7).

Page 54: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

32

c. Mengerjakan salat dengan sabar, sabar berarti menahan, maksudnya

adalah menahan diri dari keluh kesah ketika menjalankan ajaran

Tuhan. Allah Swt. berfirman:

“Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat

beribadah, orang yang memberi nafkah, dan orang yang berdoa

memohon ampun sebelum fajar menyingsing.” (QS. Ali ‘Imran

[3]:17).

10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat

Sholeh (2010) mengatakan tawakal berperan dalam ketenangan salat

seorang hamba yang khusyu, ia kemudian mengutip perkataan Al-Ghazali

yang membagi tawakal menjadi tiga tingkat yaitu:

a. Tawakal itu sendiri, yakni hati senantiasa merasa tenang dan tenteram

terhadap apa yang dijanjikan Allah Swt.

b. Taslim, yakni menyerahkan urusan hamba kepada Allah Swt. karena Ia

mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaannya, dan

c. Taswid, yaitu rela menerima segala ketentuan Allah Swt.

bagaimanapun bentuk dan keadaannya.

11. Aspek Positif Salat Berjamaah

Salat memiliki efek positif bagi pelakunya meliputi manfaat pada

berbagai aspek yaitu aspek fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual (El-

Ma’rufie, 2009).

Page 55: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

33

a. Fisiologis

Aspek fisik salat, salat memiliki delapan posisi, meliputi berdiri

tegak, tangan sedekap, ruku’, i’tidal bangkit dari ruku’, sujud, duduk

diantara dua sujud, sujud lagi dan tasyahud (El-Ma’rufie, 2009). Najib

(1990) dalam Sholeh (2008) mengatakan bahwa gerakan-gerakan salat

yang dilakukan secara teratur dan terus menerus, akan membuat

persendian lentur, tidak kaku, tulang menjadi kokoh, tulang punggung

tidak bengkok, juga dapat melancarakan peredaran darah yang dapat

mencegah kekakuan dan penyumbatan pembuluh darah. Hal ini akan

menghindarkan gangguan peredaran darah ke jantung yang sering

mengakibatkan kematian. Hasan (2008) mengatakan pembacaan

Alquran dalam salat memberi pengaruh fisiologis pada pendengarnya,

transmisi suara penting untuk kesehatan yang dapat mempengaruhi

jantung dan kelenjar tubuh. Misalnya, resonansi panjang huruf alif

diketahui memberi vibrasi yang mempengaruhi jantung dan

menstimulasi perasaan akan kekuatan, konsentrasi, keagungan, dan

lain-lain. resonansi huruf ya atau sin panjang yang masuk kedalam

saluran hidung akan menstimulasi proses pembentukan kelenjar pineal

tubuh dan mempengaruhi organ sensitif cahaya. Salat juga dapat

memusatkan pikiran, saat berdiri untuk shalat, tubuh terasa ringan

karena berat tubuh bertumpu pada kedua kaki. Otot punggung sebelah

atas dan bawah dalam keadaan kendur. Punggung dalam keadaan

lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran dalam

Page 56: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

34

keadaan terkendali. Pusat otak, atas dan bawah, menyatu membentuk

kesatuan tujuan. Praktik sujud dapat membawa kedamaian,

keselarasan, kesesuaian, ketenangan dan kebahagiaan pada masyarakat

yang mengalami frustasi dan banyak terpapar dengan gelombang

elektrostatik dalam atmosfir hingga memicu sistem syaraf pusat

bermuatan terlalu penuh. Sujud dapat membuang kelebihan ini

sebagaimana halnya peralatan listrik dinetralkan ke tanah sehingga

penggunaan obat antidepresi, penenang, dan obat yang mempengaruhi

mood lainnya dapat dikurangi.

b. Psikologis

1) Aspek relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada

bagian tubuh tertentu sehingga menjadi tenang (El-Ma’rufie,

2009). Tertekannya otot-otot disebut juga “Relaxation training”

merupakan tekhnik yang banyak dipakai untuk menyembuhkan

gangguan jiwa (Kanfer dan Goldstein, 1982 dalam Sholeh, 2008).

Adi (1985) dalam Sholeh (2008) mengutip pendapat Leker dan

Nizami, bahwa gerakan-gerakan otot pada relaksasi dapat

mengurangi kecemasan, begitu juga dengan salat yang penuh

dengan gerakan fisik dapat menghasilkan bio-energi, yang dapat

membawa subyek dalam situasi equilibrium antara jiwa dan badan.

2) Aspek relaksasi kesadaran indra, yaitu saat salat seolah-olah

seseorang terbang menghadap Allah Swt. secara langsung tanpa

perantara. Setiap bacaan dan gerakan dihayati untuk menyadarkan

Page 57: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

35

diri (El-Ma’rufie, 2009). Madjid (2007) mengatakan salat yang

khusyuk adalah salat yang mampu menghadirkan kesadaran

adanya komunikasi yang sungguh-sungguh antara hamba dan

Allah Swt. di sini ditemukan hakikat salat sebagai medium atau

sarana untuk selalu ingat kepada Allah Swt. dan inilah yang

dimaksudkan dengan dimensi fungsional salat. Itulah sebabnya

salat juga mampu menjadi momen yang efektif untuk mendapatkan

jalan keluar, alternatif dari kebuntuan permasalahan sehari-hari. Ini

dikarenakan salat yang khusyuk selalu diiringi dan diliputi oleh

kesadaran akan kehadiran Allah Swt. sebagai tempat bergantung

dan kembali.

3) Aspek meditasi, yakni ketika salat dijalankan dengan benar dan

khusyuk sehingga menjadikan fokus dan mampu berkonsentrasi

(El-Ma’rufie, 2009). Aspek meditasi jelas sekali terkandung dalam

thuma’ninah, saat berdiri kita benar-benar berdiri, berdiri dengan

tenang dan kendur. Hal itu membuat seluruh organ tubuh berada

pada posisinya secara alami (Safrodin, 2014). Salat di dalamnya

terkandung upaya mengheningkan, menenangkan, dan

menetramkan diri atau jiwa, namun salat sebagai ajaran dari Tuhan

memiliki beberapa sifat yang tidak ada dalam meditasi. Pertama

salat merupakan meditasi yang melibatkan gerakan yang teratur.

Kedua adanya bacaan-bacaan atau doa yang harus dilakukan oleh

orang yang salat. Ketiga adanya persiapan sebelum melakukan

Page 58: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

36

salat, seperti wudhu yang merupakan sarana untuk membersihkan

tubuh dan simbol bagi pembersihan hati. Kebersihan tempat dan

pakaian, sekaligus keharusan berpakaian menutup aurat dan

berpakaian yang terbaik serta anjuran untuk memakai wewangian,

dan juga salat sunah sebelum dan sesudah salat wajib. Selain itu,

adanya pengaturan waktu salat dilakukan secara kurang lebih sama

merata dan dikaitkan dengan tonggak-tonggak perubahan waktu

dan pergantian suasana, yang ditandai dengan momentum

pergantian gejala alam sehari-hari (Bagir, 2008).

4) Aspek autosugesti, yaitu salat dapat membimbing melalui

pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri

sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan (El-

Ma’rufie, 2009). Ucapan didalam salat yang meliputi puji-pujian

atas kebesaran Allah Swt. dan memohon ampunan kepada-Nya,

dan meminta keselamatan dengan segala kebaikan kepada-Nya

merupakan “Auto sugesti”, yang dapat mendorong kepada orang

yang mengucapkannya untuk berbuat sebagaimana yang dikatakan.

Bila doa itu diucapkan dan dipanjatkan dengan sungguh-sungguh,

maka pengaruhnya sangat jelas bagi perubahan jiwa dan badan

(Aulia, 1970 dalam Sholeh, 2008).

5) Aspek katarsis, yakni dalam salat ada pengaduan dan penyaluran

emosi karena merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan

(El-Ma’rufie, 2009). Salat mampu mengendalikan pelakunya dari

Page 59: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

37

emosi-emosi liar, berbagai macam perbuatan tercela dan tindakan-

tindakan yang merusak, disamping itu, salat juga bertungsi

membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk dan rona dosa yang

sering kali menghiasi hati (Zahwa, 2011). Doa yang terdapat

dalam salat merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan

yang berkecamuk di dalam dada (Hasan, 2008).

c. Sosial

1. Aspek demokratis, seseorang bebas memukul beduk,

mengumandangkan adzan, melantunkan iqamat, pengisian barisan,

dan pemilihan imam serta rasa diperhatikan dalam memilih dan

menempati shaf.

2. Aspek kebersamaan, salat dapat menghindarkan dari perasaaan

rendah diri, sebab tidak adanya jarak dikarenakan setiap jamaah

harus rapat dan meluruskan barisan. Salat berjamaah di masjid

diharapkan akan mengalihkan perhatian seseorang dari kesibukan

yang menyita energi. Salat berjamaah akan memunculkan rasa

saling membutuhkan di antara pelakunya (El-Ma’rufie, 2009).

3. Aspek interaksi dan pendidikan keteraturan

As-Sadlan (2006) mengatakan salat berjamaah merupakan salah

satu diantara ketinggian syariat islam bahwasannya ia mewajibkan

dalam banyak ibadah terjadinya perkumpulan yang sama halnya

dengan mu’tamar islami; berkumpul didalamnya kaum muslimin

untuk berinteraksi, berkenalan dan berembuk antar sesama dalam

Page 60: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

38

perkara mereka hingga terwujud tolong menolong dalam

menyelesaikan masalah mereka dan bertukar pendapat yang

didalamnya mengandung manfaat yang besar, faidah yang banyak

hingga tak terhitung berupa pengajaran mereka yang bodoh,

membantu yang lemah, melunakan hati dan menampakan

kemulian islam, juga merupakan sarana yang ampuh untuk

melebur perbedaan status sosial, rasisme, kebangsaan dan

nasionalisme. Abiraja (2008) mengatakan bahwa dalam salat

berjamaah tertanam pendidikan keteraturan dalam mengikuti

aturan-aturan yang ditetapkan bagi para makmum, kedisiplinan

waktu dan frekuensi salat serta ketaatan pada imam sebagai pucuk

pimpinan.

d. Spiritual

Salat memberikan energi spiritual sehingga merasakan kesucian

ruhani, ketentraman hati, dan kedamaian jiwa. Efeknya salat dapat

membebaskan energi manusia dari belenggu kegelisahan. Kontak

ruhani antara manusia dan Tuhan selama salat memberikan kekuatan

spiritual yang memperbaharui harapan, memperkuat tekad, dan

memberi kekuatan luar biasa yang memungkinkannya menanggung

segala kesulitan (El-Ma’rufie, 2009).

Page 61: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

39

D. Penelitian terkait

a. Levin (2012). Religion and Mental Health among Israeli Jews: Finding

from the Share-Israel Study Religion and Mental Health.

Kesimpulan penelitian ini adalah berpartisipasi dalam ibadah di

sinagog berhubungan dengan depresi yang lebih rendah berdasarkan pada

nilai CES-D (β = -.09, p < .01) dan kehidupan yang lebih baik (β = ,08,

p< ,05) dan sikap optimis (β = ,10, p< ,01). Kelompok yang tidak

beribadah di sinagog berhubungan dengan kejadian depresi yang lebih

banyak (β = ,12, p< ,05), dan rendahnya kualitas hidup (β = -,10, p <0,1)

serta sikap optimis yang rendah (β = -,08, p< ,05).

b. Syukra (2012). Hubungan antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi

pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang

Pariaman Tahun 2012.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang

bermakna antara religiusitas dengan kejadiaan depresi pada lansia di

PSTW Sabai Nan Aluih, semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan

semakin rendah depresi, sebaliknya semakin rendah religiusitas

seseorang maka depresi yang dialaminya akan semakin meningkat.

Page 62: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

40

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi teori

dan faktor resiko depresi; perilaku lansia; serta salat berjamaah.

Dimodifikasi dari: Santoso & Ismail (2009); Videback (2013); Maryam et al

(2008); Tamher & Noorkasiani (2009); Abiraja (2008).

Lansia

Faktor resiko depresi pada lansia:- Biologi: ketidakseimbangan zat kimia otak, kesehatan fisik, gangguan

hormonal, dan pemakain obat yang dapat mencetusan depresi.- Kognitif: pikiran negatif.- Psikososial: lingkungan sosial pembentuk kepribadian, aktifitas, dukungan

sosial dan kehilangan pada masa tua.- Ekonomi: perubahan status ekonomi.

Perilaku lansia

Kurang BaikBaik

- Menjalin hubungan sosial yang baik- Menerima keadaan, sabar, optimis dan

percaya diri- Olahraga teratur- Makan sedikit tapi sering, memilih makanan

yang sesuai dan banyak minum- Berhenti merokok dan minum minuman keras- Minum obat sesuai anjuran- Mendekatkan diri pada Tuhan YME

- Kurang berserah diri- Pemarah, tidak puas, murung dan putus asa- Sering menyendiri- Kurang aktifitas fisik/olah raga/kurang gerak- Makan tidak teratur dan kurang minum- Merokok dan minum minuman keras, minum

obat tenang dan penghilang sakit tanpa aturan- Melakukan kegiatan melebihi kemampuan- Menganggap tidak butuh hubungan seks- Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur

Salat berjamaah

Aspek Salat: Sosial, fisiologis,spiritual, psikologis

Depresi

Page 63: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

41

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 1993 dalam Wasis, 2008). Tujuan dari kerangka konsep adalah

untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta

panduan untuk analisis dan intervensi (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2012).

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah variabel independen

berupa salat berjamaah dan variable dependen berupa tingkat depresi,

sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

variabel independen variabel dependen

variabel tidak diteliti

bagan 3.1. kerangka konsep

Salat berjamaah Tingkat Depresi

-Terapi depresi dan obat yangdapat menimbulkan depresi

-Penyakit kronis-Aktifitas panti-Lingkungan-Kunjungan keluarga

Page 64: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

42

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: variabel tidak diteliti

B. Hipotesis

Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari

sebuah penelitian (Thomas et al, 2010 dalam Swarjana, 2012). Hipotesis yang

diajukan sehubungan dengan masalah penelitian diatas adalah:

H0= Tidak ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi

pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Ha= Ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada

lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Page 65: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

43

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala UkurIndependen:SalatBerjamaah

Salat berjamaah adalah salat limawaktu yang dilakukan oleh banyakorang dan paling dicintai Allah Swt.untuk dilaksanakan di masjid(Tharsyah, 2008). Salat berjamaahmemiliki beberapa dimensidiantaranya dimensi sosial yangterdiri dari aspek keteraturan,interaksi, kedisiplinan frekuensi,waktu, dan tempat (Al-Khuly,2010).

Lembar pernyataan terdiridari 20 pertanyaan denganskala likert yang dibuatoleh peneliti.

Kuesioner A 1 1. Baik jika nilai ≥nilai mean(66,77)

2. Buruk jika nilai< nilai mean(66,77)(Azwar, 2013)

Ordinal

Dependen:Depresi

Suatu masa terganggunya fungsimanusia yang berkaitan dengan alamperasaan sedih dan gejalapenyertanya, termasuk perubahanpada pola tidur dan nafsu makan,psikomotor, konsentrasi, anhedonia,kelelahan, rasa putus asa dan takberdaya, serta gagasan bunuh diri(Sadock, 2007).

Lembar kuesioner berisi30 pertanyaandengan skalaguttman sebagai alat ukurtingkat depresi yang dibuatoleh Yesavage.

Kuesioner A 2 0-9 = Tidak depresi10-19=Depresi

ringan20-30=Depresi berat.(Yesavage, 1983dalam Abou-Shaleh,2010)

Ordinal

Page 66: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

44

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain correlation study

dengan pendekatan cross-sectional. Desain correlation study adalah penelitian

yang menghubungkan vaiabel yang satu dengan yang lainnya, selanjutnya

mengujinya secara statistik (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi

yang menghasilkan koefisin korelasi (Swarjana, 2012). Pendekatan cross-

sectional adalah penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi

data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat

(Nursalam, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulya 03

Margaguna Jakarta Selatan. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti mendapatkan data bahwa dari 208 lansia terdapat 60 lansia

mengalami psikotik, peneliti juga menemukan beberapa lansia yang

menunjukan trias depresi yaitu menyendiri, hilang minat, dan afek sedih.

Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian yang sama

sebelumnya di Panti Sosia Tresna Werda (PSTW) Budi Mulia 03

Margaguna Jakarta Selatan.

Page 67: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

45

2. Waktu penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2015, dimulai

dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan penyusunan

hasil.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran

penelitian (Siregar, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 03

Jakarta Selatan dengan jumlah 208 lansia binaan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010). Pada penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria

inklusi dan eklusi, kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya

sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2010). Peneliti menggunakan

beberapa kriteria inklusi dan ekslusi pada populasi yang akan digunakan

untuk memilih responden dalam penelitian ini.

a. Kriteria inklusi:

1) Warga binaan sosial (WBS) dimulai dari kategori middle age (45-

59 tahun) hingga kategori very old (diatas 90 tahun)

2) Lansia yang bersedia menjadi responden.

3) Lansia yang beragama Islam.

4) Lansia yang dapat mobilisasi menuju masjid.

Page 68: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

46

5) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik.

6) Lansia yang menetap di PSTW Budi Mulia 03

7) Lansia yang tidak dikunjungi keluarga minimal sejak 1 bulan

yang lalu.

b. Kriteria ekslusi:

1) Lansia yang tidak kooperatif.

2) Lansia yang sedang menjalani terapi depresi.

3) Lansia yang sedang mengkonsumsi obat golongan steroid.

4) Lansia yang sedang menderita penyakit kronis.

5) Lansia yang mengikuti lebih dari 4 jenis aktifitas yang

diselenggarakan panti sejak 1 minggu yang lalu.

6) Lansia yang memiliki sumber pendapatan sendiri selain dari

PSTW Budi Mulia 03.

D. Besar Sampel

Penentuan besar kecilnya sampel yang diambil sangatlah relatif, salah

satu ukurannya adalah berdasarkan keragaman populasi (Eriyanto, 2007).

Ukuran sampel yang dapat diterima akan sangat bergantung pada jenis

penelitiannya, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada

desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriptif-korelasional yaitu

minimal 30 subyek (Gay & Diehl, 1992 dalam Umar, 2011) maka untuk

keperluan penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 30 orang responden.

Page 69: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

47

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari proses yang ada, sehingga jumlah

sampel akan mewakili keseluruhan populasi (Hidayat, 2010). Teknik

pengambilan sampel pada penellitian ini menggunakan metode purposive

sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek

bukan didasarkan strata, random ataupun daerah tetapi didasarkan atas adanya

tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Teknik purposive sampling dalam

pengambilan sampel penelitian ini disesuaikan dengan kriteria inklusi dan

ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian berdasarkan langkah pada

rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2008).

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan

Juni 2015, dimulai dengan melakukan observasi dan pendataan terhadap para

lansia yang memiliki kebiasaan salat berjamaah. Selanjutnya lansia tersebut

diminta untuk mengisi pertanyaan pada form demografi yang juga bertujuan

untuk screening responden, setelah itu dilakukan pemeriksaan rekam medis

pada lansia calon responden untuk melihat status kesehatan dan riwayat

konsumsi obat. Akhirnya dipilihlah 30 lansia yang memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi untuk menjadi responden penelitian, selanjutnya 30 lansia yang

menjadi responden penelitian diminta untuk mengisi kuesioner salat

Page 70: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

48

berjamaah dan kuesioner depresi, setelah data terkumpul lengkap berupa

kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi selanjutnya dilakukan

penyusunan hasil.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data dari

sampel penelitian dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya, antara lain

dengan cara wawancara, observasi, kuesioner atau angket, dan dokumenter

(Gulo, 2010). Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket yang

berisi beberapa pertanyaan (Hidayat, 2010).

1. Instrumen Penelitian

Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data

mengenai hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia.

a. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi bertujuan untuk screening beberapa

variabel confounding serta mengetahui karakteristik lansia meliputi

identitas diri ( usia, jenis kelamin, dan pendidikan lansia).

b. Kuesioner Salat Berjamaah

Kuesioner salat berjamaah dibuat oleh peneliti dengan tujuan

untuk mengidentifikasi aspek keteraturan, waktu, tempat dan interaksi

responden salat berjamaah. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan

dengan skala Likert.

Page 71: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

49

Tabel 4.1Skor Skala Likert

Pernyataan favorable NilaiSelalu 4Sering 3Kadang 2Jarang 1Tidak pernah 0

Tabel 4.2Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah

Aspek Nomor Item JumlahKeteraturan 7, 8, 11 3Waktu 1, 4 2

Tempat 2, 3, 5, 6 4Interaksi 9, 10, 12, 13, 14, 15 6

Jumlah Item Soal 15

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai tertinggi dari kuesioner

salat berjamaah adalah enam puluh (60) dan nilai terendah adalah nol

(0), adapun skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala

ordinal.

c. Kuesioner Depresi.

Kuesioner depresi dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi tingkat depresi responden berdasarkan penghitungan

jumlah skor dari kuesioner yang diisi. Kuesioner yang dipergunakan

adalah kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang merupakan

kuesioner baku berupa 30 pertanyaan dengan menggunakan skala

Guttman. Skor 0-9 menunjukan responden tidak depresi, skor 10-19

menunjukan responden mengalami depresi ringan, skor 20-30

Page 72: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

50

menunjukan responden mengalami depresi berat (Yesavage, 1983

dalam Abou-Shaleh, 2010). Geriatric Depression Scale (GDS)

Yesavage mempunyai nilai reliabilitas alpha cronbrach sebesar 0,94

dan validitas korelasi produk momen sebesar r = 0,82 (McDowell &

Newell, 1996 dalam Trisnapati, 2012). Geriatric Depression Scale

(GDS) versi panjang telah diuji penggunaannya pada lingkungan

institusi Panti Sosial Tresna Werdha ( PSTW) dengan hasil validitas

alpha cronbach sebesar 0,819. Hasil ini menyatakan bahwa penelitian

dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) layak

dilakukan karena cocok dan valid digunakan untuk menilai tingkat

depresi pada lansia di institusi panti (Sari, 2012).

H. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Herlanti (2014) mengatakan instrumen yang baik harus memenuhi dua

syarat, yaitu valid dan reliabel agar kesimpulan yang ditarik sesuai dengan

fakta. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini hanya dilakukan

terhadap kuesioner salat berjamaah yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung. Tempat ini dipilih karena

memiliki kesamaan karakteristik dengan tempat pelaksanaan penelitian.

Pengujian instrumen penelitian dilakukan terhadap 30% lansia dari jumlah

total 30 responden lansia yang dibutuhkan dalam penelitian.

Uji validitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur

mampu mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian dikatakan valid

jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n – 2) n = jumlah

Page 73: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

51

sampel. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang

sama pula. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan

pengukuran internal consistency salah satu caranya adalah dengan

menggunakan teknik alpha cronbach dimana instrumen penelitian dinyatakan

reliabel apabila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6 (Siregar, 2013).

a. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah

Pengujian kuesioner salat berjamaah dilakukan dengan menghitung

nilai koefisien korelasi product moment dan penghitungan nilai alpha

cronbach dengan menggunakan program SPSS serta dengan meminta

seorang ahli untuk melakukan validity content terhadap item pernyataan

kuesioner.

Jumlah pernyataan dalam kuesioner salat berjamaah ini adalah 15

item pernyataan, berikut ini adalah distribusi item pernyataan kuesioner

salat berjamaah sebelum dilakukan validity content oleh ahli.

Tabel 4.3Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Sebelum Dilakukan

Validity Content oleh Ahli

Aspek Nomor Item JumlahKeteraturan 7, 8, 11 3Waktu 1, 4 2Tempat 2, 3, 5, 6 4Interaksi 9, 10, 12, 13, 14, 15 6

Jumlah Item Soal 15*Item pernyataan valid biberi tanda tebal (Bold)

Page 74: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

52

Item pernyataan kuesioner salat berjamaah dinilai valid apabila hasil

koefisien korelasi product moment > r-tabel yaitu 0,754 dan dinyatakan

reliabel apabila nilai alpha cronbach > 0,6. Hasil pengolahan data dengan

menggunakan SPSS menunjukan nilai alpha cronbach sebesar 0,778

artinya instrumen dinilai reliabel dengan jumlah item valid sebanyak 10

pernyataan. Uji validity content kemudian dilakukan seorang ahli terhadap

item pernyataan kuesioner salat berjamaah disebabkan setelah dilakukan

uji validitas dinilai jumlah item pernyataan yang valid belum mewakili

aspek yang ingin diukur. Berikut ini adalah distribusi item pernyataan

kuesioner salat berjamaah setelah dilakukan validity content oleh ahli.

Tabel 4.4Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Setelah Ddilakukan

Validity Content oleh Ahli

Aspek Nomor Item JumlahKeteraturan 1, 2, 3 3Frekuensi 4, 5, 6, 7, 8 5Waktu 9, 10, 11 3Tempat 12, 13, 14, 15 4Interaksi 16, 17, 18, 19, 20 5

Jumlah Item Soal 20

Setelah diakukan validity content oleh ahli jumlah item pernyataan

bertambah menjadi 20 item pernyataan, hal ini disebabkan perbaikan item

pernyataan yang belum valid dan penambahan aspek frekuensi pada kuesioner

salat berjamaah.

Page 75: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

53

I. Tahapan Penelitian

Tahapan Penelitian atau langkah penelitian merupakan proses sistematis

yang harus dilakukan peneliti dalam sebuah aktivitas penelitian, hal inilah

yang menjadi penanda bahwa sebuah penelitian adalah penelitian ilmiah

(Juliandi dkk, 2014), Tahapan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Proposal penelitian mendapatkan persetujuan dari pembimbing skripsi

dilanjutkan dengan membuat surat permohonan ijin penelitian serta

permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah.

Permohonan ijin penelitian dibuat di bagian admnistrasi FKIK UIN

Syarif Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagai

lokasi penelitian, sedangkan permohonan ijin lokasi uji validitas dan

reliabilitas dibuat dibagian administrasi FKIK dan PSIK UIN Syarif

Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (BPTSP) Provinsi DKI Jakarta dan kepala Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung.

2. Peneliti kemudian mendapatkan ijin untuk melakukan uji validitas dan

reliabilitas kuesioner salat berjamaah. Peneliti melakukan observasi

lansia yang berpotensi untuk menjadi calon responden dan memeriksa

rekam medis calon responden hingga didapatkanlah lansia yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan sebagai responden

uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

Page 76: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

54

3. Peneliti kemudian menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat penelitian

disertai dengan permintaan persetujuan kepada lansia untuk menjadi

responden uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

4. Peneliti meminta lansia calon responden untuk mengisi kuesioner salat

berjamaah, sedangkan bagi lansia yang tidak dapat mengisi secara

mandiri kuesioner dikarenakan memiliki keterbatasan penglihatan

ataupun tuna aksara maka peneliti membantu pengisian kuesioner sesuai

dengan jawaban lansia. Setelah semua kuesioner telah terisi maka

kuesioner dikumpulkan dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas

dengan menggunakan program SPSS.

5. Peneliti kemudian melakukan validity content kepada seorang yang ahli,

hingga didapatkanlah kuesioner salat berjamaah yang siap untuk

digunakan pada penelitian sesungguhnya.

6. Peneliti melakukan observasi lansia yang berpotensi untuk menjadi

calon responden dan memeriksa rekam medis calon responden, hingga

didapatkanlah lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk

dijadikan sebagai responden penelitian.

7. Calon responden diminta untuk mengisi kuesioner demografi sebagai

langkah untuk mengetahui demografi calon responden juga sebagai

langkah screening responden.

8. Peneliti memilih calon responden dengan teknik purposive sampling

sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi yang telah ditentukan.

Page 77: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

55

9. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara

pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden

untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan

kuesioner.

10. Peneliti meminta calon responden mengisi kuesioner Geritric

Depression Scale (GDS) dan kuesioner salat berjamaah.

11. Peneliti membantu responden lansia dalam membacakan dan mengisi

kuesioner sesuai dengan jawaban responden sendiri pada responden

lansia yang tidak dapat mengisi kuesioner karena adanya keterbatasan

penglihatan ataupun tuna aksara.

12. Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner dan meneliti kembali

kelengkapan pengisian kuesioner, dan melakukan pengolahan data serta

analisis data kuesioner.

J. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam

penelitian. Merupakan suatu proses organisasi data mentah dengan

sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik hingga

mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan (Budiarto, 2004). Notoatmodjo

(2010) menjelaskan proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010). Proses ini terdiri dari

penjumlahan lembaran daftar pertanyaan yang telah diisi dan proses

Page 78: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

56

koreksi yaitu proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah

atau kurang jelas (Budiarto, 2004).

2. Coding

Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban

responden (Wasis, 2008). Peng”kode”an atau “coding” dilakukan setelah

semua kuesioner telah dikoreksi, yaitu dengan mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. (Lusiana dkk, 2015).

3. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing

Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka

atau huruf) dimasukan ke dalam program atau software computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana (Lusiana dkk, 2015).

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembetulan atau koreksi pembersihan data (Cleaning) adalah proses

pengecekan kembali data dari setiap sumber data atau responden yang

telah selesai dimasukan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya (Lusiana

dkk, 2015).

K. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga dapat

ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdsarkan data tersebut (Moleong,

1990 dalam Semma, 2008).

Page 79: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

57

1. Analisis Univariat

Analisis univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan masing-

masing variable yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung

mean, median, nilai minimal dan maksimal. Penyajian masing-masing

variabel dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan

hasil yang diperoleh. Analisa univariat pada penelitian ini

mendeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, salat berjamaah dan tingkat depresi.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan dua

variabel. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

salat berjamaah terhadap tingkat depresi. Hasil uji normalitas terhadap

skor salat berjamaah didapatkan nilai signifikansi Shapiro-Wilk sebesar

0,001, menunjukan bahwa signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa data

tidak berdistribusi nornal, maka teknik analisa yang dilakukan

menggunakan korelasi peringkat spearman (Rank-Spearman). Koefisien

ini lebih mengukur keeratan hubungan antara peringkat-peringkat

dibandingkan hasil pengamatan itu sendiri. Perhitungan ini biasa

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi pada data ordinal dan

penggunaan asosiasi pada statistik nonparametrik (Santoso, 2009). Derajat

kepercayaan pada penelitian ini adalah 95% ( α 0,05) yang digunakan

untuk melihat seberapa kuat hubungan salat berjamaah dengan tingkat

depresi. Siregar (2013) mengatakan untuk menetapkan apakah ada

Page 80: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

58

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka

digunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α) 5%. P

value < 0,05 menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima maka

hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen, sedangakn apabila p value > 0,05 Ho diterima Ha

ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

Siregar (2013) menjelaskan bahwa untuk kekuatan hubungan, nilai

koefisien korelasi berada antara -1 sampai 1 sedangkan untuk arah

dinyatakan dengan (+) dan (-). Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan

yang menunjukan hubungan assosiasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan1. 0,00 - 0,199 Sangat lemah2. 0,20 – 0,399 Lemah3. 0,40 – 0,599 Cukup4. 0,60 – 0,799 Kuat5. 0,80 – 0,100 Sangat kuat

L. Etika dan Prinsip Penelitian

1. Etika dalam Penelitian

Etika dalam sebuah penelitian adalah apa yang boleh dan apa yang

tidak boleh dilakukan oleh seorang peneliti. Etika menjadi sebuah moral

bagi peneliti didalam prosedur penelitian dan berlakunya tergantung pada

integritas peneliti itu sendiri (Neuman, 1991 dalam Nuruzzaman, 2005).

Page 81: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

59

Hidayat (2010) mengatakan masalah etika penelitian merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan, masalah etika penelitian terdiri dari:

a. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden dengan tujuan agar responden mengerti

maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika

responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak responden (Hidayat, 2010). Peneliti mendatangi

calon responden untuk memperkenalkan identitas peneliti dan

mengungkapkan maksud serta tujuan peneliti, jika calon responden

bersedia untuk berpartisipasi maka calon responden diminta untuk

menandatangani lembar informed consent.

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

Page 82: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

60

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat, 2010). Peneliti tidak mencantumkan nama responden

namun menggantinya dengan kode pada lembar pengumpulan data

dan hasil penelitian apabila responden merasa berkeberatan.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Pada penelitian sosial seperti yang sering dilakukan perawat,

peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkannya

(Wasis, 2008). Masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2010). Peneliti menjaga kerahasian informasi maupun

hasil dan hanya mempublikasikan data tertentu pada hasil

penelitian sesuai kebutuhan dan memperhatikan etika penelitian.

2. Prinsip dalam penelitian

a. Prinsip manfaat

1) Bebas dari penderitaan kepada subjek (Nursalam, 2008). Peneliti

memastikan tidak ada prosedur yang dapat menyakiti responden

baik secara fisik maupun nonfisik.

2) Bebas dari eksploitasi, subjek harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan (Nursalam, 2008). Responden

Page 83: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

61

menjalani penelitian sesuai dengan tujuan dan prosedur penelitian

yang telah diberikan peneliti dalam informed consent.

3) Resiko (benefits ratio), peneliti harus hati-hati

mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat

pada subjek pada setiap tindakan (Nursalam, 2008). Peneliti

melakukan prosedur penelitian sesuai dengan teori dan

mempertimbangkan keselamatan responden.

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self

determination). Subjek harus diperlakukan secara manusiawi,

memutuskan untuk terlibat atau tidak tanpa adanya sangsi

(Nursalam, 2008). Peneliti memberikan hak penuh bagi calon

responden untuk menentukan keikutsertaanya dalam penelitian

tanpa ancaman dan iming-iming imbalan apapun.

2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure). Peneliti memberikan penjelasan dan

bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada subjek (Nursalam,

2008). Peneliti memberikan informed consent terhadap calon

responden dan bersedia untuk bertanggung jawab apabila terjadi

hal yang merugikan bagi responden akibat prosedur penelitian.

3) Informed consent. Subjek mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian (Nursalam, 2008). Peneliti

memperkenalkan identitas peneliti, tujuan penelitian, prosedur,

Page 84: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

62

hak responden, serta manfaat dan resiko yang mungkin terjadi

dari penelitian sebelum penelitian dilaksanakan.

c. Prinsip keadilan (right to justice)

1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment). responden harus diberikan pengobatan secara adil

meskipun mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian

(Nursalam, 2008). Peneliti memberikan jaminan bahwa peneliti

akan bertanggung jawab secara penuh apabila terjadi hal yang

tidak diinginkan akibat prosedur penelitian, selama prosedur

penelitian maupun setelah prosedur penelitian.

2) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) subjek mempunyai

hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,

untuk itu maka perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentiality) (Nursalam, 2008). Peneliti menjamin data dan

informasi dari penelitian akan dirahasiakan dan hanya data

tertentu saja yang akan dipublikasikan sesuai dengan etika dan

kebutuhan publikasi.

Page 85: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

63

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Budi

Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Panti Sosial ini terdiri dari beberapa

wisma pondokan bagi lansia laki-laki dan perempuan yang dikategorikan

menjadi kategori lansia renta, lansia setengah renta, dan mandiri namun

terdapat pula wisma khusus yang diperuntukan bagi lansia yang

mengalami psikotik. Panti sosial ini memiliki sejumlah jadwal yang telah

diatur bagi lansia setiap harinya berupa kegiatan jasmani, rohani,

keterampilan kerajinan tangan, kesenian maupun kegiatan diluar jadwal

yang diisi oleh tamu yang memiliki tujuan melakukan kegiatan bakti

sosial, untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut maka panti sosial ini

dilengkapi dengan berbagai fasilitas meliputi fasilitas aula, lapangan

olahraga, ruangan fitnes, ruang baca, klinik kesehatan, taman, dan tempat

ibadah berupa masjid bagi lansia muslim serta satu ruangan aula yang

biasa digunakan sebagai tempat kebaktian oleh umat kristen.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik reponden didapatkan dari responden lansia yang telah

disaring menurut kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Karakteristik

responden penelitian berikut ini berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan

pendidikan.

Page 86: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

64

Tabel 5.1

Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden Lansia diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Tabel 5.1 menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak

adalah wanita yaitu berjumlah 23 responden (76,7%), umur lansia yang

paling banyak menjadi responden antara 60-74 tahun (elderly) dengan

jumlah 13 responden (43,3%), dan sebagian besar lansia responden tidak

pernah bersekolah yaitu berjumlah 21 responden (70%),

C. Analisa Univariat

Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa salat

berjamaah dan variabel dependen berupa tingkat depresi pada lansia yang

masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.

Tabel 5.2Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

Nilai Frekuensi Presentase (%)Baik 19 63,3

Buruk 11 36,7Jumlah 30 100

Karakteristik Frekuensi Presentase (%)Jenis Kelamin

Laki-lakiWanita

723

23,376,7

Umur45-59 tahun (middle age)60-74 tahun (elderly)75-90 tahun (old)> 90 tahun (very old)

81381

26,743,326,73,3

PendidikanTidak sekolahSDSMPSMAPerguruan Tinggi

214311

7013,3103,33,3

Page 87: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

65

Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar lansia mendapatkan

nilai salat berjamaah baik (63,3%) dengan jumlah 19 responden,

sementara itu lansia yang mendapatkan nilai buruk (36,7%) dengan jumlah

11 responden.

Tabel 5.3Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia 03 Jakarta Selatan

Tingkat Depresi Frekuensi Presentase (%)Tidak Depresi 24 80Depresi Ringan 6 20Depresi Berat 0 0Jumlah 30 100

Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar lansia tidak depresi

(80%) dengan jumlah 24 responden. Lansia dengan depresi ringan (20%)

dengan jumlah 6 responden, sementara itu tidak terdapat lansia dengan

depresi berat (0%).

D. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini akan menguji hubungan antara

variabel independen berupa salat berjamaah dengan variabel dependen

berupa tingkat depresi.

Tabel 5.4

Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi padaLansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

Selatan

Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-valueSalat berjamaah

dengan tingkat depresi30 -0,657 0,000

Page 88: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

66

Tabel 5.4 menunjukan analisis hubungan salat berjamaah dengan

tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03

Margaguna Jakarta Selatan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil

penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 dengan nilai P-value

0,000. Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan yang kuat antara salat

berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan

negatif.

Page 89: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

67

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan makna hasil penelitian yang telah dilakukan

peneliti berkaitan dengan hasil analisis salat berjamaah dengan tingkat depresi

pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di wilayah

kerja Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta

Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner salat

berjamaah yang dibuat oleh peneliti untuk menilai aspek keteraturan, frekuensi,

waktu, tempat dan interaksi responden lansia yang terbiasa melakukan salat

berjamaah dan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang dibuat oleh

Yessavage untuk mengukur tingkat depresi yang dilakukan terhadap responden

lansia. Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian kemudian

membandingkannya dengan konsep teoritis serta hasil penelitian sebelumnya,

serta akan dijelaskan pula mengenai keterbatasan penelitian yang telah

dilaksanakan.

A. Gambaran karakteristik Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Gambaran demografi usia dari 30 responden penelitian ini sebagian

besar berumur antara 60-74 tahun (43,3% ) sebanyak 13 responden, usia 45-

59 tahun (26,7%) memiliki jumlah responden yang sama dengan usia 75-90

(26,7%) yaitu masing-masing 8 responden, dan lansia yang berumur lebih

dari 90 tahun (3,3%) sebanyak 1 responden. Departemen Kesehatan (2013)

menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya pembangunan bidang

Page 90: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

68

kesehatan, terjadi pula peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) yang

menyebabkan proporsi populasi berusia > 60 tahun juga bertambah. Data

pada tahun 2009 menunjukan penduduk lansia di Indonesia berjumlah

20.547.541 jiwa., diperkirakan jumlah penduduk Lansia di Indonesia pada

tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total

penduduk Indonesia. Tahun 2021 lansia di Indonesia diperkirakan mencapai

30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di dunia.

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik

secara fisik biologis, mental, maupun sosial ekonomi (Tamher, 2008).

Bertambahnya umur pada lansia dari segi fisik menyebabkan perubahan

dimulai dari tingkat genetik, molekuler, seluler, organik, dan sistemik hingga

struktur dan fungsi otak (Wiadnyana, 2010). Teori perkembangan dari segi

mental mengatakan bahwa proses menjadi tua merupakan tantangan bagi

lansia dimana lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat dari perannya

yang berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan

sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-

temannya hingga dapat mengakibatkan perubahan mental (Birchenall dan

Streight, 1973 dalam Maryam dkk, 2008). Perubahan lansia inilah yang

mengakibatkan orang berusia lanjut menjadi subjek bagi masalah emosional

dan mental yang berat secara tidak proporsional (Buller dalam Hurlock,

1998). Semakin lama permasalahan pada lansia tersebut akan menambah

kemungkinan timbunya depresi akibat efek penyakit somatik, reaksi

diagnosis penyakit kronis, atau keluhan fisik serta efek medikasi (Dewi,

2014). Tingginya angka depresi pada lansia yang berumur lebih tua sejalan

Page 91: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

69

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) terhadap lansia di panti

yang menunjukan bahwa dari 157 sampel responden terdapat hampir setengah

responden mengalami depresi ringan (25,9%) dan depresi berat (14,7%) serta

penelitian Woroasih (2000) yang mendapatkan kesimpulan terdapat

perbedaan signifikan yang menunjukan adanya kecenderungan depresi pada

kelompok umur yang lebih tinggi pada lansia.

Penelitian ini sebagian besar diikuti oleh responden dengan usia antara

60-74 tahun (43,3%). Peneliti saat melakukan proses pengisian kuesioner

mendapat temuan bahwa terdapat beberapa lansia yang dahulu terbiasa salat

berjamaah dengan frekuensi yang sering namun sekarang beliau mengalami

penurunan frekuensi menjadi kadang-kadang dikarenakan munculnya

hambatan fisik, ini sejalan dengan pendapat Tamher & Noorkasiani (2011)

yang menyatakan bahwa proses penuaan dapat mengakibatkan banyaknya

hambatan yang terjadi pada lansia, hal inilah yang menyebabkan lansia

berumur 60-74 tahun lebih banyak menjadi responden dibandingkan dengan

kategori umur yang lebih tua. Kategori lansia berumur 45-59 tahun (26,7%)

memiliki jumlah yang sama dengan lansia berumur 75-90 tahun, hal ini dapat

dikarenakan jumlah lansia yang berumur 45-59 tahun merupakan kategori

umur lansia yang lebih sedikit menghuni PSTW Budi Mulia 03 jika

dibandingkan dengan kategori umur lainnya berdasarkan data panti tahun

2014.

Responden penelitian berdasarkan jenis kelamin di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki proporsi

responden wanita lebih banyak daripada responden laki-laki. Responden

Page 92: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

70

wanita (76,7%) berjumlah 23 responden, sementara responden laki-laki

(23,3%) berjumlah 7 responden. Departemen Kesehatan (2014) menyatakan

bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) secara keseluruhan pada tahun 2011

berjumlah 70,76 tahun, perempuan memiliki angka harapan hidup lebih besar

yaitu sekitar 73.38 tahun, sedangkan laki-laki lebih rendah yaitu 68.26 tahun.

Lansia laki-laki dan perempuan sama-sama dapat mengalami perubahan

yang bisa menimbulkan depresi, depresi tersebut dapat menimbulkan

disabilitas pada keduanya, namun beban depresi terjadi 50% lebih besar bagi

perempuan daripada laki-laki (WHO, 2012). Tamher & Noorkasiani (2011)

mengatakan hal ini disebabkan karena perbedaan gender mempengaruhi

bentuk adaptasi yang lansia gunakan. Asy-Syarif (2008) mengatakan bahwa

saat memiliki masalah, wanita memiliki perasaan yang lebih sensitif daripada

laki-laki, lebih peka, namun bertekad dan berkeberanian lebih lemah.

Perbandingan jumlah lansia laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi

terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetya et al (2010) yang

menguji penurunan depresi dengan melakukan pelatihan kognitif, dimana

lebih dari setengah responden lansia yeng terdeteksi depresi berjenis kelamin

perempuan.

Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak, hal ini

disebabkan karena perbandingan jumlah lansia perempuan yang aktif

melakukan salat berjamaah di masjid lebih banyak daripada laki-laki, selain

itu hal ini dapat disebabkan karena lansia wanita memiliki motivasi yang

lebih tinggi dalam beribadah, hal ini sejalan dengan pendapat Pudjiastuti &

Page 93: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

71

Utomo (2003) bahwa lansia wanita yang berumur lebih dari 70 tahun

mempunyai kesadaran religius yang lebih tinggi daripada lansia laki-laki.

Tingkat pendidikan responden lansia yang tidak bersekolah (70%)

merupakan yang paling banyak diantara jenjang pendidikan responden

lainnya yaitu berjumlah 21 responden, tingkat SD (13,3%) dengan jumlah 4

responden, tingkat SMP (10%) dengan jumlah 3 responden, tingkat SMA

(3,3%) dengan jumlah 1 responden, dan tingkat perguruan tinggi (3,3%)

dengan jumlah 1 responden.

Pendidikan berguna untuk menentukan kompensasi dalam menghadapi

masalah yang dialami lansia. Semakin tinggi pendidikan lansia, maka semakin

banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam

menghadapi masalah yang terjadi, lansia yang memiliki pendidikan lebih

tinggi pada umumnnya memiliki kompensasi yang lebih baik dimana mereka

dapat lebih produktif dibandingkan lansia yang berpendidikan lebih rendah

(Tamher & Noorkasiani, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wulandari (2011) ia melakukan penelitian yang

membandingkan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti dengan

lansia yang tinggal bersama keluarganya, hasilnya adalah proporsi depresi

pada lanjut usia di panti yang berpendidikan rendah lebih besar daripada

proporsi lansia berpendidikan menengah, namun sebaliknya pada lansia yang

tinggal bersama keluarganya yaitu, lansia yang berpendidikan lebih tinggi

memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada lansia dengan tingkat

pendidikan yang rendah, menurutnya hal ini terjadi disebabkan keadaan

kehidupan keluarga yang mempengaruhi perasaan lansia.

Page 94: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

72

Pada penelitian ini sebagian besar lansia yang menjadi responden

adalah lansia yang tidak bersekolah (70%). Rendahnya pendidikan lansia dan

tingginya angka lansia yang tidak bersekolah disebabkan karena belum adanya

sarana dan prasarana yang mendukung serta pendidikan yang masih terbatas

pada masa itu (Departemen Kesehatan, 2014).

B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

Hasil uji analisis menujukan bahwa lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki nilai

rata-rata salat berjamaah yang baik (63,3%) yaitu 19 responden lansia dan

sisanya sebanyak 11 responden lansia mendapatkan nilai buruk (36,7%).

Rata-rata responden lansia tidak mengalami depresi (80%) yaitu berjumlah 24

responden, sedangkan 6 responden lansia mengalami depresi ringan (20%)

dan tidak ada satupun lansia yang mengalami depresi berat (0%).

Hasil perhitungan uji statistik bivariat antara salat berjamaah dengan

tingkat depresi pada lansia diperoleh P-value sebesar 0,000 yang berarti Ho

ditolak, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara salat berjamaah

dengan tingkat depresi, selain itu didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657

yang menggambarkan hubungan yang kuat antara salat berjamaah dengan

tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi

Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan negatif (-) yang

berarti semakin tinggi nilai salat berjamaah maka semakin rendah tingkat

Page 95: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

73

depresi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai salat berjamaah maka

semakin tinggi tingkat depresi.

Panti jompo merupakan institusi yang diselenggarakan pemerintah

untuk melayani lansia yang miskin, tidak mempunyai tempat tinggal,

keluarga, kerabat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia juga

bagi lansia yang mencari ketenangan dihari tuanya yang tidak bisa ia

dapatkan di luar panti (Ihromi, 2004). Sutarto & Ismulcokro (2008)

menjelaskan bahwa pada lansia yang masih memiliki keluarga, tinggal dipanti

jompo tidak meyelesaikan masalah yang dialami lansia. Pada lansia akan

timbul perasaan terbuang atau tersingkirkan dari lingkungan kasih sayang

keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) yang dilakukan untuk

melihat gambaran depresi pada lansia, ia mendapatkan kesimpulan bahwa

faktor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia diantaranya adalah

keadaan yang memaksa mereka sehingga harus hidup di panti bukan besama

dengan keluarga yang seharusnya menjaga mereka, selain itu adalah faktor

adaptasi gaya hidup, lingkungan sosial dan tempat tinggal dimana hal ini

terjadi ketika lansia merasa jenuh dengan keadaannya sendiri serta situasi

disekelilingnya yang menimbulkan rasa hampa dan rendahnya kepuasan

hidup sehingga dapat memicu depresi.

Lansia memiliki mekanisme koping yang mempengaruhi keadaannya,

lansia yang menggunakan mekanisme koping positif memungkinkan

perubahan diri dengan merenungkan pengalaman hidup dan pengetahuan

yang telah ia peroleh selama bertahun-tahun, sedangkan lansia yang

menggunakan mekanisme koping negatif memperlihatkan bahwa mereka

Page 96: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

74

berfokus pada kehilangan dan pikiran yang terebenam di masa lalu (Bastable,

2002). Lansia yang memiliki mekanisme koping yang baik akan memiliki

kehidupan yang lebih positif, diantara mekanisme koping yang baik pada

lansia adalah mendekatkan diri pada tuhan YME dan menjalin hubungan

sosial yang baik (Maryam et al, 2008).

Hidayat (dalam Pudjiastuti & Utomo, 2003) mengemukakan bahwa

kesadaran religius merupakan ungkapan keadaan psikologis lansia. Lansia

menyadari bahwa mereka membutuhkan kepasrahan total kepada yang Kuasa,

oleh karena itu lansia akan aktif dalam kegiatan sosial dan spiritual untuk

mempersiapkan diri sebelum meninggal. Hal ini sejalan dengan penelitian

yag dilakukan oleh Mackaenzie et al (2000) mereka melakukan penelitian

untuk mengetahui persepsi lansia terhadap hubungan agama dan kesehatan,

banyak lansia yang terlibat dalam penelitian ini percaya bahwa Tuhan

mendukung mereka, melindungi, menjaga, mengajarkan, membantu, dan

menyembuhkan melalui kegiatan ibadah yang dapat berdampak pada fisik

dan mental, diantara lansia tersebut banyak yang mengatakan bahwa memiliki

hubungan dengan Tuhan merupakan dasar dari aspek psikologi yang baik.

Pada penelitian ini sebagian besar lansia tidak mengalami depresi

(80%) hal ini salah satunya dapat disebabkan karena kebiasaan para lansia

responden melaksanakan salat berjamaah. Bahnasi (2010) mengatakan salat

merupakan proses berhubungan dengan Allah yang dapat mencakup seluruh

kehidupan orang yang salat, melalui salat manusia bisa mencapai derajat

keyakinan yang dimahkotai ketenangan. Dia akan berbeda dengan orang-

Page 97: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

75

orang yang tidak melaksanakan salat. Oleh karena itu Allah Swt.

mengecualikan mereka dari sifat ketidakstabilan jiwa. Allah Swt. Berfirman

“Apabila ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah. Dan apabila

mendapat kebaikan (harta), dia menjadi kikir. Kecuali orang-orang

yang melaksanakan salat. Mereka yang tetap setia melaksanakan

salatnya.” (QS. AlMa’arij:20-30).

Sevateille (dalam Al-Khuly, 2010) mengatakan manusia mendapatkan

kekuatan diri melalui salat hingga memberikan dampak kesehatan jiwa

kepada pelakunya. Sauer & Karl (dalam El-Bantanie, 2010) berdasarkan

penelitiannya membuktikan bahwa salat lima waktu merupakan sarana

menenangkan jiwa yang paling efektif dimana setiap emosi yang melonjak

dapat diendapkan dengan melakukan salat.

Salat memiliki beberapa dimensi, yaitu dimensi spiritual, dimensi

sosial, dimensi emosional, dan dimensi fisik. Dimensi spiritual merupakan

dimensi dengan porsi yang lebih besar daripada dimensi lainnya, karena

dalam salat melibatkan ruh yang bisa melihat dengan keimanan yang

mengasah visi kita. Dimensi fisik salat dapat menyehatkan tubuh kita,

dimensi emosional dengan salat kita dapat belajar untuk bersabar, bersyukur,

dan mengasah kerendahan hati, dimensi sosial bisa diasah dengan salat

berjamaah dimana manusia berkumpul dan berinteraksi satu sama lain

(Harris, 2008).

Najati (2010) mengatakan bahwa terminologi salat mengisyaratkan

adanya hubungan antara manusia dan Tuhan-Nya, dengan salat manusia dapat

Page 98: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

76

mengerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dari semua

kesibukan dan masalah dunia serta tidak memikirkan sesuatu kecuali Allah

dan ayat-ayat Alquran yang dibacanya. Keterpalingan penuh dari berbagai

persoalan dan masalah kehidupan dan tidak memikirkannya selama salat

dengan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia keadaan tentram,

jiwa yang tenang dan pikiran yang bebas dari beban. Dampak dari salat lebih

signifikan terasa pada pelaksanaan salat berjamaah karena adanya aspek

sosial, dengan seringnya seseorang pergi ke masjid untuk melaksanakan salat

akan memberikan kesempatan baginya untuk berkenalan dengan para

tetangga dan lingkungannya.

Penelitian ini tidak memasukan dimensi fisik, spiritual dan emosional

dalam pertanyaan kuesioner salat berjamaah, hal ini disebabkan peneliti ingin

membatasi kesamaan antara salat munfarid (salat sendirian) dengan salat

berjamaah dikarenakan pada keduanya ada kesamaan dalam dimensi fisik,

spiritual dan emosional yang dapat mempengaruhi tingkat depresi yang akan

diukur. Dimensi salat berjamaah yang dinilai adalah dimensi sosial yang

terdiri dari aspek keteraturan, frekuensi, waktu, tempat dan interaksi. Aspek-

aspek ini dipilih sesuai dengan pendapat Al-Khuly (2010) bahwasannya salat

adalah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu sehingga tidak

boleh terlambat mengerjakannya.

Aspek waktu dan frekuensi. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirnan:

“Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas

orang yang beriman.” (QS. al-Nisa’: 103).

Page 99: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

77

“Dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ta’atlah kepada rasul, supaya

kamu diberi rahmat.” (QS. Al-Nur:56).

Aspek interaksi, Allah memerintahkan kepada manusia agar menyuruh

keluarganya mendirikan salat.

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan

bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha:132).

Aspek tempat. Allah memerintahkan pada manusia untuk salat dalam

keadan suci pakaian, badan, dan tempat yang dipergunakan.

“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-Mudastsir: 4).

Hasil penelitian ini meskipun tanpa melakukan pengukuran terhadap

keseluruhan dimensi salat namun tetap membuktikan bahwa salat berjamaah

memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat depresi pada lansia. Penelitian

sejenis yaitu penelitian berdimensi sosial juga telah dilakukan oleh Siswantari

(2014) ia menguji pengaruh terapi aktifitas kelompok (TAK) terhadap tingkat

depresi lansia dengan meningkatkan interaksi dan hubungan sosial. Penelitian

ini mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang sangat bermakna

dari terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi harga diri rendah terhadap

tingkat depresi lansia di Karang Werda Semeru Jaya, serta penelitian Ariani

(2012) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi musik angklung

terhadap tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di PSTW Garut. Hasil

analisis menunjukan ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi

musik angklung terhadap tingkat kesepian lansia.

Page 100: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

78

Penelitian berdimensi sosial religius telah dilakukan oleh Neill & Kahn

(1999) penelitian yang dilakukannya tidak hanya meneliti aspek spiritualitas

individu namun juga aktivitas keagamaan sosial yang berdampak pada

kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan keagamaan

sosial berdampak pada kepuasan hidup dimana pada kegiatan keagamaan

mereka mendapatkan teman dan komunitas yang mendukung, sedangkan

Kathleen (2010) meneliti hubungan perkembangan spiritual dan aktifitas

fisik, penelitian ini menemukan bahwa perilaku yang menunjang kesehatan

berhubungan dengan kekuatan dalam diri, dan kekuatan diri dipengaruhi oleh

perkembangan spiritual.

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian masih memiliki beberapa keterbatasan,

diantaranya yaitu:

1. Pengisian kuesioner sebagian besar dilakukan dengan cara dibacakan

oleh peneliti, hal ini dikhawatirkan memberikan pengaruh terhadap

jawaban lansia.

2. Pengisian pernyataan aspek frekuensi yang ada dalam kuesioner salat

berjamaah tidak berdasarkan observasi namun berdasarkan jawaban

lansia.

3. Beberapa faktor confounding tidak dapat dikontrol secara sempurna, hal

ini terkait dengan keterbatasan jumlah lansia yang dapat dijadikan

responden.

Page 101: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

79

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Karakteristik lansia yang menjadi responden penelitian di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

sebagian besar berjenis kelamin wanita (76,7%) dengan jumlah 23

responden lansia, umur lansia yang paling banyak menjadi responden

adalah lansia yang berumur antara 60-74 tahun (elderly) dengan

jumlah 13 responden (43,3%), dan sebagian besar lansia responden

tidak pernah bersekolah (70%) yaitu berjumlah 21 responden.

2. Sebagian besar lansia mendapatkan nilai salat berjamaah baik dengan

presentase 63,3% berjumlah 19 reponden, sementara itu lansia yang

mendapatkan nilai buruk dengan presentase 36,7% yaitu berjumlah 11

responden.

3. Sebagian besar lansia tidak depresi yeitu berjumlah 24 reponden

dengan presentase 80%. Lansia dengan depresi ringan sebanyak 6

responden dengan presentase 20%, dan tidak terdapat lansia dengan

depresi berat (0%).

4. Hasil penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 dengan nilai

P-value 0,000. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang kuat antara

Page 102: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

80

salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan

dengan arah hubungan negatif (-) yang berarti apabila nilai salat

berjamaah baik maka tingkat depresi rendah, dan sebaliknya jika nilai

salat berjamaah buruk maka tingkat depresi tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan antara lain:

1. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan

mengenai Complementary and Alternative Modalities (CAM) berbasis

agama sehingga diharapkan menambahkan pertimbangan untuk

memasukan salat berjamaah kedalam salah satu intervensi yang dapat

dipilih bagi lansia terutama dalam diagnosa sejahtera (Well Diagnose).

2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna

Jakarta Selatan.

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan informasi dan pengetahuan

sehingga semakin mengukuhkan pelaksanaan program-program

bimbingan agama pada lansia terutama salat berjamaah yang dapat

dijadikan salah satu usaha preventif untuk mencegah depresi, memberi

makna, serta meberikan kepuasan hidup bagi lansia.

3. Bagi responden lansia

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu motivasi agar lansia terus

istiqomah dalam melaksanakan kebiasaannya menjalankan salat

Page 103: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

81

berjamaah juga memberikan motivasi untuk terus memperbaiki setiap

aspek yang terkandung dalam salat berjamaah yang dilakukannya.

4. Bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode

yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan

metode eksperimen kontrol.

b. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada beberapa Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) sehingga jumlah responden menjadi lebih

banyak dan hasilnya lebih bisa digeneralisasi.

Page 104: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

DAFTAR PUSTAKA

Abiraja, Suhendi. Setan Skak Mat!. Jakarta: Mizan. 2008

Abou saleh, Mohammed. et al. Principles and Practice of GeriatricPsychiatry.USA: John Willey. 2010.

Al-Bugha, Musthafa Dib. Al-Wafi: Syarah Hadist Arbain Imam An-Nawawi.Damaskus: Dar Al-Musthafa. 2007.

Al-Khuly, Hilmi. Misteri Dahsyatnya Gerakan Shalat: Menyingkap RahasiaSehat Dan Bugar. Jakarta: Tuhfa. 2010.

Al-Mahfani, M Kalilurrahman. Buku Pintar Shalat: Pedoman Shalat LengkapMenuju Shalat Khusyuk. Jakarta:WahyuMedia. 2008

American Psychiatric Association. Practice Guidelines for the Treatment ofPsychiatric Disorder: Compendium 2006. Arlington: American psychiatricassociation press. 2006.

Ariani, Desy Rizki. “Pengaruh Terapi Musik Angklung terhadap TingkatKesepian pada Lansia yang Tinggal di PSTW Garut”. Skripsi S1 FakutasKeperawatan Universitas Padjajaran Bandung, 2012.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.2010.

As-Sadlan, Shalih Ghanim. Bimbingan Lengkap Shalat Berjamaah. Jakarta: At-Tibyan. 2006.

Asy-Syarif, Isham Muhammad. Selamat Datang Suami Impian: Membedahkarakter dan kepribadian pria yang diimpikan kaum wanita. Jakarta:Mirqat. 2008.

Ayyub, Hasan Muhamamad. Panduan Beribadah Khusus Pria; MenjalankanIbadah Sesuai Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira.2008.

Azwar, S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: PustakaPelajar. 2013.

Bagir, Haidar. Buat Apa Shalat ?!. Bandung: Mizan. 2008.

Bahnasi, Muhammad. Salat Bersama Nabi Saw. Jakarta:Mizan. 2010.

Bastable, Susan L. Perawat Sebagai Pendidik: Jakarta: EGC. 2002.

Brink, J. Pamela & Wood J. Marilynn. Langkah Dasar Dalam Perencanaan RisetKeperawatan. Jakarta: EGC. 1998.

Page 105: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Budiarto, Eko. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC. 2004.

Brink, J. Pamela & Wood J. Marilynn. Langkah Dasar Dalam Perencanaan RisetKeperawatan. Jakarta: EGC. 1998.

Carpenito, Lynda Juall. Nursing Diagnosis: Application to ClinicalPractice Edition 14. China: Lippincot william & wilkins. 2012.

Depkes. “Triple Burden Ancam Lansia”. 2014. Artikel diakses pada 3 Mei 2015dari http://www.depkes.go.id

Dewi, Sofia Rhosma. Buku Ajar Keperawatan GerontikEd. 1. Yogyakarta:Deepublish. 2014.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. “Pharmaceutical Care untukPenderita Gangguan Depresif”. 2007. Artikel diakses 12 januari 2015darihttp://binfar.kemkes.go.id

Ebert, Michael & Kerns, Robert. Behavioral and Psychopharmacologic PainManagement. New York: Cambridge University Press. 2011.

Efendi, Ferry& Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktikdalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.

El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie. Sholat Tolak Miskin.Jakarta: Elex MediaKomputindo.2010.

El-Ma’rufie, Sabil. Energi Shalat: Bangkitkan Potensi Suksesmu Melalui ShalatLima Waktu. Jakarta: Mizania. 2009.

Eriyanto. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS. 2007.

Fitra, Sulhan Abu. Tuntunan Shalat Khusyu’ Sempurna dan Diterima. Republika:2013.

Gill,M Adele. 7 Pathways to Hope. America: Millennial Mind Publishing. 2011.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. 2010.

Harris, A. Renungkan Hidupmu!. Jakarta:Mizan. 2008.

Herlanti, Yanti. Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains.Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.

Hidayat, Aziz Alimul.Metodologi Penelitian Keperawatan dan teknik AnalisaData. Jakarta: Salemba Medika. 2010.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi perkemanagan: Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 1998.

Ihromi, T.O. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan OborIndonesia. 2004.

Page 106: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Ihsan, Nurul. Panduan Lengkkap Belajar Shalat untuk Anak. Jakarta: QultumMedia. 2009.

Ivancevich, M. John. et al. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:Erlangga. 2005.

Juliandi, Azuar. et al. Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi. Medan:Umsu press. 2014.

Kemenkes RI. “Profil Kesehatn Indonesia 2013”. 2013. Artikel diakses pada 7oktober 2014 dariwww.depkes.go.id

Kurniasih, Imas. Indahnya Tahajud. Yogyakarta: Mutiara Medika. 2008.

Levin, Jeff. Religion and Mental Health Among Israeli Jews: Findings from theSHARE-Israel Study. 2012. Diakses 27 Desember 2014;http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23193779

Lusiana, Novita dkk. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:Deepublish. 2015.

Mackenzie. et. Al. Spiritual Support and Psychological Well-being: Older AdultsPerceptions of the Religion and Health Connection. 2000. diakses pada 7oktober; http://eric.ed.gov/?id=EJ749370

Madjid, Nurcholish. Renungan di Bulan Ramadhan. Jakarta: Mizan. 2007.

Mansyur, Semma. Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Maryam, Siti. dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: SalembaMedika. 2008.

Masyhur, Syekh Mustafa. Berjumpa Allah Lewat Shalat. Jakarta: Gema insaniPress. 2002.

Najati, Usman. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Azzam. 2010.

Neill & Kahn. The Role of Personal Spirituality and Religious Social Activity onthe Life Satisfaction of Older Widowed Women. 1999. diakses pada 7oktober; http://eric.ed.gov/?id=EJ749370

Nugroho, Wahjudi.Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.2009.

Nuhuyanan, Abdul Kadir. et al. Pedoman dan Tuntunan Shalat lengkap. Jakarta:Gema Insani. 2008.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Nuruzzaman, M. Kiai Husein Membela Perempuan. Yogyakarta: PustakaPesantren. 2005.

Page 107: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Pickett, George & Hanlon, J. John. Kesehatan Masyarakat Administrasi danPraktik Edisi 9. Jakarta: EGC. 2009.

Pudjiastuti, Sri Surini & Utomo, Budi. Fisioterapi pada Lansia. EGC. Jakarta2003.

Prasetya, Surya. et al. Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia dengan TerapiKognitif dan Senam Latih Otak di Panti Werdha. Jurnal KeperawatanIndonesia. 2010.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena. 2006.

Sadock, Benjamin L. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry BehavioralSciences/Clinical Psychiatry 10th Edition. USA: Lippincot Williams &Wilkins. 2007.

Safrodin, Muhammad. Sunah-sunah Kecil Berpahala Besar.Yogyakarta: Bunyan.2014.

Sangkan, Abu. Menemukan Khusyu’ yang Hilang. Jakarta: Gybraltar. 2014

Santoso, Hanna & Ismail, Andar. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: GunungMulia. 2010.

Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.Jakarta: Elex Media Komputindo. 2009.

Sari, Dian. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Depresi pada Lansia di RW04 dan RW 19 Kelurahan Pacerakang kecamatan Biringkanaya KotaMakasar. Makasar”. Skripsi S1 STIKES Nani Hasanudin Makasar, 2012.

Sari, Kartika. Skripsi. “Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia (Lansia) diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 jakarta Timur”. SkripsiS1 Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2012.

Sa’abah, Marzuki Umar. Bagaimana Awet Muda dan panjang Usia. Jakarta:Gema Insani Press. 2001.

Semiun, Y. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius. 2006

Sholeh, Moh. Berobat Sambil Bertobat. Jakarta: Mizan. 2008.

----------------. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta: Mizan. 2010.

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: BumiAksara. 2013.

Siswantari, Yunita Gita. “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) StimulasiPersepsi Harga Diri Rendah terhadap Tingkat Depresi Lansia di KarangWerda Semeru Jaya Kabupaten Jember”. Skripsi S1 FakultasKeperawatanUniversitas Negeri Jember, 2014.

Soebari, Surasono. Pensiun Preneur. Jakarta: Penebar Plus. 2008.

Page 108: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Sternthal, J. Michelle & Williams, R. David. Depression, Anxiety, and ReligiousLife: a Search for Mediators. 2010. Diakses 7 oktober 2014;http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20943594

Stevens, P.J.M et al. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. 2012

Stolte, M. Karen. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC. 2007.

Sutarto, J, Tirto & Ismulcokro, C. Pensiun Bukan Akhir Segalanya Cara CerdasMenghadapi Saat Pensiun. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi. 2012.

Syahmuharnis & Sidharta, Harry. Transcendental Quotient: Kecerdasan DiriTerbaik. Jakarta: Republika. 2006.

Syukra, Anita. “Hubungan Antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi padaLansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih SicincinKabupaten Padang Pariaman Tahun 2012 Padang”. Skripsi S1 FakultasKeperawatan Universitas Andalas, 2012.

Tamher, S & Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan AsuhanKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika: 2011.

Taufiq, Muhammad Izzudin. Panduan Lengkap dan Praktis PsikologiIslam.Jakarta: Gema Insani Press. 2009.

Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shaat Khusyuk. Jakarta: Pustaka Irvan. 2008

Tharsyah Adnan. Manusia yang Dicintai dan yang Dibenci Allah: Kunci-kunciMenjadi Kekasih Allah. Bandung: Mizania. 2008.

Tjay, Tan Hoan. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efekSamping. Jakarta. Elex Media Komputindo: 2007.

Townsend, C, Mary. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada KeperawatanPsikiatri: Pedoman untuk Membuat Rencana Keperawatan. Jakarta:EGC:1998.

Trisnapati, I kadek Edwin. dkk. “Keefektifan Pelatihan Kebermaknaan Hidupterhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti WredhaDharma Bakti Surakarta”. Jurnal Wacana Psikologi Vol.1, no. 1. 2012

Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:Gramedia. 2011.

Videbeck, L. Sheila. Psychiatric-Mental Health Nursing 6th edition. China:Lippincot william & wilkins. 2013.

Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. 2008.

Page 109: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

WHO. “Mental Health Management Depression”. 2012. Artikel diakses pada 2Mei dari http//www.who.int

Wirakusumah, Emma S. Tip & Solusi Gizi agar Tetap ehat, cantik dan Bahagia diMasa Menopause dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta: Gramedia: 2004.

Woroasih, Sri. “Hubungan Stressor Psikososial dan Dukungan Sosial denganDpresi pada Lanjut Usia”. Tesis Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro, 2000.

Wulandari, Ayu Fitri. “Kejadaian dan Tingkat Depresi pda Lanjut Usia”. SkripsiS1 Universitas Diponegoro, 2011.

Zahwa, Abu. Shalat saat Sulit: Jurus Jitu Hidup Bahagia dan Bebas dariMasalah.Jakarta: Qultum Media. 2011.

Page 110: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Lampiran 1

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Jakarta Selatan, Maret 2015

Kepada Yth

Responden Penelitian

Di tempat

Dengan hormat

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rizal Khoerul Haq

NIM : 1111104000044

Alamat : Jl. Gedung Asrama Putra UIN, Kec. Pisangan Ciputat, TangerangSelatan

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedangmelakukan penelitian dengan judul “Hubungan Shalat Berjama’ah dengan TingkatDepresi pada Lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”.

Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitudapat mengetahui manfaat shalat berjama’ah dalam menurunkan tingkat depresimelalui kegiatan shalat berjama’ah yang diukur dengan menggunakan kuesionerpenelitian. Penelitian ini tidak akan merugikan responden. Peneliti akanmerahasiakan identitas dan jawaban responden.

Ibu/Bapak dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabilabersedia secara sukareala untuk menjadi responden penelitian. Besar harapan sayakiranya Ibu/Bapak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ataskesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya

Peneliti

Page 111: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

(Lanjutan)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi respondenpenelitian yang dilakukan oleh:

Nama : Rizal Khoerul Haq

NIM : 1111104000044

Alamat : Jl. Gedung Asrama Putra UIN, Kec. Pisangan Ciputat, TangerangSelatan

Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai tujuan,prosedur, dan manfaat penelitian ini. Saya mengerti bahwa data dalam penelitianini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan identitas respondenhanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Saya mengerti bahwa tidak akan ada resiko yang terjadi. Apabila adapertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif padasaya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan penelitimemberikan hak kepada saya untuk megundurkan diri sebagai responden daripenelitian ini tanpa resiko apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan.Saya bersedia menjdi responden dalam penelitian ini secara sukarela.

Jakarta Selatan, Juni 2015

(.....………………................)

Page 112: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Lampiran 2

KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT PENGOBATAN

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertayaan di bawah ini dengan cermat

2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut Bapak/Ibu sesuai dengan

keadaan Bapak/Ibu

3. Tanyakanlah jika ada pertanyaan yang kurang dipahami Bapak/Ibu.

1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

2. Agama : ( ) Islam ( ) Kristen ( ) Hindu ( )Budha

3. Usia : ……. Tahun

4. Suku : ( ) Sunda ( ) Jawa

( ) Betawi ( ) Lainnya, sebutkan ……….

5. Pendidikan :( ) Tidak tamat SD ( )SD ( )SMP

Terakhir ( ) SMA ( ) Sarjana

6. Status tinggal :( ) Tetap ( ) Day care

7. Riwayat Penyakit:( ) Penyakit Sendi ( )Hipertensi

( ) Diabetes Melitus ( )Penyakit Jiwa

( ) Lainnya, sebutkan…

8. Lama sakit (jika ada) : Sebutkan,..............

9. Konsumsi Obat : ( ) Hipertensi ( )Sendi ( ) Lainnya, sebutkan

10. Kemampuan : ( ) Baik ( ) Menyeret kaki ( ) tidak bisa berjalan

berjalan

11. Dikunjungi keluarga/ : ( ) Setiap minggu ( )Satu bulan sekali

sahabat ( ) Lainnya, sebutkan........ ( )Tidak pernah

Page 113: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

12. Kebiasaan aktifitas di panti : ( ) Mengikuti setiap kegiatan di panti

( ) Mengikuti ..... kali kegiatan di panti dalam seminggu

( ) Tidak mengikuti kegiatan di panti

13. Sebutkan kegiatan yang : ............................................................................................

diikuti di panti (jika ada) ...........................................................................................

Page 114: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Lampiran 3

KUESIONER SALAT BERJAMAAH

Berilah tanda checklist ( √ ) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini yang mewakili

keadaan Bapak/Ibu

S : SELALU

SR : SERING

K : KADANG

J : JARANG

TP : TIDAK PERNAH

NO. PERNYATAAN S SR K J TP

1. Saya salat berjamaah dengan meluruskan dan merapatkan

shaf/barisan dengan jamaah di sebelah saya

2. Saya salat berjamaah dengan mengikuti gerakan imam

3. Saya salat berjamah secara tenang dan tidak bercanda dengan

jamaah yang berada di sebelah saya

4. Saya melaksanakan salat subuh secara berjamaah di masjid

5. Saya melaksanakan salat dzuhur secara berjamaah di masjid

6. Saya melaksanakan salat ashar secara berjamaah di masjid

7. Saya melaksanakan salat maghrib secara berjamaah di masjid

8. Saya melaksanakan salat isya’ secara berjamaah di masjid

9. Saya pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah segera

setelah mendengar suara adzan

10. Saya salat berjamaah di masjid dengan tepat waktu

11. Saya tetap pergi ke masjid atau mushola untuk melaksanakan

salat berjamaah meskipun sudah tertinggal beberapa raka’at

Page 115: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

12. Saya melaksanakan salat berjamaah di masjid

13. Saya tetap melaksanakan salat berjamaah di masjid meskipun

dalam keadaan berpergian

14. Saya salat dengan mengisi shaf/barisan yang masih kosong

15. Saya salat di tempat yang bersih dari najis

16. Saya mengajak orang lain untuk melaksanakan salat berjamaah

di masjid

17. Saya berkomunikasi dengan cara yang baik kepada jamaah

disebelah saya untuk mengatur kerapihan shaf/barisan

18. Saya mengajak jamaah yang tidak tenang dalam melaksanakan

salat berjamaah agar tenang dalam melaksanakan salat berjamaah

berikutnya

19 Saya berjabat tangan dengan jamaah lain seusai salat

20. Saya berbincang ringan dengan jamaah lain setelah salat

berjamaah

Page 116: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Lampiran 4

KUESIONER DEPRESI

Jawablah dengan memberikan tanda pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan

keadaan Bapak/Ibu

Checklist ( √ ) jika iya, dan

Silang ( x ) jika tidak

No. Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Respon

1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?

2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda?

3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa?

4. Sering merasa bosan?

5. Penuh pengharapan akan masa depan?

6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?

7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan?

8. Merasa bahagia disebagian besar waktu?

9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?

10. Seringkali merasa tidak berdaya?

11. Sering merasa gelisah dan gugup?

12. Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu yang

bermanfaat?

13. Seringkali merasa khawatir akan masa depan?

Page 117: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

14. Merasa memiliki lebih banyak masalah dengan daya ingat

dibandingkan dengan orang lain?

15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang?

16. Seringkali merasa merana?

17. Merasa kurang bahagia?

18. Sangat khawatir terhadap masa lalu?

19. Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan?

20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?

21. Merasa dalam keadaan penuh semangat?

22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan?

23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda?

24. Seringkali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepele?

25. Seringkali merasa ingin menangis?

26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi?

27. Menikmati tidur?

28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial?

29. Mudah mengambil keputusan?

30. Mempunyai pikiran yang jernih?

Page 118: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 119: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 120: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 121: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 122: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Lampiran 6

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER SALATBERJAMAAH

Page 123: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …
Page 124: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

ANALISIS UNIVARIAT

Distribusi Karakteristik Responden

Statistics

jeniskelamin

usia pendidikanterakhir

NValid 30 30 30

Missing 0 0 0Mean 1,77 2,07 1,57Median 2,00 2,00 1,00Std. Deviation ,430 ,828 1,040Variance ,185 ,685 1,082Skewness -1,328 ,262 1,978Std. Error ofSkewness

,427 ,427 ,427

Kurtosis -,257 -,590 3,515Std. Error ofKurtosis

,833 ,833 ,833

Minimum 1 1 1Maximum 2 4 5

jenis kelamin

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid

laki-laki

7 23,3 23,3 23,3

wanita 23 76,7 76,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

usia

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid

46-59 8 26,7 26,7 26,7

60-74 13 43,3 43,3 70,0

75-90 8 26,7 26,7 96,7

>90 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Page 125: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

pendidikan terakhir

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid

tidaksekolah

21 70,0 70,0 70,0

SD 4 13,3 13,3 83,3

SMP 3 10,0 10,0 93,3

SMA 1 3,3 3,3 96,7

PT 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Distribusi Skor Salat Berjamaah

Statisticssalat berjamaah

NValid 30

Missing 0Mean 66,77Std. Deviation 8,877Minimum 42Maximum 78

Salat Berjamaah

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid

42 1 3,3 3,3 3,3

45 1 3,3 3,3 6,7

49 1 3,3 3,3 10,0

60 1 3,3 3,3 13,3

61 2 6,7 6,7 20,0

62 2 6,7 6,7 26,7

63 2 6,7 6,7 33,3

66 1 3,3 3,3 36,7

68 3 10,0 10,0 46,7

69 3 10,0 10,0 56,7

Page 126: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

Depresi

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid

3 1 3,3 3,3 3,3

4 4 13,3 13,3 16,7

5 3 10,0 10,0 26,7

6 7 23,3 23,3 50,0

7 3 10,0 10,0 60,0

8 3 10,0 10,0 70,0

9 3 10,0 10,0 80,0

10 1 3,3 3,3 83,3

14 3 10,0 10,0 93,3

16 1 3,3 3,3 96,7

19 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Tingkat Depresi

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid tidak depresi 24 80,0 80,0 80,0

71 3 10,0 10,0 66,7

73 3 10,0 10,0 76,7

74 4 13,3 13,3 90,0

76 2 6,7 6,7 96,7

78 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Distribusi skor Depresi

Depresi

NValid 30

Missing 0Mean 7,83Std. Deviation 3,922Minimum 3Maximum 19

Page 127: HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI …

depresiringan

6 20,0 20,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Nilai Salat Berjamaah

Frequency

Percent ValidPercent

CumulativePercent

Valid

buruk 11 36,7 36,7 36,7

Baik 19 63,3 63,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

ANALISIS BIVARIAT

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

shalatberjama'ah

,189 30 ,008 ,860 30 ,001

a. Lilliefors Significance Correction

Hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresiCorrelations

salatberjamaah

depresi

Spearman's rho

salat berjamaah

CorrelationCoefficient

1,000 -,657**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 30 30

depresi

CorrelationCoefficient

-,657** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).